buku karakter pancasila karangan zaim uchowi
DESCRIPTION
buku karakter pancasila karangan Zaim UchowiTRANSCRIPT
-
MULAWACANA
-
'Meraih Cita-cita Kemerdekaan
Pohon kluwih alau Artocarpus altilis itu tumbuh merimbun. Bukan di sembarang kebun,
tapi di pekarangan Monumen Pancasila, di sebuah perlimaan kota kecil Ende, Flores,
Nusa Tenggara Timur (NTf).Pohon darikeluarga nangka itulah yang sebenarnya utama di
situ. Bukan bangunan monumen dengan diorama sederhana yang sekarang harus
bertarung melawan waktu.
Pada sejumlah hari, antara tahun 1934-1938, Soekarno sering ada di situ. la
diasingkan ke Flores oleh Belanda yang menjajah. Pohon kluwih yang teduh serta
semilir angin Laut Timor telah memikatnya. lni suasana yang bukan saja ideal untuk
mengusir rasa penat, melainkan juga untuk merenungkan Indonesia. Saat itu adalah saat
tepat untuk memikirkan Indonesia lebih mendalam.
Sumpah Pemuda 1928 masih segar dalam ingatan para aktivis pergerakan
kemerdekaan. Pada tahun 1930-an itu, mereka tahu saat merdeka sudah dekat. Dunia
telah begitu berubah. Barat bergulat dengan depresi ekonomi; Jepang sedang bangkit
setelah menaklukkan Rusia; Turki masih bereuforia dengan nasionalismenya. lndonesia
saatnya mencari peluang merdeka.
Keinginan terbebas dari penjajah telah terbangun lama. Berbagai perang besar melawan
Belanda terjadi, seperti Perang Diponegoro, Perang Paderi, dan Perang Aceh yang
masing-masing menelan korban lebih dari 10O ribu orang. Belum lagi perang-perang
dari masa sebelumnya di seluruh wilayah Nusantara, seperti di masa Sultan Agung,
Hasanuddin, Antasari, dan Surapati.
Memasuki abad ke-20, perlawanan tersebut beralih ke format baru. Yakni format politik
untuk membangun negara merdeka. Tirto Adisuryo membuat penyadaran melaluiKoran
Medan Priyayi yang dibentuknya. Samanhudi membangun Syarikat Dagang lslam (SDl)
yang bergerak dari sisi ekonomi. Tjokroaminoto, 'guru' Soekarno, memimpin Syarikat
lslam (Sl). Lalu Soetomo bersama kawan-kawannya di sekolah kedokteran STOVIA,
mendirikan Budi Utomo pada 1908.
Seluruh tokoh bangsa terus bergerak. Lewat karya-karya sastra Balai Pustaka, kesadaran
untuk berbangsa terus disebarkan. Kesadaran itu menggelinding dan membesar ibarat
-
bola salju. Hasilnya adalah Sumpah Pemuda yang bertekad berbangsa, berbahasa, dan
bernegara satu: Indonesia. Setelah itu, Polemik Kebudayaan dilakukan. Para sastrawan
membangun gerakan Pujangga Baru. Sutan Takdir Alisjahbana dan kawan-kawan
mengembangkan Bahasa lndonesia.
Itulah saat yang disebut Soekarno waktu dimulainya merumuskan butir-butir dasar
negara, yang kemudian dinamainya Pancasila. Kurang dari sepuluh tahun setelah itu,
rumusannya terpakai. Jepang, penjajah baru Indonesia, kalah dalam Perang Dunia ll.
Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pun dikumandangkan. Yakni, pada hari
Jumat 1 7 Agustus 1945, bertepatan dengan tanggal 21 Ramadan.
Cita-cita proklamasi kemerdekaan itu begitu jelas: "mewujudkan masyarakat merdeka,
bersatu, berdaulat, serta adil dan makmur". Cita-cita itulah yang ingin dicapai oleh
seluruh masyarakat Indonesia. Maka, bangsa ini pun membentuk Negara Kesatuan
Republik lndonesia sekarang, yang diharapkan bermartabat di hadapan negara-negara
lain di dunia.
Mewujudkan cita-cita bangsa tak semudah memproklamasikan kemerdekaan. Perjalanan
negara Indonesia pada masa awal mengalami banyak gejolak. Semua sepakat tentang
bagaimana bentuk bangunan negara ini. Namun, banyak berbeda pendapat tentang
bagaimana cara menjalankan negara. Mengintegrasikan berbagai latar belakang serta
kepentingan ke dalam 'sebuah Indonesia' sungguh merupakan tantangan. Masa 20 tahun
pertama Republik Indonesia begitu berdarah-darah.
Ketidakrelaan Belanda atas kemerdekaan Indonesia menjadi faktor pertama. Agresi
Belanda yang didukung pasukan sekutu memaksa ibukota Republik Indonesia berpindah-
pindah. Tak terus di Jakarta, namun juga di Yogyakarta bahkan di Bukittinggi. lstilah
'Bandung lautan Api, 'Yogya Kembali, hingga sebutan 'Kota Pahlawan' Surabaya muncul
akibat agresi itu. Tragedi Pembantaian Rawagede di Karawang Jawa Barat hingga aksi
petualangan Westerling di Suiawesi telah mengorbankan puluhan ribu jiwa.
Pertikaian antar anak bangsa juga memakan begitu banyak korban. Pengaruh gerakan
komunisdunia telah melahirkan petaka di Tanah Air. Peristiwa Madiun I948 serta Tragedi
3O September 1965 membuat banyak putra terbaik bangsa terbunuh, terutama dari
-
kalangan pesantren dan komunis yang dalam politik massa memang harus
terhadapkan.Semangat revolusi yang terlalu kental membuat benturan demikian tak
terhindarkan.
Pemberontakan' menurut pemerintahpusat juga beberapa kaliterjadi. Di antaranya
adalah gerakan DI-TII oleh Kartosuwirjo di Jawa Barat, Kahar Muzakar di Sulawesi Selatan,
dan Daud Beureuh di Nangroe Aceh Darussalam. Begitujuga tragedi PRRI dan Permesta
di Sumatera Barat dan Sulawesi Utara. Merekatak mengaku memberontak melainkan
hendak "meluruskan" pemerintah pusat yang di anggap menyimpang.
Sementara itu separatisme juga tumbuh di berbagai daerah,seperti Republik Maluku
Selatan(RMS), Gerakan Aceh Merdeka(GAM), serta organisasi Papua Merdeka (OPM).
Politik di pemerintahan pusat bukan tak bergejolak. Pada tahun 1950-an, pemerintahan
menggunakan sistem parlementer yang dipimpin perdana mentri. Kadang belum sampai
setahun, perdanamenteri harus turun.
Persatuan benar-benar jauh dari harapan. Maka, berkernbangseloroh bahwa di Indonesia
"persatuan" telah berganti meniadi "peresatean".Praktis tak ada program negara yang
berjalan denganbaik. Cita-cita kemerdekaan untuk mewujudkan Indonesia yang adil dan
makmur jauh dari terwujud.Mungkin itu gambaran umum dari banyak bangsa yang bam
merdeka lainnya.Namun, terlalu menyakitkan bahwa itu juga terjadi di negeri Pancasila ini.
Kesempatan Pertama
Soekarno sebagai presiden pertama Republik Indonesia menyadari keadaan
itu.Negaratakdapatdibiarkan dalam keadaan amburadul.Soekarno pun menggunakan
kewenangannya untuk mengambil alih kekuasaan.Kabinet dan parlemen atau menteri-
menteri dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dibubarkan.Untuk itu Soekarno mengeluarkan
Dekrit 5 Juli 1959 yang juga menandai era Demokrasi Terpimpin.
Inilah saat Soekarno berkuasa penuh.Sesaat situasi politik seperti dapat terkendali.Soekarno
menyerukan persatuan nasional dengan konsep Nasakom. Tiga kekuatan massa dicoba
untuk dirangkulnya. Yakni, kalangan nasionalis, agama, dan komunis. Namun, pada saat yang
sama, hubungan dengan militer merenggang. Pada separuh awal 1960-an, situasi politik
-
menegang sampai ke tingkat akar rumput.Puncaknya adalah terjadinya Peristiwa G-30-S/PKI
yang menewaskan sejumlah jenderal.
Tragedi nasional itu mengantarkan Soeharto ke anak tangga tertinggi kepemimpinan
nasional.Soeharto bukan saja menggantikan Soekarno, melainkan juga meluncurkan
pendekatan baru yang saat itu seperti menjanjikan.Yaitu, 'politik pembangunan' yang
diistilahkan sebagai Orde Baru.Ini istilah yang menyudutkan pemerintahan sebelumnya
sebagai Orde Lama.
Sejumlah program pembangunan yang menyentuh lapis rakyat paling bawah pun
dijalankan.Dalam bidang pertanian,Indonesia mengadopsi gerakan Revolusi Hijau untuk
membuat lompatan produksi pangan.Program Bimbingan Massal (Bimas)/lntensifikasi
Massal (Inmas) yang didukung dengan pengembangan Koperasi Unit Desa (KUD) benar-
benar mengubah wajah perdesaan. Dalam bidang pendidikan ada program SD Inpres.
Pendidikan massa ditopang pula dengan pengembangan Kelompok Pendengar, Pembaca,
dan Pemirsa (Kelompencapir)
Di lingkup kesehatan dikembangkan Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) di setiap
kecamatan.Program itu didukung dengan Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) di setiap desa,
sebuah program untuk meningkatkan kualitas kesehatan ibu dan anak.Listrik masuk desa
dan pembangunan infrastruktur yang didukung dengan program 'ABRI masuk desa' makin
menguatkan pondasi pembangunan Indonesia.
Bukan semata fisik yang dibangun Soeharto.Pemimpin itu juga menata ideologi
bangsa.Pancasila yang menjadi landasan bernegara diteguhkan lagi sebagai ideologi
bangsa.Ini tentu sesuai dengan penafsiran dan orientasinya sendiri.Yakni, Pedoman
Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4).Sosialisasi dan indoktrinasi yang biasa
diistilahkan sebagai 'penataran' dikembangkan.Bahkan dibentuk badan khusus untuk urusan
tersebut, yakni Badan Pembina Pendidikan Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan
Pengamalan Pancasila (BP7).
Hasilnya, Indonesia memang tampak kukuh, apalagi didukung pertumbuhan ekonomi pesat
yang didorong oleh booming produksi minyak.Indonesia menjadi salah satu anggota
organisasi negara penghasil minyak, Organization of Petroleum Exporting Countries
(OPEC).Di antara negara-negara berkembang, Indonesia dipandang sebagai model
-
pembangunan yang sempurna.Hingga tahun 1980-an, Indonesia juga merupakan kekuatan
ekonomi yang sangat disegani negara-negara di AsiaTenggara, seperti Singapura, Malaysia,
dan Thailand.Maka, dunia pun mengelu-elukan Indonesia sebagai kandidat "Macan" Asia.
Indonesia diperkirakan akan segera menyusul Korea Selatan. Penilaian yang saat itu tak
diberikan kepada Cina.Pembandingan dengan Korea Selatan merupakan hal wajar.Hingga
tahun 1961, tingkat kesejahteraan masyarakat Indonesia dan Korea Selatan berimbang. Lalu
Indonesia menempuh jalan serupa Korea Selatan yang berhasil membangun perdesaan
lewat program Saemaul Undong-nya.
Korea Selatan sukses membuat keseimbangan desa-kota melalui pendekatan model Lewis,
yang dicetuskan oleh peraih penghargaan Nobel Sir William Arthur Lewis. Industri pertanian
menjadi kokoh. Pada saat yang sama, industri manufaktur dan industri lainnya berkembang
kuat, termasuk industri otomotif. Korea Selatan menjadi contoh nyata bagaimana sebuah
negara dapat mencapai tahap 'tinggal landas' menurut Teori Rostow.
Saat itu Indonesia berkesempatan tinggal landas.Pondasi ekonomi serta stabilitas sosial
politik sepertinya memadai untuk itu.Ternyata jalan itu tidak mewujud.Tak seperti Norwegia
yang jadi nomor satu dalam Indeks Pembangunan Manusia (IPM) karena minyak, Indonesia
gagal mencapai itu. Minyak dan barang tambang lain malah menjadi sumber korupsi.
Kemakmuran hanya dinikmati sekelompok warga.Sementara itu, demokratisasi yang
diperlukan terlambat diwujudkan.
Memburuknya keadaaan tak segera disadari para pemimpinnya.Indonesia terlena oleh
pujian dunia soal pembangunan ekonomi.Padahal, sebenarnya ekonomi negara ini
rapuh.Krisis moneter 1997 yang menerpa Asia Tenggara meruntuhkan ekonomi
Indonesia.Indonesia gagal tinggal landas. Surplus minyak pada era 1970 hingga 1980-an
gagal dimanfaatkan untuk mewujudkan cita-cita kemerdekaan. Rusuh massa 1998
menyadarkan semua: Indonesia harus memulai pembangunannya kembali dari bawah.
Kesempatan kedua
Reformasi 1998 dimaksudkan untuk mengoreksi kesalahan Orde Baru.Pembatasan
-
kebebasan dan kekuasaan yang terlalu lama dipandang bukan saja menekan hak asasi
rakyat, melainkan juga menghalangi tumbuhnya inisiatif pubiik. Ini adalah hal yang akan
menghambat upaya mewujudkan masyarakat adii makmur. Maka, presiden pun
diganti.Masa jabatannya dibatasi.Pers dan partai politik dibuat bebas.Pemilihan umum serta
pemilihan kepala negara dan daerah secara langsung digelar.
Begitu besar harapan pubiik pada Reformasi.Ini merupakan kesempatan kedua untuk
meluruskan langkah mewujudkan cita- cita kemerdekaan. Setahun pertama setelah
Reformasi seperti ada angin segar. Nilai tukar rupiah yang melemah hingga Rp 16.000 per
dolar AS berhasil ditekan ke tingkat Rp 7.000 per dolar AS.Inflasi sekitar 70 persen dijinakkan
menjadi kurang dari 10 persen.Pondasi demokrasi dibangun secara mendasar.
Tinggal beberapa langkah lagi diperlukan untuk membawa Indonesia ke jalur efektif sebagai
negara.Di antaranya adalah reformasi birokrasi, reformasi hukum dan penegakannya serta
pelaksanaan otonomi daerah secara matang dan dewasa.Bila itu terwujud, keinginan
mewujudkan kemakmuran bagi seluruh masyarakat dapat diharapkan kembali, walaupun
sumber daya tak lagi sekuat sebelumnya.
Namun, langkah itu tak segampang yang dibayangkan.Euforia kebebasan membuat langkah
bangsa menjadi tak menentu.Guyonan "sekali merdeka, merdeka sekali" mewujud secara
nyata.Praktik laissez faire dalam bernegara sempat mengemuka.Di tataran masyarakat,
konflik horizontal makin sering terjadi, bahkan sampai ke tataran yang sulit dibayangkan
dapat terjadi di Indonesia, seperti tragedi Sampit, Ambon, dan Poso.
Kasus Gayus dan Nazaruddin hanya sebagian dari praktik korupsi yang dapat terungkap.Hal
ini terjadi saat Indonesia telah memiliki Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), lembaga yang
tak mampu menjangkau seluruh praktik korupsi yang memang meluas.
Secara makro, pondasi ekonomi Indonesia tampak bagus.Pertumbuhan ekonomi dapat
bertahan mendekati 6 persen selama beberapa tahun terakhir. Cadangan devisa pada posisi
yang relatif aman. Seperti tidak ada yang mengkhawatirkan pada Indonesia.Kecuali jika
melihat cadangan energi yang makin menipis dan kesenjangan ekonomi yang makin
melebar. Sebanyak 98 persen penabung hanya memiliki 2 persen dari total nilai tabungan di
-
bank, sedangkan 2 persen penabung menguasai 98 persen total tabungan.
Kesenjangan itu terlihat jelas pada dunia ketenagakerjaan.Jutaan pekerja, sebagian besar
perempuan dari perdesaan, mengadu nasib ke luar negeri.Mereka hanya mampu mengisi
pasar tenaga kerja terendah, menjadi pekerja domestik dengan mempertaruhkan martabat,
bahkan juga nyawa.Sementara itu, ekspatriat makin membanjiri Indonesia.Mereka dibayar
mahal, walaupun kualitasnya sering berada di bawah kualitas para tenaga ahli dalam negeri.
Pengelolaan energi dan sumber daya alam lainnya juga masih bermasalah. Minyak, gas, dan
batu bara disedot dan dikeruk besar-besaran untuk diekspor secara murah. Dengan itulah,
negara-negara lain menggerakkan industrinya.Sementara itu Indonesia tak menikmati nilai
tambahnya, bahkan tak mampu mengembangkan industrinya secara efektif.
Ketimpangan keadaan tersebut terpotret pada peringkat Indeks Pembangunan
Manusia(IPM) Dunia, sebuah ukuran kemakmuran bangsa yang dikeluarkan badan dunia
untuk pembangunan,
UNDP.Tingkat IPM Indonesia memang meningkat secara bertahap.Namun, hal itu belum
cukup mengangkat posisi bangsa secara menyeluruh. Pada 2011, Indonesia di peringkat 1
24, sedangkan Australia, Singapura, Malaysia, dan Palestina di peringkat 2, 26, 61, dan 114
dunia.
Posisi IPM itu menjadi cermin betapa masih panjang jalan menuju masyarakat adil dan
makmur.Lima tahun pasca Reformasi adalah kesempatan kedua bagi Indonesia untuk tinggal
landas.Namun kesempatan ini pun gagal dimanfaatkan bangsa ini.Alih-alih bersatu dan
serempak melangkah memajukan bangsa, para pemangku kepentingan di Indonesia malah
terjebak dalam pragmatisme.Mereka lebih mengedepankan kepentingan masing-masing
daripada kepentingan bangsa dan negara.
Potret Indonesia masih belum benar-benar segar. Di satu sisi, bangsa ini menunjukkan gerak
maju, tapi di sisi lain beban yang menggelayutinya masih begitu berat. Keadaan yang tentu
disadari oleh semua, termasuk oleh pengelola negara yang diamanati mengemudikan kapal
Indonesia.Namun, semua tahu, tak mudah mengatasinya.Persoalannya bukan semata tata
kelola pemerintah yang memang perlu ditransformasi mendasar, melainkan juga
menyangkut seluruh bangsa.
Persoalan itu tak dapat dibebankan semata kepada pemerintah.Tapi perlu juga dipecahkan
-
secara bersama oleh seluruh elemen bangsa.Semua pihak perlu bahu-membahu
mewujudkan cita- cita kemerdekaan, membangun masyarakat adil-makmur.Tingkat
kemakmuran Indonesia tidak layak di posisi sekarang.IPM Indonesia semestinya masuk 75
besar dunia.Bahkan 50 besar dunia.Hal yang pantas untuk negara dengan kekayaan alam
seperti Indonesia.
Kunci ke arah itu adalah karakter.Bangsa-bangsa maju adalah bangsa-bangsa yang memiliki
landasan kebangsaan kuat, bangsa yang tak mau untuk sekadar menjadi
pragmatis.Sebaliknya justru bangsa yang membangun karakternya secara jelas.Karakter
itulah yang menuntun menjadi bangsa tangguh dalam menghadapi segala keadaan.Itu
terjadi pada bangsa- bangsa Eropa Barat dan Amerika Utara selama ini.Juga pada bangsa-
bangsa maju Asia Timur sekarang.
Indonesia memiliki modal untuk itu.Yaitu landasan kebangsaan Pancasila.Landasan yang
setelah Reformasi justru terabaikan, tergilas oleh sikap pragmatis berbagai
pihak.Pengabaian Pancasila itu membuat Reformasi tak berjalan seperti yang diharapkan. Ini
sebuah kekeliruan yang perlu segera diperbaiki, antara lain dengan menggali kembali nilai-
nilai Pancasila, dan mewujudkannya dalam format tepat sesuai dengan tuntutan tantangan
global.
Bangsa ini perlu memegang teguh kembali Pancasila. Pancasila yang bukan hanya berupa
pemikiran ideologis di awang- awang, melainkan yang nilainya benar-benar membumi:
Mampu menggerakkan dan menuntun setiap anak bangsa meraih sukses dan bahagia lahir
batin. Pancasila itulah yang didiskusikan panjang oleh para pemimpin bangsa di Pejambon,
Jakarta, tahun 1945.Pancasila itu pula yang diidamkan Soekarno, saat merenung di bawah
pohon kluwih dalam usapan angin Laut Timor di Ende, Flores, tahun 1935 silam.*
-
BAB I
Pancasila dan
Spiral Karakter
-
"Apa arti karakter?"Itu pertanyaan yang paling banyak terlontar dalam sebuah
lokakarya.Sebuah forum nasional untuk membahas Pendidikan Karakter.Tahun 2010
ditetapkan sebagai tahun Pendidikan Karakter.Hari Pendidikan Nasional dijadikan sebagai
tanggal peluncurannya. Tapi apa sebenarnya pengertian karakter? Seberapa pentingkah
karakter bagi bangsa secara menyeluruh?
Dalam definisi paling umum, karakter dipahami sebagai "kombinasi dari kualitas atau fitur
yang membedakan seseorang, kelompok, atau benda dari lainnya."Pada beberapa masa
sebelumnya, istilah karakter tak banyak digunakan.Orang-orang lebih mengenalnya sebagai
watak.Yakni, "sifat batin manusia yang memengaruhi segenap pikiran dan tingkah
laku."Watak juga disebut 'budi pekerti' serta 'tabiat1.
Ada pula yang memahami karakter sebagai 'sifat menetap pada diri seseorang yang
tercermin pada satunya kata, perbuatan, dan hati'.Misalnya karakter jujur.Seorang yang
berkarakter demikian tentu jujur dalam perbuatan, perkataan, bahkan hati.Sosok yang
demikian tak suka berbohong dan berkhianat, sebab keduanya memang bertolak belakang
dengan sifat jujur.Kadang ucapan berbeda dengan perbuatan. Bila demikian, apa yang
diucapkan atau dilakukan itu tak dapat disebut sebagai karakter.
Semuayangtersebut diatas adalah pemahaman tentang karakter.Dari pemahaman itu dapat
dikatakan bahwa karakter bersifat menetap pada diri seseorang, bahkan juga pada
masyarakat serta bangsa. Karakter relatif tak akan berubah-ubah. Misalnya, hari ini 'A',
besok 'B'.Yang mudah berubah adalah perilaku, bukan karakter, terutama pada orang yang
tak memiliki sejumlah karakter tertentu yang kuat.
Setiap karakter dapat menguat, dapat pula melemah. Melemahnya suatu karakter tertentu
saat karakter lain menguat akan mengubah komposisi karakter secara utuh. Orang-orang
menyebut 'karakternya berubah'.Naik-turunnya suatu karakter yang mengubah karakter
utuh seseorang terjadi dalam waktu relatif lama.Perubahan tersebut ditentukan oleh Spiral
Karakter.
Dunia pendidikan mengenal konsep Taksonomi Bloom.Konsep ini diluncurkan tahun 1956
oleh Komite Pendidikan yang diketuai Benjamin Bloom.Dalam konsep ini tujuan pendidikan
diarahkan ke dalam tiga domain atau ranah.Yaitu, kognitif, afektif, dan psikomotorik.Atau
-
ranah pengetahuan, sikap, serta tindakan/ keterampilan.Pendidikan diharapkan dapat
meningkatkan ketiga aspek itu sekaligus.
Taksonomi Bloom lalu menjadi acuan pendidikan modern.Rancangan pendidikan hampir
selalu berdasar pada konsep ini.Namun umumnya lebih terpaku pada aspek kognitif atau
pengetahuan.Afektif dan psikomotorik cenderung terabaikan. Pertimbangan utamanya:
"Kognitif atau pengetahuan lebih mudah diukur, sehingga dapat dievaluasi." Sedangkan
sikap dan keterampilan lebih sulit untuk dinilai.
Terpaku hanya pada ranah kognitif membuat pendidikan formal sering gagal mencapai
tujuan idealnya. Guru tak lagi menjadi pendidik, tapi sekadar pengajar. Sekolah umumnya
tak mampu membangun sikap dan kecakapan hidup para siswa.Padahal kecakapan hidup
itulah tujuan paling utama pendidikan.Sekolah, seperti yang dibayangkan Ki Hajar
Dewantara, semestinya mampu membangun watak dan budi pekerti para siswa.
Pendidikan nonformal mengadopsi pula Taksonomi Bloom dengan cara berbeda. Tak
terbebani target terukur seperti pada sekolah, pendidikan nonformal mengadopsi konsep itu
secara lebih leluasa. Tiga ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik diturunkan menjadi pilar
awareness, attitude, dan action atau kesadaran, sikap, dan tindakan. Maka, program
penyuluhan dan pemberdayaan membuat tujuan: "Membantu masyarakat untuk tahu, mau,
dan mampu mengatasi masalah serta mengembangkan potensi dirinya sendiri."
Dalam dunia penyuluhan dan pemberdayaan, tiga aspek itu menjadi tonggak atau pilar
Spiral Karakter.Ketiganya, sekali lagi, adalah awareness (kesadaran), attitude (sikap), serta
action (tindakan).Memberdayakan masyarakat berarti mengembangkan ketiga pilar itu
sekaligus, bukan semata mengembangkan aspek kognitif terendah dengan mengajarkan
pengetahuan.
Untuk menumbuhkembangkan karakter, atau membangun budi pekerti, tiga pilar itu pun
belum memadai.Masih ada dua pilar lain yang diperlukan.Yang satu merupakan akar atau
pendahulu tiga pilar yang selaras konsep Taksonomi Bloom itu.Satu lagi berupa pilar hasil
penutup tiga pilar tersebut.Lima aspek tersebut bersama-sama menjadi tonggak atau pilar
Spiral Karakter.
Kedudukan pilar pertama dapat ditelaah lewat kajian Dinamika Kelompok.Elemen paling
-
dasar pada Dinamika Kelompok adalah belief dan value, keyakinan dan nilai-nilai.Itulah yang
memengaruhi seluruh kehidupan manusia.Itulah 'sifat batin' dalam definisi watak, atau
'kalbu' dalam bahasa agama.Aspek spiritual atau keyakinan (belief) itulah pilar pertama
Spiral Karakter.
Sedangkan pilar penutup adalah result atau hasil. Paradigma 'Pembangunan dari Belakang',
konsep manajemen start fromend, serta ajaran agama 'akhir lebih baik dari awal',
meneguhkan pilar result atau hasil sebagai pilar kelima Spiral Karakter. Pilar ini sekaligus
menjadi batu ukur proses dalam pilar-pilar sebelumnya berjalan baik. Pilar result baik
menunjukkan bahwa pilar sebelumnya terbukti baik.
Dengan demikian, tonggak atau pilar Spiral Karakter adalah:
Belief atau keyakinan yang berarti "percaya sungguh- sungguh." Ini menjadi pilar paling
dasar. Be//'e/bukan sekadar beriman secara normatif, melainkan juga keyakinan terdalam
tentang hidup. Seorang yang yakin akan sukses umumnya memang bakal sukses. Seorang
yang tak yakin sukses umumnya memang akan gagal. Akar yakin sukses atau tidak itu adalah
tingkat spiritualitas atau tingkat keyakinan kepada Tuhan.
Berbagai model pelatihan pengembangan diri mutakhir umumnya bertumpu pada aspek
belief.Terutama pengembangan diri berbasis Neuro Sains, seperti Neuro- Linguistic
Programming (NLP).Fasilitator biasanya membongkar dulu belief lama, sebelum
menanamkan belief baru. Mereka percaya, belief adalah penentu utama carapandang dan
perilaku manusia. Kerangka unfreez-change- freez dari Kurt Levin sering dipakai untuk
menanam 'belief baru'.
Awareness atau kesadaran yang berarti "tahu dan mengerti". Dalam Taksonomi Bloom ini
masuk dalam ranah kognitif. Awareness atau kesadaran merupakan aspek kognitif yang
lebih mendalam dibanding dengan knowledge (pengetahuan) dan perception (persepsi).
Banyak faktor yang berpengaruh untuk membangun awareness. Salah satunya adalah belief
atau keyakinan yang menjadi pilar sebelumnya dari Spiral Karakter.
Attitude atau sikap yang dimaknai sebagai "pandanganhidup".Atau "perspektif seseorang
tentang hal tertentu."Ini adalah aspek afektif dalam klasifikasi Taksonomi Bloom.Pilar
karakter ini begitu dipengaruhi oleh pilar sebelumnya, yakni awareness. Seorang yang
menyadari penuh bahwa sehat itu penting akan terus mementingkan kesehatan. Hidup
-
sehat yang menjadi sikapnya. Sikap itu tak akan mudah goyah karena telah dilandasi
kesadaran mendalam.
* Action atau tindakan yang juga berarti "perbuatan". Konsep Taksonomi Bloom
menempatkannyadalam ranah psikomotorik.Pilar ini banyak dipengaruhi pilar sebelumnya,
yakni attitude.Seorang dengan sikap hidup berdisiplin akan berperilaku disiplin dalam setiap
perilakunya. Sehari-hari ia akan selalu tertib, mengikuti dan tidak melanggar aturan. Maka,
action pun menjadi pilar keempat dari Spiral Karakter.
Result atau hasil yang juga berarti "akibat" atau "buah dari usaha".Pilar ini terhubung
langsung dengan pilar sebelumnya, yakni pilar action atau tindakan. Bila action-nya
sempurna, hasilnya secara umum akan sempurna pula. Bila hasilnya tak sempurna,
kemungkinan besar tindakan sebelumnya memang tak sempurna.Begitu penting result atau
hasil ini sehingga menjadi pilar-kelima dari Spiral Karakter.
Kelima tonggak Spiral Karakter tersebut berhubungan secara berurutan.Keyakinan
menentukan kesadaran; kesadaran menentukan sikap; sikap menentukan tindakan; dan
tindakan menentukan hasil.Keterkaitan tak berhenti sampai di situ. Hasil juga akan
menentukan keyakinan berikutnya. Bila hasilnya sempurna, keyakinannya akan menguat.
Sebaliknya, bila hasilnya tidak baik, keyakinannya pun akan menurun.
Naik turunnya keyakinan yang dipengaruhi hasil tersebut melahirkan format spiral.
Keyakinan yang meningkat karena hasil sebelumnya baik, akan menjadi spiral positif yang
menguatkan karakter. Sebaliknya keyakinan yang berkurang akibat hasil kurang baik akan
menjadi spiral negatif yang melemahkan karakter. Spiral Karakter itulah mekanisme kunci
pembangunan karakter.
Pancasila sebagai Karakter
Pancasila selama ini dikenal sebagai ideologi bangsa, sebuah ideologi yang semua pelajar
diminta menghapalkannya sejak kecil.Maka, kelima sila itu dikenal para siswa. Kelimanya,
sebagaimana yang telah diajarkan di sekolah adalah: Ketuhanan Yang Maha Esa;
Kemanusiaan yang adil dan beradab; Persatuan Indonesia; Kerakyatan yang dipimpin oleh
-
hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan; serta Keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.
Seperti dikemukakan Soekarno tanggal 1 Juni 1945, panca berarti lima dan sila berarti asas.
Lima asas itulah yang dijadikan dasar pembentukan negara Republik Indonesia.Berbagai hal
yang mencakup tata kelola negara dan bangsa harus didasarkan pada kelima aspek tersebut.
Itu yang menjadi ciri Indonesia yang berbeda dengan bangsa dan negara lain, walaupun
tentu selalu ada kesamaannya satu sama lain.
Dalam kajian Pancasila, angka lima lalu menjadi angka penting. Sebuah angka yang dapat
saja dihubungkan dengan berbagai hal yang juga berjumlah lima. Misalnya, jumlah jari
tangan dan kaki manusia normal adalah lima. Jumlah hari dalam perhitungan kalender Jawa
juga lima. Pahing, Pon, Wage, Kliwon, dan Legi. Dalam ranah beragama, masyarakat muslim
berpegang pada lima 'rukun', yakni syahadat, salat, zakat, puasa, dan haji.
Dunia pewayangan juga mengenal lima bersaudara ksatria utama. Yaitu, Yudhistira, Bima,
Arjuna, Nakula, dan Sadewa. Lima dapat pula dikaitkan dengan konsep 4+1 pada Sifat Nabi
atau dasar Teori Kepribadian.Yakni , siddiq, fathanah, amanah, tabligh plus istiqamah pada
sifat nabi. Atau kepribadian berbasis intuitive, thinking, sensing, feeling dan insting yang
dikembangkan dari konsep Carl Jung tentang kepribadian.
Dalam keseharian yang ringan, lima juga dapat dihubungkan dengan jumlah mahkota bunga
kamboja. Dalam kajian antropologis, 'lima' dapat dirujuk sebagai nama bilangan yang
disebut berbagai suku Nusantara dengan sebutan yang relatif sama, walaupun bahasa
berbagai suku itu berbeda-beda. Istilah 'lima' sebagai bilangan bahkan dipakai etnis asli
Taiwan, masyarakat Filipina, hingga Tonga.
Menghubungkan angka lima pada Pancasila dengan berbagai lima lainnya memang
memperkaya khazanah. Namun, untuk konteks pembangunan karakter, lima sila Pancasila
lebih relevan dikaitkan dengan lima tonggak Spiral Karakter. Sila pertama dengan pilar
keyakinan (belief); sila kedua dengan pilar kesadaran (awareness); sila ketiga dengan pilar
-
sikap (attitude); sila keempat dengan pilar tindakan (action); dan sila kelima dengan pilar
hasil (result).
Sila pertama sebagai keyakinan (belief)
"Ketuhanan Yang Maha Esa".Tuhan menjadi pusat dan puncak keyakinan.Segala sesuatu
yang ada di alam semesta ini pada hakikatnya adalah milik Allah.Tuhanlah yang menciptakan
dan memelihara alam semesta ini, termasuk menciptakan dan menjadikan manusia sebagai
makhluk sempurna. Sempurna bukan hanya secara fisik, melainkan juga nonfisik yang
dilengkapi-Nya dengan 'akal budi'. Hal yang tak dimiliki makhluk lain.
Allah atau Tuhan Yang Maha Esa yang membimbing dan memberi petunjuk manusia bila
salah jalan atau tersesat.Allah yang mengaruniai setiap makhluk dengan berjuta
nikmat.Allah pula yang dapat memberi kebahagiaan sejati, baik di dunia maupun di akhirat
kelak.Maka Tuhan menjadi sandaran utama dalam hidup.Tuhan menjadi satu-satunya
tempat berlindung, mohon petunjuk, dan mengajukan segala pinta.
Manusia yang berkeyakinan demikian adalah manusia yang BERTAKWA. Manusia yang selalu
optimis, tidak resah, tidak khawatir, atau tidak kecewa atas apa pun. Mereka yakin ada
Tuhan yang menjadi pelindung dan pembelanya sepanjang dirinya berada di jalan yartg
benar.Manusia berkarakter Pancasila adalah manusia yang bertakwa.
Sila kedua sebagai kesadaran (awareness)
"Kemanusiaan yang adil dan beradab".Menghargai sesama umat manusia menjadi kesadara
i utama.Kesadaran seperti ini merupakan buah dari keyakinan.Yakni, keyakinan bahwa
semua manusia adalah sama-sama hamba Tuhan yang sederajat.Tak ada yang lebih mulia
dan tak ada yang lebih hina, kecuali kelak berdasar ketakwaannya di hadapan Tuhan. Setiap
manusia terlahir sama seperti kertas yang putih bersih. Sudah sepatutnya bila sesama
manusia saling menghargai.
Benar bahwa Indonesia adalah bangsa yang beragam, baik suku, agama, keyakinan, maupun
status sosialnya. Namun, perbedaan apa pun tak boleh menghalangi terjalinnya kasih sayang
antarsemua anak bangsa. Miskin-kaya, muda-tua, perempuan- laki-laki, warga biasa-tokoh
-
masyarakat, antarsuku dan agama, harus dapat menghargai dan menyayangi satu sama lain.
Itulah nilai kesadaran yang ditekankan oleh sila kedua.
Manusia yang berkesadaran seperti itu adalah manusia yang BERKASIH SAYANG.Manusia
yang selalu berempati kepada sesama manusia dari bangsa mana pun tanpa terhambat oleh
batas-batas negara, apalagi kepada sesama saudara sebangsa sendiri.Manusia seperti ini
juga gemar berbagi dan menjaga martabat sesama.Manusia Pancasila yang berkarakter
adalah manusia yang berkasih sayang.
Sila ketiga sebagai sikap (attitude)
"Persatuan Indonesia."Bersatu menjadi sikap terpenting dalam keseharian
bermasyarakat.Sikap demikian terbangun dari kesadaran mendalam bahwa bangsa ini
terbangun oleh beragam manusia dengan ciri dan latar belakang yang berbeda-beda.Semua
orang yang terikat oleh rasa kasih sayang itu telah bersatu membangun bangsa dan
negara.Semestinya wujud bersatu itu terus disiram, dipupuk, dan dipelihara hingga menjadi
sikap yang betul-betul kuat.
Berbeda dan berbhinneka memang dapat menimbulkan perselisihan. Perselisihan yang
berlarut-larut akan melahirkan perpecahan. Itu tak terjadi ketika setiap orang memiliki jiwa
dan sikap bersatu yang kuat.Manusia seperti ini tahu persis, pertikaian selalu terpicu oleh
ego.Mereka tak ingin dikalahkan dan dikendalikan oleh egonya sendiri, tapi mereka harus
mengendalikannya. Itu yang akan menjamin ketenteraman dan kebahagiaan. Bagi diri
sendiri maupun semua.
Manusia dengan sikap seperti itu adalah manusia BERSATU.Manusia yang dalam hidupnya
selalu berusaha mencari titik temu dengan sesama.Manusia yang menikmati hidup dalam
kebhinnekaan.Mereka biasanya juga berdisiplin dalam kesehariannya, dan selalu menjaga
martabat diri dengan sesamanya.Manusia yang berkarakter Pancasila adalah manusia yang
bersatu.
-
Sila keempat sebagai tindakan (action)
"Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan".Bergotong royong menjadi tindakan utama dalam bekerja atau
beraktivitas".Aksi atau tindakan demikian didasarkan pada sikap yang kuat bahwa manusia
perlu selalu bersatu. Sedangkan manusia bersatu tak akan bekerja sendiri-sendiri. Mereka
akan bekerja sebagai sebuah tim yang solid, dengan bergotong royong secara serempak.
Bermusyawarah dan bergotong royong disebut sebagai watak khusus bangsa Indonesia.
Sejumlah bangsa lain lebih menekankan pada hak pribadi. Tanpa peduli apakah pribadi-
pribadi itu akan berkontribusi pada masyarakat atau bangsa. Sila keempat menekankan nilai
penting untuk melangkah bersama. Optimalisasi hak pribadi perlu untuk pengembangan
setiap diri, sebab tindakan bersama akan kurang berkualitas bila setiap pribadinya tak
berkembang.
Manusia yang selalu bertindak demikian adalah manusia BERGOTONG ROYONG. Manusia
yang tak suka bekerja secara sendiri-sendiri, tapi akan berupaya untuk selalu bekerja sama.
Manusia demikian juga manusia yang bertanggung jawab, yang tak akan menghindar dari
tanggung jawab dengan dalih apa pun. Manusia yang berkarakter Pancasila adalah manusia
yang bergotong royong.
Sila kelima sebagai hasil (result)
"Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia".Pemerataan kesejahteraan merupakan hasil
utama yang diharapkan dalam kehidupan."Hasil demikian merupakan buah dari tindakan
atau kerja sebelumnya. Yakni, tindakan kerja sama yang tuntas dari semua pihak yang
terlibat tanpa kecuali. Dalam konteks berbangsa dan bernegara, keadilan sosial itu
merupakan buah atau hasil dari kerja bersama seluruh elemen bangsa.
Dalam kenyataanya, kemakmuran dan kesejahteraan memang belum dinikmati oleh seluruh
-
masyarakat.Sebagian kecil masyarakat hidup berkelimpahan, sementara sebagian besar
lainnya hidup berkekurangan.Bukan hasil seperti itu yang diharapkan dari kemerdekaan
Republik Indonesia.Hasil yang dituju adalah kehidupan yang sebagian besar masyarakatnya
relatif sejahtera.Sedikit saja yang miskin dan sedikit pula yang sangat kaya.Hasil seperti ini
yang perlu diharapkan oleh semua.
Manusia dengan orientasi hasil seperti itu adalah manusia BERKESEJAHTERAAN. Yaitu,
manusia yang tak ingin kaya sendiri, apalagi dengan mengorbankan orang lain. Tapi manusia
yang juga punya visi kuat mendorong diri dan semua untuk bekerja keras, serta
memeratakan kesejahteraan lewat sinergi sehingga semua berkemakmuran.Jadi, manusia
yang berkarakter Pancasila adalah manusia yang berkeadilan.
Keterhubungan Pilar Karakter
Setiap pilar Karakter Pancasila memiliki khazanah masing-masing yang khas, yang dapat
diuraikan secara mendalam.Dengan demikian, terlihat jelas kekokohan setiap pilar dalam
menopang Karakter Pancasila secara utuh.Kelima pilar itu, seperti disebut sebelumnya,
adalah bertakwa, berkasih sayang, bersatu, bergotong royong, serta berkemakmuran, yang
menjadi perwujudan sila pertama hingga kelima.
Meskipun memiliki ranah masing-masing, setiap pilar karakter sebenarnya berhubungan
satu sama lain. Pilar bertakwa berpengaruh langsung pada berkasih sayang, dan dipengaruhi
oleh pilar berkesejahteraan.Di luar itu pilar bertakwa juga saling berpengaruh dengan pilar
bersatu dan pilar bergotong royong. Seorang dengan takwa kuat akan memiliki rasa kasih
sayang, sikap bersatu, dan naluri bergotong royong yang kuat. Sebaliknya, bertakwa juga
dikuatkan oleh berkesejahteraan, bergotong royong, dan sikap bersatu.
Pilar berkasih sayang secara langsung berpengaruh pada bersatu, dan dipengaruhi oleh
bertakwa.Pilar ini juga saling menguatkan dengan pilar berkesejahteraan dan bergotong
royong. Maka, berkasih sayang yang kuat akan menguatkan pilar bersatu, bergotong royong,
-
sekaligus berkesejahteraan. Sebaliknya, berkasih sayang dikuatkan oleh pilar bertakwa,
berkesejahteraan, dan bergotong royong.
Pilar bersatu berpengaruh langsung pada pilar bergotong royong, dan dipengaruhi oleh pilar
berkasih sayang.Selain itu, pilar ini saling menguatkan dengan pilar berkesejahteraan dan
bertakwa. Seorang yang kuat dalam sikap bersatu akan kuat pula dalam bergotong royong,
berkesejahteraan, serta bertakwa. Di sisi lain, sikap bersatu itu dikuatkan oleh pilar berkasih
sayang, bertakwa, serta berkesejahteraan.
Pilar bergotong royong berpengaruh langsung pada berkesejahteraan, dan dipengaruhi oleh
bersatu.Pilar ini juga saling menguatkan dengan bertakwa dan berkasih sayang. Dengan
keterhubungan tersebut, seorang yang kuat dalam bergotong royong akan kuat pula dalam
berkesejahteraan, bertakwa, serta berkasih sayang. Sebaliknya, bergotong royong dikuatkan
oleh bersatu, berkasih sayang, dan bertakwa.
Pilar berkesejahteraan berpengaruh langsung pada pilar bertakwa, dan dipengaruhi oleh
pilar bergotong royong.Dengan pilar berkasih sayang dan bersatu, pilar berkesejahteraan
memiliki posisi saling menguatkan. Maka, seorang yang kuat dalam berkesejahteraann akan
kuat pula dalam bertakwa, berkasih sayang, dan jiwa bersatu. Di sisi lain, berkesejahteraan
dikuatkan oleh bergotong royong, bersatu, dan berkasih sayang.
Dalam Spiral Karakter, aspek keyakinan terhubung dengan elemen kesadaran, sikap,
tindakan, dan hasil. Aspek kesadaran terhubung dengan keempat iainnya.Begitu pula pada
aspek-aspek berikutnya. Satu sama lain tidak dapat dipisahkan begitu saja. Semua aspek
saling terhubung.Itu pula yang terjadi pada Pilar Karakter Pancasila.
Paparan di atas begitu jelas. Bertakwa menguatkan berkasih sayang; berkasih sayang
menguatkan bersatu; bersatu menguatkan bergotong royong; bergotong royong
menguatkan berkesejahteraan; berkesejahteraan akan kembali menguatkan bertakwa.
Posisi itu sama dengan keyakinan melahirkan kesadaran; kesadaran melahirkan sikap; sikap
melahirkan tindakan; tindakan melahirkan hasil; dan hasil akan menguatkan keyakinan
-
kembali.
Spiral itu berlaku pada Karakter Pancasila.Itu membuat Pancasila bukan sebatas menjadi
'falsafah ideologi bangsa' yang berada di awang-awang, melainkan juga membumi.Dapat
menjadi tuntunan praktis seluruh anak bangsa untuk meraih sukses dan bahagia sejati, baik
di dunia mapun di akhirat.Semua itu bermula dari BERTAKWA sebagai turunan sila pertama,
Ketuhanan Yang Maha Esa. *
Jejak Perjalanan Pancasila
Saat itu tahun 1945.Perang Dunia II masih berkecamuk.Jepang mulai terdesak oleh pasukan
Sekutu pimpinan Amerika Serikat.Mengambil hati bangsa Indonesia, Jepang menjanjikan
kemerdekaan.Lalu membentuk lembaga Dokuritsu Junbi Cosakai.Lembaga yang kemudian
bernama Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia atau BPU- PKI.
BPU-PKI resmi berdiri tanggal 29 April 1945.Di lembaga dengan 63 orang anggota itu
Radjiman Wedyodiningrat dipilih menjadi ketuanya. Kantornya adalah gedung Chuo Sangi In
atau kantor Volksraad, DPR zaman pemerintah penjajahan Hindia Belanda. Tempat yang
sekarang menjadi Gedung Pancasila di komplek Kementerian Luar Negeri, di Jalan Pejambon
No 6, Jakarta.
Di gedung itulah, BPU-PKI menggelar rapat pertama sebulan setelah berdiri.Agenda
utamanya adalah membahas 'dasar negara'.Dalam rapat pertama itu, tiga tokoh
mengajukan pemikiran serupa.Ketiganya adalah Muhammad Yamin, Soepomo, dan
Soekarno. Ketiganya sama-sama mengajukan lima hal yang disebut sebagai 'asas', yang
dipandang tepat untuk menjadi dasar negara.
Pada 2 9 Mei 194 5 , Muhammad Yaminmengusulkan lima asas . Kelimanya adalah peri
kebangsaan, periketuhanan, kesejahteraan rakyat, perikemanusiaan, dan perikerakyatan.
Dua hari kemudian, tanggal 31 Mei 1945, Soepomo mengemukakan lima hal yang hampir
satna. Yaitu, persatuan, mufakat dan demokrasi, keadilan sosial, kekeluargaan, serta
-
musyawarah.
Puncaknya adalah pada tanggal 1 Juni 1945. Melalui pidato spontan, yang seperti biasa
selalu memukau, Soekarno menyebut lima hal pula. Lima hal tersebut adalah kebangsaan
Indonesia; internasionalisme dan perikemanusiaan; mufakat atau demokrasi; kesejahteraan
sosial, dan ketuhanan Yang Maha Esa. Soekarno bahkan mengusulkan penggunaan nama
Pancasila. Itu yang menjelaskan mengapa Soekarno disebut sebagai 'Bapak Pancasila'.
Namun, hingga akhir rapat, BPU-PKI belum juga menyepakati rumusan dasar negara.Padahal
itu hal yang paling pokok untuk merdeka.Bagaimana mungkin merdeka tanpa dasar
negara?Tanpa membuang waktu, BPU-PKI membentuk 'Panitia Sembilan'.Soekarno dan
Hatta ditunjuk sebagai ketua dan wakil ketua. Achmad Soebardjo, Muhammad Yamin,
Wachid Hasyim, Abdul Kahar Muzakir, Abikoesno Tjokrosoejoso, Agus Salim, dan A.A.
Maramis sebagai anggota.
Pada 22 Juni 1945, sembilan orang itu menyepakati rumusan yang dikenal dengan sebutan
Piagam Jakarta atau Jakarta Charter. Ketuhanan yang disebut Yamin di urutan kedua, dan
oleh Soekarno di urutan lima, ditempatkan menjadi pertama. Sedangkan kesejahteraan yang
disebut ketiga oleh Yamin dan Soepomo serta keempat oleh Soekarno, diposisikan sebagai
sila kelima.
Rumusan tersebut, dengan sedikit perubahan, yang dipakai sebagai rumusan Pancasila
sekarang.Saat ditetapkan sebagai Dasar Negara pada 18 Agustus 1945, sila pertama
diubah.Kalimat 'Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya' dalam Piagam Jakarta diganti dengan 'Ketuhanan Yang Mah Esa'.Jadilah
Pancasila seperti sekarang.
Bagus dalam konsep tak otomatis membuat Pancasila mudah diimplementasikan.10 Tahun
pertama setelah merdeka, politik Indonesia riuh-rendah.Upaya mewujudkan kesejahteraan
masyarakat berjalan tidak menentu.Hal yang mendorong Soekarno mengambil langkah
radikal, meluncurkan Dekrit 5 Juli 1959.Dekrit untuk kembali ke Undang-Undang Dasar
-
(UUD) 1945, yang sekaligus juga mengokohkan kedudukan Pancasila.
Praktik politik yang mewujud kemudian tak menunjukkan itu.Pancasila dijalankan dalam
nuansa berbeda dari bayangan semula banyak orang. Indonesia masuk dalam sistem
'Demokrasi Terpimpin' .Puncaknya adalah tragedi penculikan dan pembunuhan para
jenderal, pada 30 Agustus 1965. Tragedi yang ditudingkan sebagai kudeta oleh Partai
Komunis Indonesia (PKI) .Kegagalan 'kudeta' itu dinyatakan sebagai 1Kesaktian Pancasila'
yang harinya diperingati setiap tanggal 1 Oktober.
Politik 'Terpimpin' dilanjutkan oleh Soeharto tahun 1966.Pancasila sempat terbiarkan
sekadar sebagai landasan formal bernegara.Juga sebagai hafalan para siswa sekolah.Belum
dikembangkan sebagai karakter bangsa secara utuh.Baru tahun 1978 Soeharto ingin
memasyarakatkan Pancasila kembali. Panduan sosialisasi disusun, dan diberi nama
'Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila' (P4) .
Sebuah badan pun dibent.uk untuk menyebarluaskan P4, dan dinamai BP7.Badan tersebut
berkantor di Gedung Pancasila juga.Tugasnya adalah menggelar program massal pendidikan
P4.Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) memberi legitimasi dengan mengeluarkan
ketetapan tentang '36 Butir-butir' yang dipandang sebagai bentuk pengamalan Pancasila.
Butir-butir turunan lima sila itu diberi judul 'Ekaprasetia Pancakarsa', dan dikukuhkan lewat
Tap II/MPR/1978.
Setelah itu, 'Penataran P4' pun diwajibkan bagi semua kalangan pendidikan, pemerintahan,
bahkan juga para pemuka Organisasi Kemasyarakatan. Lewat penataran demikian,
masyarakat diharapkan dapat menghayati dan mengamalkan 4 (empat) turunan sila
pertama, 8 (delapan) turunan sila kedua, 5 (lima) turunan sila ketiga, 8 (delapan) turunan sila
keempat, dan 12 turunan sila kelima.
Pada praktiknya, butir-butir itu lebih menjadi hafalan sesaat untuk kemudian terlupakan
kembali.Tak banyak berbekas dalam perilaku sehari-hari.Itu membuat perjalanan negara tak
-
seperti yang diharapkan.Penyimpangan juga tak terelakkan, meskipun pada mulanya hanya
sedikit.Tentu selanjutnya penyimpangan pun kian melebar.Hingga bangsa ini merasa perlu
mengoreksinya lewat gerakan Reformasi.
Setelah Reformasi, Pancasila tak banyak dibicarakan lagi. Dalam benak publik, Pancasila
identik dengan 'Penataran P4'.Sedangkan 'Penataran P4' dianggap sebagai indoktrinasi
politik Orde Baru.Era pemerintahan yang didesak mundur oleh gelombang Reformasi.Semua
gamang membahas Pancasila.Akibatnya, rancangan sistem bernegara pascaref ormasi tak
sungguh-sungguh dilandaskan pada Pancasila.
Pada tataran negara, Pancasila memang bukan sama sekali terlupakan. Pada tahun 2003,
MPR masih mengeluarkan Ketetapan No III/MPR/2003.Lewat keputusan itu, ketetapan
terdahulu soal 36 butir pengamalan Pancasila dicabut.Diganti dengan 45 butir-butir baru
hasil pengembangannya.Namun itu tak cukup membuat Pancasila lebih menggema.Dari hari
ke hari Pancasila makin meredup dan terabaikan.
Masyarakat tidak cukup mendapat petunjuk bagaimana mengimplementasikan Pancasila
dalam kehidupan sehari-hari.Butir-butir baru pengamalan Pancasila masih serupa dengan
sebelumnya.Lebih merupakan "harapan berperilaku" yang normatif.Gampang terlupakan
dan terabaikan, bahkan oleh para perumusnya sendiri. Secara diam-diam Pancasila
dipandang sudah kurang relevan untuk membangun bangsa dalam menyongsong era global
ke depan.
Sepuluh tahun setelah Reformasi 1998 berlalu, keinginan mengangkat Pancasila kembali
menguat.Suasana 'rindu Pancasila' mulai disuarakan. Pada saat yang sama, soal pendidikan
dan pembangunan karakter makin menjadi bahasan di berbagai forum. Ada perasaan
bersama yang mengemuka: Bagaimana cara membuat bangsa ini berkarakter kuat
sebagaimana bangsa-bangsa kuat dan maju? Bagaimana membuat Pancasila menjadi
landasan nyata karakter bangsa ini?*
-
BAB 2
Pilar Keyakinan:
BERTAKWA
Beriman - Bersyukur - Beratwakal
-
"Ketuhanan Yang Maha Esa"
-sila pertama Pancasila
Bertakwa merupakan pilar pertama dari Karakter Pancasila. Ini adalah pilar keyakinan atau
be//eAdalam mata rantai siklus karakter. Dalam pengembangan karakter diri, semua diawali
dari keyakinan atau belief.Inilah pondasi untuk menggapai sukses dan bahagia. Dalam
Karakter Pancasila, pilar belief atau keyakinan itu adalah bertakwa. Bila pilar bertakwa tegak,
mudah untuk membuat pilar lain tegak pula.Itu jaminan untuk menjadikan bangunan
karakter yang kokoh.
Secara bahasa, bertakwa didefinisikan sebagai "terpeliharanya diri untuk tetap taat
melaksanakan perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya."Atau sebagai "keinsafan
diri yang diikuti dengan kepatuhan dan ketaatan dalam melaksanakan perintah Allah dan
menjauhi segala larangan-Nya."Ada kepatuhan dan ketaatan.Itu bukan hasil dari
keterpaksaan, melainkan hasil dari kesukarelaan.Ada kesadaran diri, bahkan kerelaan
hati.Itulah bertakwa.
"Kesalehan hidup". Itu penggambaran lain dari bertakwa. Saleh berarti berbuat baik dan
benar yang mencakup seluruh aspek kehidupan.Saleh dalam hidup berarti berbuat baik dan
benar terhadap empat hal, yaitu diri sendiri, sesama manusia, lingkungan alam semesta, dan
Tuhan Yang Maha Esa.Orang yang berbuat baik dan benar kepada keempat hal itulah
manusia yang bertakwa.
Seorang yang bertakwa yakin dan sadar, Tuhanlah Sang Pencipta alam semesta ini.Tuhan
yang menciptakan gugus Bima Sakti yang entah sampai mana batasnya.Tuhan yang
menciptakan tata surya terdekat, dengan bumi menjadi planet tempat tinggal
manusia.Tuhan yang menciptakan siang dan malam, sistem keluar masuk udara untuk
bernapas, serta DNA pembawa cetak biru genetika, sehingga membuat setiap hamba-Nya
memiliki perasaan serta jiwa.
Bukan hanya Sang Pencipta, Tuhan pula Sang Penguasa alam semesta beserta seluruh isinya.
-
Allah yang menentukan hukum alam: membuat gravitasi yang memaksa semua yang ada di
sekitarnya jatuh ke bumi. Hingga Newton pun 'menemukan' teori karena kejatuhan apel.
Allah yang membuat aturan hukum agama untuk dipatuhi. Lalu menyediakan pahala atau
reward bagi yang patuh, dan hukuman atau punishment bagi yang ingkar. Nanti setelah
dunia ini berakhir.
Tuhan bukan semata mencipta dan berkuasa, melainkan juga satu-satunyayang agung pada
masa kapan pun.Kemahaagungan Tuhan terekam jelas dalam sejarah peradaban.Dari waktu
ke waktu, manusia senantiasa mengagungkan Sang Maha Agung.Dengan segala ketulusan
dan penuh ketakziman, manusia menyembah dan menghamba kepada Tuhan.Rida Tuhan
menjadi dambaan manusia.Itulah pengagungan kepada Tuhan oleh orang-orang yang
bertakwa.
Di hadapan Sang Maha Agung, seorang yang bertakwa akan merendahkan diri serendah-
rendahnya. Dalam sejarah peradaban, bermiliar-miliar manusia telah dilahirkan, dari masa
purba hingga sekarang.Di antara bermiliar manusia serta di tengah jagat raya semesta,
seorang manusia tak lebih dari debu, apalagi di hadapan Allah.Pantaskah debu merasa diri
hebat, sombong, atau arogan?Seorang yang bertakwa tak seperti itu, la akan bersujud,
patuh, dan mengharap rida-Nya.
Di hadapan alam semesta, seorang yang bertakwa tak akan berhenti mengaguminya. Alam
semesta menjadi sarana yang luar biasa untuk mengingat llahi. Ketika memandang sekeping
bagian alam semesta, yakni lingkungan sekitar, seorang yang bertakwa akan memandangnya
dengan hati. Yakni dengan melestarikan lingkungan itu, ia akan menjadikan diri sebagai
'Khalifah Tuhan' di bumi. Pribadi yang akan terns menata dan memelihara lingkungan,
sebagaimana Tuhan memperlakukan alam semesta.
Di hadapan sesama manusia, seorang yang bertakwa berdiri setara.Tak merasa lebih tinggi
dan tak pula merasa lebih rendah.la tahu bahwa semua manusia sama dilahirkan dengan
nilai sama di hadapan Allah. Kekuasaan, kekayaan, dan popularitas tak berharga apa-apa
-
begitu maut menjemput. Seorang yang bertakwa akan berusaha memberi manfaat bagi
orang lain, la tahu, "Sebaik-baik orang adalah yang bermanfaat bagi sesamanya." Itulah yang
akan membuat sukses.
A. BERIMAN
Beriman merupakan karakter utama pertama dari Karakter Pancasila.Ini menjadi penopang
pilar bertakwa.Istilah beriman dapat dimaknai sebagai "memilki keyakinan dan kepercayaan
kepada Tuhan Yang Maha Esa".Tak mungkin seorang yang bertakwa tidak punya keyakinan
dan kepercayaan kepada Tuhan. Tapi sebaliknya, ia berkeyakinan dan berkepercayaan kuat
kepada Tuhan.
Meyakini dan memercayai Tuhan menjadi hal paling mendasar dari beriman.Yakin bahwa
Tuhan ada; Tuhan Mahakuasa dengan menciptakan serta memelihara seluruh alam semesta
ini.Tuhan juga memberi begitu banyak kenikmatan dan kebahagiaan sejati.Sejalan dengan
itu, beriman berarti meyakini pula bahwa para malaikat yang menjalankan perintah Tuhan
dalam menata alam semesta.la juga yakin adanya setan yang terus menebar spirit buruk
bagi manusia.
Beriman juga meyakini bahwa Tuhan memberi petunjuk dan membimbing manusia agar
dapat meraih kebahagiaan sejati. Petunjuk Tuhan itu berupa kitab suci seperti Al-Qur'an
atau Injil yang diturunkan dengan cara diwahyukan kepada manusia terpilih. Yakni kepada
nabi atau rasul Tuhan.Para rasul-lah yang menyebarkan petunjuk itu, baik lewat ucapan
maupun teladannya kepada umat manusia hingga menyebar sampai sekarang.
Perjalanan hidup manusia , terkait nasib dan usahanya, juga diyakini oleh orang yang
beriman bahwa itu tak lepas dari kehendak Tuhan. Adalah Tuhan yang menentukan kapan,
di mana, dan dari siapa seorang anak manusia dilahirkan. Tuhan membekali akal dan kalbu
yang akan mengendalikan ke mana manusia melangkah. Tuhan pula yang menghamparkan
kenikmatan abadi surga bagi yang taat dan berbuat baik, serta kepedihan neraka bagi yang
ingkar dan berbuat jahat.
-
Keyakinan dan kepercayaan kepada Tuhan dan segala yang terkait dengan-Nya, tertanam
kokoh di lubuk hati terdalam.Tuhan memang tak terlihat dan tak terjangkau panca
indera.Namun, bagi orang yang beriman, keberadan dan kekuasaan Tuhan begitu
nyata.Keagungan dan kesempurnaan alam semesta menjadi bukti empiris tak terbantahkan
atas kemahakuasaan Tuhan. Keyakinan di hati itu tidak tergoyahkan oleh apa pun. Bahkan
oleh ancaman kematian sekalipun.
Beriman tak cukup cuma menyimpan keyakinan dan kepercayaan di dalam hati terdalam,
tetapi juga perlu menyatakannya secara terbuka.Beriman tidak sekadar menyatakan dengan
lisan, tapi juga menunjukkan lewat perbuatan.Yakni dengan beribadah, yang didefinisikan
sebagai "perbuatan untuk menyatakan bakti kepada Allah yang didasari ketaatan
mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya."
Dengan beribadah, seperti bersembahyang, baik dilakukan sendiri maupun berjamaah,
manusia menjadi taat dan bakti kepada Tuhan. Salat wajib lima kali sehari bagi muslim
adalah bentuk sembahyang. Begitu juga ke gereja setiap minggu bagi umat Nasrani, ke pura
bagi pemeluk Hindu, atau vihara bagi penganut agama Buddha. Berpuasa sebulan setiap
tahun, membayarzakat, hingga pergi naik haji bagi yang mampu juga ibadah wajib bagi
muslim. Kebaktian, meditasi, dan beberapa ritual lain juga merupakan ibadah bagi penganut
agama masing-masing.
Beribadah pada dasarnya adalah berdialog langsung dengan Tuhan.Kuncinya adalah
khusyuk, yakni mencurahkan hati langsung kepadaTuhan. Itu yang membuat beribadah akan
menyegarkan jiwa. Dengan beribadah masalah yang membebani pikiran seseorang akan
dapat dilepaskan. Setidaknya akan menjadi ringan. Setelah itu ia akan siap untuk memikul
beban lagi. Itu adalah bagian dari beriman.
Secara utuh, kedudukan beriman sebagai karakter utama dapat digambarkan sebagai
berikut:
-
1. Yakin
Ini merupakan karakter pertama dari Pancasila. Secara bahasa, yakin berarti "percaya
sungguh-sungguh", percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa, kepada diri sendiri, dan kepada
orang lain. Dengan yakin, hidup akan terasa lebih mudah. Kesulitan akan lebih mudah dapat
diatasi. Kekhawatiran dan kecemasan akan tertaklukkan. Hasilnya, kesuksesan dan
kebahagiaan tentu lebih mungkin diraih.
Percaya kepada Allah menjadi kuncinya.Percaya bahwa Tuhan adalah satu-satunya sumber
kebahagiaan sejati.Tuhanlah yang memberi begitu banyak nikmat kepada rnanusia. Tuhan
akan terus menurunkan nikmat-Nya kepada semua orang. Tak hanya itu, Tuhan juga akan
selalu menolong hamba-Nya yang berusaha dan berdoa kepada-Nya. Orang yang beriman
meyakini hal itu.
Percaya diri juga adalah ciri seorang yang berkarakter yakin.Dengan meyakini Tuhan, tak ada
rasa khawatir atau ragu di dalam dirinya.la tak cemas dan tak khawatir terhadap apa pun.
Seorang yang yakin, percaya bahwa Tuhan akan menolong dirinya untuk dapat mengatasi
persoalan apa pun. la tak perlu bergantung pada siapa pun. Sikap dan tindakannya mantap.
Tak tergoyahkan oleh apa pun.
Seorang yang yakin, bukan sekadar percaya diri, melainkan juga percaya kepada orang lain,
la tidak curiga atau gampang berpikir negatif, walau tetap waspada. Percaya juga membuat
dapat dipercaya orang lain. Maka, saling percaya pun terbangun. Saling percaya itu akan
membuat masyarakat makmur. Maka, Francis Fukuyama menyebut percaya (trust) sebagai
modal sosial untuk maju.
Yakin juga berarti tidak ragu-ragu.Seorang yang yakin mantap langkahnya.Untuk bersikap
dan bertindak tentu banyak yang perlu dipertimbangkan. Tapi ia tak bimbang dalam
menimbang, cepat mengambil keputusan, serta teguh dengan keputusannya. Keyakinannya
terpancar jelas pada wajah, dalam ucapan, dan dalam setiap perbuatan.
-
2. Berani
Berani berarti "memiliki hati yang mantap dan rasa percaya diri yang besar dalam
menghadapi bahaya".Dalam pengertian yang lebih sederhana juga disebut "tidak takut".Ini
merupakan karakter kedua dari beriman.Sejarah dunia dibangun oleh para
pemberani.Kemerdekaan dibangun oleh para pemberani.Begitu pula peradaban
lainnya.Orang-orang yang berani telah merintis jalan membangun dunia yang lebih baik.
Tidak takut merupakan salah satu ciri pemberani.Seorang pemberani tahu persis bahwa
hidup penuh risiko.Setiap langkah memiliki risiko.Tapi itu tak menghalanginya untuk maju
melangkah.Justru di balik setiap risiko itulah ada kesempatan.Semakin besar suatu risiko,
semakin besar peluang hasilnya.Kepiting dan udang termahal didapat dari laut terganas.
Percaya diri.Ini terkait langsung dengan kesiapan menghadapi berbagai kemungkinan
risiko.Seorang pemberani percaya setiap orang dikaruniai kemampuan mengatasi persoalan
hidup masing- masing.Karunia itu berlaku pada semua orang.Maka tak ada rasa rendah
diri.Tak ada rasa inferior.Di hadapan orang yang tampak paling hebat sekalipun, yang perlu
adalah rendah hati.
Siap menghadapi tantangan juga ciri pemberani.Seorang pemberani sejati melihat persoalan
bukan sebagai hambatan.Namun sebagai tantangan.Semakin besar tantangan, semakin
berantusias untuk menaklukkannya.Menaklukkan tantangan, bukan untuk bergagah-
gagahan, melainkan untuk menempa diri, baik spiritual, intelektual, fisikal, maupun mental.
Pemberani sejati tidak merasa diri hebat.la menjadi pemberani karena mengejar tujuan yang
jelas. Nelayan berani mengarungi gelombang hebat karena ingin mendapatkan ikan.Lebih
dari itu, pemberani juga tahu ada Allah Sang Maha Pelindung.Para spiritualis umumnya
pemberani.Mereka menjelajah dunia menghadapi beragam risiko untuk menyampaikan
kebenaran.
-
3. Jujur
Jujur secara bahasa didefinisikan sebagai "lurus hati", "tidak berbohong", dan "tidak
curang".Itu modal berharga dalam mengarungi kehidupan."Yang penting jujur.Insya Allah
selamat!"Ucapan itu acap terdengar dari ibu yang melepas anaknya merantau.Jujur berarti
dapat dipercaya, tidak berdusta, dan senantiasa berperilaku benar.
Seorang yang jujur adalah seorang yang dapat dipercaya, baik ucapan maupun
tindakannya.la bersikap terbuka, apa adanya. Dia tak akan berusaha menutupi cacat atau
kekurangan dirinya, apalagi untuk memanipulasinya. la tak mau berpura-pura hebat. Tentu
dia juga tak menunjuk-nunjukkan kekurangannya.Memang dia tak perlu melakukan itu.
Terkait dengan kejujuran adalah integritas.Yakni "satunya perbuatan, ucapan, dan
pikiran."Itu pondasi utama untuk maju dan meraih sukses.Yang sering merusaknya adalah
gengsi.Itu mendorong perilaku berpura-pura, berbohong, serta korup.Padahal integritas
adalah kunci kemajuan bangsa.Integritas menentukan keberhasilan bisnis makanan,
perbankan, dan banyak lainnya.
Seorang yang jujur juga bersahaja.Yakni bersikap sederhana, tidak rumit dan tidak berbelit-
belit.la mementingkan hal-hal yang inti atau esensial, bukan yang artifisial. Dalam
berpenampilan, seorang yang bersahaja memilih tampil bersih-rapi.Tidak terjajah oleh
merek, harga, atau atribut lainnya.la tahu bahwa atribut seperti itu sungguh tak penting di
hadapan Tuhan.
Seorang yang jujur umumnya juga hemat.la ririgan tangan membantu orang lain, namun tak
suka bermewah-mewahan, apalagi pamer kekayaan. Hal itu tercermin pada fasilitas yang
dikenakannya sehari-hari.Juga pada kegiatan yang dilakukannya, seperti dalam menggelar
pesta pernikahan.Sepanjang sejarah dunia, tokoh-tokoh berintegritas umumnya berkarakter
seperti itu.Yang seperti itu bukan hanya para nabi, melainkan juga para pebisnis terkaya di
dunia pada era modern ini.
-
B. BERSYUKUR
Bersyukur merupakan bagian dari bertakwa, pilar karakter yang menjadi turunan langsung
dari sila pertama Pancasila.Seorang yang bertakwa adalah seorang yang bersyukur.Seorang
yang yakin bahwa setiap orang telah menerima begitu banyak nikmat dari Tuhan.
Sedemikian banyak nikmat yang telah dilimpahkan Tuhan sehingga manusia tak akan
mampu menghitungnya. Karena itu, sudah sepantasnya bila manusia bersyukur atau
berterima kasih.
Secara bahasa, bersyukur memang berarti berterima kasih.Orang-orang yang beradab
adalah orang-orang yang pandai berterima kasih.Dalam perjalanan hidup, nikmat yang telah
diterima manusia begitu banyak.Dapat melihat adalah karunia.Dapat mendengar, mencium
dan merasakan juga karunia. Begitu pula bernapas, menghirup udara yang membawa
oksigen setiap saat sepanjang usia.
Banyak karunia yang tak mudah diukur.Karunia sehat, misalnya.Kadang manusia baru
menghargai sehat setelah jatuh sakit. Saat sehat , karunia itu malah sering terlupakan.
Pikiran juga merupakan karunia yang luar biasa.Dengan karunia itu manusia dapat berpikir.
Dapat berpikir berarti membuat tahu apa yang terbaik yang harus dilakukan dan yang
terburuk yang harus dihindari.
Lebih dari semua itu adalah karunia iman.Yaitu, karunia untuk memahami dan meyakini
adanya Tuhan yang memberi kebahagiaan sejati.Tuhan bukan hanya memberi pekerjaan,
rezeki, dan kehormatan, melainkan juga mengaruniai kasih sayang.Maka, manusia
mengasihi pasangan hidupnya dan menyayangi sesamanya.Orang tua juga menyayangi
anak-anaknya.
Tuhan juga mengaruniai rasa bahagia, baik di dunia ini maupun di akhirat kelak.Ringkas kata,
hidup adalah karunia.Karena itu, patut dan wajib disyukuri sebaik-baiknya.Mensyukuri
setiap karunia sungguh nikmat dan nikmat dan membahagiakan. Banyak bersyukur akan
mengundang kenikmatan dan kebahagiaan berikutnya. Itu petunjuk tuhan bagi semua
manusia yang ingin hidup bahagia.
-
Tuhan pun menyeru manusia agar bersyukur. Melalui firman-Nya, Allah menjanjikan: Siapa
yang bersyukur akan dikaruniai tambahan kebahagiaan melimpah. Sebaliknya, siapa yang
menolak mengakui nikmat-Nya akan menuai penderitaan. Maka, bahagia dan menderita
sepenuhnya bergantung pada diri sendiri: Mau atau tidak mensyukuri hidup? Mau atau
tidak mengakui nikmat?
Manusia yang bersyukur memang orang yang selalu mengingat nikmat. Sekecil apa pun
nikmat yang diterima tak akan diabaikan. Bagi pesyukur, nikmat adalah nikmat.Tidak ada
nikmat besar atau nikmat kecil.Semuanya sama-sama nikmat.Sama-sama patut dan harus
disyukuri.Sebagai manusia, kadang bisa saja melupakan suatu nikmat. Tetapi pesyukur akan
selalu mengingatnya kembali dan mensyukurinya.
Karenaselalu diingat-ingat, maka nikmatlah yang paling memenuhi benak pesyukur.Yang ada
dalam ingatan orang yang bersyukur adalah hal-hal menyenangkan dan
membahagiakannya, bukan hal-hal yang menyedihkan dan mengecewakan.Dalam hidup
tentu ada sedih, ada duka.Sedih dan duka hanya dirasakan sesaat.Itu hal yang manusiawi.
Tapi sama sekali tidak disimpan dalam ingatan.
Maka, orang yang bersyukur selalu dapat menikmati setiap keadaan, seburuk apa pun
keadaan itu menurut orang lain. Jika dikaruniai musibah atau kesusahan, ia percaya bahwa
Tuhan tengah menempanya agar menjadi lebih kuat dan lebih baik. Jika dikaruniai
kesenangan dan kecukupan, ia yakin bahwa Tuhan tengah mengingatkannya agar lebih
bersyukur dan lebih banyak membantu orang lain.
'
Dengan begitu, pesyukur tak gampang jengkel dan tak mudah marah. Buat apa jengkel dan
marah? Jengkel dan marah hanyaakan mengurangi kenikmatan dan kebahagiaan sendiri.
Begitu juga dendam dan iri hati kepada orang lain. Yang selalu diingatnya adalah kebaikan,
bukan keburukan orang lain, la memandang sisi baik orang.la tak gemar mengritik, malah
sebaliknya, ia suka dikritik.
Orang yang bersyukur hidup tenang dan bahagia.la siap menghadapi segala keadaan, tidak
gampang tersinggung, juga tidak mudah khawatir. Bagaimana pun keadaan hidupnya, ia
-
selalu bersyukur merasa cukup. la yakin bahwa Tuhan akan segera memberinya tambahan
nikmat dan kebahagiaan. Maka, ia merasa tidak perlu melakukan korupsi atau tak perlu
menyalahgunakan kekuasaan. la percaya bahwa ia bisa kaya melalui jalan yang baik.
Bersyukur merupakan langkah aktif menjemput tambahan nikmat dari Tuhan.Tak berlebihan
bila bersyukur disebut sebagai 'gerbang kesuksesan'. Bersyukur juga akan menumbuhkan
rasa kasih sayang mendalam. Selain tentu meningkatkan kapasitas bersinergi, menguatkan
etos, dan mengefektifkan kemampuan meraih hasil sempurna. Maka, mari kita bersyukur
agar kita bisa mendapatkan kebahagiaan sejati.
4. Gembira
Gembira dapat dimaknai sebagai "riang" atau "senang hati", sebuah keadaan yang
menggambarkan perasaan positif seseorang. Seorang yang bersyukur akan selalu gembira
dengan segala keadaan yang menurut orang lain dipandang pedih sekalipun. Seorang yang
bersyukur percaya, setiap keadaan tak lepas dari kehendak Tuhan. Maka, ia akan
menyambut setiap keadaan dengan gembira.
Rasa gembira itu diekspresikan dalam berbagai bentuk.Mata seorang yang gembira biasanya
berbinar.Bibirnya pun gampang tersenyum.la sesekali mungkin juga bersenandung. Atau
sedikit menggerakkan tangan, kaki, dan badan mengikuti irama musik yang
terdengar.Senang menyapa orang serta berhumor juga ciri dari orang yang gembira.
Gembira tentu saja tidak bersedih. Seorang yang gembira tidak akan berwajah murung.
Tidak sedih bukan sekadar berpura-pura, melainkan memang sungguh datang dari hati yang
terdalam.Hidupnya seperti mewakili lirik sebuah lagu perpisahan anak- anak. "Buat apa
susah..buat apa susah. Susah itu tak ada gunanya." Sosok yang demikian tak akan
membiarkan orang lain sedih atau susah. la akan berusaha menghibur mereka yang sedih
atau susah.
Aktif juga ciri dari seorang yang gembira. Sosok yang gembira tak akan berdiam, atau bahkan
mengurung diri. la akan cenderung mencari kesibukan yang bermanfaat. Bukan hanya untuk
diri sendiri, melainkan juga untuk orang lain. Ini adalah langkah yang mendorongnya untuk
-
lebih bersosialisasi. Setiap kesempatan untuk berkontribusi akan dimanfaatkannya. Dengan
demikian, baginya tidak banyak waktu yang mubazir.
Seorang yang gembira juga memandang positif setiap keadaan.Setiap hal selalu ada positif
dan negatifnya.la akan lebih terfokus melihat sisi positifnya. Bila ada gelas yang setengahnya
berisi air, ia tak akan menyebut gelas itu 'setengah kosong', tapi 'setengah penuh'. la enggan
meratapi keadaan. Sebaliknya, ia malah akan selalu menyambut sekecil apa pun
kesempatan dengan penuh antusias dan optimis.
5. Sabar
Sabar berarti "tahan dalam menghadapi segala cobaan".Juga dapat diartikan sebagai "tidak
lekas marah, tidak lekas putus asa, tidak lekas patah hati".Wajah seorang penyabar tidak
tegang.la tidak meninggikan suara, tidak membentak, dan tidak tampak emosional. Dalam
keadaan apa pun, ia akan selalu tenang dan terkendali, baik ucapan maupun tindakannya.
Tidak marah menjadi ciri yang jelas seorang penyabar.la tidak akan terjebak oleh berbagai
keadaan yang membuat orang menjadi marah. Seperti lalu lintas yang macet, anak yang
terasa nakal, pasangan hidup yang bersikap tak seperti yang diharapkan, bawahan yang
salah bekerja, serta negara dan pemimpin yang kacau balau.
Karena tak marah, maka tentu ia juga tidak dendam. Marah pada masa lalu biasanya
menorehkan rasa dendam. Nah, rasa dendam ini tak akan dimiliki oleh seorang yang
berkaraker sabar karena dulu juga ia tak marah. Tak ada jengkel yang tersimpan dalam
hatinya.Tak ada pula rasa iri hati.Ada yang menyebut, dendam adalah saudara kandung iri
hati.Seorang penyabar terhindar dari hal itu.
Seorang penyabar juga pemaaf.Sabar berarti tak membiarkan diri menjadi 'korban' keadaan.
Termasuk korban salah atau keliru orang lain, la tak ingin perasaannya tertekan. Agar tak
tertekan, maka ia maafkan kesalahan orang lain. Apalagi kesalahan itu sering tak begitu
penting.Memaafkan melegakan hati sendiri. Dengan cara itu, ia mampu mengendalikan,
bukan dikendalikan oleh emosi.
-
Sabar dan memaafkan sering dianggap kalah. Padaha! tidak. Sabar justru menang, karena
mengendalikan keadaan.Sabar bukan nrimo.Sebaliknya, seorang penyabar adalah orang
yang tekun dan istikamah dalam berusaha.la tidak akan berhenti berusaha sebelum hasilnya
tercapai. Sabar itu menenteramkan.Bukan hanya para nabi, orang-orang sukses juga orang
yang sabar.
6. Berterima kasih
Berterima kasih secara bahasa berarti "mengucap syukur".Dapat pula dimaknai sebagai
"membalas budi setelah menerima kebaikan".Selalu ingat nikmat menjadi ciri seorang yang
berterima kasih. Tentu ia akan berusaha untuk berterima kasih kepada Sang Pemberi
Nikmat, yakni Tuhan. Selain itu, ia juga selalu ingat pemberian orang lain. Lalu, ia berusaha
untuk membalasnya.
Ingat nikmat Tuhan merupakan elemen berterima kasih.Nikmat Tuhan begitu
berlimpah.Tubuh yang terdiri dari tulang, otot, daging, kulit, dan seluruh organnya adalah
karunia Tuhan.Belum lagi jiwa, pikiran, kesehatan, dan sebagainya.Berterima kasih berarti
mengingat itu semua. Gagal atau merasa hidup susah, tak membuat lupa atas karunia Tuhan
itu.
Ingat pemberian sesama juga bagian dari berterima kasih. Tak ada manusia yang tak
menerima bantuan orang lain. Seorang bayi bergantung kepada orang tuanya.
Kebutuhannyayang paling dasar dipenuhi ibunya dengan air susu ibu (ASI), satu-satunya
makanan sempurna bayi. Saat tumbuh, manusia mendapat bantuan dari
kerabatnya.Kemudian, dari tetangga hingga teman kerjanya.
Membalas pemberian.Ini juga elemen dari berterima kasih. Sekecil apa pun pemberian akan
diingat. Lalu berupaya membalas kebaikan atau pemberian itu sebaik mungkin."Terima
kasih".Ucapan itu setidaknya yang dapat disampaikan.Juga dengan senyum dan sikaptubuh
yang ramah menghormati.Lebih dari itu adalah membalas kebaikan dengan kebaikan.
-
Ada yang menyebut terima kasih berasal dari kata 'terima' dan 'kasih'.Kalau sudah 'terima'
sepatutnya adalah 'kasih'.Yakni memberi.Apa pun, sesuai dengan kemampuan. Masyarakat
dengan peradaban maju adalah masyarakat yang pandai berterima kasih.Berterima kasih
bukan sekadar disimpan di dalam hati, namun diekspresikan dengan
ucapan."Alhamdulillah!" "Terima kasih!".
C. BERTAWAKAL
Bertawakal termasuk karakter utama dari bertakwa sebagai turunan sila pertama
Pancasila.Karakter ini penting dalam menghadapi kehidupan.Secara umum, hidup ini
rumit.Terlalu banyak faktor yang menentukannya. Agar tak bingung, mari kita mohon
bimbingan dari Sang Pemilik Kehidupan dengan bertawakal. Bimbingan dan petunjuk akan
datang.
Pengertian tawakal adalah pasrah, berserah diri hanya kepada Tuhan. Dasarnya adalah
keyakinan: Semua yang ada di alam semesta ini milik Allah. Manusia milik Allah. Sang Pemilik
tentu Yang Maha Tahu apa 'yang terbaik' bagi manusia. Manusia perlu menjemput 'yang
terbaik' itu langsung dari Tuhan.Bukan cuma menunggunya.Untuk itulah perlu bertawakal.
Dalam kehidupan, manusia selalu ingin ini dan itu.Manusia ingin mendapatkan yang terbaik
bagi dirinya, baik berupa materimaupun bukan.Namun, jalan seorang yang bertawakal dan
tidak, tentu berbeda. Seorang yang tak bertawakal memakai segala cara untuk mengejar
keinginannya. Sedangkan seorang yang bertawakal akan menggunakan jalan yang wajar dan
baik. Selebihnya ia berserah diri kepada Tuhan.
Dalam hidup manusia menganggap ini baik itu buruk.Lalu berusaha keras mengejar hal yang
dianggap baik dan menghindar hal yang dianggapnya buruk.Padahal, yang dianggap baik
belum tentu benar baik.Yang dianggap buruk pun belum tentu benar- benar buruk.Tuhanlah
yang paling tahu tentang hal itu.Dan Tuhan juga sudah mengingatkan itu.Maka, bertawakal
sajalah kepada Tuhan.
-
Pernah ikut arung jeram?Instruktur selalu memberi tahu bagaimana menyelamatkan diri bila
tercebur air."Jangan panik dan tegang.Jangan berusaha berenang menyelamatkan
diri.Lemaskan badan.Biarkan badan terbawa arus.Biarkan kepala di belakang, dan jaga
jangan sampai terbentur.Nanti akan sampai di tempat tenang."Itulah saat untuk berenang
atau ditolong.
Kehidupan juga demikian.Siapa pun bisa jatuh.Tak usah memaksa diri mencari
solusi.Cukuplah bertawakal.Serahkan keadaan pada arus semesta. Arus kehidupan semesta
itu akan membawa ke tempat tenang. Saat itulah upaya tenang dapat dilakukan.Begitu
mekanisme semesta dari Tuhan.Begitu jalan Tuhan menyelamatkan manusia yang
bertawakal.
Tawakal bukan nrimo, bukan membiarkan keadaan buruk, bukan pula membiarkan diri
ditindas orang.Tawakal adalah tindakan aktif, bukan pasif.Yakni, berbuat aktif menjemput
bimbingan ilahi. Bimbingan yang akan membantu orang yang bertawakal mampu mengatasi
segala keadaan dan mampu membebaskan diri dari penindasan.
Neuro sains menunjukkan adanya gelombang otak. Padafrekuensi 7-13 Hertz, gelombang itu
terkoneksi dengari gelombang llahiah.
Dari sanalah ilham hadir.Dari sanalah intuisi dari Tuhan terbetik.Nabi menerima
wahyu.Manusia menerima ilham atau intuisi dari Tuhan. Dengan bimbingan Tuhan itu apa
yang tak teratasi?
Jalan hidup terkadang seperti buntu.Berbagai upaya sudah dilakukan.Namun hasil tak
kunjung tiba.Bila demikian, itulah saatnya mengakses kekuatan yang lebih besar. Bahkan
satu- satunya kekuatan sejati: Tuhan. Yakni dengan merendahkan hati, menekan ego, dan
menyerahkan semua kepada Sang Mahakuasa.Itulah bertawakal, salah satu jalan awal untuk
sukses.
Bertawakal sebagai karakter utama, setidaknya ditopang oleh tiga karakter. Ketiganya adalah
ikhlas, berdoa, serta cinta alam yang dapat diuraikan sebagai berikut:
-
7. Ikhlas
Esensi dasar tawakal atau pasrah adalah ikhlas.Istilah yang dimaknai sebagai "bersih hati"
atau "tulus hati".Ciri ikhlas adalah siap dengan segala keadaan.Seorang yang ikhlas percaya
bahwa semua yang terjadi di dunia tak lepas dari kehendak Tuhan.Setiap keadaan selalu ada
hikmahnya.Keadaan yangsekilas tampak buruk sekalipun.Selalu ada maksud Tuhan pada
setiap kejadian.
Seorang yang ikhlas tak mengharapkan apa pun dari siapa pun kecuali dari Tuhan. Istilah
agamanya adalah 'rida Tuhan'.Dari sanalah kemudahan hidup dan kebahagiaan sejati
berasal. Bila rida Tuhan ada di tangan, apa yang dapat menghalangi untuk sukses?
Sedangkan rida Tuhan itu justru akan datang saat kita benar-benar ikhlas. Saat, kita siap
menerima segala keadaan dengan ikhlas.
Seorang yang ikhlas juga tak akan mengungkit-ungkit masa lalu. Baginya tidak ada yang
buruk di dunia ini, termasuk kesalahan sendiri pada masa lalu.Kesalahan pada masa lalu
adalah pelajaran untuk menjadi lebih baik. Kesalahan orang lain sama sekali tak diingat,
apalagi diungkit-ungkit. Bila ditanya, apa yang paling disesalinya pada masa lalu, seorang
yang ikhlas biasanya bingung menjawab. "Apa ya?"
Terkait dengan ikhlas adalah tulus yang juga berarti "bersih hati" serta "tidak pura-pura".
Dalam kehidupan sehari-hari, seorang yang tulus tidak akan berprasangka buruk kepada
orang lain. Dalam agama ada istilah 'khusnudzon'.Berprasangka baik.la percaya, pada
dasarnya manusia itu baik, walaupun ia tahu ada juga yang kemudian tidak baik.
Tidak berpamrih juga ciri lain dari ikhlas atau tulus. Setiap manusia tentu punya keinginan
dan harapan. Tapi seorang yang tulus tak akan menyimpan maksud tersembunyi mengejar
keinginan sendiri dengan merugikan orang lain. Umumnya orang yang seperti ini bersahaja.
Tak berlebihan dalam bersikap, berpakaian, bertingkah laku dan berkata-kata, walaupun ia
mungkin berkecukupan.
8. Berdoa
Doa dimaknai sebagai "permohonan kepada Tuhan". Dengan demikian, berdoa adalah
-
memohon kepada Tuhan.Ini merupakan salah satu karakter orang yang bertawakal.
Sosokyang bertawakal akan gemar berdoa. la percaya bahwa Tuhan adalah sumber kebaikan
dan kebahagiaan. Tuhan adalah jalan keluar dari segala persoalan.la menyerahkan seluruh
persoalannya kepada Tuhan lewat doa.
Ingat kepada Tuhan.Ini menjadi elemen pertama dari berdoa. Seorang pendoa akan sering
mengingat Tuhan. Tuhan hadir pada sebagian besar waktunya.Pada masyarakat Jawa
dikenal istilah 'Eling', posisi batin yang selalu mengingat Tuhan.Manusia Eling dipandang
sebagai manusia mulia.Memperhatikan napas sebagai penanda keberadaan jiwa dinilai
efektif untuk mengingat Tuhan.
Memuji Tuhan juga menjadi elemen dari berdoa.Tidak sekadar mengingat Tuhan, manusia
juga perlu memuji Tuhan.Agama mengajarkan berzikir, sebuah langkah aktif untuk memuji
Tuhan dengan lisan. Allah mengajarkan, siapayang berzikir kepada-Nya, hatinya akan
tenang. Tidak akan ada resah, apalagi depresi. Bagi pezikir, persoalan apa pun yang
membayanginya, tetap menjadi sesuatu yang membahagiakan.
Memohon kepada Tuhan.Ini menjadi elemen kunci dalam berdoa. Tuhan pun mengajarkan,
"Mintalah kepada-Ku, Aku akan penuhi permintaan kalian." Tentu sepanjang sungguh-
sungguh dalam memintanya.Manusia tak suka dimintai oleh sesama.Tapi Tuhan
sebaliknya.Tuhan menyukai manusia yang banyak memohon kepada-Nya lewat berdoa dan
berikhtiar.
Kunci berdoa adalah hati.Hati yang bersih dan jernih dapat menjadi antena yang efektif
dalam menangkap gelombang llahiah. Dengan hati seperti itu, tak akan ada penghalang bagi
setiap doa untuk sampai kepada Tuhan. Ada pula tempat danwaktu 'ijabah' untuk
berdoa.Misalnya, di tempat ibadah dan saat gelap dini hari.Meski begitu, berdoa bisa
dilakukan setiap saat.
-
9. Selaras Alam
Selaras alam dapat dimaknai sebagai "hidup harmonis bersama alam".Karakter ini
merupakan bagian dari bertawakal.Seorang yang bertawakal memandang Tuhan sebagai
satu-satunya tempat menyandarkan diri.Eksistensi atau keberadaan Tuhan dapat dihayati
dari alam sekitar.Maka, sudah sepantasnya bila hidup yang dijalani ini adalah hidup yang
selaras dengan alam.
Berpola hidup alami adalah ciri karakter selaras alam.Banyak makan sayur dan buah serta
minum air putih; cukup istirahat dan olahraga teratur; tidur pada awal waktu dan bangun
pada pagi buta; menjauhi zat adiktif seperti rokok dan narkotika; juga membatasi lemak,
gula, karbohidrat, obat, merupakan bagian dari keseharian orang yang berpola hidup alami.
Menata lingkungan dengan baik juga elemen dari selaras alam. Saat membangun rumah, tak
seluruh tanahnya akan ia habiskan. Selalu ada yang disisakan untuk taman walaupun
tanahnya terbatas. la memperhatikan ventilasi udara, drainase, dan pengelolaan sampah. la
juga mementingkan adanya tanaman dalam rumah serta pembuatan sumur resap.
Seorang yang berkarakter selaras alam juga suka pergi ke alam.Pribadi seperti ini menikmati
suasana gunung, pantai, hutan, dan alam perdesaan. Setidaknya ia rutin pergi ke taman kota
bahkan kebun raya. Waktunya untuk pergi ke lingkungan aiam jauh lebih banyak dibanding
ke pusat keramaian seperti pusat belanja, kafe, dan sebagainya.Pribadi selaras alam
menghindari pengeras suara dan suara nonalami lainnya di lingkungan alam.
selaras alam juga aktif melestarikan lingkungan. Itu dapat dimulai dari langkah
sederhana.Seperti mengurangi pemakaian plastik dan AC; mendukung program
penghijauan, penanaman pohon bakau, penyelamatan terumbu karang, hingga pelestarian
tumbuhan dan hewan langka.Itu semua merupakan bagian dari spiritualitas atau
ketawakalan.Hal yang sungguh menyegarkan dan menenteramkan.
-
BAB 3 Pilar Kesadaran: BERKASIH SAYANG Beriman-Bersyukur-Bertawakal
-
Kemanusiaan yang adil dan beradab -sila kedua Pancasila
Berkasih sayang merupakan pilar kedua dari Karakter Pancasila, pilar kesadaran atau pilar
awareness. Seorang yang berkasih sayang akan mengasihi, menyayangi, dan mencintai
sesamanya tak hanya didasarkan pada naluri semata. Tetapi juga bertumpu pada kesadaran.
Yakni, kesadaran bahwa semestinya semua manusia saling mengasihi dan menyayangi.
Kesadaran bahwa tak ada perbedaan apa pun yang boleh menjadi penghalang kasih sayang.
Itu yang membuat dunia damai dan tenteram.
Secara bahasa, kasih dimaknai sebagai "perasaan sayang", sedangkan sayang adalah
menyukai atau mencintai. Itu diwujudkan antarsesama manusia tanpa pembatas apa pun.
Secara lahiriah, manusia memang berbeda. Ada yang hitam, ada yang putih. Ada yang
keriting, ada yang berambut lurus. Ada yang bermata sipit, ada yang tidak. Ada yang pendek,
ada yang tinggi. Ada yang kurus, ada yang gemuk. Berkasih sayang melampaui dan
mengatasi semua perbedaan itu.
Latar keluarga pun berbeda-beda. Beberapa orang terlahir 'beruntung', seperti yang terlahir
dari keluarga kaya, berkuasa, juga beragama kuat. Sementara itu ada yang terlahir dari
keluarga miskin, susah, bahkan mungkin juga dari keluarga kriminal. Berkasih sayang tidak
membedakan mereka, sebagaimana tak membedakan suku dan agama. Semua adalah
makhluk Tuhan. Sama-sama berhak berupaya meraih hidup bermartabat dan sejahtera.
Kesadaran berkasih sayang yang kuat merupakan buah dari bertakwa, pilar Karakter
Pancasila sebelumnya. Seorang yang bertakwa meyakini, "Allah Maha Pengasih, Maha
Penyayang." Tuhan menyebarkan kasih kepada seluruh umat manusia sepanjang masa.
Tuhan mencurahkan sayang tanpa batas kepada semua hamba yang patuh, taat, dan
senantiasa mengharap rida- Nya. Tidakkah sepantasnya manusia menebarkan kasih sayang
-
kepada sesama melewati batas yang ada?
Seorang yang mencintai Tuhan juga akan mencintai sesamanya. Cinta sesamanya bersemi
saat mulai mencintai Tuhan. Istilah mencintai menunjukkan bahwa kesadaran kasih sayang
sudah meresap ke dalam hati. Sudah menjadi bagian dari perasaan. Tak lagi berhenti
sebatas pada pikiran. Itu yang mencegah terjadinya perselisihan, pertengkaran, konflik , dan
kekerasan. Di atas lahan cinta dan kasih sayang yang subur tak ada pohon perselisihan dan
kekerasan yang dapat tumbuh.
Cinta atau kasih sayang kepada sesama tercermin pada perilaku sehari-hari. Seorang
penyayang selalu memperlakukan diri sendiri dan orang lain secara baik. Penyayang selalu
tampil bersih dan rapi. Itu bagian dari rasa hormat terhadap diri sendiri dan orang lain.
Penyayang sejati tak akan tampil sembarangan. Bersikap semaunya sama halnya dengan tak
menghormati diri sendiri dan orang lain.
Penyayang sejati juga bersikap ramah dan santun. Senyum akan selalu gampang
mengembang di bibir. Senyum menjadi ekspresinya paling sederhana dalam menyayangi.
Marah dan menyerang orang lain juga jauh dari diri seorang penyayang, sekalipun terhadap
orang yang telah merugikan dirinya. Penyayang sejati selalu memaafkan dan tak menyimpan
dendam kepada sesama.
Seorang penyayang juga sungguh-sungguh mencintai keluarga. Mencintai bukan sekadar
mencukupi kebutuhan ekonomi, melainkan juga menjaga perbuatan diri sendiri untuk selalu
baik. Selain itu, ia berusaha pula untuk tak pernah menyakiti semua anggota keluarga, baik
kepada pasangan hidup, orang tua, anak, maupun saudara. Penyayang justru berupaya
keras membahagiakan mereka semua.
Penyayang juga bersikap baik terhadap tetangga. Sikap baik dapat dilakukan tanpa harus
mengubah karakter sendiri. Hal itu dapat dilakukan dengan bersikap wajar, apa adanya,
serta tidak berlebihan. Dalam bertetangga selalu ada potensi konflik. Penyayang akan
menghindari konflik, berdamai bila telanjur berselisih, bertenggang rasa agar tak
mengganggu, dan juga membantu sesuai dengan kemampuan.
-
Di lingkungan kerja, penyayang bersikap baik kepada semua. la tak akan pernah menindas
bawahan, menyikut kolega, atau menjilat atasan. la adalah seorang yang sungguh egaliter,
yang memandang orang lain sederajat, apa pun kedudukannya. Penyayang selalu
membantu bawahan, bahu-membahu dengan kolega, serta mendukung atasan.
Penyayang adalah orang-orang yang kuat. Hati dan pikirannya jernih. Juga gampang bekerja
sama dengan orang lain. Itu yang membuatnya menjadi pribadi yang kuat. Mereka sanggup
menghadapi kompetisi apa pun dengan