buku hdk (2!2!2011)-final (isi)

38
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Derajat kesehatan di Indonesia telah meningkat dari tahun ke tahun, namun perlu lebih ditingkatkan lagi secara terus menerus. Hal ini dapat terlihat dari beberapa indikator derajat kesehatan seperti Umur Harapan Hidup (UHH) meningkat dari 66,2 tahun (2004) menjadi 70,5 tahun (2007). Angka kematian ibu menurun dari 307 per 100.000 kelahiran (2004) menjadi 228 per 100.000 kelahiran pada tahun 2007 (SDKI, 2007). Berdasarkan sasaran Millenium Development Goasl (MDG), kematian ibu melahirkan ditetapkan pada angka 103 per 100.000 kelahiran. Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia tercatat sebesar 103 per 100.000 kelahiran pada tahun 2007 (SDKI, 2007). Millenium Development Goals atau tujuan pembangunan milenium adalah upaya untuk memenuhi hak-hak dasar kebutuhan manusia melalui komitmen bersama antara 189 negara anggota PBB untuk melaksanakan 8 (delapan) tujuan pembangunan, yaitu: 1) Menanggulangi kemiskinan dan kelaparan; 2) Mencapai pendidikan dasar untuk semua; 3) Mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan 1

Upload: darsana-anga

Post on 25-Jul-2015

97 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Buku Hdk (2!2!2011)-Final (Isi)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Derajat kesehatan di Indonesia telah meningkat dari tahun ke tahun, namun perlu lebih ditingkatkan lagi secara terus menerus. Hal ini dapat terlihat dari beberapa indikator derajat kesehatan seperti Umur Harapan Hidup (UHH) meningkat dari 66,2 tahun (2004) menjadi 70,5 tahun (2007). Angka kematian ibu menurun dari 307 per 100.000 kelahiran (2004) menjadi 228 per 100.000 kelahiran pada tahun 2007 (SDKI, 2007). Berdasarkan sasaran Millenium Development Goasl (MDG), kematian ibu melahirkan ditetapkan pada angka 103 per 100.000 kelahiran. Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia tercatat sebesar 103 per 100.000 kelahiran pada tahun 2007 (SDKI, 2007). Millenium Development Goals atau tujuan pembangunan milenium adalah upaya untuk memenuhi hak-hak dasar kebutuhan manusia melalui komitmen bersama antara 189 negara anggota PBB untuk melaksanakan 8 (delapan) tujuan pembangunan, yaitu: 1) Menanggulangi kemiskinan dan kelaparan; 2) Mencapai pendidikan dasar untuk semua; 3) Mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan; 4) Menurunkan angka kematian anak; 5) Meningkatkan kesehatan ibu; 6) Memerangi penyebaran HIV & AIDS, malaria dan penyakit menular lainnya; 7) Kelestarian lingkungan hidup; serta 8) Membangun kemitraan global dalam pembangunan.

Sebagai salah satu anggota PBB, Indonesia memiliki dan ikut melaksanakan komitmen tersebut dalam upaya untuk mensejahterakan masyarakat. Deklarasi Millenium PBB yang ditandatangani pada September 2005 menyetujui antara lain agar semua negara: Meningkatkan kesehatan

1

Page 2: Buku Hdk (2!2!2011)-Final (Isi)

ibu, dan target tahun 2015 adalah mengurangi dua per tiga rasio kematian ibu.

Sasaran strategis dalam pembangunan kesehatan tahun 2010-2014, yaitu meningkatnya status kesehatan dan gizi masyarakat, dengan meningkatnya umur harapan hidup dari 70,7 tahun menjadi 72 tahun dan menurunnya angka kematian ibu dari 228 menjadi 118 per 100.000 kelahiran hidup. Beberapa indikator lain yang terkait dengan kesehatan ibu adalah: Persentase ibu bersalin yang ditolong oleh tenaga kesehatan (nakes) terlatih (cakupan PN) sebesar 90%; Persentase ibu hamil mendapat pelayanan Ante Natal Care (ANC) sebesar 100%; Persentase ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal (cakupan K4) sebesar 95%; Persentase ibu hamil, bersalin, dan nifas yang mendapatkan penanganan komplikasi kebidanan (cakupan PK) sebesar 75%.

Berdasarkan laporan Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2005 penyakit tidak menular merupakan penyebab utama dari 58 juta kematian di dunia, 30% diantaranya disebabkan penyakit jantung dan pembuluh darah (30%). Hasil Riskesdas tahun 2007 menunjukkan tingginya prevalensi penyakit tidak menular, seperti hipertensi tercatat sebesar 31,7 %. Prevalensi beberapa faktor risiko penyakit tidak menular, seperti obesitas umum 19,1% (terdiri dari berat badan lebih 8,8% dan obesitas 10,3%), obesitas sentral 18,8%, sering (satu kali atau lebih setiap hari) makan makanan asin 24,5%, sering makan makanan berlemak 12,8%, sering makan/minum makanan/minuman manis 65,2%, kurang sayur dan buah 93,6%, kurang aktivitas fisik 48,2%, gangguan mental emosional 11,6%, perokok setiap hari 23,7%, dan konsumsi alkohol 12 bulan terakhir 4,6%. Pada tahun 2010, prevalensi perokok setiap hari tercatat sebesar 34,7% (Riskesdas, 2010).

Sampai dengan tahun 2008, rasio tenaga kesehatan masih belum mencapai target per 100.000 penduduk sesuai tahun 2008, seperti: untuk dokter spesialis 7,73 (target 9), dokter umum 26,3 (30), perawat 157,75 (158), bidan sebesar

2

Page 3: Buku Hdk (2!2!2011)-Final (Isi)

43,75 (75), dan ahli gizi 22. Kebutuhan tenaga gizi tahun 2010 yaitu sebanyak 51.907 dan pertambahan nilai rasio per tahun adalah 3.17. Masih terdapat kekurangan tenaga kesehatan pada tahun 2007-2010, seperti: dokter umum (sebanyak 26.218 orang), dokter spesialis (8.860), perawat (63.912), dan bidan (97.802). Untuk Program Obat dan Perbekalan Kesehatan, ketersediaan obat esensial generik di sarana pelayanan kesehatan baru mencapai 69,74% dari target 95%.

Sasaran program Kementerian Kesehatan secara nasional pada tahun 2010 adalah: jumlah penduduk 234.181.400 jiwa, jumlah ibu hamil 4.842.871 jiwa, jumlah wanita usia subur (WUS) 66.326.200 jiwa, jumlah puskesmas 8.737 buah (perawatan: 2.704, non-perawatan: 6.033) (data tahun 2009), dan jumlah rumah sakit (pemerintah dan swasta) 1.378 buah (data tahun 2008) (Keputusan Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan tentang Data Sasaran Program Kementerian Kesehatan Tahun 2010)

Berdasarkan Riskesdas 2007, cakupan pemeriksaan kehamilan secara keseluruhan adalah 84,5%. Menurut karakteristik rumah tangga dan tipe daerah tampak bahwa cakupan pemeriksaan kehamilan lebih tinggi di perkotaan (94,1%) dibanding di pedesaan (78,1%). Cakupan pemeriksaan kehamilan tertinggi terdapat pada kelompok keluarga dengan pekerjaan kepala keluarga sebagai pegawai negeri (92,9%) dan terendah pada kelompok keluarga petani/nelayan/buruh (78,2%).

Persentase ibu hamil menurut jenis pemeriksaan kehamilan: Pengukuran tinggi badan (58,9%), pemeriksaan tekanan darah (97,1%), pemeriksaan tinggi fundus (perut) (88,2%), pemberian tablet besi (Fe) (92,2%), pemberian imunisasi TT (86,3%), penimbangan berat badan (94,8%), pemeriksaan hemoglobin (33,8%), dan pemeriksaan urine (36,4%). Secara keseluruhan, 61,8% ibu yang menerima 6-8 pemeriksaan (pengukuran tinggi badan, pemeriksaan tekanan darah, pemeriksaan tinggi fundus, pemberian

3

Page 4: Buku Hdk (2!2!2011)-Final (Isi)

tablet besi, pemberian imunisasi TT, penimbangan berat badan, pemeriksaan Hb, dan pemeriksaan urine) selama kehamilan, 35,3% ibu menerima 3-5 jenis pemeriksaan kehamilan, dan hanya menerima 1-2 jenis pemeriksaan selama kehamilan. Persentase pemeriksaan kehamilan yang lebih lengkap lebih banyak di perkotaan (65,4%) dibandingkan dengan di pedesaan (55,7%). Kelengkapan pemeriksaan kehamilan berhubungan dengan tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita, yaitu semakin tinggi tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita semakin besar persentase ibu yang memeriksakan kehamilan lebih lengkap.

B. TujuanTujuan penyusunan pedoman ini adalah agar dapat dijadikan pedoman bagi petugas kesehatan ditingkat provinsi, kabupaten/kota, rumah sakit, puskesmas dan fasilitas kesehatan lainnya.

C. Manfaat

Buku pedoman yang memuat tentang kegiatan pengendalian khususnya diagnosis dan penanganan hipertensi dalam kehamilan ini diharapkan bermanfaat bagi petugas kesehatan ditingkat provinsi, kabupaten/kota, rumah sakit, puskesmas dan fasilitas kesehatan lainnya.

4

Page 5: Buku Hdk (2!2!2011)-Final (Isi)

BAB II

KLASIFIKASI DAN DIAGNOSIS

Tekanan darah tinggi (hipertensi) dalam kehamilan merupakan salah satu masalah pada ibu hamil yang perlu diwaspadai. Kondisi ini dapat menyebabkan tingginya angka kesakitan dan kematian baik pada ibu maupun pada janin atau bayi yang dilahirkan. Sebagian besar ibu hamil tidak menyadari bahwa mereka mengalami hipertensi, karena ibu hamil terlihat sehat dan tidak menunjukkan gejala yang spesifik. Oleh karena itu deteksi dini terhadap hipertensi pada ibu hamil sangat diperlukan agar tidak terjadi kelainan serius atau komplikasi yang dapat membahayakan keselamatan ibu hamil dan janin/bayi.

A. Pengertian

1. Hipertensi adalah tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan/atau diastolik ≥90 mmHg.

Cara pengukuran tekanan darah:

5

Page 6: Buku Hdk (2!2!2011)-Final (Isi)

Gunakan cuff (manset) melingkupi 2/3 lengan atas

Ibu hamil (Bumil) harus dalam posisi duduk atau berbaring 45o dengan lengan setinggi jantung (dianjurkan lengan kiri)

Bumil sudah beristirahat minimal 15 menit

Ukur tekanan darah sampai 2 mmHg terdekat

Gunakan suara fase Korotkoff I untuk mengukur sistolik, dan suara fase Korotkoff V untuk mengu-kur diastolik.

Gambar. Cara pengukuran tekanan darah

2. Proteinuria adalah ditemukan protein pada urine ≥300 mg per 24 jam (urine tampung) atau ≥30 mg pada pemeriksaan tunggal (urine sewaktu) atau ≥+1 pada pemeriksaan carik celup (dipstick).

B. Klasifikasi1. Hipertensi gestasional2. Preeklampsia dan Eklampsia3. Hipertensi kronik dalam kehamilan4. Preeklampsia yang diinduksi hipertensi kronik

(preeclampsia super imposed on chronic hypertension)(Sumber: Williams Obstetrics, edisi 23, 2009)

1. Hipertensi gestasional Hipertensi yang ditemukan pertama kali setelah

kehamilan 20 minggu Tidak ditemukan proteinuria Kembali normal setelah 3 bulan pascapersalinan.

2. Preeklampsia dan eklampsia Hipertensi yang ditemukan pertama kali setelah

kehamilan 20 minggu

6

Page 7: Buku Hdk (2!2!2011)-Final (Isi)

Ditemukan proteinuria

a. Preeklampsia ringan- Tekanan darah ≥140/90 mmHg- Proteinuria (≥3 dan <5 gram/24 jam, atau +1

dan +2 dipstick).

b. Preeklampsia berat - Tekanan darah ≥160/110 mmHg- Proteinuria (≥5 gram/24 jam, atau +3 dan +4

dipstick)- Gangguan neurologis: gangguan serebral,

misalnya nyeri kepala hebat, peningkatan refleks-refleks; atau gangguan visual.

- Edema pulmonum- Nyeri epigastrik atau kwadran atas kanan- Gangguan fungsi hati tanpa sebab yang jelas- Trombositopenia (trombosit <100.000/mm3)

dan/atau DIC (Disseminated Intravascular Coagulation)

- Pertumbuhan janin terhambat- Penurunan fungsi ginjal- Peningkatan serum kreatinin (>1,2 mg/dL).

c. Eklampsia

Preeklampsia yang disertai kejang atau penurunan kesadaran.

3. Hipertensi kronik dalam kehamilan Hipertensi yang ditemukan sebelum kehamilan atau

sudah terdeteksi sebelum kehamilan 20 minggu. Tidak ditemukan proteinuria

4. Preeklampsia yang diinduksi hipertensi kronik (pre-eclampsia super imposed on chronic hypertension)Timbul gejala preeklampsia setelah kehamilan 20 minggu pada ibu hamil dengan hipertensi kronik.

7

Page 8: Buku Hdk (2!2!2011)-Final (Isi)

C. Faktor Risiko Preeklampsia1. Kehamilan pertama2. Preeklampsia pada kehamilan sebelumnya3. Kehamilan setelah lebih dari 10 tahun kehamilan

sebelumnya4. Umur kurang <20 tahun dan >40 tahun5. Terlahir dengan pertumbuhan janin terhambat6. Riwayat preeklampsia di keluarga (khususnya ibu atau

saudara perempuan)7. Tekanan darah diastolik >80 mmHg saat datang8. Obesitas9. Kehamilan kembar10. Proteinuria saat pertama datang 11. Donasi sel telur12. Infeksi saluran kemih13. Ada penyakit penyerta:

Hipertensi kronik Penyakit ginjal Diabetes melitus Ditemukan antibodi antifosfolipid Penyakit darah, seperti Systemic Lupus

Erythematosus (SLE), dan trombofilia. Penyakit jantung dan pembuluh darah.

14. Kelainan janin: Molahidatidosa Hidropsfetalis Struktur tubuh anomali

15. Stres16. Paparan terhadap sperma yang terbatas:

Kontrasepsi barrier Pertama kali menjadi ayah Donor inseminasi

17. Riwayat preeklampsia pasangan suami yang terdahulu18. Kelebihan asupan zat gizi tertentu, seperti natrium

(sodium) dan asam lemak jenuh.19. Kekurangan asupan zat gizi tertentu, seperti asam

lemak tidak jenuh ganda, kalium, kalsium, dan magnesium.

8

Page 9: Buku Hdk (2!2!2011)-Final (Isi)

BAB III

PENANGANAN HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN

A. Hipertensi Gestasional

1. Penanganan di Puskesmas AntenatalCare (ANC) tiap bulan Pemantauan penambahan berat badan setiap bulan Periksa laboratorium darah rutin (Hb, leukosit,

trombosit, LED), Gula Darah Sewaktu (GDS), urine lengkap (makroskopis dan mikroskopis)

Periksa proteinuria setiap ANC Pemberian obat anti hipertensi:

- Metildopa (3 x 250 mg), atau- Adalat oros (1-2 x 30 mg), atau- Nifedipin (3-4 x 10 mg).

Pemberian antioksidan (Vitamain A,C,E, Zink, Selenium, dan N-asetil sistein)

Kolaborasi dengan rumah sakit untuk pemantauan pertumbuhan dan perkembangan janin dengan USG

9

Page 10: Buku Hdk (2!2!2011)-Final (Isi)

(trimester I: 1 kali, trimester II: 1 kali, dan trimester III: 2 kali atau sesuai kebutuhan)

Dirujuk ke rumah sakit bila tekanan darah tidak turun dalam waktu 1 bulan, atau kondisi ibu hamil atau janin memburuk.

2. Penanganan di Rumah Sakit (RS) Periksa laboratorium lengkap (Hb, Ht, leukosit total,

trombosit, MCV, MCH, MCHC, eritrosit, retikulosit, ferritin, TTGO 75 gram, SGOT, SGPT, albumin), urine lengkap, ureum, kreatinin, dan asam urat.

Pemeriksaan USG (biometri dan kesejahteraan janin)

Terminasi kehamilan sesuai indikasi obstetri.

B. Hipertensi Kronik

Sama dengan penanganan hipertensi gestasional disertai kolaborasi dengan ahli penyakit dalam dan penyakit jantung.

Sebagian ibu hamil dengan hipertensi kronik dapat berhenti minum obat, karena tekanan darah kembali terkontrol, tetapi sebagian lain perlu melanjutkan terapi hipertensi selama kehamilan.

C. Preeklampsia dan Eklampsia

1. Preeklampsia

a. Penanganan di PuskesmasSama dengan penanganan hipertensi gestasional.

b. Penanganan di RSSama dengan penanganan hipertensi gestasional.

2. Preeklampsia berat10

Page 11: Buku Hdk (2!2!2011)-Final (Isi)

a. Penanganan di puskesmas Berikan MgSO4 bolus 2-4 gram intravena perlahan

(minimal 15 menit). Berikan infus MgSO4 1 gram per jam dalam Ringer

Asetat /Ringer Laktat /KaEnMg3 500 ml. Nifedipin 10 mg oral, lanjutkan 30 menit kemudian

dengan adalat oros 30 mg. Rujuk ke RS didampingi tenaga kesehatan.

b. Penanganan di RS Bila belum diberikan di puskesmas:

- Berikan MgSO4 bolus 2-4 gram intravena perlahan (minimal 15 menit)

- Berikan infus MgSO4 1 gram per jam dalam Ringer Asetat/Ringer Laktat /KaEnMg3 500 ml.

Pembatasan asupan cairan 2.000 ml/24 jam. Pasang kateter untuk pemantauan keseimbangan

cairan. Pemberian anti hipertensi:

- Nifedipin 10 mg oral, lanjutkan 30 menit kemudian dengan adalat oros 30 mg.

- Nifedipin rumatan 3-4 x 10 mg atau adalat oros 1-2 x 30 mg

- Dapat diberikan nifedipin ekstra tergantung tekanan darah.

- Alternatif anti hipertensi antara lain: nicardipine infus, (dosis 1 mikrogram/KgBB/menit), labetalol (dosis awal 20 mg IV bolus perlahan, bila tekanan darah belum terkontrol berikan 40 mg 10 menit setelah dosis awal, kemudian 80 mg 10 menit kemudian untuk 2 kali pemberian (dosis maksimal 220 mg)

- Dilarang menggunakan preparat ACE inhibitor selama ada janin hidup dalam kandungan !

Pemberian antioksidan (N-asetil sistein, vitamin C, vitamin E)

11

Page 12: Buku Hdk (2!2!2011)-Final (Isi)

Dilakukan pemantauan tekanan darah minimal 2 kali sehari dan protein urin setiap hari.

Periksa laboratorium lengkap (Hb, Ht, leukosit total, trombosit, MCV, MCH, MCHC, eritrosit, retikulosit, ferritin, TTGO 75 gram, SGOT, SGPT, albumin), urine lengkap, ureum, kreatinin, asam urat, LDH (bila kadarnya >600 lihat sindroma HELLP), PT, APTT, fibrinogen, bilirubin direct dan indirect.

Pemeriksaan USG (pengukuran biometri dan kesejahteraan janin) bila memungkinkan menggunakan USG doppler (untuk pemeriksaan fungsi dinamik janin plasenta/FDJP).

Pemeriksaan CTG (cardiotocography) setiap minggu.

Pemeriksaan EKG. Bila kondisi ibu memungkinkan, kehamilan <35

minggu berikan pematangan paru janin dengan deksametason 2 x 6 mg im/iv perlahan selama 2 hari.

Lakukan terminasi kehamilan:- Bila tekanan darah tidak terkendali,

terminasi sesegera mungkin setelah optimalisasi keadaan umum.

- Bila tekanan darah terkendali, usia kehamilan <38 minggu, terminasi dapat ditunda sampai maksimal 2 minggu perawatan. Dilakukan pemantauan ketat keadaan ibu dan janin.

- Bila tekanan darah terkendali usia kehamilan ≥38 minggu, terminasi dilakukan setelah optimalisasi keadaan umum.

- Bila dijumpai pertumbuhan janin terhambat, terminasi dilakukan setelah optimalisasi keadaan umum.

- Bila dijumpai FDJP ≤6 lakukan terminasi kehamilan, setelah optimalisasi keadaan umum.

12

Page 13: Buku Hdk (2!2!2011)-Final (Isi)

- Bila FDJP <4, lakukan terminasi kehamilan per abdominam/seksio sesarea segera (CITO) setelah optimalisasi keadaan umum.

Kolaborasi dengan ahli anestesi, jantung, mata, saraf, dan anak.

3. Eklampsia

1. Penanganan di Puskesmas Sama dengan penanganan preeklampsia berat.

2. Penanganan di rumah sakit Sama dengan penanganan preeklampsia berat. Pemeriksaan analisis gas darah dan elektrolit Pemeriksaan rontgen thorax Pemberia O2 (2-4 liter per menit) Terminasi kehamilan segera dengan persiapan

ICU.

Penanganan khusus sindroma HELLP (Haemolysis, Elevated Liver enzymes, Low Plattelet count): Sama dengan penanganan preeklampsia berat. Terminasi kehamilan segera setelah optimalisasi

keadaan umum, tanpa menunda konservatif selama 2 minggu.

Bila terjadi DIC berikan heparin sesuai dengan dosis.

Dexametason (2 x 10 mg iv) sampai terjadi perbaikan klinis (trombosit >100.000 /mm3, kadar LDH menurun, dan diuresis >100 ml/jam).

Teknik Pemberian MgSO4Pemberian melalui intravena secara kontinyu Dosis awal:

4 gram (20 ml MgSO4 20% atau 10 ml MgSO4 40%), dilarutkan ke dalam 10-20 ml aquabides, diberikan selama 15-20 menit.

13

Page 14: Buku Hdk (2!2!2011)-Final (Isi)

Dosis pemeliharaan:10 gram (50 ml MgSO4 20% atau 25 ml MgSO4 40%) dalam 500 ml cairan RL atau ringer asering atau KaEnMg3, diberikan dengan kecepatan 1-2 gram/jam (20-30 tetes per menit).

Syarat-syarat pemberian MgSO4 Dosis awal:

- Harus tersedia antidotum MgSO4, yaitu Kalsium Glukonas 10% (1 gram dalam 10 ml) diberikan i.v. dalam waktu 3-5 menit.

- Refleks patella (+) kuat.- Frekuensi pernafasan >16 kali per menit.

Dosis rumatan:Sama dengan dosis awal ditambah dengan produksi urin >30 ml dalam 1 jam sebelumnya (0,5 ml/Kg BB/jam)

Sulfas magnesikus dihentikan bila: Ada tanda-tanda intoksikasi (frekuensi nafas ≤16 x

per menit, refleks patella menghilang, produksi urine <30 ml/jam)

Setelah 24 jam pasca persalinan.

Diuretikum tidak diberikan kecuali bila ada: Edem paru Payah jantung kongestif Edem anasarka.

D. Preeklampsia yang Diinduksi Oleh Hipertensi Kro-nik.Penanganan sama dengan preeklampsia dan eklampsia, dengan catatan prognosis dapat lebih buruk.

Penanganan hipertensi dalam kehamilan di Puskesmas dan Rumah Sakit sebagaimana terlihat pada Tabel 1 berikut ini:

14

Page 15: Buku Hdk (2!2!2011)-Final (Isi)

Tabel 1. Penanganan hipertensi dalam kehamilan di Puskesmas dan Rumah Sakit

No. Klasifikasi PenangananPuskesmas Rumah Sakit

15

Page 16: Buku Hdk (2!2!2011)-Final (Isi)

1. Hipertensi Gestasional

Antenatal Care (ANC) tiap bulan

Pemantauan penambahan berat badan setiap bulan

Periksa laboratorium darah rutin (Hb, leukosit, trombosit, LED), Gula Darah Sewaktu (GDS), urine lengkap (makroskopis dan mikroskopis)

Periksa proteinuria setiap ANC

Pemberian obat anti hipertensi:- Metildopa (3 x 250

mg), atau- Adalat oros (1-2 x 30

mg), atau- Nifedipin (3-4 x 10 mg).

Pemberian antioksidan (Vitamain A,C,E, Zink, Selenium, dan N-asetil sistein)

Kolaborasi dengan rumah sakit untuk pemantauan pertumbuhan dan perkembangan janin dengan USG (trimester I: 1 kali, trimester II: 1 kali, dan trimester III: 2 kali atau sesuai kebutuhan)

Dirujuk ke rumah sakit bila tekanan darah tidak turun dalam waktu 1 bulan, atau kondisi ibu hamil atau janin memburuk.

Periksa laboratorium lengkap (Hb, Ht, leukosit total, trombosit, MCV, MCH, MCHC, eritrosit, retikulosit, ferritin, TTGO 75 gram, SGOT, SGPT, albumin), urine lengkap, ureum, kreatinin, dan asam urat.

Pemeriksaan USG (biometri dan kesejahteraan janin)

Terminasi kehamilan sesuai indikasi obstetri.

2. Hipertensi Kronik

Sama dengan penanganan hipertensi gestasional disertai kolaborasi dengan ahli penyakit dalam dan penyakit jantung.

Sebagian ibu hamil dengan hipertensi kronik dapat berhenti minum obat, karena tekanan darah kembali terkontrol, tetapi sebagian lain perlu melanjutkan terapi hipertensi selama kehamilan.

3. Preeklamsia Sama dengan penanganan hipertensi gestasional.

16

Page 17: Buku Hdk (2!2!2011)-Final (Isi)

Ringan

4. Preeklamsia Berat

Berikan MgSO4 bolus 2-4 gram intravena perlahan (minimal 15 menit)

Berikan infus MgSO4 1 gram per jam dalam Ringer Asetat /Ringer Laktat /KaEnMg3 500 ml.

Nifedipin 10 mg oral, lanjutkan 30 menit kemudian dengan adalat oros 30 mg.

Rujuk ke RS didampingi tenaga kesehatan.

Bila belum diberikan dipuskesmas:

- Berikan MgSO4 bolus 2-4 gram intravena perlahan (minimal 15 menit)

- Berikan infus MgSO4 1 gram per jam dalam Ringer Asetat /Ringer Laktat /KaEnMg3 500 ml.

Pembatasan asupan cairan 2.000 ml/ 24 jam.

Pasang kateter untuk pemantauan keseimbangan cairan.

Pemberian anti hipertensi:

- Nifedipin 10 mg oral, lanjutkan 30 menit kemudian dengan adalat oros 30 mg.

- Nifedipin rumatan 3-4 x 10 mg atau adalat oros 1-2 x 30 mg

- Dapat diberikan nifedipin ekstra tergantung tekanan darah.

- Alternatif anti hipertensi antara lain: nicardipine infus (dosis 1 mikrogram/KgBB /menit), labetalol (dosis awal 20 mg IV bolus perlahan, bila tekanan darah belum terkontrol berikan 40 mg 10 menit setelah dosis awal, kemudian 80 mg 10 menit kemudian untuk 2 kali pemberian (dosis maksimal 220 mg).

- Dilarang menggunakan preparat ACE inhibitor selama ada janin hidup dalam kandungan !

Pemberian antioksidan (N-asetil sistein, vitamin C, vitamin E)

Dilakukan pemantauan tekanan darah minimal 2 kali sehari dan

protein urin setiap hari. Periksa laboratorium lengkap (Hb, Ht,

leukosit total, trombosit, MCV, MCH, MCHC, eritrosit, retikulosit, ferritin, TTGO 75 gram, SGOT, SGPT, albumin), urine lengkap, ureum,

17

Page 18: Buku Hdk (2!2!2011)-Final (Isi)

kreatinin, asam urat, LDH (bila kadarnya >600 lihat sindroma HELLP), PT, APTT, fibrinogen, bilirubin direct dan indirect.

Pemeriksaan USG (pengukuran biometri dan kesejahteraan janin) bila memungkinkan menggunakan USG doppler (untuk pemeriksaan fungsi dinamik janin plasenta/FDJP)

Pemeriksaan CTG (cardiotocography) setiap minggu

Pemeriksaan EKG Bila kondisi ibu memungkinkan

kehamilan <35 minggu berikan pematangan paru janin dengan deksametason 2x 6 mg im/iv perlahan selama 2 hari.

Lakukan terminasi kehamilan:

- Bila tekanan darah tidak terkendali terminasi sesegera mungkin setelah optimalisasi keadaan umum.

- Bila tekanan darah terkendali, usia kehamilan <38 minggu, terminasi dapat ditunda sampai maksimal 2 minggu perawatan. Dilakukan pemantauan ketat keadaan ibu dan janin.

- Bila tekanan darah terkendali usia kehamilan ≥38 minggu, terminasi dilakukan setelah optimalisasi keadaan umum.

- Bila dijumpai pertumbuhan janin terhambat, terminasi dilakukan setelah optimalisasi keadaan umum.

- Bila dijumpai FDJP ≤6 lakukan terminasi kehamilan, setelah optimalisasi keadaan umum.

- Bila FDJP <4 lakukan terminasi kehamilan per abdominam/seksio

sesarea segera (CITO) setelah optimalisasi keadaan umum.

Kolaborasi dengan ahli anestesi, jantung, mata, saraf, dan anak.

18

Page 19: Buku Hdk (2!2!2011)-Final (Isi)

5. Eklamsia Sama dengan penanganan preeklampsia berat.

Sama dengan penanganan preeklampsia berat.

Pemeriksaan analisis gas darah dan elektrolit

Pemeriksaan rontgen thorax Pemberian O2, 2-4 liter per menit Terminasi kehamilan segera dengan

persiapan ICU

6. Sindroma HELLP (Haemolysis, Elevated Liver enzymes, Low Plattelet count)

Sama dengan penanganan

preeklampsia berat Terminasi kehamilan segera setelah

optimalisasi keadaan umum, tanpa menunda konservatif selama 2 minggu.

Bila terjadi DIC berikan heparin sesuai dengan dosis.

Dexametason (2 x 10 mg iv) sampai terjadi perbaikan klinis (trombosit >100.000/mm3, kadar LDH menurun, dan diuresis >100 ml/jam).

BAB IV

ASUHAN GIZI

19

Page 20: Buku Hdk (2!2!2011)-Final (Isi)

A. Pengkajian (Assesment) 1. Antropometri: penambahan berat badan melebihi

normal, yaitu: >0,5 Kg/bulan pada trimester I; dan >0,5 Kg per minggu pada trimester II dan III. Bila diketahui Indeks Massa Tubuh (IMT) sebelum hamil, maka anjuran kenaikan berat badan total selama kehamilan adalah sebagai berikut:- Ibu Hamil (Bumil) kurus (IMT<18,5): 12.5-18 Kg- Bumil normal (IMT= 18,5-24,9): 11.5-16 Kg- Bumil kegemukan(IMT≥25): 7-11.5 Kg- Bumil dengan IMT>29: ≤7 kg

2. Biokimia: ditemui protein dalam urin (≥300 mg per 24 jam)

3. Klinis/fisik: disesuaikan dengan batasan hipertensi di atas.

4. Riwayat makan (dietary history): Kelebihan asupan Na (natrium/sodium), dan ALJ

(asam lemak jenuh) kekurangan asupan dari Mg (magnesium), Ca

(kalsium), dan ALTJG (asam lemak tak jenuh ganda), K (kalium/potasium), dan Zn (seng).

5. Riwayat personal dan keluarga: Diabetes Melitus, hipertensi dan penyakit yang berhubungan dengan pembuluh darah serta penyakit ginjal.

B. Diit1. Tujuan diit

Meminimalkan kebutuhan obat pengontrol tekanan darah

Menjaga agar penambahan Berat Badan (BB) tidak melebihi normal

Mengganti protein yg hilang lewat urin (apabila disertai dengan adanya protein dalam urine)

20

Page 21: Buku Hdk (2!2!2011)-Final (Isi)

Mencegah/mengurangi retensi garam/air (apabila ada edema)

Memberikan energi dan zat gizi sesuai kebutuhan dan kemampuan klien.

2. Syarat diit Energi disesuaikan dengan kebutuhan untuk

mencapai kenaikan berat badan normal Tinggi protein 1,2 gram/KgBB + protein yang hilang

lewat urine. Pembatasan lemak jenuh yaitu <6%. Cairan:

- Bila preeklampsia berat dan eklampsia, cairan ± 35ml/KgBB/24 jam

- Selain itu 40 ml/KgBB/24 jam.- Bila keadaan oliguria, cairan dibatasi yaitu cairan

yang keluar melalui urine dan muntah + 500 ml (cairan yg keluar dari keringat, pernafasan, saluran pencernaan)

Natrium moderat : yaitu ±2400 mg (2000 mg dari penggunaan garam dapur setara 5 gram garam dapur, yaitu 1½ sendok teh/hari dan 400 mg dari natrium yang terkandung dalam bahan makanan).

Kalium/potasium cukup: ≥3500 mg/hari. Jika klien mengalami hipokalemia selama menjalani terapi diuretik, maka dibutuhkan suplementasi kalium.

Kalsium cukup: ±1150mg. Jika klien mengalami hipokalsemia maka dibutuhkan suplementasi kalsium.

Magnesium cukup: 200-500mg per hari.

3. Implementasi Bentuk makanan disesuaikan dengan kondisi medis

dan daya terima, dimulai dari bentuk: makanan cair - makanan saring - makanan lunak - dan makanan biasa.

Pembagian makanan sehari:- Nasi/penukar: 4 porsi- Protein hewani: 4 porsi (dengan menambahkan

protein yang terdapat pada susu dan putih telur)

21

Page 22: Buku Hdk (2!2!2011)-Final (Isi)

- Protein nabati: 4 porsi- Sayuran: 2 porsi- Buah: 4 porsi- Susu: 2 porsi- Gula pasir: 2½ porsi- Minyak: 5-6 porsi.

Makanan yg dibatasi- Goreng-gorengan- Margarine, mentega, minyak kelapa- Lemak hewan- keju- Roti, biskuit, kue-kue- Daging asap, abon, ikan asin, ikan kaleng, telur asin,

kornet, ebi, udang kering- Kacang-kacangan, sayur dan buah yang dikalengkan- Kecap, terasi, maggi, tomato ketchup, petis, tauco- Coklat.

Makanan yg dianjurkan- Sumber lemak tidak jenuh tunggal: kacang-

kacangan, alpukat.- Sumber lemak tidak jenuh ganda: ikan salmon, ikan

tuna, minyak jagung dan minyak kedelai.- Sumber kalium: buah-buahan segar, sayuran,

kentang, singkong, kacang kedelai, kacang tanah.- Sumber kalsium: susu, ikan yang dimakan dengan

tulang (teri basah, ikan presto), kacang-kacangan dan hasil olahannya seperti tahu dan tempe.

- Sumber magnesium: sayuran hijau, serealia tumbuk, kacang-kacangan, coklat.

Teknik pemasakan yang dianjurkan:Mengukus, memanggang, menumis, tim, merebus.

Contoh menu dan nilai gizi pada ibu dengan hipertensi dalam kehamilan sebagaimana terlihat pada tabel (Tabel 2 dan Tabel 3)

22

Page 23: Buku Hdk (2!2!2011)-Final (Isi)

Tabel 2. Contoh menu

Pagi Pukul 10.00 dan 16.00

Siang Malam

Nasi

Telur dadar

Bening bayam

Puding coklat

vla susu

Bubur kacang

ijo + buah

potong

Menjelang tidur:

susu khusus

bumil

Nasi

Ayam bakar

Tumis tahu

taoge

Bening daun

katuk

Jeruk manis

Nasi

Ikan bumbu

tomat

Oncom sangrai

Cah kangkung

Pepaya

Tabel 3. Nilai gizi

Energi dan Zat Gizi NIlai

EnergiProteinLemakKarbohidratKalsiumZat besiVitamin AThiaminVitamin CNatrium

2128 Kcal80 g (gram)63 g305 g0.8 g24.2 mg10016 SI1 mg213 mg403 mg

4. Tambahan kebutuhan gizi pada ibu dengan kehamilan normal dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Tambahan kebutuhan gizi

23

Page 24: Buku Hdk (2!2!2011)-Final (Isi)

Gizi Penambahan

Cukup energi- Trimester I - Trimester II dan III

Protein Mg

Zn Penambahan trimester I, II dan III

Fe Penambahan trimester I, II dan III

150 Kcal 300 Kcal1,2 gram/KgBB/hari 270 mg (sama dengan sebelum hamil), efisiensi karena dampak adaptasi

1.7 mg, 4.2 mg dan 9.8 mg menjadi 11,5 mg, 14mg, 19,6 mg.

9 mg, 13 mg dan 13 mg menjadi 35 mg, 39 mg, dan 39 mg.

BAB V

PENGENDALIAN HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN

A. Tujuan 24

Page 25: Buku Hdk (2!2!2011)-Final (Isi)

Meningkatnya pengendalian hipertensi dalam kehamilan

B. Sasaran 1. Wanita Usia Subur (WUS)2. Ibu Hamil (Bumil)

C. Kegiatan Pengendalian

1. Mendistribusikan Buku Pedoman/Juknis/Juklak Hipertensi dalam kehamilan

2. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi termasuk KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi)

3. Mendistribusikan media KIE, seperti: leaflet, poster, banner, VCD, dan lain-lain.

4. Melaksanakan pilot proyek pengendalian hipertensi dalam kehamilan

5. ‘Replikasi’ pilot proyek di provinsi dan kabupaten/kota lainnya di Indonesia secara bertahap

6. Melaksanakan TOT (Training of Trainer) pengendalian hipertensi dalam kehamilan bagi pegelola program dinas kesehatan provinsi dan kabupaten/kota

7. Melaksanakan pelatihan pengendalian hipertensi dalam kehamilan bagi petugas puskesmas dan rumah sakit

8. Mendistribusikan bahan/alat yang diperlukan untuk pengendalian hipertensi dalam kehamilan sesuai kebuthan dan kemajuan teknologi

9. Melaksanakan penemuan, rujukan, dan penanganan hipertensi dalam kehamilan.

10.Melakasanakan surveilans epidemiologi hipertensi dalam kehamilan

11.Melaksanakan supervisi/bimbingan teknis, monitoring dan evaluasi kegiatan pengendalian hipertensi dalam kehamilan secara berjenjang.

12.Mengembangkan jejaring kerja/kemitraan pengenda-lian hipertensi dalam kehamilan, antara lain dalam melaksanakan kajian.

25

Page 26: Buku Hdk (2!2!2011)-Final (Isi)

13.Melaksanakan kegiatan pencegahan dan penanggulangan faktor risiko hipertensi dalam kehamilan berbasis masyarakat melalui wadah yang sudah ada dalam masyarakat.

26

Page 27: Buku Hdk (2!2!2011)-Final (Isi)

BAB VI

PENUTUP

Pada buku ini telah diuraikan beberapa hal tentang hipertensi dalam kehamilan, penanganan dan kegiatan pengendaliannya. Perlu dikemukakan bahwa pengendalian hipertensi dalam kehamilan merupakan salah satu upaya yang sangat penting dalam rangka menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) dan pencapaian sasaran Millenium Development Goals.

Semoga Pedoman Pengendalian dalam Kehamilan ini bermanfaat bagi pengelola program di Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota, begitu juga bagi petugas kesehatan di puskesmas dan rumah sakit serta di fasilitas kesehatan lainnya dalam melaksanakan kegiatan pengendalian dan penanganan hipertensi dalam kehamilan.