c.implikasi karakteristik anak dalam pembelajaran sd/mi
DESCRIPTION
Ada beberapa karakteristik anak di usia Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah yang perlu diketahui para guru, agar lebih mengetahui keadaan peserta didik khususnya ditingkat Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah. Seorang guru harus dapat menerapkan metode pengajaran yang sesuai dengan keadaan siswanya, maka sangat penting bagi seorang pendidik mengetahui karakteristik siswanya. Selain karakteristik yang perlu diperhatikan juga adalah kebutuhan peserta didik. Pemahaman terhadap karakteristik peserta didik dan tugas-tugas perkembangan anak SD/MI dapat dijadikan titik awal untuk menentukan tujuan pendidikan di SD/MI, dan untuk menentukan waktu yang tepat dalam memberikan pendidikan sesuai dengan kebutuhan perkembangan anak itu sendiri. Secara ideal, dalam rangka pencapaian perkembangan diri siswa, sekolah dan guru seyogiyanya dapat menyediakan dan memenuhi berbagai kebutuhan siswanya dalam rangka pencapaian perkembangan diri siswa seperti Pemenuhan Kebutuhan Fisiologis, Pemenuhan Kebutuhan Rasa Aman, Pemenuhan Kebutuhan Kasih Sayang atau Penerimaan, Pemenuhan Kebutuhan Harga Diri, Pemenuhan Kebutuhan Akatualisasi Diri.TRANSCRIPT
KATA PENGANTAR
Tiada kata syukur yang pantas disampaikan selain kepada Tuhan Yang
Maha Esa. Penulis berkeyakinan bahwa hanya dengan izin dan ridho-Nya
makalah yang berjudul “Implikasi Karakteristik Anak dalam Pembelajaran di
SD/MI” dapat diselesaikan dengan baik.
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Psikologi Pendidikan semester 2.
Dalam pembuatan makalah ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu proses penyelesaian makalah ini. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada Bapak Rahmat Mulyono, M. Psi, selaku dosen
pembimbing mata kuliah Psikologi Pendidikan yang telah membimbing dan
mengarahkan penulis dalam pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak terdapat
kesalahan ataupun kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, kritik dan saran para pembaca akan penulis terima dengan senang hati demi
penyempurnaan makalah di masa yang akan datang.
Akhir kata penulis berharap makalah ini dapat memenuhi persyaratan nilai
yang diajukan oleh dosen pembimbing dan dapat diterima oleh masyarakat.
Tangerang Selatan, 28 Mei 2014
Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................1
DAFTAR ISI .......................................................................................................2
BAB I. PENDAHULUAN ..................................................................................3
A. Latar Belakang ..........................................................................................3
B. Rumusan Masalah ....................................................................................3
C. Tujuan .......................................................................................................3
BAB II. PEMBAHASAN ...................................................................................5
A. Pengertian Karakter dan Karakteristik .....................................................5
B. Perkembangan Anak Selama Masa Sekolah Dasar ..................................6
C. Implikasi Karakteristik Anak dalam Pembelajaran SD/MI ......................9
D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Karakteristik
Belajar Usia SD/MI ..................................................................................13
BAB III. PENUTUP ...........................................................................................18
A. Kesimpulan ...............................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................19
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ada beberapa karakteristik anak di usia Sekolah Dasar/Madrasah
Ibtidaiyah yang perlu diketahui para guru, agar lebih mengetahui keadaan
peserta didik khususnya ditingkat Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah.
Seorang guru harus dapat menerapkan metode pengajaran yang sesuai dengan
keadaan siswanya, maka sangat penting bagi seorang pendidik mengetahui
karakteristik siswanya. Selain karakteristik yang perlu diperhatikan juga
adalah kebutuhan peserta didik. Pemahaman terhadap karakteristik peserta
didik dan tugas-tugas perkembangan anak SD/MI dapat dijadikan titik awal
untuk menentukan tujuan pendidikan di SD/MI, dan untuk menentukan waktu
yang tepat dalam memberikan pendidikan sesuai dengan kebutuhan
perkembangan anak itu sendiri. Secara ideal, dalam rangka pencapaian
perkembangan diri siswa, sekolah dan guru seyogiyanya dapat menyediakan
dan memenuhi berbagai kebutuhan siswanya dalam rangka pencapaian
perkembangan diri siswa seperti Pemenuhan Kebutuhan Fisiologis,
Pemenuhan Kebutuhan Rasa Aman, Pemenuhan Kebutuhan Kasih Sayang
atau Penerimaan, Pemenuhan Kebutuhan Harga Diri, Pemenuhan Kebutuhan
Akatualisasi Diri.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian karakter dan karakteristik?
2. Apa saja perkembangan anak selama masa sekolah dasar?
3. Bagaimana bentuk-bentuk implikasi karakteristik anak dalam
pembelajaran SD/MI?
4. Faktor - faktor apa sajakah yang mempengaruhi karakteristik?
B. Tujuan
1. Mengetahui pengertian karakter dan karakteristik.
3
2. Mengetahui bentuk-bentuk implikasi karakteristik anak dalam
pembelajaran SD/MI.
3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi karakteristik.
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Karakter dan Karakteristik
Karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah “bawaan, hati, jiwa,
kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen,
watak”. Adapun berkarakter adalah berkepribadian, berperilaku, bersifat,
bertabiat, dan berwatak”. Menurut Tadkiroatun Musfiroh (UNY, 2008),
karakter mengacu kepada serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors),
motivasi (motivations), dan keterampilan (skills). Karakter berasal dari bahasa
Yunani yang berarti “to mark” atau menandai dan memfokuskan bagaimana
mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku,
sehingga orang yang tidak jujur, kejam, rakus dan perilaku jelek lainnya
dikatakan orang berkarakter jelek. Sebaliknya, orang yang perilakunya sesuai
dengan kaidah moral disebut dengan berkarakter mulia. Sedangkan
karakteristik diambil dari bahasa Inggris yakni characteristic, yang artinya
mengandung sifat khas. Ia mengungkapkan sifat-sifat yang khas dari sesuatu.
Dalam kamus lengkap psikologi karya Chaplin, dijelaskan bahwa
karakteristik merupakan sinonim dari kata karakter, watak, dan sifat yang
memiliki pengertian di antaranya:
1. Suatu kualitas atau sifat yang tetap terus-menerus dan kekal yang dapat
dijadikan ciri untuk mengidentifikasikan seorang pribadi, suatu objek,
suatu kejadian.
2. Intergrasi atau sintese dari sifat-sifat individual dalam bentuk suatu untas
atau kesatuan.
3. Kepribadian seeorang, dipertimbangkan dari titik pandangan etis atau
moral.
Jadi di antara pengertian-pengertian di atas sebagaimana yang telah
dikemukakan oleh Chaplin, dapat kami simpulkan bahwa karakteristik itu
adalah suatu sifat yang khas, yang melekat pada seseorang atau suatu objek.
5
B. Perkembangan Anak Selama Masa Sekolah Dasar
Menurut Carnegie Corporation of Newyork (1996), Anak-anak yang
memasuki kelas satu berada dalam periode transisi dari pertumbuhan pesat masa
anak-anak awal ke tahap perkembangan yang lebih bertahap. Perubahan
perkembangan mental maupun sosial menjadi ciri khas masa sekolah awal.
Beberapa tahun kemudian, ketika anak-anak mencapai kelas-kelas sekolah dasar
yang lebih tinggi, mereka mendekati akhir masa kanak-kanak dan memasuki
praremaja. Pernyataan ini melihat bahwa keberhasilan di masa sekolah dasar
sangat berperan karena pada kelas-kelas di sekolah dasar lah mereka
mendefinisikan diri sebagai siswa.
Kemudian, ada beberapa perkembangan yang terjadi pada anak masa
sekolah dasar :
1. Perkembangan fisik
Ketika anak-anak melewati kelas-kelas sekolah dasar, perkembangan fisik
mereka mengalami perlambatan jika dibandingkan dengan masa anak-anak
awal. Mereka mengalami perubahan pertumbuhan yang relatif sedikit
selama masa sekolah dasar, contohnya adalah pasti anak laki-laki
tubuhnya lebih besar dari anak perempuan nya. Lazimnya anak perempuan
pasti tubuhnya lebih pendek dan ringan daripada laki-laki sampai sekitar
umur 9 tahun, kira-kira sampai perkembangan tubuhnya sesuai dengan
perkembangan untuk laki-laki atau perempuan. Dan saat masa ini juga
anak-anak mengalami growing pains atau rasa sakit anak-anak yang
sedang mengalami pertumbuhan, karena saat itu perkembangan otot
dikalahkan dengan perkembangan tulang dan kerangka. Seperti yang di
kemukakan oleh Pellegrini dan Bohn (2005) otot yang sedang tumbuh
membutuhkan banyak olahraga, sehingga dapat disimpulkan bahwa
umunya anak SD memiliki sikap yang tidak bisa berdiam diri dalam waktu
yang lama. Pada saat sudah memasuki masa sekolah dasar anak-anak
sudah mengembangkan banyak kemampuan motorik dasar yang mereka
butuhkan untuk menyeimbangkan badan berlari, melompat dan melempar.
Ketika masa kelas empat di sekolah dasar, banyak anak perempuan
memulai dorongan pertumbuhan utama nya dan tidak akan berhenti hingga
6
memasuki masa pubertas. Dorongan pertumbuhan utamanya meliputi
lengan dan kaki, bagian dada belum menyertai sehingga hasilnya adalah
penampilan kurus atau yang seluruhnya terdiri atas lengan dan kaki.
Karena pertumbuhan tulang ini terjadi sebelum perkembangan otot dan
tulang rawan terkait, anak-anak pada tahap pertumbuhan ini sementara
kehilangan koordinasi dan kekuatan.
Pada awal kelas lima, hampir semua anak perempuan telah memulai
dorongan pertumbuhan mereka. Selain itu, pertumbuhan otot dan tulang
rawan anggota tubuh mulai terjadi dalam diri wanita yang mengalami
kedewasaan dini lebih dini, dan mereka mendapatkan kekuatan dan
koordinasi tubuh mereka. Pada akhir kelas lima, anak perempuan biasanya
akan lebih tinggi, lebih berat, dan lebih kuat daripada anak laki-laki. Pria
berada 12 hingga 18 bulan di belakang wanita dalam pertumbuhan fisik,
sehingga anak laki-laki mengalami kedewasaan dini sekalipun tidak
memulai dorongan pertumbuhan mereka hingga usia 11 tahun. Karena itu,
pada awal kelas enam, kebanyakan anak perempuan akan mendekati
puncakmdorngan pertumbuhan mereka, dan semua anak laki-laki yang
mengalami kedewasaan dini akan melanjutkan pertumbuhan mereka, dan
semua anak laki-laki yang mengalami kedewasaan dini akan melanjutkan
pertumbuhan yang lambat dan menetap masa anak-anak akhir. Anak
perempuan biasanya akan memulai periode menstruasi mereka pada usia
13 tahun. Bagi anak laki-laki, akhir masa praremaja dan permulaan masa
remaja awal diukur oleh ejakulasi pertama, yang terjadi antara usia 13 dan
16 tahun.
2. Perkembangan kognisi
Siegler (1998) mengemukakan antara usia 5 dan 7 tahun proses pemikiran
anak-anak mengalami perubahan penting. Ini adalah periode peralihan dari
tahap pemikiran praoperasi ke tahap operasi konkret. Perubahan ini
memungkinkan anak-anak melakukan secara mental sesuatu yang
sebelumnya dilakukan secara fisik. Tidak semua anak mengalami
peralihan ini pada usia yang sama, dan tidak satupun anak berubah dari
tahap satu ke tahap berikut dengan cepat. Anak-anak sering melakukan
kognisi yang merupakan ciri khas dua tahapp perkembangan pada saat
7
yang sama. Ketika masing-masing melangkah dari satu tahap ke tapa
berikut, karakteristik sebelumnya di pertahankan ketika perilaku kognisi
tahap yang lebih tinggi berkembang.
Selain memasuki tahap operasi konkret, anak-anak usia sekolah dasar
dengan pesat mengembangkan kemampuan daya ingat dan kognisi,
termasuk kemampuan meta-kognisi, yaitu kemampuan memikirkan
pemikiran mereka sendiri dan memelajari cara belajar.
3. Perkembangan sosioemosi
Pada saat anak-anak memasuki sekolah dasar, mereka telah
mengembangkan kemampuan pemikiran, tindakan dan pengaruh sosial
yang lebih rumit. Hingga saat ini, anak-anak pada dasarnya bersikap
egosentris dan dunia mereka adalah dunia rumah, keluarga dan mungin
prasekolah dan pusat penitipan anak. Menurut Erikson (1963), masa
sekolah dasar biasanya akan dihabiskan untuk tahap pengembangan
kepercayaan dan pengalaman mereka pada saat masa prasekolah,
pengalaman anak tersebut digunakan sebagai pembuktian dari beberapa
pekerjaan yang berhasil mereka lakukan sendiri. Hasil penelitian McHale,
Dariotis & Kauh (2003) pada tahap ini mereka akan mulai membuktikan
bahwa mereka sudah “tumbuh dewasa” dicontohkan dari beberapa
pekerjaan yang mereka pikir saya-bisa-mengerjakan-sendiri. Ketika
kekuatan konsentrasi mereka tumbuh, anak-anak bisa mengerjakan banyak
hal atau tugas lebih banyak. Tahap ini juga meliputi perumbuhan tindakan
mandiri, kerja sama dengan kelompok, dan tampil dengan cara yang dapat
diterima secara sosial dengan perhatian pada tindakan yang adil.
Selanjutnya, menurut Swann, Chang-Schneider & McClarty (2007)
bidang-bidang perkembangan pribadi dan sosial yang penting bagi anak-
anak sekolah dasar adalah konsep diri dan harga diri. Konsep ini sangat
dipengaruhi oleh lingkungannya dan konsep ini meliputi cara memahami
kekuatan, kelemahan, kemampuan, sikap dan nilai. Dan kemudian ini
merujuk ke proses evaluasi keterampilan dan kemampuan terhadap harga
diri. Kemudian ketika usia makin bertambah menurut Borg (1998) mereka
mulai mengevauasi kemampuan mereka sendiri menggunakan
8
perbandingan sosial. Contohnya seperti ketika anak pra sekolah
mengatakan “aku suka bola “maka, setaun kemudian dia akan mengatakan
dengan agak berbeda “ aku suka bola lebih daripada rani “ .
C. Implikasi Karakteristik Anak dalam Pembelajaran SD/MI
Secara umum karakteristik anak adalah keseluruhan ciri – ciri tingkah laku
siswa yang meliputi, kecerdasan, kecakapan, pengetahuan, sikap, minat.
(Jalaludin, 1998). Sedangkan menurut (Uno, 2007) karakteristik anak adalah
aspek – aspek dan kualitas anak seperti bakat, motivasi, dan hasil belajar yang
telah dimiliki, karakteristik anak bisa mempengaruhi pemelihan strategi
pengorganisasian dan strategi penyampaian materi pembelajaran. Hal itu karena
anak memiliki ciri khas masing – masing. Disamping itu karakteristik anak usia
MI memiliki ciri khas tersendiri yangsecara umum masih relatif sederhana
Dalam proses pembelajaran karakteristik anak perlu diperhitungkan karena
dapat mempengaruhi jalannya proses dan hasil pembelajaran siswa yang
bersangkutan karena anak memiliki pemahaman yang berbeda terhadap
pengetahuan dan perspektif yang dipakai dalam menggiatkan prestasinya.
Pemahaman karakteristik anak akan membantu dalam mencari serta menilai
aktifitas siswa.
Dalam rangka mencapai keberhasilan pembentukan kepibadian anak agar
berkembang sesuai engan karakteristiknya, maka proses pembelajaran salah
satunya harus di dukung oleh unsur keteladanan dari orang tua dan guru.
Penyelenggaraan pembelajaran anak merupakan pilar penting dalam upaya
peningkatan derajat kemanuasiaan dan pemajuan peradapan manusia dalam islam
disebut dengan hifdul Aql (peliharaan akal).
Sabda Nabi Muhammad SAW: ajarkanlah kebaikan kepada anak –
anakmu dan keluargamu dan didiklah mereka (HR. Abdur Rozaaq Dan Said Bin
Mansur). Untuk tujuan tersebut guru MI dapat mengembangkan strategi
pembelajaran secara bertahap dan menyusun program kegiatan seperti program
kegiatan rutinitas, program kegiatan terintegrasi dan program kegiatan khusus.
Kegiatan rutinitas merupakan kegiatan harian yang dilaksanakan secara
terus menerusnamun terrogram dengan pasti. Kegiatan terintegrasi adalah
9
kegiatan pengembangan pembelajaran yang melalui pengembangan bidang
kemampuan dasar yang terintegrasi dengan semua kegiatan pembelajaran.
Kegiatan khusus merupakan program kegiatan yang pelaksanaannya tidak
dimasukkan atau tidak harus dikaitkan dengan pengembangan bidang kemampuan
dasar lainnya, sehingga membutukan waktu dan penanganan khusus.
Pola pembelajaran anak MI diharapkan dapat mempertimbangkan
karakteriistik pembelajaran anak MI yang secara garis besar pembelajarannya
harus memiliki sifat berikut:
a. Aplikatif: materi pemelajaran bersifat terapan, yang berkaitan dengan
kegiatan rutin anak sehari – hari dan sangat dibutuhkan untuk kepentingan
aktivitas anak serta yang dapat dilakukan anak dalam kehidupannya.
b. Enjoyable: pengajaran materi dan materi yang dipilih diupayakan mampu
membuat anak senang, menikmati dan mau mengikuti dengan antusias.
c. Mudah ditiru: materi yang disajikan dapatdipraktekan sesuai dengan
kemampuan fisik dan karakter lahirlah anak.
1. Senang Bermain
Menurut (Hasan, 2006) bermain merupakan hal yang penting bagi anak –
anak karena dengan bermain, mereka dapat mempelajari banyak hal melalui
permainan. Disamping itu, anak juga akan melatih kemampuan motorik untuk
menguasai keterampilan fisik yang mereka butuhkan sehingga mereka dapat
belajar memecahkan masalah serta mereka dapat belajar bersosialisasi dalam
memahami aturan sosial dalam permainan bersama dengan teman – temannya.
Karakteristik ini menuntut guru MI untuk melaksanakan kegiatan
pembelajaran yang bermuatan permainan yang secara khususu melatih aspek
perkembangan fisik, intelektual, dan kemampuan emosional sebagai bekal
pengembangan keterampilan di masa yang akan datang.
Pola pembelajaran yang dilakukan oleh guru MI hendaknya dirancang
dengan model pembelajaran yang memungkinkan adanya unsur permainan di
dalamnya sehingga anak – anak merasa senang dalam belajar enjoyable learning
atau dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana learning by
10
doing. Guru harus menghindari materi pelajaran yang lebih menekankan pada
teori karena akan membosankan dan anak cendeerung merasa kelelahan dan
hilang konsentrasinya.
2. Senang Bergerak
Suasana pembelajaran yang monoton dapat membuat siswa jenuh dan
bosan terutama pada anak usia MI, karena pada umumnya anak MI dapat duduk
dengan tenang paling lama sekitar 30 menit. Oleh karena itu, guru hendaknya
merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak dapat berpindah atau
bergerak yang memungkinkan ia dapat berinteraksi dengan temannya.
Diam atau duduk dalam waktu yang lama bagi anak MI merupakan
siksaan dan membosankan. Dalam konteks pembelajaran proses pembelajaran
tdak hanya dilakukan di dalam kelas, tetapi dapat juga melakukan di luar kelas,
sehingga anak lebih tertarik dalam menerima pelajaran terutama materi
pembelajaran yang ada kaitannya dengan alam.
3. Anak Senang Bekerja dalam Kelompok
Kecenderungan anak usia MI dalam proses pembelajarannya lebih senang
berkumpul dengan kelompok sebaya (peer group), dalam pembelajaran ini, anak
belajar aspek – aspek yang penting dalam proses sosialisasi, sepeti: belajar
menemukan aturan – aturan kelompok, belajar setia kawan, belajar tidak
bergantung kepada orang dewasa, belajar bekerjasama, mempelaari perilaku yang
dapat diterima oleh lingkungannya, belajar menerima tanggungjawab, belajar
bersaing dengan orang lain secara sehat (spotif), mempelajari olahaga dan
permainan kelompok, serta belajar keadilan dan demokrasi.
Pada tahap perkembangan ini anak MI dituntut untuk belajar memberi dan
menerima dalam kehdupan sosial di antara teman sebaya, belajar berteman dan
bekerja dalam kelompok (peeer group) dalam rangka mengembangkan
kepribadian sosial, termasuk kesanggupan anak dalam menyesuaikan diri sendiri
(egosentris) kepada sikap yang kooperatif (bekerja sama) atau sosiosentris (mau
memperhatikan kepentingan orang lain).
Langkah yang harus dilakukan oleh guru dalam tahap perkembangan ini
anak harus memiliki keterampilan fisik dan penampilan fisik yang diterima teman
11
sebaya mereka karena pada masa anak usia MI, anak – anak mulai keluar dari
lingkungan keluarga dan mulai memasuki dunia teman sebaya.
Proses pembelajaran dalm memasuki kelompok sebaya merupakan proses
pembelajaran “kepribadian sosial” yang sesungguhnya pada saati ni anak – anak
belajar cara – cara mendekati orang asing, malu – malu atau berani, menjauhkan
diri atau bersahabat dengan teman sebayanya. Anak beajar bagaimana
memperlakukan teman – teman. Ia belajar apa yang disebut bermain jujur (play
fair) dalam permainan.
Oleh karena itu, perilaku sosial anak usia 9 atau 10 tahun akan
menggambarkan perilaku sosial yang akan dilakukan pada usia 50 tahun yang
akan datang. Guru MI hendaknya terampil dalam mempelajari dan memahami
budaya teman sebaya pada lingkungan madrasah dan masyarakat. Guru dapat
menggunakan sosiometri untuk mempelajari struktur sodial di kelas tertentu.
Pemenuhan tugas perkembangan ini membawa implikasi terhadap
penyelenggaraan pendidikan di madrasah. Madrasah merupakan tempat yang
kondusif bagi kebanyakan siswa untuk belajar bergaul dan bekerja bersama
dengan teman sebaya. Oleh karena itu, guru MI harus memperhatikan
perkembangan ini.
Pola ini mengharuskan Guru MI untuk merancang model pembelajaran
yang memungkinkan anak untuk bekerja atau belajar dalam kelompok. Guru dapat
memintta siswa untuk membentuk kelompok kecil dengan anggota 3 – 4 orang
untuk mempelajari atau menyelesaikan suau secara kelompok.
Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara belajar dalam satu kelompok
setiap anggota kelompok memiliki ketergantungan dalam proses belajar untuk
penyelesaian tugas kelompok. Kegiatan ini mengharuskan semua anggota
kelompok bekerja sama, masing – masing siswa bertanggung jawab terhadap
tugas yang disepakati. Untuk kepentingan peyelesaian tugas, setiap siswa harus
belajar dan memiliki keterampilan komunikasi interpersonal.
4. Senang Merasakan/Melakukan Sesuatu Secara Langsung
Sebagaimana telah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya bahwa anak
usia MI, perkembangan intelektualnya cukup pesat, mereka mempunyai kempuan
12
yang memungkinkan untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan mengamalkan
ilmu tersebut dalam kehidupan lingkugan mereka dan memanfaatkannya untuk
memecahkan masalah – masalah yang timbul, karena pada masa ini anak MI
memasuk tahap operasi konkret.
Bagi anak MI, penjelasan guru tentang materi pelajaran akan lebih
dipahami jka anak melaksanakan sendiri atau disebut dengan belajar mandiri,
artinya secara berkala siswa diminta merefleksikan hal – hal yang telah dipelajari,
termasuk membuat contoh terhadap materi yang dianjarkan oleh guru.
Peran guru MI diharapkan mampu merancang model pembelajaran yang
memungkinkan anak terlibat dalam proses pembelajaran, misalnya guru
menyuruh siswa untuk mmbedakan akhlak yang baik dan buruk dalam kehidupan
sehari – hari.
D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Karakteristik Belajar Usia SD/MI
1. Faktor Internal
“Factor internal ini dipengaruhi oleh unsur kognitif dan fisiologis
otak. Kemampuan kognitif merupakan sesuatu yang fundamental dan yang
membimbing tingkah laku anak. Asfek kognitif merupakan sisi internal
yang bertanggungjawab atas proses pembelajaran. Dengan kemampuan
kognitif ini anak dipandang sebagai individu yang secara aktif membangun
sendiri pengetahuan mereka tentang dunia.
a. Karakteristik anak usia MI secara umum
Piaget memandang, bahwa anak memainkan peran aktif dalam
menyusun pengetahuan dan pemahamannya mengenai realitas. Anak
yang lebih berperan aktif dalam menginterpretasikan informasi yang
diperoleh melalui pengalaman. Piaget percaya bahwa pemikiran anak-
anak berkembang berdasarkan priode-priode yang terus bertambah
kompleks. Menurut tahapan piaget, setiap individu akan melalui
serangkaian perubahan kualitatif. Perubahan ini terjadi karena tekanan
biologis untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan serta adanya
pengorganisasian struktur berfikir.
13
Perkembangan kognisi atau intelektual anak berjalan secara
gradual, bertahap dan berkelanjutan seiring bertambahnya umur.
Walaupun dalam perkembangan kognisi pada usia-usia tertentu
memiliki pola umum, tetap ada peluang bahwa sebagian anak
menunjukkan perkembangan lebih awal dari pola umum tersebut. Rata-
rata umumnya perkembangan kognisi anak usia MI berkisar antara 6-13
tahun mulai dari kelas satu sampai 6. Masa ini diidentifikasi oleh piaget
sebagai period ke-3 dari empat periode schemata kognisi. Keempat
priode tersebut adalah:
a. Periode sensorimotor (usia 0-2 tahun)
b. Periode praoperasional (usia 2-7 tahun)
c. Periode operasional konkrit (usia 7-11 tahun)
d. Periode operasional formal (usia 11 tahun smpai dewasa)
Periode inilah yang dekat dan identik dengan usia MI. Pada usia
ini siswa mapu menggunakan logika yang memadai. Kemampuan
logika yang mereka kuasai berupa pemikiran operasional konkrit, yang
meliputi:
a. Pengurutan
b. Klasifikasi
c. Decentering (pelebaran perspektif)
d. Reversibility (mengembalikan bentuk semula)
e. Konservasi
b. Karakteristik Siswa dari Sisi Fisiologis Otak
“Konsep baru tentang intelegensi dikembangkan oleh Gardner
(1998) yang dikenal dengan multiple intelligences (beragam
kecerdasan). Berkenaan dengan hal tersebut, Gardner menjelaskan
bahwa intelegensi itu merupakan proses mengoperasikan sejumlah
komponen dalam inteligensi yang memungkinkan individu mampu
memecahkan masalah, menciptakan produk dan menemukan
pengetahuan baru dalam rentang yang cukup luas.”
14
Komponen-komponen inteligensi (multiple intelligences) yang
dimaksud Howard Gardner yaitu:
a. Verbal linguistic
b. Logika/ matematik
c. Musical
d. Spasial
e. Kinestetik
f. Naturalis
g. Interpersonal
h. Intrapersonal
Selain delapan kecerdasan baru itu, ada satu lagi kecerdasan
yang berhasil ditemukan dalam diri manusia, yaitu kecerdasan spiritual
yang dikenalkan oleh Danah Johar dan Ian Marshall. Kecerdasan
spiritual adalah kemampuan manusia untuk mengenali potensi fitrah
dalam dirinya serta kemampuan seseorang mengenali tuhannya yang
telah menciptakannya, sehingga dimanapun berada merasa dalam
pengawasan tuhannya.
2. Factor Eksternal
Factor external ini bisa berupa stimuli dari luar dirinya. “Menurut
Bandura, anak usia tingkat MI cenderung belajar dengan cara modeling,
yaitu mencontoh perilaku orang lain. Melalui interaksi social anak dapat
belajar melalui pengamatan (observation learning).” Maka teori ini dikenal
dengan nama Operant Conditioning.
Ada empat elemen penting yang menurut Bandura perlu
diperhatikan dalam pembelajaran melalui pengamatan yaitu:
a. Atensi
b. Retensi
c. Reproduksi
d. Motivasi
15
Masa sekolah tingkat SD/MI bisa dibagi menjai dua fase, yaitu:
a. Masa kelas-kelas rendah sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah sekitar enam
tahun sampai dengan usia sekitar delapan tahun.
b. Masa kelas-kelas tinggi sekolah dasar yaitu kira-kira sembilan sampai
kira-kira usia dua belas.
Pada masing-masing fase tersebut memiliki karakteristiknya masing-
masing. Masa-masa kelas rendah siswa memiliki sifat-sifat khas sebagai
berikut:
a. Adanya hubungan positif yang tinggi antara keadaan kesehatan
pertumbuhan jasmani dengan prestasi rohani.
b. Adanya sikap yang cenderung untuk memenuhi peraturan-peraturan
permainan yang tradisional.
c. Ada kecenderungan memuji diri sendiri dan masih ada sifat egosentris.
d. Suka membanding-bandingkan dirinya dengan anak lain untuk untuk
meremehkan anak lain.
e. Kalau tidak dapat menyelesaikan suatu soal, maka soal itu dianggapnya
tidak penting.
f. Pada masa ini anak menghendaki nilai dan angka rapor yang baik tanpa
mengingat apakah prestasinya memang pantas diberi nilai baik atau tidak.
g. Kemampuan mengingat dan berbahasa berkembang sangat cepat dan
mengagumkan.
h. Hal-hal yang bersifat konkrit lebih mudah dipahami daripada yang
abstrak.
i. Kehidupan adalah bermain.
Dibawah ini merupakan karakteristik afektif umum anak pada fase
kelas tinggi, dari kelas tiga sampai kelas enam di sekolah dasar yaitu:
a. Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkrit.
b. Amat realistik, ingin tahu dan ingin belajar.
c. Ada minat terhadap hal-hal atau mata pelajaran khusus.
d. Anak membutuhkan guru atau orang-orang dewasa lainnya untuk
menyelesaikan tugasnya dan memenuhi keinginannya.
16
e. Pada masa ini anak memandang nilai, terutama angka rapor sebagai
ukuran yang tepat mengenai prestasi belajarnya.
f. Anak-anak pada masa ini gemar membentuk kelompok sebaya.
g. Peran manusia idola sangat penting.
Karakteristik umum siswa usia MI di atas tidak menutup adanya
perbedaan-perbedaan tingkat kualitas dan kuantitas kepribadian siswa.
Perbedaan-perbedaan yang biasa ditemui dikelas antara lain:
a. Achievement: prestasi, kinerja skolastik.
b. Anatomy: tinggi, berat, dan warna kulit.
c. Emotion: stabilitas, percaya diri, kebijaksanaan dan ketekunan.
d. Interest: hobi, sahabat dan aktivitas.
e. Physiology: kemampuan menyimak, aktivitas visual, dan ketahanan.
f. Pcychology: kecepatan reaksi, kecepatan asosiasi dan koordinasi.
g. Social perspectives: suku, politik, agama, dan sikap ekonomi.
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah “bawaan, hati,
jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat,
temperamen, watak”. Adapun berkarakter adalah berkepribadian,
berperilaku, bersifat, bertabiat, dan berwatak”. Menurut Tadkiroatun
Musfiroh (UNY, 2008), karakter mengacu kepada serangkaian sikap
(attitudes), perilaku (behaviors), motivasi (motivations), dan keterampilan
(skills). Karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti “to mark” atau
menandai dan memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan
dalam bentuk tindakan atau tingkah laku. karakteristik adalah suatu sifat
yang khas, yang melekat pada seseorang atau suatu objek.
Adapun karakeristik dan kebutuhan peserta didik yaitu, Senang
bermain, Senang bergerak, anak senang bekerja dalam kelompok, senang
merasakan atau melakukan/memperagakan sesuatu secara langsung.
Adapun factor-faktor yang mempengaruhi karakteristik siswa MI yaitu
Faktor internal dan faktor eksternal.
18
DAFTAR PUSTAKA
Desmita. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung. PT. Remaja
Rosdakarya. 2010
Fauzi, Ahmad dkk, Perkembangan Peserta Didik edisi pertama. Jakarta. Learning
Assistence Program for Islamic Schools pendidikan guru madrasah ibtidaiyah.
2008
Hanafi M. Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. Jakarta. Direktorat Jendral
Pendidikan Islam. 2009
Slavin, Robert E. Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik. Jakarta. Indeks. 2009
Sumantri, Suryani. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta. Universitas Terbuka.
2010
Anonim. www.google.co.id/http.perkembangan karakteristik anak.com .
Diakses pada tanggal 20 maret 2014 pukul 10.25 WIB
Anonim. http://www.sekolahdasar.net/2011/05/karakteristik-dan-kebutuhan-an
Diakses pada tanggal 20 maret 2014 pukul 11.02 WIB
19