case kejang demam kompleks

10

Click here to load reader

Upload: dinnoor-ismansyah

Post on 05-May-2017

262 views

Category:

Documents


17 download

TRANSCRIPT

Page 1: case Kejang Demam Kompleks

PRESENTASI KASUS

UNIVERSITAS TRISAKTIFAKULTAS KEDOKTERAN – RSAL Dr. MINTOHARDJO

KEJANG DEMAM KOMPLEKS

PENYUSUN :

DINNOOR ISMANSYAH

030.09.072

PEMBIMBING :

dr. J.B. LENGKONG, Sp.A

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK

RUMAH SAKIT TNI AL DR. MINTOHARDJO

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

PERIODE 24 MARET 2014 – 31 APRIL 2014

Page 2: case Kejang Demam Kompleks

PENDAHULUAN

Kejang pada anak sering menimbulkan keresahan kepada para orangtua baik yang

baru pertama kali mengalami ataupun yang sudah berpengalaman sekalipun, dari keresahan

tersebut yang membuat orangtua datang ke praktek dokter. Pada laporan kasus kali ini kami

akan melaporkan kasus kejang demam pada anak.

Kejang demam adalah jenis kejang yang paling umum dapat ditemukan pada anak,

terutama pada rentan usia 6 sampai 60 bulan. Kejang demam adalah bangkitan kejang yang

diawali oleh demam yang disebabkan oleh proses ekstrakranial, dengan menyingkirkan

riwayat kejang yang pernah muncul tanpa disertai dengan demam.

Kejang demam sendiri terbagi menjadi simple dan kompleks. Pada dasarnya pasien

dengan kejang demam simpel tidak perlu dirawat secara intensif di rumah sakit, namun

banyak orangtua pasien yang sangat cemas dan khawatir terhadap anaknya yang kejang

sehingga beranggapan anak wajib dirawat di rumah sakit. Namun pada kejang demam

kompleks perlu dilakukan observasi karena dapat dicurigai kelainan dari sistim saraf pusat

(SSP) pasien.

Perlu dibedakan kejang demam dengan epilepsy, juga perlu dibedakan berdasarkan

riwayat kesehatan, pencetus serta riwayat penyakit keluarga perlu untuk digali. Yang

mendasari terjadinya kejang demam sampai saat ini masih misteri dan perlu penelitian yang

lebih lanjut.

Page 3: case Kejang Demam Kompleks

LAPORAN KASUS

Seorang anak laki-laki bernama Abid Alansyah, usia 10 bulan, berat badan 9,4 kg datang

dengan keluhan utama kejang. Kejang terjadi 2 kali, +/- 4 jam sebelum masuk rumah sakit pukul

05.00 dan pukul 07.30. kejang pertama bersifat kejang pada seluruh tubuh , mata mendelik ke

atas, berlangsung kurang dari 5 menit lalu tertidur. Kejang kedua berlangsung lebih singkat dari

yang pertama, mata mendelik keatas lalu menangis. Kejang muncul pertama kali. Pada kedua

periodenya kejang berhenti sendiri. Sebelum kejang, pasien demam tinggi. Demam timbul

mendadak.

Demam timbul 1 hari SMRS, diukur dengan perabaan tangan, timbul mendadak, tidak

naik-turun, tidak pernah turun mencapai suhu normal, sudah diberikan obat penurun panas

(TEMPRA) namun panas tak kunjung membaik. Demam tidak disertai menggigil ataupun

mengigau.

Pasien mengeluhkan nyeri menelan dan sakit pada tenggorokan. Mual, muntah, batuk dan

pilek disangkal. BAK tidak sakit, frekuensi dan kuantitas dalam batas normal, warna kuning

jernih. BAB dalam batas normal. Nyeri kepala, pusing dan penurunan kesadaran selama demam

disangkal. Nyeri pada telinga dan gangguan pendengaran disangkal. Ruam pada kulit ataupun

gatal pada kulit disangkal. Nafsu makan baik.

Pada saat ibu pasien mengandung pasien, ibu pasien rutin memeriksa kehamilannya ke

bidan dan tidak pernah menderita penyakit selama kehamilan. Pasien lahir di puskesmas ditolong

oleh bidan secara normal pervaginam, cukup bulan dengan berat badan 2950 gram dan panjang

badan 46 cm, langsung menangis dan tidak ada kelainan bawaan. Pada riwayat penyakit dahulu

pasien hanya mengalami batuk pilek, kejang sebelumnya disangkal. Riwayat trauma disangkal.

Perkembangan motorik dan psikososial pasien tidak ada gangguan, tumbuh kembang

pasien baik sesuai usia. Pasien diberikan ASI EKSLUSIF sampai usia 6 bulan diberikan ASI,

usia 6 bulan, sampai 10 bulan diberikan ASI, bubur susu, susu formula, bubur tim.

Imunisasi dasar lengkap. Pasien merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara dan tinggal

serumah dengan ayah dan ibunya. Kakak pertama laki-laki berusia 10 tahun tahun, masih hidup

dan sehat, kakak kedua perempuan umur 6 tahun, masih hidup dan sehat, keduanya tidak

mempunyai riwayat kejang. Ayah pasien memiliki riwayat kejang demam. Riwayat alergi dan

asma dalam keluarga disangkal,

Page 4: case Kejang Demam Kompleks

Pasien tinggal di rumah yang ventilasinya baik dan pencahayaan yang cukup. Kebersihan

rumah terjaga, mandi menggunakan air PAM, higienitas makan dan minum baik. Kebersihan

lingkungan rumah baik.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang, kesadaran compos

mentis dengan status gizi kesan cukup. Tanda-tanda vital nadi : 132 x/menit, frekwensi

pernapasan 24x/menit, suhu 38,7oC (febris), BB 9,4 kg, TB 75 cm, lingkar kepala 45cm, dengan

status gizi menurut kurva NCHS tinggi badan dibandingkan dengan berat badan adalah gizi

cukup. Kepala normocephali, ubun-ubun besar tidak cekung,, rambut berwarna hitam, distribusi

merata dan tidak mudah dicabut, mata conjungtiva hiperemis, sclera putih, pupil bulat simetris

kanan dan kiri, RCL/RCTL +/+, nystagmus -, strabismus -, bibir dan mukosa mulut tidak kering,

hidung: sekret +/+. Pada regio bucal dan mulut : Mukosa mulut lembab. Gigi geligi tidak

lengkap, oral hygiene baik. Tonsil ukuran T2-T2, kripta melebar, detritus (-), hiperemis (+) dan

faring hiperemis. Pada pemeriksaan leher tidak teraba kelenjar getah bening dan tidak teraba

pembesaran kelenjar tiroid. Pemeriksaan rangsal meningeal (-). Pemeriksaan thoraks dalam batas

normal. Pemeriksaan abdomen dalam batas normal. Genitalia: kedua testis teraba di dalam

skrotum. Keempat ekstremitas hangat, oedema -, refreks fisiologis + , refleks patologis -.

Pada pemeriksaan laboratorium darah rutin didapatkan Leukosit 11.700/mm3, Eritrosit

4,65 juta/mm3, Hb 11,8 mg%, Hematrokrit 33 vol%, Trombosit 284.000/mm3, LED : 10

Diff.count : -/-/2/55/27/16.

Lalu pasien didiagnosis masuk kejang demam + Tonsilofaringitis akut. Pada pasien ini

dilakuk an terapi berupa Non medikamentosa yaitu tirah baring. Medikamentosa, IVFD

RL 10 tpm makrodrip,Ceftriaxon injeksi 1x1g, paracetamol 3x150mg, diazepam 3x2mg,

Luminal 2x25mg.

Hari kedua perawatan, demam membaik, tidak ditemukan periode kejang, nyeri menelan

dan nyeri pada tenggorokan dirasakan membaik. Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan

umum tampak sakit sedang dan kesadaran compos mentis dengan tanda-tanda vital Nadi 112

x/menit, Pernapasan 22x/menit, Suhu 37,6ocelcius. pada pemeriksaan mulut dan tenggorok faring

dan tonsil sudah tidak hiperemis, Terapi tetap. Pasien diperbolehkan pulang.

Page 5: case Kejang Demam Kompleks

PEMBAHASAN

Diagnosis pada pasien dapat ditegakkan dari anamnesis yang didapatkan berupa kejang

terjadi pada anak umur 10 dimana berada pada lingkup prevalensi terbanyak pada kejang demam

yaitu 2-5% anak pada umur 6 sampai 60 bulan1. Kejang terjadi 2 kali, +/- 4 jam sebelum masuk

rumah sakit pukul 05.00 dan pukul 07.30 dimana hal ini menjadi dasar untuk penegakan

diagnosis kejang demam tipe kompleks2. kejang pertama bersifat kejang pada seluruh tubuh,

mata mendelik ke atas, berlangsung kurang dari 5 menit lalu tertidur. Kejang kedua berlangsung

lebih singkat dari yang pertama, mata mendelik keatas lalu menangis. Kejang muncul pertama

kali. Pada kedua periodenya kejang berhenti sendiri. Sebelum kejang, pasien demam tinggi.

Demam timbul mendadak. Dengan tidak ditemukannya riwayat kejang sebelumnya dapat

menyingkirkan kemungkinan epilepsy pada pasien. tidak ditemukan keluhan seperti muntah,

penurunan kesadaran dan trauma sebelumnya dapat menyingkirkan kemungkinan gangguan

intrakranial.3 BAB dan BAK pasien dalam batas normal serta nafsu makan dan minum baik hal

ini dapat menyingkirkan kecurigaan gangguan elektrolit pada anak.

Riwayat kejang pada ayah menjadi salah satu faktor resiko untuk mendukung penegakan

diagnosis kejang demam yaitu adanya riwayat kejang demam pada keluarga.4

Keluhan demam, nyeri saat menelan dan nyeri tenggorokan menjadi salah satu dasar

ditegakan diagnosis tonsilofaringitis akut.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang, kesadaran

compos mentis dengan status gizi kesan cukup. Tanda-tanda vital nadi : 132 x/menit, frekwensi

pernapasan 24x/menit, suhu 38,7oC (febris), BB 9,4 kg, TB 75 cm, lingkar kepala 45cm Kepala

normocephali, ubun-ubun besar tidak cekung,, rambut berwarna hitam, distribusi merata dan

tidak mudah dicabut, mata conjungtiva hiperemis, sclera putih, pupil bulat simetris kanan dan

kiri, RCL/RCTL +/+, nystagmus -, strabismus -, bibir dan mukosa mulut tidak kering, hidung:

sekret +/+. Pada regio bucal dan mulut : Mukosa mulut lembab. Gigi geligi tidak lengkap, oral

hygiene baik. Tonsil ukuran T2-T2, kripta melebar, detritus (-), hiperemis (+) dan faring

hiperemis. Pada pemeriksaan leher tidak teraba kelenjar getah bening dan tidak teraba

pembesaran kelenjar tiroid. Pemeriksaan rangsal meningeal (-). Pemeriksaan thoraks dalam batas

normal. Pemeriksaan abdomen dalam batas normal. Genitalia: kedua testis teraba di dalam

skrotum. Keempat ekstremitas hangat, oedema -, refreks fisiologis + , refleks patologis -. Dari

Page 6: case Kejang Demam Kompleks

pemeriksaan tersebut dapat menyingkirkan adanya gangguan intracranial dan didapatkan

peradangan yang dapat dicurigai infeksi pada tonsil dan faring pasien.

Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan keadaan leukositosis yang menguatkan

dugaan terjadinya infeksi pada tonsil dan faring, curiga infeksi disebabkan oleh bakteri.

Pemeriksaan penunjang lanjutan seperti EEG, CT-Scan, MRI ataupun lumbal pungsi pada kasus

ini tidak diperlukan karena tidak ditemukan tanda-tanda gangguan pada susunan saraf pusat

(SSP).1

Terapi Medikamentosa yang digunakan adalah, IVFD RL 10 tpm makrodrip atas dasar

tidak ditemukan adanya tanda-tanda kekurangan cairan/dehidrasi pada pasien,Ceftriaxon injeksi

1x1g diberikan untuk mengatasi penyebab demam yaitu infeksi bakterial, paracetamol 3x150mg

diberikan untuk mengatasi demam pada anak, diazepam 3x2mg terbukti dapat menurunkan

resiko terjadinya kejang berulang pada 30%-60% kasus. Luminal 2x25mg diberikan juga untuk

menurunkan resiko terjadinya kejang ulangan.2

Edukasi kepada orangtua sangat diperlukan, edukasi yang perlu disampaikan yaitu kejang

demam mempunyai progmosis yang baik, cara mengatasi anak pada saat kejang, kemungkinan

terjadinya pengulangan kejang dan obat-obat yang dapat diberikan kepada anak saat kejang dan

efek sampingya.2

PENUTUP

Demikian telah dibahas sebuah kasus kejang demam sederhana yang dialami oleh seorang

anak laki-laki berusia 10 bulan. Demam pada kasus ini dipicu oleh adanya infeksi saluran napas

atas. Gejala dan tanda pada kasus ini sebagaimana yang terdapat pada kepustakaan.

Page 7: case Kejang Demam Kompleks

DAFTAR PUSTAKA

1. American Academy of Pediatrics, Subcommittee on Febrile Seizures. Clinical Practice Guideline – Febrile Seizures: Guideline for the Neurodiagnostic Evaluation of the Child With a Simple Febrile Seizure. Pediatrics 2011;127;389

2. Pusponegoro HD, Widodo DP, Sofyan I. Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam.

Jakarta, Unit Kerja Koordinasi Neurologi Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2006 : 1 – 14.

3. Kliegman. Febrile seizures, in : Nelson Textbook of Pediatrics, 18th ed. Elsevier Inc. 2008

: 593.1.

4. Shinnar S. Evaluation and Management of Simple and Complex Febrile Seizures. New

York, University of Kentucky Collage of Medicine and MedLogix Communications.

2009: 1-15.