budidaya ikan keramba jaring apung karakteristik …
TRANSCRIPT
B u d i d a y a I k a n K e r a m b a J a r i n g A p u n g | 13
CHAPTER 2
BUDIDAYA IKAN KERAMBA JARING APUNG
Karakteristik perikanan keramba jaring apung
Metode produksi dan sistem keramba jaring apung tunggal telah
dipraktekkan oleh petani ikan di Indonesia, termasuk di danau Maninjau karena
alasan ekonomi. Ciri khas unit produksi terdiri dari rangka besi yang dilapisi
dengan bahan anti karat (cat besi), didukung dengan empat keramba jaring
apung (ukuran 5 x 5 x 3 m) yang dibangun menggunakan ukuran mesh 10 mm.
Unit-unit tersebut dikombinasikan dengan fasilitas lain (yaitu daya apung,
tempat pemberian makan, dan jalur kandang). Pelampung yang digunakan
adalah drum plastik dengan tipe cincin ganda, diameter tubuh 58 cm, tinggi total
93 cm, berat produk 8,6 kg, dan volume penuh 200 L. Warna pelampung
berwarna biru.
Sejak 2001, jumlah keramba jaring apung di danau Maninjau meningkat secara
eksponensial. Dalam lima tahun terakhir, itu meningkat sebanyak 90,14%. Ini
menunjukkan bahwa tumbuhnya minat budidaya di sistem produksi akuakultur
(Gambar 1). Jumlah keramba jaring apung di setiap rumah tangga petani ikan
berkisar antara 4 hingga 60 jaring. Mayoritas petani ikan memiliki keramba
jaring apung per rumah tangga (41,25%) adalah 20-40 petak, 27,08% adalah 41-
60 petak, 23,33% adalah 8-20 petak, dan 8,33% adalah 4-8 petak (Gambar 2).
Budidaya spesies ikan oleh petani ikan adalah nila, gurame, lele dan Patin.
Peneliti lain juga melaporkan bahwa tilapia (Oreochromis niloticus) adalah
spesies dominan yang dibudidayakan dalam keramba jaring apung (Mbowa et
al., 2017; Hasimuna et al., 2019). Ukuran keramba jaring apung di danau
Maninjau adalah 5 x 5 x 3 m (75 m3) per jaring. Sebaliknya, Opiyo et al. (2018)
melaporkan bahwa ukuran kandang akuakultur di lima distrik riparian di Kenya
berkisar antara 8 - 125 m3. Variasi ukuran kandang dapat dikaitkan dengan
perbedaan dalam sumber daya keuangan. Pembudidaya ikan yang memiliki
modal lebih banyak memiliki ukuran kandang yang besar, dan lebih
menguntungkan secara ekonomi.
14 | B u d i d a y a I k a n K e r a m b a J a r i n g A p u n g
Gambar 1. Jumlah keramba jaring apung tercatat pada tahun 2001 – 2019
Gambar 2. Pemilik KJA setiap rumah tangga perikanan (N=240)
Benih ikan
Di danau Maninjau sebagian besar petani ikan (77,91%) memperoleh bibit nila
dari perusahaan pembenihan, 20% dari pembenihan pribadi dan 2,08%
ditangkap dari danau (Gambar 3). Kegiatan pembenihan ikan nila biasanya
dilakukan di areal persawahan di sekitar danau Maninjau. Di Kecamatan
Tanjung Raya, luas sawah 2.430 ha. Diperkirakan 1.458 ha (60%) sawah telah
berubah menjadi daerah pembenihan ikan nila (Data BPS Statistik Kabupaten
Agam, 2018). Perubahan ini terjadi karena tingginya permintaan benih nila dari
petani ikan untuk dibudidayakan di keramba jaring apung. Selain itu,
permintaan benih nila berasal dari pembudidaya ikan di Kota Padang,
B u d i d a y a I k a n K e r a m b a J a r i n g A p u n g | 15
Kabupaten Pasaman, Kabupaten Pasaman Barat, Provinsi Riau dan Provinsi
Jambi.
Gambar 3. Sumber benih ikan nila untuk budidaya ikan KJA
di danau Maninjau
Pada 2015, keramba apung telah tercatat sebanyak 16.608 jaring di danau
Maninjau (Syandri et al., 2016). Sementara, tahun 2019 tercatat sebanyak
17.563 jaring. Mayoritas keramba jaring apung (72,91%) digunakan untuk ikan
nila, 18,75% untuk ikan mas, 4,58% untuk ikan lele dumbo dan 3,75% untuk
ikan patin dan gurami (Gambar 4.). Kepadatan rata-rata tebar ikan nila di
keramba apung adalah 100 ekor / m3 (7.500 ekor / jaring), ikan mas 66 ekor / m
3
(5.000 ekor / jaring), ikan lele dumbo, patin adalah 133 ekor / m3 (10.000 ekor) /
jaring) dan ikan gurame sekitar 50 ekor/m3 (3.750 ekor/jaring). Total bibit pada
masing-masing spesies ikan berdasarkan jumlah keramba apung dan kepadatan
tebar disajikan pada Tabel 1.
Gambar 4. Jumlah RTP (%) yang membudidyakan ikan berdasarkan spesies
(N=240)
16 | B u d i d a y a I k a n K e r a m b a J a r i n g A p u n g
Tabel 1. Jumlah keramba jaring apung dan perkirakan total permintaan benih
untuk kegiatan akuakultur
Spesies Jumlah
KJA
(petak)
Rata-rata
padat
tebar
(ekor/m3)
Ukuran
KJA
(5 x5x3
m)
Perkiraan
kebutuhan
benih
(ekor)
Waktu
pemeliha
raan
(hari)
Permintaan
pasar
(g/ekor)
Nile 12,917 100 75 96.877.500 120 - 160 200 - 250
Majalaya 1,620 66 75 8.100.000 120 - 150 200 - 250
Lele 800 133 75 8.000.000 60 - 75 125 - 150
Patin &
Gurami
400 133 75 4.000.000 150 - 180 400 - 500
Di sisi lain, pasokan ikan mas, gurami dan ikan lele untuk budidaya keramba
apung dikumpulkan dari perusahaan swasta di Kecamatan Luak, Kabupaten
Lima Puluh Kota Provinsi Sumatera Barat. Sementara itu, benih lele Pangasius
dikumpulkan dari Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Jarak lokasi mereka
masing-masing adalah 75 km dan 160 km dari danau Maninjau.
Mortalitas massal ikan nila berkisar antara 50% hingga 60% selama kegiatan
budidaya karena penurunan kualitas air, sehingga berdampak pada produktivitas
keramba jaring apung. Dalam beberapa tahun terakhir, para pembudidaya ikan
belum bisa memprediksi penyebab kematian massal ikan nila. Petani ikan
membudidayakan tiga spesies ikan seperti lele, patin dan gurai. Ketiga spesies
ini tahan terhadap kualitas air yang buruk. Ikan lele dan patin tidak diberi pakan
pelet komersial, dan hanya diberi makan ikan nila mati yang berasal dari
keramba jaring apung di daerah ini.
Pakan ikan
Petani ikan di danau Maninjau telah melakukan kegiatan budidaya selama 60
hingga 180 hari per siklus produksi untuk mencapai ukuran pasar (Tabel 1).
Sebagian besar petani ikan memberi makan ikan dua kali sehari pada pukul
09:00 hingga 10:00 dan 16:00 berdasarkan pada berat ikan hidup (3-5%).
Karakteristik pakan yang digunakan adalah pakan komersial terapung dan
terbenam. Temuan serupa dengan Thongprajukaew et al. (2017), yang
melaporkan bahwa ikan nila diberi makan dua kali sehari (06.00 dan 18.00),
dapat digunakan secara praktis dalam manajemen makanan. Menurut Prem dan
Tewari. (2020) memberi makan ikan dengan cara yang tidak tepat dapat menjadi
masalah bagi petani ikan di negara berkembang. Petani ikan menganggap bahwa
pemberian makanan secara manual lebih ekonomis daripada menggunakan
teknologi modern (mekanis). Selain itu, Mungkung et al. (2013) melaporkan
B u d i d a y a I k a n K e r a m b a J a r i n g A p u n g | 17
bahwa FCR tinggi karena manajemen pemberian makanan yang buruk atau
kualitas air yang buruk. Chatvijitkul et al. (2017), menyatakan bahwa limbah
pakan terkait dengan FCR, sehingga mempengaruhi kualitas air. Oleh karena
itu, untuk memastikan bahwa pakan dikonsumsi secara optimal oleh ikan,
praktik manajemen pakan harus dilakukan dengan lebih baik.
Semua pakan yang digunakan untuk produksi perikanan budidaya di danau
Maninjau diperoleh dari perusahaan manufaktur pakan yang berlokasi di
Provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Jumlah pasokan pakan saat ini ke
Kecamatan Tanjung Raya rata-rata 2.000 ton per bulan. Sebaliknya, pasokan
pakan ikan ke danau Kariba di Zambia berasal dari dua perusahaan berkisar
antara 50 - 100 ton per hari (Hasimuna et al., 2019). Pakan diangkut dengan
truk, jarak lokasi perusahaan pakan ke danau Maninjau adalah 650 km.
Penilaian kualitas pakan oleh petani ikan adalah 60% adalah kualitas terbaik,
30% adalah kualitas baik, sedangkan 10% menunjukkan bahwa agak buruk.
Pakan ikan komersial di danau Maninjau, biasanya mengandung 28 - 30%
protein kasar untuk ikan nila dan ikan mas, termasuk untuk ikan gurami. Tujuh
perusahaan yang memasok pakan ikan adalah Japfa Comfeed Indonesia Ltd,
Central Proteina Prima Ltd, Mabar Feed Indonesia Ltd, Malindo Feedmill Ltd,
Sinta Prima Feedmill Ltd, Universal Agri Bisnisindo Ltd dan Gargill Feed and
Nutrition Ltd (Gambar 5).
Gambar 5. Persentase pakan ikan yang dipasok oleh masing-masing perusahaan
ke danau Maninjau
18 | B u d i d a y a I k a n K e r a m b a J a r i n g A p u n g
Tantangan budidaya ikan keramba jaring apung
Tantangan pertama
Beberapa tantangan terjadi di danau Maninjau dan dapat menghambat
pengembangan akuakultur terutama ikan nila. Sebagian besar petani ikan
menghadapi tantangan kematian massal pada periode awal kegiatan budidaya
mereka. Kondisi ini memerlukan dukungan keuangan sebelum memulai
produksi lagi. Kemudian, kualitas airnya buruk dengan status hypereutrophic.
Menurut Ji et al. (2018) bahwa danau eutrofik didominasi oleh Cyanobacteria.
Cyanobacteria akan menghasilkan cyanotoxin (Burgos et al., 2018). Zhao et al.
(2006) melaporkan bahwa kematian massal ikan dikaitkan dengan racun dari
cyanobacteria. Sementara itu, tantangan utama budidaya ikan nila adalah
penyakit dari Streptococcus agalactiae yang menyebabkan kerugian besar bagi
petani nila di seluruh dunia (de Oliveira et al., 2018). Sedangkan, Nicholson et
al (2019) menyatakan bahwa TiLV ditemukan bersama dengan bakteri patogen
yang terkenal seperti Aeromonas spp.
Selain itu, negara lain telah melaporkan bahwa kematian ikan nila disebabkan
oleh infeksi virus yaitu Virus Danau Tilapia (TiLV) yang dapat menurunkan
produksi nila dan berpotensi menyebabkan dampak sosial ekonomi yang serius
(Hounmanou et al, 2018; Ferguson et al., 2014; Tsofack et al., 2017; Amal et
al., 2018; Mugimba et al., 2018)). Namun, belum ada penelitian tentang
kematian ikan nila oleh TiLV di danau Maninjau. Oleh karena itu, kematian
yang tinggi dari budidaya nila di keramba jaring apung merupakan tantangan
utama yang berkaitan dengan kelangsungan hidup dan produksi ikan di danau
Maninjau.
Tantangan kedua
Harga pakan pelet komersial (Rp 12.000 / kg) juga dilaporkan merupakan
tantangan besar bagi budidaya ikan di danau Maninjau. Karena harga jual ikan
tidak sebanding dengan harga pakan. Ikan nila menjadi sasaran spesies dengan
harga pasar lokal (Rp 19.000 / kg) dan tingkat produksi lebih tinggi (sekitar
85% dari total produksi). Selain itu, harga ikan mas majalaya Rp 22.000 / kg,
ikan lele dumbo Rp 15.000 / kg dan ikan patin Rp 14.000 / kg, sedangkan ikan
gurami harga jual Rp 35.000/kg. Biaya pakan menyumbang sekitar 60% dari
biaya operasi dalam sistem akuakultur di danau Maninjau. Selain itu, sebagian
B u d i d a y a I k a n K e r a m b a J a r i n g A p u n g | 19
besar dari mereka memiliki pengalaman tantangan dalam memperkirakan
jumlah pakan yang tepat untuk diberikan kepada ikan, sehingga nilai FCR
bervariasi antara 1,6 dan 1,8. Mirip dengan temuan Ali et al (2018) dan
Thongprajukaew et al (2017) yang menyatakan bahwa pakan merupakan input
paling signifikan dari biaya operasi dalam sistem akuakultur intensif, sehingga
pemberian pakan yang optimal tanpa limbah akan menentukan kelayakan
ekonomi dari sistem. Oleh karena itu, memberi makan ikan sesuai dengan
kebutuhan mereka dapat meningkatkan produktivitas, membantu mengurangi
kehilangan pakan dan menjaga lingkungan budidaya yang sesuai (Verdegem &
Bosma, 2009).
Sementara itu, beberapa tantangan penting dalam kegiatan budidaya ikan adalah
pencurian dan pemangsa seperti burung dan biawak (Hasimuna et al., 2019).
Namun, di danau Maninjau ditemukan bahwa pemangsa di atas tidak menjadi
tantangan bagi pembudidaya ikan Karena para petani ikan menjalankan kegiatan
budidaya mereka di sekitar tempat tinggal mereka.
Tantangan ketiga
Menurut peraturan pemerintah Kabupaten Agam Nomor 5/2014 tentang
pengelolaan danau Maninjau. Jumlah total keramba jaring apung yang diizinkan
untuk kegiatan budidaya adalah 6000 jaring. Jumlah jaring didasarkan pada
daya dukung akuakultur danau Maninjau. Dalam studi ini, peraturan pemerintah
di atas belum diterapkan oleh petani ikan. Mayoritas produsen akuakultur
(58,34%) menyatakan bahwa peraturan tersebut merupakan tantangan bagi
mereka untuk meningkatkan produksi dan pendapatan ikan. Sementara itu,
sangat sedikit kegiatan pertanian dapat dilakukan di darat karena lahannya
sempit, berbukit dan berbatu (data statistik BPS Kabupaten Agam). Namun,
David et al. (2015) menyatakan bahwa badan air harus digunakan secara
rasional berdasarkan daya dukung ekologis sehingga produksi akuakultur dapat
berkelanjutan. Misalnya, di sepanjang pantai Norwegia, peraturan pemerintah
telah diterapkan untuk menentukan distribusi spasial keramba salmon seperti
ukuran dan struktur kepemilikan keramba (Asche et al., 2009). Sementara itu, di
danau Victoria, Kariba, Malawi dan Taihu, petani ikan telah mematuhi
peraturan terbaik untuk mempromosikan budidaya berkelanjutan (Musinguzi et
al., 2019; Jamu et al., 2011; Jia et al., 2013).
20 | B u d i d a y a I k a n K e r a m b a J a r i n g A p u n g
Selain itu, kerusakan air yang terus berlanjut merupakan tantangan utama
pemerintah dalam upaya menyelamatkan danau Maninjau. Peneliti lain
menemukan bahwa kerusakan danau disebabkan oleh adanya komponen
nitrogen dan fosfor dalam badan air (David et al., 2015; Lindim et al., 2015).
Menurut Syandri et al. (2017), ketersediaan nitrogen, fosfor dan total bahan
organik dalam badan air secara signifikan lebih tinggi setelah kematian massal
ikan dan memiliki efek negatif pada kualitas air danau Maninjau. Kemudian,
pelepasan nutrisi dari kegiatan akuakultur kandang di lingkungan air tidak
hanya mempengaruhi kualitas air dan membawa konflik dengan banyak
pengguna, tetapi juga terutama memberikan efek umpan balik negatif dalam
operasi keramba apung sendiri (David et al., 2015; Lindim et al ., 2015; Du et
al., 2019; Ni et al., 2017).
Pada Tabel 2 menunjukkan masalah danau Maninjau. Kualitas air yang buruk,
mortalitas massa ikan dan hukum akuakultur yang tidak pasti adalah faktor
utama yang menyebabkan kerusakan air danau Maninjau. Variabel biofisik
seperti penyakit, polusi, dan kurangnya lingkungan yang sesuai (Jia et al., 2013;
Moura et al., 2016; Ni et al., 2017) termasuk politik, sosial dan partisipasi
masyarakat lokal adalah tantangan dominan untuk pengembangan akuakultur di
masa depan (Young et al., 2019; Holden et al., 2019; Weitzman, 2019; Senff et
al., 2018).
Tabel 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi prospek untuk perluasan produksi
akuakultur di danau Maninjau
Hambatan Persentase (%)
Ikan mati secara besar-besaran 87.50
Harga pakan mahal 83.33
Harga ikan rendah 72.61
Kualitas air buruk 95.83
Regulasi pemerintah tidak mendukung 41.66
Tidak ada izin /belum ada peraturan 58.33
Pembayaran ikan yang dijual tidak
kontan
91.66
B u d i d a y a I k a n K e r a m b a J a r i n g A p u n g | 21
Kesimpulan
Selama beberapa dekade, budidaya ikan keramba jaring apung di Danau
Maninjau telah mewakili proporsi terbesar dari total produksi perikanan
budidaya regional. Namun, itu tidak mampu menutupi kekurangan kebutuhan
ikan air tawar di Provinsi Sumatera Barat, termasuk Provinsi Riau dan Jambi.
Akhir-akhir ini, para pembudidaya ikan menghadapi tantangan seperti kondisi
kualitas air yang buruk, kematian massal nila Nil, biaya pakan yang tinggi,
penjualan ikan yang rendah, dan tidak dibayar tunai dari penjualan ikan. Jadi,
dapat disimpulkan bahwa produksi budidaya keramba jaring apung memiliki
potensi besar di Danau Maninjau. Potensi ini dapat ditingkatkan berdasarkan
daya dukung akuakultur dengan memecahkan tantangan lain dalam budidaya
ikan. Selain itu, kami merekomendasikan bahwa budidaya ikan nila nila, ikan
mas, lele dumbo dan lele pangasius harus dimasukkan dalam inisiatif
perencanaan budidaya air tawar dengan mempertimbangkan faktor ekologis,
lingkungan, ekonomi, dan komunitas sosial lokal. Kebijakan ini memungkinkan
pemanfaatan danau Maninjau secara optimal untuk berbagai kegiatan seperti
pariwisata, pembangkit listrik tenaga air, dan kegiatan budidaya lainnya secara
berkelanjutan.
Daftar Pusataka
Ali. H., Rahman, M.M., Murshed-e-Jahan, K., Dhar, G.C., 2018. Production
economics of striped catfish (Pangasianodon hypophthalmus, Sauvage,
1878) farming under polyculture system in Bangladesh. Aquaculture 491,
281-390.
Amal, M.N.A., Koh, C.B., Nurliyana, M., Suhaiba,M., Nor-Amalina,Z.,
Shanta, S., Diyana Nadhirah, K.P., Yosuf, M.T., Ina-Salwany, M.Y., Zambri-
Saat, M., 2018. A case of natural co-infection of Tilapia Lake Virus
and Aeromonas veronii in a Malaysian red hybrid tilapia (Oreochromis
niloticus × O. mossambicus) farm experiencing high mortality. Aquaculture,
485: 12-16.
Aryani, N., Azrita, Mardiah, A., Syandri,H., 2017. Influence of feeding rate on
the growth, feed efficiency and carcass composition of the Giant gourami
(Osphronemus goramy). Pakistan Journal of Zoology, 49(5): 1775-1781.
DOI:
22 | B u d i d a y a I k a n K e r a m b a J a r i n g A p u n g
Asch, F., Roll, K.H. Tveteras, R., 2009. Economic inefficiency and
environmental impact: An application to aquaculture production. Journal of
Environmental Economics and Management 58:93-105.
https://doi.org/10.1016/j.jeem.2008.10.003
Burgos, M.J.G., Romero, J.L., Pulido,R.P., Molinos,A.C., Gálvez,A,. Lucas,
R., 2018. Analysis of potential risks from the bacterial communities
associated with air-contact surfaces from tilapia (Oreochromis niloticus) fish
farming. Environmental Research
CDSI, Central Data Statistic Indonesia, 2018. Ministry of Marine and Fisheries
Republic of Indonesia. Marine and Fisheries in Figures. Ministry of Marine
and Fisheries Republic of Indonesia (in Indonesian).
Chatvijitkul, S, Boyd, C. E..Davis, D. A , McNevin, A.A., 2017. Pollution
potential indicators for feed-based fish and shrimp culture. Aquaculture
477: 43-49.
Data BPS-statistics West Sumatera Province., 2018. Department of Marine and
Fisheries West Sumatera Province (in Indonesian). https://sumbar.bps.go.id/
Data BPS-Statistics Agam District, 2018. Agam District, West Sumatera
Province, Indonesia (in Indonesian).
David, G.S, Carvalho E.D., Lemos, D., Silveira, A.N., Dall'Aglio-Sobrinho, M.,
2015. Ecological carrying capacity for intensive Tilapia (Oreochromis
niloticus) cage aquaculture in a large hydroelectrical reservoir in
Southeastern Brazil. Aquacultural Engineering, 66:30-40.
De Oliveira, T.F., Queiroz, G.A., Teixeira, J.P., Figueiredo, H.C.P., Leal,
C.A.G., 2018. Recurrent Streptoccoccus agalactiae infection in Nile tilapia
(Oreochromis niloticus) treated with florfenicol. Aquaculture 493: 51-60.
Dong, H.T., Ataguba, G.A., Khunrae, P., Rattanarojpong, T., Senapin, S., 2017.
Evidence of TiLV infection in tilapia hatcheries from 2012 to 2017 reveals
probable global spread of the disease. Aquaculture 479, 579–583.
https://doi.org/10.1016/j.aquaculture.2017.06.035
Du, H., Chen, Z., Mao G., Chen, L., Crittenden, J., Li, R.Y.M., Chai, L., 2019.
Evaluation of eutrophication in freshwater lakes: A new non-equilibrium
statistical approach. Ecological Indicators, 102:686-692.
FAO, 2018. The state of world fisheries and aquaculture 2018: contributing to
food security and nutrition for all, Rome.
B u d i d a y a I k a n K e r a m b a J a r i n g A p u n g | 23
Ferguson, H.W., Kabuusu, R., Beltran, S., Reyes, E., Lince, J.A., del Pozo, J.,
2014. Syncytial hepatitis of farmed tilapia, Oreochromis niloticus (L.): a case
report. Journal of Fish Diseases 37, 583–589.
Hasimuna, O.J., Maulu, S., Monde, C., Mweemba, M., 2019. Cage aquaculture
production in Zambia: Assessment of opportunities and challenges on Lake
Kariba, Siavonga district. Egyptian Journal of Aquatic Research, 45: 281-
285.
Henriksson, P.J.G., Tran, N., Mohan C.V., Chan, C.Y., Rodriguez, U-P., Suri,
S., Mateos, L.D., Utomo, N.B.P., Hall, S., Phillips, M.J., 2017. Indonesian
aquaculture futures evaluating environmental and socioeconomic potentials
and limitations. Journal of Cleaner Production, 162:1482-1490.
Holden, J.J., Collicutt, B., Covernton, G., Cox, K.D., Lancaster, D., Dudas, S.
E., Ban, N.C., Jacob, A.L., 2019. Synergies on the coast: Challenges facing
shellfish aquaculture development on the central and north coast of British
Columbia. Marine Policy, 101:108-117.
Hounmanou, Y.M.G., Mdegela, R.H, Dougnon, T.V., Achoh, M.E., Mhongole,
O.J., Agadjihouèdé, H., Gangbè, L., Dalsgaard, A., 2018. Tilapia lake virus
threatens tilapiines farming and food security: Socio-economic challenges
and preventive measures in Sub- Saharan Africa. Aquaculture 493: 123-129.
Jamu, D., Banda, M., Njaya, F., Hecky, R.E., 2011. Challenges to sustainable
management of the lakes of Malawi. Journal of Great Lakes Research, 37: 3-
14.
Ji, B., Qin, H., Guo,S., Chen, W., Zhang, X., Liang, J., 2018. Bacterial
communities of four adjacent fresh lakes at different trophic status.
Ecotoxicology and Environmental Safety 157:388-394.
Jia, P., Zhang, W., Liu, Q., 2013. Lake fisheries in China: Challenges and
opportunities. Fisheries Research, 140: 66-72. https://doi.org/10.1016/
j.fishres.2012.12.007.
Lindim, C., Becker, A., Grüneberg, B., Fische, H., 2015. Modelling the effects
of nutrient loads reduction and testing the N and P control paradigm in a
German shallow lake. Aquacultural Engineering, 82:418-457.
Mbowa, S., Odokonyero, T., Munyaho, A.T., 2017. Harnessing floating cage
technology to increase fish production in Uganda, Research Series No. 138.
Moura, R.S.T., Valenti, W.C., Henry-Silva, G.G., 2016. Sustainability of Nile
tilapia net-cage culture in a reservoir in a semi-arid region. Ecological
Indicators 66:574-582.
24 | B u d i d a y a I k a n K e r a m b a J a r i n g A p u n g
Mungkung, R., Aubin, J., Prihadi, T.H., Slembrouck, J., van der Werf, H.M.G.,
Legendre, M., 2013. Life Cycle Assessment for environmentally sustainable
aquaculture management: a case study of combined aquaculture systems for
carp and tilapia. Journal of Cleaner Production, 47:249-256.
Mugimba, K.K., Chengula, A.A., Wamala, S., Mwega, E.D., Kasanga, C.J.,
Byarugaba, D.K., Mdegela, R.H., Tal, S., Bornstein, B., Dishon, A., Mutoloki,
S., David, L., Evensen, Ø., Munang’andu, H.M., 2018. Detection of tilapia lake
virus (TiLV) infection by PCR in farmed and wild Nile tilapia (Oreochromis
niloticus) from Lake Victoria. Journal of Fish Diseases, 1-9.
Musinguzi, L., Lugya, J., Rwezawula, P., Kamya, A., Nuwahereza, C., Halafo,
J., Kamondo, S., Njaya, F., Aura, C., Shoko, A.P., Osinde, R., Natugoza, V.,
Ogutu-Ohwayo, R., 2019. The extent of cage aquaculture, adherence to best
practices and reflections for sustainable aquaculture on African inland
waters. Journal of Great Lakes Research, in press.
Nicholson, P., Mon-on, N., Jaemwimol, P., Tattiyapong, P., Surachetpong,W.,
2019. Coinfection of tilapia lake virus and Aeromonas hydrophila
synergistically increased mortality and worsened the disease severity in
tilapia (Oreochromis spp.). Aquaculture Inpress.
Ni, Z., Wu, X., Li, L., Lv, Z., Zhang, Z., Hao, A., Iseri, Y., Kuba, T., Zhang, X.,
Wu, W-M., Li, C., 2017. Pollution control and in situ bioremediation for lake
aquaculture using an ecological dam. Journal of Cleaner Production, 172:
2256-2265.
Opiyo, M.A., Marijani, E., Muendo, P., Odede, R., Leschen, W., Charo-Karisa,
H., 2018.A review of aquaculture production and health management
practices of farmed fish in Kenya. Int. J. Vet. Sci. Med. 6, 141–148.
Pouil, S., Samsudin, R., Slembrouck, J., Sihabuddin, A., Sundari, G.,
Khazaidan, K., Kristanto, A.H., Pantjara, B., Caruso, D., 2019. Nutrient
budgets in a small-scale freshwater fish pond system in Indonesia.
Aquaculture 504: 267-274.
Prem, R and Tewari, V.K,. 2020. Development of human-powered fish feeding
machine for freshwater aquaculture farms of developing countries.
Aquacultural Engineering, 88:102028.
Rimmer, M.A., Sugama, K., Rakhmawati, D., Rofiq, R., Habgood, R.H., 2013.
A review and SWOT analysis of aquaculture development in Indonesia. Rev.
Aquac. 5, 255–279.
B u d i d a y a I k a n K e r a m b a J a r i n g A p u n g | 25
The Agam Regency Government, West Sumatera Province, 2014. Regulation
Number 5 /2014 concerning Management of Lake Maninjau.
Senff, P., Partelow, S., Indriana, L. F., Buhari, N., Kunzmann, A., 2018.
Improving pond aquaculture production on Lombok, Indonesia.
Suhenda, N., Samsudin,R., Nugroho, E., 2010. Growth of green catfish
(Hemibagrus nemurus) fry in floating net cage feed by artificial food with
different protein content. Journal Iktiologi Indonesia, 10(1): 65-71 (in
Indonesian).
Sunarto, A., Kusrini, E., 2006. Mass mortality of Common carp (Cyprinus
carpio) in floating net cages Lake Toba of North Province. Media
Akuakultur, 1(1):13-17 (in Indonesian)
Syandri, H., Junaidi., Azrita., Yunus, T., 2014. State of aquatic resources
Maninjau Lake West Sumatra Province, Indonesia. J. Ecology and Env. Sci,
1 (5): 109-113.
Syandri, H., Azrita., Junaidi., Elfiondri., 2015. Social Status of the fish-farmers
of floating-net-cages in Lake Maninjau, Indonesia. Journal of Aquaculture
Research & Development, 7:1. DOI: 10.4172/2155-9546.1000391
Syandri, H, Azrita., Niagara., 2016. Trophic status and load capacity of water
pollution waste fish culture with floating net cages in Maninjau Lake,
Indonesia. Eco. Env. & Cons. 22 (1): 469-476.
Syandri, H., Azrita., Junaidi., Mardiah, A., 2017. Levels of available nitrogen-
phosphorus before and after fish mass mortality in Maninjau Lake of
Indonesia. J. Fish. Aquat. Sci., 12 (4): 191-196. DOI:
10.3923/jfas.2017.191.196
Syandri, H., Azrita., Mardiah, A., 2018. Nitrogen and phosphorus waste
production from different fish species cultured at floating net cages in
Lake Maninjau, Indonesia. Asian J. Sci. Res, 11 (2): 287-294.
Tanjung, R.S., 2015. Mollusca of Lake Maninjau: Nutrition content and
economic potensial. Limnotek, 22(2): 118-128 (in Indonesian).
http://limnotek.or.id/index.php/limnotek/article/view/37
Tran, N., Rodriguez, U.P., Chan, C.Y., Phillips, M.J., Mohan, C.V., Henrikson,
P.J.G., Koeshendrajana, S., Suri, S., Hall, S., 2017. Indonesian aquaculture
futures: An analysis of fish supply and demand in Indonesia to 2030 and role
of aquaculture using the Asia Fish model. Marine Policy, 79: 25-32.
Thongprajukaew, K., Kovitvadhi, S., Kovitvadhi, U., Preprame, P., 2017.
Effects of feeding frequency on growth performance and digestive enzyme
26 | B u d i d a y a I k a n K e r a m b a J a r i n g A p u n g
activity of sex-reversed Nile tilapia, Oreochromis niloticus (Linnaeus, 1758).
Agriculture and Natural Resources, 51(4): 292-298.
Tsofack, K.J.E., Zamostiano, R., Watted, S., Berkowitz, A., Rosenbluth, E.,
Mishra, N., Briese, T., Lipkin, W.I., Kabuusu, R.M., Ferguson, H., del
Pozo, J., Eldar, A., Bacharach, E., 2017. Detection of Tilapia Lake Virus in
Clinical Samples by Culturing and Nested Reverse Transcription-PCR.
Journal of Clinical Microbiology 55, 759–767.
Verdegem, M.C.J., Bosma, R.H., 2009. Water withdrawal for brackish and
inland aquaculture and options to produce more fish in ponds with present
water use. Water Policy 11, 52–68 Supplement 1.
Weitzman, J., 2019. Applying the ecosystem services concept to aquaculture: A
review of approaches, definitions, and uses. Ecosystem Services, 35:194-206.
Young, N., Brattland, C., Digiovanni, C., Hersoung, B., Johnsen, J.P., Karlsen,
K.M., Kvalvik I., Olofsson E., Siomonsen K., Solas, A-M., Thorarensen, H.,
2019 Limitations to growth: Social-ecological challenges to aquaculture
development in five wealthy nations. Marine Policy, 104:216-224.
Zhao, M., Xie, S., Zhu, X., Yang, Y., Gan, N., Song, L., 2006. Effect of dietary
cyanobacteria on growth and accumulation of microcystins in Nile tilapia
(Oreochromis niloticus). Aquaculture 261: 960 – 966.