bti tembakau

103
1 BUDIDAYA TEMBAKAU Materi Kuliah Tahun 2012/2013 Oleh : Dr. Ir. I. Hartana

Upload: baharuddindroid

Post on 29-Oct-2015

1.272 views

Category:

Documents


74 download

TRANSCRIPT

Page 1: BTI TEMBAKAU

1

BUDIDAYA TEMBAKAU

Materi Kuliah Tahun 2012/2013

Oleh :

Dr. Ir. I. Hartana

Page 2: BTI TEMBAKAU

2

SEJARAH TEMBAKAU (1)

• Tanaman tembakau dikenal pertama kali waktu Columbus mendarat di San Salvador pada bulan Oktober 1492.

• Saat itu Columbus melihat penduduk aseli mengisap daun kering yang digulung dan dibakar, yang ternyata daun tembakau.

• Dalam perkembangan selanjutnya pada tahun 1559 Jean Nicot de Villemain, Duta Perancis di Lisabon melaporkan kepada rajanya bahwa tembakau dapat digunakan untuk mengobati berbagai penyakit, antara lain sakit kepala. Karena itu tembakau kemudian ditanam di Eropa untuk maksud pengobatan tersebut.

• Kebiasaan merokok para pelaut Portugis dibawa dalam pelayaran ke Asia. Tembakau masuk ke Indonesia sekitar tahun 1600, diduga dibawa orang Portugis melalui Filipina. Waktu Rhumphius keliling Indonesia tahun 1650 tembakau sudah terlihat ditanam petani di mana-mana, juga di tempat yang tidak pernah dikunjungi orang Portugis.

Page 3: BTI TEMBAKAU

3

SEJARAH TEMBAKAU (2)

• Penanaman tembakau yang pertama kalinya di Amerika Utara (Virginia) dilakukan pada tahun 1612, sedangkan orang-orang Spanyol menanam di kepulauan Karibia dan Amerika Selatan.

• Di Eropa pada masa itu kebiasaan merokok dengan pipa makin populer, untuk ini tembakau diimpor dari Amerika. Tembakau menjadi komoditas dagang yang menguntungkan.

• Dengan makin meluasnya penanaman tembakau di Eropa pada akhir abad ke18 impor dari Amerika berkurang.

• Di Asia awalnya tembakau diintroduksikan ke Filipina dari Amerika Selatan. Dari situ meluas ke negara-negara Asia seperti Cina, Jepang, Indonesia, dan India pada awal abad ke 17.

• Kebiasaan merokok sigaret di Eropa diperkenalkan oleh para tentara yang pulang dari perang Krim sesudah tahun 1855. Selanjutnya sigaret makin meluas ke seluruh dunia, terutama sesudah Perang Dunia Pertama.

Page 4: BTI TEMBAKAU

4

SEJARAH TEMBAKAU (3)

PERKEMBANGAN PENGUSAHAAN TEMBAKAU DI INDONESIA• Pada tahun 1830 pemerintah kolonial Belanda di bawah Gubernur Jenderal J. Van den Bosch memberlakukan sistem tanam paksa untuk mengatasi krisis ekonomi yang parah.

• Pada awalnya tembakau hanya ditanam secara kecil-kecilan oleh petani, terutama untuk kepentingan sendiri.

• Tanaman yang masuk dalam ketentuan tanam paksa yaitu kopi, tebu, indigo, tembakau, kayu manis, teh, dan merica. Produk yang dihasilkan diekspor ke Eropa.

• Kualitas tembakau yang dihasilkan kurang baik, padahal peluang pasar di Eropa bagus. Untuk meningkatkan kualitas tembakau, tahun 1834 pemerintah Belanda mengirim petugas (N. G. de Voogt) ke Kuba untuk mempelajari teknik penanaman tembakau.

• Meskipun upaya telah dilakukan dengan menerapkan pengetahuan yang diperoleh dari Kuba, ternyata hasilnya kurang menguntungkan.

• Akhirnya pada tahun 1866 tanam paksa untuk tembakau dihapus.

Page 5: BTI TEMBAKAU

5

SEJARAH TEMBAKAU (4)

PENGUSAHAAN TEMBAKAU DALAM SKALA PERKEBUNAN (1)

• Pengusahaan tembakau skala perkebunan untuk memenuhi pasar ekspor ke Eropa pertama kali di Indonesia dilakukan di daerah Besuki.• Perkebunan tembakau pertama di daerah Besuki didirikan oleh Franssen v.d. Putte di Sukowono pada tahun 1856, yang mengusahakan tembakau cerutu.• Pada tahun 1859 George Birnie mendirikan perkebunan tembakau di Jember yang diberi nama LMOD (Landbouw Maatschappij Oud Djember). • Pada tahun 1860 an telah terdapat empat perkebunan tembakau cerutu Besuki, yaitu Sukowono, LMOD, Djelbuk, dan Sukokerto Ajung. Produknya berupa tembakau bahan cerutu diekspor ke Eropa, dengan nama tembakau Besuki Na-oogst (Besuki NO).• Pada masa selanjutnya LMOD di bawah pengelolaan keluarga Birnie makin berkembang menjadi yang terbesar.• Pada masa Perang Dunia II Indonesia diduduki Jepang yang merupakan musuh negara-negara Eropa. Kegiatan tembakau berhenti, diganti tanaman pangan.• Pada pasca kemerdekaan perkebunan Belanda a.l. LMOD bekerja kembali, tetapi pada tahun 1958 diambil alih menjadi Perkebunan Negara.• Perkebunan negara itu sekarang bernama PT Perkebunan Nusantara X.

Page 6: BTI TEMBAKAU

6

SEJARAH TEMBAKAU (5)

PENGUSAHAAN TEMBAKAU DALAM SKALA PERKEBUNAN (2)

• Pengusahaan tembakau untuk ekspor di Jawa Tengah dirintis oleh Mendez da Costa tahun 1858 di desa Jetis, Klaten. Percobaan itu berhasil sehingga penanaman meluas sampai desa-desa lain seperti Kebon Arum dan Wedi-Birit.• Tembakau cerutu yang diusahakan di daerah Klaten itu selanjutnya dikenal dalam perdagangan internasional dengan nama tembakau Vorstenland.• Pengusahaan tembakau untuk ekspor di Sumatera Utara (Deli) dirintis oleh J. Nienhuys pada tahun 1863. Kondisi cuaca di Deli yang kelembapannya tinggi dan banyak awan menghasilkan bahan pembalut cerutu yang kualitasnya prima, paling baik di dunia. Tembakau ini di pasar internasional dikenal dengan nama tembakau Sumatera. • Mengingat bahwa tembakau Sumatera menghasilkan kualitas yang prima, di beberapa negara a.l. USA (Connecticut) dilakukan penanaman tembakau Sumatera, tetapi ternyata hasilnya tidak memuaskan. Untuk mendekati pada kondisi cuaca di Deli, penanaman di Connecticut dilakukan di bawah naungan waring plastik. Meskipun dalam hal ketipisan daun dan ukuran daun dapat disamai, tetapi dalam hal rasa masih kalah dengan tembakau Deli. Kini di Brazil dan Kolombia juga ditanam jenis tembakau Sumatera di bawah naungan.

Page 7: BTI TEMBAKAU

7

SEJARAH TEMBAKAU (6)

PENGUSAHAAN TEMBAKAU VIRGINIA

• Tembakau Virginia mulai diusahakan di Indonesia sejak tahun 1928 di Bojonegoro oleh PT BAT (British American Tobacco).Tembakau ini merupakan bahan baku rokok putih, dan sebagian untuk campuran rokok kretek. Karena PT BAT merupakan perusahaan multi nasional, maka sebagai bahan tanam didatangkan varietas tembakau Virginia dari Amerika Serikat.

• Tembakau Virginia hampir seluruhnya merupakan tanaman petani, baik yang bermitra dengan fabrikan maupun petani bebas.

• Selanjutnya penanaman Virginia meluas di berbagai tempat di Jawa, a.l. di Bondowoso, DIY, dan di daerah Sala.

• Pada awal tahun 1970 mulai dikembangkan di luar Jawa, yaitu di Bali, Lombok, dan Sulawesi Selatan.

• Dewasa ini Lombok merupakan daerah utama penghasil tembakau Virginia. Perusahaan yang berkiprah di Lombok yaitu PT BAT, Philip Morris, PT H.M. Sampurna, Sadhana Arif Nusa.

Page 8: BTI TEMBAKAU

8

ARTI EKONOMI TEMBAKAU

1. SUMBER PENDAPATAN - Cukai tembakau selama setahun pada tahun 2008 : Rp 42 trilyun, 75% dari jumlah tsb. atau Rp 31,5 dihasilkan dari Jawa Timur. Cukai tahun 2010 sudah lebih dari Rp 50 trilyun, tahun 2011 mencapai Rp 77 trilyun. - Produksi rokok tahun 2005 mencapai nilai > Rp 50 trilyun. - Nilai ekspor tembakau Indonesia tahun 2005 US $ 111,8 juta atau + Rp 1 trilyun, dan tahun 2010 US $ 192,5 juta atau + Rp 1,70 trilyun.

2. PENYERAPAN TENAGA KERJA - Dengan luas areal 232.000 ha untuk seluruh Indonesia jumlah tenaga kerja yang terserap di lapangan + 928.000 orang, sedangkan industri rokok menyerap +239.000 orang. Hal ini belum terhitung dengan tenaga kerja di gudang fermentasi dan sortasi tembakau cerutu.

3. DAMPAK TERHADAP SEKTOR PEREKONOMIAN LAIN - Dalam sektor formal berdampak positif terhadap perbankan, transportasi, periklanan, industri kertas, telekomunikasi,, perusahaan penghasil saprodi, industri kertas dan percetakan. Dalam sektor non formal melibatkan banyak pedagang perantara, pengrajin bahan/sarana produksi, pedagang eceran dan warung makan..

Page 9: BTI TEMBAKAU

9

PERAN TEMBAKAU DALAM PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN

• Tembakau banyak dipakai sebagai model dalam penelitian ilmiah yang berhasil mengungkapkan hal-hal baru yang bermanfaat.

• Dalam bidang kesehatan penemuan virus yang pertama terjadi akibat penelitian intensif terhadap penyebab penyakit mosaik tembakau. Mayer meneliti sejak tahun 1880, Iwanowski (1892) menemukan penyebab penyakit mosaik dapat lolos saringan bakteri, Beijerinck (1898) memperkuat hasil pendahulunya dan menyebut penyebab penyakit sebagai contagium vivum fluidum yang berarti jasat hidup cair penular penyakit, dan kemudian disebut Virus, yang berarti racun. Stanley (1935) berhasil mengkristalkan virus mosaik tembakau (TMV), dan virus tetap aktif. Baru kemudian diketahui bahwa penyakit manusia ada yang disebabkan oleh virus.

• Dalam fisiologi tanaman Garner & Allard (1920) menggunakan tembakau untuk mengungkap fotoperiodisitas, yaitu bahwa lama penyinaran merupakan faktor penentu pembungaan. Dalam penelitian tentang kultur jaringan, tanaman tembakau sering digunakan. Di Balai Penelitian Karet Malaysia (RRIM) tembakau dipakai sebagai bahan studi.

Page 10: BTI TEMBAKAU

10

KENDALA YANG DIHADAPI PENGUSAHAAN TEMBAKAU (1)

1. KAMPANYE ANTI TEMBAKAU. Kalangan medis dan beberapa LSM makin gencar meningkatkan kampanye negatif terhadap tembakau. Dalam PP No. 81/1999 kadar nikotin rokok dibatasi maksimum 1,5 mg dan tar (polinuklir hidrokarbon aromatika) 20 mg. Yang memenuhi hanya rokok putih, sedangkan rokok kretek hanya Sampurna A Mild filter. Sementara itu rokok dari LN yang masuk a.l. dari Korea kadarnya sangat rendah. Akhirnya atas keberatan berbagai fihak PP itu diganti dengan PP No. 19/2003 yang hanya wajib mencantumkan kandungan kedua zat kimia itu tanpa batas maksimum.

WHO pada tahun 2003 mengeluarkan Framework Convention on Tobacco Control (FCTC) dan menghimbau negara-negara anggotanya meratifikasi konvensi pengendalian tembakau tersebut. Dengan cara itu WHO bermaksud terus menerus mengurangi penggunaan tembakau, a.l. melalui pelarangan iklan rokok dan pembebanan pajak (cukai) yang tinggi terhadap rokok.

2. CUKAI YANG MAKIN MENINGKAT. Pemerintah melalui Menteri Keuangan mengharapkan peningkatan sumber pendapatan negara, a.l. dari cukai dan pajak. Tarif cukai dari waktu ke waktu meningkat, sehingga dirasa memberatkan produsen rokok.

Page 11: BTI TEMBAKAU

11

KENDALA YANG DIHADAPI PENGUSAHAAN TEMBAKAU (2)

3. PERUBAHAN SELERA KONSUMEN TEMBAKAU. Tembakau cerutu terkendala perubahan selera konsumen di luar negeri yang makin ketat memilih produk. Perubahan dari cerutu besar ke cerutu kecil mengurangi kebutuhan bahan. Pembatasan kandungan zat berbahaya mulai dimasalahkan, a.l. residu pestisida dibatasi ketat, tiap negara mempunyai ketentuan sendiri. Juga kandungan TSNA (Tobacco Specific Nitrosamine) yang makin tinggi bila pemupukan N makin berat dapat menjadi kendala, demikian pula B(A)P (Benzo A Pyrene) yang terdapat dalam asap bahan bakar, residunya dibatasi.

4. BIAYA YANG MAKIN MENINGKAT. Biaya produksi selalu meningkat karena meningkatnya harga sarana produksi dan UMR, sementara itu harga pembelian tembakau relatif tetap.

5. PERMODALAN. Petani mengalami kesulitan untuk mendapatkan pinjaman dari Bank. Pengalaman pahit Bank pada masa KMKP di Jember yaitu tunggakan kredit dari tahun 1978 s/d 1983 sebesar Rp 5,2 milyar menjadi alasan kekhawatiran fihak Bank untuk menyalurkan kreditnya.

Page 12: BTI TEMBAKAU

12

KENDALA YANG DIHADAPI PENGUSAHAAN TEMBAKAU (3)

6. LAHAN CENDERUNG MAKIN MENURUN KESUBURANNYA. Erosi yang melarutkan lapisan tanah atas yang subur terus menerus terjadi. Lahan di kawasan yang dulu potensial di daerah tradisional sekarang menurun. Pertanaman tembakau Besuki NO banyak bergeser ke wilayah selatan, tetapi di berbagai tempat ada kendala kandungan Cl (khlor) dalam tanah yang terlalu tinggi, yang berpengaruh negatif terhadap daya bakar tembakau.

7. KEPEMILIKAN LAHAN YANG SEMPIT. Umumnya lahan tembakau milik

petani luasnya rata-rata 0,35 ha. Sewa lahan biayanya makin meningkat, dapat mencapai Rp 10 juta/ha di Jember Selatan. Jumlah petani yang terlibat dalam penanaman tembakau sangat banyak. Di Jember diperkirakan sekitar 30.000 orang.

8. PENYIMPANGAN CUACA. Cuaca sangat mempengaruhi keberhasilan tembakau baik dalam kuantitas maupun kualitasnya. Banyak kasus kegagalan terutama pada petani akibat penyimpangan cuaca, baik terlalu basah maupun terlalu kering

9. SUMBER DAYA MANUSIA. Terbatasnya jumlah penyuluh tembakau yang handal menyulitkan sosialisasi masalah teknis dan non teknis ke petani.

Page 13: BTI TEMBAKAU

13

BERMACAM-MACAM TIPE TEMBAKAU (1)

• Klasifikasi tipe tembakau umumnya didasarkan atas cara pengeringannya. Selama proses pengeringan selain terjadi penguapan air juga terjadi perubahan kimiawi yang mematangkan, karena itu disebut Curing dan bukan Drying.

1. AIR CURING (Pengeringan Udara)• Daun tembakau dikeringkan di bangsal dengan udara yang mengalir secara alamiah.

Pengeringan relatif lama, sekitar 2 minggu sampai satu bulan. Bila kelembaban dalam bangsal terlalu tinggi, terutama di malam hari, terpaksa digunakan pemanasan agar terjadi aliran udara akibat perbedaan berat jenis udara. Gerakan udara akan menyingkirkan uap air dari daun tembakau. Termasuk kelompok ini yaitu tembakau cerutu yang disebut Dark Air Cured, dan tembakau Burley yang disebut Light Air Cured.

2. SUN CURING (Pengeringan Sinar Matahari)

• Daun tembakau dikeringkan dengan menjemur di sinar matahari. Tembakau Oriental di Turki termasuk yang terpenting dari kelompok ini. Tembakau berdaun kecil-kecil ditanam di tanah gersang di daerah kering, Aroma berasal dari minyak eteris menonjol, sehingga dipakai sebagai bahan campuran (blending) sigaret. Di Indonesia tembakau Kasturi masuk juga dalam grup ini

Page 14: BTI TEMBAKAU

14

BERMACAM-MACAM TIPE TEMBAKAU (2)

• Tembakau rajangan juga termasuk yang dikeringkan dengan dijemur. Sebelum dijemur disimpan dahulu sampai warna daun menguning, selanjutnya dijemur selama + 2 hari sampai kering.

3. FLUE CURING (Pengeringan dengan Pipa Pemanas)

• Daun tembakau dikeringkan dalam gudang pengering (omprongan) dengan pemanasan udara melalui pipa-pipa pemanas (flue). Panas yang dipancarkan dari pipa memanasi udara di sekitar daun tembakau yang dikeringkan. Tungku dengan bahan bakar kayu, solar, atau batubara dibangun di luar gudang, panas mengalir lewat pipa. Tembakau Virginia termasuk kelompok ini, kegunaan untuk sigaret putih. Pengeringan berlangsung sekitar 5 hari. Tembakau disebut sebagai Flue Cured. Daerah utama tembakau Virginia di Indonesia yaitu di Lombok (NTB).

4. FIRE CURING (Pengeringan dengan Api)

• Daun tembakau dikeringkan dalam bangsal yang diberi pengapian langsung, dengan membakar kayu. Asap yang keluar dari kayu yang dibakar diserap daun yang dikeringkan, warna tembakau menjadi gelap dengan rasa yang berat. Tembakau Boyolali asepan termasuk kelompok ini. Di luar negeri a.l. diusahakan di Malawi (Afrika).

Page 15: BTI TEMBAKAU

15

BERMACAM-MACAM TIPE TEMBAKAU (3)

• BERDASAR KEGUNAAN DIBEDAKAN ATAS :

1. TEMBAKAU CERUTU. Tembakau bahan pembuatan cerutu dibedakan

atas :

a. Bahan pembalut (Dekblad = Wrapper). Merupakan bagian cerutu yang terluar dan termahal, membutuhkan syarat mutu yang tinggi a.l. warna cerah dan rata, bebas dari cacat fisik, tipis, elastis, urat daun halus, panjang dan lebar cukup, daya bakar baik, aroma dan rasa netral. Tembakau Deli dan Tembakau Bawah Naungan (TBN) merupakan penghasil bahan pembalut.

b. Bahan pembungkus (Omblad = Binder). Merupakan bagian di bawah pembalut yang membungkus isi, persyaratan lebih lunak daripada pembalut, tetapi ukuran panjang dan lebar juga diperlukan, demikian pula daya bakar. Sekarang pembungkus sering diganti HTL (Homogenized Tobacco Leaf) yaitu kertas terbuat dari hancuran tembakau.

c. Bahan isi (Filler). Merupakan bagian paling dalam cerutu, terutama perlu aroma dan rasa yang baik, demikian pula daya bakar. Untuk ini dibutuhkan daun yang tebal, umumnya daun-daun di bagian atas cocok untuk bahan isi. Dengan adanya perubahan selera dari cerutu besar ke cerutu kecil, relatif kebutuhan filler sekarang menjadi berkurang.

Page 16: BTI TEMBAKAU

16

BERMACAM-MACAM TIPE TEMBAKAU (4)

• 2. TEMBAKAU SIGARET.

• Tembakau bahan pembuatan sigaret dibedakan atas :

a. Sigaret Putih. Merupakan sigaret atau rokok yang isinya melulu terdiri atas tembakau. Bahan pokok rokok putih adalah tembakau Virginia, dan sebagai campuran yaitu tembakau Burley dan tembakau Oriental.

b. Sigaret Kretek. Merupakan sigaret yang bahan isinya kecuali tembakau juga digunakan cengkeh. Berat cengkeh yang digunakan dalam rokok dapat mencapai 40%. Tembakau yang digunakan merupakan campuran berbagai macam tembakau lokal seperti tembakau Madura, Temanggung, Paiton, Kasturi, dll. Disamping itu juga digunakan tembakau Virginia dan tembakau Burley. Pangsa pasar sigaret kretek di Indonesia mencapai + 90%, sisanya rokok putih. Sigaret kretek dibedakan menjadi dua kelompok :

1). Sigaret Kretek Tangan (SKT). Pembuatannya menggunakan tenaga kerja secara manual. Ini menyerap banyak tenaga kerja, sehingga pemerintah memungut cukai dengan persentase yang relatif rendah.

2). Sigaret Kretek Mesin (SKM). Pembuatannya menggunakan mesin sehingga jumlah tenaga kerja yang terserap relatif sedikit. Pemerintah memungut persentase cukai yang lebih besar daripada SKT.

Page 17: BTI TEMBAKAU

17

BERMACAM-MACAM TIPE TEMBAKAU (5)

3. TEMBAKAU PIPA.

• Tembakau pipa perlu mempunyai daya isi (filling power) yang besar, sehingga sedikit tembakau cukup untuk mengisi lubang pipa. Di Indonesia dihasilkan dari tembakau VO Lumajang. Tembakau VO Lumajang justru menghendaki banyak bercak patik putih akibat infeksi Cercospora nicotianae, yang pada tembakau cerutu dihindari. Perkembangan tembakau VO Lumajang terkendala sedikitnya konsumen.

4. TEMBAKAU KUNYAHAN (Chewing tobacco).

• Tembakau ini dikonsumsi dengan dikunyah, tidak dibakar, sehingga di luar negeri dapat dikonsumsi di tempat dimana merokok dilarang. Tembakau berbentuk seperti permen. Di Indonesia generasi tua dahulu juga mengunyah tembakau dalam bentuk susur. Tembakau yang digunakan adalah tembakau lokal.

Page 18: BTI TEMBAKAU

18

BERMACAM-MACAM TIPE TEMBAKAU (6)

• TEMBAKAU DI DAERAH JEMBER

1. TEMBAKAU Na-oogst (NO). Tembakau Besuki NO ditanam di sawah sesudah musim padi, dan dipanen pada awal

musim hujan. Tembakau digunakan sebagai bahan cerutu, hampir semuanya diekspor ke Eropa, Amerika, dan Afrika. Sekarang tembakau Besuki NO dibedakan dalam dua macam sbb. :

a. Tembakau Besuki NO Tanaman Awal (Besnota). Tembakau ini ditanam di daerah Jember Selatan meliputi Ambulu, Wuluhan, Balung, dan Puger. Tembakau ditanam pada bulan Mei - Juni dan dipanen bulan Juli - Agustus. Bila produknya baik dapat menghasilkan bahan pembalut cerutu yang warnanya cerah, tipis, dan panjang. Sebagai bahan filler tembakau ini masih kalah dengan tembakau NO tradisional di daerah Jember Utara.

b. Tembakau Besuki NO Tradisional. Tembakau ini ditanam di sekitar kota Jember, ke selatan sampai Ajung yang merupakan daerah penanaman sejak jaman penjajahan Belanda. Tembakau umumnya ditanam pada akhir Juli - Agustus dan dipanen bulan Oktober - November saat permulaan musim hujan. Tembakau digunakan sebagai bahan pembungkus dan isi cerutu yang rasa dan aromanya baik.

Page 19: BTI TEMBAKAU

19

BERMACAM-MACAM TIPE TEMBAKAU (7)

2. TEMBAKAU Voor-oogst (VO). • Tembakau Besuki VO ditanam sekitar bulan Mei - Juni dan dipanen bulan Juli -

Agustus, saat kondisi cuaca kering. Tembakau ini perlu sinar matahari untuk pengeringannya. Hujan yang turun saat panen merusak kualitas tembakau. Jenis tembakau VO terdiri atas tembakau Kasturi dan tembakau rajangan. Tembakau ini perlu daun yang relatif tebal, dan kadar nikotin relatif tinggi. Karena itu dipangkas pucuk agar daun tersisa lebih tebal sehingga mengandung bahan kimia yang lebih banyak (termasuk nikotin). Kegunaan untuk rokok kretek yang diproduksi pabrik rokok dalam negeri. Kecuali itu tembakau Kasturi juga diekspor ke luar negeri, Tembakau yang diekspor adalah yang kualitasnya relatif rendah a.l. karena terlalu tipis.

3. TEMBAKAU BAWAH NAUNGAN (TBN). • Tembakau ini merupakan jenis tembakau cerutu yang ditanam di bawah naungan

waring dengan tujuan mengurangi sinar matahari menjadi + 70% (sebagai pengganti efek awan), menaikkan kelembaban relatif, dan menghalangi masuknya hama perusak daun. Teknologi ini diintroduksi dari Connecticut (USA) pada tahun 1984 untuk menaikkan persentase bahan pembalut. Dengan cara ini hasil bahan pembalut dapat mencapai 70% atau lebih, yang pada cara konvensional hanya sekitar 25%.

Page 20: BTI TEMBAKAU

20

PERANAN IKLIM TERHADAP TEMBAKAU

1. SUHU. Suhu optimum + 18 - 27°C, tembakau masak petik umur + 50 - 60 hari. Pada suhu rendah pertumbuhan lambat, masak umur 90 hari ke atas.

2. KELEMBABAN NISBI. Kelembaban yang rendah menyebabkan daun tebal untuk mengurangi transpirasi. Kelembaban yang tinggi menyebabkan daun tipis, cocok untuk pembalut cerutu.

3. PENYINARAN. Penyinaran yang intensif meningkatkan berat kering dan kadar gula, yang penting untuk tembakau sigaret. Penyinaran yang kurang karena adanya awan merangsang pertumbuhan daun ke arah tipis dan luas, yang penting untuk bahan pembalut cerutu. Maka TBN ditanam di bawah waring dengan intensitas penyinaran 70%. Umumnya pembungaan tembakau di Indonesia tidak terpengaruh panjang hari.

4. CURAH HUJAN. Penting untuk memenuhi kebutuhan air tanaman, dan mengurangi dampak panas terhadap pertumbuhan daun. Tembakau cerutu perlu hujan menjelang petik untuk kualitas yang baik. Tembakau sigaret (Virginia, Kasturi, Rajangan) justru butuh cuaca kering menjelang panen. Pada cuaca basah perlu diwaspadai penyakit jamur, bakteri, dan kelebihan air (lengger), pada cuaca kering perlu diwaspadai penyakit virus yang ditularkan kutu seperti penyakit krupuk dan mosaik ketimun (CMV= Cucumber Mosaic Virus).

Page 21: BTI TEMBAKAU

21

PERANAN TANAH TERHADAP TEMBAKAU

1. SIFAT FISIK TANAH. Tembakau membutuhkan tanah yang mudah meluluskan air sehingga tersedia udara yang cukup di dalam tanah. Tanah perlu mempunyai daya menahan air (water holding capacity) yang cukup. Tersedianya bahan organik yang cukup sangat dikehendaki untuk pertumbuhan akar yang luas. Lapisan padas yang dangkal kurang sesuai karena sulit ditembus akar. Permukaan air tanah (PAT) yang dangkal kurang baik, dapat menyebabkan daya bakar tembakau yang kurang baik. Tanah ringan umumnya sesuai untuk tembakau Virginia dan tembakau cerutu penghasil pembalut dan pembungkus. Tanah yang lebih berat sesuai untuk tembakau penghasil filler.

2. SIFAT KIMIA TANAH. Kandungan unsur hara makro (N, P, K, Ca, Mg) yang cukup diperlukan untuk pertumbuhan tanaman. Defisiensi unsur hara mobil (N,P, K, Mg) terlihat pada daun-daun bawah, sedangkan defisiensi Ca terlihat pada daun atas yang tumbuhnya terhambat. Nilai pH tanah yang sesuai berkisar antara 5 - 6. Unsur hara yang paling diwaspadai yaitu Cl, karena berpengaruh negatif terhadap daya bakar. Tanah dengan kandungan Cl > 40 ppm berisiko menghasilkan tembakau yang daya bakarnya kurang baik. Pengaruh negatif Cl dapat diimbangi oleh kadar K yang tinggi, yang berpengaruh positif terhadap daya bakar.

Page 22: BTI TEMBAKAU

22

SAPTA USAHA INTENSIFIKASI TEMBAKAU

• 1. Benih Varietas Unggul.

• 2. Pengolahan lahan sesuai dengan baku teknis.

• 3, Pengaturan air dan waktu tanam yang tepat.

• 4. Penggunaan pupuk tepat dosis, jenis, waktu, dan cara.

• 5. Perlindungan tanaman terhadap hama, penyakit, dan gulma.

• 6. Pemungutan hasil berdasar tingkat kemasakan dan letak daun.

• 7. Pengolahan hasil dari daun basah menjadi krosok.

Page 23: BTI TEMBAKAU

23

BENIH TEMBAKAU

• - Untuk tembakau yang diekspor, benih varietas hasil rekayasa genetik

(transgenik) atau GMO (Genetic Modified Organism) ditolak konsumen.

• - Benih yang mendapat sertifikat dari lembaga berwenang lebih disukai oleh

pembeli luar negeri. Untuk tembakau Besuki NO sertifikasi oleh Lembaga

Tembakau.

• - Benih diseleksi berdasar beratnya, makin berat cadangan makanan lebih

banyak. Dalam benih yang normal tiap gram berisi + 12.000 butir.

• - Benih yang baik daya kecambahnya minimum 80% setelah 5 hari

perkecambahan.

• - Benih yang lembab mudah ditumbuhi jamur seperti Alternaria sp. dan Cercospora nicotianae. Benih juga disukai oleh kumbang Lasioderma serricorne.

• - Benih yang sudah disimpan > 1 tahun bebas patogen benih yang menginfeksi

pada saat panen.

• - Benih yang disimpan dalam keadaan kering (kadar air maks 7%) dapat tahan

bertahun-tahun.

• - Benih tembakau tidak menularkan penyakit-penyakit virus, berbeda dengan

benih lombok yang dapat menularkan TMV (virus mosaik tembakau)

Page 24: BTI TEMBAKAU

24

PEMBIBITAN TEMBAKAU

• 1. SISTEM KONVENSIONAL

• Bibit ditanam di tanah bedengan, setelah berumur + 40 hari, bibit dipindah ke pertanaman dengan cara dicabut.

• Kelemahannya : akar sebagian putus, sehingga menghambat pertumbuhan awal di lapangan.

• Volume akar kurang besar (perakaran kurang luas).

• 2. SISTEM INKONVENSIONAL

• Bibit ditanam pada media tanam(campuran tanah dengan kompos) yang dikemas dalam polibag atau nampan plastik (seed tray). Perakaran berkembang baik, setelah + 35 - 40 hari sudah dapat dipindah ke pertanaman.

• Pada saat pemindahan akar tidak terputus, sehingga tidak mengalami hambatan pertumbuhan.

• Volume akar relatif besar, perakaran lebih luas sehingga penyerapan hara lebih intensif.

Page 25: BTI TEMBAKAU

25

PEMBIBITAN TEMBAKAU

• PELAKSANAAN PEMBIBITAN

• Pemupukan. Dilakukan 3 hari sebelum penyebaran benih (H -3).

• Unsur hara yang perlu ditambahkan N dan P. Bila dipakai Ammophos 16.20 dosisnya 25 g/m2. Dapat juga campuran SP 36 (10-20 g/m2) dengan ZA (10-20 g/m2). Dosis dapat bervariasi tergantung kesuburan tanah.

• Penyebaran benih. Kebutuhan benih + 0.1 g/m2 bedengan. Benih dikecambahkan pada kain basah. Setelah 3 hari benih mulai berkecambah, lalu disebarkan di bedengan. Kebutuhan benih untuk tiap ha pertanaman +10 gram. Untuk menghindari semut bedengan disemprot dengan pestisida.

• Penyiraman. Setelah benih disebar tanah dijaga tetap basah dengan penyiraman. Penyiraman juga berfungsi meningkatkan kelembaban udara dan menurunkan suhu tanah. Frekuensi penyiraman tergantung pertumbuhan bibit. Waktu bibit masih kecil tanah dijaga tetap basah. Makin besar bibit kebutuhan air meningkat, tetapi menjelang pemindahan bibit penyiraman dikurangi untuk menguatkan bibit (hardening). Tujuan hardening untuk menyiapkan bibit dengan kondisi kering nantinya di pertanaman.

Page 26: BTI TEMBAKAU

BEDENGAN PADA TEMBAKAU DELI

Page 27: BTI TEMBAKAU

27

PEMILIHAN LAHAN UNTUK PERTANAMANPEMILIHAN LAHAN UNTUK PERTANAMANBEBERAPA FAKTOR YANG PERLU DIPERTIMBANGKAN :BEBERAPA FAKTOR YANG PERLU DIPERTIMBANGKAN :

• 1. KESEHATAN TANAH . Sebaiknya lahan bebas patogen tular tanah seperti Phytophthora nicotianae, Erwinia carotovora atau Ralstonia solanacearum.

• 2. PERMUKAAN AIR TANAH. Sebaiknya permukaan air tanah tidak terlalu tinggi, karena kurang O2 sehingga mengganggu pertumbuhan tanaman. Daya bakar kurang baik karena air membawa ion Cl yang menghambat daya bakar.

• 3. LAPISAN PADAS. Padas yang dangkal tidak baik, sebab akar kurang berkembang, bila hujan lebat tanaman layu, bila angin kencang dapat tumbang.

• 4. KEMIRINGAN TANAH. Hal ini berpengaruh terhadap irigasi dan drainasi, mekanisasi pengolahan tanah, ketersediaan air, dan erosi. Sebaiknya kemiringan lahan tidak lebih daripada 8%.

• 5. TEKSTUR DAN STRUKTUR TANAH. Tanah pasir dan tanah liat (clay) kurang baik, yang baik lempung berpasir - lempung berdebu dan berstruktur remah. Untuk daun pembalut yang baik pada tanah ringan, untuk bahan isi (filler) tanah sedang - berat.

Page 28: BTI TEMBAKAU

28

PENGOLAHAN LAHAN PERTANAMANPENGOLAHAN LAHAN PERTANAMAN

• Tembakau Besuki NO ditanam sesudah panen padi.

• Kondisi fisik tanah yang mampat dan kurang udara (oksigen) tidak cocok untuk tembakau.

• Lahan bekas padi perlu diolah dalam waktu yang cukup untuk : - Membuang senyawa beracun dengan oksidasi. - Memutus kapiler air dalam tanah, sehingga mencegah mengeringnya tanah. - Mencegah naiknya chlor (Cl) yang terbawa oleh air yang bergerak ke atas. Chlor berpengaruh jelek pada daya bakar dan aroma tembakau.

Page 29: BTI TEMBAKAU

29

PEMBUATAN GOT (SALURAN AIR)PEMBUATAN GOT (SALURAN AIR)

• Tanaman tembakau tidak tahan kelebihan air. Untuk kepentingan drainasi perlu dibuat got keliling dan got kecil (got cacing).

• Got kecil juga berfungsi untuk mengairi tanaman bila kondisi tanah kering.

• Jarak antar got kecil umumnya + 10 m, lebar + 20 cm, dan dalam + 30 cm.

• Got besar yang dibuat sesuai dengan miringnya tanah berjarak tiap + 50 m. Ukuran got 40 X 40 cm sampai 50 X 50 cm. Got dapat berfungsi menurunkan permukaan air tanah (PAT).

Page 30: BTI TEMBAKAU

30

PENANAMANPENANAMAN

DUA MACAM TATA TANAM :

• 1. TUNGGAL. Tanaman ditanam pada larikan tunggal. Umumnya dilaksanakan pada tanah berat, untuk memperlancar drainasi. Kedua sisi tanaman pertumbuhannya sama. Umumnya jarak tanam 45 - 50 cm dalam baris tanaman, dan 90 - 100 cm antar baris tanaman.

• 2. RANGKAP. Tanaman ditanam pada guludan yang tiap unitnya terdiri atas dua baris (larik) tanaman. Umumnya digunakan pada tanah ringan. Daun-daun cenderung tipis, terutama yang tumbuh di bagian dalam barisan (larikan). Umumnya jarak tanam antar larikan di dalam satu guludan 50 - 60 cm, jarak tanam dalam larikan 45 cm, sedang jarak antar guludan 90 - 110 cm. Dengan demikian jarak tanam menjadi 45 x 50 x 90 cm atau 50 x 60 x 100cm. Jumlah tanaman tiap ha lebih banyak pada tata tanam rangkap.

Page 31: BTI TEMBAKAU

PERTANAMAN PADA TEMBAKAU DELI

Page 32: BTI TEMBAKAU

32

PENGAIRAN DI PERTANAMAN

• Untuk menghasilkan daun yang relatif tipis dan lebar sesuai dengan kegunaannya tanaman tembakau membutuhkan air yang cukup.

• Pada saat awal penanaman tanaman diairi dengan cara menyiram pada tiap hari sampai tidak menunjukkan gejala layu (kira-kira seminggu), sesudah itu dibiarkan kering, tidak disiram.

• Tanaman baru diairi lagi pada umur + sebulan. Tanaman yang sudah butuh air pada siang hari mulai layu, yang menunjukkan neraca air mulai minus.

• Dalam pengairan diusahakan kadar air di zone akar sedalam + 20 - 30 cm mencapai kapasitas lapangan.

• Air pengairan sebaiknya dipilih yang tidak mengandung Cl > 25 ppm.

• Kebutuhan air tergantung fase pertumbuhan tanaman dan sifat fisik tanah. Tanah berpasir lebih cepat menyerap air daripada tanah berat, tetapi daya menahan air lebih rendah. Tanah itu membutuhkan pengairan lebih sering, tetapi jumlah yang diberikan tiap kali < daripada tanah berat.

• Kebutuhan air tanaman tembakau secara kasar sekitar 90 - 100 mm tiap bulan.

Page 33: BTI TEMBAKAU

PERTANAMAN TEMBAKAU SIAP DIAIRI

Page 34: BTI TEMBAKAU

34

PEMELIHARAAN TANAH

• Tanah di sekitar tanaman perlu diolah untuk :

• Menggemburkan tanah dan memudahkan aerasi.

• Memutus kapiler tanah untuk mengurangi penguapan air.

• Merangsang pembentukan akar baru.

• Mematikan gulma.

• Memudahkan drainasi tanah sesudah turun hujan lebat.

• Pengguludan ke 1 dilakukan sejak tanaman umur sekitar 10 hari. Pengguludan kedua dan selanjutnya dilakukan selang 15 hari. Umumnya pengguludan dilakukan sebanyak tiga kali.

• Tanaman berdiri di atas guludan. Lembah di antara larikan tanaman itu dimanfaatkan sebagai saluran air waktu mengairi (menorap). Oleh petani juga digunakan untuk menaburkan pupuk urea, yang kemudian diairi. Menurut petani hal ini dilakukan untuk menghemat biaya tenaga kerja. Tetapi risikonya sebagian pupuk terbuang bersama aliran air, bahkan kadang-kadang kalau dosis pupuk berlebihan dapat meracun tanaman (karena urea mengandung biuret).

Page 35: BTI TEMBAKAU

35

TUJUAN PEMUPUKAN PADA TEMBAKAUTUJUAN PEMUPUKAN PADA TEMBAKAU

• 1. MENINGKATKAN HASIL TEMBAKAU TIAP HA• 2. MENINGKATKAN KUALITAS TEMBAKAU

• Karena produksi berupa daun, pupuk yang paling penting adalah pupuk nitrogen (N).

• Pada tembakau cerutu kecuali unsur N unsur hara lain yang banyak diserap tanaman yaitu unsur-unsur K dan Ca. Unsur K diperlukan untuk daya bakar dan keteguhan abu, Ca untuk elastisitas dan putihnya abu. Abu yang putih mencerminkan pembakaran yang baik.

• Defisiensi N, P, dan K terlihat pada daun bawah, karena unsur-unsur itu termasuk unsur hara yang mobil.

• Defisiensi Ca terlihat pada daun atas yang ujungnya melengkung dan pertumbuhannya terhambat (Unsur hara yang tidak mobil).

• Tembakau sigaret perlu unsur P untuk memperoleh kadar gula yang lebih tinggi. Kadar gula merupakan unsur kualitas utama pada tembakau sigaret.

Page 36: BTI TEMBAKAU

36

PUPUK UNTUK TEMBAKAU (1)PUPUK UNTUK TEMBAKAU (1)

• Tanaman tembakau produksinya dalam bentuk daun, karena itu perlu pupuk nitrogen (N). Tanaman tembakau menyukai pupuk nitrat.

• Pupuk nitrat mudah larut dalam air dan mudah diserap akar. Merupakan pupuk utama tembakau cerutu.

• Pupuk kalsium nitrat (kalksalpeter =KS) mengandung unsur kalsium (Ca) yang

penting untuk elastisitas tembakau.

• Pupuk urea hanya mengandung nitrogen saja. Pada dosis tinggi dapat meracun

karena kandungan biuret.

• Pupuk urea dengan dosis tinggi dapat menyebabkan kandungan TSNA (Tobacco

Specific Nitrosamine) yang tinggi.

• TSNA dapat menyebabkan kanker sehingga pembeli tembakau di luar negeri

tidak menghendakinya.

Page 37: BTI TEMBAKAU

37

PUPUK UNTUK TEMBAKAU (2)PUPUK UNTUK TEMBAKAU (2)

• Pupuk kalsium nitrat (KS) di pasaran dijual dengan nama dagang KS cap Pak Tani dan Hidro-Karate. Kandungan N kedua pupuk itu sama (+ 15%).

• Kedua pupuk tersebut di atas sama-sama dapat dipakai. • Pupuk urea dipakai sebagai starter, untuk mempercepat pertumbuhan

awal.• Dosis pupuk tergantung kondisi tanah, umumnya 100 kg urea dan 300

kg KS per ha. Di lahan yang tembakaunya memunyai daya bakar yang kurang baik dapat ditambah kalium nitrat (KNO3) 100 kg per ha. Unsur kalium memperbaiki daya bakar

• Tanaman padi sebelum tembakau sebaiknya tidak dipupuk dengan KCL atau Phonska (yang mengandung KCL) agar daya bakar tembakaunya baik.

Page 38: BTI TEMBAKAU

38

PUPUK UREA UNTUK TEMBAKAUPUPUK UREA UNTUK TEMBAKAU

KEUNTUNGAN :• Murah dan mudah tersedia (merupakan pupuk bersubsidi buatan dalam

negeri).

• Tidak mempengaruhi kemasaman tanah, berbeda dengan pupuk ZA.

• Lebih cepat mengalami nitrifikasi daripada pupuk ammonium.

• Dibanding nitrat lebih tahan pencucian pada kondisi cuaca basah

KELEMAHAN

• Hanya menambah N, tidak menambah unsur hara yang lain.

• Bila kelebihan meningkatkan warna hijau (sukar dirombak menjadi kuning atau cokelat saat pengeringan )

• Meningkatkan kadar protein, dan meningkatkan persentase tembakau ‘Minyak’ (cacat pada krosok berupa garis-garis atau noda kehitaman seperti terkena minyak).

• Kelebihan dosis dapat meracun tanaman karena mengandung biuret.

Page 39: BTI TEMBAKAU

39

PUPUK AMMONIUM UNTUK TEMBAKAUPUPUK AMMONIUM UNTUK TEMBAKAU

KEUNTUNGAN :• Tidak mudah tercuci di dalam tanah.

• Melepaskan hara N secara perlahan-lahan (tidak cepat habis).

KELEMAHAN :• Lambat tersedia, perlu nitrifikasi terlebih dahulu menjadi nitrat.

• Dapat mengasamkan tanah karena sulfat, dan dapat berpengaruh negatif terhadap daya bakar.

• Dapat menghambat penyerapan kalium.

• Penyerapan berlebihan dapat menyebabkan keracunan tanaman.

Page 40: BTI TEMBAKAU

40

PUPUK NITRAT UNTUK TEMBAKAUPUPUK NITRAT UNTUK TEMBAKAU

KEUNTUNGAN :

• Mudah larut dalam air, cepat dapat diserap akar tanaman.

• Kecuali N menambah hara lain (sebagai bonus) :

• Ca dari kalsium nitrat menambah elastisitas daun, warna abu cenderung putih.

• K dari KNO3 : memperbaiki daya bakar krosok.

KELEMAHAN :

• Pada kondisi basah mudah tercuci (mengalami leaching) di dalam tanah.

• Merupakan pupuk impor dan tidak disubsidi, sehingga harganya lebih mahal.

Page 41: BTI TEMBAKAU

41

DAMPAK KELEBIHAN NITROGENDAMPAK KELEBIHAN NITROGEN(KARENA PEMUPUKAN DOSIS TINGGI)(KARENA PEMUPUKAN DOSIS TINGGI)

• Warna daun hijau tua, menyebabkan warna krosok kehijauan.

• Kadar protein terlalu tinggi : aroma dan rasa jelek.

• Tembakau lebih higroskopis (mudah menyerap air), sesudah fermentasi pada tembakau cerutu menghasilkan persentase tembakau ‘minyak’ yang lebih besar.

• Tembakau ‘minyak’ yaitu tembakau yang sesudah fermentasi ada bercak atau garis-garis kehitaman, yang terbentuk dari hasil kondensasi antara protein/asam amino dengan polifenol yang menimbulkan warna gelap.

• Reaksi kondensasi itu butuh air dan enzim PPO (Poliphenol Oksidase).

• Tembakau ‘minyak’ tidak disukai konsumen karena rasanya tidak enak.

Page 42: BTI TEMBAKAU

42

PEMUPUKAN NPK PADA TEMBAKAUPEMUPUKAN NPK PADA TEMBAKAU

• Tembakau sigaret umumnya perlu pupuk NPK karena perlu kadar gula yang relatif tinggi.

• Dosis pupuk tergantung kondisi tanah dan varietas/jenis tembakau, serta kondisi cuaca (pada cuaca kering dapat ditambah, pada cuaca basah dapat dikurangi).

• Pada tembakau Virginia di Jawa Timur BALITTAS (BALAI PENELITIAN TANAMAN TEMBAKAU DAN SERAT) menyarankan :

Nitrogen : 2 gr/tanaman (+ 10 gr ZA) P2O5 : 4 gr/tanaman (+ 11 gr SP 36) K2O : 2 gr/tanaman (+ 8 gr ZK)

• Pada tembakau WHITE BURLEY di Jember : Nitrogen : 12 gr/tanaman P2O5 : 6 - 9 gr/tanaman K2O : 7 - 18 gr/tanaman

Page 43: BTI TEMBAKAU

43

HAMA DAN HAMA DAN PENYAKIT PENYAKIT TEMBAKAUTEMBAKAU

ULAT DAUN (Spodoptera lituraSpodoptera litura))

• Bersifat polifag, tanaman inang a.l. kedelai, kacang tanah, lombok, kangkung.

• Telur berkelompok, tiap kelompok 200 - 300 butir telur.• Musuh alami : kepik pengisap Rhinocoris fuscipes, tabuhan parasit ulat

Brachymeria sp., Helonus sp.

PENGENDALIAN :• 1. Mekanis : menangkap/membunuh ulat, mengambil kelompok telur

dengan cellotape.• 2. Memasang perangkap sex feromon untuk kupu-kupu jantan, untuk

memantau populasi dan mengurangi telur yang dibuahi.• 3. Menggunakan bioinsektisida : Bacillus thuringiensis (Bt) dengan

nama dagang Dipel, virus NPV, dan serbuk biji mimba (SBM) serta ekstrak daun mimba (Azadirachta indica).

• 4. Memakai insektisida kimia : Decis (deltametrin), atau Buldok (betasiflutrin). Penggunaannya perlu dibatasi agar tidak membunuh musuh alami dan tidak menghasilkan residu yang melebihi ketentuan.

Page 44: BTI TEMBAKAU

44

ULAT DAUN ULAT DAUN SpodopteraSpodoptera YANG MATI KARENA YANG MATI KARENA DIPERLAKUKAN DENGAN SERBUK BIJI MIMBA DIPERLAKUKAN DENGAN SERBUK BIJI MIMBA

((Azadirachta indicaAzadirachta indica))

Kontrol tidak diperlakukan dengan SBM (Hasil penelitian Balittas)

Page 45: BTI TEMBAKAU

45

ULAT DAUN DIINFEKSI JAMUR ULAT DAUN DIINFEKSI JAMUR Beauveria bassianaBeauveria bassiana

Ulat ditumbuhi miselia jamur dan mati mengeras seperti mumi

Page 46: BTI TEMBAKAU

46

ULAT PUPUS TEMBAKAU (ULAT PUPUS TEMBAKAU (Helicoverpa spp.Helicoverpa spp.))

• Ada dua jenis (spesies), yaitu :

• H. assulta : Menyukai daun, populasi dominan pada stadium vegetatif (sebelum tanaman berbunga).

• H. armigera : Menyukai bunga, populasinya dominan pada masa pembungaan. Lebih tahan terhadap insektisida daripada H. assulta. Jenis ini lebih menyukai tanaman jagung

• Bersifat polifag seperti Spodoptera litura.

• Musuh alami seperti pada Spodoptera litura.

• Telur diletakkan tersebar di daun / bunga.

PENGENDALIAN

• 1. Mekanis : menangkap ulat untuk dibunuh.

• 2. Memantau populasi dengan perangkap sex ( feromon).

• 3. Biopestisida (Bt, NPV, serbuk biji mimba atau yang cair Organeem).

• 4. Pestisida kimiawi : Decis (deltametrin), Buldok (Betasiflutrin).

Page 47: BTI TEMBAKAU

47

HAMA ULAT TANAH (HAMA ULAT TANAH (Agrotis ipsilonAgrotis ipsilon))

• Bersifat polifag. Inang a.l. kubis, jagung, kentang, bibit kopi.

• Ulat hitam kecokelatan, panjang dapat sampai 5 cm.

• Ulat aktif cari makan malam hari, senang mengerat pangkal batang bibit. Siang hari bersembunyi dalam tanah.

• Telur diletakkan pada pangkal batang, berkepompong di dalam tanah.

• Musuh alami : parasit Apanteles rufricus, jamur parasit Botrytis sp. & Metarhizium sp. Jamur berkembang pada cuaca basah.

PENGENDALIAN

• 1. Penggenangan lahan sebelum tanam membunuh larva & kepompong

• 2. Mencari ulat di sekitar bibit yg terserang, yg sembunyi dalam tanah.

• 3. Penyemprotan insektisida menjelang malam, saat ulat keluar.

Page 48: BTI TEMBAKAU

48

KUTU-KUTU PENGISAP DAUNKUTU-KUTU PENGISAP DAUN((Myzus persicae Myzus persicae dandan Thrips tabaci Thrips tabaci))

• Merupakan jenis kutu polifag yang penting pada tembakau, baik sebagai hama langsung maupun sebagai vektor virus CMV (mosaik ketimun) dan TEV (virus etch). Berkembang baik pada cuaca kering. Kotoran Myzus atau rok-kerok yang berasa manis ditumbuhi jamur jelaga, sehingga daun tembakau menjadi hitam kotor. Thrips mengisap cairan tembakau di sekitar tulang daun sehingga menimbulkan gejala urat putih (white vein) pada krosok.

• Mempunyai musuh alami, a.l. lalat Syrpid (Ischidion scutellaris), dan kumbang Menochilus sp.

• PENGENDALIAN• 1. Sanitasi : membersihkan gulma di sekitar pertanaman tembakau (radius

+ 50 m). Gulma itu merupakan tanaman inang hama.• 2. Penyemprotan dini dengan insektisida sistemik seperti Confidor

(imidakloprid) atau Regent (fipronil) saat populasi di bawah 10 koloni per 20 tanaman.

Page 49: BTI TEMBAKAU

49

Koloni kutu Myzus persicae pada permukaan bawah daun

Myzus dewasa bersayap

Thrips tabaci yang menyebabkan cacat urat putih pada tembakau krosok

Page 50: BTI TEMBAKAU

50

PENYAKIT PENTING TANAMAN TEMBAKAUPENYAKIT PENTING TANAMAN TEMBAKAU

• BAKTERIBAKTERI :

• 1. Ralstonia solanacearum (layu, atau lendir).

• 2. Erwinia carotovora (batang berlubang).

• VIRUSVIRUS :

• 1. Mosaik tembakau (TMV).

• 2. Mosaik ketimun (CMV).

• 3. Krupuk

• JAMURJAMUR :

• 1. Phytophthora nicotianae (lanas = blackshank).

• 2. Cercospora nicotianae (patik atau tol-tol = spikkel).

Page 51: BTI TEMBAKAU

51

PENYAKIT LAYU ATAU LENDIRPENYAKIT LAYU ATAU LENDIR((Ralstonia solanacearumRalstonia solanacearum))

• ARTI EKONOMI : Pada tembakau Deli (yang ditanam di tanah kering) kerugian rata-rata 25 - 35%.

• PENYEBAB : bakteri R. solanacearum, yang dahulu disebut Pseudomonas solanacearum. Bakteri bersifat aerob (butuh oksigen), sehingga tidak tahan hidup pada sawah yang diairi.

• GEJALA : Tanaman layu, awalnya sefihak, setelah parah seluruh daun layu. Berkas pembuluh di bagian sakit berwarna cokelat, bila dipijit keluar lendir putih kotor.

• TANAMAN INANG : Solanaceae, kacang-kacangan, wijen.

• PENULARAN : Bakteri bertahan bertahun-tahun dalam tanah tegal, apalagi bila kadar air cukup. Dapat menginfeksi akar lewat luka akar, a.l. akibat gigitan nematoda parasit (Meloydogine sp). Bakteri juga dapat melarutkan dinding sel akar rambut.

Page 52: BTI TEMBAKAU

52

Gejala layu pada tembakau yang terserang bakteri layu (Ralstonia solanacearum). Layu sefihak merupakan gejala spesifik penyakit ini. Bagian yang sakit bila dipijit keluar lendir

Page 53: BTI TEMBAKAU

53

PENYAKIT LAYU ATAU LENDIRPENYAKIT LAYU ATAU LENDIR(Lanjutan)(Lanjutan)

• PENGENDALIAN :• 1. ROTASI TANAMAN. Di Deli rotasi 5 tahun sekali, setelah 3

tahun ditanami tebu, lalu tanah diolah, setahun sebelum tanam tembakau ditanami Mimosa invisa yang akarnya mengandung bakteri antagonis. Di Jawa rotasi tanaman dengan padi sawah selama 2 musim, dapat membunuh patogen yang berada di dalam tanah.

• 2. SANITASI LAHAN. Lahan dibersihkan dari gulma, tanaman sakit dicabut, dibawa keluar areal, setelah kering dibakar.

• 3. STERILISASI MEDIA BIBITAN. Media disterilkan dengan dijemur di bawah sinar matahari atau dengan uap air panas.

• 4. PENGENDALIAN HAYATI. Bakteri antagonis yg diisolasi dari akar Mimosa digunakan sebagai biopestisida. Bakteri itu termasuk species Pseudomonas putida. Penyiraman dengan suspensi bakteri pada bibit yang akan ditanam dapat menekan serangan.

Page 54: BTI TEMBAKAU

54

PENYAKIT BATANG BERLUBANGPENYAKIT BATANG BERLUBANG((HOLLOW STALKHOLLOW STALK))

• ARTI EKONOMI : Penyakit ini menimbulkan kerugian pada semua jenis tembakau di Indonesia.

• PENYEBAB PENYAKIT : Bakteri Erwinia carotovora yg bersifat fakultatif aerob, dapat hidup pada tanah sawah. Bakteri hanya menginfeksi lewat luka pada jaringan tanaman.

• GEJALA : Tanaman layu mirip layu bakteri atau lanas (lihat gambar). Gejala spesifik empulur kosong, sehingga batang tanaman dapat patah di tengah. Infeksi biasanya lewat luka bekas petikan daun bawah. Jaringan batang di sekitarnya busuk hitam.

• Daun terinfeksi yang terpetik & disujen di gudang pengering ibu tulang daunnya busuk (busuk gagang), daun rontok dan berbau.

• PENULARAN : Lewat luka akar, bekas petikan daun di batang, lewat sujen yang tercemar.

• PENGENDALIAN : Sesudah petik higienis luka dibiarkan kering sebelum digulud. Pada kondisi lembab (rawan infeksi) luka dapat dioles streptomycin sulfat 200-500 ppm. Sujen juga didesinfeksi.

Page 55: BTI TEMBAKAU

55

GEJALA SERANGAN BAKTERI GEJALA SERANGAN BAKTERI ErwiniaErwinia PADA TEMBAKAU PADA TEMBAKAU

Daun-daun layu, batang busuk hitam, bila dibelah empulurnya kosong. Bila terkena angin batang dapat patah

Page 56: BTI TEMBAKAU

56

PENYAKIT MOSAIK TEMBAKAUPENYAKIT MOSAIK TEMBAKAU

• ARTI EKONOMI : Penyakit menimbulkan kerugian di hampir semua daerah penanaman tembakau.

• PENYEBAB PENYAKIT : Penyakit disebabkan oleh virus mosaik tembakau (TMV). Virus berbentuk batang dengan poros RNA yang dibungkus protein pelindung. Virus tahan panas, dapat diinaktifkan pada suhu 93° C selama 10 menit. Virus tak tahan pH tinggi. Pada pH > 8,5 protein pelindung rusak dan virus dapat dihancurkan. Konsentrasi terendah yang mampu menginfeksi yaitu 1 ppm (1 mg/l).

• GEJALA : Daun sakit warnanya belang hijau tua dan hijau muda seperti gambaran mosaik. Daun menyempit, tepi daun menggulung ke bawah. Daun yang terserang adalah daun yg masih muda, yg masih sedang tumbuh. Tanaman terhambat pertumbuhannya.

• TANAMAN INANG : Solanaceae (lombok, tomat, terong dsb.), gulma ceplukan (Physalis angulata).

Page 57: BTI TEMBAKAU

57

GEJALA PENYAKIT MOSAIK TEMBAKAU (TMV)GEJALA PENYAKIT MOSAIK TEMBAKAU (TMV)

Daun berwarna belang - belang hijau muda dengan hijau tua. Virus menular melalui kontak tangan dengan daun tanaman yang sakit, tidak ditularkan melalui biji

Page 58: BTI TEMBAKAU

58

PENYAKIT MOSAIK TEMBAKAUPENYAKIT MOSAIK TEMBAKAU(Lanjutan)(Lanjutan)

• PENULARAN : TMV ditularkan secara mekanis lewat singgungan dengan tangan yang tercemar virus. Sisa tanaman sakit di dalam tanah dapat menularkan virus juga.

• PENGENDALIAN :

• 1. Sanitasi . Sisa tanaman dibersihkan, tanaman sakit yang masih muda dicabut. Sebelum bekerja di kebun tangan dicuci dengan deterjen seperti Rinso, konsentrasi 0,6% untuk merusak protein pelindung virus. Kompleks yg terserang cukup berat tetapi hampir panen diisolasi dengan tanda tali (seperti garis polisi), pemeliharaan ditangani tenaga khusus, untuk mencegah penularan ke pertanaman yg masih sehat.

• 2. Menanam varietas tahan. Pada tembakau Burley varietas tahan a.l. Burley 21, Burley 49. Burley 64, Ky 34, Ky 35, Ky 48, Ky 56, Ky 57. Tembakau rajangan belum ada yang tahan. Tembakau Besuki NO yang tahan yaitu H 877 dan H 894 (di Kebun Sukowono dikenal sebagai H 6).

Page 59: BTI TEMBAKAU

59

PENYAKIT MOSAIK KETIMUNPENYAKIT MOSAIK KETIMUN((Cucumber Mosaic VirusCucumber Mosaic Virus = CMV = CMV))

• PENYEBAB PENYAKIT :

• Virus Mosaik Ketimun (CMV). Berbeda dengan TMV, CMV di luar tanaman tidak tahan penyimpanan. CMV dapat diinaktifkan pada suhu 60 - 75° C selama 10 menit. Konsentrasi terendah yang masih mampu menginfeksi yaitu 10 ppm.

• GEJALA :

• Daun yg sakit berwarna belang tidak teratur, mirip seperti warna kulit ketimun. Daun yg sakit parah menyempit & mengalami distorsi, selanjutnya tanaman terhambat tumbuhnya. Terdapat beberapa strain CMV yg menunjukkan variasi gejala yg berbeda.

• TANAMAN INANG :

• Fam. Cucurbitaceae (ketimun, melon, semangka), kubis, pisang, jagung, ceplukan.

• PENULARAN :

• Terutama melalui gigitan serangga pengisap cairan daun (Myzus persicae, Aphis gossypii). Juga menular secara mekanis.

Page 60: BTI TEMBAKAU

60

PENYAKIT MOSAIK KETIMUNPENYAKIT MOSAIK KETIMUN(LANJUTAN)(LANJUTAN)

• PENGENDALIAN :

• 1. Sanitasi lingkungan dengan membersihkan gulma inang virus dan serangga vektornya.

• 2. Mengendalikan serangga vektor dengan insektisida sistemik, a.l. Confidor (berbahan aktif imidakloprid) pada konsentrasi 0,0125-0,02%. Pengendalian dilakukan sejak dini, karena bila terlambat akan terbentuk populasi yg bersayap dari Myzus persicae, yg dapat terbang ke tanaman di sekitarnya.

Page 61: BTI TEMBAKAU

61

PENYAKIT MOSAIK KETIMUNPENYAKIT MOSAIK KETIMUN(CMV)(CMV)

Tanaman tembakau yang terserang oleh virus mosaik ketimun (CMV = Cucumber Mosaic Virus).

Warna belang mirip seperti kulit ketimun, disertai perubahan bentuk.

Page 62: BTI TEMBAKAU

62

PENYAKIT KRUPUKPENYAKIT KRUPUK

• PENYEBAB PENYAKIT :• Virus krupuk atau Tobacco Leaf Curl Virus (TLCV) • GEJALA :• Daun berkerut, urat daun menebal, tulang daun melengkung-lengkung,

mengesankan seperti krupuk yang digoreng. Di bagian bawah daun ada tonjolan-tonjolan kecil seperti anak daun (Enasi).

• TANAMAN INANG :• Gulma wedusan (Ageratum conyzoides), legetan (Synedrella nodiflora),

nyawon (Vernonia cinerea).• PENULARAN :• Virus hanya ditularkan lewat kutu kebul (Bemisia tabaci), tidak menular

lewat benih atau lewat singgungan dengan tanaman sakit. Virus jarang menular dari tembakau ke tembakau, lebih mudah dari gulma ke tembakau.

• PENGENDALIAN :• 1. Sanitasi lingkungan : membersihkan gulma dari lahan sampai sejauh +

20 m dari areal tembakau. Hal ini untuk menghilangkan tempat persembunyian serangga vektornya.

• 2. Penggunaan insektisida : bilamana populasi vektor sangat banyak, dapat disemprot dengan insektisida sistemik seperti Confidor (imidakloprid), Regent (fipronil) atau Actara (Tiametoksam).

Page 63: BTI TEMBAKAU

63

PENYAKIT KRUPUK PADA TEMBAKAU PENYAKIT KRUPUK PADA TEMBAKAU

Daun-daun melengkung-lengkung seperti krupuk yang digoreng

Serangga penular virus krupuk, lalat putih (Bemisia tabaci)

Page 64: BTI TEMBAKAU

64

PENYAKIT LANAS ATAU KOLOT BASAHPENYAKIT LANAS ATAU KOLOT BASAH

• PENYEBAB PENYAKIT :

• Jamur Phytophthora nicotianae. Jamur menghasilkan zoospora yg berbulu cambuk, sehingga dapat bergerak aktif dalam air. Jamur dapat bertahan dalam tanah tegal (soil borne), bersifat aerob (tak tahan penggenangan).

• GEJALA :

• Akar membusuk, pangkal batang menghitam. Tanaman layu seperti disiram air panas. Bila pangkal batang dibelah empulurnya bersekat-sekat (tanda spesifik penyakit ini). Pada daun menimbulkan lanas bercak, berupa lingkaran konsentris berwarna cokelat tua berseling cokelat kuning (gelap dan terang).

• TANAMAN INANG :

• Familia Solanaceae, seperti tomat, terong, lombok, kentang.

• PENULARAN :

• Air hujan & pengairan menyebarkan spora. Tanah basah yg ada patogennya dapat menempel di kaki orang atau ternak, dan menularkan.

Page 65: BTI TEMBAKAU

65

PENYAKIT LANAS ATAU KOLOT BASAHPENYAKIT LANAS ATAU KOLOT BASAH(Lanjutan)(Lanjutan)

• Luka akar oleh gigitan nematoda parasit memudahkan infeksi. Pupuk kandang yg kurang masak (pemanasan kurang) dapat mengandung spora jamur yg masih aktif.

• Tanaman sakit menularkan penyakit ke tanaman lainnya.

• PENGENDALIAN :

• 1. Varietas tahan. Pada tembakau rajangan varietas Sumoris relatif tahan. Tembakau Virginia yg tahan a.l. DB 101, NC 95, NC 2514, Coker 139, Coker 298, dan Coker 316. DB 101 juga ditanam sebagai tembakau rajangan.

• 2. Rotasi tanam. Di tanah sawah disarankan rotasi 2 tahun sekali.

• 3. Sanitasi. Tanaman sakit dicabut & dibakar. Bekas lubang tanam didesinfeksi cara Raciborski (diberi campuran ZA + kapur tohor 1 : 10), disiram air sampai bau amoniak, atau diberi larutan terusi (Cu SO4) 1% (10 g terusi per liter air).

• 4. Secara hayati. Lubang tanam diberi jamur Trichoderma sp.

• 5. Kimiawi. Menjelang tanam (H -1) lubang tanam diberi larutan Ridomil 0,3% (bahan aktif metalaxyl, sistemik).

Page 66: BTI TEMBAKAU

66

Tembakau yang layu karena terserang jamur lanas (Phytophthora nicotianae). Gejala layu seperti disiram air panas. Kiri : tembakau cerutu, tengah : tembakau Burley

Batang tanaman tembakau yang terserang lanas. Bila dibelah empulurnya bersekat

Page 67: BTI TEMBAKAU

67

SANITASI UNTUK MEMBUANG TANAMAN SANITASI UNTUK MEMBUANG TANAMAN TEMBAKAU YANG SAKITTEMBAKAU YANG SAKIT

Page 68: BTI TEMBAKAU

68

PENYAKIT PATIK ATAU TOL-TOLPENYAKIT PATIK ATAU TOL-TOL((SPIKKELSPIKKEL))

• PENYEBAB PENYAKIT :

• Jamur Cercospora nicotianae. Jamur tergolong parasit lemah, yg masuk melalui mulut kulit (stomata), terutama pada daun tua yg fisiologis sudah lemah.

• GEJALA :

• Daun yg hampir masak menampakkan bercak putih, di tengahnya berwarna hitam karena adanya konidia jamur. Setelah daun kering (krosok) bercak tetap putih, mudah robek. Ada juga yg bercaknya berwarna hitam bila kondisi gudang pengering terlalu lembab. Infeksi yg lambat belum terlihat di daun yg dipanen, tetapi dalam gudang pengering tumbuh jadi bercak hijau (greenspot).

• TANAMAN INANG :

• Famili Solanaceae (a.l. terong, cabai, kecubung).

• PENULARAN :

• Spora atau konidia disebarkan oleh angin siang hari, terutama bila cuaca lembab. Untuk berkecambah spora perlu tetesan air.

Page 69: BTI TEMBAKAU

69

GEJALA PENYAKIT PATIK (GEJALA PENYAKIT PATIK (Cercospora nicotianaeCercospora nicotianae) PADA ) PADA DAUN TEMBAKAUDAUN TEMBAKAU

Daun tembakau masak yang terserang jamur patik. Gambar kanan dilihat pada perbesaran kuat. Bercak patik yang berwarna putih, yang berwarna cokelat terinfeksi oleh jamur Alternaria longipes

Page 70: BTI TEMBAKAU

70

PENYAKIT PATIK ATAU TOL-TOLPENYAKIT PATIK ATAU TOL-TOL(Lanjutan)(Lanjutan)

• Spora juga dapat menular lewat benih yg baru (kurang dari setahun).

• Diduga spora bertahan dalam tanah ringan yg berbahan organik.

• PENGENDALIAN :

• 1. Sanitasi. Daun bawah yg terinfeksi dibuang (petik higienis), sisa tanaman atau bibit yg sudah tidak terpakai dibinasakan.

• 2. Benih yg sehat. Dianjurkan petani menggunakan benih yg dihasilkan oleh lembaga yg berwenang.

• 3. Pemetikan awal. Bila tanda-tanda infeksi akan berat, daun dipetik agak awal, di gudang pengering segera diberi asap.

• 4. Kimiawi. Penyemprotan dengan fungisida sistemik. Dulu dipakai a.l. karbendazim (Derosal), tiofanat metil (Topsin), benomyl (Benlate) berselang-seling dengan fungisida kontak mankozeb (Dithane M 45) atau propineb (Antracol). Saat sekarang fungisida sistemik karbendazim tidak disukai pembeli luar negeri, sebaiknya diganti Bayleton (Triadimefon).

Page 71: BTI TEMBAKAU

Nama dagang Bahan aktif Konsentrasi Penyakit sasaran Residu max (mg/kg)

Ridomil 35 SD Metalaxil

(sistemik)

2 gr/l air Lanas (Phytophthora),

Pythium

2,0

Previcur N Propamocarb

(sistemik)

2 gr/l air Lanas dan Pythium -

Kasumin 20 AS Kasugamicin

(sistemik)

2 cc/l air Lanas dan Pythium -

Dithane M 45 Mancozeb

(kontak)

2 gr/l air Patik (Cercospora) dan

Bercak cokelat (Alternaria)

5,0

Antracol 70 WP Propineb

(kontak)

2 gr/l air idem 5,0

Melody duo

66.8 WP

Propineb dan

Iprovalicab

(sistemik)

2 gr/l air idem 5,0

Bayleton 250 EC

Triadimefon

(sistemik)

0,5 cc/l air idem 0,5

Anvil 50 EC Heksakonazol

(sistemik)

1 cc/l air idem -

Score 250 EC Difenokonazol 0,5 – 1 cc/l idem -

Tabel 1. Daftar fungisida untuk mengendalikan penyakit tembakau

Page 72: BTI TEMBAKAU

Tabel 2. Daftar bakterisida untuk mengendalikan penyakit tembakau

Nama dagang

Bahan aktif Konsentrasi Penyakit sasaran Residu max (ppm)

Agrept 20 WP Streptomicin sulfat (sistemik)

1 – 1,5 gr/l Layu Ralstonia dan Erwinia -

Kasumin 5/75

WP

Kasugamicin

(sistemik)

2 gr/l idem -

Catatan : - Bakterisida dituangkan ke dalam lubang tanam pada H – 1

sebanyak 50 cc/lubang tanam, atau 1 liter larutan untuk 20

lubang tanam.

- Residu max menurut CORESTA Guide No. 1, Juni 2008

Page 73: BTI TEMBAKAU

Nama dagang Bahan aktif Konsentrasi Hama sasaran Residu max (mg/kg)

Confidor 200SL

Imidakloprid

(sistemik)

0,5-1 cc/l Kutu daun Myzus, Thrips,

Bemisia tabaci

5,0

Regent 50 EC Fipronil

(sistemik)

1 cc/l idem -

Actara 25 WG Tiametoksam

(sistemik)

0,2-0,3 gr/l idem -

Decis 2,5 EC Deltametrin

(kontak+ perut)

0,5- 1 cc/l Ulat daun Spodoptera dan ulat pupus Helicoverpa

1,0

Buldok 25 EC Betasiflutrin

(kontak+ perut)

1 cc/l idem 0,5

Agrimec 18 EC

Abamectin

(kontak+ perut)

0,5 – 1 cc/l idem -

Kanon 400 EC

Dimetoat (kon-

tak & sistemik)

1 cc/l Ulat daun dan ulat pupus,

serta kutu-kutu daun

0,5

Organeem Azadirachtin 4 gr/l Ulat daun dan ulat pupus -

Amcothene 75

SP

Acephate (kon-

tak & sistemik)

0,5-1cc/l Ulat daun dan ulat pupus 0,2

Tabel 3. Daftar insektisida untuk mengendalikan hama tembakau

Page 74: BTI TEMBAKAU

74

REFERENSI HAMA & PENYAKIT

Arwiyanto, T. dan I. Hartana (2001). Percobaan lapangan pengendalian hayati layu bakteri tembakau. Mediagama III (2), 7-14.

Gothama, A.A.A, IG.A.A. Indrayani, dan D, Winarno (1998). Pemanfaatan

NPV dan Bacillus thuringiensis untuk pengendalian ulat daun Helicoverpa

armigera dan Spodoptera litura pada tembakau deli. Laporan Penelitian

Kerjasama APPI dengan Puslitbangtri (tidak dipublikasi).

Lucas, G.B. (1975). Diseases of tobacco. Biol. Consult. Ass., Raleigh, N.C.

Semangun, H. (2000). Penyakit-penyakit tanaman perkebunan di Indonesia.

Gadjah Mada Univ. Press, Yogyakarta.

Suripno dan T. Yulianti (2006). Budidaya dan pasca panen tembakau besuki na-oogst dan prospek aplikasi teknologi ramah lingkungan. Prosiding Diskusi Teknologi Ramah Lingkungan Untuk Tembakau Ekspor Besuki, Jember, 19 Juli 2005, p.23-31.

===========

Page 75: BTI TEMBAKAU

75

PASCA PANEN TEMBAKAUBESUKI NO

DARI PANEN SAMPAI SIAP EKSPOR

Page 76: BTI TEMBAKAU

76

KLASIFIKASI DAUN TEMBAKAU BESUKI NOKLASIFIKASI DAUN TEMBAKAU BESUKI NOBERDASAR POSISI DAUN PADA BATANGBERDASAR POSISI DAUN PADA BATANG

• Dimulai dari bawah ke atas :

• 1. DAUN KOSERAN (KOS) : 4 - 6 lembar.• 2. DAUN KAKI (KAK) : 6 - 8 lembar• 3. DAUN TENGAHAN (TNG) : 6 - 8 lembar• 4. DAUN PUCUK (PUT) : 4 - 6 lembar

• KOS dan KAK yang baik (tidak cacat, ukuran lebar cukup, warna cerah) dipakai sebagai pembalut cerutu (Dekblad = Wrapper), KAK yang masih cukup baik dan TNG dapat dipakai sebagai pembungkus cerutu (Omblad = Binder).

• TNG dan PUT sebagai bahan isi cerutu (Filler).

Page 77: BTI TEMBAKAU

77

BEBERAPA FAKTOR YANG MENENTUKANBEBERAPA FAKTOR YANG MENENTUKANDALAM PEMETIKAN (1)DALAM PEMETIKAN (1)

• 1. DERAJAT KEMASAKAN DAUN.• Perlu kemasakan optimal, yg tergantung tipe tembakau. Tembakau

sigaret dipetik pada derajat kemasakan lebih tua daripada tembakau cerutu, agar kadar N lebih rendah. Tembakau cerutu setelah dikeringkan masih akan mengalami fermentasi, sehingga toleransi terhadap kadar N masih lebih besar daripada tembakau sigaret (yang tidak difermentasi).

• Tembakau cerutu bahan pembalut dipetik pada kemasakan lebih muda daripada yg untuk filler, agar warna krosok cerah.

• Tembakau cerutu bahan isi perlu dipetik pada kondisi yg lebih masak, agar rasa & aroma lebih kuat.

• 2. SAAT PEMETIKAN.• Petik pagi menghasilkan warna lebih cerah dan rata dibanding petik

siang atau sore, karena kadar zat tepung dalam daun lebih rendah (asimilasi masih kurang). Yang dipetik siang warna kurang rata, karena perbedaan menerima sinar matahari, sinar lebih banyak warna cokelat (gelap).

Page 78: BTI TEMBAKAU

78

BEBERAPA FAKTOR YANG MENENTUKANBEBERAPA FAKTOR YANG MENENTUKANPEMETIKAN (2)PEMETIKAN (2)

• 3. JUMLAH DAUN YANG DIPETIK.• Teoritis kemasakan sempurna bila pemetikan dilakukan hanya satu daun

tiap kali panen. Di lapangan ada variasi antar tanaman, sehingga pemetikan satu daun tidak menjamin sempurnanya kemasakan daun, padahal biaya petik mahal. Dalam praktek umumnya dilakukan petik dua daun tiap kali panen.

• 4. SELANG WAKTU PEMETIKAN.• Ini tergantung derajat kemasakan daun berikutnya.• Umumnya petik dua hari sekali (selang waktu tidak petik sehari).

• 5. POSISI DAUN PADA BATANG.• Letak daun mempengaruhi susunan kimiawi.• Makin ke atas ada peningkatan kadar N total, protein, dan nikotin. Kadar abu

total, Ca, Mg dan pH makin ke atas makin meningkat. Kadar karbohidrat tertinggi pada daun-daun tengah. Tebal daun makin ke atas meningkat, sehingga daun atas lebih cocok untuk filler.

Page 79: BTI TEMBAKAU

79

PANEN DENGAN CARA TEBANG TANAMANPANEN DENGAN CARA TEBANG TANAMAN((STALK CUTTINGSTALK CUTTING))

• Pada tembakau White Burley dilakukan panen dengan tebang tanaman. Daun-daun masih melekat pada potongan batang digantung di bangsal pengering. Selama pelayuan akan terjadi arus balik masa dari daun ke batang,a.l. khlor (Cl-). Hal ini menguntungkan ditinjau dari aspek sifat pembakaran.

• Akibat arus balik itu daun cenderung lebih ringan daripada daun yang diproses dengan pemetikan berkala.

• Dibanding pemetikan berkala, pengangkutan hasil ke bangsal pengering lebih sukar.

Page 80: BTI TEMBAKAU

80

TRANSPOR HASIL PETIKANTRANSPOR HASIL PETIKAN

• DAUN DIPETIK PAGI, SEBELUM MATAHARI TERBIT. Umumnya dilakukan jam 5.00 - 8.00 WIB. Sehabis hujan lebat petikan ditunda, agar daun agak kesap (tidak basah).

• DAUN YG DIPETIK MASUK KRANJANG. Kranjang ditutup karung plastik, agar tidak kena sinar matahari yg menimbulkan warna tua (gelap) karena zat tepung hasil asimilasi.

• DAUN DIPERLAKUKAN HATI-HATI. Hal ini agar daun tidak memar dan robek. Bila memar, setelah pengeringan & fermentasi menunjukkan noda-noda minyak berwarna gelap, menyebabkan rasa tembakau yg pahit. Pupuk urea berlebihan juga cenderung meningkatkan tembakau minyak.

Page 81: BTI TEMBAKAU

81

PENGERINGAN (PENGERINGAN (CURINGCURING)) (1)(1)

• Dalam proses pengeringan, daun tembakau kecuali menjadi kering juga mengalami perubahan biokimiawi yang menyebabkan tembakau lebih matang. Karena itu tidak disebut Drying, tetapi Curing.

• Macam-macam tipe pengeringan :• 1. Pengeringan udara (Air Curing) : berlangsung secara alami

dengan aliran udara, bila perlu dilakukan pengasapan dengan kayu bakar. Contoh : tembakau White Burley, dan tembakau cerutu.

• 2. Pengeringan matahari (Sun Curing) : berlangsung di bawah sinar matahari dengan penjemuran. Contoh : tembakau Kasturi, tembakau Oriental, dan tembakau rajangan.

• 3. Pengeringan dengan pipa pemanas (Flue Curing) : berlangsung dalam gudang pengering dengan pemanasan tidak langsung melalui pipa pemanas (flue). Contoh : tembakau Virginia untuk sigaret.

• 4. Pengeringan dengan api (Fire Curing) : berlangsung di atas nyala api. Contoh : tembakau Boyolali asepan.

Page 82: BTI TEMBAKAU

82

PENGERINGAN (CURING) (2)PENGERINGAN (CURING) (2)

• Pengeringan tembakau cerutu seperti tembakau Besuki NO berlangsung dengan Air Curing. Pada prinsipnya berlangsung alamiah.

• Jumlah uap air yang harus dibuang sekitar 88% berat tembakau. Pada kondisi udara lembab (terutama malam hari), kadang-kadang perlu dilakukan pemanasan dengan pembakaran kayu.

• Tujuan pemanasan atau pengasapan : untuk mengalirkan udara dalam bangsal pengering, sehingga udara yg jenuh uap air dapat diganti udara segar yang masih kering.

• Pengeringan relatif lama, a.l. tergantung ukuran daun,

dapat berlangsung selama 2 - 4 minggu.• Daun yang memar waktu pemetikan menyebabkan dinding sel

pecah, maka polifenol dalam vakuola dan enzim polifenol oksidase (PPO) dalam sitoplasma akan bercampur dengan oksigen dari udara, membentuk senyawa berwarna gelap, yg menghasilkan tembakau minyak. Tembakau yg mempunyai cacat minyak mutunya rendah.

Page 83: BTI TEMBAKAU

TEMBAKAU HASIL PANEN DISUJEN DALAM BANGSALPENGERING

Page 84: BTI TEMBAKAU

84

PENGERINGAN (PENGERINGAN (CURINGCURING) (3)) (3) TAHAPAN PROSESTAHAPAN PROSES

• 1. PELAYUAN (WILTING). Dimulai sejak daun masuk bangsal pengering sampai dengan daun berubah warna menjadi kuning. Khlorofil terombak, sehingga zat warna kuning karotin dan xanthofil menjadi tampak. Selama tahap ini umumnya belum diberi asap. Berlangsung 3 - 4 hari.

• 2. PEMBENTUKAN WARNA (COLOUR FIXING). Dimulai dari perubahan warna sampai permukaan daun kering. Jaringan daun mulai mati, dinding sel pecah & isi sel saling campur, terjadi oksidasi polifenol. Intensitas oksidasi menentukan warna tembakau. Warna juga ditentukan oleh kelembaban udara dan lamanya proses pengeringan. Bila warna yg diinginkan sudah terbentuk, pengeringan ditingkatkan agar warna tak berubah. Tahap ini paling kritis, berlangsung + 8 hari.

• 3. PENGERINGAN IBU TULANG DAUN (STEM DRYING). Helaian daun sudah kering, tetapi ibu tulang daun masih basah. Tahap ini berlangsung kira-kira 7 - 10 hari, tergantung antara lain dari kondisi cuaca. Tembakau ditunkan (dirompos) bila tulang daun sudah kering.

Page 85: BTI TEMBAKAU

TEMBAKAU CERUTU VORSTENLAND (KLATEN) SEDANGDIKERINGKAN DI BANGSAL PENGERING

Page 86: BTI TEMBAKAU

86

PENGERINGAN (4)PENGERINGAN (4)

CONTOH PENGERINGAN DAUN KAKI TEMBAKAU BESUKI NOCONTOH PENGERINGAN DAUN KAKI TEMBAKAU BESUKI NO

Hari ke Pengapian Lembap nisbi

Kondisi daun

1 - 3 Tanpa api 90 – 95%

Segar – mulai layu dan mulai menguning

4 - 6 Asap (kukus) 85 – 90% Mulai mengering dari tepi, hari ke 6 separuh helaian daun telah kering

7 - 9 Api kecil 75 – 85% Seluruh helaian daun telah kering, urat daun mulai mengering

10 -12 Api sedang 65 – 70% Seluruh urat daun telah kering, tangkai daun mulai mengering

13 -15 Api sedang 60 – 65% Tangkai daun diharapkan telah kering

16 -18 Api kecil 60 – 65% Menyempurnakan pengeringan untuk mempersiapkan rompos

Page 87: BTI TEMBAKAU

87

FERMENTASI TEMBAKAU CERUTUFERMENTASI TEMBAKAU CERUTU(1)(1)

• Tembakau cerutu sesudah pengeringan belum dapat dikonsumsi, karena beberapa unsur kualitas belum terbentuk. Diperlukan proses pengolahan lebih lanjut untuk menghasilkan tembakau yang berkualitas.

• Fermentasi merupakan proses biokimiawi yang melibatkan sejumlah enzim yg diperlukan untuk memecah polisakarida dan protein menjadi senyawa yg lebih sederhana, dengan pembebasan panas. Panas tersebut diperlukan dalam reaksi biokimiawi untuk membentuk aroma, rasa, daya bakar, dan tekstur yg lebih baik, serta warna yg lebih merata.

• Tembakau sigaret (Virginia, rajangan) tidak perlu mengalami fermentasi, tetapi selama penyimpanan terjadi proses pematangan (aging) secara alami yg meningkatkan kualitas, antara lain aroma menjadi lebih baik. Tembakau sigaret sering kali perlu mengalami pengeringan ulang (redrying) sebelum diproses untuk pembuatan rokok.

Page 88: BTI TEMBAKAU

TEMBAKAU CERUTU DITUMPUK DALAM GUDANGUNTUK DIFERMENTASI

Page 89: BTI TEMBAKAU

89

FERMENTASI TEMBAKAU CERUTUFERMENTASI TEMBAKAU CERUTU (2)(2)

• SYARAT-SYARAT UNTUK BERLANGSUNGNYA FERMENTASI :• 1. BAHAN DASAR (SUBSTRAT). Polisakarida dan protein yg akan

dirombak cukup tersedia dalam tembakau yg akan difermentasi.• 2. ENZIM. Enzim yg masih aktif sebagai katalisator proses

biokimiawi dalam fermentasi tersedia.• 3. SUHU. Untuk optimalnya reaksi enzimatis diperlukan suhu relatif

tinggi (+ 45 - 55° C).• 4. KADAR AIR. Reaksi enzimatis tak dapat berlangsung bila

tembakau terlalu kering. Diperlukan kadar air sekitar 18 - 25%.• 5. OKSIGEN. Oksigen diperlukan untuk dapat berlangsungnya reaksi

oksidasi enzimatik.• 6. WAKTU. Reaksi biokimiawi berjalan dalam waktu yg relatif lambat,

sehingga tidak dapat dipercepat. Pada umumnya proses fermentasi berlangsung dalam waktu sekitar 70 - 100 hari.

Page 90: BTI TEMBAKAU

90

FERMENTASI TEMBAKAU CERUTUFERMENTASI TEMBAKAU CERUTU (3)(3)

• PELAKSANAAN FERMENTASI :• 1. Tembakau ditumpuk dengan massa tertentu, dengan tujuan :• a. Menghimpun panas yg berasal dari perombakan senyawa

bermolekul besar ke senyawa bermolekul lebih kecil (polisakarida jadi monosakarida, protein menjadi asam amino).

• b. Mengusahakan agar kehilangan panas dari dalam tumpukan tembakau (stapelan) sekecil mungkin.

• 2. Pengendalian suhu :• a. Setelah suhu optimum dalam stapelan tercapai, tumpukan

dibongkar agar suhu tidak meningkat terus.• b. Penyusunan tumpukan baru. Tumpukan baru disusun dari dua

tumpukan sebelumnya. Dalam menyusun tumpukan baru posisi tembakau diubah, yg tadinya di bagian dalam yg panas dipindah di bagian luar yg dingin. Bongkar susun tumpukan berlangsung 4 - 5 kali, mulai dari tumpukan A, B, C, D, dan E.

Page 91: BTI TEMBAKAU

91

FERMENTASI TEMBAKAU CERUTUFERMENTASI TEMBAKAU CERUTU (4)(4)

• Semakin lanjut fermentasi substrat penghasil panas makin berkurang, akibatnya kenaikan suhu makin lambat. Agar kehilangan panas dari dalam tumpukan tembakau makin kurang, rongga antar untingan tembakau yg ditumpuk perlu diperkecil dengan meningkatkan tekanan dalam tumpukan tembakau. Contoh untuk tembakau Besuki NO sbb :

• Stapel Berat (ton) Tekanan (pon/dm2) Suhu max (oC) Waktu (hari)

• A 2,5 4,5 50 - 52 + 8 • B 5 6 50 - 54 + 12• C 10 8 52 - 54 + 21• D 20 10 52 - 54 + 30

Page 92: BTI TEMBAKAU

92

FERMENTASI TEMBAKAU CERUTUFERMENTASI TEMBAKAU CERUTU (5)(5)

• PERBAIKAN KUALITAS AKIBAT FERMENTASI :• 1. AROMA. Fermentasi meningkatkan aroma. Hilangnya protein

akibat fermentasi memperbaiki aroma.• 2. RASA. Tembakau yg tadinya rasanya mentah dan pahit akan

diganti dengan rasa yg dikehendaki.• 3. WARNA. Sesudah fermentasi warna cenderung lebih merata dan

lebih tua. Warna yg agak kehijauan hilang.• 4. TEKSTUR. Setelah fermentasi tekstur lebih baik, lapisan zat

perekat hilang. • 5. DAYA BAKAR. Setelah fermentasi daya bakar meningkat, karena

zat-zat yg menghambat pembakaran seperti protein hilang.• 6. KEASAMAN. Akibat fermentasi reaksi asap meningkat ke arah

alkalis, karena hidrolisis protein dan asam amino menjadi amonia.• 7. HIGROSKOPISITAS. Sifat higroskopis menjadi berkurang.

Page 93: BTI TEMBAKAU

93

KUALITAS TEMBAKAUKUALITAS TEMBAKAU(1)(1)

• KUALITAS adalah :

• Gabungan antara sifat-sifat fisik, organoleptik, ekonomis, dan kimiawi, yg menyebabkan tembakau itu sesuai atau tidak sesuai bila digunakan untuk tujuan tertentu (menurut Padilla).

• Kualitas merupakan pengertian relatif, yg dapat berubah tergantung orang, waktu, dan tempat. Karena itu standar kualitas di berbagai daerah dapat berubah tergantung selera orang, dan dalam kurun waktu tertentu dapat berubah (menurut Tso).

• Sejak dipublikasikannya bahaya merokok bagi kesehatan, pengertian kualitas perlu disempurnakan, dengan mempertimbangkan kandungan zat berbahaya dalam asap, seperti misalnya tar. Tujuannya adalah memperoleh tembakau yg memenuhi persyaratan kualitas yang diharapkan konsumen, tetapi juga seminimum mungkin kandungan zat berbahaya (termasuk juga residu pestisida).

Page 94: BTI TEMBAKAU

94

KUALITAS TEMBAKAU KUALITAS TEMBAKAU (2)(2)

• UNSUR-UNSUR KUALITAS :

• 1. BENTUK & UKURAN DAUN. Untuk tembakau bahan pembalut & pembungkus cerutu penting, karena menentukan banyaknya irisan yg dapat dibuat.

• 2. TULANG-TULANG DAUN. Dalam pembuatan cerutu ibu tulang daun dibuang, karena itu fabrikan menghendaki ibu tulang daun yg relatif kecil. Tulang-tulang daun yg halus memudahkan penggulungan dalam pembuatan cerutu.

• 3. TEBAL DAUN. Bahan pembalut & pembungkus cerutu menghendaki daun yg tipis. Tetapi daun yg mengaca (glassy) dan terlalu tipis mudah robek dalam pengerjaan di mesin bobbin.

• 4. KERAPATAN STRUKTUR & TEKSTUR. Struktur = susunan dan kerapatan sel-sel daun, sedangkan tekstur adalah gabungan sifat-sifat fisik yg ditentukan lewat rabaan. Kekeringan menyebabkan jaringan daun dengan sel-sel yg mampat, dan teksturnya mampat (close grained).

Page 95: BTI TEMBAKAU

95

KUALITAS TEMBAKAUKUALITAS TEMBAKAU (3)(3)

• 5. ELASTISITAS. Sifat elastis penting untuk pembalut & pembungkus, karena dalam proses pembuatan cerutu daun mengalami perentangan. Unsur Fe dan Mn cenderung memperlemah kekuatan jaringan terhadap gaya tarik, sedangkan unsur Ca memperkuat.

• 6. WARNA. Merupakan indikator untuk sifat kimiawi & fisik yg menentukan kualitas tetapi tidak terlihat dari luar. Kesalahan teknis yg menurunkan kualitas seringkali tercermin dari tampilan warna krosok. Untuk pembalut cerutu dikehendaki warna cerah dan merata. Kelebihan Fe dapat mengakibatkan bercak-bercak hitam yg terlihat sesudah fermentasi. Pada tanah ringan warna krosok cenderung lebih cerah daripada pada tanah berat.

• 7. SIFAT-SIFAT PEMBAKARAN. Meliputi daya pijar (daya bakar), kecepatan & kerataan membara, warna abu, dan keteguhan abu. Daya pijar dipengaruhi oleh faktor kimiawi dan fisik. Kadar Cl yg tinggi berpengaruh negatif terhadap daya pijar. Kadar Cl dalam air pengairan sebaiknya < 25 ppm, sedangkan dalam tanah sebaiknya < 40 ppm. Kadar Cl di daun sebaiknya < 1%.

Page 96: BTI TEMBAKAU

96

KUALITAS TEMBAKAUKUALITAS TEMBAKAU(4)(4)

• Kebalikan dari Cl, unsur K berpengaruh positif terhadap daya bakar. Ca dan Mg berpengaruh baik terhadap terbentuknya warna abu yg putih, yg mencerminkan sempurnanya pembakaran, tetapi kurang baik terhadap daya bakar. Kelebihan Ca berpengaruh kurang baik terhadap keteguhan abu. Abu yg teguh lebih disukai karena tidak mudah rontok selama cerutu diisap.

• Faktor fisik yg berpengaruh terhadap daya bakar yaitu kerapatan sel dalam jaringan. Pada cuaca kering pertumbuhan daun tertekan, struktur jaringan lebih mampat (close grained), sehingga menyulitkan penetrasi udara ke dalam jaringan yg sedang terbakar.

• Daun yg dipetik muda daya bakarnya cenderung kurang karena kadar N yg lebih tinggi. Daya bakar berbanding terbalik dengan kadar N total. Kadar N yg tinggi dapat mengakibatkan kandungan TSNA (Tobacco Specific Nitrosamine) yg tinggi, yg bersifat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker).

Page 97: BTI TEMBAKAU

97

SORTASI TEMBAKAU CERUTUSORTASI TEMBAKAU CERUTU BESUKI BESUKI

• SORTASI ialah pekerjaan memisah-misahkan tembakau ke dalam kelompok yang mempunyai persamaan dalam sifat-sifat tertentu. Tujuannya adalah memudahkan konsumen dalam memilih tembakau yang sesuai dengan kebutuhannya.

• PARAMETER YANG DIPAKAI DALAM SORTASI :• 1. Letak daun pada batang : koseran, kaki, tengahan, pucuk.• 2. Ketebalan / kehalusan daun : tipis (I), dan tebal (II).• 3. Adanya cacat : bercak patik (S), minyak (O), robek (R), nemor (N)

(warna kuning mencolok, akibat kurang hujan atau salah pengeringan).• 4. Warna krosok : Kuning kecokelatan (K), Merah (M) =cokelat, Biru (B)

= cokelat kehijauan.• 5. Panjang krosok : Umumnya dipisahkan dalam 5 kategori, yaitu

panjang 1, panjang 2, panjang 3, panjang 4, dan panjang 5. Panjang 1 atau yg terpanjang 40 cm ke atas, yg terpendek (panjang 5) untuk KOS 22 - 24 cm, dan untuk KAK 24 - 28 cm.

Page 98: BTI TEMBAKAU

98

PENGEBALANPENGEBALAN

• Setelah selesai diproses sortasi tembakau dimampatkan dengan mesin press, dan dikemas dalam bentuk bal.

• Untuk tembakau Deli setiap bal seberat 80 kg, demikian pula tembakau Vorstenland di Klaten, dengan tikar sebagai pembungkus.

• Untuk tembakau Besuki NO setiap bal beratnya 100 kg, dengan tikar sebagai pembungkus.

• Tembakau TBN dikemas dalam karton, setiap karton seberat 60 kg. • Setiap bal atau karton diberi kode huruf yang menunjukkan kualitasnya.• Sebelum diekspor tembakau perlu difumigasi untuk mengendalikan

hama bubuk tembakau (Lasioderma serricorne, Coleoptera). Hama ini larvanya makan krosok sehingga menimbulkan lubang-lubang, serta menghasilkan kotoran, karena itu fumigasi wajib dilakukan oleh eksportir dengan bimbingan Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang (BPSMB) dan Lembaga Tembakau

Page 99: BTI TEMBAKAU

99

LASIODERMALASIODERMA

• Hama Lasioderma serricorne merusak tembakau kering dan produknya. Hama ini bersifat polifag, dapat makan pada hasil-hasil pertanian yang lain.

• Siklus hidupnya adalah sbb :• Stadium telur 10 – 19 hari (rata-rata 15 hari),• Stadium larva 10 – 18 hari (rata-rata 13 hari).• Imago 16 – 19 hari (rata-rata 17 hari).• Pupa 4 – 12 hari (rata-rata 8 hari). • Keseluruhan dari telur sampai imago 42 – 45 hari. • Pembiakan berlangsung sangat cepat. Sepasang imago dapat

menghasilkan + 2000 keturunan dalam 4 bulan. Telur berkembang dan menetas pada suhu 20 – 28o C dan kelembaban relatif 70% dengan makanan campuran tepung dengan yeast (20 : 1)

• Aktivitas larva terhenti pada suhu < 15 o C.• Imago sudah tidak makan. Imago betina bertelur pada tembakau kering

(krosok), larva yang lahir makan krosok. Benih tembakau juga dimakan.

• Imago tertarik pada cahaya lampu merah. Untuk memantau Lasioderma dalam gudang digunakan lampu merah.

Page 100: BTI TEMBAKAU

100

FUMIGASIFUMIGASI

• FUMIGASI yaitu perlakuan dengan insektisida dalam bentuk gas di dalam ruangan yg tertutup rapat untuk membunuh hama.

• Insektisida yg digunakan disebut fumigan. Untuk pencegahan / pengendalian hama Lasioderma digunakan fumigan berbahan aktif phosphin (PH3). Fumigan berupa Aluminium phosphide yg bila dihidrolisis menghasilkan PH3 berdasar reaksi :

2 AlP + 3 H2O Al2O3 + 2 PH3 • Dalam praktek yg banyak digunakan ialah fumigan dengan nama

dagang Phostoxin, berupa tablet dengan berat 3 gr, yg menghasilkan

gas phosphin seberat 1 gr. Untuk menghasilkan gas diperlukan air yg diambil dari uap air di udara.

• Dosis fumigasi sebesar 1 gr phosphin / m3 ruangan selama 72 jam telah dapat membunuh semua stadium Lasioderma. Selanjutnya perlu diangin-anginkan selama 48 jam (untuk membuang sisa-sisa gas yg beracun).

Page 101: BTI TEMBAKAU

101

Fumigasi tembakau di gudang dengan Phosphin di bawah selubung plastik

Page 102: BTI TEMBAKAU

TEMBAKAU YANG SUDAH SELESAI DISORTASIDIPOTONG UNTUK MEMPEROLEH POTONGAN BAHAN

PEMBALUT DAN PEMBUNGKUS CERUTU

Mesin bobbin untuk memotong tembakau krosok sesuai pola yang ada untuk pembalut dan pembungkus cerutu

Page 103: BTI TEMBAKAU

103

REFERENSI PASCA PANEN

Abdallah, F. (1970). Can tobacco quality be measured ? Lockwood Pub.Co., New York.

Akehurst, B.C. (1981). Tobacco. Longman, New York.

Frankenburg, W.G. (1946). Chemical changes in the harvested tobacco leaf. I. Adv. Enzymol. 6, 309-387.

Frankenburg, W.G. (1950). Chemical changes in the harvested tobaccoA leaf. II. Adv. Enzymol. 10, 325-441.

Hartana, I. (1999). Beberapa aspek pasca panen dan kaitannya terhadap kualitas tembakau cerutu. Makalah Penyegaran Peneliti & Praktisi Tembakau di PTP Nusantara II , Medan, 27-29 Juli 1999.

Hartana, I. & H. Vermeulen (2000). Nicotiana tabacum L. Stimulants. Plant Resources of South East Asia No. 16. H.A.M. Van der Vossen & M. Wessel (Ed.). Backhuys Publishers, Leiden, 2000.

Ryan, L.(editor) (1995). Post harvest tobacco infestation control. Chapman & Hall, London, 1 st ed.

Tso, T.C. & G.B. Gori (1975). Leaf quality and usability. Theoritical Model I. Beitr. Zur Tabakforschung 8 (4), 167-173.

=============