c. majalah dan jurnal carroll, a. “the four faces of corporate

39
C. Majalah dan Jurnal Carroll, A. “The Four Faces of Corporate Citizenship. Business and Society Review”, September, vol. 100, no. 1. 1998 Harian Analisa Sumatera Utara, tanggal 28 April 2014 . Harian Kompas, tanggal 26 Juni 2000. Harian Kompas, tanggal 4 Agustus 2007, Harapan Untuk Berbagi Madu. Harian Republik, tanggal 14 Desember 2009, Merumuskan Panduan CSR Indonesia. Jia Wang and H. Dudley Dewhirst, "Board of Directors and Stakeholder orientation", Journal of Business Ethics, vol. ll No. 2 February 1992. John D. Sullivan, Corporate Governance: Transparansi antara Pemerintahan dan Bisnis”, Jurnal Reformasi Ekonomi, Vol. 1. No. Oktober-Desember 2000. K. Goodpaster dan J. Matthews,”can a corporation have a conscience? ”Harvard Business Review, January-February,1982. M. Bradley, “The Purpose and Accountability of the Corporation in Contemporary Society: Corporate Governance at a Crossroad” 62 Law and Contemporary Problem 1992. The Idea of Corporate Social Responsibility, The Economist, Sept, 9th 2009. Wahjudi Prakarsa “Corporate Governance Suatu Keniscayaan”, Jurnal Reformasi Ekonomi, Vol. 1. No. 2 Oktober - Desember 2000. Universita Sumatera Utara

Upload: lytram

Post on 23-Jan-2017

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: C. Majalah dan Jurnal Carroll, A. “The Four Faces of Corporate

C. Majalah dan Jurnal

Carroll, A. “The Four Faces of Corporate Citizenship. Business and Society

Review”, September, vol. 100, no. 1. 1998

Harian Analisa Sumatera Utara, tanggal 28 April 2014 .

Harian Kompas, tanggal 26 Juni 2000.

Harian Kompas, tanggal 4 Agustus 2007, Harapan Untuk Berbagi Madu.

Harian Republik, tanggal 14 Desember 2009, Merumuskan Panduan CSR

Indonesia.

Jia Wang and H. Dudley Dewhirst, "Board of Directors and Stakeholder

orientation", Journal of Business Ethics, vol. ll No. 2 February 1992.

John D. Sullivan, “Corporate Governance: Transparansi antara

Pemerintahan dan Bisnis”, Jurnal Reformasi Ekonomi, Vol. 1. No.

Oktober-Desember 2000.

K. Goodpaster dan J. Matthews,”can a corporation have a conscience?

”Harvard Business Review, January-February,1982.

M. Bradley, “The Purpose and Accountability of the Corporation in

Contemporary Society: Corporate Governance at a Crossroad” 62

Law and Contemporary Problem 1992.

The Idea of Corporate Social Responsibility, The Economist, Sept, 9th 2009.

Wahjudi Prakarsa “Corporate Governance Suatu Keniscayaan”, Jurnal

Reformasi Ekonomi, Vol. 1. No. 2 Oktober - Desember 2000.

Universita Sumatera Utara

Page 2: C. Majalah dan Jurnal Carroll, A. “The Four Faces of Corporate

D. Internet

http://www.acch.kpk.go.id/kearifan-lokal-yang-tersingkir

http://www.arthagrapeduli.org.htm

http://www.badanbahasa.kemdikbud.go.id/laman-bahasa/artikel/1366

http://www.donhangga.com/csr-sekilas-sejarah-dan-konsep/2007/11/28.

http://www.fegi.or.id

http://www.greatmartabe.com/tentang-kami/

http://www.handyleonardoetikabisnis.blogspot.com/2012/09/pengertian-etika-

etika-bisnis-dan.html

http://www.id.wikipedia.org/wiki/suku-bangsa-diIndonesia

http://www.keepandshare.com/doc

http://www.kiprahagroforestri.blogspot.com/2013/01/menjaga-dan-melestarikan-

kearifan-lokal_28.html

http://www.kpbptpn.co.id/profileptpn-16-0-.html#ixzz32LOVqhFv

http://www.lailasoftskill.blogspot.com/2013/10/2-etika-dalam-bisnis.html

http://www.mediaqitafoundation.org/CSR.html

http://www.nenielse99.wordpress.com

http://www.sosbud.kompasiana.com/2013/05/23/marsalapari-budaya-

mandailing-yang-layak-di-contoh-562609.html

http://www.sumutpos.co/2013/08/64488/menanti-kebangkitan-wisata-dan-

kearifan-lokal

Universita Sumatera Utara

Page 3: C. Majalah dan Jurnal Carroll, A. “The Four Faces of Corporate

http://www.teguharifiyadi.blogspot.com/2009/08/memahami-makna-corporate-social

http://www.tobapulp.com/history

http;//www.wordpress.com/program-csr-yang-berkelanjutan

Universita Sumatera Utara

Page 4: C. Majalah dan Jurnal Carroll, A. “The Four Faces of Corporate

E. Makalah

Bismar Nasution, Metode Penelitian Hukum Normatif dan Perbandingan

Hukum, Makalah Disampaikan Pada Dialog Interaktif Tentang

Penelitian Hukum dan Hasil Penulisan Penelitian Hukum Pada Makalah

Akreditas Fakultas Hukum USU Tanggal 18 Februari 2003.

___________,“Pengelolaan Stakeholders Perusahaan”, Disampaikan pada

Pelatihan Mengelola Stakeholders yang dilaksanakan PT. Perkebunan

Nusantara III (Persero) tanggal 17 s.d. Oktober 2008 di Sei Karang

Sumatera Utara,

____________, (I).”Penerapan Good Corporate Governance Dalam

Pencegahan Penyalahgunaan Kredit”, Disampaikan pada “Seminar

Hukum Perkreditan,” PT. Bank Rakyat Indonesia, Medan, tanggal 12-13

Maret 2002.

_____________,Pengelolaan Stakeholder Perusahaan, Makalah disampaikan

pada Pelatihan Pengelolaan Stakeholders, PT. Perkebunan Nusantara III

(Persero), Sumatera Utara, 17 Oktober 2008.

______________,Metode Penelitian Hukum Normatif dan Perbandingan

Hukum, Makalah Disampaikan Pada Dialog Interaktif Tentang

Penelitian Hukum dan Hasil Penulisan Penelitian Hukum Pada Makalah

Akreditas Fakultas Hukum USU Tanggal 18 Februari 2003.

Universita Sumatera Utara

Page 5: C. Majalah dan Jurnal Carroll, A. “The Four Faces of Corporate

______________,(II).,“Aspek Hukum Dalam Transparansi Pengelolaan

Perusahaan BUMN/BUMD Sebagai Upaya Pemberantasan KKN”,

Makalah Disampaikan pada Semi loka Peran Masyarakat (Stakeholders)

melalui lembaga pengawasan pengelolaan perusahaan dalam mendukung

pelaksanaan good corporate governance di Sumatera Utara pada tanggal

30 April 2003.

Charolinda, “Pengembangan Konsep Community Development Dalam

Rangka Pelaksanaan Corporate Social Responsibility”, Jurnal

Hukum dan Pembangunan, Tahun ke 36 No. 1, Fakultas Hukum

Universitas Indonesia, Januari-Maret 2006.

Daniel Prakosa, “CSR for Better a Learning Forum Series” Disampaikan pada

Seminar IBL Resources Center For Corporate Citizen Ship, Hotel

Grand Angkasa, Tanggal 31 Agustus 2007.

Dokumen“Social Impact Assesment Kebun Kelapa Sawit dan Karet hasil

penelitian PTPN III dan lembaga penelitian USU” 2010.

Holly J. Gregory dan Marshal E. Simms, ”Pengelolaan Perusahaan (Corporate

Governance): Apa dan Mengapa Hal Tersebut Penting”, Lokakarya

Pengelolaan Perusahaan (Corporate governance) kerja sama Program

Pascasarjana Universitas Indonesia dan University of South Carolina,

Jakarta, tanggal 4 Mei 2000.

Universita Sumatera Utara

Page 6: C. Majalah dan Jurnal Carroll, A. “The Four Faces of Corporate

Ira M. Millstein, Business Sector Advisory Group, “Report to the OECD on

Corporate Governance: Improving competiveness and Access to

Capital in Global Markets April 1998.

Munsi Lampe, “Menggali kearifan lokal disulawesi selatan,belajar dari

kasus komunitas petani dan nelayan tradisional”, disampaikan pada

loka karya menggali kearifan lokal lingkungan nelayan pada lab

antropologi bekerjasama dengan pusat pengelolaan lingkungan hidup

regional sulawesi, maluku dan papua, makasar, 10 agustus 2006.

Nindyo Pramono,”Independensi Direksi dan Komisaris dalam rangka

Meningkatkan Penerapan Good Corporate Governance”, Jakarta,

Januari 2003.

PT.ANTAM.Tbk, “Corporate responsibility, sustainability and reporting”,

disampaikan pada inna garuda hotel, Yogyakarta 21-23 Desember 2005.

Toba pulp lestari laporan tahunan 2013 annual report “pendekatan peningkatan

berkelanjutan menuju kesinambungan usaha”,2013.

Universita Sumatera Utara

Page 7: C. Majalah dan Jurnal Carroll, A. “The Four Faces of Corporate

Lampiran 1

Oendang Oendang Simbur Cahaya (Oendang Oendang Usali Sumatera Selatan)

Pemerintah provinsi Sumatera Selatan Tahun 2002

Artikel 15

Telken jare zal het doesoenhoold de woste gronden der gemeetevoor den

droogen rljatbouw (berladang) voor zooveel noodig verdeelen en hij zal zich

moeten overtuigen dat alle rijstvelden behoorlijk bepland en onderhouden

worden.

Pasal 15

Tiap-tiap tahoen hendak proatin mambagi tanah akan berladang pada

peranakkannja dan ja hendak periksa soepaja segala peranakkan memboaet serta

perihara ladang.

Pasal 15

Tiap-tiap tahun hendak proatin membagi tanah akan berladang pada

peranakannya dan ia hendak periksa supaya segala peranakan membuat serta

pelihara ladang.

Universita Sumatera Utara

Page 8: C. Majalah dan Jurnal Carroll, A. “The Four Faces of Corporate

Artikel 16

De hoofden zijn verplicht toe te zien dat hunne onderhootigen de Katoen niet

inzamelen voor de geheele rijpheid.

Pasal 16

Hendak pasirah proatin djaga soepaja djangan peranakkannja poengoet kapas

sebeloemnja sampai masak.

Pasal 16

Hendak pasirah proatin jaga supaya jangan peranakannya pungut kapas

sebelumnya sampai masak.

Universita Sumatera Utara

Page 9: C. Majalah dan Jurnal Carroll, A. “The Four Faces of Corporate

Artikel 20

Wanneer iemand een ladang brandt en door achteloosineld eens anders

aanplantingen vruchtboomen enz. Beschadigt vervalt hij in eene boete van 6 to

12 R en zal buitendien de verbrande gewassen tegen billijke prijzen vergoeden.

De boete wordt in tweeon verdeeld; de eene helft aan den klager, deandere aan

de hoofden.

Pasal 20

Djika orang membakar ladang lantas orang lain poenja tandoeran seperti:

Doeren, Kalappa, Siri atau lain-lain moetoeng sebab orang jang bakar ladang

koerang djaga maka itoe orang kena denda dari 6 ringgit sampai 12 ringgit dan

kena genti tandoeran jang moetoeng dengan harga jang patoet. Dan denda di

Universita Sumatera Utara

Page 10: C. Majalah dan Jurnal Carroll, A. “The Four Faces of Corporate

bagi doea sebagi poelang pada jang poenja tandoeran dan sebahi pada pasirah

proatin.

Pasal 20

Jika orang membakar ladang lantas orang lain punya tanduran seperti : Duren,

Kelapa, Sirih atau lain-lain mutung sebab orang yang bakar ladang kurang jaga

maka itu kena denda dari 6 ringgit sampai 12 ringgit dan kena ganti tanduran

yang mutung dengan harga yang patut. Dan denda dibagi dua sebagi pulang pada

yang punya tanduran dan sebagi pada pasirah proatin.

Universita Sumatera Utara

Page 11: C. Majalah dan Jurnal Carroll, A. “The Four Faces of Corporate

Artikel 22

De buffels moeten des nachts in eene kraal opgesloten over dagmogen ze

losgelaten worden.Indien eenbuffeld of tuin komt en door den eigenaar van het

veld opgevat wordt, zal de eigenaar van den buffel een losgeld van f 5 moeten

betalen.

Mocht de eigenaar van de ladang of tuin den buffel niet kunnen opvatten

zal hij hem mogen dooden zonder dat daaruit aanleiding tot schadevergoeding

kan ontstaan. Hij zal evenwel gehouden zijn aan den eigenaar van den gedooden

buffel een achterpoot van het dier te brengen.

Het overige vleesch verblijft aan den eigenenaar van de ladang of tuin.

Ingeval de buffel overdag in een ladang of een tuin binnen dringt kan de

eigenaar der ladang het dier slechts wegjagen, mocht hij het wonden of dooden

zoo zal hij gehouden zijn de waarde te vergoeden.

Pasal 22

Dari kerbouw malam hendak di kandangi dan siang boleh di lepaskan dan

djika hari malam kerbouw masok orang poenja ladang lantas di tangkap oleh

orang poenja ladang itoe maka orang jang poenya kerbouw kena teboes di dalam

satoe kerbouw 5 roepiah.

Dan djika orang poenja ladang tiada dapat tangkap itoe kerbouw boleh ja

boenoeh tiada ada perkaranja dan satoe poekang kerbouw jang mati ja antar pada

jang poenja kerbouw dan lain daging orang ladang jang poenja.

Universita Sumatera Utara

Page 12: C. Majalah dan Jurnal Carroll, A. “The Four Faces of Corporate

Dan djika siang hari kerbouw masok orang poenja ladang tiada boleh di

boenoe melainkan hendak di oesir. Dan djika poenja ladang tikam, ja kena ganti

harga kerbouw.

Pasal 22

Dari kerbau malam hendak dikandangi dan siang boleh dilepaskan dan jika

hari malam kerbau masuk orang punya ladang lantas ditangkap oleh orang punya

ladang itu maka orang yang punya kerbau kena tebus di dalam satu kerbau 5

rupiah.

Dan jika orang punya ladang tiada dapat tangkap itu kerbau boleh ia bunuh

tiada ada perkaranya dan satu pukang kerbau yang mati ia antar pada yang punya

kerbau dan lain daging orang ladang yang punya.

Dan jika siang hari kerbau masuk orang punya ladang tiada boleh dibunuh

melainkan hendak diusir.

Dan jika yang punya ladang tikam, ia kena ganti harga kerbau.

Universita Sumatera Utara

Page 13: C. Majalah dan Jurnal Carroll, A. “The Four Faces of Corporate

Universita Sumatera Utara

Page 14: C. Majalah dan Jurnal Carroll, A. “The Four Faces of Corporate

Artikel 26

Wie zijne sawah, ladang of tuin verpandt zonder bepaling van den tijd van

inlossing en teruggave, zal geen recht hebben tot wederinlossing tijdens het

pand nog vruchtdragende is. De lossing zal na den oogst eerst kunnen plaats

hebben.

Pasal 26

Djika orang bergade kebon tiada dengan perdjandjian tiada boleh di teboes

sebeloem boeanja terpoengoet oleh orang pegang kebon itoe.

Pasal 26

Jika orang bergade tiada dengan perjanjian tiada boleh ditebus sebelum

buahnya terpungut oleh orang pegang kebon itu.

Universita Sumatera Utara

Page 15: C. Majalah dan Jurnal Carroll, A. “The Four Faces of Corporate

Artikel 27

Wie binnen eene hem vreemde marga een sawah, ladang of tuin ontgint,

betaalt jaarlijks f 1. ,, Sewa boemie” grondhuur aan de marga. Bij overtreding

hiervan verbeurt men eene boete van 6 R wegens; ,, Malieng Oetan” (diefstal

van gronden).

Pasal 27

Djika orang akan berladang di marga asing hendaklah mintak izin pada

pasirahnja dan ja membajar sewa boemie pada jang poenja tanah di dalam satoe

bidang 1 roepiah, dan itoe wang poelang pada orang banjak. Dan jang melanggar

ini adat kena denda 6 R ,,maling oetan”

Pasal 27

Jika orang akan berladang di marga asing hendaklah minta izin pada

pasirahnya dan ia membayar sewa bumi pada yang punya tanah di dalam satu

bidang 1 rupiah, dan itu uang pulang pada orang banyak. Dan yang melanggar

ini adat kena denda 6 R “Maling utan”.

Universita Sumatera Utara

Page 16: C. Majalah dan Jurnal Carroll, A. “The Four Faces of Corporate

Artikel 28

Wanneer iemand tijdelijk verbiijf houdende op de gronden van eena marga of

doesoen aldaar rijstvelden of tuinen heeft aangelegd en naar zijne doesoen

wenscht terug te keerea, vervallen de doorhem genade aanplantingen aan de

eigenaars van den grond. Volgen de oendang Simboer tjaija voorkomende in‘t

Tijdschr; voor N.1. le aflg. Januari 1876, gebeurt zulks alleen wanneer hij naar

zijne doesoen is teruggekeerd zonder vooraf door verkoop, pandgeving of

anderzins over zijn eigendomsrecht te hebben beschikt.

Pasal 28

Djika orang jang noempang bertalang atau berkebon di tanah lain doesoen atau

marga hendak balek kedoesoen sendiri, ja poenja tanaman segala poelang pada

jang poenja tanah.

Universita Sumatera Utara

Page 17: C. Majalah dan Jurnal Carroll, A. “The Four Faces of Corporate

Pasal 28

Jika orang yanng numpang bertalang atau berkebun di tanah lain dusun atau

marga hendak balik ke dusun sendiri, ia punya tanaman segala pulang pada yang

punya tanah.

Universita Sumatera Utara

Page 18: C. Majalah dan Jurnal Carroll, A. “The Four Faces of Corporate

Lampiran 2

KEPUTUSAN PERTEMUAN MUSYAWARAH

PANGLIMA LAOT SePROPINSI DAERAH ISTIMEWA

ACEH TANGGAL 6 - 7 JUNI 2006 DI BANDA ACEH

Kami peserta pertemuan panglima laut sePropinsi Daerah Istimewa Aceh

setelah mendengar,memperhatikan pendapat pendapat, prasaran prasaran, pikiran

yang timbul dan berkembang dalam musyawarah serta memperhatikan perda

tahun 1990 tentang pembinaan dan pengembangan adat istiadat, kebiasaan

kebiasaan musyawarah beserta lembaga adat di Propinsi Daerah istimewa

Aceh,maka musyawarah mengambil keputusan sebagai berikut:

BAHAGIAN UMUM

A. Hukum adat laut dan adat-istiadat merupakan hukum-hukum adat yang

diperlukan oleh masyarakat nelayan untuk menjaga ketertiban dalam

penangkapan ikan dan kehidupan masyarakat nelayan di pantai.

B. Untuk mendukung tetap tegaknya hukum adat laot sebagai pengisi

kekosongan hukum positif nasional dalam bidang keperdataan laut,

sangat diperlukan untuk keikutsertaan pemerintah terutama aparat

keamanan negara untuk melindungi panglima laot pada saat menetapkan

sanksi-sanksi adat.

Universita Sumatera Utara

Page 19: C. Majalah dan Jurnal Carroll, A. “The Four Faces of Corporate

C. Keputusan Musyawarah Panglima Laot tentang hukum adat laot ini

merupakan kelengkapan dari hukum adat Laot yang sudah ada

sebelumnya dari masing-masing Daerah Tingkat II dalam Propinsi

Daerah Istimewa Aceh dan oleh karena hal tersebut diharapkan seluruh

Panglima Laot di Propinsi Daerah Istimewa Aceh supaya dapat

mengumumkan kepada seluruh nelayan yang ada dalam daerahnya

masing-masing.

D. Hukum Adat Laot dari Panglima Laot dari Propinsi Daerah Istimewa

Aceh merupakan hukum adat yang berlaku di Daerah Tingkat II masing-

masing Nelayan atau pengusaha perikanan laut daerah yang melakukan

usaha penangkapan ikan di daerah perairan Tingkat II tersebut tunduk

pada hukum adat yang berlaku di daerah itu.

E. Panglima Laot merupakan Lembaga Adat dan karena kedudukannya

berfungsi sebagai ketua adat bagi kehidupan nelayan di pantai, serta

merupakan unsur penghubung antara pemerintah dengan rakyat (nelayan)

ditepi pantai guna mengsukseskan program pembangunan dan program

Pemerintah secara umum.

F. Hasil musyawarah ini dikirimkan kepada seluruh instansi terkait dengan

harapan bila timbul masalah-masalah yang menyangkut dengan hukum

adat laot dapat membantu dan melindungi hukum adat laot dapat

membantu dan melindungi hukum adat ini lapangan.

Universita Sumatera Utara

Page 20: C. Majalah dan Jurnal Carroll, A. “The Four Faces of Corporate

BAHAGIAN KHUSUS

1. Organisasi Panglima Laot

Dalam suatu wilayah dimana nelayan berpangkalan dan masyarakat nelayan

berdomisili dipimpin oleh Panglima Laot. Yang dimaksud dengan Wilayah

Lhok adalah suatu wilayah di pesisir pantai atau dimana nelayan berdomisili

dan melakukan usaha penangkapan ikan. Wilayah dimaksud dapat

berorientasi untuk satu satu desa pantai, beberapa desa (satu penukiman),

kecamatan atau satu kepulauan untuk wilayah Lhok tersebut dipimpin oleh

Panglima Laot Lhok.

A. Panglima Laot terdiri dari 3 (tiga) tingkatan :

1. Panglima Laot Lhok

2. Panglima Laot Kabupaten/Kota

3. Panglima Laot Propinsi

B. Susunan Panglima Laot Lhok terdiri dari :

1. 3 orang penasehat

2. 1 orang ketua (Panglima Laot)

3. 1 orang wakil ketua

4. 1 orang sekretaris

5. 1 orang bendahara

C. Susunan Panglima Kabupaten/Kota terdiri dari :

1. 3 orang penasehat

Universita Sumatera Utara

Page 21: C. Majalah dan Jurnal Carroll, A. “The Four Faces of Corporate

2. 1 orang ketua (Panglima Laot)

3. 1 orang sekretaris

4. 1 orang bendahara

2. Fungsi dan Tugas Panglima Laot

Panglima Laot berfungsi dan bertugas sebagai pembantu pemerintahan dalam

membantu pembangunan perikanan, melestarikan adat istiadat, kebiasaan-

kebiasaan dalam masyarakat nelayan.Panglima Laot Lhok menyelesaikan

sengketa antar nelayan diwilayah kerjanya.Panglima Laot Kabupaten/Kota

melaksanakan penyelesaian sengketa antara nelayan dari dua atau lebih

Panglima Laot Lhok yang tidak dapat diselesaikan oleh Panglima Laot Lahok

yang bersangkutan, serta mengatur jadwal kenduri adat laot sehingga tidak

terjadi kenduri tersebut dilaksanakan pada hari yang sama dalam

Kabupaten/Kota. Panglima Laot Propinsi mengkoordinir pelaksanaan Hukum

Adat Laot di Propinsi Daerah Istimewa Aceh dan menjabatani mengurus

kepentingan-kepentingan nelayan ditingkat Propinsi.

Dalam melaksanakan fungsinya, Panglima Laot mempunyai tugas antara lain:

a) Memelihara dan mengawasi ketentuan-ketentuan Hukum Adat dan Adat

Laot.

b) Mengkoordinir dan mengawasi setiap usaha penangkapan ikan di laut.

c) Menyelesaikan perselisihan/sengketa yang terjadi diantara sesama

anggota nelayan atau kelompoknya.

Universita Sumatera Utara

Page 22: C. Majalah dan Jurnal Carroll, A. “The Four Faces of Corporate

d) Mengurus dan menyelenggarakan upacara Adat Laot.

e) Menjaga/mengawasi agar pohon-pohon ditepi pantai jangan ditebang,

karena ikan akan menjauh ketengah laut (perlu disesuaikan dengan

kondisi dan situasi daerah setempat).

f) Merupakan badan penghubung antara nelayan dengan pemerintah dan

Panglima Laot dengan Panglima Laot lainnya.

g) Meningkatkan taraf kehidupan nelayan pesisir pantai.

3. Proses Pemilihan Panglima Laot

Proses Pemilihan Panglima Laot Lhok :

Pemilihan Panglima Laot Lhok dipilih untuk masa waktu selama 8 tahun

sekali atau sewaktu-waktu diperlukan.

Tata cara pemilihan :

Calon minimal 5 orang dengan syarat sebagai berikut: Taat beragama,

Pawang atau setidak-tidaknya pernah menjadi pawang, bisa membaca dan

menulis, berdomisili diwilayah kerja Lhok tersebut, pemilihan dilakukan

secara musyawarah dan mufakat

a) Calon dipilih oleh pawang-pawang yang ada dalam wilayah Lhok

yang bersangkutan.

b) Forum dianggap sah bila dihadiri oleh minimal 2/3 dari jumlah

pawang-pawang yang ada didaerah yang bersangkutan disaksikan

oleh pembina (Dinas Perikanan dan Camat).

Universita Sumatera Utara

Page 23: C. Majalah dan Jurnal Carroll, A. “The Four Faces of Corporate

c) Calon yang memperoleh suara terbanyak ke-I langsung menjadi

Panglima Laot, suara terbanyak ke-II berikutnya menjadi wakil,

suara terbanyak ke-III menjadi bendahara dan terbanyak ke-IV dan

V menjadi anggota.

4. Proses Pemilihan Panglima Laot Kabupaten/Kota Calon minimal 3 orang dengan syarat sebagai berikut :

Pemilihan dilakukan secara musyawarah dan mufakat, Calon dipilih Panglima

Laot Lhok dalam wilayah Kabupaten/Kota bersangkutan, Forum dianggap sah

bila dihadiri oleh minimal 2/3 dari jumlah Panglima Laot Lhok yang ada

dalam Kabupaten/Kota yang bersangkutan disaksikan oleh Pembina (Bupati

dan Kepala Dinas Perikanan). Aturan tersebut tetap merupakan Hukum Adat

bagi nelayan yang melakukan penangkapan didaerah itu.

A. Hari Pantang Laut

1. Kenduri Adat Laot, kenduri adat dilaksanakan selambat-lambatnya 3 tahun

sekali atau tergantung kesepakatan dan kesanggupan nelayan setempat,

dinyatakan 3 hari pantangan melaut pada acara kenduri tersebut dihitung

sejak keluar matahari pada hari kenduri hingga terbenam matahari pada

hari Jum’at.

2. Hari Jum’at, dilarang melaut selama 1 hari sejak tenggelam matahari pada

hari Kamis hingga terbenam matahari pada hari Jum’at.

Universita Sumatera Utara

Page 24: C. Majalah dan Jurnal Carroll, A. “The Four Faces of Corporate

3. Hari Raya Aidul Fitri, dilarang melaut selama 2 hari dihitung sejak

tenggelam matahari pada hari megang hingga terbenam matahari pada hari

raya.

4. Hari Kemerdekaan tanggal 17 Agustus, dilarang melaut selama 1 hari

dihitung sejak tenggelam matahari pada tanggal 16 Agustus hingga

terbenam matahari pada tanggal 17 Agustus.

Sanksi Hukum

Bagi nelayan yang melanggar ketentuan tersebut pada butir diatas

dikenakan sanksi hukum :

a. Seluruh hari tanggapan disita

b. Dilarang melaut serendah-rendahnya 3 hari dan selama-lamanya 7

hari.

B. Adat Laot 1. Adat Sosial: Adat sosial dalam operasi dan kehidupan nelayan

diantaranya sebagai berikut :

a) Pada saat terjadinya kerusakan kapal boat atau alat penangkapan lainnya

di laut mereka memberi suatu tanda yaitu menaikkan bendera sebagai

tanda meminta bantuan (SOS), bagi boat yang melihat aba-aba tersebut

langsung datang mendekati memberikan bantuan.

b) Jika terjadi musibah tenggelam nelayan di laut, seluruh boat mencari

mayat tersebut minimal satu hari penuh dan jika ada boat yang mendapat

Universita Sumatera Utara

Page 25: C. Majalah dan Jurnal Carroll, A. “The Four Faces of Corporate

mayat dilaut, boat tersebut berkewajiban mengambil dan membawa mayat

tersebut kedaratan.

2. Adat Pemelihara Lingkungan

a) Dilarang melakukan pemboman, peracunan, pembiusan, penglistrikan,

pengambilan terumbu karang dan bahan-bahan lain yang dapat merusak

lingkungan hidup ikan dan biota lainnya.

b) Dilarang menebang/merusak pohon-pohon kayu di pesisir pantai laut

seperti pohon arun/cemara, pandan, ketopang, bakau dan pohon lainnya

yang hidup di pantau.

c) Dilarang menangkap ikan/biota laut lainnya yang dilindungi (lumba-

lumba, penyu dan lain-lain sebagainya).

Adat Kenduri Laot

Adat kenduri laot masing-masing Daerah Tingkat II dalam Propinsi Daerah

Istimewa Aceh mempunyai ciri, khas tersendiri dan bervariasi satu daerah yang

lainnya menurut keadaan masing-masing daerah, dan tetap memperhatikan nilai-

nilai yang islami.

Ada Barang Hanyut

Setiap barang (perahu, boat panglong dan lain-lain) yang hanyut dilaut dan

diketemukan oleh seorang/nelayan, harus diserahkan kepada Panglima Laot

setempat untuk pengurus selanjutnya.

Universita Sumatera Utara

Page 26: C. Majalah dan Jurnal Carroll, A. “The Four Faces of Corporate

LAIN-LAIN

1. Sistem Pelaporan

a. Jika seorang nelayan atau anggota masyarakat lainnya mencurigai ada

kapal/boat/perahu lainnya yang memasuki wilayah perairan Propinsi

Daerah Istimewa Aceh untuk melakukan pengungkapan ikan dan

sejenisnya maka hal tersebut harus segera dilaporkan pada Panglima

Laot dan selanjutnya dilaporkan kepada yang berwajib.

b. Jika seseorang nelayan atau anggota masyarakat lainya melihat

adanya oknum melanggar lingkungan hidup dalam Daerah Istimewa

Aceh, maka pelanggaran tersebut harus diserahkan kepada Dinas

Perikanan Setempat untuk diteliti lebih lanjut.

2. Ketentuan-ketentuan Hukum Adat dan Adat Laot tidak boleh

bertentangan dengan Peraturan Pemerintah dan Agama Islam.

3. Peraturan Adat dalam kesimpulan ini bila sangat dibutuhkan dapat

disesuaikan dengan situasi dan kondisi daerah bersangkutan.

Cara Berpayang di Laut

Pasal 1

Bila sebuah motor boat mendapat kawan ikan dan terus mengelilinginya dan bila

kawanan ikan yang sedang dikelilinginya dan bila kawanan ikan yang sedang

dikelilinginya tadi hilang dari pandangan mata (tenggelam) sedangkan didekat

boat pukat tadi ada perahu pukat Aceh.

Universita Sumatera Utara

Page 27: C. Majalah dan Jurnal Carroll, A. “The Four Faces of Corporate

Apabila kawanan ikan tadi muncul kembali disamping boat, ikan tersebut masih

kepunyaan boat pukat. Tetapi apabila kawanan ikan tadi muncul dibelakang

perahu pukat Aceh, sedangkan boat pukat mengejar berlainan arah, sedangkan

kawanan ikan tadi jauh dengan perahu pukat (lebih kurang) 1 Leun pukat, maka

kawasan ikan itu sudah menjadi hak perahu pukat dan dalam hal ini bagi perahu

pukat siapa yang duluan krah ikan tersebut.

Peraturan

Pasal 2

Bila perahu pukat krah satu kawanan ikan jauh lebih dari perahu tersebut,

sedangkan kawanan ikan tersebut dilaboh oleh boat pukat tadi, maka

pembagiannya ialah bagian dua maupun sebaliknya.

Bila kawanan ikan di kerah oleh sebuah pukat Aceh sedangkan disitu terdapat

beberapa benih perahu pukat lain, dan dari samping kawanan ikan itu terdapat

pula sebuah boat pukat.

Oleh boat pukat yang dekat dengan kawanan ikan tadi tidak bisa (tidak boleh)

melabuh kawanan ikan tersebut. Dan apabila pukat-pukat yang melabuh tan.

Sudah jatuh UNTUNG – baik pukat I-II, maupun ke-III dan setelah UNTUNG

pukat yang ketiga ini jatuh baru bisa boat pukat melabuh kawanan ikan tersebut

dengan catatan hak pukat tadi masih ada yaitu dibagi dua.

Peraturan

Universita Sumatera Utara

Page 28: C. Majalah dan Jurnal Carroll, A. “The Four Faces of Corporate

Syarat-syarat untuk dapat memiliki satu kawanan ikan

a. Krah atau angkat topi

b. Sangga atau memukul galah diujung umbai

c. Kalau pukat atau lampung tersangkut harus dilepas atau diperbaiki

d. Menggiring kawanan ikan

e. Jika ikan sudah didapat (mati), wajib merapat untuk meminta bagian

Pasal 4

Pukat boat sedang laboh sedangkan pukat Aceh tidak sampai untuk mendesak

dan bagaimana pula caranya supaya pukat Aceh mendapat hak dari hasil yang

diperoleh boat pukat tersebut.

Apabila ikan dilabuh sendiri oleh boat baik pukat Aceh untuk mendapat bagian

dari hasil ikan yang diperoleh boat adalah dengan cara siapa yang duluan

mengekati umbai pukat boat dan hasilnya ialah dibagi dua. Bila ikan tersebut

dibawa turun sendiri oleh boat maka perahu yang tinggal dilaut masih dikira

kongsi.

Peraturan

Pasal 5

Bila sebuah kawanan ikan dikrah oleh sebuah perahu pukat Aceh dan sikejar

oleh pukat-pukat lain untuk melabuh kawanan ikan tersebut, sedangkan

cuaca/keadaan alam tidak mungkin bagi pukat Aceh yang mengejar tadi akan

berhasil melabih kawanan ikan tersebut. Dan apabila ada sebuah boat yang

Universita Sumatera Utara

Page 29: C. Majalah dan Jurnal Carroll, A. “The Four Faces of Corporate

membantu melabuh kawanan ikan tersebut dengan seizin pawang pukat yang

mengejar tadi, dan jika berhasil dilabuh kawanan ikan itu maka pembagiannya

adalah bagi tiga yaitu satu bagian pukat yang krah, satu bagian bagi yang

mengejar tadi dan satu bagian untuk boat yang membantu melaboh tersebut

dengan ketentuan sanggaup mencapai umbai pukat boat.

Pasal 6

Sebuah boat menggandeng sebuah perahu pukat Aceh dan bila jumpa dengan

kawanan ikan perahu pukat yang menggandeng tadi tidak bisa krah ikan yang

dilihatnya itu sebleum ia lepaskan diri dari boat yang menggandeng tadi.

Pasal 7

Sebuah boat yang menggunakan pukat Aceh, apabila waktu sedang laboh

dibantu oleh perahu kulek, maka ikan hasil dari labuh itu harus dibawa turun

oleh perahu kulek tersebut. Dan apabila ikan tersebut dibawa turun sendiri oleh

boat maka jernih atas pertolongan /bantuan perahu kulek ialah 10% dari hasil

ikan tersebut.

Pasal 8

Pukat Aceh sedang laboh, lantas datang sebuah boat dan sebuah pukat Aceh

lainnya serta sampai ditempat pukat yang sedang laboh tadi bersama-sama

mereka membantu pukat yang sedang laboh itu, maka jerih payah atas bantuan

boat dan pukat Aceh yang membantu adalah hasil dari laboh itu dibagi dua lagi.

Dan antara boat pukat dengan pukat Aceh yang membantu tadi mereka ini hasil

bagi dua tadi bagi dua lagi, berarti mereka semuanya mendapat hasil

Universita Sumatera Utara

Page 30: C. Majalah dan Jurnal Carroll, A. “The Four Faces of Corporate

penangkapan ikan lainnya tidak dengan sengaja, maka kerusakan tuasan,

rumpon, dan bubu tidak diganti, tetapi kerusakan tuasan, rumpan dan bubu

ditabrak oleh pukat dengan sengaja atau alat tangkapan ikan lainnya, maka harus

diganti rugi sebesar 100% dari harga tuasan, rumpon dan bubu tersebut.

Pemasangan tuasan, rumpon dan bubu harus mengambil surat izin dari Dinas

Perikanan Tingkat II setempat, apabila tidak mempunyai Surat Izin dari Dinas

Perikanan Tingkat II, maka kerusakan tuasa, rumpon dan bubu tersebut tidak

berhak mendapat ganti rugi.

(3) Tuasan, Rumpon dan Bubu yang tidak diberi tanda pengenal bila terjadi

tabrakan tidak akan diganti dan ia harus mengganti kepada yang

menabraknya.

(4) Pukat banting, pukat langgar dan jenis pukat lainnya boleh menangkap ikan

dimalam hari dengan jarak ± 500 m dari tuasan/unjam dan lain-lain alat

pengumpul ikan.

Masalah Meletakkan Tuasan Dilaut

Pasal 16

(1) Cara untuk membina tuasan dilaut sangat diperlukan tata tertib yang

sempurna, bagi kapal-kapal yang membina tuasan tersebut. Bagi sebuah

kapal pukat yang melanggar atau pukat banting, jika membina tuasan jarak

antara satu tuasan dengan tuasan kapal lain, harus ada lebih kurang 1 mil

sehingga tidak mengganggu bagi kapal lain, sewaktu memukat.

Universita Sumatera Utara

Page 31: C. Majalah dan Jurnal Carroll, A. “The Four Faces of Corporate

(2) Bagi sebuah kapal yang menggunakan alat jaring atau tanggok bawal, jarak

antara satu tuasan dengan tuasan kapal lain lebih kurang 500 m sehingga

tidak terjadi gangguan jarang sewaktu pihak kapal lain menggunakan alat

tangkapnya.

(3) Kecuali kapal-kapal yang membina tuasan diharuskan meletakkan tuasan

pertama dengan mengambil pedoman dan arah darat menuju laut atau

kembalikannya sehingga teratur dan sempurna.

Masalah Pemotongan Tuasan/Unjam

Pasal 17

(1) Jika seseorang jurangan sebuah kapal melakukan pemotongan terhadap

sebuah tuasan/unjam milik kapal lain ini adalah suatu pekerjaan yang

sangat terkutuk. Bila hal ini dapat diketahui oleh pemiliknya, dilengkapi

dengan keterangan saksi, serta membawa pengaduan kepada pihak yang

berwenang, juragan kapal tersebut diharuskan membayar ganti rugi

terhadap biaya tuasan milik kapal lain.

(2) Ganti rugi tuasan yang dipotong tersebut, dibebankan pembayaran kepada

pihak juragan, sedangkan pengusaha tidak perlu menanggung resiko

apapun (pembayaran selambat-lambatnya seminggu setelah keputusan

sidang). Kepada pemilik tuasan diberi waktu untuk melapor dalam jangka

waktu sebulan, kepada pihak Panglima Laot atau tokoh-tokoh masyarakat

Universita Sumatera Utara

Page 32: C. Majalah dan Jurnal Carroll, A. “The Four Faces of Corporate

lewat dari batas tersebut diatas pengaduan tidak dilayani lagi (menjadi

batal).

Masalah Ikan di Tuasan Kapal Lain

Pasal 18

Mengambil ikan dituasan milik kapal lain, perlu diatur dalam suatu ketentuan

seperti diatur dibawah ini:

(1) Jika satu kapal mengambil ikan dituasan milik kapal lain, kepada kapal

tersebut supaya memohon izin terlebih dahulu jika ada pemiliknya. Hasil

sitaan yang didapat dari tuasan tersebut harus dibagi dua, dan sesudah

terlebih dahulu dipotong ikan cucuk 20%, untuk kapal yang melabih pukat

tersebut.

(2) Mengambil ikan dituasan milik kapal lain, sedangkan pemiliknya tidak ada

maka kepada juragan kapal itu dimohon kesadaran sesampai didarat untuk

melapor kepada pemiliknya. Hasil yang didapat tersebut tetap harus dibagi

dua setelah dipotong ikan cucuk sebanyak 20% atau dalam hal tersebut bisa

dilakukan toleransi antara juragan dengan juragan pemilik tuasan.

(3) Jika suatu kapal mengambil ikan, dituasan yang milik kapal lain sedangkan

pemiliknya tidak ada dan sesampai didarat tidak juga melapor pada

pemiliknya, sedangkan dilaut ada juragan kapal laut yang melihat kejadian

tersebut, mereka melapor kepada pemilik tuasan, dan pemilik tuasan dapat

menuntut terhadap kapal yang mengambil ikan dituasannya. Walaupun

hasil melabuh (mengulur) tidak ada, tetapi sewaktu pulang kapal tersebut

Universita Sumatera Utara

Page 33: C. Majalah dan Jurnal Carroll, A. “The Four Faces of Corporate

ada membawa pulang ikan yang didapat dan tuasan sendiri, ini bisa

dianggap ikan tersebut berasal dari tuasan kapal lain. Jika pengaduan sudah

disampaikan kepada pihak yang berwajib, maka pihak Panglima Laot

(tokoh masyarakat), segera untuk melapor kepada penguasa untuk menyita

sementara hasil yang dibawa oleh kapalnya, sambil menunggu hasil sidang

yang diadakan oleh Panglima Laot. Bila dalam sidang ternyata hasil yang

diperdebatkan tersebut berasal dari tuasan kapal lain, maka pembagian

hasil tersebut adalah sebagai berikut :

a. Potong harga es yang digunakan untuk ikan

b. Potong komisi pengurus

c. Potong hak sidang 10%

d. Potong hak saksi 20%

e. Ikan cucuk tidak belaku pemotongannya

(4) Sisa yang tinggal setelah terjadi pemotongan-pemotongan, baru dibagi dua,

sebagian untuk penggugat dan sebagian lagi untuk tergugat. Kepada pihak

penguasa sangat diharapkan bantuan sepenuhnya untuk mengambil

langkah-langkah dalam menjalankan peraturan, sehingga bisa terlaksana

dengan sempurna.

(5) Bagi tiap-giap penggugat diberi waktu selama 2 x 24 jam untuk membawa

pengaduan kepada Panglima Laot sejak terjadinya perkara.

(6) Lewat dari waktu 2 x 24 jam, pengaduan dari penggugat, tidak dapat lagi

diterima atau menjadi batal.

Universita Sumatera Utara

Page 34: C. Majalah dan Jurnal Carroll, A. “The Four Faces of Corporate

(7) Bagi pukat langgan atau pukat benting yang mengambil ikan dituasan kapal

nelayan jaring, hasil yang didapat dibagi tiga, dua bagian untuk kapal yang

melabuh pukat dan sebagian lagi kembali untuk pemilik tuasan.

Penangkapan Benur dan Nener

Pasal 19

(1) Kayu pancang yang dipasang oleh penangkapan benur ditepi laut, setelah

selesai menangkap benur harus dicabut kembali, hal ini untuk menghindari

hal-hal yang tidak kita inginkan.

(2) Bila ternyata kerusakan alat penangkapan ikan sebagai akibat tidak

dicabutnya pancang benur, maka kerusakan pukat penangkapan ikan

tersebut harus diganti oleh nelayan penangkapan benur yang bersangkutan.

Tata Cara Persidangan

Pasal 20

Syarat-syarat mengajukan perkara

(1) Setiap orang/pawang yang mengajukan perkara pada Lembaga Hukum

Adat Laot (LHAL) sekarang disebut Lembaga Persidangan Hukum Adat

Laut (LPHAL) harus membayar uang meja sebesar Rp. 15.000,- (Lima

belas ribu rupiah).

(2) Pengajuan perkara tidak boleh lewat hari kamis

(3) Biaya sidang dipungut 10% dari yang hasil diperkarakan

Universita Sumatera Utara

Page 35: C. Majalah dan Jurnal Carroll, A. “The Four Faces of Corporate

(4) Penggugat sudah harus menghadirkan saksi-saksi pada saat dibuka

(5) Saksi-saksi dari pihak yang berperkara disyaratkan harus mengangkat

sumpah

(6) Apabila penggugat atau tergugat tidak menghadiri sidang sampai dengan 2

kali persidangan, maka majelis akan mengambil keputusan

(7) Apabila pada sidang ke-3 penggugat atau tergugat tidak hadir, perkara

dapat ditolak dan Lembaga Hukum akan mengambil biaya sidang 10% dari

uang yang diperkarakan.

Syarat-syarat persidangan dan pengambilan keputusan

(1) Sidang baru boleh dilaksanakan apabila dihadiri minimal 3 (tiga) orang

anggota sidang/staff LPHAL

(2) Untuk kelancaran LPHAL anggota sidang ditambah 1 (satu) orang dari

unsur Dinas Perikanan

(3) Keputusan sidang diambil menurut suara terbanyak dan diumumkan setelah

sidang selesai

(4) Sidang diadakan pada jam 09.00 WIB sampai dengan selesai setiap hari

Jumat

(5) Pimpinan sidang diatur secara bergilir oleh Ketua LPHAL.

Universita Sumatera Utara

Page 36: C. Majalah dan Jurnal Carroll, A. “The Four Faces of Corporate

Sanksi Hukum

Pasal 21

(1) Pelanggaran terhadap Adat istiadat/tata cara penangkapan ikan akan

dikenakan tindakan hukum berupa :

a. Pantang kelaut selama 3 (tiga) hari

b. Seluruh hasil tangkapan disita untuk kas Panglima Laot

(2) Jika terjadi pelanggaran-pelanggaran terhadap tindakan hukum yang telah

ditetapkan maka LPHAL akan mengambil tindakan administratif melalui

pejabat yang berwenang.

Pengaturan Keuangan LPHAL

Pasal 22

(1) Sumber dana dapat diharapkan dari :

a. Uang sidang 10%

b. Uang hasil sitaan

c. Iuran anggota

d. Uang meja

(2) Penggunaan

a. Uang sidang 10% digunakan untuk keperluan Majelis persidangan

(staff lembaga) sebanyak 75% dan untuk kas lembaga sebanyak 25%.

b. Uang sitaan :

1) Kas Lembaga 30%

Universita Sumatera Utara

Page 37: C. Majalah dan Jurnal Carroll, A. “The Four Faces of Corporate

2) Staf Lembaga 20%

3) Panglima Laot Lhok/ Kabupaten/ Kota 30%

4) Rumah ibadah 20%

c. Iuran anggota dipergunakan untuk kas lembaga dan lainnya

d. Uang meja digunakan biaya persidangan

TAMBAHAN

Pasal 1

Setiap transaksi jual beli perahu/boat dan alat penangkapan ikan lainnya (alat-

alat yang sudah pernah digunakan untuk penangkapan ikan) harus diketahui oleh

Panglima Laot setempat dan transaksi tersebut, dan biaya itu menjadi beban

bersama (penjual dan pembeli) yang digunakan untuk kas Panglima laot.

Pasal 2

Tidak dibenarkan menempatkan alat penangkapan ikan menetap (bagan/bagan

apung/palung/jang.rumpan atau sejenisnya) pada jalur lalu lintas pelayaran

kapal/alur keluar masuk kapal kepelabuhan.

Pasal 3

Khusus bagi tempat pengoperasian alat tangkap ikan bagan/apung/panglong,

ditentukan/diselesaikan dengan hukum adat laot Lhok setempat.

Pasal 4

Universita Sumatera Utara

Page 38: C. Majalah dan Jurnal Carroll, A. “The Four Faces of Corporate

Pada malam hari alat tangkap yang menggunakan alat bantu penangkapan

modern (termasuk lampu) diupayakan tidak mengganggu alat tangkap tradisional

milik nelayan setempat, sehingga kegiatan penangkapan dilakukan minimal

dalam jarak diluar 2 mil dari garis pantai terluar.

Pasal 5

Makin berkembang eskalasi penyimpangan, pelanggaran dan pengrusakan

perairan laut terdiri dari pencurian ikan, pemboman ikan, peracunan baik

dilakukan oleh nelayan lokal, luar daerah maupun luar negeri, diperlukan adanya

suatu tindak lanjut pengalaman dan pengawasan. Luas areal yang perlu

mendapat pengawasan maupun pengamanan maka perlu peningkatan

penanggung jawab di lapangan yang perlu ditangani secara Hukum. Adat yang

berlaku pada masing-masing wilayah Panglima Laot selaku penanggung jawab,

yang bertanggung jawab kepada Pemerintah Daerah Istimewa Aceh.

Pasal 6

Mengingat pentingnya pengelolaan keuangan dan permodalan secara profesional

dalam rangka pemberdayaan kelompok beserta keluarganya, maka perlu

dibentuk lembaga keuangan masing-masing kelompok nelayan (Sentra Produksi

Perikanan).

Keputusan Pertemuan/Musyawarah Panglima Laot Daerah Istimewa Aceh

ini dapat dipedomani/ ditaati dan dilaksanakan sebagaimana mestinya.

Universita Sumatera Utara

Page 39: C. Majalah dan Jurnal Carroll, A. “The Four Faces of Corporate

Universita Sumatera Utara