carcinoma mammae sinistra latest
DESCRIPTION
ca mammaTRANSCRIPT
CASE REPORT
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : NY. SR
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal lahir/Umur : 66 tahun
MRS : 28/04/2015
Rekam Medis : 697006
Ruangan : Lontara 2 Atas Belakang Kamar 6 Bed 3
II. PEMERIKSAAN KLINIS
Anamnesis
KU : benjolan pada payudara kiri
AT : Disadari sejak ± 1 tahun yang lalu sebelum masuk rumah sakit.
Awalnya, muncul benjolan kecil sebesar kelereng dan lama-kelamaan
semakin membesar seperti bola tennis. Benjolan dirasakan semakin cepat
membesar dalam 6 bulan terakhir, dari mulai benjolan seukuran kelereng
sampai seperti sekarang. Awalnya Benjolan disertai kemerahan disekitar
payudara dan tidak disertai rasa nyeri. Tidak ada cairan yang keluar dari
puting susu. Tidak ada penurunan berat badan yang dialami. Tidak ada
riwayat demam. Tidak ada riwayat sakit kepala. Tidak ada riwayat batuk,
sesak tidak ada, nyeri dada tidak ada, nyeri tulang belakang tidak ada.
Riwayat haid pertama pada umur 12 tahun dengan haid teratur tiap bulan,
Riwayat pernikahan pada umur 20 tahun tahun dan memilliki 3 orang
anak, anak pertama lahir saat ibu umur 22 tahun,anak kedua pada umur 26
tahun dan anak ketiga pada umur 28 tahun. Ada riwayat menyusui pada
ketiga anak-anaknya. Riwayat memakai kontrasepsi tidak ada. Riwayat
menopause sejah 20 tahun yang lalu. Riwayat sakit yang sama dalam
keluarga ada (kakak pasien), riwayat berobat sebelumnya tidak ada.
1
Pemeriksaan Fisis
Status Generalis
Sakit Sedang/ Gizi cukup/ Composmentis
Status Vitalis
TD: 130/80 mmHg HR: 78 x/mnt P: 20 x/mnt S: 36,8 oC
Status Lokalis
Head to Toe Examination
Kepala :
Telinga : Otore (-), perdarahan (-)
Mata :Anemis (-), sklera tidak ikterus, perdarahan
subkonjungtiva (-).
Hidung : Rinorhea (-), epistaksis (-)
Bibir : Tidak tampak sianosis, bibir kering/ terkelupas (-).
Lidah : Kotor (-), candidiasis (-)
Leher :
Inspeksi : Warna kulit sama dengan sekitar, tidak tampak
massa tumor.
Palpasi : Pembesaran KGB (-), Nyeri tekan (-), kaku kuduk
(-), DVS +2 cmH2O
Thorax :
Inspeksi : Pengembangan dada simetris kiri=kanan,
Palpasi : Krepitasi (-)
Perkusi : Sonor. Batas paru hepar ICS V kanan.
Auskultasi : Vesikuler. BT: Wh-/-, Rh-/-
Regio mammae
Inspeksi:
Tampak asimetris; mammae sinistra lebih besar dibanding
mammae dextra, disertai adanya benjolan sebesar bola tenis. Tidak tampak
retraksi papilla mammae . Tidak ada nipple discharge. Tidak tampak ulkus
2
di sekitar aerola mammae. Tidak tampak peau de orange. Dimpling tidak
ada. Nodul satelit tidak ada. Warna kulit pada mamma sinistra lebih gelap
dari sekitar.
Palpasi
Teraba massa tumor pada mamma sinistra, di kuadran lateral
superior. Dengan ukuran diameter sekitar 7x5 cm, Permukaan berbenjol-
benjol, konsistensi padat keras, mobile dan tidak berbatas tegas, nyeri
tekan tidak ada. Tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening pada
supraclavicula dan infraclavicula.
Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak
Palpasi : Iktus kordis tidak teraba
Perkusi : Pekak, batas jantung kesan normal.
Auskultasi : Bunyi jantung I/II dalam batas normal, bising (-)
Abdomen
Inspeksi : Datar, ikut gerak napas,
Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal.
Palpasi : Nyeri tekan (-), massa tumor (-), Lien tidak teraba.
Hepar tidak teraba
Perkusi : Timpani (+), shifting dullness (-)
Vertebra
Inspeksi : Alignment tulang baik, tidak tampak massa tumor.
warna kulit sama dengan sekitarnya.
Palpasi : Tidak teraba massa tumor.
Ekstremitas : Udem (-)
Foto Klinis
3
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium 09/04/2015
WBC 9,58
RBC 4,28
HGB 11,9
HCT 38,4
4
PLT 273
Ur/Cr 34/0,80
SGOT/SGPT 26/28
Na/K/Cl 145/3,7/109
Hasil Patologi Anatomi (07/04/2015)
Invasive ductal carcinoma mammae, low grade malignancy
Foto Thorax
Kesan :
- Suspek efusi minimal
pleura sinistra.
- tidak tampak tanda-tanda
metastasis pada foto
thorax ini
5
USG Abdomen
Kesan: Organ abdomen
dalam batas normal
III. RESUME
Perempuan 66 tahun, masuk rumah sakit dengan keluhan Awalnya,
muncul tumor sebesar kelereng dan lama-kelamaan semakin membesar
seperti bola tennis. Dan dirasakan membesar dalam 6 bulan terakhir,
Awalnya tumor disertai eritem disekitar mamma dan tidak disertai rasa
nyeri. Tidak ada nipple discharge. Menarche saat usia 12 tahun.
6
pernikahan pada umur 22 tahun dan mempunyai 3 orang anak, tidak ada
riwayat kelainan mammae sebelumnya. Menopause 20 tahun yang lalu,
siklus menstruasi normal, Riwayat sakit yang sama dalam keluarga ada
(kakak pasien), riwayat berobat sebelumnya tidak ada.
Pada pemeriksaan fisis didapatkan status generalis sakit sedang,
gizi, composmentis, tanda-tanda vital dalam batas normal. Pada
pemeriksaan regio mamma sinistra didapatkan asimetris, mammae sinistra
lebih besar dibanding mammae dextra disertai adanya papil. Teraba tumor
pada mamma dextra ukuran diameter tumor sekitar 7x2 cm, permukaan
berbenjol-benjol, konsistensi padat keras, terfiksir pada kulit, batas tegas,
tidak disertai nyeri.
Pada pemeriksaan penunjang patologi anatomi didapatkan Invasive
ductal carcinoma mammae, moderate grade malignancy. Pada foto
radiologi thorax dalam batas normal dan USG dalam batas normal.
IV. ANJURAN PEMERIKSAAN
a. Penanda tumor (CEA dan CA- 153)
b. Echocardiography
V. DIAGNOSIS
Carcinoma mammae sinistra
VI. STADIUM
cT3N0M0 : Stadium IIB
VII. STATUS PENAMPILAN
Status penampilan berdasarkan Karnofsky dengan nilai 80%
VIII. RENCANA PELAKSANAAN TERAPI
a. Kemoterapi neoadjuvant
b. Operasi (MRM)
7
DISKUSI
CARCINOMA MAMMAE
A. PENDAHULUAN
Kanker Payudara merupakan salah satu kanker yang paling sering
ditemukan pada kaum wanita. Menurut statistik, tingkat insidennya menempati
kanker di seluruh tubuh 7-10%, merupakan urutan kedua setelah kanker rahim.
Insidennya sering dikaitkan dengan genetic dan usia diantara 40-60 tahun. Wanita
yang sebelum dan setelah menopause memiliki prevalensi lebih tinggi.
B. DEFINISI
Kanker adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan
mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal.
Cepat dan tidak erkendali. Kanker payudara adalah kanker pada jaringan
payudara. Kanker ini adalah jenis kanker paling umum yang diderita kaum wanita.
Kaum pria juga dapat terserang kanker payudara, walaupun kemungkinannya
lebih kecil dari 1 diantara 1000. Selain itu, kanker payudara (carcinoma mammae)
didefenisikan sebagai suatu penyakit neoplasma ganas yang berasal dari
parenchyma. Penyakit ini oleh WHO dimasukkan ke dalam ICD (International
Code of Disease) dengan kode nomor 17.
8
C. ANATOMI
Gambar 1: Anatomi Payudara
Payudara normal mengandung jaringan kelenjar, duktus, jaringan otot
penyokong lemak, pembuluh darah, saraf dan pembuluh limfe. Pada bagian lateral
atas kelenjar payudara, jaringan kelenjar ini keluar dari bulatannya ke arah aksila,
disebut penonjolan Spence atau ekor payudara. Setiap payudara terdiri atas 12-20
lobulus kelenjar yang masing-masing mempunyai saluran ke papilla mamae, yang
disebut duktus lactiferous. Di antara kelenjar susu dan fasia pectoralis, juga di
antara kulit dan kelenjar tersebut mungkin terdapat jaringan lemak. Di antara
lobules tersebut ada jaringan ikat yang disebut ligamentum Cooper yang memberi
rangka untuk payudara.
Perdarahan payudara terutama berasal dari cabang a.perforantes anterior
dari a.mamaria interna, a.torakalis lateralis yang bercabang dari a.aksilaris, dan
beberapa a.interkostalis. Persarafan kulit payudara diurus oleh cabang pleksus
servikalis dan n. interkostalis. Jaringan kelenjar payudara sediri diurus oleh saraf
simpatik. Ada beberapa saraf lagi yang perlu diingat sehubungan dengan penyulit
paralisis dan mati rasa pasca bedah, yakni n.interkostobrakialis dan n.kutaneus
brakius medialis yang mengurus sensibilitas daerah aksila dan bagian medial
lengan atas. Pada diseksi aksila, saraf ini sedapat mungkin disingkirkan sehingga
tidak terjadi mati rasa di daerah tersebut.
Penyaliran limfe dari payudara kurang lebih 75% ke aksila, sebagian lagi
ke kelenjar parasternal, terutama dari bagian yang sentral dan medial dan ada pula
pengaliran yang ke kelenjar interpektoralis. Pada aksila terdapat rata-rata 50
(berkisar dari 10-90) buah kelenjar getah bening yang berada di sepanjang arteri
9
dan vena brakialis. Saluran limfe dari seluruh payudara menyalir ke kelompok
anterior aksila, kelompok sentral aksila, kelenjar aksila bagian dalam, yang lewat
sepanjang v.aksilaris dan yang berlanjut langsung ke kelenjar servikal bagian
kaudal dalam fosa supraklavikuler. Jalur limfe lainnya berasal dari daerah sentral
dan medial yang selain menuju ke kelenjar sepanjang pembuluh mammaria
interna, juga menuju ke aksila kontralateral, ke m.rectus abdominis lewat
ligamentum falsiparum hepatis ke hati, pleura, dan payudara kontralateral.
Vaskularisasi. Suplai darah pada payudara berasal dari arteri mammaria
interna (arteri thoracalis interna) dan arteri thoracalis lateralis. Kedua arteri ini
berasal dari arteri axillaris dan kemudian memperdarahi payudara dari arah
superomedial dan superolateral. Cabang dari masing-masing arteri ini akan saling
beranastomosis. Arteri mammaria interna kemudian ke arah posterior membentuk
arteri interkostalis dan cabang dari arteri interkostalis yang disebut rami
perforantes memperdarahi lapisan profunda dari payudara.8 Agak ke lateral dari
arteri torakalis lateralis terdapat arteri subskapularis. Arteri ini walaupun tidak
menyuplai darah ke payudara tetapi pada operasi mastektomi radikal untuk
carcinoma mammae harus diperhatikan karena mudah rusak saat kelenjar limfe di
sekitarnya dibersihkan. Bila dibutuhkan, pembuluh darah ini dapat diligasi dan
dipotong.
10
Gambar 3. Suplai Darah pada Payudara (dikutip dari kepustakaan 5)
Vena dapat dibagi menjadi 2 kelompok, yakni vena superficial dan
profunda. Vena superfisial terletak di subkutis, mudah tampak, bermuara ke vena
mammaria interna atau vena superfisial leher. Vena profunda berjalan seiring
dengan arteri yang senama, secara terpisah bermuara ke vena aksilaris, vena
mamaria interna dan vena azigos atau vena hemizigos. Yang perlu diperhatikan
adalah vena interkostales dan pleksus venosus vertebra saling berhubungan.
Pleksus venosus vertebra tidak memiliki katup sehingga bertekanan rendah, darah
di dalam vena vertebra sebelum bermuara ke vena cava dapat mengalir bolak
balik sesuai perubahan tekanan pada vena tersebut. Oleh karena itu, sel kanker
dari payudara dapat bermetastasis melalui vena interkostal masuk ke sistem vena
vertebral, dan sebelum masuk ke vena kava dapat mengalir ke segmen superior os
femur, pelvis, vertebra, scapula, cranium dan tempat lain. Secara klinis disebut
metastasis sistem vena interkostal- vertebral.
11
D. EPIDEMIOLOGI
Menurut WHO 8-9% wanita akan mengalami kanker payudara. Ini
menjadikan kanker payudara sebagai jenis kanker yang paling banyak ditemui
pada wanita. Setiap tahun lebih dari 250,000 kasus baru kanker payudara
terdiagnosa di Eropa dan kurang lebih 175,000 di Amerika Serikat. Masih
menurut WHO, tahun 2000 diperkirakan 1,2 juta wanita terdiagnosis kanker
payudara dan lebih dari 700,000 meninggal karenanya. Belum ada data statistik
yang akurat di Indonesia, namun data yang terkumpul dari rumah sakit
menunjukkan bahwa kanker payudara menduduki ranking pertama diantara
kanker lainnya pada wanita.
E. FAKTOR RISIKO
Penyebab spesifik kanker payudara masih belum diketahui, tetapi terdapat
banyak faktor yang diperkirakan mempunyai pengaruh terhadap terjadinya kanker
payudara antara lain :
1. Faktor reproduksi.
Karakteristik reproduktif yang berhubungan dengan risiko terjadinya
kanker payudara adalah nuliparitas, menarche pada umur muda, menopause pada
umur lebih tua, dan kehamilan pertama pada umur tua. Risiko utama kanker
payudara adalah bertambahnya umur. Diperkirakan, periode antara terjadinya haid
pertama dengan umur saat kehamilan pertama merupakan window of initiation
perkembangan kanker payudara. Secara anatomi dan fungsional, payudara akan
mengalami atrofi dengan bertambahnya umur. Kurang dari 25% kanker payudara
terjadi pada masa sebelum menopause sehingga diperkirakan awal terjadinya
tumor terjadi jauh sebelum terjadinya perubahan klinis.
2. Penggunaan hormon.
Hormon estrogen berhubungan dengan terjadinya kanker payudara.
Laporan dari Harvard School of Public Health menyatakan bahwa terdapat
peningkatan kanker payudara yang signifikan pada para pengguna terapi estrogen
replacement. Suatu metaanalisis menyatakan bahwa walaupun tidak terdapat
risiko kanker payudara pada pengguna kontrasepsi oral, wanita yang
12
menggunakan obat ini untuk waktu yang lama mempunyai risiko tinggi untuk
mengalami kanker payudara sebelum menopause.
3. Penyakit fibrokistik.
Pada wanita dengan adenosis, fibroadenoma, dan fibrosis, tidak ada
peningkatan risiko terjadinya kanker payudara. Pada hiperplasis dan papiloma,
risiko sedikit meningkat 1,5 sampai 2 kali. Sedangkan pada hiperplasia atipik,
risiko meningkat hingga 5 kali.
4. Obesitas.
Obesitas sebagai faktor resiko kanker payudara masih diperdebatkan.
Beberapa penelitian menyebutkan obesitas sebagai faktor resiko kanker payudara
kemungkinan karena tingginya kadar estrogen pada wanita obes.
5. Konsumsi lemak.
Konsumsi lemak diperkirakan sebagai suatu faktor risiko terjadinya kanker
payudara. Willet dkk. melakukan studi prospektif selama 8 tahun tentang
konsumsi lemak dan serat dalam hubungannya dengan risiko kanker payudara
pada wanita umur 34 sampai 59 tahun.
6. Radiasi.
Eksposur dengan radiasi ionisasi selama atau sesudah pubertas
meningkatkan terjadinya risiko kanker payudara. Dari beberapa penelitian yang
dilakukan disimpulkan bahwa risiko kanker radiasi berhubungan secara linier
dengan dosis dan umur saat terjadinya eksposur.
7. Riwayat keluarga dan faktor genetik.
Riwayat keluarga merupakan komponen yang penting dalam riwayat
penderita yang akan dilaksanakan skrining untuk kanker payudara. Terdapat
peningkatan risiko keganasan pada wanita yang keluarganya menderita kanker
payudara. Pada studi genetik ditemukan bahwa kanker payudara berhubungan
dengan gen tertentu. Apabila terdapat BRCA 1, yaitu suatu gen kerentanan
terhadap kanker payudara, probabilitas untuk terjadi kanker payudara sebesar 60%
pada umur 50 tahun dan sebesar 85% pada umur 70 tahun.
F. GAMBARAN KLINIS
13
Gambar 2 : Gejala Klinis Carcinoma Mammae
Pada gambar 2 di jelaskan yang pertama terdapat benjolan keras yang
lebih melekat atau terfiksir. Kemudian ada tarikan pada kulit di atas tumor. Lalu
terjadi ulserasi atau koreng diikuti Peau’d orang dan discharge dari puting susu.
Tampak juga asimetri payudara serta retraksi puting susu. Elovasi dari puting
susu. Pembesaran kelenjar getah bening ketiak. Tumor Satelit di kulit. Eksim pada
puting susu juga edema.
14
G. PATOGENESIS
Sel-sel kanker dibentuk dari sel-sel normal dalam suatu proses rumit yang
disebut transformasi, yang terdiri dari tahap inisiasi dan promosi:
a. Fase Inisiasi
Pada tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam bahan genetik sel yang
memancing sel menjadi ganas. Perubahan dalam bahan genetik sel ini disebabkan
oleh suatu agen yang disebut karsinogen, yang bisa berupa bahan kimia, virus, radiasi
(penyinaran) atau sinar matahari. Tetapi tidak semua sel memiliki kepekaan yang
sama terhadap suatu karsinogen. Kelainan genetik dalam sel atau bahan lainnya yang
disebut promotor, menyebabkan sel lebih rentan terhadap suatu karsinogen. bahkan
gangguan fisik menahun pun bisa membuat sel menjadi lebih peka untuk mengalami
suatu keganasan.
b. Fase Promosi
Pada tahap promosi, suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan berubah
menjadi ganas. Sel yang belum melewati tahap inisiasi tidak akan terpengaruh oleh
promosi. karena itu diperlukan beberapa faktor untuk terjadinya keganasan (gabungan
dari sel yang peka dan suatu karsinogen).
H. DIAGNOSIS
PEMERIKSAAN KLINIS
a. Anamnesis
Adanya benjolan pada payudara merupakan keluhan utama dari penderita.
Pada mulanya tidak merasa sakit, akan tetapi pada pertumbuhan selanjutnya akan
timbul keluhan sakit. Pertumbuhan cepat tumor merupakan kemungkinan tumor
ganas.
Batuk atau sesak nafas dapat terjadi pada keadaan dimana tumor metastasis
pada paru. Tumor ganas pada payudara disertai dengan rasa sakit di pinggang perlu
dipikirkan kemungkinan metastasis pada tulang vertebra. Pada kasus yang meragukan
anamnesis lebih banyak diarahkan pada indikasi golongan resiko.
Nyeri adalah fisiologis kalau timbul sebelum atau sesudah haid dan dirasakan
pada kedua payudara. Tumor-tumor jinak seperti kista retensi atau tumor jinak lain,
15
hampir tidak menimbulkan nyeri. Bahkan kanker payudara dalam tahap
permulaanpun tidak menimbulkan rasa nyeri. Nyeri baru terasa kalau infiltrasi ke
sekitar sudah mulai.
b. Pemeriksaan Fisis
Pemeriksaan fisik payudara harus dikerjakan secara halus, tidak boleh kasar
dan keras. Tidak jarang palpasi yang keras menimbulkan perdarahan atau nyeri yang
hebat dari penderita, tumor ganas tidak boleh dilakukan pemeriksaan fisik yang
berulang-ulang karena kemungkinan dapat mempercepat penyebaran.
Inspeksi
Pada inspeksi dapat dilihat dilatasi pembuluh-pembuluh balik di bawah kulit
akibat pembesaran tumor jinak atau ganas dibawah kulit. Dapat dilihat puting susu
tertarik ke dalam, eksem pada puting susu, edema, peau d’orange, ulserasi, satelit
tumor di kulit, nodul pada axilla.
Palpasi
Pemeriksaan dilakukan dengan tangan pasien di samping dan sesudah itu
tangan di atas dengan posisi pasien duduk. Palpasi harus meliputi seluruh payudara,
dari parasternal kearah garis aksila ke belakang, dari subklavikular ke arah paling
distal.
Palpasi harus meliputi seluruh payudara, mulai dari parasternal ke arah garis
aksila ke belakang dan dari subklavikular ke arah paling distal. Palpasi dilakukan
dengan memakai 3-4 jari yang dirapatkan, palpasi payudara di antara dua jari harus
dihindarkan karena dengan cara ini kelenjar payudara normalpun teraba seperti massa
tumor. Palpasi dimulai dari bagian perifer sampai areola mammae dan papilla
mammae, apabila terdapat massa maka perlu dievaluasi tentang : 1) besar atau
diameter serta letak dan batas tumor dengan jaringan sekitarnya, 2) hubungan kulit
dengan tumor apakah masih bebas atau ada perlengketan, 3) hubungan tumor dengan
jaringan di bawahnya apakah bebas atau ada perlengketan, 4) kelenjar limfe di aksila,
infraklavikular, dan supraklavikular 5) adanya tumor satelit.
c. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan sitologi
Pemeriksan sitologi dapat diperoleh sediaan dari pungsi jarum halus serta
dapat menentukan apakah akan segera disiapkan pembedahan dengan sediaan beku
atau akan dilakukan pemeriksaan yang lain atau akan langsung dilakukan ekstirpasi.
Hasil positif pada pemeriksaan sitologi bukan indikasi untuk bedah radikal sebab hasil
16
negatif palsu sering terjadi. Dapat dipakai untuk menegakkan diagnosa kanker
payudara melalui tiga cara :
Pemeriksaan sekret dari puting susu.
Pemeriksaan sediaan tekan (Sitologi Imprint).
Aspirasi jarum halus (Fine needle aspiration).
Biopsi
Biopsi insisi ataupun eksisi merupakan metoda klasik yang sering
dipergunakan untuk diagnosis berbagai tumor payudara. Biopsi dilakukan dengan
anestesi lokal ataupun umum tergantung pada kondisi pasien. Apabila pemeriksaan
histopatologi positif karsinoma, maka pada pasien kembali ke kamar bedah untuk
tindakan bedah terapetik.
Biopsi Aspirasi : cara ini sederhana, cepat, aman dapat menggantikan bagian
jaringan insisi pembekuan, tingkat positifnya tinggi diantara 80-90%, selain itu juga
bisa digunakan untuk anti kanker skrining. Jika diagnosa klinis adalah ganas dan
laporan sitologi jinak atau mencurigakan, harus melakukan biopsy bedah untuk
memastikan diagnosa.
Biopsi Insisi : dikarenakan metode ini mudah menyebabkan proliferasi tumor
karsinoid, umumnya metode ini tidak dianjurkan. Metode ini hanya diterapkan pada
kanker stadium lanjut untuk menentukan jenis patologi.
Biopsi Eksisi : adalah pengangkatan tumor di jaringan tertentu disekitarnya
dan diduga tumor ganas. Umumnya direseksi dari tepi tumor minimal sekitar 1cm.
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium rutin dan kimia darah dilakukan sesuai dengan
perkiraan metastasis misalnya alkali fosfatase dan liver function tests untuk metastasis
ke hepar atau kadar kalsium dan fosfor untuk metastase tulang.
Pemeriksaan penanda tumor (tumor marker) dan imunohistokimia
Pemeriksaan kadar CEA dan CA 15-3 mungkin berguna untuk memantau
respon terhadap terapi pada penyakit yang sudah lanjut. Pemeriksaan
imunohistokimia seperti ER, PR, c-erb-2 (HER-2 neu), cathepsin-D, dan p53 bersifat
situasional.
Ultrasonografi
USG ini sangat menguntungkan karena memiliki keuntungan yaitu tidak
mempergunakan sinar pengion sehingga tidak ada bahaya radiasi dan pemeriksaan
bersifat non invasif, relatif mudah dikerjakan, serta dapat dipakai berulang-ulang.
17
USG biasanya dapat untuk membedakan tumor padat dan kista pada payudara serta
untuk menentukan metastasis di hati. USG ini berperan terutama untuk payudara yang
padat pada wanita muda, jenis payudara ini kadang-kadang sulit dinilai dengan
mammografi.
Mammografi
Mammografi adalah foto roentgen payudara yang menggunakan peralatan
khusus yang tidak menyebabkan rasa sakit dan tidak memerlukan bahan kontras serta
dapat menemukan benjolan yang kecil sekalipun. Tanda berupa makrokalsifikasi tidak
khas untuk karsinoma, bila secara klinis curiga terdapat tumor dan pada mammografi
tidak ditemukan apa-apa maka pemeriksaan dapat dicoba dengan cara biopsi jaringan,
demikian juga bila mammografi positif tetapi secara klinis tidak dicuriga adanya
tumor maka dapat dilanjutkan dengan biopsi di tempat yang ditunjukkan oleh foto
tersebut. Mammogram pada masa pramenopause kurang bermanfaat karena gambaran
kanker di antara jaringan kelenjar kurang tampak.
I. STATUS PENAMPILAN
Status penampilan terdiri dari :
A. KARNOFSKY : 0 – 100
B. W H O : 0 – 4
C. Skala ECOG
a. Status Karnofsky
DerajatTingkat Aktivitas
18
100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
Mampu melaksanakan aktivitas normal, tanpa keluhan/tidak ada
kelainan.
Tidak perlu perawatan khusus, keluhan gejala minimal.
Tidak perlu perawatan khusus, dengan beberapa keluhan / gejala.
Tidak mampu bekerja, mampu merawat diri.
Kadang perlu bantuan tetapi umumnya dapat melakukan untuk
keperluan sendiri.
Perlu bantuan dan umumnya perlu obat-obatan.
Tidak mampu merawat diri, perlu bantuan dan perawatan khusus.
Perlu pertimbangan rawat di RS.
Sakit berat, perlu perawatan RS.
Mendekati kematian.
Meninggal dalam iman ( Dying in dignity )
b. Status Penampilan WHO:
Derajat Tingkat Aktivitas
0
1
2
3
4
Baik, dapat bekerja normal.
Cukup, tidak dapat bekerja berat,ringan bisa.
Lemah, tidak dapat bekerja,tapi dapat jalan & merawat diri
sendiri 50% dari waktu sadar.
Jelek, tidak dapat jalan,dapat bangun & rawat diri sendiri,perlu
tiduran > 50% waktu sadar
Jelek sekali : tidak dapat bangun & rawat diri sendiri,hanya
tiduran saja.
c. Skala ECOG
19
J. STADIUM KLINIS
Klasifikasi sistem TNM yang direkomendasikan oleh UICC (International
Union Against Cancer) atau AJCC (American Joint Committee On Cancer). Pada
sistem TNM ini dinilai tiga faktor utama, yaitu :
1. Tumor itu sendiri. Seberapa besar ukuran tumornya dan dimana lokasinya (T,
Tumor)
2. Kelenjar getah bening di sekitar tumor. Apakah tumor telah menyebar
kekelenjar getah bening disekitarnya (N, Node)
3. Kemungkinan tumor telah menjalar ke organ lain (M, Metastasis)
Ketiga faktor T, N, M dinilai baik secara klinis sebelum dilakukan operasi,
juga sesudah operasi dan dilakukan pemeriksaan histopatologi (PA). Pada kanker
payudara, penilaian TNM sebagai berikut :
T (Tumor size), ukuran tumor
Ukuran tumor (T) Interpretasi
Tx Tumor primet tidak dapat dinilai
T0 Tidak ada buktinya adanya tumor
Tis Lobular carcinoma in situ, ductus
carcinoma in situ, Paget’s disease
20
Tmic Adanya mikro invasi ≤ 0,1 cm
T1
T1a
T1b
T1c
Diameter ≤ 2 cm
Diameter 0,1 – 0,5 cm
Diameter 0,5 – 1 cm
Diameter 1 – 2 cm
T2 Diameter tumor 2-5 cm
T3 Diameter tumor ≥ 5 cm
T4
T4a
T4b
T4c
T4d
Berapa pun diameternya dengan ekstensi ke
dinding dada atau kulit
Ekstensi ke dinding dada tidak termasuk
otot pektoralis
Edema (termasuk peau d’orange) atau
terdapat ulserasi atau nodul satelit pada
payudara yang sama
Mencakup kedua hal di atas
Inflammatory carcinoma
N (Node), kelenjar getah bening regional (KGB) :
LymphNode (N) Interpetasi
Nx Kelenjar getah bening tidak dapat dinilai (misal sudah
diangkat sebelumnya)
N0 Kanker belum menyebar ke limfonodus
N1 Kanker telah menyebar ke kelenjar aksila ipsilateral
dan dapat digerakkan
N2
N2a
Kanker telah menyebar ke kelenjar aksila ipsilateral,
melekat satu sama lain (konglomerasi) atau adanya
pembesaran kelenjar mamaria interna ipsilateral tanpa
adanya metastasis ke kelenjar aksila
Metastasis pada kelenjar aksila ipsilateral, terfiksir,
21
N2b
atau berkonglomerasi dengan struktur sekitar
Metastasis pada kelenjar mamaria interna ipsilateral
tanpa metastasis ke kelenjar aksila
N3
N3a
N3b
N3c
Kanker telah menyebar ke kelenjar limfe
infraklavikularis ipsilateral, atau terdapat metastasis
kelenjar limfe mamaria interna dan metastasis kelenjar
limfe aksilar, atau metastasis kelenjar limfe
supraklavikula ipsilateral
Metastasis ke kelenjar infraklavikula ipsilateral
Metastasis ke kelenjar mamaria interna dan aksila
Metastasis ke kelenjar supraklavikula
M (Metastasis), penyebaran jauh :
Metastase Interpretasi
Mx Metastasis jauh belum dapat dinilai
M0 Tidak ada metastase ke organ jauh
M1 Metastase organ jauh
22
Gambar 3: Staging Carcinoma Mammae.
Tabel: Staging Ca. Mammae
23
K.
PENATALAKSANAAN
a. Terapi Bedah/Mastektomi
Pasien yang pada awal terpi termasuk stadium 0, I, II dan sebagian stadium III
disebut kanker mammae operable. Pola operasi yang sering dipakai adalah:
1) Mastektomi radikal
Tahun 1890 Halsted pertama kali merancang dan memopulerkan operasi
radikal kanker mammae, lingkup reseksinya mencakup kulit berjarak minimal 3
cm dari tumor, seluruh kelenjar mammae, m.pectoralis mayor, m.pectoralis minor,
dan jaringan limfatik dan lemak subskapular, aksilar secara kontinyu enblok
reseksi.
2) Mastektomi radikal modifikasi
24
Stage 0 Tis N0 M0
Stage I T1 N0 M0
Stage IIA
T0
T1
T2
N1
N1*
N0
M0
M0
M0
Stage IIBT2
T3
N1
N0
M0
M0
Stage IIIA
T0
T1
T2
T3
T3
N2
N2
N2
N1
N2
M0
M0
M0
M0
M0
Stage IIIBT4
T berapapun
N berapapun
N3
M0
M0
Stage IV T berapapun N berapapun M1
Lingkup resseksi sama dengan teknik radikal, tapi mempertahankan
m.pektoralis mayor dan minor (model Auchincloss) atau mempertahankan
m.pektoralis mayor, mereseksi m.pektoralis minor (model Patey). Pola operasi ini
memiliki kelebihan antara lain memacu pemulihan fungsi pasca operasi, tapi sulit
membersihkan kelenjar limfe aksilar superior.
3) Mastektomi total
Hanya membuang seluruh kelenjar mammae tanpa membersihkan kelenjar
limfe. Model operasi ini terutama untuk karsinoma in situ atau pasien lanjut usia.
4) Mastektomi segmental plus diseksi kelenjar limfe aksilar
Secara umum ini disebut dengan operasi konservasi mammae. Biasanya dibuat
dua insisi terpisah di mammae dan aksila. Mastektomi segmental bertujuan
mereseksi sebagian jaringan kelenjar mammae normal di tepi tumor, di bawah
mikroskop tak ada invasi tumor tempat irisan. Lingkup diseksi kelenjar limfe
aksilar biasanya juga mencakup jaringan aksila dan kelenjar limfe aksilar
kelompok tengah.
5) Mastektomi segmental plus biopsy kelenjar limfe sentinel
Metode reseksi segmental sama dengan di atas. kelenjar limfe sentinel adalah
terminal pertama metastasis limfogen dari karsinoma mammae, saat operasi
dilakukan insisi kecil di aksila dan secara tepat mengangkat kelenjar limfe
sentinel, dibiopsi, bila patologik negative maka operasi dihentikan, bila positif
maka dilakukan diseksi kelenjar limfe aksilar.
Untuk terapi kanker mammae terdapat banyak pilihan pola operasi, yang mana
yang terbaik masih controversial. Secara umum dikatakan harus berdasarkan
stadium penyakit dengan syarat dapat mereseksi tuntas tumor, kemudian baru
memikirkan sedapat mungkin konservasi fungsi dan kontur mammae.
b. Radiasi
Penyinaran/radiasi adalah proses penyinaran pada daerah yang terkena kanker
dengan menggunakan sinar X dan sinar gamma yang bertujuan membunuh sel
kanker yang masih tersisa di payudara setelah operasi. Efek pengobatan ini tubuh
menjadi lemah, nafsu makan berkurang, warna kulit di sekitar payudara menjadi
hitam, serta Hb dan leukosit cenderung menurun sebagai akibat dari radiasi.
c. Kemoterapi
Kemoterapi adalah proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam bentuk pil
cair atau kapsul atau melalui infus yang bertujuan membunuh sel kanker. Tidak
25
hanya sel kanker pada payudara, tapi juga di seluruh tubuh. Efek dari kemoterapi
adalah pasien mengalami mual dan muntah serta rambut rontok karena pengaruh
obat-obatan yang diberikan pada saat kemoterapi. Obat yang diberikan adalah
kombinasi Cyclophosphamide, Metotrexate dan 5-Fluorouracyl selama 6 bulan.
d. Terapi hormonal
Terapi hormonal diberikan jika penyakit telah sistemik berupa metastasis jauh,
biasanya diberikan secara paliatif sebelum khemoterapi karena efek terapinya
lebih lama. Terapi hormonal paliatif dilakukan pada penderita pramenopause,
dengan cara ovarektomy bilateral atau dengan pemberian anti estrogen seperti
Tamoksifen atau Aminoglutetimid. Estrogen tidak dapat diberikan karena efek
sampingnya terlalu berat.
Tindakan kuratif
< 4 cm, unifokal, batas masih jelas à wide local excision (1 cm dari batas
tumor), lumpectomy, quadrectomy
> 4cm, multifokal, batas tak jelas à mastectomy
Ditambah radioterapi lokal dan kemoterapi.
Tindakan Paliative
Hormonal / khemotherapy
Radiotherapy: locoregional untuk mengontrol metastasis jauh (seperti sakit
tulang karena metastasis)
Pembedahan palliative
Kombinasi dari tindakan di atas
Perawatan luka jika ada luka/ulcus
L. PROGNOSIS
Prognosis kanker payudara ditentukan oleh variable-variabel berikut :
o Ukuran karsinoma primer. Paisen dengan karsinoma invasive yang lebih kecil dari 1
cm memiliki harapan hidup yang sangat baik jika tidak terdapat keterlibatan kelenjar
getah bening.
o Keterlibatan kelenjar getah bening dan jumlah kelenjar getah bening yang terkena
metastasis. Jika tidak ada kelenjar ketiak yang terkena, angka harapan hidup 5 tahun
26
mendekati 90%. Angka harapan hidup menurun bersama setiap kelenjar getah bening
yang terkena dan menjadi kurang dari 50% jika kelenjar yang terkena berjumlah 16
atau lebih.
o Derajat karsinoma. Sistem penentuan derajat yang paling umum untuk kanker
payudara mempertimbangkan pembentukan tubulus, derajat nucleus, dan angka
mitotic untuk memilah karsinoma mnejadi tiga kelompok. Karsinoma berdiferensisasi
baik memiliki prognosis yang secara bermakna lebih baik dibandingkan dengan
karsinoma berdiferensiasi buruk. Karsinoma berdiferensiasi seang awalnya memiliki
prognosis baik, tetapi harapan hidup 20 tahun mendekati prognosis karsinoma
berdiferensiasi buruk.
o Tipe histologik karsinoma. Semua tipe khusus karsinoma payudara (tubulus, medular,
lobules, papilar, dan musinosa) memiliki prognosis sedikit banyak lebih baik daripada
karsinoma tanpa tipe khusus (karsinoma duktal).
o Invasi limfovaskular. Adanya tumor di dalam rongga vaskular di sekitar tumor primer
merupakan faktor prognostik buruk, terutama jika tidak terdapat metastase ke kelenjar
getah bening.
o Ada tidaknya reseptor estrogen atau progesterone. Adanya reseptor hormon
menyebabkan prognosis sedikit lebih baik. Namun, alasan untuk menentukan
keberadaan reseptor tersebut adalah untuk memperkirakan respon terhadap terapi.
Angak tertinggi respon (sekitar 80%) terhadap terapi antiestrogen (ooforektomi atau
tamoksifen) ditemukan pada pasien yang tumornya memiliki reseptor estrogen dan
progesteron. Angka respon yang lebih rendah (25-45%) ditemukan jika hanya
terdapat salah satu reseptor.
o Laju proliferasi kanker. Proliferasi dapat diukur dengan hitung mitotic, flow
cytometry, atau dengan penanda imunohistokimia untuk protein silus sel. Laju
proliferasi yang tinggi berkaitan dengan prognosis yang lebih buruk.
o Aneuploid. Karsinoma dengan kandungan DNA abnormal (aneuploid) memiliki
prognosis sedikit lebih buruk dibandingkan dengan karsinoma dengan kandungan
DNA serupa dengan sel normal.
27
DAFTAR PUSTAKA
1. Desen W, ed. Buku Ajar Onkologi Klinis Edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2008.h. 366-82.
2. Stopeck AT. Breast Cancer: Epidemiology. Medscape Reference Drugs, Diseases, and
Procedures. 2013. Available from http://emedicine.medscape.com/article/1947145-
overview#aw2aab6b2b5aa
3. R. Sjamsuhidajat, Wim de Jong : Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, EGC, Jakarta 2010
4. Netter, Frank H. Atlas Of Human Anatomy 3rd Edition. USA; Saunders Elsevier: 2003. p.
159,167,169.
5. Jatoi I, Kaufmann M, Petit JY. Atlas of Breast Surgery. Germany : Springer-Verlag Berlin
Heidelberg; 2006. p. 10-6
6. Greene FL, Compton CC, Fritz AG, Shan JP, Winchester DP, eds. American Joint
Committee on Cancer. Chicago : Springer Science+Business Media, Inc; 2006.p. 219-33.
7. Suyatno, Emir Taris Pasaribu.bedah Onkologi Diagnostik dan Terapi.CV Sagung
Seto.2010
8. Karsono B. Teknik-teknik Biologi Molekular dan Selular pada Kanker.Dalam: Sudoyo
AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simanibrata M, Setiati S, eds. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Jilid II Edisi IV. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2006; h.816-8.
9. National Breast Cancer Foundation. Stage of Breast Cancer. 2010.
10. Linda J. Heffner dan Danny J. Schust. At a Glance SISTEM REPRODUKSI Edisi Kedua.
Jakarta: Erlangga Medical Series; 2006.
11. Robbins, Stanley L dan Vinay Kumar. Buku Ajar Patologi volume 2 edisi 7. Penerbit
Buku Kedokteran EGC: Jakarta; 2007.
28
29