buku panduan praktek farmakognosi2
TRANSCRIPT
PETUNJUK PRAKTIKUM
FORMULASI TEKNOLOGI SEDIAAN
S O L I D A
DI SUSUN OLEH :
Oktariani Pramiastuti, S.Si., AptEndang Istriningsih, S.Farm., Apt
NAMA : ……………………………………..NIM : ……………………………………..KELOMPOK : ……………………………………..ALAMAT : ……………………………………..
LABORATORIUM TEKNOLOGI FARMASI
FAKULTAS FARMASISTIKES BHAKTI MANDALA SLAWI
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat limpahan rahmatNya
maka buku Petunjuk Praktikum Farmakognosi ini dapat terselesaikan penyusunannya oleh dosen
pengampu di Fakultas Farmasi STIKES BHAMADA Slawi.
Buku Petunjuk ini disusun sebagai sarana untuk memudahkan mahasiswa dalam
pelaksanaan praktikum Farmakognosi Jurusan Farmasi STIKES BHAKTI MANDALA.
Buku petunjuk ini merupakan penyempurnaan buku petunjuk praktikum farmakognosi-
fitokimia , yang disusun berdasarkan pada materi kuliah farmakognosi dengan mengacu pada
buku-buku standar dan perkembangan obat alam.
Akhir kata, buku petunjuk ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu kritik dan saran
sangat dibutuhkan untuk membantu penyernpurnaan praktikum ini agar sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan khususnya Farmakognosi-Fitokirnia
Slawi , Juni 2013
Penyusun
DAFTAR ISI
Identitas mahasiswa ................................................................................................................... 1
Kata pengantar............................................................................................................................ 2
Daftar isi ...................................................................................................................................... 3
Peraturan, pedoman penilaian & tata tertib praktikum ........................................................ 3
Cara pembuatan jurnal praktikum .......................................................................................... 4
Cara kerja dalam praktikum farmasetika .............................................................................. 4
Perlengkapan praktikan ............................................................................................................ 3
Materi praktikum ...................................................................................................................... 4
PERCOBAAN I
IDENTIFIKASI AMILUM SECARA KIMIAWI DAN MIKROSKOPI
A. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan percobaan ini diharapkan mahasiswa mengetahui dan dapat
membedakan macam-macam amilum yang umum digunakan dalam sediaan farmasi.
B. BAHAN UJI
- Amilum oryzae (pati beras)
- Amilum tritici (pati gandum) / maezena jagung
- Amilum manihot (pati tapioca)
- Amilum marantae (pati garut)
- Amilum solani (pati kentang)
C. PEREAKSI DAN ALAT
Pereaksi yang digunakan :
- Aquadest
- Larutan iodium
Alat yang digunakan :
- Gelas obyek
- Gelas penutup
- Mikroskop
- Beker glass
- Pipet tetes
- Tabung reaksi kecil
D. CARA KERJA
1. Pemeriksaan amilum dengan larutan iodiurn
Masukkan larutan amilum 1% (Ingat, apa arti %) untuk semua jenis amilum yang
diperiksa dalam tabung reaksi. Tambahkan beberapa tetes larutan iodium. Catat warna yang
terjadi untuk masing-masing jenis amilum yang diperiksa.
2. Pemeriksaan amilum secara mikroskopi
Ambil sedikit amilum (secukupnya). Letakkan di atas gelas obyek, tetesi dengan
sedikit air dan tutup dengan gelas penutup. Amati di bawah mikroskop dengan
perbesaran lemah (12,5 x 10) dan perbesaran kuat (12,5 x 40). Analisis bentuk amilum dari
masing-masing spesies tanaman.
E. TUGAS
1. Gambar hasil pengamatan yang anda peroleh pada kertas gambar. Tunjukkan bagian
bagian amilum hasil pengamatan anda, dan jelaskan perbedaan bagian-bagian untuk
setiap jenis amilum yang anda periksa.
2. Sebutkan tanaman asal beserta familia untuk masing-masing amilum yang anda periksa.
PERCOBAAN II
PEMERIKSAAN SIMPLISIA SECARA MIKROSKOPI
A. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan percobaan ini, diharapkan mahasiswa dapat mengidentifikasi simplisia
dengan menggunakan mikroskopserta dapat menyebutkan ciri khas simplisia yang diperiksa.
B. BAHAN UJI
- Simplisia daun
1. Daun digitalis
2. Daun the
3. Daun tempuyung
4. Daun dewa
- Simplisia kulit butang
1. Kulit manis jangan
2. kulit kina
- Simplisia akar dan rimpang
1. Akar kelembak
2. Akar ipekak
3. Rimpang jahe
4. Rimpang temu lawak
5. Rimpang kunyit
C. PEREAKSI DAN ALAT
Pereaksi yang digunakan
- Larutan kloralhidrat
Alat yang diperlukan
- Gelas obyek - Lampu spiritus
- Gelas penutup - Penjepit
- Mikroskop - Kertas dan pensil
- Pipet tetes
D. CARA KERJA
1. Ambil sedikit serbuk simplisisa yang akan diperiksa, letakkan di atas gelas obyek.
Hangatkan di atas lampu spiritus, dan dijaga agar jangan sampai mendidih. Tutup dengan
gelas penutup.
2. Amati masing-masing simplisia yang telah diperlakukan sesuai
dengan cara pada point 1. Gunakan perbesaran lemah dan perbesaran kuat.
E. TUGAS
1. Gambarlah hasil pengamatan yang telah anda peroleh pada kertas yang telah anda
sediakan. Tunjukkan bagian-bagian atau fragmen-fragmen sel yang anda temukan pada
pengamatan untuk masing-mamg simplisia. Bandingkan dengan gambar yang ada
pada buku standar (MMI)
2. Sebutkan tanaman asal untuk masing-masing simplisia yang
anda periksa, dan sebutkan pula kegunaan masing-masing simplisia secara empiris di
masyarakat maupun aplikasinya dalam dunia farmasi
PERCOBAAN III
PEMERIKSAAN HAKSEL
A. TUJUAN PERCOBAAN
Sesudah melakukan percobaan ini, mahasiswa diharapkan dapat melakukan identifikasi
beberapa macam haksel yang biasa digunakan dalam ramuan untuk pengobatan atau
tersedia di apotek.
B. BAHAN DAN ALAT
Bahan uji yang diperiksa yaitu simplisia yang berasal dari daun, kulit batang, akar dan
rimpang :
- Melaleuca Fructus (Merica bolong)
- Curcuma aeruginosa Rhizoma (Rimpang Temu lawak)
- Curcuma longae Rhizoma ( Rimpang Kunyit)
- Abri Folium (Daun Saga)
- Calami Rhizoma ( Dringo)
- Guazumae Folium (Daun Jatilanda)
- Languatis Rhizoma (Rimpang Lengkuas)
- Parkiae Semen (Biji Kedawung)
- Phyllanthi Herba (Herba Meniran)
- Usneae Thallus ( Kayu angin)
- Sappan Lignum (Kayu Secang)
- Orthosiphonis Folium (Daun Kumis Kucing)
- Andrographis Folium (Daun Sambiloto)
- Tinosporae Caulis (Batang Brotowali)
- Amomi Fructus (Buah Kapulaga)
- Piper relrofractum fructus (buah cabe jawa)
- Morinda citrifolia fructus (buah mengkudu)
- Foeniculum vulgare fructus (buah adas)
- Parameria barbata lignum (kayu rapat)
- Alstonis scholaris korteks (kulit batang pule)
Alat Yang digunakan :
- Kaca pembesar (loup)
- Pensil
- Kertas Gambar
C. CARA PEMERIKSAAN
Ambil sedikit contoh yang dapat mewakili (representatif) simplisia yang akan diperiksa.
Deskripsikan wujudnya secara umum, dan sebutkan ciri-ciri khas / spesifik yang mungkin dimiliki.
Lakukan uji secara organoleptis (warna, bau, dan rasa), jika perlu haksel dapat dirobek, dipatahkan
atau dirernuk.
D. TUGAS
1. Gambarlah contoh simplisia yang telah anda periksa sehingga anda dapat mengingatnya.
2. Sebutkan tanaman asal dari simplisia yang anda periksa beserta khasiatnya dalarn
pengobatan.
UNIT 2
MINYAK ATSIRI
Minyak atsiri merupakan senyawa minyak yang berasal dari bahan tumbuhan dengan beberapa
sifat, antara lain : sangat mudah menguap apabila dibiarkan pada udara terbuka, memiliki bau khas
seperti pada tumbuhan aslinya, umumnya tidak berwarna tetapi semakin lama menjadi gelap karena
mengalami oksidasi dan pendamaran. Karena sifatnya yang mudah menguap, minyak atsiri sering
pula disebut sebagai minyak menguap (volatile oil) atau minyak eteris.
Di dalam tumbuhan, minyak atsiri terutama terdistribusi pada daun dan bunga. Berdasarkan
kategori familianya, minyak atsiri terakumulasi pada bagian khusus, misalnya pada trikoma glanduler
(Lamiaceae), pada sel parenkim yang termodifikasi (Piperaceae), pada sel minyak / vittae (Apiaceae),
pada kelenjar minyak (Rutaceae, Pinaceae). Pada tumbuhan dengan familia Coniferaceae, minyak atsiri
terdapat hampir pada seluruh jaringan. Pada familia Rosaceae minyak atsiri terutama terdapat pada petala
bunga, sedangkan pada tumbuhan genus Cinnamon minyak atsiri terdapat pada batang dan juga daun.
Pada familia tumbuhan yang lain, minyak atsiri mungkin terakumulasi pada tempat-tempat tertentu yang
berlainan.
Minyak atsiri dapat terjadi langsung dari aktivitas protoplasma, dekomposisi lapisan resigen
dinding sel atau dari hidrolisis senyawa tertentu. Komposisi minyak atsiri sangat beragam dan terdiri dari
beberapa komponen yang sangat kompleks.
Komponen minyak atsiri dapat berupa :
1. Hidrokarbon
Monoterpena (C10H16) terdapat dalam hampir semua minyak atsiri. Seskuiterpena (C20H32)
terdapat dalam banyak minyak atsiri. Diterpena (C20H32) hanya terdapat pada beberapa minyak
atsiri. Terpena merupakan komponen utama minyak atsiri, misalnya : Fellandren (Piperis nigri
Fructus) dan Kadinen (Piper cubebae Fructus)
2. Alkohol
Terdapat dalam berbagai bentuk, misalnya alkohol alifatik, asiklik, dan dapat pula dalarn
bentuk esternya. misalnya : menthol (Oleum Menthae piperitae) dan d-borneol (Oleum
Cardamomi).
3. Aldehida
Terdapat dalam minyak atsiri dalam bentuk alifatik, asiklik, heterosiklik dan aromatik.
Contoh : Sinamil aldehida, (Oleum Cinnamomi).
4. Keton
Terdapat dalarn minyak atsiri dalam bentuk alifatik, asiklik, heterosiklik dan aromatik.
Contoh : Carvon (Oleum Sinapis dan Oleum Menthae piperitae)
5. Fenol
Bersifat sebagai antiseptik, misalnya : Eugenol (Oleum Carryophylli) dan timol
(thymi herba)
6. Eter fenolat
Anetol (Oleum Anisi) dan Safrol (Oleum Sassafras) metoksi safrol atau miristin (Oleum
Myristicae).
7. Oksida Sineol atau Eukaliptol
Oleurn Eucalypti dan Oleum Cayuputi.
8. Lain-lain
Asam, ester, turunan furan, lakton dan lain-lain
Meskipun minyak atsiri memiliki keragaman kimiawi yang cukup besar, namun sifat-sifat fisiknya
satusama lain sangat mirip, yaitu bau khas, indeks refraksi yang tinggi, umumnya bersifat optis aktif
dan nilai rotasi yang spesifik, tidak larut dalam air tetapi larut dalam eter, alkohol dan kebanyakan
pelarut organik. Sifat-sifat minyak atsiri tersebut perlu diketahui dan dipahami dengan benar
karena sangat penting untuk analisis minyak atsiri dan menganalisis adanya pemalsuan dalam suatu
sediaan.
PERCOBAAN IV
PEMERIKSAAN MINYAK ATSIRI
A. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan praktikum ini, mahasiswa diharapkan mengetahui sifat-sifat minyak
atisir dan dapat melakukan cara - cara untuk mengidentifikasi bahan alami nabati yang
mengandung minyak atsiri baik secara organoleptik, mikroskopi, maupun kimiawi.
B. BAHAN UJI
Bahan yang diperiksa :
Minyak cengkeh ( Oleum Caryophilli)
Minyak mentha (Oleum Menthae piperitae)
Minyak kayu manis (Oleum Cinnamomi)
Minyak kayu putih (Cajuputi oil)
Oleum Anisi
Minyak goreng (coconut oil)
Minyak jagung (corn oil)
Minyak kedelai
C. PEREAKSI DAN ALAT
Bahan yang digunakan :
Larutan Ferri klorida
Natrium klorida jenuh
Petroleum eter
Kloroform
Etanol
Natrium nitrit
Fenilhidrazin hidroklorida
Asam asetat glacial
Natrium hidroksida
Alat yang digunakan :
Gelas obyek
Mikroskop
Gelas penutup
Tabung reaksi besar
D. CARA KERJA
a) Identifikasi minyak atsiri secara umum
Teteskan satu tetes minyak atsiri pada permukaan air, maka minyak atsiri akan
menyebar dan air tidak akan menjadi keruh. Bandingkan dengan minyak lemak.
Teteskan satu tetes minyak atsiri pada sepotong kertas saring. Bila dibiarkan, maka
minyak atsiri akan menguap dengan sempurna tanpa meninggalkan noda transparan.
Banfingkan dengan minyak lemak.
Kocoklah 1 ml minyak atsiri dengan 1 ml larutan natrium klorida jenuh dalam tabung
reaksi, biarkan memisah kembali. Volume lapisan air tidak boleli bertambah.
Ukurlah kelarutan minyak atsiri dalam etanol, petroleum eter, dan kloroform. Hitung
berapa tetes pelarut yang diperlukan untuk melarutkan dengan sempurna satu tetes
minyak atsiri.
Deteksi adanya senyawa fenol dalam minyak atsiri. Cara : ke dalam 2 rnl larutan minyak
atsiri (25% dalam etanol 95% netral) tambahkan setetes larutan Ferri klorida. Amati
warna yang terjadi.
Deteksi terjadinya reduksi volume minyak atsiri yang mengandung fenol dan turunannya.
Cara : ke dalam 2 ml minyak atsiri, tambahkan larutan Natrium hidroksida. Kocok
pelan-pelan dan amati apakah terjadi reduksi volume.
b) Identifikasi komponen Khusus dalam Minyak atsiri
1) Uji Osazon untuk Oleum Cinnamomi.
Sari 50 mg Cinnamomi Cortex dengan 1 ml kloroform.
Sari dibiarkan mengering di atas gelas obyek, kemudian dicampur dengan 2 tetes
larutan fenilhidrazin hidroklorida dalam air. Amati kristal yang terbentuk di bawah
mikroskop.
2) Uji terhadap adanya eugenol dalam Oleum Caryophylli.
Setetes minyak diteteskan masing-masing pada dua buah gelas obyek. Pada salah satu
gelas obyek ditambahkan setetes larutan natrium hidroksida 3% dijenuhi dengan
kalium bromida. Amati kristal natrium eugenolat yang terbentuk di bawah mikroskop.
Pada gelas obyek yang lain ditambah 2 tetes larutan besi (III) klorida, amati warna
yang terjadi.
3) Uji perbedaan Cubeba Fructus dan Piperis nigri Fructus.
Teteskan setetes asam sulfat pekat pada serbuk Cubeba
Fructus dan Piperis nigri Fructus pada gelas obyek. Amati warna yang terjadi dengan
latar belakang putih.
4) Uji adanya Felandren.
Kocoklah 100 mg serbuk Piperis nigri Fructus dalam 5 ml petroleum eter, saring.
Filtrat di campur dengan 5 ml natrium nitrit (dibuat dan 5 g natrium nitrit dalam 8 ml
air), kemudian tambahkan 5 ml asam asetat glacial sedikit demi sedikit. Tunggu
selama 10 menit sampai terbentuk kristal. Amati kristal yang terbentuk di bawah
mikroskop.
E. TUGAS
1. Jelaskan perbedaan antara minyak atsiri dan minyak lemak?
2. Sebutkan metode untuk memperoleh minyak atsiri?
3. Sebutkan kegunaan minyak atsiri?
PERCOBAAN V
PEMERIKSAAN MINYAK ATSIRI SECARA KROMATOGRAFI
A. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan praktikum ini mahasiswa diharapkan dapat melakukan pemeriksaan
minyak atsiri dengan metoda kromatografi lapis tipis dan ~nampu mengidentifikasi
komponen yang terdapat dalam minyak atsiri yang diperiksa.
B. BAHAN UJI
Bahan yang diperiksa :
Oleum menthae piperitae
Oleum caryophyli
Oleurn anisi
Oleum cayuputi
C. BAHAN DAN ALAT
Bahan dan alat yang digunakan :
Fase diam : Silika Gel GF 254
Fase gerak : Heksana : Etil asetat (96 :4)
Bejana kromatografi
Pipa kapiler
Alat semprot untuk deteksi
Lampu UV254
D. CARA KERJA
1. Jenuhkan bejana krornatografi dengan larutan fase gerak yang akan digunakan dengan
menggunakan sehelai kertas saring. Jangan membuka bejana kromatografi selama
penjenuhan berlangsung.
2. Buatlah larutan minyak atsiri 1 % dalarn toluene.
3. Buatlah larutan pembanding timol 0,1 % dalam toluene.
4. Totolkan larutan percobaan dan larutan pembanding masing- masing sebanyak 5 µl pada fase
diam silika gel GF254 dengan menggunakan pipa kapiler. Buatlah totolan sekecil mungkin dengan
jalan menotolkan larutan sedikit demi sedikit. Jarak antara totolan yang satu dengan yang lain
minimal 1 cm.
5. Masukkan fase diam silika gel yang sudah ditotoli dengan larutan percobaan dan larutan
pembanding ke dalam bejana kromatografi yang telah dijenuhkan dengan fase gerak, tunggu
sampai fase gerak mencapai jarak yang sudah ditentukan.
6. Angkat fase diam dari bejana kromatografi, keringkan dengan pemanasan pada suhu 105° C
selama 5 menit. Amati warna bercak yang terjadi di bawah lampu UV. catat warna masing-
masing bercak.
7. Semprot bercak pada fase diam dengan pereaksi penampak bercak vanillin-asam sulfat atau
anisaldehida asam sulfat. Keringkan dengan pemanasan pada suhu 105° C selama 5 menit. Amati
warna bercak yang terjadi di bawah lampu UV.
8. Gambar kromatogram yang telah didapat pada kertas gambar.
9. Hitung harga Rf masing-masing bercak, Tentukan kemungkinan komponen untuk masing-
masing minyak atsiri yang diperiksa berdasarkan harga Rf yang diperoleh
UNIT 3
MINYAK LEMAK, LEMAK DAN LILIN
Minyak lemak, lemak dan lilin dikelompokkan dalam kelompok yang sama karena
memiliki kesamaan komposisi kimia. Semuanya merupakan ester asam lemak yang memiliki bobot
molekul yang tinggi dan memiliki rantai karbon yang panjang baik yang jenuh maupun yang tak
jenuh.
Minyak lemak dan lemak menghasilkan gliserol bila disabunkan (reaksi saponifikasi),
sedangkan lilin tidak dapat tersabunkan. Lilin merupakan alkohol rantai panjang sehingga tidak
larut dalam air. Pada tanaman, lilin terdapat pada dinding luar lapisan epidermis, biasanya pada
buah dan daun. Minyak lemak dan lemak diperoleh dari tumbuhan maupun hewan. Pemisahan
kedua bahan tersebut dapat dilakukan dengan pemerasan secara dingin maupun dengan
pemanasan.
Perbedaan yang nyata antara minyak lemak dengan lemak adalah bahwa minyak lemak berbentuk
cair pada suhu kamar, sedangkan lemak berbentuk padat. Lilin memiliki kepadatan yang lebih besar
daripada lemak dan bersifat rapuh, hal ini antara lain karena lilin merupakan hidrokarbon rantai
panjang.
Contoh bahan-bahan yang tergolong minyak lemak, lemak dan lilin yang banyak digunakan
di bidang farmasi adalah :
Minyak lemak = Oleum sesami, oleum lini, oleum cocos
Lemak = Oleum cacao, adeps lanae
Lilin = Cera alba, cera flava, cetaceum
PERCOBAAN VI
IDENTIFIKASI MINYAK LEMAK, LEMAK, DAN LILIN
A. TUJUAN PERCOBAAN
Mahasiswa diharapkan mampu mengidentifikasi minyak lemak, lemak dan lilin, secara
fisika dan kimia terutama untuk minyak lemak, lemak, dan lilin yang sering digunakan
dalam bidang farmasi.
B. BAHAN UJI
1. Minyak kelapa (Oleum Cocos)
2. Minyak jagung (Oleum Maydis)
3. Minyak kacang (Oleum Arachidis)
4. Minyak biji kapas (Oleum Gossipol)
5. Kacang tanah
6. Kemiri
C. PEREAKSI DAN ALAT
Pereaksi Yang digunakan :
Eter
Petroleum eter
Kloroform
Etanol
Aquadest
HCl 2N
NaOH 2N
KCI 2%
Air Sabun
Raksa(II)Klorida
Iodium
Kalium hidrogen sulfat
Alat yang digunakan :
Tabung Reaksi
Pipet tetes
Lampu spiritus
Penangas air
D. CARA KERJA
1. Uji Noda Lemak
Teteskan minyak lemak pada kertas saring, biarkan mengering. Amati noda lemak
yang jernih dan transparan. Untuk bahan nabati, lakukan penyarian dengan eter,
kemudian teteskan sari eter pada kertas saring. Amati noda lemak yang jernih.
2. Uji Kelarutan
Ambillah satu tetes minyak dan tambahkan salah satu pelarut bertetes-tetes sampai tepat
larut. Catat berapa tetes pelarut yang digunakan.
3. Uji Pembentukan Emulsi
Kocok satu tetes minyak kelapa dalam tabung reaksi dengan 5 ml air. Amati apa yang
terjadi. Ulangi percobaan tersebut dengan penambahan sedikit air sabun.
4. Pembentukan Sabun
Didihkan 1 ml minyak lemak dalam 2 ml larutan Natrium hidroksida 2N, tambahkan 3
ml air. Amati apa yang terjadi. Bagi larutan menjadi 3 bagian. Netralkan satu bagian
larutan dengan HCl 2N, satu bagian yang lain ditambah dengan kalium klorida, dan
sisanya ditambah dengan magnesium sulfat. Amati apa yang terjadi.
5. Uji Ketidakjenuhan
Siapkan 2 buah tabung reaksi. Masukkan ke dalam masing - masing tabung 0,2 ml minyak
beserta pasangannya (misalnya minyak jagung dengan minyak kelapa), tambahkan 10 ml
kloroform, lalu tambahkan pereaksi Hubl sampai warna iodium dalam iodoform tetap,
yaitu ungu. Catat volume pereaksi Hubl yang digunakan. Kesimpulan apa yang dapat anda
ambil !
6. Uji Khusus Minyak Biji Kapas
Minyak biji kapas sering digunakan untuk memalsu minyak lemak maupun sebagai
campuran dalam minyak atsiri. Minyak biji kapas mengandung gosipol (senyawa
fenolat). Lakukan uji fenol dengan larutan besi (III) Klorida terhadap minyak biji kapas, amati
warna yang terjadi.
PERCOBAAN VII
PEMERIKSAAN MINYAK LEMAK DENGAN METODE KLT
A. TUJUAN PERCOBAAN
Mahasiswa diharapkan mampu melakukan pemeriksaan / uji kualitatif minyak lemak
dengan metode kromatografi lapis tipis, terutama untuk minyak lemak yang sering
digunakan dalam sediaan farmasi.
B. BAHAN UJI
Minyak kelapa
Minyak jagung
Minyak kacang tanah
Minyak zaitun
Kacang tanah
Kemiri
C. BAHAN DAN ALAT
Bahan yang digunakan :
Fase diam : Lempeng silika gel G, diaktifkan pada suhu 110°C selama 30-45 menit, lalu
didinginkan. Celupkan dalam larutan paraffin cair 6% (v/v) dalam petroleum eter pada suhu
40-60°C sampai naik 15 cm, biarkan petroleum eternya menguap.
Fase gerak : Asam asetat glasial p.a.
Reagen penampak bercak
Uap iodium kemudian disemprot dengan larutan amilum 4%
Pereaksi semprot asam fosfomolibdat.
Alat yang digunakan :
Bejana kromatografi
Pipa kapiler
Beker glass
Lampu UV
D. CARA KERJA
1. Pembuatan larutan cuplikan
Bahan nabati, dilakukan penyarian dengan mengocok biji yang dilumatkan dengan 1 ml
kloroform selama 6 menit. Minyak lemak atau lemak dibuat larutan 1 % dalam kloroform.
2. Totolkan masing-masing cuplikan yang akan diperiksa pada lempeng silika sebanyak 5
µl unrtuk larutan cuplikan dari bahan nabati dan 1 µl untuk larutan cuplikan minyak lemak.
3. Totolkan larutan pembanding (jika ada) sebanyak 1 ul. Sebagai larutan pembanding dapat
digunakan larutan asam stearat, asam palmitat atau asam oleat 1% dalam kloroform.
4. Lakukan KLT dengan metode menaik, satu arah dengan jarak rambat 14 cm.
5. Deteksi lempeng silika gel G yang telah selesai dielusi dengan pereaksi penampak bercak
setelah sebelumnya dikeringkan pada suhu 105°C selama 5 menit. Amati bercak yang
terbentuk di bawah sinar tampak dan di bawah sinar UV.
6. Hitung harga hRf dan hRx (jika ada pembanding) untuk setiap bercak yang terdeteksi.
Gambarlah kromatogram yang didapat pada kertas gambar
E. PERTANYAAN
1. Sebutkan jenis-jenis minyak lemak!
2. Dari kromatogram yang anda dapatkan, kesimpulan apa yang dapat anda ambil!
UNIT 4
GLIKOSIDA
Glikosida adalah suatu senyawa apabila terhidrolisa akan menghasilkan gugus aglikon
(genin) dan molekul gula (glikon). Bagian gula yang terdapat pada glikosida dapat berupa gula
yang tidak spesifik (misalnya glukosa) atau gula yang spesifik (misalnya digitoksosa, sarmentosa).
Molekul gula yang sering terdapat pada glikosida lazimnya adalah β-D-glukosa, tetapi
kadang-kadang ditemukan juga gula jenis lain yaitu ramnosa, digitoksosa, simarosa dan lain-lain.
Bila ikatan glikosidik terjadi dengan molekul glukosa maka disebut glukosida, sedangkan bila
berikatan dengan gula yang lain (bukan glukosa) disebut glikosida.
Dari segi biologi, ada senyawa glikosida yang menunjukkan beberapa macam aktivitas
biologik, misalnyya sebagai zat pengatur tumbuh, protektif, fungisida, memacu atau
menghambat kerja enzim dan sebagainya.
Beberapa glikosida yang menunjukkan aktivitas biologik yang spesifik pada manusia antara
lain
1. Mempengaruhi kerja otot jantung. Sebagai contoh yaitu glikosida yang terdapat pada daun
digitalis.
2. Bersifat sebagai laksatif (pencahar), misalnya pada glikosida emodina dan antrakinon
yang terkandung dalam Senae Folium, Rhei Radix, Rhamni frangulae Cortex.
3. Bersifat sebagai lokal iritan, seperti pada glikosida Sinigrin yang terkandung dalam
Sinapis Semen (Black Mustard), jika terhidrolisis secara enzimatik akan menghasilkan alil-
isotiosianat yang bersifat sebagai lokal iritan.
4. Bersifat sebagai analgetikum, seperti pada Gaulterin dari tumbuhan Gaultheria sp. yang
pada hidrolisis secara enzimatik akan menghasilkan metil salisilat yang bersifat sebagai
analgetikum.
Glikosida pada umumnya larut dalam air, sedangkan aglikonnya tidak larut dalam air. Oleh karena itu
cara ekstraksinya akan berbeda. Berdasarkan jenis aglikonnya, glikosida dikelompokkan menjadi :
1. Glikosida Antrakinon; Senyawa ini bersifat purgatif, mempunyai gugus fenolik pada posisi atom
C-1 dan C-8, serta gugus keto pada posisi C-9 dan C-10. Kadang-kadang pada atom C-3 terdapat
gugus metil , oksimetil atau karboksil, atau pada atom C-6 terdapat gugus hidroksi dan metoksi.
Contoh glikosida antrakinon misalnya : Emodin (dalam Rhei Radix, Rhamni frangulae/ Rhamni
purshianae Cortex), Aloe emodin (dalam Aloe Folium) Sennoside A dan Sennoside B (dalam
Sennae Folium).
2. Glikosida Saponin; Senyawa ini terdiri dari turunan triterpen dengan sejumlah kecil steroid
(saponin steroid, sapogenin steroid). Kelompok gula yang terikat pada gugus hidroksil
tunggal (umumnya atom C-3 hidroksi) dari aglikon, disebut sebagai saponin monodesmosida,
sedangkan gula yang terikat lebih dari satu biasanya pada gugus hidroksi dan gugus karboksil,
disebut sebagai saponin bis-dismosida. Kebanyakan saponin mempunyai sistem cincin Oleanan,
banyak diantaranya bersifat asam karena adanya gugus karboksil, baik pada aglikon maupun
pada lingkungan gulanya. Jenis gula yang lazim terikat pada saponin adalah umumnya
unit 1-6 monosakarida, seperti glukosa, galaktosa, ramnosa, arabinosa, fruktosa, xilosa, asam
glukoronat, dan asam galaktoronat. Seluruh saponin triterpen dan kelompok saponin
monodesmosida mempunyai aktivitas menghemolisis darah, sedangkan saponin bis-desmosida
tidak. Contoh-contoh saponin antara lain : Giycirhizin (pada Liquiritae Radix) Sarsapogenin
(pada Smilax Radix) Diosgenin (pada Dioscorea bulbus), Sarmentogenin (pada Strophantus
semen).
3. Glikosida Flavonoid; Misalnya Rutin (pada Citrus Fructi Cortex), Luteolin-7-0-glukosida (pada
Sonchi Herba) Liquiritine (pada Liquiritae Radix).
4. Glikosida Jantung; Senyawa ini mengandung glikosida steroid dengan efek spesifik, yaitu
mempengaruhi irama pergerakan kerja jantung. Steroid ini strukturnya merupakan turunan sistem
cincin tetrasiklik, yaitu 10'-13 dimetilsiklo pentano perhidro phenantrena, yang mempunyai
lingkaran γ - lakton disebut Kardenolida, sedangkan yang mempunyai lingkaran δ - lakton
disebut Bufadienolida, keduanya terletak pada posisi atom C-17. Contoh glikosida jantung
yaitu Digitoksin (pada Digitalis Folium), Oleandrin (pada Nerii Folium), Strophantoside
(pada Strophantii semen).
5. Glikosida Sianogenin; Pada umumnya deteksi glikosida sianogen didasarkan pada keberadaan
gas HCN yang dibebaskan oleh hasil hidrolisis glikosida sianogen baik secara kimiawi maupun
enzim endogen dalam sistem tertutup. Glikosida sianogenik dapat di isolasi dan dimurnikan
dengan cara umum yang digunakan untuk glikosida tumbuhan lain, namun selama proses isolasi
penting untuk menonaktifkan enzim glikosidase yang ada bersama dalam jaringan tumbuhan.
Glikosida sianogen ini antara lain terdapat sebagai Laurocerasin (pada Laurocerasii Folium),
amigdalin (pada Amigdalae Semen), Prunasin (dalam Prunus sp.), juga terdapat dalam kubis
(Brassica oleraceae), sawi (Brassica nigra).
6. Glikosida alil-isotiosianat; Senyawa ini selalu .berada dalam bentuk glukosinolate (S-
glukosinolat). Apabila sel tanaman dirusak atau jaringan tumbuhan didestilasi uap, naka senyawa
tersebut akan dipecah atau diuraikan oleh enzim myrosine (β-thioglikosidase). Contoh senyawa
ini antara lain : Sinigrin (dalam Sinigris Semen) juga terdapat Allii sativi bulbus, Sinapis Nigri
Semen, Sinapis Albi Semen.
7. Glikosida Fenolat; Misalnya Arbutin (pada Ovae ursi Folium). Umumnya berbentuk
hidrokinon β-O-glukosida yang berada bersama-sama dengan metilarbutin dan sejumlah
kecil 2-O- galoilarbutin, 6-O-asetilarbutin dan hidrokinon bebas.
8. Glikosida alkohol; Misalnya Salisin (pada Salix purpurea)
9. Glikosida aldehida; Misalnya glukovanilin (pada Vanilla planifolia)
10. Glikosida lakton; Misalnya glikosida kumarin (dalam Anthoxantum odoratum,
Melliatus albus, Trifolium pratense), glikosida Psoralen (pada Ammi majus).
PERCOBAAN VIII
IDENTIFIKASI GLIKOSIDA JANTUNG
A. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah selesai praktikum mahasiswa diharapkan mengetahui dan mampu melakukan
identifikasi glikosida jantung dari suatu bahan.
B. BAHAN UJI
Serbuk Digitalis Folium
Serbuk Nerii Folium
C. ALAT DAN BAHAN
Alat :
Tabung reaksi
Kapas
Penangas air
Pipet tetes
Bahan :
Alkohol 70%
Larutan Pb asetat
Natrium sulfat
Kloroform
Asam asetat glacial
FeCl3 3,5%
Asam sulfat pekat
Pereaksi Baljet
Pereaksi Legal
Etil asetat
Metanol
Vanilin-asam sulfat
Lempeng silika
D. CARA KERJA
1. Penyiapan cuplikan
Sebanyak 10 gram (kurang lebih seujung batang pengaduk) bahan yang akan diperiksa
dimaserasi selama 1 jam menggunakan penyari alkohol 70%. Setelah maserasi selesai, saring
dan filtratnya ditambah larutan Pb asetat pekat sampai pengendapan terjadi sempurna.
Pisahkan endapan melalui pemusingan, dan supernatan yang jernih ditambah dengan larutan
natrium sulfat 6,3%. Apabila terjadi endapan, pusingkan lagi dan supernatan yang
jernih diambil. Supernatan yang didapat kemudian disari dengan kloroform sebanyak 2 kali
masing-masing dengan 15 ml, sari yang didapat kemudian dipekatkan sampai tinggal 5 ml.
2. Uji Keller-Kiliani
Ke dalam sebuah tabung, 1-2 ml sari kloroform dilarutkan dengan 3 ml larutan FeCl3 3,5%
dalam asam asetat glasial, biarkan selama 1 menit. Kemudian secara hati-hati
ditambahkan asam sulfat pekat melalui dinding tabung sampai terjadi dua lapisan yang
berwarna. Pada pertemuan dua lapisan terjadi warna coklat, sementara cairan bagian atas
menunjukkan warna hijau.
3. Uji dengan Pereaksi Baljet
Ambil sari kloroform secukupnya, encerkan dengan methanol 3-5 kali lipat volume asal,
kemudian tambahkan pereaksi Baljet. Terjadinya perubahan warna larutan setelah beberapa
menit menjadi jingga menunjukkan adanya glikosida dengan aglikon kardenolida.
4. Uji dengan Pereaksi Legal
Ambil sari kloroform secukupnya, encerkan dengan methanol 3-5 kali lipat volume asal,
kemudian tambahkan perekasi Legal. Terjadinya perubahan warna larutan setelah beberapa
menit menjadi merah jingga menunjukkan adanya glikosida dengan aglikon kardenolida.
5. Uji dengan Pereaksi Raymond
Ambil sari kloroform secukupnya, encerkan dengan methanol 3-5 kali lipat volume asal,
kemudian tambahkan pereaksi Raymond. Terjadinya warna ungu setelah beberapa menit
menunjukkan adanya glikosida dengan aglikon Kardenolida.
6. Identifikasi Glikosida Jantung dengan Metode KLT
Lakukan pemeriksaan glikosida jantung dengan metode KLT dengan mengunakan :
Fase diam : Silika Gel GF254
Fase gerak : Etil asetat : Metanol : air ( 100 : 13,5 : 10)
Deteksi : Pereaksi SbCl3 dipanaskan 110°C, diamati dibawah sinar UV.
Cuplikan : 1 g bahan dilarutkan dalam 10 ml campuran kloroform : metanol (1:1) v/v,
aduk sambil dihangatkan di atas penangas air selama 10 menit. Dinginkan dan
saring, filtrate diuapkan sampai kering. Residu dilarutkan dalam 2 ml campuran
kloroform : methanol (1:1) v/v untuk ditotolkan
PERCOBAAN IX
IDENTIFIKASI GLIKOSIDA FLAVONOID
A. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah praktikum diharapkan mahasiswa dapat melakukan identifikasi glikosida
flavonoid dalam suatu sediaan simplisia.
B. BAHAN UJI
serbuk Sonchii Folium
serbuk Orthosiphonis Folium
serbuk Datura Folium
Serbuk Elepanthopi Folium
Serbuk Andrographis Folium
C. ALAT DAN BAHAN
Alat :
Tabung reaksi
Corong
Beker glass
Pipet tetes
Kertas saring
Lempeng silica untuk KLT
Bejana kromatografi
Bahan :
Methanol - Asam borat
Etanol 95% - Asam oksalat
Logam Zn - Asam sitrat
HCl 2 N - Larutan FeCl3 2%
HCl pekat - Larutan Pb asetat 25% dalam air
Aseton - NaOH 0,2 N
D. CARA KERJA
1. Pembuatan Larutan Percobaan
0,5 gram serbuk disari dengan 10 ml metanol selama 10 menit di atas penangas air, dicegah
agar pelarut tidak banyak menguap, saring selagi pelarut masih panas dengan menggunakan
kertas saring kecil berlipat. Encerkan filtrat dengan 10 ml air dan dipindah ke corong pisah,
tambahkan 5 ml petroleum eter, kocok hati-hati. Setelah didiamkan beberapa saat,
pisahkan fase metanol. Uapkan fase metanol hingga kering, dan residu yang tersisa
dilarutkan dalam 5 ml etil asetat. Ambil bagian yang jernih untuk larutan percobaan
2. Uji glikosida 3- flavonol
Ambil larutan percobaan sebanyak kira-kira 1 ml, uapkan hingga kering, sisa
dilarutkan dalam 2 ml etanol 95%, dan tambahkan logam Zn, 2 ml HCl 2N, diamkan
selama 1 menit. Kemudian tambahkan HCI pekat, jika dalam waktu 2 sampai 5 menit terjadi
perubahan warna, menunjukkan adanya glikosida 3-flavonol.
3. Uji shinoda
Ambil larutan percobaan sebanyak kira-kira 1 ml, uapkan hingga kering dan sisa
dilarutkan kembali dalam 1 ml etanol 95%. Selanjutnya ditambahkan logam magnesium
dan 10 ml HCl pekat. Jika terjadi perubahan warna merah sampai merah ungu, menunjukkan
adanya flavonoid, sedangkan jika terjadi warna kuning jingga, menunjukkan adanya flavon,
kalkon, dan auron.
4. Reaksi Taubeck tint uk.flavonoid
Ambil larutan percobaan sebanyak kira-kira 1 ml, uapkan hingga kering dan sisanya
dibasahi dengan aseton, tambahkan sedikit serbuk asam borat dan asam oksalat. Panaskan
hati-hati di atas penangas air, hindari panas yang berlebihan. Ke dalam sisa ini ditambahkan
eter. Pengamatan dilakukan di bawah sinar UV366. Akan terjadi warna kuning jika terdapat
flavonoid
5. Reaksi Wilson untuk flavonoid
Ambil larutan percobaan sebanyak kira-kira 1 ml, uapkan hingga kering dan sisanya
dibasahi dengan aseton. Tambahkan sedikit serbuk asam borat dan asam sitrat. Panaskan
hati-hati di atas penangas air, hindari panas yang berlebihan. Ke dalam sisa di tambahkan
aseton. Adanva flavonoid akan ditunjukkan dengan terjadinya warna kuning namun tidak
berfluoresensi.
6. Reaksi lain untuk flavonoid
Uapkan sebanyak kira-kira 1 ml larutan percobaan hingga kering, larutkan sisanya
dalam 2 ml etanol 95%. Lakukan reaksi warna atau pengendapan dengan pereaksi berikut,
dan amati warna atau endapan yang terjadi :
Larutan FeCl3 2% dalam air
Larutan Pb asetat 25% dalam air
Larutan NaOH 0,2N
7. Identifikasi glikosida flavonoid dengan kromatografi Lapis tipis
Fase diam : Silika gel GF254
Fase gerak : Etil asetat : asam formiat : air (10:2:3) v/v
Deteksi : Dilihat di bawah sinar UV sebelum dan sesudah diuapi ammonia
Cuplikan : 1 gram serbuk bahan disari dengan 10 ml metanol hangat selama 5
menit. Dinginkan dan saring, kemudian langsung ditotolkan.
Cuplikan : 1 gram serbuk bahan disari dengan 10 ml metanol hangat selama 5
menit. Dinginkan dan saring, kemudian langsung ditotolkan.
UNIT 5
ALKALOIDA
Alkaloida adalah senyawa yang mempunyai gusus dengan atom nitrogen, kebanyakan
bersifat basa, biasanya terdapat dalam tumbuhan dan umumnya mempunyai aksi farmakologis
tertentu.
Alkaloida hanya terdapat pada tumbuhan dengan familia tertentu, di antaranya : Rubiaceae,
Leguminosae, Pavaperaceae, Ranunculaceae, dan Solanaceae.
Berdasarkan struktur kimianya, alkaloid dapat digolongkan sebagai :
1. Alkaloida golongan Piridina; Misalnya Arecolin (pada Areca catechu), Nikotin (pada Nicotiana
tabacum).
2. Alkaloida golongan Tropane; Misalnya Hyosciamina, Scopolamina (Atropa
belladonna, Hyosciamus niger, Daturastramonium).
3. Alkaloida golongan Quinoli; Misalnya kinina, kinidina (Chincona succirubra).
4. Alkaloida golongan Isoquinolina; Misalnya Hydrastin (Hydrastis canadensis), Emetin
(Cephaelis ipecacuanhae), Morfin dan Codein (Pavaper somniferum).
5. Alkaloida golongan Indol; Misalnya Ergotamin (Secale cornutum), Strichnina dan
Brussina (Stryhnos nux vomica), Reserpin (Rauwolvia serpentina).
6. Alkaloida golongan Amina; Misalnya Ephedrin (Ephedra sinica), Colchicin (Colchicum
autumnale).
7. Alkaloida golongan Steroida; Acanitin (pada Aconitum napellus).
8. Alkaloida golongan Purine; Misalnya Coffein (Cola nitida, Camelia sinensis) Theofilin
(Camelia sinensis), Theobromina (Theobroma cacao).
Untuk reaksi identifikasi alkaloida dapat dilakukan dengan cara :
a. Reaksi pengendapan
b. Reaksi warna
Sebelum dilakukan reaksi tersebut, diadakan pemisahan / isolasi yang antara lain dapat
dilakukan dengan cara :
- Penyekatan dengan pelarut organik
- Penyekatan air-asam
- Mikrosublimasi
PERCOBAAN X
IDENTIFIKASI UMUM ALKALOID
A. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah selesai praktikum diharapkan mahasiswa dapat melakukan identifikasi umum untuk
alkaloid dalam tumbuhan.
B. BAHAN UJI
- Serbuk biji kopi
- Serbuk daun the
- Serbuk coklat
- Serbuk tembakau
- Serbuk pala
- Serbuk kayu manis
C. ALAT DAN BAHAN PEREAKSI
Alat :
- Tabung reaksi
- Beker glass
- Penangas air
- Corong
- Kapas
- Pipet tetes
Bahan Pereaksi
- Pereaksi alkaloid golongan I, II, III, dan IV.
- HCl 2N
- Eter
- Kloroform
D. CARA KERJA
1. Reaksi Pengendapan
a. Pembuatan larutan percobaan
Kurang lebih 500 mg serbuk simplisia, ditambah 1 ml HCI 2N dan 9ml air,
dipanaskan di atas penangas air selama 2 menit, dinginkan dan saring.
b. Reaksi Pengendapan
Ambil 3 tetes larutan percobaan, letakkan pada gelas arloji. Reaksikan dengan
pereaksi Bouchardat LP atau dengan Mayer LP. Jika tidak terjadi endapan, maka serbuk
yang diperiksa tidak mengandung alkaloid. Jika terjadi endapan, ada kemungkinan
terdapat alkaloid (dengan Bouchardat LP terjadi endapan coklat hinga hitam, dengan
Mayer LP terjadi endapan putih menggumpal yang larut dalam etanol). Jika terdapat
endapan dengan salah satu pereaksi pengendap di atas, percobaan dilanjutkan dengan
mengocok filtrat di dalam corong pisah dengan ditambahkan 3 ml amonia pekat dan 10
ml campuran 3 bagian volume eter P dan 1 bagian volume kloroform P (dikocok pelan
agar tidak terbentuk emulsi). Pisahkan lapisan pelarut organik, tambahkan natrium sulfat
anhidrat P, saring. Filtrat diuapkan di atas penangas air, sisa penguapan dilarutkan
dengan sedikit HCl 2N. Larutan percobaan digunakan untuk 4 golongan uji pengendapan.
Serbuk dikatakan mengandung alkaloid, jika reaksi yang positif membentuk endapan
sekurang-kurangnya 2 reaksi dari golongan reaksi pengendapan yang dilakukan.
2. Reaksi Warna
a. Pembuatan Larutan Percobaan
Penyarian dilakukan dengan campuran eter-kloroform seperti pada reaksi pengendapan.
Beberapa ml filtrat dipindahkan ke cawan porselen dan diuapkan.
b. Reaksi identifikasi
Lakukan reaksi identifikasi dengan menggunakan pereaksi-pereaksi warna yang
tersedia (Asam sulfat P, asam nitrat P, Frohde LP, Erdman LP).
E. Tugas
Tulislah semua hasil identifikasi yang diperoleh baik dari reaksi pengendapan maupun reaksi
warna, sajikan hasil yang diperoleh dalam bentuk tabel !
PERCOBAAN XI
IDENTIFIKASI KHUSUS UNTUK ALKALOIDA
A. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa diharapkan dapat melakukan identifikasi
khusus untuk beberapa jenis senyawa alkaloida yang banyak digunakan.
B. BAHAN UJI
Serbuk Batang kina
Serbuk Daun tembakau
Serbuk Merica
Serbuk Akar ipekak
Serbuk Biji kopi
C. BAHAN PEREAKSI DAN ALAT
Alat yang digunakan :
- Tabung reaksi
- Beker glass
- Pipet tetes
- Gelas obyek
- Mikroskop
- Corong
- Seperangkat alat KLT
Bahan Pereaksi yang digunakan :
- Asam sulfat encer
- Asam pikrat
- Arang penyerap
- Kloroform
- Amoniak
- Raksa (II) Klorida
- Asam klorida pekat
- Kadmium sulfat
D. CARA KERJA
1. Identifikasi Mikrokimiawi untuk Kinina
Maserasi sebanyak kurang lebih 200 mg serbuk Chinae Cortex dengan 20 ml air dan 2 tetes
asam sulfat encer selama 1 jam. Maserat berwarna coklat muda, disaring. Pada filtrat
ditambahkan 2 tetes asam sulfat encer, didihkan sebentar, tambahkan 50 mg arang
penyerap. Cairan akan menjadi bening, dan apabila dilihat dibawah lampu UV akan terjadi
fluoresensi biru jelas.
2. Identifikasi Mikrokimiawi untuk Nikotin
Sedikit serbuk daun Nicotiana tabacum (Tembakau). dimikrosublimasi. Sublimat yang
diperoleh yang berupa cairan kental, ditetesi dengan asam pikrat LP dan diamati bentuk
kristalnya.
3. Identifikasi mikrokimiawi untuk Piperin
Beberapa tetes sari kloroform dari serbuk Piper nigrum pada obyek glass ditambah dengan
1 tetes asam klorida pekat dan kristal kadmium sulfat. Akan terjadi kristal piperin kadmium
sulfat yang dapat dilihat dengan jelas di bawah rnikroskop.
4. Identifikasi mikrokimiawi untuk Emetin
Hasil penyarian serbuk Ipecac radix dengan kloroform amonia alkalis pada obyek glass
ditetesi dengan larutan asam pikrat 3% dalam asam klorida encer, maka akan terjadi kristal
atau masa amorf.
5. Identifikasi mikrokimiawi untuk Kofein
Sedikit serbuk kopi dimikrosublimasi. Sublimat yang diperoleh dilarutkan dalam
beberapa tetes air (bila perlu dipanaskan supaya larut), kemudian ditetesi dengan larutan
Raksa (II) klorida, diamati bentuk kristalnya. Percobaan juga dilakukan terhadap serbuk daun
teh.
6. Identifkasi Ganja (hanya untuk pengetahuan)
a. Identifikasi secira inikroskopi
Ambil sedikit serbuk yang diduga mengandung ganja, tempatkan pada gelas obyek,
tambahkan 1 - 2 tetes kloralhidrat, campur baik-baik dengan batang pengaduk.
Panaskan hati-hati diatas lampu spiritus, sampai larutan berwarna pucat. Perhatikan
jangan sampai mendidih, bila perlu dapat ditambahkan kloralhidrat lagi. Tutup gelas
obyek dengan gelas penutup sedemikian rupa, sehingga tidak ada gelembung udara.
Periksa di bawah mikroskop dengan pembesaran lemah, bila diperlukan dengan
perbesaran kuat. Amati cystolith yang terdapat pada rambut penutup, tambahkan
HCl 6 N. Perhatikan juga fragmen-fragmen yang lain. cocokkan dengan pustaka yang
ada.
b. Uji kanabinoid
- Menurut Ghamrawy (p-DAB-asam sulfat)
5 mg serbuk yang diduga mengandung ganja diektraksi dengan menggunakan 5 ml
metanol, saring dan uapkan dengan ditambah sedikit pasir sampai kering. Residu
disari dengan petroleum eter, saring, cuci berturut-turut
dengan 2 ml natriun karbonat 5%, 2 ml asam sulfat 5%, dan 2 ml air. Bila perlu dapat
ditambahkan norit untuk menghilangkan warna. Saring, uapkan flitrat di atas
penangas air. Selanjutnya pada residu tambahkan sedikit kristal p-dimetil amino
benzaldehida (pDAB) dan 3 tetes asam sulfat pekat. Identifikasi dikatakan positif
bila terjasi warna merah ungu kecoklatan.
- Menurut Beam (KOH etanolis 5%)
100 mg serbuk ganja disari dengan l ml etanol 96%. Aduk selama 5 menit, saring. Filtrat
ditambah larutan KOH 5% dalam etanol 96%. Identifikasi positif bila terjadi warna
ungu tua.
- Menurut Duquenois-Levine
500 mg serbuk ganja disari dengan 8 - 10 ml petroleum
eter. Bila yang diperiksa dalam bentuk rokok, maka sebatang rokok diperkolasi dengan
petroleum eter sama banyak. Perkolasi dilakukan dengan jalan menjepit rokok pada
bibir tabung dengan penjepit, kemudian ditetesi dengan petroleum eter. Tambahkan
2 ml perekasi Duquenois-Levine, putar tabung reaski dan amati warna yang terjadi.
Kemudian tambahkan 2 ml HC1 aduk dan biarkan 10 menit. Amati warna yang
terjadi. Akhirnya tambahkan 3 ml kloroform, gojog, biarkan terpisah menjadi 2 lapisan,
amati warna lapisan kloroform. Uji positif bila terjadi warna ungu sampai ungu
kemerahan pada lapisan kloroform.
7. Identifkasi alkaloid secara kromatogrufi lapis tipis
Lakukan uji alkaloida piperin dalam serbuk merica secara kromatografi lapis
tipis sebagai berikut :
Fase diam : Silika gel GF
Fase gerak : Toluena : Etil asetat ( 70 : 30 )
Cuplikan : 1 g serbuk disari dengan 10 ml etanol selama 10 menit (direfluks), lalu disaring.
Filtrat yang diperoleh dipekatkan sampai 3 ml.
Deteksi Diamati dibawah sinar UV, atau jika ada disemprot
dengan pereaksi vanilin-asam sulfat pekat.
PERCOBAAN XII
SKRINING FITOKINIIA
A. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa diharapkan mampu mengidentifikasi senyawa
golongan flavonoid, antrakinon, saponin, alkaloid dan senyawa golongan fenolikpolifenol
dalarn suatu bahan.
B. BAHAN UJI
Serbuk simplisia yang akan diperiksa
C. CARA KERJA
1. Pembuatan serbuk simpleks
Pengumpulan bahan simpleks (seluruh tumbuhan atau bagian tumbuhan tertentu) dilakukan
dari daerah tertentu, pada bulan tertentu, berasal dari tumbuhan tertentu yang berada
dalam masa tertentu. Bahan yang sudah dikumpulkan tersebut dicuci dengan air mengalir,
kemudian dikeringkan dengan cepat. Pengeringan dapat dilakukan dengan jalan diangin -
anginkan dalam suhu kamar, dipanaskan dalam almari pemanas yang dilengkapi dengan
kipas angin, atau dijemur dibawah sinar matahari langsung dengan ditutupi kain
hitam. Setelah simpleks kering dan mudah dihancurkan, diserbuk dengan cara digiling atau
cara lain, diayak, sehingga diperoleh serbuk simpleks yang kering yang siap untuk diteliti.
2. Uji pendahuluan
Serbuk simpleks kering dipanaskan dengan air sebanyak 10 ml selama 30 menit di atas
penangas air mendidih. Larutan yang terjadi disaring melalui kapas. Suatu larutan yang
benwarna kuning sampai merah. Menunjukkan adanya senyawa yang mengandung
kromofor (flavonoid, antrakinon, dsb.), dengan gugus hidrofilik (gugus gula, asam, fenolat,
dsb.). Pada penambahan KOH (3 tetes) warna larutan menjadi lebih intensif.
3. Identifikasi Alkaloid
Serbuk tumbuhan (2 g) dipanaskan dalam tabung reaksi besar dengan asam klorida 1%
sebanyak 10 ml selama 30 menit dalam penangas air mendidih. Suspensi disaring dengan
kapas ke dalam tabung reaski A dan tabung reaksi B sama banyak. Larutan pada tabung A
dibagi dua sama banyak, kemudian kedalam larutan dalam tabung A-1 ditambahkan
pereaksi Dragendorf sebanyak 3 tetes, dan kepada larutan dalam tabung A-2 ditambahkan
pereaksi Mayer 3 tetes. Terbentuknya endapan dengan kedua pereaksi pengendap alkaloid
tersebut menunjukkan adanya alkaloid. Adanya alkaloid dari basa-basa tersier atau kuarterner
dapat ditunjukkan dengan penambahan serbuk natrium karbonat sampai pH 8 - 9, kernudian
dicampur dengan 4 ml kloroform, aduk pelan-pelan. Setelah kloroform memisah, diambil
dengan pipet dan ditambah dengan asam asetat sampai pH 5. Aduk dan pisahkan lapisan
atas dengan pipet. Tambahkan 5 tetes pereaksi Dragendorf pada lapisan atas yang
diperoleh. Terbentuknya endapan menunjukkan adanya alkaloid dari basa kuarterner.
Kemudian lapisan bawah ditambah asam klorida 1% sebanyak 10 tetes, diaduk dan pisahkan
lapisan atas. Tambahkan 2 tetes pereaksi Dragendorf. Terbentuknya endapan menunjukkan
adanya alkaloida dari basa tersier.
4. Adentifikasi Antrakinon.
Sebanyak 300 mng serbuk simpleks dididihkan selama 2 menit dengan 10 ml KOH 0,5N dan
1 ml larutan hidrogen peroksida. Setelah dingin, suspensi disaring melalui kapas. Filtrat
sebanyak 5 ml ditambah dengan asam asetat sebanyak 10 tetes sampai pH 5 kemudian
ditambah toluena sebanyak 10 ml. Lapisan atas sebanyak 5 ml dipindahkan dengan
pipet dan dimasukkan dalam tabung reaksi, kemudian ditambah KOH 0,5N. Warna
merah yang terjadi pada lapisar air (basa) menunjukkan adanya senyawa antrakinon.
5. Identifikasi Senyawa Polifenol
Sebanyak 2 g serbuk simpleks dipanaskan dengan air sebanyak 10 ml selama l0 menit diatas
penangas air mendidih. Disaring panas-panas, setelah dingin ditambah pereaksi besi
(III) klorida febanyak 3 tetes. Terjadinya warna hijau-biru menunjukkan adanya polifenolat.
Uji diulang dengan filtrat hasil pendidihan serbuk simpleks dengan etanol 80% selama 10
menit di atas penangas air.
6. Identifikasi Tanin
Sebanyak 2 g serbuk simpleks dipanaskan dengan air sebanyak 10 ml selama 30 menit di
atas panangas air. Disaring, filtrate sebanyak 5 m1 ditambah dengan natrium klorida 2%
sebanyak 1 ml. Bila terjadi suspensi atau endapan, disaring melalui kertas saring.
Filtrat kemudian ditambah dengan larutan gelatin 1% sebanyak 5 ml. Terbentuknya
endapan menunjukkan adanya tanin atau zat samak
7. Uji kardenolida
Sebanyak 2 g serbuk simpleks diLambah 10 ml air, dipanaskan di atas penangas air
mendidih selama 30 menit. Disaring, sebanyak 2 ml filtrat yang diperoleh ditambah
dengan asam 3,5-dinitro benzoat sebanyak 0,4 ml dan KOH IN sebanyak 0,6 ml dalam
metanol. Terjadinya warna biru-ungu menunjukkan adanya kardenolida (glikosida jantung).
Untuk penegasan lebih lanjut, fltrat yang lain sebanyak 2 ml dicampur dengan
kloroform sebanyak 2 mnl. Lapisan atas diambil dengan pipet. Lapisan bawah ditambah
dengan asam 3,5 dinitrobenzoat sebanyak 0,5 ml. Terjadinya warna biru-ungu
menunjukkan adanya kardenolida.
8. Identifikasi Saponin
Sebanyak 100 mg serbuk simpleks ditambah dengan 10 ml air di dalam tabung reaksi, tutup
dan, kocok kuat-kuat selama 30 detik. Biarkan iabung reaksi dalam posisi tegak selama
30 menit. Apabila buih yang berbentuk seperti sarang lebah setinggi kurang lebih 3
cm dari permukaan cairan terbentuk, menunjukkan adanya saponin. Uji lain dilakukan
dengan pipa kapiler diameter 1 mm dan panjang 12,5 mm. Larutan hasil pemanasan
serbuk simpleks sebanyak 2 g dalam 10 ml air selama 30 menit dan telah disaring,
dimasukkan ke dalam pipa kapiler penuh-penuh. Pipa kapiler diletakkan dalam posisi
tegak, kemudian cairan dibiarkan mengalir bebas. Tinggi cairan yang tertinggal
dibandingkan dengan tinggi air suling yang diperlakukan sarna seperti filtrat. Bila tinggi
cairan filtrat setengah atau kurang dari tinggi air suling maka adanya saponin dapat
diperhitungkan.
9. Identifikasi glikosida sianogen
Identifikasi dilakukan terhadap potongan batang atau daunyang masih segar.
Kertas pikrat dibuat dengan mencelupkan potongan kertas saring ke dalarn larutan asarn
pikrat jenuh (0,05 M) dalam air, yang sebelumnya dinetralkan dengan NahCO3 dan
disaring. Setelah dikeringkan, kertas dapat disimpan lama.
Beberapa potongan helai bahan uji yang masih segar ditempatkan dalam tabung
reaksi, lalu ditambahkan setetes atau dua tetes air dan toluena, kemudian dilumatkan
dengan menggunakan batang pengaduk. Tabung kemudian ditutup sampai kedap dengan
gabus yang digantungi kertas pikrat. Inkubasi dilakukan selama 2 jam pada suhu 40°C.
Adanya asam sianida yang dibebaskan akan mengakibatkan terjadinya perubaaan warna
pada kertas pikrat dari kuning menjadi coklat kemerahan. Apabila reaksi negatif,
tabung tersebut tetap disimpan selama 2 hari untuk diamati lagi. Setelah 2 hari, diamati
apakah asam sianida dibebaskan atau tidak.
10. Identifikasi secara KLT
Skema pembuatan larutan percobaan untuk KLT (Lihat pada halaman herikut)
1. Skema pembuatan larutan percobaan untuk KLT
2. Skema
penyarian alkaloida
Larutan A : untuk uji antrakinon, senyawa fenolat, flavonoid, kumarin dan steroid
Larutan B : untuk uji antrakinon, glikosida, saponin dan tanin
Larutan C : untuk uji kardenolida, saponin, glikosida antrakinon dan glikosida flavc:ioid
Larutan D : untuk uji alkaloid tertier
Larutan E : untuk uji alkaloid kuartener
Larutan F : untuk uji terpenoid
Sistern KLT yang digunakan adalah sebagai berikut :
L a r u t an A
Fase gerak : etil asetat-kloroforrn (9:11)
Fase diam : Silika gel GF254.
Deteksi : FeCl3, garam fast blue atau vanillin asam sulfat
L a r u t an B
Fase gerak : 1. etilasetat-metanol-air (100:13,5:10)
Fase diam : 1. Silika gel
2. Silika gel GF254
Deteksi : 1. Besi (III) klorida
2. Sitroborat
3. KOH etanolis
L a r u t an C
Fase gerak : 1. n-butanol-asam asetat-air (5:1:4) v/v fase atas
2. Kloroform-metanol-air (64:50:10) v/v 20°C
Fase diam : 1. Silika gel GF254
2. Silika gel GF254
Deteksi : 1. Lieberrnann Burchard
2. Vanilin-asam sulfat
L a r u t an D d a n l a r u t an E
Fase gerak : sikloheksan-dietilamina (2:7) v/v
Fase diam : Silika gel GF234
Deteksi : pereaksi semprot Dragendorf dilanjutkan dengan NaNO2
L a r u t an F
Fase gerak : heksana-etil asetat (96:4), pengembangan 2x
Fase diam : Silika gel GF254
Deteksi : sinar UV 254, anisaldehid asam sulfat
Ca t a t an : Untuk mendapatkan kromatogram yang baik, sari yang diperoleh dari penyarian perlu
dipekatkan, dan residu dilarutkan dalam pelarut organik yang sesuai.
Pembanding sang digunakan
1 . Flavonoid : Larutan rutin 0,05% dalam methanol
2. Antrakinon : Larutan Rhei radix (0,5 g) dipanaskan dalam methanol (5 ml) selama 5
menit, saring, filtrat diuapkan sampai 0,5 ml. Totolkan 20 µl.
3. Saponin : Larutan daging buah Sapindus rarak (2 g serbuk direfluks dengan 10 ml etanol
70% selama 10 menit)
4. Kumarin : Larutan Rutae Herba (0,5 g serbuk dipanaskan sambil diaduk dalam 5 ml
metanol selama 30 menit, saring, filtrat diuapkan sampai 0,5 ml). Totolkan 20 µl.
5. Tanin : Larutan asam tannat 0,05% dalam etanol 70% sebanyak 10
6. Kardenolida : Larutan digoksin, lanatosida C (5 mg serbuk dalam 2 ml metanol pada 60°C)
7. Alkaloida : Larutan piperin 1% dan kofein dalam etanol
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1977, Materia Medika Indonesia, Jilid I, Departernen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
Anonim, 1977, Materia Medika Indonesia, Jilid II. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta
Anonim, 1977, Materia Medika Indonesia, Jilid III, Departernen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
Anonim, 1977, Materia Medika Indonesia, Jilid IV, Departemen Kesehatan Republik !ndonesia, Jakarta
Anonim, 1977, Materia Medika Indonesia, Jilid V, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
Anoi.irn, 1977, Materia Medika Indonesia, Jilid VI, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
Bettolo, G.B.M., Nicoletti, M. and Patamia, M., 1981, Plant Screening by Chemical and Chromatographic Procedurs Under Field Condition, J. of Chromatog., p. 213
Claus, E.P., 1970, Pharmacognosy, Lea & Febiger, Philadelphia
Stahl, E.,……, Drug Analysis by Chromnatography and Microscopy, Ann Arbor Science Publisher Inc., Michigan
Wagner, H., Bladt, S. and Zgainski. E.M., 1984, Plant Drug Analysis A Thin Layer Chromatography Atlas, Jilid I, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta