case edit.ppt
TRANSCRIPT
Laporan Kasus MORBUS HANSEN
MULTIBASILER
PENDAHULUAN
DEFINISI
MORBUS HANSEN
Adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi
Mycobacterium leprae, dengan afinitas utama pada saraf
perifer, kemudian kulit, serta dapat mengenai organ tubuh
lain kecuali susunan saraf pusat (SSP).
Etiologi Morbus Hansen
Yaitu : Basil tahan asam dan tahan alkoholObligat intraselDapat diisolasi dan diinokulasi, tetapi tidak dapat dibiakkanMembelah diri : 12-21 hariMasa inkubasi : rata-rata 3-5 tahunMengenai semua usia, terbanyak 25-35tahun
Yaitu : Basil tahan asam dan tahan alkoholObligat intraselDapat diisolasi dan diinokulasi, tetapi tidak dapat dibiakkanMembelah diri : 12-21 hariMasa inkubasi : rata-rata 3-5 tahunMengenai semua usia, terbanyak 25-35tahun
Mycobacterium leprae (Armauer Hansen 1874)
EPidemiologi Morbus Hansen
Insidensi Morbus HansenDi RSU Kardinah Tegal, periode okt0ber 2009-september 2010
Diagnosis Morbus Hansen
Tanda kardinal :
Diagnosis Klinis Morbus Hansenmenurut WHO (1995)
Palsibasiler Multibasiler
Lesi kulit (makula datar, papul
yang meninggi, nodus)
- 1-5 lesi
- Hipopigmentasi/eritema
- Distribusi tidak simetris
- Hilangnya sensasi yang
jelas
- > 5 lesi
- Distribusi lebih simetris
- Hilangnya sensasi
Kerusakan Saraf (menyebabkan
hilangnya sensasi/ kelemahan
otot yang dipersarafi oleh saraf
yang terkena)
Hanya satu cabang saraf Banyak cabang saraf
Berikut dilaporkan sebuah kasus morbus hansen multibasiler dari pasien seorang laki-laki berumur 70 tahun..
LAPORAN KASUS
LAPORAN KASUS
Pasien seorang laki-laki berusia 70 tahun, pekerjaan
pedagang, menikah, beragama Islam, pendidikan tamat SD,
datang berobat ke Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD
Karawang tanggal 26Juli 2012 pukul 11.00 WIB dengan
keluhan utama bercak-bercak kemerahan, kering, bersisik,
disertai rasa kebas pada kedua tangan dan kedua kaki,
serta wajah dan leher.
Anamnesis Khusus
(auto+allo anamnesis)
Dilakukan secara autoanamnesis dan
alloanamnesis dengan anak pasien pada tanggal
16 November 2010 pukul 11.00 WIB di Poliklinik
Kulit dan Kelamin RSUD Karawang
- demam hilang timbul - timbul bercak kemerahan, kering ,dan bersisik yang
tidak terasa gatal, nyeri, dan kebas di tangan kiri. - menyangkal minum obat sebelum keluhan ini timbul. - pasien tidak berobat.
- bercak-bercak kemerahan tersebut mulai terasa kebas dan meluas ke tangan kanan.
- pasien memutuskan untuk berobat ke puskesmas. - diberikan obat berupa tiga macam tablet.
- bercak-bercak kemerahan tersebut meluas sampai kedua kaki. - pergelangan kedua kakinya terasa nyeri saat berjalan. -pasien tidak teratur meminum obatnya.
6 bln SMRS
5 bln SMRS
5 bln SMRS
3 bln SMRS
3 bln SMRS
- bercak-bercak kemerahan tersebut meluas kembali sampai ke wajah dan leher. - alis dan bulu mata pasien mulai rontok.
1 bln SMRS
1 bln SMRS
Anamnesis Khusus (autoanamnesis + alloanamnesis)
- sehari-hari berdagang di pasar selama 10 jam
- mengatakan kurang istirahat.
- makan tiga kali sehari dengan lauk seadanya.
- riwayat batuk lama disangkal.
- riwayat mengkonsumsi obat-obatan yang menyebabkan air
kencing menjadi berwarna jemerahan diakui.
- tidak pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya.
- teman pasien di toko sebelah ia bekerja di kota Brebes
memiliki keluhan yang serupa. -.
Anamnesis
PEMERIKSAAN FISIKStatus generalisKeadaan umum : Tampak sakit sedang Kesadaran : Compos mentis Tanda vitalTekanan darah : 130/80 mmHgNadi : 84 x/menitSuhu : afebrisPernapasan : 18 x/menitTinggi badan : 155cmBerat badan : 46kgGizi : baik (BMI 19,15)
KEPALA : alopesia (-)Wajah : Fasies leonina (-), tidak ada kelainan
kulitMata : madarosis (+/+), lagoftalmus (-/-),
conjungtiva pucat (-/-), sklera kuning
(-/-)Hidung : saddle nose (-), septum deviasi (-),
sekret (-)Mulut : Bibir kering (-), karies gigi (-), tonsil
tenang, dinding faring tidak hiperemis
Telinga : Normotia, tidak terdapat kelainanLeher :tidak terdapat pembesaran KGB dan
kelenjar tiroid
THORAKSInspeksi : Bentuk normal, gerak nafas
simetris, ginekomastia (-/-)Palpasi : Tidak dilakukanPerkusi : Tidak dilakukanAuskultasi :
Jantung: S1S2 reguler, murmur (-), gallop (-) Paru : Sn vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-
ABDOMENInspeksi : DatarPalpasi : Tidak dilakukanPerkusi : Tidak dilakukanAuskultasi : Bising usus(+) normal
GENITALIA : atrofi testis (-) EKSTREMITASEkstremitas superior :
Kelainan gerak (-), atrofi otot (-), oedem (-)Kuku : onikodistrofi (-), pitting nail (-),
onikolisis (-);Sendi : nyeri (-), deformitas (-), kontraktur jari
tangan (-);Kulit : lihat status dermatologikus
Ekstremitas inferior :Kelainan gerak (-), atrofi otot (-), oedem (-);Kuku : onikodistrofi (-), pitting nail (-),
onikolisis (-);Sendi : nyeri (+), deformitas (-), kontraktur jari
tangan (-);Kulit : lihat status dermatologikus
Status Dermatologikus
Status Dermatologikus
Status Dermatologikus
Distribusi : Regioner
Ad regio : Fasialis, colli, kedua ekstremitas superior dan
ekstremitas inferior.
Lesi : Multipel, sebagian diskret sebagian konfluens,
ukuran numular sampai plakat, bentuk
anular dan polisiklik, berbatas tegas, timbul dari
permukaan kulit, kering.
Efloresensi : makula eritematosa , hiperpigmentasi,
skuama halus berwarna putih.
STATUS Neurologis
NERVUS KANAN KIRI
Pembesaran Konsistensi Nyeri Pembesaran Konsistensi Nyeri
N.fasialis - Kenyal - - Kenyal -
N.aurikularis
magnus
- Kenyal + - Kenyal +
N.radialis - Kenyal - - Kenyal -
N.ulnaris - Kenyal - - Kenyal -
N.medianus - Kenyal - - Kenyal -
N.poplitea
lateralis
- Kenyal - - Kenyal -
N.tibialis
posterior
- Kenyal - - Kenyal -
Pemeriksaan saraf tepi
STATUS Neurologis
Tes sensibilitas :Rasa raba : anestesi (+) pada kedua lengan bawah
dan kedua tungkai bawahRasa nyeri : anestesi (+) pada kedua lengan bawah
dan kedua tungkai bawahSuhu : tidak dilakukan Kekuatan motorik : 5555 5555 normotonus,
atrofi (-) 5555 5555
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan BTA staining pada kerokan kulit cuping telinga kanan dan kiri. Hasilnya ditemukan kuman basil tahan asam (BTA positif)
Hasil pemeriksaan BTA staining pada kerokan kulit cuping telinga kanan dan kiri :
RESUMEPasien seorang laki-laki berusia 70
tahun, pekerjaan pedagang, menikah, beragama Islam, pendidikan tamat SD, datang berobat ke Poliklinik Kulit dan Kelamin RSU Kardinah tanggal 16 November 2010 pukul 11.00 WIB dengan keluhan utama bercak-bercak kemerah, sebagian tampak kehitaman, kering, bersisik, disertai rasa kebas pada kedua tangan dan kedua kaki, serta wajah dan leher.
Dari Anamnesis Didapatkan keluhan awal
Enam bulan SMRS, febris(+) timbul makula
eritem, kering ,dan berskuama pada
extrimitas superior sinistra lalu meluas ke
extrimitas superior dextra , dan kedua
extrimitas inferior, dan facialis, colli. Anestesi
(+), madarosis (+), artralgia (+) pada kedua
extrimitas inferior.
Dari pemeriksaan fisik ditemukan, status generalis tampak
madarosis (+), nyeri sendi (+). Pada status dermatologikus
distribusi regioner pada facialis, colli, kedua extremitas superior
dan inferior. Lesi multipel, sebagian diskret sebagian konfluens,
bilateral, ukuran lentikuler sampai plakat, sirkumskripta, lebih
tinggi dari permukaan kulit, kering. Dengan efloresensi makula
eritem, hiperpigmentasi, skuama halus. Pada status neurologikus
terdapat gangguan sensibilitas berupa anestesi terhadap rasa
raba dan nyeri pada fasies, colli, kedua extremitas superior dan
extremitas inferior.
Diagnosis pasti
Usulan pemeriksaan
Pemeriksaan bekteriologik (BTA)
Pemeriksaan histopatologik untuk klasifikasi penyakit
Tes Lepromin (Mitsuda) untuk membantu penentuan
tipe
Pemeriksaan serologi
Penatalaksanaan
Prognosis
TERIMA KASIH
LAPORAN KASUSPEMBAHASAN
Kusta (Hansen’s disease)
Klasifikasi Klinis Tipe Pausibasiler(PB)
SIFAT TUBERKOLOID(TT) BORDERLINE TUBERCULOID(BT)
INDETERMINATE (I)
LESI
Bentuk Makula saja;makula dibatasi infiltrat
Makula dibatasi infiltrat;Infiltrat saja
Hanya infiltrat
Jumlah Satu,dapat beberapa Beberapa/satu dengan satelit
Satu/beberapa
Distribusi Asimetris Asimetris Variasi
Permukaan Kering bersisik Kering bersisik Halus,agak berkilat
Batas Jelas Jelas Dapat jelas/dapat tidak jelas
Anestesia Jelas Jelas Tidak ada sampai tidak jelas
BTA
Lesi kulit Hampir selalu negatif Negatif/hanya 1+ Biasanya negatif
TES LEPROMIN
Positif kuat (3+) Positif lemah Dapat positif lemah atau negatif
Klasifikasi Klinis Tipe Multibasiler(MB)
SIFAT LEPROMATOSA(LL) BORDERLINE LEPROMATOSA(BL)
MID BORDERLINE (MB)
LESI
Bentuk Makula,infiltrat difus,papul,nodus
Makula .plakat,papul Plakat, Dome-shaped(kubah),Punched-out
Jumlah Tidak terhitung,praktis tidak ada kulit sehat
Sukar dihitung,masih ada kulit sehat
Dapat dihitung
Distribusi Simetris Hampir simetris Asimetris
Permukaan Halus berkilat Halus berkilat Agak kasar,agak berkilat
Batas Tidak jelas Agak jelas Agak jelas
Anestesia Biasanya tak jelas Tak jelas Lebih jelas
BTA
Lesi kulit Banyak (ada globus) Banyak Agak banyak
Sekret hidung
Banyak (ada globus) Biasanya negatif Negatif
TES LEPROMIN
Negatif Negatif Biasanya negatif
Bagan Diagnosis Klinis menurut WHO
Pausibasiler (PB) Multibasiler (MB)
1.Lesi kulit (makula datar, papul yang meninggi, nodus)
1-5 lesihipopigmentasi/eritemadistribusi tidak simetrishilangnya sensasi jelas
>5 lesidistribusi lebih simetrishilangnya sensasi kurang jelas
2.Kerusakan saraf (hilang senses /kelemahan otot yg dipersarafi)
Hanya satu cabang saraf banyak cabang saraf
Diagnosis Morbus Hansen tipe Multi Basiler(MHMB) ditegakkan berdasarkan :
Dari Anamnesis
1 tahun yang lalu, berupa bercak kemerahan yang tidak terasa gatal, nyeri ataupun kebas, kemudian bercak-bercak kemerahan menjadi lebih hitam, kering dan bersisik meluas ke kedua tangan dan kedua telapak kaki disertai kedua alis mata, bulu mata dan bulu kaki rontok.
1 minggu yang lalu, kedua jari tangan dan kaki OS bengkak disertai dengan kulit kering bersisik dan kebas. Kedua tangan dan jari-jari OS terasa nyeri dan kaku saat digerakkan dan pada kulit kedua telapak kaki timbul bercak-bercak kehitaman dan telapak kaki terasa kebas dan nyeri saat berjalan. Seluruh sendi terasa nyeri dan kaku disertai demam.
Dari Pemeriksaan Fisik
Status generalis tampak madarosis, oedem pada ekstremitas atas dan bawah.
Status dermatologikus distribusi regioner pada kedua lengan bawah dan tungkai bawah dengan lesi multipel, sebagian diskret sebagian konfluens, simetris, bilateral, ireguler, ukuran milier sampai lentikuler, rata dengan permukaan kulit, kering dengan efloresensi makula eritem, hiperpigmentasi, skuama, sebagian krusta dan likenifikasi
Pada status neurologikus terdapat gangguan sensibilitas berupa anestesi terhadap rasa raba dan nyeri pada kedua jari tangan dan kedua telapak kaki.
Diagnosis Banding
Eritema nodusum pada tuberculosis kutisTinea manus et Pedis
Diagnosa Eritema nodusum pada tuberculosis kutis dapat disingkirkan karena
Pemeriksaan Fisik
• Nodul indolen pada ekstremitas bagian
ekstensor• Eritema
• Riwayat batuk lama•Pembesaran KGB
• Riwayat OAT
Diagnosa Tinea manus et pedis ini dapat disingkirkan karena
Pemeriksaan Fisik
• Gatal saat berkeringat• Makula/plak
hiperpigmentasi atau eritem dengan tepi lesi yang aktif dan disertai dengan central
healing
Penatalaksanaan
Tabel 1. Obat dan dosis regimen MDT-PB
OBAT DEWASA
BB<35 kg BB>35 kg
Rifampisin 450 mg/bln (diawasi) 600 mg/bln (diawasi)
Dapson swakelola
50mg/hari(1-2mg/kgBB/hari)
100 mg/hari
Tabel 2. Obat dan dosis regimen MDT-MB
OBAT DEWASA
BB<35 kg BB>35 kg
Rifampisin 450 mg/bln (diawasi)
600 mg/bln (diawasi)
Klofazimin 300 mg/bln diawasi dan diteruskan 50 mg/hari
Dapson swakelola 50mg/hari(1-2mg/kgBB/hari)
100 mg/hari
Tabel 3. Obat dan dosis regimen MDT WHO untuk anak
OBAT PB MB
< 10 tahunBB < 50kg
10 th – 14 th
< 10 thBB < 50 kg
10 th -14 th
Rifampisin 300 mg/bln 450 mg/bln 300 mg/bln100 mg/bln dilanjutkan 50 mg, 2x/mgg
450 mg/bln150 mg/bln dilanjutkan 50 mg/hr
Klofazimin 25 mg/hr 50 mg/hr 25 mg/hr 50 mg/hr
Obat kusta dari WHO
Lamanya pengobatan kusta tipe PB adalah 6 dosis diselesaikan dalam 6-9 bulan.
Pengobatan kusta tipe MB adalah sudah sebesar 24 dosis diselesaikan dalam waktu maksimal 36 bulan.
Minimum 6 bulan untuk PB dan minimum 24 bulan untuk MB maka dinyatakan RFT (Release From Treatment).
Reaksi kusta
Reaksi kusta adalah interupsi dengan episode akut pada perjalanan penyakit yang sebenarnya sangat kronik
Reaksi reversal atau reaksi upgrading (reaksi tipe I) hipersensitivitas tipe lambat yang faktor
pencetusnya belum diketahui pasti.ENL, Eritema Nodusum Leprosum
(reaksi tipe II) Karena pengobatan Secara imunopatologis ENL termasuk
respon imun humoral.
Pengobatan ENLKortikosteroid oral, antara lain prednisone.Dosisnya bergantung pada berat ringannya
reaksi, biasanya 15-30 mg/hari dan dosisnya diturunkan bertahap.
Pada pasien ini diberikan terapi kusta sesuai dengan regimen MDT-MB dari WHO dan diberikan kortikosteroid oral untuk mengatasi reaksi ENL yang terdapat pada pasien ini.
Pada pasien ini juga diberikan antihistamin yaitu antihistamin golongan sedatif misalnya Klorfeniramin maleat 2 x 4 mg
TERIMA KASIH