budidaya paprika

24
BUDIDAYA PAPRIKA ASPEK PRODUKSI PROSES PRODUKSI 1. Persiapan Greenhouse Persiapan greenhouse meliputi sanitasi dan sterilisasi. Sanitasi dilakukan dengan membuang sisa tanaman yang masih ada didalam greenhouse. Hal ini dilakukan untuk mengurangi kemungkinan penularan penyakit dan hama yang ada pada sisa tanaman itu. Foto 4.2.Sterilisasi Greenhouse Sterilisasi greenhouse dilakukan dengan menggunakan bahan kimia seperti Lysol dan Formalin untuk membunuh bibit penyakit yang dapat menyerang tanaman paprika. Untuk musim tanam berikutnya, dilakukan penggantian plastik mulsa greenhouse yang berfungsi untuk menjaga kelembaban daerah sekitar perakaran tanaman paprika. 2. Pembibitan Benih paprika sebelum ditanam di dalam greenhouse disemai dahulu agar lebih mudah beradaptasi dengan lingkungan tanam nanti. Teknis pembibitan paprika adalah sebagai berikut :

Upload: galih-nugraha

Post on 15-Feb-2015

213 views

Category:

Documents


15 download

DESCRIPTION

budidaya paprika

TRANSCRIPT

Page 1: Budidaya Paprika

BUDIDAYA PAPRIKA

ASPEK PRODUKSI

PROSES PRODUKSI

1. Persiapan Greenhouse

Persiapan greenhouse meliputi sanitasi dan sterilisasi. Sanitasi dilakukan dengan membuang sisa tanaman yang masih ada didalam greenhouse. Hal ini dilakukan untuk mengurangi kemungkinan penularan penyakit dan hama yang ada pada sisa tanaman itu.

Foto 4.2.Sterilisasi Greenhouse

Sterilisasi greenhouse dilakukan dengan menggunakan bahan kimia seperti Lysol dan Formalin untuk membunuh bibit penyakit yang dapat menyerang tanaman paprika. Untuk musim tanam berikutnya, dilakukan penggantian plastik mulsa greenhouse yang berfungsi untuk menjaga kelembaban daerah sekitar perakaran tanaman paprika.

2. Pembibitan

Benih paprika sebelum ditanam di dalam greenhouse disemai dahulu agar lebih mudah beradaptasi dengan lingkungan tanam nanti. Teknis pembibitan paprika adalah sebagai berikut :

Benih terlebih dahulu direndam dengan air hangat kuku selama 30 menit. Media tanam berupa arang sekam atau rockwool dibasahi dengan air bersih dan

dipastikan agar media basah sampai merata dan dibiarkan sesaat agar air siraman yang berlebihan menetes.

Apabila menggunakan media Rockwool, dibuat lubang kecil pada Rockwool dan apabila menggunakan arang sekam dibuat garitan kecil yang saling berpotongan pada sekam dengan jarak + 2 x 2 cm.

Page 2: Budidaya Paprika

Benih diletakkan satu persatu pada setiap lubang dengan posisi calon lembaga (titik tumbuh) menghadap ke bawah ± 0,5 cm dengan menggunakan pinset, setelah semua benih disemai kemudian tutup dengan plastik mulsa.

Benih-benih tersebut ditaruh dilemari semai (germnation chamber) dengan suhu optimal 20-25 ºC dan RH 70%-90%. Suhu dan RH dapat diatur dengan cara memasang lampu jika suhu rendah dan jika kelembaban rendah semprotkan air ke dalam lemari semai dengan menggunakan hand sprayer.

Benih akan berkecambah dalam waktu ± 7 hari, plastik mulsa dibuka kemudian bibit dipindahkan ke tempat yang ada sinar dengan tetap menjaga suhu dan kelembaban.

Bibit dengan kotiledon tumbuh sempurna, dipindahkan ke polybag 15 x 15 cm yang telah dibasahi dengan larutan nutrisi dengan EC 1,5 mS/cm dan pH 5,5.

Pemeliharaan di persemaian/pembibitan meliputi penyiraman 1-2 kali sehari (tergantung cuaca, fase pertumbuhan bibit, dan media yang digunakan), pengendalian hama dan penyakit selama di nursery misalnya Trips, Mite, Leaf miner, rebah kecambah dll) dan yang tak kalah pentingnya adalah pengaturan kembali jarak antar tanam agar daun tanaman tidak saling menutupi.

Bibit siap ditanam ke greenhouse produksi setelah berumur ± 21-30 hari di polybag atau sudah berdaun ± 5 helai.

Foto 4.3. Persemaian Paprika

3. Penanaman

Penanaman dilakukan dengan memindahkan bibit yang telah berumur + 21-30 hari pada media tanam yang lebih besar yang telah disusun di dalam greenhouse. Media yang digunakan untuk penanaman ini adalah arang sekam. Pemindahan tanaman dilakukan dengan cara :

Bibit diletakkan di sisi polybag untuk penyesuaian cuaca. Media tanam disiram sampai basah dengan larutan hara sebanyak 2 liter. Regulating stick dicabut dan dikeluarkan dari media. Bagian tengah media dilubangi dan tambahkan karbofuram 1 g/polybag.

Page 3: Budidaya Paprika

Bibit disiram dan dikeluarkan beserta medianya dengan cara membalikkan polybag bibit sambil menyangga bibit dengan tangan.

Bibit dimasukkan ke lubang tanam, dan media dirapatkan di sekitar batang. Regulating stick dipasang kembali.

Foto 4.4. Penanaman Paprika

4. Pemeliharaan

Pemeliharaan tanaman paprika meliputi pemupukan, pengajiran, pemangkasan, penjarangan buah, dan pengendalian hama dan penyakit.

Pemupukan dilakukan bersamaan dengan penyiramaan/irigasi. Pupuk dilarutkan dalam air kemudian ditampung di dalam tangki air untuk irigasi tetes. Frekuensi pemberian pupuk ini tergantung pada kondisi cuaca dan umur tanaman. Pada kondisi cuaca panas, pemberian pupuk dilakukan lebih sering untuk menjaga supaya tanaman tidak layu. Waktu pemberian pupuk dilakukan pada pukul 8:00, 10:00, 12:00, 14:00, dan 16:00 dengan lama tiap pemberian selama 2 menit.

Terdapat 2 sistem irigasi pada hidroponik paprika di Kabupaten Bandung. Sistem irigasi pertama menggunakan metode penyiraman tanaman satu per satu menggunakan selang. Sistem irigasi kedua menggunakan irigasi tetes dimana pada masing-masing polybag tanaman dipasang pipa kecil yang terhubung dengan tangki penyimpanan air. Dengan irigasi tetes penyiraman tanaman dilakukan sekaligus pada seluruh tanaman pada waktu yang bersamaan. Skema irigasi tetes dapat dilihat pada Gambar 4.2.

Pada tanaman yang masih muda larutan pupuk diberikan sebanyak 0,5 liter per pohon dan pada tanaman dewasa diberikan sebanyak 1,2 liter per pohon. Salah satu sistem irigasi yang digunakan petani paprika di Kabupaten Bandung menggunakan sistem irigasi tetes. Pada sistem irigasi tetes ini, selain seluruh polybag tanaman mendapat penyiraman yang bersamaan, volume penyiraman lebih terkontrol sehingga lebih efisien dalam hal waktu dan volume penyiraman.

Page 4: Budidaya Paprika

Gambar 4.2. Skema Irigasi Tetes pada Sistem Hidroponik

Foto 4.5. Pengajiran

Pengajiran dilakukan dengan melilitkan benang pada tanaman paprika untuk menopang tanaman paprika. Dengan penopangan tanaman akan diperoleh bentuk tanaman yang sesuai dengan kegiatan produksi secara maksimal, terutama dalam efisiensi lahan. Pengajiran dilakukan pada tanaman yang berumur 2 minggu setelah tanam.

Pemangkasan dilakukan untuk membentuk tanaman sehingga pertumbuhan dan produksi tanaman maksimal. Pemangkasan ini meliputi pemangkasan cabang dan tunas (pewiwilan), pemangkasan daun dan pemangkasan bunga.

Pemangkasan cabang dan tunas dilakukan dengan mengatur dan mengurangi cabang dan tunas di ketiak daun sehingga hanya ada 2 cabang utama. Pemangkasan ini dilakukan sampai bunga yang dipelihara tumbuh dan mekar.

Page 5: Budidaya Paprika

Pemangkasan daun dilakukan dengan membuang semua daun pada batang utama, daun yang tua dan sakit serta daun yang terlalu rimbun.

Pemangkasan bunga dilakukan sampai tanaman berusia 4 minggu setelah tanam. Bunga yang muncul sebelum 4 minggu setelah tanam dibuang. Dari satu ketiak daun sebaiknya hanya dipelihara 1 bunga agar buah yang dihasilkan besar dan berkualitas.

Gambar 4.3. Tanaman Paprika Hasil Pemangkasan

Foto 4.6. Pemeliharaan Paprika

Salah satu kendala dalam pertanian yang menggunakan sistem monokultur adalah penyebaran penyakit dan hama yang sangat cepat jika tidak segera ditangani. Untuk mencegah penyebaran penyakit dan hama, dilakukan tindakan seperti pengamatan dini pada serangan hama dan penyakit, membuang dan membakar tanaman yang terkena serangan dan penyemprotan pestisida.

Page 6: Budidaya Paprika

5. Pemanenan

Dalam pemanenan perlu diperhatikan beberapa hal seperti waktu dan cara pemanenan. Berdasarkan waktu, pemanenan dibagi menjadi 2, yaitu panen buah matang hijau dan panen buah matang berwarna (merah, kuning, orange).

Penggolongan ini disesuaikan dengan permintaan pasar dan harga jual. Pada saat pemetikan harus diusahakan agar tidak merusak ranting atau tanaman yang masih muda. Buah paprika sebaiknya dipanen beserta tangkai buahnya dengan menggunakan gunting atau pisau tajam. Diusahakan agar tangkai buah tidak terlepas dari buah atau tertinggal di cabang tanaman karena buah akan mudah terserang patogen.

Foto 4.7. Pemanenan Paprika

6. Pascapanen

Pada tahap pascapanen, buah paprika yang telah dipanen dicuci. Pencucian ini bertujuan untuk menghilangkan kotoran dan sisa pestisida yang ada pada buah paprika. Selain itu, pencucian ini juga bertujuan untuk menurunkan panas lapang buah sehingga transpirasi buah menurun. Setelah dilakukan pencucian, buah paprika kemudian disortasi dan digrading.

Tanaman Paparika   (4)

Maret 13, 2008 · Tidak ada Komentar

Di Indonesia, tanaman paprika mulai dibudidayakan pada sekitar tahun 1990-an dan dewasa ini Propinsi Jawa Barat merupakan salah satu pusat pertanaman paprika di Indonesia (Prabaningrum et al. 2002). Tanaman paprika tersebut dibudidayakan di dalam rumah plastik (rumah kasa). Ada sebelas varietas paprika yang dibudidayakan oleh petani tetapi hanya dua varietas yang paling dominan yaitu Spartacus dan Edison yaitu sebesar 82%. Kedua varietas paprika ini banyak dibudidayakan oleh petani karena pertumbuhan

Page 7: Budidaya Paprika

dan hasilnya yang baik, disamping itu bentuk dan ukuran buah dari kedua varietas paprika tersebut mudah untuk dijual di pasr lokal maupun ekspor. Kisaran daya hasil kedua varietas paprika tersebut adalah 1,5-3 kg per tanaman.

Dari hasil survei yang dilaksanakan oleh Gunadi et al. (2003) diketahui bahwa pada umumnya petani responden menggunakan populasi tiga tanaman per meter persegi (59%), tetapi beberapa petani responden mencoba menanam lebih tanaman per meter persegi yaitu empat tanaman per meter persegi (41%). Efisiensi penggunaan pestisida dan nutrisi merupakan alasan petani responden untuk menanam lebih dari banyak tanaman per meter persegi. Hasil survei juga menunjukkan bahwa dari keseluruhan total biaya produksi tanaman paprika, ternyata alokasi biaya untuk nutrisi mendominasi biaya produksi secara keseluruhan. Biaya untuk nutrisi adalah 35,2% dari biaya total produksi secara keseluruhan, diikuti oleh biaya tenaga kerja yaitu sebesar 25% dari biaya total produksi secara keseluruhan. Biaya untuk pestisida, benih atau bibit dan media tanam berturut-turut hanya sebesar 20,5, 10,6 dan 8,6 % dari biaya total produksi secara keseluruhan.

Hasil tanaman paprika di negara Belanda dapat mencapi 25-30 kg per meter persegi dengan periode pertumbuhan selama 12 bulan (Gunadi 2006). Di Indonesia hasil tanaman paprika yang dapat dicapai di Balai Penelitian Tanaman Sayuran adalah 8-9 kg per meter persegi dengan periode pertumbuhan selma 7 bulan (Gunadi et al.2005). Hasil paprika di Indonesia yang relatif masih rendah masih dapat ditingkatkan kembali dengan teknik budidaya yang sesuai dengan kondisi tropis di Indonesia.

→ No CommentsKategori: Artikel

Tanaman Paprika   (3)

Maret 13, 2008 · Tidak ada Komentar

Produksi tanaman paprika di Belanda dari tahun ke tahun terus meningkat. Demikian pula, keuntungan bersih yang diperoleh dari penanaman paprika di Belanda terus meningkat yang disebabkan oleh harga komoditas paprika yang terus menerus meningkat pula.

Komoditas paprika pada umumnya dibedakan menurut bentuk, warna dan ukuran. Pada umumnya bentuk paprika dibagi menjadi dua bentuk, yaitu dengan dua bentuk blok (blocky) atau lonceng (bell) dan yang berbentuk lonjong (lamujo) (Hadinata 2004).

Dari segi warna, paprika dibedakan menurut empat warna utama yaitu merah, hijau, kuning, dan orange. Selain dari bentuk dan warna, harga jual buah paprika ditentukan pula oleh ukuran buah. Pada umumnya ukuran buah dibedakan menjadi empat katagori yaitu (Hadianata 204):1. Kecil, diameter buah 6,5-8 cm, bobot buah 120-160 gram.2. Sedang, diameter buah 7,5-9,5 cm, bobot buah 160-200 gram.

Page 8: Budidaya Paprika

3. Besar, daimeter buah 9-11 cm, bobot buah 200-250 gram.4. Sangat besar, diameter buah >11 cm, bobot buah >250 gram.

→ No CommentsKategori: Artikel

Tanaman Paprika   (2)

Maret 13, 2008 · Tidak ada Komentar

Pada umumnya, tanaman paprika yang dibudidayakan di bawah naungan (protected cultivation) menggunkan kultivar indeterminate dimana tanaman secara bertahap dan terus menerus tumbuh dan berkembang membentuk daun, batang, bunga dan buah yang baru. Sebagai perbandingan, kultivar paprika yang dibudidayakan di lahan terbuka (open field) adalah kultivar determinate dimana tanaman tumbuh sampai mencapai ukuran tertentu, kemudian menghasilkan buah,lalu tumbuh dan akhirnya tanaman mati. Pada saat ini, budidaya tanaman paprika di lahan terbuka dengan menggunakan kultivar determinate tidak berkembang seperti budidaya tanaman paprika di bawah naungan yang menggunkan kultivar inderteminate.

Kultivar indeterminate memerlukan pemangkasan (pruning) untuk mempertahankan pertumbuhannya. Dalam rangka untuk mengoptimalkan hasil tanaman paprika pada budidaya tanaman paprika dibawah naungan, keseimbangan antara pertumbuhan vegetatif (daun dan batang) dan generatif (bunga dan buah) harus dipelihara dan diperahankan (Alberta 2004).

→ No CommentsKategori: Artikel

Tanaman Paprika   (1)

Maret 13, 2008 · Tidak ada Komentar

Pada saat ini, tanaman paprika (Capsicum annuum var. grossum L.) merupakan salah satu komoditas penting yang dibudidayakan dibawah naungan (protected cultivation). Tanaman paprika berasal dari Amerika Tengah dan Amerika Selatan dimana banyak spesies telah dibudidayakan beratus tahun sebelum Coloumbus mendarat di benua tersebut (Alberta 2004; Wein 1997). Penanaman paprika menyebar ke Eropa dan Asia setelah tahun 1500-an. Pada awal penyebaran di Eropa, tanaman paprika dibudidayakan dilahan terbuka (out dor) (Van Winden 1988). Walaupun termasuk tanaman tahunan, paprika dibudidayakan sebagai tanaman setahun didaerah beriklim temperata, tetapi di daerah tropis tanaman tersebut kemungkinan akan tumbuh dan memberikan hasil selama lebih dari beberapa tahun Wien 1997).

Dalam klasifikasi tumbuhan, paprika dimasukkan ke dalam famili Solanaceae. Daunnya berukuran lebar dan berwarna hijau tua. Bentuk buah paprika mirip lonceng, sehingga dinamakan  bell pepper. Meskipun aroma buah paprika pedas menusuk, namun rasanya tidak pedas, bahkan cenderung manis, sehingga disebut sweet pepper. Paprika

Page 9: Budidaya Paprika

membutuhkan kondisi tertentu untuk pertumbuhannya, yaitu suhu 24-30 celcius pada siang hari dan 9-12 celcius pada malam hari. Meskipun demikian, tanaman itu masih dapt bertahan pada suhu  38 celcius (Hartz 2002). Di Indonesia, tanaman itu cocok ditanam pada dataran tinggi yang bersuhu 16-25 celcius (Prihmantoro dan Indriani 2000).

Buah paprika mengandung sedikkit, protein, lemak dan gula, tatapi mengandung banyak karoten dan sebagai sumber vitamin C (sampai 340 mg/100 g buah segar). Jika dibandingkan dengan buah jeruk yang mengandung vitamin C sekitar 146 mg/100 g, maka kandungan vitamin C pada paprka jauh lebih tinggi daripada buah jeruk (Morgan dan Lennard 2000). Pada umumnya paprika digunakan sebagai bumbu penyedap atau bahan masakan, selain itu juga digunakan sebagai zat pewarna makanan. Antosianin yang terkandung dalam paprika merupakan zat pewarna makanan yang memiliki keunggulan dibandingkan dengan pewarna makanan yang berasal dari sumber lain, yaitu lebih tahan suhu tinggi dan stabil pada kisaran PH lebar yaitu 1 sampai 9 (Hartuti 2004).

→ No CommentsKategori: Artikel

Prolog Tanaman   Paprika

Maret 13, 2008 · Tidak ada Komentar

Di Indonesia, tanaman paprika mulai dibudidayakan sejak tahun 1990-an. Pada awalnya pengembangannya paprika ditanam di lahan terbuka, tatapi kini telah dikembangkan secara hidroponik di rumah kasa atau plastik. Produksi buah paprika selain untuk memenuhi pasar dalam negeri (hotel berbintang, pasar swalayan, rumah makan internasional, pasr tradisional, dll.) juga untuk memenuhi pasar ekspor.Paprika adalah salah satu komoditas sayuran yang memiliki nilai ekonomi tinggi, yang sebagian besar hasil panennya diekspor ke luar negeri.

→ No CommentsKategori: Uncategorized

Hidroponik   Sayuran

Maret 13, 2008 · Tidak ada Komentar

Di Indonesia, pada umumnya tanaman sayuran dibudidayakan di lahan terbuka. Kondisi cuaca tropis memungkinkan petani memproduksi sayuran sepanjang tahun. Namun budidaya sayuran dilahan terbuka menghadapi banyak masalah. Pada musim hujan, penanaman sayuran tersebut sebagian atau seluruhnya rusak. Kondisi cuaca selama musim hujan seringkali juga tidak cocok untuk penanaman syuran yang disebabkan oleh adanya peningkatan kelembaban dan kondisi ini menyebabkan perkembangan banyk penyakit tanaman yang umumnya berkembang dengan pesat pada kondisi itu.

Page 10: Budidaya Paprika

Budidaya tanaman dibawah naungan (proteted cultivaion) adalah teknik penanaman sayuran yang dapat mengatasi masalah yang berhubungan dengan penanaman sayuran di lahan terbuka. Teknik ini merupakan usaha perlindungan fisik dari tanaman dengan tujuan utama untuk mengendalikan faktor cuaca yang mengganggu perkembangan tanaman. Beberapa keuntungan penggunaan budidaya tanaman dibawah naungan adalah hasil tanaman yang lebih tinggi, kualitas produk lebih baik dan masa panaen lebih panjang dibanding dengan produksi sayuran dilahan terbuka (Agnet 1999; Baron’s Brae 1991). Selain itu, keuntungan lainnya adalah efisiensi penggunaan pupuk dan pestisida, pengguanan teknik perlindungan tanaman secara biologi produksi tanaman lebih terencana (Baudoin dan Von Zabeltitz 2002).

Namun demikian, ketersedian produk sayuran yang berkualitas belum mampu memenuhi kebutuhan konsumen. Hal ini disebabkan produksi sayuran di rumah plasti masih sangat terbatas dan belum berkembang seperti di negara maju, dimana budidaya tanaman di bawah naungan merupakan salah satu teknik utama untuk produksi sayuran. Dalam rangka meningkatkan produksi sayuran yang berkualitas di Indonesia maka perlu dikembangkan teknologi produksi sayuran di rumah plastik sehingga dapat memenui kebutuhan konsumen dalam negeri maupun potensi untuk komoditas ekspor.

Pada umumnya, produksi sayuran di rumah plastik menggunakan sistem hidroponik. Hidroponik berasal dari kata Yunani yaitu hydro yang berarti air dan ponos yang artinya daya. Jadi hidroponik berarti budidaya tanaman yang mamanfaatkan air dan tanpa menggunakan tanah sebagai media tanam. Bercocok tanam dengan metode hidroponik berati secara keseluruhan keperuluan nutrisi yang diserap melalui akar tanaman diberikan dalam bentuk larutan. Hidroponik sering juga disebut Controlled Environmental Agriclture atau pertanian dengan lingkungan yang terkontrol,dimana cahaya,air,suhu, karbondioksida,oksigen,PH dn nutrisi dapat dikontrol (Alberta 2004)

Ada banyak jenis tanaman sayuran yang dapat dibudidayakan di rumah plastik,seperti paprika,tomat beef,tomat cherry,mentimun dan sayuran daun seperti selada,packcoy,kiln,dan caysin. Hasil survei identifikasi potensi dan masalh produksi sayuran di rumah plastik dan lokakarya (workshop) parisipatif karakterisasi budidaya sayuran di rumah plastik yang dilaksanakan pada tahun 2003 (Gunadi et al. 2003) menunjukkan bahwa tanaman paprika merupakan tanaman yang paling banyak dibudidayakan di rumah plastik di Indonesia.

(Reff:Bali Penelitian Tanaman Sayuran)

Koperasi Mitra Sukamaju Berhasil Tingkatkan Kesejahteran Petani Paprika

 

JAKARTA – Sebanyak 40 petani yang tergabung dalam koperasi petani Mitra Sukamaju di Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung, giat mengembangkan budi daya paprika di lahan seluas kurang lebih enam hektare. Lahan seluas itu terbagi dalam 100 unit dan masing-masing unit memanfaatkan lahan antara 500 sampai 1.500 meter persegi.Paprika di sana dibudidayakan menggunakan sistem hidroponik. Dengan sistem ini, tanah tidak

Page 11: Budidaya Paprika

digunakan sebagai media tumbuh namun diganti dengan media lain seperti rockwool, arang sekam, cocopeat, atau material lainnya selain tanah. Media tersebut tidak mengandung unsur hara yang diperlukan oleh tanaman. Karenanya, unsur hara tersebut diberikan melalui pupuk. Dalam hidroponik istilah pupuk disebut juga nutrisi. Khusus untuk budi daya paprika yang dilakukan para petani di Sukamaju, media tumbuh yang digunakan adalah arang sekam yang didatangkan dari daerah Subang dengan pertimbangan ekonomis. “Karena relatif mudah didapat, harganya pun lebih murah ketimbang memakai rockwool, media tumbuh yang dipakai para petani paprika di negeri Belanda,” kata Sutardi (40), Ketua Koperasi Mitra Sukamaju di sela –sela mengikuti pameran di Gedung Bidakara, Jakarta baru–baru ini. Terlihat banyak sekali pengunjung tertarik dengan buah paprika yang bentuknya seperti cabai raksasa dan beraneka warna. Buah paprika itu sengaja dipamerkan lengkap dengan pohon-pohonnya. Selain pertimbangan ekonomis, lanjut Sutardi, kelebihan dibanding media tanam lain, penggunaan arang sekam membuat tanaman paprika menjadi lebih steril atau tahan terhadap penyakit dan juga yang tak kalah penting, daya cengkram airnya juga baik. Sebelum ditanam di arang sekam, terlebih dulu biji pabrika yang diimpor langsung dari Belanda tersebut disemai selama satu bulan menggunakan media tanah. Sementara itu, untuk iklim ideal penanaman, Sutardi menjelaskan paprika cocok tumbuh di kawasan beriklim sub tropis atau di atas ketinggian 1000 m dpl. Namun begitu, tanaman paprika sangat rentan terhadap air hujan. Untuk menyiasatinya, para petani menaruh pot-pot tanaman di bawah naungan rumah plastik (green house) sehingga terlindung dari air hujan.

Perawatan Intensif Dibanding budi daya tanaman lain yang menggunakan media tanam tanah, paprika membutuhkan perawatan yang cukup intensif dan agar hasil buahnya pun baik. Sutardi mengatakan pemberian pupuk dilakukan setiap hari. Pupuk yang diramu sendiri oleh Sutardi dan kawan-kawan ini terdiri dari 10 macam yang dicampur dengan air. Ia mengatakan ramuan pupuk ini tidak bisa sembarangan diungkapkan kepada khalayak. “Ramuannya rahasia,” katanya.Tentang ancaman hama yang kerap menjadi momok bagi petani, Sutardi mengatakan, untuk yang satu ini tidak menjadi permasalahan besar karena sudah bisa dikendalikan penyebarannya. Ia menyebutkan hama yang sering menyerang paprika, kutu dan trips. Pertumbuhan buah paprika dimulai sejak tanaman berumur dua bulan sampai delapan bulan. Dua bulan setelah masa tanam, buah paprika yang berwarna hijau ini sudah mulai bisa dipanen. Ia mengungkapkan, untuk pasar lokal paprika hijaulah yang paling digemari. Selain warna hijau mampu memberikan kesan segar dalam makanan dan menambah selera makan orang Indonesia, harganya pun lebih murah. Masyarakat bisa mendapatkan paprika hijau dengan harga berkisar antara Rp 6.000-7.000 per kilogram. Sementara untuk paprika merah dan kuning masing-masing dijual dengan harga Rp 8.000 dan Rp 9.000.Ditanya berapa keuntungan yang diperoleh para petani setiap masa panen, Sutardi tidak bisa memberi angka persisnya dan hanya memberikan gambaran. Setiap satu meter persegi bisa ditanam 3-4 pohon paprika. Satu pohon tersebut bisa menghasilkan 2,5-3 kilogram buah paprika dalam satu musim tanam (delapan bulan). Sementara modal kerja yang dikeluarkan petani per pohon Rp 1.000 sudah termasuk penyusutan. Dari situlah, paprika tersebut didistrubusikan oleh para supplier ke supermaket, hotel maupun restoran. Kepada pembaca SH, Pria yang memulai usaha budi daya paprika ini sejak 10 tahun lalu mengungkapkan bagaimana cara mengenali buah paprika yang bagus dari penampilan fisik. (SH/danang joko) 

Pemeliharaan Tanaman Paprika-1

Page 12: Budidaya Paprika

Pemeliharaan tanamanPemeliharaan tanaman yang dilakukan akan berbeda, ini tergantung dari jenis tanaman apa yang dipilih. Tetapi pemeliharaan pada tanaman paprika pada umumnya sebagai berikut:

a. Pemilihan cabang produksiPada tanaman Paprika perlu dilakukan pemilihan cabang utama untuk produksi, dengan hanya membiarkan 2 batang cabang yang hidup sebagai cabang utama. Pemilihan cabang produksi ini dilakukan karena tanaman paprika secure alami akan membentuk semak, dari batang utama akan bercabang dan dari setiap cabang akan membentuk dua cabang sehingga tanaman akan kelihatan bergerombol. Apabila tidak dilakukan pemilihan cabang, akan menghasilakan bunga yang banyak, karena pada sudut diantara dua cabang berpotensi menghasilkan bunga. Pemilihan cabang produksi ini juga dimaksudkan mengefesienkan translokasi hasil fotosintesis dari daun menuju buah dan untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman agar mampu berproduksi dengan baik. Di dalam pemilihan cabang produksi sebaiknya mempunyai kriteria, antara lain :- kondisi cabang lebih baik dan sehat daripada cabang lain yang tumbuh.- jarak antar cabang berjauhan dan menghadap keluar.- ukuran atau besarnya cabang seimbang.- mempunyai vigor yang baik.- bebas dari penyakit.

b. Pembuangan daun semuDaun-daun semu yang tumbuh diantara ketiak daun sebaiknya dibuang. Selain daun tersebut tidak bermanfaat, juga akan menyerap energi hasil asimilasi tanaman itu sendiri. Di dalam pembuangan daun semu ini dapat dilakukan bersamaan dengan pewiwilan.

Page 13: Budidaya Paprika

c. Pengikatan/pengajiran/pelilitan .

pada tanamanTanaman yang tumbuh semakin besar dan tinggi, diperlukan pegangan untuk menopang tumbuhnya tanaman dengan benang/tali agar bisa berdiri tegak sesuai dengan pengaturan jalur yang direncanakan. Pengikatan/pelilitan benang/tali pada tanaman dilakukan bersamaan dengan pewiwilan

Pentingnya

Naungan

bagi Tanaman PaprikaSiapa yang tidak mengenal tanaman Paprika? Tanaman ini menghasilkan buah seperti cabe hanya saja berukuran besar, gemuk dengan rasa manis-manis agak pedas yang seringkali dipakai untuk makanan siap saji seperti Pizza, atau yang lainnya. Meskipun sudah banyak dikenal, namun tidak semua petani mau membudidayakannya. Bukan apa-apa, namun karena paprika itu sendiri tergolong ke dalam sayuran oriental dimana memiliki karakteristik antara lain : unik, harganya tinggi, disukai oleh kalangan tertentu terutama menengah atas sehingga tingkat permintaannya pun sedikit namun kontinyu. Artinya meskipun petani mampu menghasilkan paprika namun bila pemasarannya tidak terjamin akan percuma saja.

 

Tabel 1.

Pengaruh Jenis Bahan Naungan terhadap Hasil dan Kualitas Buah Cabai Paprika, Lembang 1988

Page 14: Budidaya Paprika

PerlakuanBobot

buah per tan (gr)

Diameter buah (cm)

Panjang Buah (cm)

Kandungan air buah saat

panen(%)

Kandungan gula total buah saat panen (%)

ABCDE

93,00537.50222.25242.5080.25

3.006.904.984.903.88

4.5010.456.937.124.48

87.3991.2991.3692.7484.83

3.885.354.604.204.25

CD (%) 9.97 8.75 9.32 1.29 4.80

Membudidayakan paprika memang hampir sama dengan tanaman cabe namun karena produk yang dihasilkan ditujukan untuk segmen kalangan menengah ke atas, telah menuntut produk tersebut agar selalu berkualitas dan memenuhi standar yang ketat. Untuk itu, tidaklah mengherankan bila pengusahaannya pun harus memperhatikan semua aspek yang mempengaruhi keberhasilan budidaya.

Adanya gugur bunga, gugur buah maupun daun haruslah dicegah sedemikian rupa sehingga tanaman paprika dapat berbuah secara optimal. Hal tersebut biasa terjadi hanya jika tanaman paprika berada dalam lingkungan yang kurang menguntungkan seperti kelembaban relatif rendah, temperatur tinggi, dan disertai intensitas cahaya matahari yang tinggi. Dengan kondisi lingkungan yang kurang mendukung tersebut mengakibatkan transpirasi dan evaporasi pada tanaman yang tinggi (berlebihan) dan kekurangan air dalam tanaman meskipun tanaman mendapat suplai air yang mencukupi.

Tanaman paprika membutuhkan kondisi khusus agar tumbuh dengan baik. Salah satunya adalah menghendaki kisaran suhu optimum 21 o C – 25 o C untuk pertum-buhan dan perkem-bangannya dan 18,3 – 26,7 o C untuk pembuahannya. Di luar itu, maka pertumbuhan paprika akan terganggu. Selain itu, tanaman paprika termasuk tanaman yang tidak tahan terhadap intensitas cahaya yang tinggi, akibatnya bila ditanam pada kondisi yang intensitasnya tinggi menyebabkan hasil akhir bobot buah cabai paprika akan sangat rendah.

Sebenarnya tidak akan menjadi masalah apabila penanaman paprika dilakukan dalam green house yang notabene kondisi iklim mikronya mudah dikontrol, namun mengingat pembuatan green house menelan biaya yang tidak sedikit, maka tidak sedikit petani kita yang mengusahakannya di lahan terbuka. Pengusahaan paprika di alam terbuka tentu saja membawa dampak kurang bagus pada produksinya karena intensitas cahaya dan suhu tidak sesuai yang diinginkan. Untuk mengatasi hal tersebut maka dalam pembudidayaannya harus diusahakan agar agroklimatnya terpenuhi dengan menggunakan sumber daya yang ada dan lebih terjangkau. Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah dengan memberikan naungan. Pemberian naungan itu sendiri ditenggarai dapat mengurangi intensitas cahaya matahari serta mengurangi kekurangan air akibat proses evapotranspirasi yang tinggi. Masalahnya adalah naungan seperti apa yang cocok dan bagus bagi tanaman paprika.

Page 15: Budidaya Paprika

Berkaitan dengan hal itu, sebuah penelitian telah dilakukan oleh Etty sumiati, Subhan dan Nunung Kartika staff peneliti Balai Penelitian Hortikultura lembang untuk mengetahui pengaruh berbagai jenis naungan terhadap hasil dan kualitas cabe paprika hibrida. Penelitian yang dilakukan di Kebun Percobaan Balai Penelitian Hortikultura Lembang di dilakukan pada bulan Februari Juli tahun 1988 menggunakan varietas Beauty. Naungan yang diuji ada 4 macam yaitu naungan berupa tanaman hidup (dalam hal ini tanaman jagung), daun rumput alang-alang, jerami serta plastik bening.

Tanaman jagung merupakan tanaman yang dapat tumbuh cepat serta tidak membutuhkan pemeliharaan khusus. Dengan penampilan daun yang lebar dan tanaman yang tinggi, sangat baik untuk menjadi naungan hidup bagi tanaman lain. Penanaman jagung dilakukan dengan jarak tanam 25 cm x 100 cm, paprika dapat ditanam diantara tanaman jagung tersebut.

Daun rumput alang-alang sudah seringkita kenal sebagai gulma, namun dia juga dapat dimanfaatkan untuk atap rumah. Sedangkan plastik selain digunakan untuk keperluan rumah tangga maupun industri, juga sering digunakan sebagai naungan tanaman terutama untuk green house.

Tabel 2.

Pengaruh Jenis Bahan Naungan terhadap Suhu, pH dan, Kelembaban Relatif dan Kandungan air Tanah , Lembang 1988

PerlakuanTemperatur Tanah (oC)

pH tanah

Kelembaban Relatif (%)

Kandungan air tanah(%)

ABCDE

27.04 a26.05 b25.04 c24.04 d25.04 c

6.57 b6.38 c6.38 c6.38 c6.63 a

50.50 e67.50 c68.00 b68.75 a56.25 d

36.84 ab35.57 b36.37 b36.25 ab37.15 b

CD (%) 9.97 8.75 9.32 4.80

Dengan Naungan lebih BaikPentingnya peran naungan yang digunakan tanaman paprika terlihat nyata pada hasil pengamatan yang didasarkan kandungan khlorofil di daunnya. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan kandungan klorofil pada tanaman paprika yang dinaungi baik oleh tanaman jagung, alang-alang, jerami padi maupun dengan plastik. Adanya naungan tersebut, secara langsung akan mengurangi intensitas cahaya matahari yang berlebihan. Artinya, naungan dari bahan apapun mampu menjadi pereduksi intensitas cahaya matahari yang datang langsung pada tanaman paprika yang notabene tidak tahan terhadap intensitas cahaya yang tinggi. Intensitas cahaya yang terlalu berlebihan tersebut juga akan mengganggu perkembangan sel-sel klorofil yang mengakibatkan kandungan klorofil menurun.

Selain mengurangi intensitas cahaya, penggunaan naungan pada tanaman paprika

Page 16: Budidaya Paprika

ternyata dapat menurunkan suhu, dan pH tanah (Tabel 2). Hal ini penting karena bila suhu tanah terlalu tinggi, selain dapat mempe-ngaruhi penurunan laju fotosintesis, translokasi dan akumulasi fotosintat dari organ sumber ke organ penerima, juga dapat meningkatkan laju respirasi sel yang pada akhirnya akan mengurangi produksi netto fotosintesis. Penurunan pH akibat dari penggunaan naungan dapat membuat iklim agroklimat optimum bagi tanaman paprika.

Dengan didukung oleh kondisi agroklimat yang optimal seperti kelembaban relatif yang tinggi, temperatur yang rendah, nilai pH optimum, serta intensitas cahaya yang rendah sebagai akibat pemberian naungan, menyebabkan tanaman paprika menjadi berkecukupan air, berkurangnya gugur bunga dan buah, serta produktivitas dan kualitas buah paprika (yang dilihat dari bobot buah, diameter buah, panjang buah, kandungan air buah dan kandungan gula total) menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan tanpa menggunakan naungan. Dari beberapa naungan yang digunakan, nampak bahwa penggunaan plastik memberikan hasil yang paling baik , sehingga wajar apabila plastik paling banyak digunakan green house untuk penanaman cabe paprika baik secara hidroponik maupun konvensional.

(Jurnal Hortikultura XIX, 1990, Etty sumiati, Subhan dan Nunung Nurtika, peneliti muda ekofisiologi Tanaman Balai Penelitian Hortikultura – Lembang)

Sistem Semiorganik pada Tanaman Paprika

MESKI belum populer di Indonesia, baik di kalangan petani hortikultura maupun masyarakat selaku konsumen, paprika merupakan salah satu komoditas prospektif di negeri ini. Pasalnya, cabai gendut ini sangat diminati pasar mancanegara, khususnya Taiwan, Singapura, dan sejumlah negara di Eropa.

Paprika merupakan salah satu bahan untuk pembuatan menu spesial di restoran-restoran terkenal di mancanegara. Kini, restoran dan hotel ternama di kota-kota besar di Indonesia pun menyediakan menu serupa.

Tanaman tersebut baru dibudidayakan secara massal sejak tahun 2002, tatkala importir asal Taiwan mengajukan permintaan sekitar 16 ton/minggu. Peluang emas ini langsung ''disambar'' pelaku usaha di Ja-wa Barat, khususnya di kawasan Lembang, Kabupaten Bandung.

Ini bisa dimengerti, mengingat harga paprika jauh mengungguli cabai yang hanya sekitar Rp 3.000 - Rp 4.000/kg di tingkat petani. Sedangkan harga paprika sekitar Rp 8.000/kg (untuk varietas paprika hijau) hingga Rp 18.000/kg (kuning).

Namun kenikmatan materi yang dirasakan petani paprika sempat tergerus oleh ulah importir Taiwan, yang disokong pemerintah setempat. Entah dari mana, berembus isu bahwa paprika asal Indonesia rentan terhada serangan hama lalat buah.

Padahal hampir semua paprika yang diekspor ke negeri seberang itu berasal dari Lembang, di mana terbukti tidak terserang lalat buah. Beruntung Pemerintah Singapura

Page 17: Budidaya Paprika

dan Inggris tak terprovokasi ulah Taiwan. Setiap bulan mereka tetap mendatangkan ratusan ton paprika dari Indonesia.

Belajar dari Isu

Isu, sejelek apapun, tetap bisa dijadikan media pembelajaran, terutama bagi petani paprika. Tak bisa dimungkiri, lalat buah memang menjadi momok bagi para petani atau pembudidaya tanaman ini.

Oleh karena itu, para petani perlu berusaha semaksimal mungkin untuk mengeliminasi kemungkinan terjadinya serangan hama lalat buah. Salah satu hal yang bisa dilakukan adalah menerapkan sistem pertanian setengah organik, atau semiorganik.

Disebut semiorganik, karena memang tidak menerapkan sistem organik sempurna (100 %). Jadi ada kombinasi antara sistem organik dan nonorganik.

Dalam hal ini, penggunaan pestisida sama sekali ditiadakan. Untuk mencegah maupun memberantas hama, petani dianjurkan menggunakan predator alami -meski sampai sekarang masih harus diimpor.

Tetapi petani masih diperbolehkan menggunakan insektisida (obat antiserangga) dan fungisida (obat antijamur). Penyemprotan insektisida dilakukan satu kali dalam satu periode tanam. Itu pun dengan dosis yang sangatkecil. Pemakaian fungisida tetap dilakukan secara berkala, sekitar dua kali/minggu.

Selain itu, para petani paprika perlu meninggalkan berbagai kebiasaan bertani secara konvensional. Dianjurkan menanam paprika tidak dalam lahan terbuka, namun dalam polibag serta diberi naungan dari plastik.

Meski biaya produksi menjadi mahal, tetapi produkivitas tanaman bisa meningkat dan paprika relatif aman dari berbagai serangan hama dan penyakit, terutama lalat buah.

Hal inilah yang kini diterapkan Dinas Pertanian Pemalang. Selain membuat demplot paprika di Desa Gombong (Kecamatan Belik), dengan desain serupa, Dinas juga membina ratusan petani paprika.

Adakah persamaan antara Belik dan Lembang? Ya, keduanya berada di dataran tinggi. Tanaman ini memang lebih cocok dikembangkan di dataran tinggi yang berhawa sejuk.

Setiap polibag diisi satu batang tanaman, yang pada masa panen bisa menghasilkan 3-4 kg paprika. Harga panen bervariasi, tergantung varietas dan kondisi pasar.

Varietas yang populer di Indonesia antara lain paprika kuning, paprika merah, paprika oranye, dan paprika hijau.

Page 18: Budidaya Paprika

Paprika kuning memiliki tingkat harga tertinggi (Rp 18.000/kg), diikuti paprika merah dan oranye (Rp 15.000), serta paprika hijau (Rp 8.000).

Jika budidaya dilakukan secara benar, setinggi apapun biaya produksi, petani tetap dapat meraih keuntungan lebih besar daripada menanam cabai. (Yustisi Ardhi-32)