case kejang demam

32
PRESENTASI KASUS KEJANG DEMAM Pembimbing : Dr. Rosida Sihombing, Sp.A Penyusun : Ayu Wulandari (030.06.040) ` Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak

Upload: ayu-wulandari-trianggo

Post on 30-Jul-2015

33 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: Case Kejang Demam

PRESENTASI KASUS

KEJANG DEMAM

Pembimbing :

Dr. Rosida Sihombing, Sp.A

Penyusun :

Ayu Wulandari (030.06.040)

`

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak

RSUD Budhi Asih

Periode 21 November 2011 – 28 Januari 2012

Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti

Page 2: Case Kejang Demam

1

STATUS PASIEN KEPANITERAAN FK TRISAKTI

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK RSUD BUDHI ASIH

Nama Mahasiswa : Ayu Wulandari Pembimbing : Dr. Rosida Sihombing, Sp.A

NIM : 030.06.040 Tanda Tangan :

I. IDENTITAS PASIEN

Nama Pasien : An. A

No. Rekam Medik :78xxxx

Jenis kelamin : Laki-laki

Umur : 18 bulan

Suku bangsa : Jawa

Agama : Islam

Tempat / tanggal lahir : Jakarta / 4 Mei 2010

Alamat : Jl. Kalibata utara RT 04 RW 07 Kalibata

Orang Tua / Wali

Ayah : Ibu :

Nama : Tn. B Nama : Ny. N

Agama : Islam Agama : Islam

Alamat : Jl. Kalibata utara RT 04 Alamat : Jl. Kalibata utara RT 04

RW 07 Kalibata RW 07 Kalibata

Pekerjaan : Guru Fisika Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Penghasilan : 2.500.000 Penghasilan : -

Suku Bangsa : Jawa Suku Bangsa : Betawi

Hubungan dengan orang tua : anak kandung

II. ANAMNESIS

Dilakukan secara Alloanamnesis dengan

Lokasi : Bangsal lantai V Timur, kamar 515

Tanggal / waktu : 28 November 2011 pukul 13.00 WIB

Tanggal Masuk : 27 November 2011

Page 3: Case Kejang Demam

2

a. Keluhan Utama:

Kejang 8 jam sebelum masuk rumah sakit

b. Keluhan Tambahan :

Demam dan mencret

c. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien seorang anak laki-laki berusia 18 bulan datang dibawa ibunya ke IGD RSUD

Budhi Asih dengan keluhan kejang 8 jam sebelum masuk rumah sakit. Kejang terjadi

sebanyak 1 kali. Lama kejang sekitar 5 menit. Saat kejang tangan pasien kanan dan kiri

mengepal dan kedua lengan atas dan kedua tungkai bawah bergetar seperti orang

menggigil. mata mendelik keatas, tidak keluar busa dari mulut pasien dan lidah tidak

tergigit. Saat kejang pasien tidak sadar dan setelah kejang pasien sadar tapi badannya

menjadi lemes. Ibu pasien mengaku sebelum kejang pasien mengalami demam tinggi.

Dan ini merupakan serangan kejang yang pertama kali.

Demam terjadi sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit. Demam dirasakan naik dan

turun naik saat malam hari turun menjelang siang hari. Lalu ibu pasien membawa pasien

ke puskesmas dan diberi obat panas dan juga dianjurkan stop ASI dan diet sayur dan

buah karena pasien terlihat kelebihan berat badan. Namun tidak ada perbaikan lalu ibu

pasien membawa ke puskesmas lagi dikatakan menderita radang tenggorokan dan

dianjurkan periksa darah. Namun pasien belum sempat dibawa ke rumah sakit untuk

periksa darah pasien sudah kejang.

Ibu pasien juga mengatakan 1 hari sebelum masuk rumah sakit pasien mencret

sebanyak 2 kali dalam sehari. Bab encer tapi masih ada ampasnya, tidak ada lendir dan

tidak ada darah. warnanya kuning kehijauan dan berbau amis. Pasien juga jadi susah

makan sejak sakit. Keluhan batuk, pilek, sakit telinga dan keluar cairan ditelinganya

disangkal. Tidak ada riwayat trauma kepala. Riwayat kejang sebelumnya baik dengan

demam dan tanpa demam disangkal. Riwayat mual dan muntah disangkal. Buang air

kecil tidak ada keluhan.

Page 4: Case Kejang Demam

3

d. Riwayat Penyakit dahulu

Penyakit Umur Penyakit Umur Penyakit Umur

Alergi - Difteria - Jantung -

Cacingan - Diare - Ginjal -

Demam Berdarah - Kejang - Darah -

Demam Thypoid - Kecelakaan - Radang paru -

Otitis - Morbili +Tuberkulosi

s-

Parotitis - Operasi - Lainnya -

Kesan : Pasien tidak pernah mengalami kejang sebelumnya dan tidak ada riwayat trauma

atau kecelakaan maupun operasi, sebelumnya pernah menderita sakit campak dan baru

dirawat pertama kali.

e. Riwayat Penyakit Keluarga

Kedua orangtua pasien tidak memiliki riwayat kejang demam pada masa kanak

kanaknya. Kakak pasien juga tidak memiliki riwayat kejang baik dengan atau tanpa

demam.

f. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran

KEHAMILAN Morbiditas kehamilan

Perawatan antenatal periksa ke bidan 1 kali/ bulan, TT 2 kali

KELAHIRAN Tempat kelahiran Rumah sakit

Penolong

persalinanDokter

Cara persalinan Sectio caesar

Masa gestasi Cukup bulan (40 minggu)

Keadaan bayi Berat lahir 3100 gram

Page 5: Case Kejang Demam

4

Panjang badan 53 cm

Langsung menangis

Kulit kemerahan

Kesan : Riwayat kehamilan dan persalinan baik.

g. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan :

Pertumbuhan gigi I: Umur 6 bulan (Normal: 5-9 bulan)

Gangguan perkembangan mental : Tidak ada

Psikomotor

Tengkurap : Umur 4 bulan (Normal: 3-4 bulan)

Duduk : Umur 7 bulan (Normal: 6-9 bulan)

Berdiri : Umur 10 bulan (Normal: 9-12 bulan)

Berjalan : Umur 11 bulan (Normal: 13 bulan)

Bicara : Umur 12 bulan (Normal: 9-12 bulan)

Baca dan Tulis : Pasien mulai mencoret-coret sejak usia 15 bulan

Kesan :

Riwayat pertumbuhan dan perkembangan baik, tidak ada keterlambatan psikomotor

h. Riwayat Makanan :

Umur

(bulan)ASI/PASI

Buah /

BiskuitBubur Susu Nasi Tim

0 – 2 √

2 – 4 √

4 – 6 √ √

6 – 8 √ √ √ √

8 – 10 √ √ √ √

10 -12 √ √ √ √

Page 6: Case Kejang Demam

5

Umur Diatas 1 Tahun

Jenis Makanan Frekuensi Dan Jumlah Takaran/hari Sesuai AKG

Nasi / Pengganti3 x sehari, 4-5 sendok

makan/kali

1-1,5 piring

Sayur 3 x sehari, 1 mangkuk/kali ½ mangkuk

Daging 2 x seminggu, 1 potong/kali

Lauk Hewani

1-2 potong

Telur 3 x seminggu, 1 butir/kali

Ikan 3 x seminggu, 1 potong/kali

Tahu 3 x sehari, 1 potong/kali Lauk Nabati

1-2 potongTempe 3 x sehari, 1 potong/kali

Susu

(merk/takaran)Susu SGM, 2-3 x sehari

1 botol susu 500 ml

Lain – lain

Kesan: Kebutuhan gizi pasien terpenuhi dengan baik.

i. Riwayat Imunisasi :

Vaksin Dasar ( umur ) Ulangan ( umur )

BCG 0 bulan

DPT /

PT

0 bulan 2 bulan 4 bulan

Polio 2 bulan 3 bulan 4 bulan

Campak - - 9bulan

Hepatitis 2 bulan 3 bulan 4 bulan

Kesan: Riwayat imunisasi dasar pasien lengkap

Page 7: Case Kejang Demam

6

j. Riwayat Keluarga (corak reproduksi)

Riwayat Pernikahan

Ayah Ibu

Nama Tn. B Ny. N

Perkawinan ke- 1 1

Umur saat menikah 32 36

Pendidikan terakhir SMA S1

Agama Islam Islam

Suku bangsa Betawi Jawa

Keadaan kesehatan Baik Baik

No Tanggal

lahir

Jenis

Kelamin

Hidup Lahir

mati

Abortus Mati

(sebab)

Keterangan

kesehatan

1. 2007 Perempuan √ - - - Sehat

2. 2010 Laki-laki √ - - - Pasien

Kesan: Pasien adalah anak kedua, jarak dari anak pertama ke kedua yaitu 3 tahun. Ibu

pasien tidak pernah mengalami keguguran atau lahir mati.

k. Riwayat Perumahan dan Sanitasi

Pasien tinggal bersama ayah dan ibunya, sebuah rumah tinggal milik sendiri dengan dua

kamar tidur, 1 kamar mandi, dapur, beratap genteng, berlantai keramik, berdinding tembok,

terletak di perumahan sederhana, jarak antar rumah tidak terlalu padat. Keadaan rumah

bersih, pencahayaan cukup, ventilasi cukup. Sumber air bersih dari air PAM. Air limbah

rumah tangga disalurkan dengan baik dan pembuangan sampah setiap harinya diangkut oleh

petugas kebersihan.

Ayah pasien bekerja sebagai pegawai di sebuah kantor swasta dengan penghasilan

Rp.2.500.000,- /bulan. Menurut ibu pasien penghasilan tersebut cukup untuk memenuhi

kebutuhan pokok sehari-hari.

Page 8: Case Kejang Demam

7

Kesan : Kesehatan lingkungan tempat tinggal pasien cukup baik.

III.PEMERIKSAAN FISIK

Dilakukan pada tanggal 28 November 2011 pukul 13.00

Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : compos mentis

Data Antropometri

Berat Badan : 14 kg

Tinggi Badan : 82 cm

Lingkar Kepala : 46 cm

Status Gizi

BB/U = (14 kg/11,4 kg) x 100 % = 123 % Gizi lebih (>120%)

TB/U = (87 cm/84.5 cm) x 100 % = 103 % baik/normal (90-110%)

BB/TB = (14 kg/ 11,7 kg) x 100 % = 119 % overweight (110-120%)

Berdasarkan data di atas maka dapat disimpulkan bahwa status gizi pasien baik

Tanda Vital

Nadi : 120 x/menit, reguler, isi cukup, ekual kanan kiri

Suhu : 39°C

Pernapasan : 36 x/menit, teratur

Kulit : kuning langsat, ikterik (-), sianosis (-), turgor normal, kelembaban normal, tidak ada efloresensi yang bermakna

Kepala dan Leher

Kepala : Normosefali, rambut warna hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut

Mata : Pupil bulat isokor, refleks cahaya langsung +/+, refleks cahaya tidak langsung +/+, konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-

Hidung : Bentuk normal, septum deviasi (-), nafas cuping hidung -/-

Telinga : Normotia, membran timpani sulit dinilai, serumen sulit dinilai

Mulut : Bibir merah muda, tidak kering, sianosis (-)

Lidah : Normoglossia, warna merah muda, lidah kotor (-)

Gigi geligi : Caries (-)

Page 9: Case Kejang Demam

8

Uvula : Letak di tengah

Tonsil : T1/T1, tidak hiperemis

Tenggorokan : Faring tidak hiperemis

Leher : KGB tidak teraba membesar, kelenjar tiroid tidak teraba membesar, trakea letak normal

Thorax

Paru

Inspeksi : Bentuk dada normal, simetris, efloresensi primer/sekunder dinding dada (-), pulsasi abnormal (-), gerak pernapasan simetris, irama teratur, tipe thorako-abdominal, retraksi (-)

Palpasi : Gerak napas simetris, vocal fremitus simetris

Perkusi : Sonor di semua lapang paru

Auskultasi : Suara napas vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-

Jantung

Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak

Palpasi : Ictus cordis teraba, thrill (-)

Perkusi : Redup

Auskultasi : SISII reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

Inspeksi : Bentuk datar

Palpasi : Supel, nyeri tekan (-)

Perkusi : Timpani di semua kuadran abdomen, ascites (-).

Auskultasi : Bising usus (+) normal

Ekstremitas : Akral hangat, spastisitas (-), sianosis (-), parese (-), paralisis (-)

Refleks Kanan Kiri

Bisep + +

Trisep + +

Patella + +

Refleks patologis

- Chaddok

Rangsang meningeal

- Kaku kuduk

_

_

_

_

Page 10: Case Kejang Demam

9

- Brudzinsky I

- Brudzinsky II

- Kerniq

- Laseq

_

_

_

_

_

_

_

_

MAURICE KING SCORE:

Keadaan umum Rewel, cengeng 1

Kekenyalan kulit Normal 0

Mata (palpebra) Normal 0

Mulut normal 0

Nadi Sedang 120-140x/m 1

Ubun-ubun besar Normal 0

TOTAL 2

Kesan: pasien termasuk kategori dehidrasi ringan (0-2)

IV. PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Dilakukan pemeriksaan H2TL pertama kali pada tanggal 27 November 2011

V. RING

V. RINGKASAN

Anak laki-laki berusia 18 bulan datang dengan keluhan kejang 8 jam SMRS. Kejang terjadi1 kali + 5 menit. Saat kejang tangan pasien kanan dan kiri mengepal dan kedua lengan

JENIS PEMERIKSAAN HASIL

PEMERIKSAAN

NILAI NORMAL

Hemoglobin 11,3 g/dL 13-16 g/dL

Hematokrit 34 % 40 – 48 %

Lekosit 15,5 rb /uL 5-10 rb/ul

Trombosit 449.rb/uL 150rb-400rb /uL

Gula Darah Sewaktu 129 mg/dl <180 mg/dl

Natrium 135 mEq/l 135-153 mEq/l

Kalium 1,1 mEq/l 3,5-5,3 mEq/l

Chlorida 98 mEq/l 98-109 mEq/l

Page 11: Case Kejang Demam

10

atas dan kedua tungkai bawah bergetar seperti orang menggigil. mata mendelik keatas. Saat kejang pasien tidak sadar dan setelah kejang pasien sadar tapi badannya menjadi lemes. Ibu pasien mengaku sebelum kejang pasien mengalami demam tinggi. Merupakan kejang pertama kali.Demam sejak 4 hari smrs naik dan turun naik saat malam hari turun menjelang siang hari. Dan sudah diberi pengobatan namun tidak ada perubahan. Mencret 1 hari smrs sebanyak 2 kali dalam sehari. Konsistenci cair, ada ampas warna kuning kehijauan dan berbau amis.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran compos mentis, dan dari data antopometri didapat gizi yang lebih. Suhu 39°C, tidak tampak kelainan yang diperoleh dari pemeriksaan fisik dan pemeriksaan neurologis.

Pada laboratorium didapatkan penurunan haemoglobin dan hematocrit, lekositosis, hypokalemia.

VI. DIAGNOSIS BANDING

A. Kejang demam

Kejang demam kompleks

Kejang demam sederhana

Epilepsi yang dibangkitkan demam``

B. Gastroenteritis + dehidrasi ringan

Gastroenteritis e.c infeksi bakteri dengan dehidrasi ringan

Gastroenteritis e.c infeksi virus dengan dehidrasi ringan

C. Hipokalemia

VII. DIAGNOSIS KERJA

Kejang Demam Kompleks

Gastroenteritis e.c infeksi bakteri dengan dehidrasi ringan

Hipokalemia

VIII. PEMERIKSAAN ANJURAN

Elektrolit ulang

Feses, urine lengkap

EEG setelah 1 minggu bebas demam untuk mencari penyebab lain dari kejang

IX. TERAPI

Non farmakologis :

Pasien dirawat di RS agar mudah di follow-up untuk memantau apabila kejang berulang

Farmakologis :

1. IVFD KAEN 3B 4cc/kgBB/jam

Page 12: Case Kejang Demam

11

2. Luminal injeksi 75 mg i.m (di UGD) lanjut 2x50 mg (bangsal)

3. Ampisilin 4x 350 mg i.v.

4. Antipiretik: Paracetamol 4x 35 mg

X. PROGNOSIS

Ad vitam : ad bonam

Ad functionam : dubia ad bonam

Ad sanasionam : dubia ad bonam

XI. FOLLOW UP

Tanggal 29 – 11-2011 30-11-2011 1-12-2011

S Demam (+)

Kejang (-)

Demam(+)

Kejang (-)

Bab lembek,lender (+)

Demam(+)

Kejang (-)

Muntah 1x air

Bab lembek,lender (+)

O BB:13,5Kg

Ku/kes: TSS/CM

S: 37,2 P:28x/m, N:100x/m

Kepala:Normocephali

Mata:CA -/-, SI-/-, pupil

isokor, refleks cahaya +/+

Leher: Kaku kuduk (-)

Paru-paru:Suara napas

vesikuler Rh -/-, Wh -/-

Jantung: S1,2 reguler M

(-) G(-)

Abdomen: Datar, Supel,

NT(-)

Ekstremitas:Akral

hangat, Oedem(-),

Sianosis(-), Spastisitas(-),

Parese(-)

Paralisis(-),

Brudzinsky(-), Kernig (-)

BB: 15,5 Kg

Ku/kes: TSS/CM

S: 38,4 P:32x/m, N:120x/m

Kepala:Normocephali

Mata:CA111111111111

-/-, SI-/-, pupil isokor,

refleks cahaya +/+

Leher: Kaku kuduk (-)

Paru-paru:Suara napas

vesikuler Rh -/-, Wh -/-

Jantung: S1,2 reguler M (-)

G(-)

Abdomen: Datar, Supel,

NT(-)

Ekstremitas:Akral hangat,

Oedem(-),

Sianosis(-), Spastisitas(-),

Parese(-)

Paralisis(-), Brudzinsky(-),

BB: 15,5 Kg

Ku/kes: TSS/CM

S: 36,9 P:28x/m, N:100x/m

Kepala:Normocephali

Mata:CA -/-, SI-/-, pupil

isokor, refleks cahaya

+/+

Leher: Kaku kuduk (-)

Paru-paru:Suara napas

vesikuler Rh -/-, Wh -/-

Jantung: S1,2 reguler M

(-) G(-)

Abdomen: Datar, Supel,

NT(-)

Ekstremitas:Akral

hangat, Oedem(-),

Sianosis(-),

Spastisitas(-), Parese(-)

Paralisis(-),

Page 13: Case Kejang Demam

12

Lab:

L: 15,5rb/uL

Hb: 11,3 g/dl

Ht: 34%

Tr: 499rb/uL

K: 1,1

Kernig(-)

Lab:

L: 13,3rb/uL

Hb: 9,6 g/dl

Ht: 28%

Na: 137

K: 3,2

Cl: 105

Ca ion: 1,12

Brudzinsky(-), Kernig (-)

Lab:

L: 11,9rb/uL

Hb: 9,5 g/dl

Ht: 28%

Tr: 270 rb/uL

K: 3,1

Ca ion: 0,68

A Kejang Demam

Kompleks

Gastroenteritis e.c

infeksi bakteri dengan

dehidrasi ringan

Hipokalemia

Kejang Demam

Kompleks

Gastroenteritis e.c

infeksi bakteri dengan

dehidrasi ringan

Hipokalemia

Kejang Demam

Kompleks

Gastroenteritis e.c

infeksi bakteri dengan

dehidrasi ringan

Hipokalemia

P 1. IVFD KAEN 3B

4cc/kgBB/jam + KCL

6 mEq

2. KCL oral 3 x 750mEq

3. Luminal injeksi 75

mg i.m (di UGD)

lanjut 2x50 mg

(bangsal)

4. Ampisilin 4x 350 mg

i.v.

5. Paracetamol 4x 35 mg

1. IVFD KAEN 3B

4cc/kgBB/jam

2. KCL oral 3 x 750mEq

3. Ampisilin 4x 350 mg

i.v.

4. Paracetamol 4x 35 mg

5. Ca glukonas 10% 7cc

diberikan dlm 5-10 menit

1. IVFD KAEN 3B

4cc/kgBB/jam

2. KCL oral 3x 750 mEq

3. Ampisilin 4x 350 mg

i.v.

4. Paracetamol 4x 35 mg

5. Ca glukonas 10% 7cc

diberikan dlm 5-10

menit

Page 14: Case Kejang Demam

13

TINJAUAN PUSTAKA

KEJANG DEMAM

DEFINISI

Kejang demam adalah kejang yang terjadi pada suhu badan yang tinggi. Suhu badan

yang tinggi ini disebabkan oleh kelainan ekstrakranial.(1) Kejang demam dapat juga

didefinisikan sebagai kejang yang disertai demam tanpa bukti adanya infeksi intrakranial,

kelainan intrakranial, kelainan metabolik, toksin atau endotoksin seperti neurotoksin Shigella.(7) Kejang demam pertama kali pada anak biasanya dihubungkan dengan suhu yang lebih dari

38ºC, usia anak kurang dari 6 tahun, tidak ada bukti infeksi SSP maupun ganguan metabolic

sistemik akut.(3)

Pada umumnya kejang demam terjadi pada rentang waktu 24 jam dari awal mulai

demam(1). Pada saat kejang anak kehilangan kesadarannya dan kejang dapat bersifat fokal

atau parsial yaitu hanya melibatkan satu sisi tubuh, maupun kejang umum di mana seluruh

anggota gerak terlibat. Bentuk kejang dapat berupa klonik, tonik, maupun tonik-klonik.

Kejang dapat berlangsung selama 1-2 menit tapi juga dapat berlangsung lebih dari 15 menit (1,8).

EPIDEMIOLOGI

Kejang demam merupakan kelainan neurologis yang terjadi pada 2-4 % populasi anak

berusia 6 bulan-5 tahun dan 1/3 dari populasi ini akan mengalami kejang berulang (4). Kejang

demam dua kali lebih sering terjadi pada anak laki-laki dibandingkan dengan anak

perempuan (1).

ETIOLOGI

Page 15: Case Kejang Demam

14

Etiologi dan patogenesis kejang demam sampai saat ini belum diketahui, akan tetapi

umur anak, tingginya dan cepatnya suhu meningkat mempengaruhi terjadinya kejang (1).

Faktor hereditas juga mempunyai peranan yaitu 8-22 % anak yang mengalami kejang demam

memiliki orangtua yang memiliki riwayat kejang demam pada masa kecilnya (1).

Kejang demam biasanya diawali dengan infeksi virus atau bakteri. Penyakit yang

paling sering dijumpai menyertai kejang demam adalah penyakit infeksi saluran pernapasan,

otitis media, dan gastroenteritis (6).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Prof. Dr. dr. Lumantobing pada 297 anak

penderita kejang demam, infeksi yang paling sering menyebabkan demam yang akhirnya

memicu serangan kejang demam adalah tonsillitis/faringitis yaitu 34 %. Selanjutnya adalah

otitis media akut (31 %) dan gastroenteritis (27%) (1).

PATOFISIOLOGI (1,5)

Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion

kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh natrium (Na+). Akibatnya konsentrasi K+ dalam sel

neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah. Keadaan sebaliknya terjadi di luar sel neuron.

Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel maka terdapat perbedaan

potensial yang disebut potensial membran dari sel neuron. Untuk menjaga keseimbangan

potensial membran ini diperlukan energi yang berasal dari glukosa yang melalui proses

oksidasi oleh oksigen.

Pada keadaan demam, kenaikan suhu 1oC akan mengakibatkan kenaikan metabolisme

basal 10%-15% dan meningkatnya kebutuhan oksigen sebanyak 20%. Akibatnya terjadi

perubahan keseimbangan dari membran sel otak dan dalam waktu singkat terjadi difusi dari

ion kalium dan ion natrium melalui membran, sehingga terjadi lepasnya muatan listrik.

Lepasnya muatan listrik yang cukup besar dapat meluas ke seluruh sel maupun membran sel

di dekatnya dengan bantuan neurotransmiter dan menyebabkan terjadinya kejang.

Setiap anak memiliki ambang kejang yang berbeda tergantung dari tinggi rendahnya

ambang kejang seorang anak menderita kejang pada kenaikan suhu tertentu. Pada anak

dengan ambang kejang yang rendah, kejang dapat terjadi pada suhu 38oC, sedangkan pada

anak dengan ambang kejang tinggi kejang baru dapat terjadi pada suhu 40oC atau lebih.

Page 16: Case Kejang Demam

15

Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya. Tetapi

pada kejang yang berlangsung lama biasanya disertai terjadinya apnoe sehingga kebutuhan

oksigen untuk otak meningkat dan menyebabkan terjadinya kerusakan sel neuron otak yang

berdampak pada terjadinya kelainan neurologis.

MANIFESTASI KLINIS

Kejang demam dapat dimulai dengan kontraksi yang tiba-tiba pada otot kedua sisi

tubuh anak. Kontraksi pada umumnya terjadi pada otot wajah, badan, tangan dan kaki. Anak

dapat menangis atau merintih akibat kekuatan kontraksi otot. Kontraksi dapat berlangsung

selama beberapa detik atau beberapa menit. Anak akan jatuh apabila sedang dalam keadaan

berdiri, dan dapat mengeluarkan urin tanpa dikehendakinya (1).

Anak dapat muntah atau menggigit lidahnya. Sebagian anak tidak bernapas dan dapat

menunjukkan gejala sianosis (1).

Pada akhirnya kontraksi berhenti dan digantikan oleh relaksasi yang singkat.

Kemudian tubuh anak mulai menghentak-hentak secara ritmis (pada kejang klonik), maupun

kaku (pada kejang tonik). Pada saat ini anak kehilangan kesadarannya dan tidak dapat

merespon terhadap lingkungan sekitarnya (8).

KLASIFIKASI

Klasifikasi kejang demam menurut Livingstone (1)

A. Kejang Demam Sederhana:

1. Kejang bersifat umum

2. Lamanya kejang berlangsung singkat (kurang dari 15 menit)

3. Usia saat kejang demam pertama muncul kurang dari 6 tahun

4. Frekuensi serangan 1-4 kali dalam 1 tahun

5. Pemeriksaan EEG normal

B. Epilepsi yang Dicetuskan oleh Demam:

1. Kejang berlangsung lama atau bersifat fokal

2. Usia penderita lebih dari 6 tahun saat serangan kejang demam yang pertama

3. Frekuensi serangan kejang melebihi 4 kali dalam 1 tahun

Page 17: Case Kejang Demam

16

4. Pemeriksaan EEG yang dibuat setelah anak tidak demam lagi hasilnya abnormal

Sedangkan menurut Fukuyama kejang demam dibagi menjadi (1):

A. Kejang Demam Sederhana:

1. Riwayat penyakit keluarga penderita tidak ada yang mengidap epilepsi

2. Sebelumnya tidak ada riwayat cedera otak oleh penyebab apapun

3. Serangan kejang demam yang pertama terjadi antara usia 6 bulan-6 tahun

4. Lamanya kejang berlangsung tidak lebih dari 20 menit

5. Kejang tidak bersifat fokal

6. Tidak didapatkan gangguan atau abnormalitas pasca kejang

7. Sebelumnya juga tidak didapatkan abnormalitas neurologis atau abnormalitas

perkembangan

8. Kejang tidak berulang dalam waktu singkat

B. Kejang Demam Kompleks

Kejang demam yang tidak memenuhi kriteria di atas digolongkan sebagai kejang

demam kompleks

Sekitar 80-90 % dari keseluruhan kasus kejang demam adalah kejang demam sederhana (1).

DIAGNOSIS

Diagnosis kejang demam hanya dapat ditegakkan dengan menyingkirkan penyakit-

penyakit lain yang dapat menyebabkan kejang, di antaranya: infeksi susunan saraf pusat,

perubahan akut pada keseimbangan homeostasis air dan elektrolit, dan adanya lesi struktural

pada sistem saraf misalnya epilepsy(4). Diperlukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan

pemeriksaan penunjang yang menyeluruh untuk menegakkan diagnosis ini.

Anamnesis (5)

Page 18: Case Kejang Demam

17

1. Kesadaran sebelum dan sesudah kejang (menyingkirkan diagnosis meningitis

encephalitis)

2. Riwayat gangguan neurologis (menyingkirkan diagnosis epilepsi)

3. Riwayat demam (sejak kapan, timbul mendadak atau perlahan, menetap atau naik

turun)

4. Menentukan penyakit yang mendasari terjadinya demam (infeksi saluran napas, otitis

media, gastroenteritis)

5. Waktu terjadinya kejang, durasi, frekuensi, interval antara 2 serangan kejang

6. Sifat kejang (fokal atau umum)

7. Bentuk kejang (tonik, klonik, tonik-klonik)

8. Riwayat kejang sebelumnya (kejang disertai demam maupun tidak disertai demam

atau epilepsi)

9. Riwayat keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan

10. Trauma

Pemeriksaan Fisik (5)

1. Temperature tubuh

2. Pemeriksaan untuk menentukan penyakit yang mendasari terjadinya demam (infeksi

saluran napas, otitis media, gastroenteritis)

3. Pemeriksaan reflex patologis

4. Pemeriksaan tanda rangsang meningeal (menyingkirkan diagnosis meningitis,

encephalitis)

Pemeriksaan Penunjang (5,6)

1. Pemeriksaan elektrolit, pemeriksaan fungsi hati dan ginjal untuk menyingkirkan

gangguan metabolisme yang menyebabkan perubahan homeostasis apabila pada

anamnesis ditemukan riwayat muntah, diare, gangguan asupan cairan, dan gejala

dehidrasi.

2. Pemeriksaan Cerebro Spinal Fluid (CSF) untuk menyingkirkan diagnosis meningitis

encephalitis apabila anak berusia kurang dari 12 bulan, memiliki tanda rangsang

meningeal positif, dan masih mengalami kejang beberapa hari setelah demam

3. CT Scan cranium pada umumnya tidak diperlukan pada kejang demam sederhana

yang terjadi pertama kali, akan tetapi dapat dipertimbangkan pada pasien yang

Page 19: Case Kejang Demam

18

mengalami kejang demam kompleks untuk menentukan jenis kelainan struktural

berupa kompleks tunggal atau multipel.

4. EEG pada kejang demam tidak dapat mengindentifikasi kelainan yang spesifik

maupun memprediksikan terjadinya kejang yang berulang, tapi dapat

dipertimbangkan pada kejang demam kompleks.

TATALAKSANA (1,10)

A. Antipiretik dan Antibiotik

Antipiretik diberikan sebagai pengobatan simptomatis terhadap demam. Dapat diberikan

paracetamol dengan dosis untuk anak yang dianjurkan 10-15 mg/kgBB/hari tiap 4-6 jam

atau ibuprofen 5-10 mg/kgBB/hari tiap 4-6 jam. Antibiotik untuk mengatasi infeksi yang

menjadi etiologi dasar demam yang terjadi.

B. Penanganan Kejang pada Neonatus

Hal pertama yang harus diperhatikan adalah tersumbat atau tidaknya jalan napas.

Selanjutnya dilakukan pemberian oksigen, dan menghentikan kejang dengan cara:

KEJANG

30 menit Luminal IM 20 mg/kg/BB dalam 5 menit

KEJANG (+)

Ulangi luminal IM 10 mg/kg/BB. Dapat diulangi

lagi jarak 30 menit bila masih kejang.

KEJANG (+)

Fenitoin bolus IV 20 mg/kgBB dalam 15 ml

NaCl, berikan dalam 30 menit (kecepatan 0.5-1

mg/kgBB/menit)

KEJANG (-)

Bila kejang berulang dalam 2 hari, berikan luminal 5 mg/kg/hari per oral sampai bebas

kejang 7 hari. Bila kejang berulang setelah bebas kejang 2 hari, ulangi pemberian luminal

dari awal.

C. Penanganan Kejang pada Anak

Page 20: Case Kejang Demam

19

Hal pertama yang harus diperhatikan adalah tersumbat atau tidaknya jalan napas.

Selanjutnya dilakukan pemberian oksigen, dan menghentikan kejang dengan cara:

KEJANG

5 menit Diazepam rectal 0.5 mg/kgBB atau:

Berat badan ≤ 10 kg: 5 mg

Berat badan > 10 kg: 10 mg

KEJANG (+)

Ulangi diazepam rektal seperti sebelumnya.

DI RS

Cari akses vena

Periksa laboratorium (darah tepi, Na, Ca, Mg, Ureum, Kreatinin)

KEJANG (+)

Diazepam IV dosis 0.3-0.5 mg/kgBB

(kecepatan 0.5-1 mg/menit)

KEJANG (-) KEJANG (+)

Berikan terapi rumatan bila

penyebab kejang diperkirakan

infeksi intrakranial. Berikan

fenobarbital 8-10

mg/kgBB/hari, dibagi 2 dosis.

Selama 2 hari selanjutnya 4-5

mg/kgBB/hari sampai resiko

kejang tidak ada.

Fenitoin bolus IV 10-20 mg/kgBB (dengan

kecepatan 0.5-1 mg/menit)

KEJANG (+)

Transfer ke ICU

KEJANG (-)

Rumatan fenitoin IV 5-7 mg/kgBB/hari 12 jam kemudian

Page 21: Case Kejang Demam

20

.

Koreksi Hipokalemia (FCCS)

Kadar K Koreksi

3-3,5 mEq/L KCL per oral 75 mg/kgBB/hari dibagi 3 dosis (1-3mEq.kg.hari) atau 0,25

mEq/kg IV KCL dalam 1 jam

2,5-3 mEq/L 0,5 mEq/kg IV KCL dalam 2 jam (rogers: dalam 1 jam)

<2,5 mEq/L 0,75 mg/kg IV KCL dalam 3 jam

PROGNOSIS

Penelitian yang dilakukan Tsunoda mendapatkan bahwa dari 188 penderita kejang

demam yang diikutinya selama sekurang-kurangnya 2 tahun dan tanpa pengobatan dengan

antikonvulsan, 97 penderita mengalami kekambuhan (1).

Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Prof. Dr. dr. Lumantobing, dari 83

penderita kejang demam yang dapat diikuti selama rata-rata 21.8 bulan (berkisar dari 6 bulan-

3.5 tahun) dan tidak mendapatkan pengobatan antikonvulsan rumatan, kejang demam

kambuh pada 27 penderita (1).

Secara umum dapat dikatakan bahwa sekitar 1/3 penderita kejang demam akan

mengalami kekakmbuhan 1 kali atau lebih. Kemungkinan kambuh lebih besar bila kejang

demam pertama pada usia kurang dari 1 tahun. 3/4 dari kekambuhan ini terjadi dalam kurun

waktu 1 tahun setelah kejang demam pertama, dan 90 % dalam kurun waktu 2 tahun setelah

kejang demam pertama. 1/2 dari penderita yang mengalami kekambuhan akan mengalami

kekambuhan lagi. Pada sebagian terbesar penderita kambuh terbatas pada 2-3 kali. Hanya

sekitar 10 % kejang demam yang akan mengalami lebih dari 3 kali kekambuhan (1,9).

Anak yang mengalami kejang demam pertama pada usia sebelum 1 tahun

kemungkinan kekambuhan ialah 50 %, dan bila berusia lebih dari 1 tahun kemungkinan

kekambuhannya 28 % (1).

Page 22: Case Kejang Demam

21

Kejang demam sederhana pada umumnya tidak menyebabkan kerusakan otak yang

permanen dan tidak menyebabkan terjadinya penyakit epilepsi pada kehidupan dewasa anak

tersebut. Sedangkan pada anak-anak yang memiliki riwayat kejang demam kompleks, riwayat

penyakit keluarga dengan kejang yang tidak didahului dengan demam, dan memiliki riwayat

gangguan neurologis maupun keterlambatan pertumbuhan, memiliki resiko tinggi untuk

menderita epilepsi pada kehidupan dewasa mereka (1).

DAFTAR PUSTAKA

1. Lumbantobing SM. Kejang Demam. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2007.

2. Behrman RE, Kliegman RM, Jensen HB, Nelson Text book of pediatrics, 17th edition.

Philadelphia: WB Sauders company. 2004. Page 1813- 1829.

3. Rudolph AM. Febrile Seizures. Rudolph Pediatrics. 20th Edition. Appleton & Lange.

2002. Page 1994.

4. Behrman RE, Kliegman RM, Arvio, Nelson Ilmu Kesehatan anak, volume 3, edisi 15.

Jakarta: EGC 2005. Page 2059- 2066.

5. Tejani NR. Pediatrics, Febrile Seizures. Accessed on Dec 10th 2010. Available at:

http://emedicine.medscape.com/article/801500-overview

6. W Hay, William. Current Diagnosis and Treatment of Pediatrics. 19th edition. United

States of America: McGrawHill. 2009. Page 697-698.

7. R Strange, Gary. Pediatric Emergency Medicine. 3rd edition. United States:

McGrawHill Companies. 2009. Page 46-47.

8. Anonym. Kejang Demam. Accessed on Dec 10th 2010. Available at:

http://kedokteran.ums.ac.id/kejang-demam.html

9. Maharani. Kejang Demam pada Anak. Accessed on Dec 10th 2010. Available at:

http://dr-anak.com/kejang-demam-pada-anak.html

10. Anonym. Kejang Demam pada Anak. Accessed on Dec 10th 2010. Available at:

http://bayikita.wordpress.com/2008/08/16/kejang-demam-pada-anak/