case report hospital exposure

23
CASE REPORT HOSPITAL EXPOSURE RUMAH SAKIT UMUM SILOAM Oleh: Catherine Hartono 07120120057

Upload: catherine-hartono

Post on 04-Jan-2016

216 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

case

TRANSCRIPT

Page 1: Case Report Hospital Exposure

CASE REPORT HOSPITAL EXPOSURE

RUMAH SAKIT UMUM SILOAM

Oleh:

Catherine Hartono

07120120057

Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan

Program Studi Kedokteran Umum

Tangerang

2015

Page 2: Case Report Hospital Exposure

Hospital Exposure

Case Report – Stroke Ischemic

I. Identitas Pasien

Nama : Tn. M

Usia : 55 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Status : Menikah

Alamat : Sukamulya, Tangerang

Agama : Islam

Pekerjaan : Pensiun

Pendidikan Terakhir : SMP

Tanggal Masuk RS : 18 Agustus 2015

Tanggal Pemeriksaan : 19 Agustus 2015

No. Medical Record : RSUS 00-25-XX-XX

II. Anamnesis

Anamnesis dilakukan dengan cara alloanamnesis dengan istri pasien pada bangsal Rumah

Sakit Umum Siloam pada tanggal 19 Agustus 2015.

Keluhan Utama :

Lemah pada anggota gerak bagian kiri sejak bangun tidur pada 16 Agustus 2015

Keluhan Tambahan :

Makan Tersedak

Bicara Pelo (disartria)

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Siloam pada tanggal

18 Agustus 2015 pukul 06.00 WIB diantar oleh istri. Dengan keluhan anggota gerak tubuh

bagian kiri lemah kurang lebih 49 jam sebelum masuk rumah sakit ( perkiraan waktu 16

Agustus 2015 pukul 05.00 WIB). Lemah pada anggota gerak tubuh bagian kiri dirasakan

pasien sejak terbangun dari tidurnya di pagi hari. Istri pasien juga menyebutkan bahwa

pasien tersedak saat makan dan bicara menjadi pelo. Keluarga pasien menyangkal adanya

penglihatan double maupun berbayang, mual, muntah, sesak nafas, nyeri dada, trauma,

Page 3: Case Report Hospital Exposure

kejang maupun demam. Menurut keluarga pasien, pasien masih dapat berkomunikasi dan

mengerti pembicaraan dengan baik. Keluarga pasien juga menyangkal kalau pasien tidak

sadarkan diri setelah kejadian tersebut. Tidak ada gangguan pada BAK dan BAB.

Riwayat Penyakit Dahulu

Stroke (-)

Hipertensi (+) sejak 8 tahun lalu (terkontrol)

Diabetes mellitus (+) sejak 8 tahun lalu (terkontrol)

Penyakit jantung dan pemasangan PCI pada tahun 2009

Riwayat Kolesterol tidak pernah periksa

Trauma (-)

Riwayat Penyakit Keluarga

Hipertensi (-)

Diabetes mellitus (+)

Penyakit jantung (-)

Penyakit serupa (-)

Riwayat Kebiasaan

Merokok (-)

Alcohol (-)

Olahraga (-)

Riwayat Alergi

Pasien tidak memiliki alergi baik makanan, obat maupun lingkungan sekitar.

III. Pemeriksaan Fisik (Dilakukan pada tanggal 19 Agustus 2015)

Keadaan umum : Sakit sedang

Kesadaran : Compos mentis

Glasgow Coma Scale : Eye 4

Motor 6

Page 4: Case Report Hospital Exposure

Verbal 5

Berat Badan : 65 kg

Tinggi Badan : 160

BMI : 65/1.602 = 25.3 Obese I

Status gizi : Normal

Vital Sign : BP : 180/100 mmHg ( semula 218/120)

RR : 16x/min

Temp : 36,8 °C

HR : 90x/min

SPO2 : 99%

GDS : 172

Kepala : Deformitas (-), luka jahit (-), lesi kepala (-)

Mata : Konjungtiva anemis (-), Sklera ikterik (-), edema pre orbital (-),

Refleks cahaya (+/+), pupil (3mm/3mm)

Hidung : Simetris, deviasi septum nasi ke kiri, polip (-), sekret (-), pernafasan

cuping hidung (-)

Telinga : Simetris, secret (-)

Mulut : Mukosa basah, cyanosis (-), pembesaran tonsil (-)

Leher : Pembesaran KGB (-), deviasi trakea (-), kaku kuduk (-).

Thorax :

Inspeksi : Bentuk thorax normal, deformitas (-) , scar/lesi (-).

Paru : Gerak nafas dada kanan kiri simetris statis maupun

dinamis, retraksi supraclavicula (-), retraksi intercostals (-).

Jantung: Iktus kordis tidak terlihat.

Palpasi :

Page 5: Case Report Hospital Exposure

Paru : Ekspansi paru anterior dan posterior normal & simetris,

tactile fremitus simetris.

Jantung: Iktus kordis teraba

Perkusi :

Paru : Perkusi pada paru sonor pada seluruh lapangan paru.

Jantung: Terdapat pembesaran pada jantung

Batas kanan jantung adalah ICS 4 garis parasternalis

kanan. Batas kiri jantung adalah ICS 6 garis midclavicula

kiri.

Batas atas jantung adalah ICS 3 garis paraternalis kiri.

Auskultasi :

Paru : Bunyi nafas dasar vesikuler, Tidak ada wheezing ataupun

rhonkii.

Jantung: Bunyi jantung, S1/S2, tidak ada murmur, tidak ada gallop.

Abdomen :

Inspeksi : Datar, supel, striae (-), masa (-), lesi/scar (-), caput medusa(-).

Palpasi : Hati/spleen tidak teraba. Tidak ada nyeri tekan.

Perkusi : Bunyi timpani pada seluruh lapang abdomen

Auskultasi : Bising usus 18x/ min

Genitalia : Pemeriksaan genitalia tidak dilakukan

Ekstremitas :

Atas : Simetris, edema (-/-), lesi (-/-), akral hangat (+/+)

Bawah : Simetris, edema (-/-), lesi (-/-), akral hangat (+/+)

Motorik : R 5 4 L

5 4

Sensorik : R + + L

+ +

Page 6: Case Report Hospital Exposure

IV. Status Neurologis

Kesadaran : Compos mentis

Glasgow Coma Scale : Eye 4

Motor 6

Verbal 5

Peningkatan Tekanan :

Intra Kranial Penurunan kesadaran (-)

Muntah proyektil (-)

Sakit kepala (-)

Syaraf Kranial

N. I (olfaktori) : tidak valid karena terpasang NGT

N. II (optikus) : Kanan Kiri

Visus : tidak dilakukan tidak dilakukan

Warna : tidak dilakukan tidak dilakukan

Funduskopi : tidak dilakukan tidak dilakukan

Konfrontasi : baik baik

N. III (occulomotor) :

N. IV (trochlear)

N. VI (abdusens) Kanan Kiri

Ptosis : - -

Gerakan bola : baik baik

mata (atas, bawah,medial)

Nistagmus : - -

Pupil

Bentuk : bulat, 3mm bulat, 3mm

Reflek cahaya : baik baik

langsung

Reflek cahaya : baik baik

tidak langsung

N. V (trigeminus) :

Motorik

Membuka & : baik baik

menutup mulut

Page 7: Case Report Hospital Exposure

Menggigit : baik baik

Palpasi otot : baik baik

Sensorik

Sensibilitas : +/+/+ +/+/+

wajah

Reflek kornea : baik baik

Reflek maseter : _ _

N. VII (facial) :

Motorik

Tersenyum : baik tidak mengangkat

Mengerutkan : baik baik

dahi

Mencucu : - -

Menggembungkan: - -

pipi

Pengecap 2/3 : tidak dilakukan tidak dilakukan

anterior lidah

N. VIII (vestibulocochlear): kanan kiri

Vertigo : - -

Nistagmus : _ _

Rhinne : tidak dilakukan tidak dilakukan

Weber : tidak dilakukan tidak dilakukan

Schwabach : tidak dilakukan tidak dilakukan

N. IX ( glossofaringeal) : deviasi uvula ke kiri

N. X ( vagus)

Artikulasi : disatria

Suara : sengau

Disfagia : +

Gag reflek : tidak dilakukan

Perasa 1/3 : tidak dilakukan

Belakang lidah

N. XI ( aksesori) kanan kiri

Mengangkat : baik baik

Page 8: Case Report Hospital Exposure

bahu

Memalingkan : baik baik

kepala

N. XII (hipoglossus)

Deviasi lidah : -

Atrofi : -

Tremor : -

V. Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium ( pemeriksaan tanggal 18 Agustus 2015)

Hasil abnormal:

GDS : 269 mg/dl (N <200)

Total cholesterol : 271 mg/ dl (>= 240 High)

LDL : 200 mg/dl (>= 130 High)

Trygliceride : 185 mg/dl (N 50-150)

X-ray thorax AP/PA

Kedua sinus costophrenicus dan diafragma normal

Cor : CTR 57%

Aorta : Baik

Hillus, pleura dan mediastinum baik

Pulmo : Corakan bronkho vascular paru baik

Tak tampak infiltrate pada kedua parenkim paru

Tulang tulang dada baik

Kesan : Tidak tampak proses spesifik aktif pada pulmo

EKG

- Normal sinus rhytm

- Normal axis

- Left atrial enlargement

- Left ventricular hypertrofi

Kesan: Moderate abnormal ECG

Page 9: Case Report Hospital Exposure

CT Scan Brain Non Contrast Potongan Axial

- Tampak lesi hipodens kecil pada kapsula interna cruz posterior kanan

- Sulci- sulci cerebri dan fissura sylvii normal

- Sistem ventrikel dan sisterna baik

- Tak tampak mid line shift

- Tak tampak pendarahan intracerebral dan epi/ subdural dan subarachnoid

- Infra tentorial, tidak tampak lesi pada pons, cerebellum dan daerah CPA

- Tak tampak kelainan pada supra dan parasellar

- Bulbus okuli, nervus optikus, dan mm. recti bilateral tak tampak kelainan

- Sinus Paranasalis dan mastoid dalam batas normal

- Deviasi septum nasi ke kiri

- Tulang- tulang cranial intak

Kesan: Lacunar infark pada kapsula interna cruz posterior kanan

Deviasi septum nasi ke kiri

VI. Resume

Pasien berusia 55 tahun datang ke IGD RSUS pada tanggal 18 Agustus 2015 pukul

06.00 WIB diantar oleh keluarganya dengan keluhan utama lemah anggota gerak tubuh

bagian kiri sejak 17 Agustus 2015 ± pukul 05.00 WIB. Lemah pada anggota gerak tubuh

bagian kiri dirasakan pasien sejak bangun tidur. Pasien juga mengeluhkan makan menjadi

tersedak dan bicara menjadi pelo. Keluarga pasien menyangkal adanya mual muntah, sesak

nafas, nyeri dada, trauma, kejang maupun demam. Pasien masih dapat berkomunikasi

dengan baik dan mengerti pembicaraan. Keluarga pasien menyangkal kalau pasien sempat

tidak sadarkan diri setelah kejadi tersebut. Tidak ada gangguan dalam BAK maupun BAB.

Pasien memiliki riwayat darah tinggi dan diabetes mellitus yang terkontrol sejak 8 tahun

lalu, riwayat penyakit jantung dan pemasangan PCI pada tahun 2009, pasien juga memiliki

berat badan berlebih (obese I). Pasien memiliki riwayat penyakit keluarga berupa diabetes

mellitus. Pasien tidak memiliki kebiasaan merokok maupun meminum alcohol, pasien juga

tidak pernah berolahraga. Pasien tidak memiliki alergi baik obat tertentu maupun makanan.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien sakit sedang dengan

tingkat kesadaran compos mentis. Hasil GCS E4M6V5. Index masa tubuh pasien dalam

keadaan obesitas golongan I. Tekanan darah pasien 180/110 mmHg, frekuensi pernapasan

16x/ menit, temperature tubuh 36,8 oC, nadi 90x/ menit, SPO2 99%, GDS pada pemeriksaan

Page 10: Case Report Hospital Exposure

tanggal 19 Agustus 2015 172 mg/dl. Hasil pemeriksaan fisik per organ masih dalam batas

normal, kecuali adanya pembesaran pada jantung. Dari hasil pemeriksaan neurologis,

didapatkan hasil pasien tidak dapat mencucu, tidak dapat menggembungkan pipi, dan saat

tersenyum bibir bagian kiri tidak terangkat, adanya deviasi uvula ke bagian kiri tubuh,

adanya disatria, disfagia, dan perubahan suara menjadi sengau, terdapat juga deviasi pada

lidah ke bagian kiri tubuh, terdapat penurunan kekuatan motor pada tubuh bagian kiri dan

pemeriksaan sensorik normal.

Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan kenaikan pada GDS 256 mg/dl, total

cholesterol 271 mg/dl, LDL 200 mg/dl, dan trygliceride 185 mg/dl. Hasil pemeriksaan lain

masih dalam batas normal. Hasil x-ray thorax masih dalam batas normal, hasil EKG 12 lead

mendapatkan kesan moderate abnormal EKG, hasil CT scan menunjukan adanya lesi

hipodens kecil pada kapsula interna cruz posterior kanan.

VII. Diagnosis

Diagnosis Kerja : Stroke Ischemic

Diagnosis differensial: Stroke Hemorrhagic

Tidak terjadi tanda- tanda kenaikan TIK pada pasien ini mulai memberikan gambaran

bahwa stroke yang terjadi mungkin bukan bagian stroke hemorrhagic yang seringkali

menunjukan gejala TIK meningkat. Kejadian stroke iskemik seringkali terjadi saat

beristirahat sedangkan stroke hemoragik seringkali terjadi ketika pasien melakukan

aktivitas. Dari hasil pemeriksaan CT scan didapatkan lesi hipodens, dimana menunjukan

sebuah sumbatan yang terjadi pada stroke iskemik, sedangkan pada stroke hemoragik akan

memberikan gambar hiperdens pada CT scan.

VIII. Tata Laksana

Non-medikamentosa:

Rawat Inap:

- Head elevation 30o

- NGT: diet DM 1900 kalori per NGT

Rawat Jalan:

- Fisioterapi:

Terapi wicara dan menelan

Latihan Activities of Daily Living

Page 11: Case Report Hospital Exposure

Hand Coordination

Latihan Sitting balance

Latihan berdiri dan berjalan

Medika mentosa :

Rawat Inap

- IV Fluid Drip NaCl 0.9% 500 ml/ 12 jam

- Aspilet 160 mg

- Injeksi Citicolin 2x 500 mg/ IV

- Captopril 30x 50mg/ PO

- Lantus 15 unit

- Novorapid

Rawat Jalan:

- Micardis 40 mg 1x/ day

- Metformin 500 mg 2x/ day

- Glimepiride 1x/day

IX. Prognosis

Ad vitam : Dubia ad bonam

Ad fungsionam : Dubia ad bonam

Ad sanationam : Dubia ad malam

X. Tinjauan Pustaka

Stroke merupakan sindroma klinis yang timbul secara mendadak dengan

progresifitas yang cepat akibat adanya gangguan fungsi otak yang lokal maupun global

dengan kelainan yang menetap selama 24 jam atau lebih atau dapat menyebabkan

kematian, tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain kelainan vascular (WHO). Stroke

dibagi menjadi:

1. Stroke Hemorrhagic merupakan suatu gangguan fungsi saraf yang terjadi akibat

adanya ruptur arteri baik intraserebral maupun subarakhnoid sehingga

menimbulkan pendarah pada area tersebut. Hematoma yang terbentuk akan

menyebabkan kenaikan TIK pada kasus pendarahan intraserebral. Pada kasus

pendarahan subarachnoid, pecahnya aneurisma atau malformasi arteri vena yang

Page 12: Case Report Hospital Exposure

pendarahannya masuk ke rongga subarakhnoid, cairan serebrospinal terisi oleh

darah, menyebabkan vasospasme, menyebabkan gejala sakit kepala hebat

mendadak.

2. Stroke Ischemic adalah stroke yang disebabkan oleh sumbatan pada pembuluh

darah servikokranial atau hipoperfusi jaringan otak oleh berbagai faktor seperti

aterotrombosis, emboli, atau ketidakstabilan hemodinamik yang menimbulkan

gejala serebral fokal yang terjadi secara mendadak, dan tidak menghilang dalam

waktu 24 jam atau lebih (Goetz, 2007). Berdasarkan tipe infark, stroke iskemik

dibagi lagi menjadi:

a. Infark Metabolik: 80% stroke iskemik

Bekuan darah, serpihan debris lepas dari plak ateromatosa di dinding pembuluh

darah besar ekstrakranial, terbawa aliran darah ke otak, menyumbat lumen end

artery fungsional.

b. Infark Hemodinamik:

Penurunan tekanan perfusi secara kritis pada arteri distal akibat stenosis pada

daerah proksimal.

c. Infark Lakunar:

Disebabkan oleh perubahan mikroangiopati arteri kecil dengan penyempitan

lumen yang progresif dan oklusi yang diakibatkannya.

Faktor resiko terpenting: hipertensi arterial hyalinosis dinding vaskular

arteri kecil. Arteri lentikulostriata adalah arteri tersering yang terkena,

menyebabkan infark pada kapsula interna, ganglia basal, substansia alba dan

pons. Lesi khas: sferik atau tubular, terlihat bulat pada CT, diameter < 10mm

Ada beberapa faktor resiko yang meningkat resiko seseorang untuk terkena stroke

iskemik. Faktor resiko tersebut dibedakan menjadi yang tidak dapat dimodifikasi dan dapat

dimodifikasi. Beberapa faktor yang tidak dimodifikasi adalah usia, jenis kelamin, faktor

genetic atau keturunan, dan ras. Beberapa faktor yang dapat dimodifikasi adalah penyakit

hipertensi, penyakit diabetes mellitus, dislipidemia, komsumsi alcohol, merokok, kurangnya

aktivitas fisik dan penyakit jantung.

Manifetasi klinis yang mungkin timbul ketika seseorang mengalami stroke adalah

adanya defisit neurologis fokal: hemiparesis, afasia, disfagia, disatria, gangguan kesadaran,

dll. Pada stroke hemorrhagic didapati kenaikan TIK (sakit kepala, penurunan kesadaran,

muntah). Pada stroke iskemik biasanya gejala lebih tenang, jarang terjadi peningkatan TIK

Page 13: Case Report Hospital Exposure

kecuali oklusi terjadi di arteri besar atau hipoksia berat sehingga menyebabkan edema,

edema meningkatkan TIK. Gejala umum yang timbul pada penderita stroke iskemik adalah

gangguan pada salah satu atau kedua mata, pusing maupun sakit kepala, kesulitan dalam

bicara, ataxia, sulit mengkoordinasi tangan dan lengan, lemah ataupun lumpuh pada satu

sisi tubuh. Penderita stroke tidak harus memiliki seluruh gejala diatas, namun beberapa

gejala diatas dapat menunjukan seseorang terkena stroke.

Stroke Iskemik dapat dibagi menjadi beberapa tipe berdasarkan penyebabnya:

a. Trombosis

Stroke thrombosis adalah stroke yang terjadi akibat adanya sumbatan di

pembuluh darah di otak oleh karena adanya gumpalan yang terbentuk akibat

proses aterosklerotik. Plak aterosklerotik akan menyumbat suatu pembuluh

darah tertentu di otak yang pada akhirnya akan menurunkan suplai oksigen dan

suplai nutrisi ke bagian otak tersebut dan akan menyebabkan kematian pada

bagian otak tersebut.

Proses aterosklerotik ini akan dipercepat dengan adanya berbagai faktor

seperti hipertensi, diabetes mellitus, hiperkolesterol dan lainnya.

b. Emboli serebral

Stroke emboli adalah stroke yang terjadi akibat adanya gumpalan darah atau

bekuan darah yang berasal dari jantung kemudian terbawa oleh aliran darah ke otak, yang

kemudian menyumbat pembuluh darah di otak.

Berdasarkan lokasi sumbatan, stroke iskemik dapat dibagi lagi menjadi:

a. Hemispheric infarcts

b. Lacunar infarct: atau biasa disebut lacunar stroke syndrome, adalah kumpulan

gejala klinis sebagai hasil karena adanya sumbatan pada arteries pada base of

the brain. Lacunar infarct merupakan infarct kecil (<20mm) pada area distal

pembuluh darah yang dalam.

Terdapat 5 classic syndrome yang biasa terjadi pada stroke lakunar:

1. Pure motor stroke/ hemiparesis

Hal yang paling umum terjadi pada penderita stroke lakunar, 33%- 50%

stroke lakunar menyebabkan sumbatan pada posterior internal capsule,

dimana terdapat descending corticospinal tract dan corticobulbar tract.

Ditandai dengan hemiparesis atau hemiplegia yang biasanya mempengaruhi

Page 14: Case Report Hospital Exposure

area wajah, lengan maupun kaki pada satu sisi. Dysarthria, dysphagia juga

mungkin terlihat.

2. Ataxic hemiparesis

Merupakan hal kedua paling umum terjadi pada penderita stroke lakunar.

Terjadi ketika terdapat sumbatan pada posterior limb internal capsule, basis

pontis dan corona radiate. Menimbulkan gejala kombinasi cerebellar dan

gejala motor termasuk kelemahan pada area ipsilateral, biasanya area kaki

akan lebih lemah dibandingkan area lengan.

3. Dysathria/ clumsy hand

Terkadang dimasukan kedalam pure motor stroke maupun ataxic

hemiparesis, namun seringkali di klasifikasikan secara berbeda. Lesi pada

area pons menimbulkan gejala utama berupa disarthria dan clumsiness/

kelemahan pada tangan yang semakin mencolok ketika pasien diminta

untuk menulis.

4. Pure sensory stroke

Ditandai dengan gejala kebas, kesemutan, terbakar, maupun rasa sakit yang

konstan dan tidak hilang pada satu bagian tubuh. Biasanya gejala tersebut

timbul akibat adanya sumbatan pada area kontralateral thalamus.

5. Mixed sensorimotor stroke

Lacunar stroke ini melibatkan hemiparesis atau hemiplegia dengan

penurunan sensori, sumbatannya biasa terjadi pada thalamus dan posterior

internal capsule.

c. Thalamic infarct

d. Cerebellar infarct merupakan salah satu tipe stroke iskemik yang jarang terjadi.

Mungkin melibatkan salah satu dari 3 arteri yang mensuplai darah maupun

nutrisi pada cerebellum:

1. Superior cerebellar arteri

2. Anterior inferior cerebellar arteri

3. Posterior inferior cerebellar arteri

Gejala klinis yang timbul menunjukan gejala yang tidak spesifik seperti mual,

muntah, pusing, ketidakseimbangan, terdapat inkoordinasi, ataxia dan

horizontal nistagmus.

Page 15: Case Report Hospital Exposure

e. Brainstem infarct mengarah pada kumpulan gejala yang terjadi sebagai sebagai

hasil dari sumbatan small perforating arteries pada posterior circulation.

Untuk diagnosis biasa digunakan CT Scan atau MRI sebagai gold standart, beberapa

pemeriksaan penunjang lainnya juga biasa dilakukan seperti pemeriksaan x- ray untuk

melihat apakah adanya pembesaran jantung sebagai faktor resiko seseorang mengalami

stroke iskemik, juga untuk melihat apakah adanya aspirasi pada paru yang akan membuat

pasien mengalami hipoksia, keadaan hipoksia akan memperburuk outcome dari penderita

stroke iskemik, pemeriksaan EKG untuk melihat apakah ada kelainan pada jantung yang

juga merupakan faktor resiko, pemeriksaan darah lengkap untuk melihat kelainan seperti

dislipidemia sebagai faktor resiko, hiperglikemia yang terjadi pada penderita DM yang juga

menjadi faktor resiko, disamping itu keadaan hiperglikemia menggunakan banyak oksigen

dari tubuh sehingga akan memperburuk outcome dari stroke iskemik, dengan mengetahui

kelainan tersebut pasien dapat ditatalaksana dengan baik sehingga mengurangi outcome

yang buruk. Penggunaan scoring Siriraj juga dapat digunakan untuk membedakan stroke

iskemik dan hemorrhagic.

Tujuan dari manajemen stroke secara akut adalah untuk memastikan kestabilan

pasien dan membatasi kerusakan irreversible pada otak akibat stroke iskemik. Strategi

yang digunakan adalah dengan mengembalikan sirkulasi normal ke area yang mengalami

iskemik secepat mungkin. Tata laksana pada stroke iskemik dibagi menjadi 2 yaitu tata

laksana umum dan tata laksana khusus. Tata laksana umum dibagi lagi menjadi tata laksana

umum di ruang gawat darurat dan tata laksana umum di ruang rawat.

1. Tata laksana umum di ruang gawat darurat:

a. Stabilisasi jalan napas. Pemberian oksigen pada pasien diberikan apabila

saturasi oksigen < 95%. Intubasi trakeal dilakukan apabila ada indikasi

pasien mengalami hipoksia, syok, dan berisiko mengalami aspirasi.

b. Stabilisasi hemodinamik:

- Pemberian cairan kristaloid dan koloid

- Optimalisasi tekanan darah, target tekanan darah sistol berkisar

140mmHg

c. Pemeriksaan awal fisis umum

d. Pengendalian TIK

- Elevasi kepala 20o – 30o

- Posisi pasien tidak menekan vena jugular

Page 16: Case Report Hospital Exposure

- Hindari pemberian cairan glukosa, hipotonik

- Jaga normovolemia

- Osmoterapi dengan indikasi:

Manitol 0,25 - 0,5 g/KgBB diberikan selama > 20 menit, setiap

4-6 jam dengan target <310mOsm/L

Furosemid dengan dosis inisial 1mg/ kgBB intravena

- Drainase ventricular dianjurkan pada hidrosefalus akut akibat stroke

iskemik serebelum

e. Pengendalian kejang: diazepam 5 - 20 mg bolus lambat intravena diikuti

oleh fenitoin dengan dosis 15-20 mg/kg bolus dengan kecepatan maksimum

50mg/ menit. Rawat ICU apabila terdapat kejang.

f. Pengendalian suhu tubuh

2. Tata laksana umum di ruang rawat:

a. Jaga keseimbangan hemodinamik dengan pemberian cairan isotonis.

b. Jaga keseimbangan elektrolit

c. Koreksi asidosis ataupun alkalosis

d. Nutrisi enteral paling lambat diberikan dalam 48 jam. Apabila ada gangguan

menelan atau penurunan kesadaran, makanan diberikan melalui selang

NGT. Kebutuhan kalori rata rata 25-30 kkal/kgBB/ hari

e. Mobilisasi dan cegah komplikasi subakut (aspirasi, malnutrisi, pneumonia,

thrombosis vena). Pada pasien dengan risiko thrombosis vena, diberikan

heparin subkutan 2x5000 IU/ hari

f. Antibiotic atas indikasi dan sesuaikan dengan pola kuman

g. Analgetik, antiemetic, antagonis H2 atas indikasi

h. Pemasangan kateter urin

3. Tata laksana khusus:

1. Tata laksana hipertensi:

Pada pasien stroke iskemik akut, tekanan darah diturunkan sekitar 15%

dalam 24 jam pertama setelah awitan apabila tekanan sistolik >220 dan

diastolic > 120. Apabila pasien akan diberikan terapi rtPA tekanan diastolic

diturunkan sampai < 185 dan tekanan diastolic <110, selanjutnya tekanan

darah harus dipantau sampai tekanan sistolik <180 dan diastolic < 105

Page 17: Case Report Hospital Exposure

selama 24 jam setelah pemberian rtPA. Antihipertensi yang digunakan

adalah labetalol, nitroprusid, nikardipin, dilitiazem intravena.

2. Tata laksana hiperglikemi:

- Apabila kadar gula > 180 mg/dl diturunkan dengan infuse NaCl 0,9 %

- Pemberian insulin digunakan pada pasien stroke dengan DM tipe I

ataupun II

3. Trombolisis pada stroke akut

rtPa dengan dosis 0,9 mg/ kgBB (maksimal 90 mg) direkomendasikan pada

pasien dengan stroke 3 – 4,5 jam setelah awitan. Kontraindikasi penggunaan

rtPA adalah pada pasien dengan usia > 80 tahun, komsumsi antilkoagulan

oral, riwayat stroke dan diabetes mellitus.

4. Antitrombosit

Aspirin dengan dosis awal 325 mg pada 24- 48 jam oertama setelah awitan

berguna sebagai pencegah thrombosis pada stroke iskemik, pada pasien

yang mengalami alergi pada aspirin diberikan clopidogrel sebagai

alternative dengan dosis 75mg/ hari

5. Obat neuroprotektor, terapi citicolin memberikan manfaat pada stroke akut.

DAFTAR PUSTAKA

1. Misbach J, Lamsudin R, Aliah A. Basyiruddin, Suroto, Alfa AY. Guideline Stroke tahun 2011. Jakarta: PERDOSSI; 2011

2. Misbach J. Stroke: aspek diagnostic, patofisiologi, manajemen. Jakarta: Balai penerbit FK UI

3. Caplan LR. Caplan’s stroke. Elsevier. Philadelphia; 20094. Baehr M., Frotscher M. Diagnostik Topik Neurologi DUUS. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran; 20125. National Collaborating Centre for Chronic Conditions. Stroke: National Clinical

Guideline for Diagnosis and Initial Management of Acute Stroke and Transient Ischaemic Attack (TIA). London: Royal College of Physicians (UK); 2008

6. University Hospital. Risk Factor for Stroke: UHNJ; 20137. Wardlaw JM. Journal of Neurology, Neurosurgery& Psychiatry: What is Lacunar

Stroke; 20058. National Institutes of Health. Comparing Treatment for Lacunar Stroke. Maryland;

20129. Conant R, Schauss AG. Therapeutic Applications of Citicoline for Stroke and

Cognitive Dysfunction in the Elderly: A Review of the literature. Thorne Research Inc; 2004