case ayu.doc

41
LAPORAN KASUS Pembimbing Dr. Elfrieda Simatupang, Sp. A. Disusun oleh Ayu Sriningsih (11-2014-026)

Upload: ramli-s

Post on 26-Sep-2015

7 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK RUMAH SAKIT DAERAH KOJA PERIODE 11 AGUSTUS 18 OKTOBER 2014

Ayu Sriningsih

11 2014 026

LAPORAN KASUS

Pembimbing

Dr. Elfrieda Simatupang, Sp. A.

Disusun oleh

Ayu Sriningsih (11-2014-026)

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOJA,

FALKUTAS KEDOKTERAN UKRIDA

PERIODE 30 MARET 2015 6 JUNI 2015

JAKARTA

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

Nama: An. HKW

Tanggal lahir: Jakarta, 19 Oktober 2012

Usia: 2 tahun 5 bulan

Jenis Kelamin: Perempuan

Suku Bangsa: Jawa

Agama: Islam

Alamat: Jl. Kali Baru Barat I RT/RW 011/ 08, Celincing, Jakarta Utara

No. Registrasi: -

Tanggal Masuk RS: 7 April 2015

II. ANAMNESIS

Diambil dari : Alloanamnesis dari keluarga pasien

Tanggal : 8 Maret 2015Pukul : 15.00 WIB

Keluhan utama

Anak datang dengan keluhan keluar cacing dari mulutnya SMRS

Riwayat Penyakit Sekarang

Satu minggu SMRS pasien demam dan batuk. 2 hari kemudian, pasien terasa sesak dan dibawa ke puskesmas. Di puskesmas pasien selain diberikan nebulisasi dan juga hanya diberikan obat paracetamol. Demam dan batuk masih dikeluhkan oleh pasien. Ibu pasien memperhatikan kalau anaknya mulai kurang nafsu makan.

Satu hari SMRS, pasien di bawa lagi oleh ibunya ke puskesmas Kebantenan. Saat tiba di IGD puskesmas Kebantenan, pasien batuk dan mengeluarkan cacing dari mulutnya. Cacing hanya berjumlah 1. Saat pulang dari puskesmas Kebantenan pasien diberikan 1 obat cacing. Sesaat sebelum ke IGD RSUD Koja pasien sudah BAB 3x. Konsistensi BAB cair (+), sedikit ampas (+), lendir (-). Selain itu demam dan batuk dengan dahak berwarna putih masih dikeluhkan oleh pasien.

Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat Anemia saat umur kurang lebih 1 tahun

( - ) Sepsis( - ) Meningoencephalitis(-) Kejang Demam

( - ) Tuberkolosis( - ) Pneumonia

( - ) Asma( - ) Alergic Rhinitis(-) Alergi Lainnya

( - ) Diare Akut( - ) Diare Kronis( - ) Gastritis

( - ) Disentri( - ) Kolera( - ) Amoebiasis

( - ) Tifus abdominalis( - ) DHF

( - ) Cacar air( - ) Campak( - ) Difteri

( - ) Batuk rejan( - ) Tetanus( - ) Polio

( - ) Demam Rematik Akut( - ) Penyakit Jantung Rematik( - ) Peny. Jantung Bawaan

( - ) Glomerulonephritis( - ) Sindroma Nefrotik( - ) ISK

Lain-lain: ( - ) Operasi( - ) Kecelakaan

Riwayat Kehamilan dan Kelahiran

Kehamilan

Perawatan antenatal

Kontrol teratur di bidan

Penyakit selama kehamilan

-

Kelahiran

Tempat kelahiran

Puskesmas Kebantenan

Penolong persalinan

Bidan

Cara persalinan

Normal/Spontan

Masa gestasi

Cukup (9 bulan)

Keadaan bayi

Berat badan lahir : 3.600 gr

Panjang badan lahir : 50 cm

Nilai APGAR : -

Kelainan bawaan : tidak ada

Riwayat Tumbuh Kembang

Pertumbuhan gigi pertama: -

Psikomotor

Tengkurap: 4 bulan

Duduk: 6 bulan

Berdiri: kurang lebih umur 11 atau 12 bulan

Berjalan: Setahunan

Berbicara: 11 bulan

Kesan : Tumbuh kembang belum dapat dinilai

Riwayat Imunisasi

Vaksin

Dasar

Ulangan

BCG

1 bulan

-

Hepatitis B

0 hari

1 bulan dan 6 bulan

Polio

2 bulan

4 bulan dan 6 bulan

DPT

2 bulan

4 bulan dan 6 bulan

Campak

9 bulan

2 tahun

Kesan: Imunisasi dasar lenkap

Riwayat Nutrisi

Usia (bulan)

ASI/ PASI

Buah/ Biskuit

Bubur Susu

Nasi Tim

0-6

ASI eksklusif

-/-

-

-

7-sekarang

PASI

+

+

+

Kesan: Anak menerima ASI eksklusif dan Makanan Padat

Riwayat Keluarga

Penyakit

Ya

Tidak

Hubungan

Alergi

-

Asma

-

Tuberkulosis

-

Hipertensi

-

Diabetes

-

Kejang Demam

-

Epilepsy

-

Riwayat Sosial Personal

Pasien tinggal di Jl. Kali Baru Barat I RT/RW 011/ 08, Celincing, Jakarta Utara yang merupakan daerah yang agak kumuh/kotor. Kedua orang tua pasien bekerja, sehingga orang tua pasien tidak mengetahui kebiasaan anaknya kalau di rumah, juga tentang perilaku kebersihan pasien.

Anamnesis Sistem

Kulit

( - ) Bisul( - ) Rambut(-)Keringat Malam

( - ) Kuku( - ) Kuning / Ikterus( - ) Sianosis

Kepala

( - ) Trauma( - ) Sakit Kepala(-) Nyeri Pada Sinus

Mata

( - ) Merah( - ) Nyeri

( - ) Sekret( - ) Kuning / ikterus

( - ) Trauma( - ) Ketajaman penglihatan

Telinga

( - ) Nyeri( - ) Gangguan pendengaran

( - ) Sekret

Hidung

( - ) Rhinnorhea( - ) Tersumbat

( - ) Nyeri( - ) Gangguan penciuman

( - ) Sekret( - ) Epitaksis

( - ) Trauma( - ) Benda Asing / Foreign Body

Mulut

( + ) Bibir kering( - ) Lidah, coated tounge

( - ) Gusi( - ) Mukosa

Tenggorokkan

( - ) Nyeri tenggorokkan( - ) Perubahan Suara

Leher

( - ) Benjolan( - ) Nyeri leher

Thorax ( Jantung & Paru-paru)

( + ) Sesak napas( - ) Mengi

( + ) Batuk( - ) Batuk darah

( - ) Nyeri dada( - ) Berdebar-debar

Abdomen (Lambung/ Usus)

( - ) Mual( - ) Muntah

( + ) Diare( - ) Konstipasi

( + ) Nyeri perut( - ) Nyeri kolik

( - ) Tinja Berdarah( - ) Tinja Berwarna Dempul

( - ) Benjolan

Saluran Kemih / Alat Kelamin

( - ) Disuria( - ) Hematuria

( - ) Enuresis ( mengompol )

Saraf dan Otot

( - ) Riwayat Trauma( - ) Nyeri( - ) Bengkak

Ekstremitas

( - ) Bengkak( - ) Deformitas

( - ) Nyeri( - ) Sianosis

Berat Badan

Berat badan lahir: 3.600 gr

Berat badan datang: 10 kg

Berat badan sekarang: ( + ) tetap( - ) naik( - ) turun

III. PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan tanggal 15 Maret 2014 pukul 07.00 WIB, usia 5 hari

Keadaan Umum : Tampak sakit sedang, tenang

Kesadaran : Compos mentis

Tanda Vital

Denyut jantung: 132 x/menit

Laju pernapasan: Spontan, 26 x/menit

Suhu: 38.80C

Data Antropometri

Berat badan : 10 kg

Panjang badan : 50 cm

Lingkar kepala: - cm

Lingkar dada: - cm

Kepala

Bentuk dan ukuran: Normosefal

Ubun-ubun besar: Tidak cekung

Kulit: Kulit berwarna sawo matang

Rambut: Warna hitam, terdistribusi merata, tidak mudah

dicabut

Mata

Tidak terdapat edema palpebra, sklera ikterik -/-, tidak anemis, tidak terdapat sekret

THT

Telinga: Bentuk daun telinga normal, tidak ada sekret

Hidung: Bentuk normal, nafas cuping hidung tidak ada, tidak ada sekret

Mulut: Tidak ada hipersalivasi, mukosa bibir kering dan luka

Tenggorokan: Faring tidak hiperemis

Leher

Kelenjar tiroid tidak membesar, trakea berada di tengah, kelenjar getah bening tidak teraba.

Toraks

Bentuk normotoraks, bentuk simetris saat statis dan dinamis, tidak ada retraksi.

Jantung

Inspeksi: Iktus kordis tidak terlihat

Palpasi : Iktus kordis teraba

Perkusi: Tidak dilakukan

Auskultasi : BJ I/II reguler normal, tidak terdengar murmur, tidak terdengar gallop

Paru-paru

Inspeksi: Simetris saat statis dan dinamis, tidak ada retraksi

Palpasi: Pemeriksaan fremitus teraba sama kanan dan kiri

Perkusi:Tidak dilakukan

Auskultasi: Suara nafas vesikuler kedua lapang paru, tidak

terdengar ronkhi, tidak ada wheezing

Abdomen

Inspeksi: Datar, tidak ada sikatrik, tidak ada massa, tidak ada

distensi abdomen, tidak ada gambaran usus maupun

benjolan.

Auskultasi: Bising usus positif normal

Palpasi: Supel, hepar, lien, ginjal tidak teraba, turgor kulit baik

Perkusi: Tidak dilakukan

Tulang Belakang

Massa (-), tidak tampak skoliosis, kifosis, dan lordosis.

Anus

Tidak dilakukan

Ekstremitas

Gerak bebas ke segala arah sesuai sumbu sendi, akral hangat, tidak ada edema, tidak sianosis, otot tidak atrofi, tonus otot baik.

Kulit -/-

Turgor kulit baik di keempat ekstremitas, perfusi kurang dari 3 detik.

Pemeriksaan Neurologis

Kanan

Kiri

Refleks Tendon

(+)

(+)

Bisep

(+)

(+)

Patela

(+)

(+)

Achilles

(+)

(+)

Reflek primitive

(-)

(-)

Refleks patologis

(-)

(-)

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tanggal 07-04-2015

Pemeriksaan

Hasil

Nilai Rujukan

Darah Rutin

Hemoglobin

8.4 g/dL

11.5 14.5

Leukosit

2.9310-3 /uL

4.00 12.00

Hematokrit

28.3 %

33.0 43.0

Trombosit

21710-3 /uL

182 - 369

Elektrolit

Natrium

122 mEq/L

135 147

Kalium

3.69 mEq/L

3.5 5.0

Klorida

91 mEq/L

96 - 108

Widal

S. typhi O

(-) Negatif

(-) Negatif

S. paratyphi AO

(-) Negatif

(-) Negatif

S. paratyphi BO

(-) Negatif

(-) Negatif

S. paratyphi CO

(-) Negatif

(-) Negatif

Tanggal 08-04-2015

Pemeriksaan Faeces Rutin

Makroskopis

Mikroskopis

Leukosit

1-2

Warna

Kuning

Eritrosit

0-1

Konsistensi

Encer

Epitel

1+

Lendir

(-) Negatif

Bakteri

1+

Darah

(-) Negatif

Lemak

(-) Negatif

Amilum

(-) Negatif

Serat Tumbuhan

(-) Negatif

Amoeba

(-) Negatif

Jamur

(-) Negatif

Telur Cacing

(+) Askaris lumbricoides

V. RINGKASAN

Pasien perempuan dirawat di RSUD KOJA karena demam dan batuk. 2 hari kemudian pasien dibawa ke puskesmas karena sesak. Satu hari SMRS, pasien di bawa lagi oleh ibunya ke puskesmas Kebantenan karena demam dan batuk tidak sembuh, serta pasien tidak nafsu mkana. Saat di IGD puskesmas Kebantenan, pasien batuk dan mengeluarkan cacing dari mulutnya. Sesaat sebelum ke IGD RSUD Koja pasien sudah BAB 3x. Konsistensi BAB cair (+), sedikit ampas (+), lendir (-). Selain itu demam dan batuk dengan dahak berwarna putih masih dikeluhkan oleh pasien.

Pada pemeriksaan fisik ditemukan keadaan umum tampak sakit sedang. Tanda-tanda vital didapatkan denyut jantung 132x/menit, pernafasan 26 x/menit, suhu 38.80 C.

Hasil pemeriksaan penunjang menunjukkan hemoglobin 8.4 g/dL, Na 122 mEq/L. Pada pemeriksaan feses didapatkan konsistensi yang encer dan adanya telur cacing askaris lumbricoides.

VI. DIAGNOSIS KERJA :

Askariasis

Saat berada di IGD RSUD Koja pasien batuk dan mengelurkan cacing dari mulutnya. Pada pemeriksaan penunjang didapatkan telur cacing Askaris lumbricoides pada feses pasien.

Diare akut dengan dehidrasi ringan sedang

Diagnosis ini ditegakkan karena pasien juga mengeluhkan sudah BAB 3x dengan konsistensi cair (+), sedikit ampas (+), lendir dan darah (-). Pada pemeriksaan fisik, pasien tampak lemah, turgor kulit baik di keempat ekstremitas, perfusi kurang dari 3 detik, bibir kering.

VII. DIAGNOSIS DIFERENSIAL

Demam Tifoid

Diagnosis ini dapat disingkirkan karena kesadaran compos mentis, demam pada pasien ini turun naik. Dari pemeriksaan fisik tidak ada coated tongue, dan pada pemeriksaan penunjang widal tes untuk salmonela typhi dan paratyphi negatif.

VIII. PROGNOSIS:

Ad vitam: bonam

Ad fungsionam: bonam

Ad sanasionam: bonam

IX. FOLLOW UP

8 April 2015

S

Keluar cacing dari mulut 1 hari SMRS, Demam dan batuk sejak senin minggu lalu. 2 kali ke puskesmas tapi keluhan tidak hilang, pagi ini pasien masih demam dan batuk, pilek tidak ada, muntah tidak ada, BAB cair dan sedikit ampas,

O

HR: 132x/ menit, RR: 26x/ menit, suhu: 38,8oC

Mata: CA -/-, SI -/-, Cekung -/-

Paru: Vesikuler +/+, wheezing -/-, ronki -/-

Jantung: BJ I-II reguler, murmur -, gallop

Abdomen: BU (+)

Ekstremitas: Akral hangat

A

Diare aku dehidrasi ringan sedang

Ascariasis

Viral infection

Anemia

Hiponatremia

P

IVFD Kaen 3B ( 42 cc/jam

PCT syr 3xcth 1 1/2

Zinc tab 1x20 mg

Pirantel Pamoat 100 mg

9 April 2015

S

Demam (hari ke 10), BAB cair dari jam 19.00-06.00 1x, sedikit ampas, keluar cacing dari mulut atau bersama feses (-), batuk (+), makan dan minum kurang.

O

HR: 132x/ menit, RR: 26x/ menit, suhu: 38,8oC

Mata: CA -/-, SI -/-, Cekung -/-

Paru: Vesikuler +/+, wheezing -/-, ronki -/-

Jantung: BJ I-II reguler, murmur -, gallop

Abdomen: BU (+)

Ekstremitas: Akral hangat

A

Diare aku dehidrasi ringan sedang

Ascariasis

Viral infection

Anemia

Hiponatremia

P

IVFD Kaen 3B ( 42 cc/jam

PCT syr 3xcth 1

Zinc tab 1x20 mg

Pirantel Pamoat 100 mg

Nymico drop 3x1,5 cc

Diet sll 6x100 ml (NGT)

10 April 2015

S

Demam (hari ke 11), BAB cair dari jam 19.00-06.00 2x, sedikit ampas, keluar cacing dari mulut atau bersama feses (-), batuk (+), makan dan minum kurang.

O

HR: 125x/ menit, RR: 26x/ menit, suhu: 38,3oC

Mata: CA -/-, SI -/-, Cekung -/-

Paru: Vesikuler +/+, wheezing -/-, ronki -/-

Jantung: BJ I-II reguler, murmur -, gallop

Abdomen: BU (+)

Ekstremitas: Akral hangat

A

Diare aku dehidrasi ringan sedang

Ascariasis

Viral infection

Anemia

Hiponatremia

P

IVFD Kaen 3B ( 42 cc/jam

PCT syr 3xcth 1

Zinc tab 1x20 mg

Nymico drop 3x1,5 cc

Diet sll 6x100 ml (NGT)

ML 750 kal

11 April 2015

S

Demam () (hari ke 12), BAB cair (-), batuk (+), makan dan minum kurang.

O

HR: 119x/ menit, RR: 23x/ menit, suhu: 36,2oC

Mata: CA -/-, SI -/-, Cekung -/-

Paru: Vesikuler +/+, wheezing -/-, ronki -/-

Jantung: BJ I-II reguler, murmur -, gallop

Abdomen: BU (+)

Ekstremitas: Akral hangat

A

Diare aku dehidrasi ringan sedang

Ascariasis

Viral infection

Anemia

Hiponatremia

P

IVFD Kaen 3B ( 42 cc/jam

PCT syr 3xcth 1

Zinc tab 1x20 mg

Nymico drop 3x1,5 cc

ML 750 kal

12 April 2015

S

Demam () (hari ke 13), BAB cair (-), batuk (+), makan dan minum cukup

O

HR: 120x/ menit, RR: 22x/ menit, suhu: 36,7oC

Mata: CA -/-, SI -/-, Cekung -/-

Paru: Vesikuler +/+, wheezing -/-, ronki -/-

Jantung: BJ I-II reguler, murmur -, gallop

Abdomen: BU (+)

Ekstremitas: Akral hangat

A

Diare aku dehidrasi ringan sedang

Ascariasis

Viral infection

Anemia

Hiponatremia

P

IVFD Kaen 3B ( 42 cc/jam

PCT syr 3xcth 1

Zinc tab 1x20 mg

Nymico drop 3x1,5 cc

ML 750 kal

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN

Infeksi dengan Askariasis lumbricoides adalah helmintiasis manusia yang paling sering dan menimbulkan sekitar 1 biliun kasus di seluruh dunia. Infeksi paling sering pada anak prasekolah atau umur sekolah awal. Askariasis berada dimana-mana, jumlah kasus terbesar terjadi di Negara-negara yang mempunyai iklim yang lebih panas. Meski demikian ada sekitar 4 juta individu yang terinfeksi, terutama anak, di Amerika Utara.

Etiologi

Stadium efektif Ascaris Lumbricoides adalah telur yang berisi larva matang. Telur ini oval, lebar, mempunyai kulit yang tebal dengan penutup sebelah luar mamillated dan berukuran sekitar 40 x 60 um. Telur lewat bersama tinja individu yang terinfksi dan matang dalam 5-10 hari pada keadaan lingkungan yang baik untuk menjadi infektif. Sesudah tertelan oleh hospes manusia, larva dilepaskan dari telur dan menembus dinding usus sebelum migrasi ke paru-paru melalui sirkulasi vena. Mereka kemudia memecah jaringan paru masuk ke dalam ruang alveolus, naik cabang-cabang bronkus dan trakea, dan ditelan kembali. Sesudah sampai di usus kecil, larva berkembang menjadi cacing dewasas (jantan berukuran 15-25cm x 3mm dan betina 25-35cm x 4mm).1

Epidemologi

Penyakit Ascariasis dapat ditemukan di seluruh dunia. Infeksi terjadi dengan frekuensi terbesar di daerah tropis dan subtropis, dan di setiap daerahdengan sanitasi yang tidak memadai. Ascariasis adalah salah satu infeksi parasit pada manusia yang paling umum. Sampai dengan 10% dari penduduk negara berkembang terinfeksi cacing dengan persentase besar disebabkan oleh Ascaris. Di seluruh dunia, infeksi Ascaris menyebabkan sekitar 60.000 kematian per tahun,terutama pada anak.2 Prevalensi tertinggi ascariasis adalah pada anak usia 2-10 tahun, dengan intensitas infeksi tertinggi terjadi pada anak usia 5-15 tahun yang memiliki infeksisimultan dengan cacing lain seperti Trichuris trichiura dan cacing tambang. Sebuah studi terbaru menemukan bahwa wanita dewasa Vietnam yang tinggal didaerah pedesaan, terutama yang terkena tanah pada malam hari dan tinggal dirumah tangga tanpa jamban, beresiko sangat tinggi untuk ascariasis. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) memperkirakan bahwa tingkat ascariasis di seluruh dunia pada 2005 adalah sebagai berikut: 86 juta kasus diCina, 204 juta di tempat lain di Asia Timur dan Pasifik, 173 juta di sub-SaharaAfrika, 140 juta di India, 97 juta di tempat lain di Asia Selatan, 84 juta dalambahasa Latin Amerika dan Karibia, dan 23 juta di Timur Tengah dan AfrikaUtara.3

Patofisiologi

Seseorang dapat terinfeksi penyakit askariasis setelah secara tidak sengaja atau tidak disadari menelan telur cacing. Telur menetas menjadi larva di dalam usus seseorang. Larva menembus dinding usus dan mencapai paru-paru melalui aliran darah. Larva tersebut akhirnya kembali ke tenggorokan dan tertelan. Dalam usus, larva berkembang menjadi cacing dewasa. Cacing betina dewasa yang dapattumbuh lebih panjang mencapai 30 cm, dapat bertelur yang kemudian masuk kedalam tinja. Jika tanah tercemar kotoran manusia atau hewan yang mengandung telur, maka siklus tersebut dimulai lagi. Telur berkembang di tanah dan menjadi infektif setelah masa 2-3 minggu, tetapi dapat tetap infektif selama beberapa bulan atau tahun.2

Manusia merupakan satu-satunya hospes definitif Ascaris lumbricoides, jika tertelan telur yang infektif, maka didalam usus halus bagian atas telur akan pecah dan melepaskan larva infektif dan menembus dinding usus masuk kedalam vena porta hati yang kemudian bersama dengan aliran darah menuju jantung kanan dan selanjutnya melalui arteri pulmonalis ke paru-paru dengan masa migrasi berlangsung selama sekitar 15 hari. Dalam paru-paru larva tumbuh dan berganti kulit sebanyak 2 kali, kemudian keluar dari kapiler, masuk ke alveolus dan seterusnya larva masuk sampai ke bronkus, trakhea, laring dan kemudian kefaring, berpindah ke osepagus dan tertelan melalui saliva atau merayap melalui epiglottis masuk kedalam traktus digestivus. Terakhir larva sampai kedalam usus halus bagian atas, larva berganti kulit lagi menjadi cacing dewasa. Umur cacing dewasa kira-kira satu tahun, dan kemudian keluar secara spontan. Siklus hidup cacing ascaris mempunyai masa yang cukup panjang, du abulan sejak infeksi pertama terjadi, seekor cacing betina mulai mampu mengeluarkan 200.000 250.000 butir telur setiap harinya, waktu yangdiperlukan adalah 3 4 minggu untuk tumbuh menjadi bentuk infektif. Menurut penelitian stadium ini merupakan stadium larva, dimana telur tersebut keluar bersama tinja manusia dan diluar akan mengalami perubahan dari stadium larva Isampai stadium III yang bersifat infektif.4

Telur-telur ini tahan terhadap berbagai desinfektan dan dapat tetap hidup bertahun-tahun di tempat yang lembab. Didaerah hiperendemik, anak-anak terkena infeksi secara terus-menerus sehingga jika beberapa cacing keluar, yang lain menjadi dewasa dan menggantikannya. Jumlah telur ascaris yang cukup besar dan dapat hidup selama beberapa tahun maka larvanya dapat tersebar dimana-mana, menyebar melalui tanah, air, ataupun melalui binatang. Maka bila makanan atau minuman yang mengandung telur ascaris infektif masuk kedalam tubuh maka siklus hidup cacing akan berlanjut sehingga larva itu berubah menjadi cacing. Jadi larva cacing ascaris hanya dapat menginfeksi tubuh melalui makanan yang tidak dimasak ataupun melalui kontak langsung dengan kulit.4

Manifestasi Klinis

Gejala awal ascariasis, selama migrasi paru awal, termasuk batuk, dyspnea, mengi, dan nyeri dada. Nyeri perut, distensi, kolik, mual, anoreksia, dan diare intermiten mungkin manifestasi dari obstruksi usus parsial atau lengkap oleh cacing dewasa. Mengi dan takipnea dapat terjadi selama migrasi paru. Urtikaria dandemam mungkin juga terjadi terlambat dalam tahap migrasi. Distensi abdomen tidak spesifik tetapi adalah umum pada anak dengan ascariasis. Nyeri perut, terutama di kuadran kanan atas, hypogastrium, atau kuadran kanan bawah, mungkin mengindikasikan komplikasi ascariasis.3 Bukti untuk kekurangan gizi karena ascariasis paling kuat untuk vitamin A dan C, serta protein, seperti ditunjukkan oleh penelitian albumin dan pertumbuhan pada anak yang diamati secara prospektif. Beberapa penelitian belum mengkonfirmasi keterlambatan perkembangan gizi atau karena ascariasis. Kelainan-kelainan yang terjadi pada tubuh penderita terjadi akibat pengaruh migrasi larva dan adanya cacing dewasa.5,6

Pada umumnya orang yang kena infeksi tidak menunjukkan gejala, tetapi dengan jumlah cacing yang cukup besar (hyperinfeksi) terutama pada anak-anak akan menimbulkan kekurangan gizi, selain itu cacing itu sendiri dapat mengeluarkan cairan tubuh yang menimbulkan reaksi toksik sehingga terjadi gejala seperti demam typhoid yang disertai dengan tanda alergi seperti urtikaria, odema diwajah, konjungtivitis dan iritasi pernapasan bagian atas. Cacing dewasa dapat pula menimbulkan berbagai akibat mekanik seperti obstruksi usus, perforasi ulkus diusus. Oleh karena adanya migrasi cacing keorgan-organ misalnya ke lambung, oesophagus, mulut, hidung dan bronkus dapat menyumbat pernapasan penderita. Ada kalanya askariasis menimbulkan manifestasi berat dan gawat dalam beberapa keadaan sebagai berikut: (1) Bila sejumlah besar cacing menggumpal menjadi suatu bolus yangmenyumbat rongga usus dan menyebabkan gejala abdomen akut. (2) Pada migrasi ektopik dapat menyebabkan masuknya cacing kedalam apendiks, saluran empedu (duktus choledocus) dan ductus pankreatikus.

Bila cacing masuk ke dalam saluran empedu, terjadi kolik yang berat disusul kolangitis supuratif dan abses multiple. Untuk menegakkan diagnosis pasti harus ditemukan cacing dewasa dalam tinja atau muntahan penderita dan telur cacing dengan bentuk yang khas dapat dijumpai dalam tinja atau didalam cairan empedu penderita melalui pemeriksaan mikroskopik.5,6

Diagnosis

Cacing betina dewasa mengendapkan telur-telur yang dapat dideteksi dengan pemeriksaan apus tinja langsung dan hitung dengan metode apus tebal Kato. Infeksi biseksual menyebabkan ekskresi telur fertil matang, sedang telur infertil ditemukan pada individu yang terinfeksi hanya dengan cacing betina.1

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Laboratorium

1. Prinsip Pemeriksaan

Diagnosa secara laboratorium penyakit yang disebabkan oleh infeksi Ascaris lumbricoides diperlukan tinja sebagai sampelnya. Cara menyiapkan sediaan tinja untuk pemeriksaan tergantung pada kebutuhan yaitu untuk mencari cacing dewasa, larva atau telurnya.7

a) Cacing dewasa Cacing dewasa yang ditemukan dalam tinja dicuci dalam larutan Nacl agak panas dan kemudian dikocok terus sehingga menjadi lemas, kemudian diperiksa dalam keadaan segar atau dimatikan dalam larutan fiktatif untuk mengawetkan keseluruhan atau dipotong-potong.

b) Telur dan larva cacing Pemeriksaan telur dan larva cacing dapat dilakukan dengan bahan yang segar atau dengan sediaan, yang telah dipulas dengan pewarnaan tertentu. Dalam tinja encer, dipilih lendir yang berdarah atau bintikbintik jaringan yang kecil sekali dalam tinja yang dapat dikerok dari permukaan beberapa bagian gumpalan tinja.7

2. Macam-macam pemeriksaan

Pemeriksaan telur cacing dalam tinja dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu dengan sediaan langsung (sediaan basah ) dan sediaan tidak langsung (konsentrasi).

a) Pemeriksaan tinja secara langsung (sediaan basah )

i. Pemeriksaan makroskopis meliputi :

Warna tinja : kuning, putih, hijau atau hitam

Bau tinja : amis, busuk atau khas

Konsentrasi tinja : padat, lembek atau cair

Adanya lendir, darah, jaringan patogen, sisa makanan yang belum dicerna atau sisa bahan pengobatan zat besi, minyak, magnesium, barium dan lain-lain.

ii. Pemeriksaan mikroskopis

Untuk mengetahui telur cacing pada tinja secara langsung dengan menggunakan larutan eosin 2% (dengan menggunakan kaca penutup ) dan pemeriksaan dilakukan dibawah mikroskop.7

b) Pemeriksaan tinja secara tidak langsung ( konsentrasi )

i. Metode sedimentasi atau pengendapan Prinsip : Dengan adanya gaya sentrifugal dapat memisahkan antara suspensi dan supernatannya sehingga telur cacing dapat terendapkan. Metode sedimetasi kurang efisien dibandingkan dengan metode flotasi dalam mencari kista protozoa dan banyak macam telur cacing.

ii. Metode flotasi Flotasi adalah suatu metode yang dirancang untuk memisahkan telur cacing dari organisme protozoa melalui perbedaan berat jenis, dalam hal ini yang dijadikan dasar pemeriksaan konsentrasi dengan cara flotasi (Gaicia L. S, 1996)

iii. Cara pemusingan Centrifuge adalah suatu alat yang digunakan untuk memisahkan zat cair dengan zat padat dalam bentuk butir halus meninggalkan arah poros putaran, tetapi ada tabung maka butiran halus akan terkumpul didasar tabung. Fungsi centrifugasi adalah untuk memisahkan antara suspensi dan supernatan sehingga telur cacing akan mengendap. Centrifugasi dikatakan positif : apabila dalam sediaan ditemukan telur Ascaris lumbricoides, sedangkan centrifugasi dikatakan negatif : apabila dalam sediaan tidak ditemukan telur cacing dan cacing Ascaris lumbricoides.7

Penatalaksanaan

Pada waktu yang lalu obat yang sering dipakai seperti : piperazin, minyak chenopodium, hetrazan dan tiabendazol. Oleh karena obat tersebut menimbulkan efek samping dan sulitnya pemberian obat tersebut, maka obat cacing sekarang ini berspektrum luas, lebih aman dan memberikan efek samping yang lebih kecil dan mudah pemakaiannya. Adapun obat yang sekarang ini dipakai dalam pengobatan adalah:2-5

Mebendazol. Obat ini adalah obat cacing berspektrum luas dengan toleransi hospes yangbaik. Diberikan satu tablet (100 mg) dua kali sehari selama tiga hari, tanpa melihat umur, dengan menggunakan obat ini sudah dilaporkan beberapa kasus terjad imigrasi ektopik.

Pirantel Pamoat. Dosis tunggal sebesar 10 mg/kg berat badan adalah efektif untuk menyembuhkan kasus lebih dari 90 %. Gejala sampingan, bila ada adalah ringan dan obat ini biasanya dapat diterima (welltolerated). Obat ini mempunyai keunggulan karena efektif terhadap cacing kremi dan cacing tambang. Obat berspekturm luas ini berguna di daerah endemik dimana infeksi multipel berbagai cacing Nematoda merupakan hal yang biasa.

Levamisol Hidroklorida. Obat ini agaknya merupakan obat anti-askaris yang paling efektif yang menyebabkan kelumpuhan cacing dengan cepat. Obat ini diberikan dalam dosis tunggal yaitu 150 mg untuk orang dewasa dan 50 mg untuk orang dengan berat badan