buku saku pupuk organik salang.pdf

16
Buku Saku Pupuk Organik dan Pestisida Alami Sekolah Lapang Pupuk Organik Kecamatan Salang, 6-31 Mei 2008 Penyu Penyu Penyu Penyusun sun sun sun: : : Rahmadan Syah Rahmadan Syah Rahmadan Syah Rahmadan Syah Penyunting: Penyunting: Penyunting: Penyunting: Triana Triana Triana Triana

Upload: fairuz-al-balitari

Post on 26-Oct-2015

194 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

pupuk organik saat ini sangat dibutuhkan untuk menjaga tingkat kesuburan tanah yang ditakutkan akan semakin menurun karena memakai pupuk kimia. buku ini berisi berbagai macam pupuk organik dan kegunaannya.

TRANSCRIPT

Buku Saku

Pupuk Organik dan Pestisida Alami

Sekolah Lapang Pupuk Organik

Kecamatan Salang, 6-31 Mei 2008

PenyuPenyuPenyuPenyusunsunsunsun:::: Rahmadan SyahRahmadan SyahRahmadan SyahRahmadan Syah Penyunting: Penyunting: Penyunting: Penyunting: TrianaTrianaTrianaTriana

i

PRAKATA

Petani saat ini benar-benar terjepit. Di tengah naiknya

bahan-bahan pokok ternyata nasib petani sebagai produsen

atau penghasil bahan-bahan pokok tersebut tidak ikut-ikutan

naik. Besarnya biaya produksi mulai dari pengolahan tanah,

perawatan (pemupukan dan pemberantasan hama) dan

pengolahan pasca panen tidak memberikan keuntungan yang

cukup besar bagi petani yang modalnya pas-pasan atau hanya

sekedarnya. Petani hingga kini dibuat percaya bahwa pupuk

kimia dan pestisida kimia dapat meyelesaikan masalah

pertanian mereka, namun ternyata jika kita telaah lebih jauh

ternyata pemakaian pupuk dan pestisida kimia bukanlah

memberikan keuntungan bagi petani itu sendiri tetapi

memberikan keuntungan yang lebih besar bagi para pedagang

pupuk dan pestisida kimia.

Pemerintah melalui Menteri Pertanian telah

mencanangkan “GO Organik 2010”. Artinya pemerintah

berharap bahwa sistem pertanian di Indonesia pada tahun

2010 telah memakai sistem-sistem pertanian organik. Dan hal

itu harus dimulai dari sekarang.

Kita sebagai petani adalah komponen masyarakat yang

paling dekat dengan lingkungan. Jika kita tidak

memperhatikan kondisi lingkungan yaitu tanah dan benda

hidup yang ada di atas dan di dalam tanah sebagai penunjang

pertanian kita maka kepada siapa lagi kita harus berharap.

Untuk itu sebagai petani kita harus mulai mencoba sebuah pola

bertani yang ramah dan sehat. Tidak hanya ramah dan sehat

bagi lingkungan kita saja namun juga ramah dan sehat bagi kita

sendiri.

ii

Buku saku ini disusun untuk memberikan informasi dan

sebagai pegangan awal yang singkat dan sederhana bagi petani

untuk memulai bertani secara organik atau alami.

Penyusun ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada Welthungerhilfe Simeulue – Livelihood Progam yang

telah memberikan kesempatan untuk menyebarkan informasi

dan pengetahuan ini kepada orang yang membutuhkan.

Semoga buku ini bisa memberikan informasi dan menjadi

sebuah panduan yang berguna bagi petani dalam

melaksanakan pertanian organik khususnya pembuatan pupuk

organik dan pestisida alami serta memberikan manfaat yang

sebesar-besarnya tidak hanya bagi petani tapi juga bagi

penyusun buku saku ini.

Simeulue, Mei 2008

Penyusun

Rahmadan Syah

iii

DAFTAR ISI

Pendahuluan ....................................................................................... 1

Tanah sebagai Sumber Kehidupan ........................................... 2

Pupuk ..................................................................................................... 4

Pengenalan Pupuk Organik ......................................................... 6

Apakah Pupuk Organik Itu ..................................................... 6

Mengapa Kita Dianjurkan Memakai Pupuk Organik? 6

Bahan-Bahan Pupuk Organik ................................................ 7

Bentuk Pupuk Organik ............................................................. 7

Biostarter .............................................................................................. 9

Membuat Indukan Bakteri Pengurai ................................. 9

Pengembangan Biostarter ...................................................... 12

Kompos .................................................................................................. 15

Pupuk Pelengkap Cair ................................................................... 19

Pestisida Alami .................................................................................. 21

Apakah Pestisida Alami Itu? .................................................. 21

Manfaat Pestisida Alami .......................................................... 21

Bagaimana Cara Membuat Pestisida Alami? ................. 22

Penutup ................................................................................................. 26

1

PENDAHULUAN

Indonesia sebagai sebuah negara yang berada di wilayah

tropis terkenal dengan sumber daya alamnya. Namun hingga

saat ini pemanfaatan sumber daya alam ini masih perlu

dikembangkan lagi terutama pemanfaatan yang berkelanjutan.

Di bidang pertanian dan tanaman pangan, seiring dengan

pemenuhan kebutuhan akan kecukupan pangan bagi

masyarakat ternyata terikuti dengan pemakaian bahan-bahan

kimia sebagai pemicu kerusakan alam dan ekologi pertanian

itu sendiri.

Pemakaian pupuk kimia maupun pestisida kimia tanpa

disadari memberikan dampak negatif yang tidak kecil yang

tidak hanya terasa terhadap perubahan ekosistem pertanian

namun juga terhadap kesehatan petani itu sendiri.

Saat ini, sudah banyak pihak terkait dan petani yang

sadar akan pentingnya pola pertanian yang ramah lingkungan

dan berkelanjutan. Salah satu cara yang dipercaya hingga kini

untuk menyelamatkan lingkungan dan petani itu sendiri dari

berbagai dampak akan pemakaian pupuk kimia dan pestisida

kimia adalah dengan pemanfaatan sumber-sumber alami yang

dapat dijadikan sebagai pupuk organik dan pestisida alami.

Tidak sedikit petani yang sekarang beralih ke pupuk

organik dan pestisida alami. Pertanyaannya adalah “kapan kita

memulainya?”

Ingat!! Bumi bukanlah warisan nenek moyang kita,

tetapi adalah titipan anak cucu kita!

2

TANAH SEBAGAI SUMBER KEHIDUPAN

Masyarakat tani saat ini selalu memperhatikan

kehidupan yang ada di atas tanah. Tidak pernah terbayang di

bawah tanah juga ada kehidupan yang harus dijaga karena

penting sebagai penyedia nutrisi (sumber makanan) bagi

tanaman yang mempengaruhi pertumbuhannya.

Bila kita memperhatikan tanah secara teliti, maka akan

nampak adanya beberapa lapisan tanah. Lapisan tanah yang

sangat berperan pada kegiatan pertanian terdiri dari:

1. Tanah topsoil atau tanah bagian atas

Tanah ini merupakan lapisan tempat tumbuh tanaman.

Biasanya tebalnya 30 – 50 cm tergantung kondisi tanah.

Biasanya berwarna coklat tua atau kehitaman dan lebih

lunak. Di lapisan tanah ini banyak terdapat jasad hidup

tanah (makro dan mikrobia yaitu bakteri, jamur, nematoda

atau cacing yang sangat kecil, cacing tanah, dan makhluk

hidup lainnya) yang berperan menguraikan bahan organik

(sisa-sisa tumbuhan atau hewan) menjadi nutrisi bagi

tanaman

2. Tanah subsoil atau tanah bawah

Tanah ini terletak di bawah tanah topsoil. Berwarna lebih

muda dan terang, lebih padat dan kandungan bahan

organik sedikit dan jasad hidupnya juga sedikit.

Ternyata tanah terdiri dari bentuk padatan, cairan, dan

gas. Bentuk padatan tanah terdiri dari bahan organik dan

anorganik. Bahan organik terdiri dari berbagai sisa tanaman

dan hewan serta jasad hidup makro dan mikro di dalam tanah.

Bentuk cairan di dalam tanah adalah air tanah yang mengisi

sebagian atau seluruh pori-pori atau lubang udara di dalam

3

tanah. Air tanah mengandung larutan berbagai garam-

garaman yang larut di dalam air tersebut. Bentuk gas di dalam

tanah merupakan udara di dalam tanah yang mengisi pori-pori

antara butir-butir tanah yang tidak terisi oleh air tanah. Ketiga

bentuk yang terdapat di dalam tanah ini sangat bermanfaat dan

dibutuhkan oleh tanaman untuk pertumbuhan dan

perkembangannya. Karena itu kita perlu menjaga

keseimbangan antara ketiga bentuk yang terdapat di dalam

tanah ini.

Kandungan nutrisi tanah di setiap lahan pertanian bisa

saja berbeda yang disebabkan oleh kondisi alam maupun cara

pengolahannya. Untuk menjaga kelestarian tanah sebagai

sumber kehidupan dibutuhkan tindakan yang bertujuan

memperbaiki kondisi tanah itu sendiri, terutama pada areal

pertanian yang dikelola secara terus-menerus, apalagi pada

areal pertanian yang menggunakan pupuk dan pestisida kimia.

Beberapa cara yang dapat dilakukan oleh petani untuk

memperbaiki kondisi tanah antara lain:

Jangan melakukan pembakaran lahan

Jangan mengunakan bahan kimia pabrikan baik itu pupuk

ataupun pestisida

Kembalikan limbah pertanian ke lahan pertanian

Limbah ternak, limbah rumah tangga yang dapat diurai juga

dapat diberikan ke lahan pertanian.

4

PUPUK

Semua jenis tanaman mengisap zat-zat makanannya dari

dalam tanah. Namun demikian zat-zat makanan yang tersedia

di dalam tanah tersebut belum semuanya siap untuk diserap

oleh akar tanaman. Maka dibutuhkan usaha-usaha agar zat-zat

makanan tersebut siap diserap oleh akar tanaman. Usaha

tersebut dapat dilakukan dengan memberikan pupuk.

Jadi, pupuk adalah zat makanan yang diberikan kepada

tanaman sebagai upaya memenuhi kebutuhan zat makanan

agar tanaman dapat tumbuh sesuai dengan yang diharapkan.

Ada 2 macam pupuk yang dikenal yaitu:

1. Pupuk buatan

Adalah pupuk yang dibuat di pabrik-pabrik pupuk, terdiri

dari bermacam-macam bahan kimia.

2. Pupuk organik atau pupuk alami

Adalah pupuk yang dibuat secara sederhana dengan bahan-

bahan dari sisa tumbuhan dan kotoran hewan.

Ada 12 unsur zat-zat hara yang diperlukan oleh tanaman untuk

diserap akar dari dalam tanah. Namun zat-zat makanan yang sangat

diperlukan oleh tanaman tetapi seringkali kurang cukup tersedia di

dalam tanah adalah N (nitrogen), P (phosphor) dan K (kalium).

5

Fungsi N,P, dan K

Nitrogen (N)

Sangat berguna bagi pertumbuhan, menambah panjang dan

menyuburkan bagian-bagian ujung batang maupun daun. N juga

berfungsi dalam pembentukan akar, daun dan batang serta

menghijaukan daun.

Phospor (P)

Sangat dibutuhkan untuk pembentukan bunga yang akan

menjadi buah dan biji juga sebagai pendorong akar untuk dapat

tumbuh memanjang dan kuat sehingga tahan kekeringan.

Kalium (K)

Diperlukan dalam memperkuat tubuh tanaman dan tahan

terhadap serangan penyakit. Selain itu phosphor dan kalium

juga berfungsi untuk merangsang pembungaan dan buah,

membuat biji menjadi berisi serta memaniskan rasa buah atau

umbi.

Kekurangan N, P, dan K

Nitrogen (N)

Menyebabkan pertumbuhan tanaman lambat, daunnya kecil-kecil

dan pucat.

Phospor (P)

Menyebabkan pertumbuhan lambat, daun tidak begitu rimbun

dan berwarna coklat dan buahnya sedikit serta terlambat masak.

Kalium (K)

Menyebabkan tanaman kurang kuat tumbuhnya, daun dan buah

hanya sedikit, mudah terserang penyakit dan tidak tahan

terhadap kekurangan air.

6

PENGENALAN PUPUK ORGANIK

Apakah Pupuk Organik Itu?

Pupuk organik atau pupuk alami adalah pupuk yang

dibuat secara sederhana dengan bahan-bahan dari sisa-sisa

tumbuhan atau kotoran hewan yang mudah didapat di sekitar

daerah lingkungan rumah atau kebun. Pupuk organik

merupakan pupuk nabati yang dapat memperbaiki tanah dan

menjadi sumber nutrisi bagi tanaman

Mengapa Kita Dianjurkan Memakai Pupuk Organik?

Kerusakan tanah yang diakibatkan oleh penggunaan

bahan kimia seperti pupuk urea, NPK, dan pestisida kimia

dapat diperbaiki dengan pemberian pupuk organik.

Pemakaian pupuk organik memiliki kelebihan

dibandingkan dengan pemakaian pupuk kimia karena

bermanfaat untuk:

1. Menambah zat-zat hara di dalam tanah sehingga kebutuhan

makanan bagi tanaman dapat tercukupi.

2. Mempermudah penyerapan zat-zat hara oleh akar tanaman.

3. Memperbaiki kondisi tanah menjadi lebih gembur sehingga

perkembangan akar menjadi lebih baik.

4. Memperbaiki daya simpan air tanah.

Selain itu pemakaian pupuk organik juga dapat menjaga

kesehatan kita dari pengaruh negative yang disebabkan oleh

zat-zat kimia yang bersumber dari pupuk kimia dan pestisida

kimia. Dengan memakai pupuk organik kita juga dapat

mengurangi biaya produksi yang dikeluarkan oleh petani.

7

Bahan-Bahan Pupuk Organik

Bahan-bahan yang biasa digunakan dalam pembuatan

pupuk organik adalah sisa-sisa tanaman atau sisa-sisa kotoran

hewan ternak. Misalnya jerami, potongan rumput, dedaunan,

kotoran kerbau, kotoran ayam dan hewan ternak lainnya. Sisa-

sisa atau sampah rumah tangga juga bisa digunakan sebagai

bahan pupuk organik.

Bentuk Pupuk Organik

Secara umum pupuk organik dapat dibagi menjadi 2

bentuk, yaitu:

1. Pupuk organik padat, terdiri dari:

Pupuk hijau,

Terbuat dari bahan-bahan hijauan seperti rumput dan

daun-daunan.

Pupuk kandang

Terbuat dari bahan-bahan kotoran hewan seperti

kotoran kerbau, dan kotoran kambing.

Pupuk kompos

Terbuat dari campuran bahan-bahan organik (dari

tumbuhan dan kotoran hewan)

2. Pupuk cair organik.

8

Dampak Pupuk Kimia

Secara alamiah tanaman akan mengambil makanan atau unsur

hara dari tanah tempat tanaman itu tumbuh. Unsur hara tersebut

berasal dari serasah daun dan tanaman yang mati yang mengalami

proses penguraian. Namun manusia sebagai makhluk yang tidak

pernah puas selalu ingin mendapatkan hasil yang sebesar-besarnya,

mulai memacu pertumbuhan tanaman tersebut dengan memberikan

tambahan zat makanan yang kemudian dikenal dengan pupuk.

Berbagai penelitian dilakukan untuk menemukan makanan

atau pupuk yang lebih baik untuk memacu pertumbuhan tanaman

yang akhirnya ditemukan pupuk buatan (pupuk kimia). Namun

dalam perkembangannya diketahui pupuk kimia memiliki efek

merusak tanah. Struktur tanah akhirnya menjadi keras dan padat

dan menyimpan residu (sisa pupuk) yang bisa bersifat racun dan

berpengaruh terhadap kondisi kandungan ideal mineral tanah.

Disadur dari buku “Budidaya Padi Secara Organik” Penebar Swadaya

9

BIOSTARTER

Sebelum kita membuat pupuk organik sebaiknya kita

membuat biostarter (cairan yang mengandung bakteri

pengurai) yang dapat mempercepat proses penguraian pupuk

organik (kompos maupun pupuk cair). Pembuatan biostarter

diawali dengan membuat indukan bakteri pengurai kemudian

diperbanyak untuk pengembangannya.

Membuat Indukan Bakteri Pengurai

Saat ini sudah banyak perusahaan-perusahaan yang

memproduksi dan menjual bakteri pengurai dengan berbagai

merek, namun harganya masih relatif tinggi bagi kalangan

petani yang lemah secara ekonomi. Kondisi ini semakin

memperburuk keadaan ekonomi dan daya cipta petani,

Sementara banyak bakteri pengurai di alam ini seperti muara

sungai, hutan dan akar bambu, petani dapat memperbanyak

sendiri dengan media yang Sangat sederhana.

1. Membuat indukan bakteri pengurai dari akar bambu

Alat dan bahan yang dibutuhkan:

Beras, kompor, periuk, cangkul, kantong plastik putih atau

wadah berbentuk piring, terpal plastik, botol aqua, gula merah,

air.

Langkah-langkah pembuatan:

10

1. Beras dimasak setengah matang,

masukan kedalam kantong plastik atau

wadah berbentuk piring.

2. Gali lubang berjarak 1 meter dari

rumpun bambu sedalam 30 - 50 cm dan

diameter lubang 50 cm.

3. Letakan nasi tadi pada lubang, berikan

penyangga di bawah wadah tempat nasi

untuk menghindari agar jika air hujan

mauk melalui celah-celah tanah tidak

menggenangi nasi tersebut.

4. Tutup lubang tersebut dengan terpal

plastik untuk mencegah masuknya air

hujan dan hewan-hewan yang dapat

memakan nasi setengah matang

tersebut.

5. Setelah 3-4 hari kemudian ambillah nasi

dari lubang, biaanya nasi akan

ditumbuhi jamur dengan warna hitam,

merah dan putih.

6. Ambillah jamur yang berwarna putih

sebanyak 2 sendok makan.

11

7. Campurkan jamur berwarna putih

tersebut dengan gula merah yang telah

di haluskan dengan air hangat. Lalu aduk

sampai rata.

8. Masukkan campuran tadi ke dalam botol

aqua atau jerigen. Simpanlah selama 4

hari atau lebih.

9. Selama penyimpanan bukalah secara

teratur tutup botol atau derigen setiap

harinya untuk mencegah botol atau

derigen meletus akibat gas yang

diakibatkan oleh reaksi bakteri.

2. Membuat indukan bakteri dari humus dan muara sungai

Pada prinsipnya pembuatan indukan bakteri dari humus

dan Muara sungai tidak berbeda dengan pembuatan indukan

dari beras. Hanya saja sumber bakterinya kita ganti menjadi

humus hutan atau tanah endapan dari muara sungai. Cara dan

sistem serta alat dan bahan lainnya tidak berbeda dengan

pembuatan indukan bakteri dari beras.

Langkah-langkah pembuatan:

1. Ambillah humus atau tanah endapan muara sungai kurang

lebih ½ kg.

2. Lalu aduk-aduk dengan air sebanyak 1.5 liter dan saringlah

airnya dengan kain atau penyaring.

3. Gula merah sebanyak 2,5 ons di haluskan dan dicairkan

dengan air.

12

4. Campurlah air saringan humus atau muara sungai dengan

air gula merah tadi lalu aduk sampai rata

5. Setelah adukan rata, masukkan kedalam botol aqua atau

jerigen.

6. Tutuplah botol aqua dan derigen lalu simpan selama 4 hari.

Dan dibuka tutupnya secara teratur

7. Setelah 4 hari periksa larutan, jika larutan dalam botol aqua

atau derigen sudah tidak mengeluarkan gas lagi itu berarti

indukan bakteri telah siap pakai dan dikembangkan

menjadi biostarter. Jika masih terdapat gas simpanlah lagi

sampai indukan benar-benar tidak mengeluarkan gas.

Pengembangan Biostarter

Pengembangan biostarter bertujuan untuk

memperbanyak bakteri yang berasal dari indukan bakteri yang

kita buat dari humus, tanah muara air sungai, atau akar bambu.

Cara membuatnya sangat mudah dan bahannya dapat kita

peroles dari sekitar kebun dan rumah kita.

Alat dan bahan yang dibutuhkan:

Botol aqua atau jerigen, air hangat 2 liter, gula merah 2,5 ons,

buah pepaya atau pisang atau nanas 1 kg, dan indukan bakteri

yang telah dikembangkan dari humus atau muara sungai atau

akar bambu.

Langkah-langkah pembuatan:

1. Buah pepaya atau pisang atau

nanas dilumat sampai halus

(bisa mengunakan blender atau

cara manual dengan tangan).

13

2. Haluskan gula merah dengan air

hangat lalu masukkan buah

yang sudah lumat tersebut di

atas.

3. Masukkan 200 ml indukan

bakteri, lalu aduklah beberapa

saat sampai merata.

4. Masukkan campuran tersebut di

atas ke dalam botol aqua atau

jerigen. Tutuplah dengan rapat

14

5. Simpanlah di tempat yang sejuk

dan terhindar dari sinar

matahari selama lebih kurang 4

hari.

6. Bukalah tutup botol setiap hari

secara teratur agar botol tidak

meletus akibat gas yang

dikeluarkan oleh reaksi bakteri

yang terjadi di dalam botol.

7. Jika gas di dalam botol sudah

tidak lagi muncul maka

biostarter siap digunakan

15

KOMPOS

Salah satu cara untuk meningkatkan produksi tanaman

adalah dengan menggunakan kompos. Di samping terjadi

peningkatan produksi, penggunaan kompos dapat

memperbaiki kondisi tanah, bahan-bahannya sudah ada di

alam dan tidak mencemari lingkungan. Dengan tersedianya

bahan-bahan tersebut biaya produksi pertanian menjadi

rendah dan dapat dijangkau oleh semua petani.

Alat dan bahan yang dibutuhkan:

Kotoran ternak (1 karung), semua limbah tanaman (jerami,

dedaunan) sebanyak 1 karung, limbah rumah tangga yang

dapat hancur (sisa-sisa saturan atau ikan) secukupnya, bio

starter 200 ml, plastik/termal (5 x 5 meter), cangkul, parang,

cakar, ember/timba (gembor), air 10 liter.

Langkah-langkah pembuatan:

1. Limbah tanaman, jerami di

potong-potong kecil, kotoran

ternak dihaluskan

16

2. Tumpuklah bahan dengan

susunan jerami, kohe (kotoran

hewan), hijauan daun, lalu siram

dengan air yang telah di campur

dengan bio stater.

3. Tambahkan bahan-bahan diatas

tumpukan di atas dengan

susunan yang sama. Siramlah

lagi dengan air campuran

biostarter.

4. Tutup dengan plastic/termal

dengan rapat. Setiap 2 hari

sekali buka lalu aduk-aduk

bahan-bahan yang telah

dicampur tadi dan siram lagi

dengan air yang telah dicampur

biostater tutup kembali dan

biarkan. 2 hari kemudian

lakukan perlakukan yang sama

sampai benar-benar menjadi

pupuk kompos.

17

Ciri-ciri telah menjadi pupuk kompos

1. Warna pupuk telah kehitaman.

2. Bahan-bahan (sisa tanaman, kotoran hewan dan limbah rumah

tangga) telah berubah bentuk menjadi seperti tanah.

3. Baunya segar seperti tanah hutan atau humus.

4. Panasnya mulai berkurang.

Tips

Semakin halus bahan kompos anda (jerami, dedaunan, kotoran

hewan) maka semakin cepat proses pembentukan kompos anda.

Semakin sering anda membolak-balik (mengaduk) kompos anda

makin semakin cepat bahan-bahan kompos anda hancur menjadi

pupuk kompos.

Penggunaan kompos

Kompos biasanya diberikan sebelum penanaman dilakukan. Caranya

dicampurkan dengan tanah hingga merata pada saat pembuatan

bedengan. Atau dimasukkan ke dalam lubang tanam satu minggu

sebelum penanaman sebanyak 0,5 – 1 kg setiap lubang tergantung dari

jenis tanaman dan kesuburan tanahnya.

18

Masalah-masalah yang sering dijumpai dalam pembuatan kompos

Masalah Penyebab Cara mengatasi

Tumpukan kompos

tidak menghangat

sama sekali

Biasanya disebabkan oleh

tak cukupnya oksigen,

kelembaban kurang atau

bahan nitrogen kurang

Atasi dengan sering-sering

mengaduk kompos,

tambahkan air hingga

lembab, atau tambahkan

bahan-bahan yang

mengandung nitrogen

seperti kotoran hewan,

jerami atau potongan

rumput dan sisa-sisa

makanan

Komposnya berbau

telur busuk

Disebabkan oleh kurangnya

oxygen atau tumpukan

kompos terlalu padat atau

terlalu lembab

Atasi dengan mengaduk

kompos sesering mungkin

atau tambahkan jerami

atau dedaunan kering

Dedaunan atau

rerumputan tidak

terurai

Disebabkan oleh kurangnya

kelembaban atau udara

kurang, adanya tumpukan

satu jenis bahan yang

terlalu tebal atau padat

Atasi dengan mencincang

dedaunan atau

rerumputan lebih halus

lagi, aduk hingga merata

seluruh bahan

Dirubungi semut api Kompos terlalu kering atau

padat

Atasi dengan menjaga

kelembaban

Kompos hanya

hangat di tengah

tumpukan

Disebabkan oleh tumpukan

kompos terlalu kecil atau

kurang tinggi

Atasi dengan

penambahan tumpukan

kompos sedikitnya 1 m x 1

m x 1 m

Kompos dirubungi

kecoa atau lalat

Bahan nyang mengandung

lemak/daging sisa dapur

letaknya terlalu di pinggir

tumpukan

Atasi dengan

memasukkan bahan yang

mengandung

lemak/daging ke tengah

tumpukan

19

PUPUK PELENGKAP CAIR

Pupuk pelengkap cair juga dapat digunakan untuk

meningkatkan produksi pertanian, selain dari kompos yang

telah dikenal. Pupuk cair memiliki kelebihan dibandingkan

kompos yaitu kandungan zat-zat haranya sangat lengkap

(mengandung zat-zat hara utama dan pelengkap) dan lebih

lebih mudah diserap oleh tanaman. Pembuatannya pun sangat

mudah dilakukan oleh siapa pun yang mau mencoba.

Alat dan bahan yang dibutuhkan:

Drum plastik ukuran 200 liter, kotoran ternak 1 karung, air

kelapa 5 liter, air cucian beras 5 liter, indukan bakteri pengurai

(biostarter) 200 ml dan air secukupnya.

Langkah-langkah pembuatan:

1. Masukkan ke dalam drum

kotoran ternak, air kelapa, air

cucian beras dan air yang telah

bercampur dengan biostarter.

20

2. Lalu diaduk hingga rata,

tutuplah drum dengan rapat

dan biarkan.

3. Setelah 2 hari kemudian buka

dan aduk kembali. Lakukan

pengadukan secara rutin

setiap 2 hari sekali selama 10

hari.

21

PESTISIDA ALAMI

Apakah Pestisida Alami Itu?

Pestisida alami adalah pembasmi hama yang bahan-

bahannya bersumber dari tumbuh-tumbuhan atau hewan yang

ada di sekitar kita dan diolah secara sederhana. Fungsi

pestisida alami efektif dalam mengusir hama yang sering

menyerang tanaman pertanian kita. Penggunaan pestisida

alami tidak mencemari lingkungan dan tanah itu sendiri,

pestisida alami dapat diproses/ dibuat dengan mudah dan

tidak perlu teknologi yang canggih

Manfaat Pestisida Alami

Mengapa kita dianjurkan untuk memakai pestisida alami

daripada pestisida kimia? Ada beberapa manfaat yang dapat

kita peroleh dari pemakaian pestisida alami, yaitu bahan-

bahannya dapat diperoleh di sekitar rumah kita, murah, mudah

(pembuatan sederhana) dan sehat (bebas dari zat-zat kimia

yang biasa terdapat pada pestisida kimia), serta lingkungan

juga menjadi sehat dan tidak tercemar (ramah lingkungan).

Secara alamiah tumbuhan sudah mengembangkan sendiri

bahan-bahan kimia (bioaktif) yang dikandungnya untuk melawan

berbagai jenis hama dan penyakit. Ada sekitar 2.400 jenis

tumbuhan yang dilaporkan mengandung bahan pestisida.

Ciri-ciri tanaman yang bisa digunakan sebagai pestisida nabati

yaitu bau tanaman menyengat dan bisa sebagai tanaman perintis

yakni yang bisa tumbuh di tanah kritis (miskin unsur hara).

22

Bagaimana Cara Membuat Pestisida Alami?

Untuk membuat pestisida alami dapat diikuti langkah-

langkah sebagai berikut:

Dampak Pestisida Kimia

Sejak dimulainya revolusi hijau petani menghadapi masalah

besar yaitu serangan hama. Masalah hama muncul diakibatkan oleh

sistem intensifikasi pertanian yang memakai pola menanam satu jenis

tanaman di satu areal yang luas sehingga memunculkan ledakan

populasi hama dan serangga tertentu.

Akhirnya manusia mencoba berbagai bahan kimia untuk

membuat racun atau pestisida hama ini. Namun sialnya, pestisida

kimia temuan manusia ini hanya memiliki kemanjuran yang bersifat

sementara dikarenakan serangga dan hama memiliki kemampuan

untuk menjadi imun (kebal) terhadap kondisi luar. Pada tahun 1962,

dilaporkan di Amerika Serikat tentang penggunaan pestisida kimia

(DDT) yang memiliki efek samping yang tidak kecil sehingga

membawa ancaman penyakit, dan kematian bahkan bagi manusia itu

sendiri.

Hal lainnya, pestisida kimia ini mengganggu aktifitas makhluk

hidup di dalam tanah. Sisa pestisida ini akan bertahan dalam tanah

bukan hanya dalam hitungan bulanan, namun bahkan tahunan.

Menurut laporan WHO, setiap tahunnya di Negara-negara

berkembang terdapat 750.000 orang keracunan pestisida dan

sebanyak 14.000 orang diantaranya meninggal dunia. Pada tahun

1985 diperoleh data dari rumah sakit paru-paru di Tanah Karo bahwa

90 % pasiennya merupakan petani yang setiap harinya akrab dengan

pestisida.

Disadur dari buku “Budidaya Padi Secara Organik” Penebar Swadaya

23

Ramuan 1

Alat dan bahan

Jenis-jenis dedaunan dan buah seperti Serai, Sirsak, Pinang,

Gadung, Amentan, Mahoni, Lumpang, Parang, Timba besar,

ember, air cucian beras, kain kasa, dan sabun colek.

Cara Pembuatan:

Semua jenis dedaunan dicincang halus lalu dicampur

dengan air cucian beras

Pinang dipukul hancur rendam dengan air

Amentan, di potong-potong rendam dengan air

Semua bahan lalu dicampurkan menjadi satu, biarkan

selama 3-4 hari baru siap digunakan

Kegunaan

Untuk mencegah dan mengusir serangga pengganggu.

Ramuan 2

Alat dan bahan

Daun sirih sebanyak 50 helai, baang merah 2 siung, bawang

putih 2 siung, sabun colek 2 sendok makan, air 1 liter, botol

aqua, lumpang dan ember

Cara pembuatan

Daun sirih ditumbuk halus lalu dengan lumpang, setelah halus

masukkan ke dalam ember yang berisi air dan tambahkan

sabun colek lalu aduk hingga rata. Setelah rata saringlah

dengan kain lalu masukkan ke dalam botol aqua.

Kegunaan

Untuk mencegah dan mengusir serangga kutu dan semut

24

Ramuan 3

Alat dan bahan

Daun sirsak 100 helai, lumpang dan alu, air 1 liter, botol aqua,

ember dan sabun colek 2 sendok

Cara pembuatan

Daun sirsak ditumbuk halus dengan lumping, setelah halus

masukkan ke dalam ember yang berisi air lalu tambahkan

sabun colek dan aduk rata, diamkan selama 4 hari. setelah 4

hari larutan di saring dan siap digunakan.

Kegunaan

Untuk membasmi thrips

Ramuan 4

Alat dan bahan

Jeringau satu rumpun (akar dan daun), bawang putih 2 siung,

sabun colek 2 sendok makan, air 2 liter, ember dan lumpang.

Cara pembuatan

Jeringau dan bawang putih di tumbuk halus dengan lumping.

Setelah halus masukkan ke dalam ember yang berisi air dan

tambahkan sabun colek. Aduklah hingga rata. Biarkan selama 4

hari.

Kegunaan

Untuk membasmi serangga

25

Jenis-jenis tanaman yang terdapat di

Simeulue yang dapat digunakan

untuk pestisida alami

Jenis Tanaman Yang digunakan

Sirsak/Nangka Belanda Daun

Jeringau Daun dan akar

Amentan Buah

Sirih Daun

Sere Daun

Bunga kuning Seluruh tanaman

Bawang putih Umbi

Bawang merah Umbi

Mengkudu Buah

Tembakau Daun

Lengkuas Rimpang

Kunyit Rimpang

Gadung Umbi

Cabai Merah Buah

Cabai Rawit Buah

Cengkih Daun

Ubi kayu Daun

Mahoni Daun

Gamal Daun

Barunggai Daun

26

PENUTUP

Penerapan pupuk organik dan pestisida alami di

lapangan dipengaruhi oleh berbagai hal seperti kondisi tanah,

kondisi cuaca, jenis tanamannya, dan lain sebagainya. Oleh

karena itu dalam penerapannya di lapangan tidak ada

perbandingan yang baku terhadap bahan yang digunakan.

Untuk itu sangatlah diharapkan petani mencoba dan terus

mencoba untuk mendapatkan ramuan dan perbandingan yang

tepat dari bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan

pupuk organik maupun pestisida alami.

Sudah saatnya petani tidak hanya menerima dan

menerapkan masukkan dan informasi yang diberikan oleh

pihak luar, karena yang mengerti dan memahami kondisi dan

permasalahan lahan petani adalah petani itu sendiri. Namun

hal ini harus dibarengi dengan sikap kritis dan keingintahuan

yang cukup besar dari petani itu sendiri untuk melakukan

pengamatan terhadap lahannya dan mencari sendiri jawaban

dari permasalahan yang dihadapi.

Petani di pulau Simelue haruslah mulai berpikir jangka

panjang, bahwa ketersediaan air dan kondisi tanah bahkan

cuaca di Simeulue sangatlah berbeda dan memiliki

keterbatasan dibanding di tepi (Sumatra daratan). Pertanian

yang berkelanjutan seharusnya menjadi sebuah pilihan bagi

pola dan sistem pertanian di Simeulue untuk menjaga

lingkungan Simeulue demi anak cucu kita di masa yang akan

datang.