cekungan jawa timur

Upload: dhimas-adi

Post on 16-Jul-2015

105 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Adi Darwin Sitara(111080040) Matthaeus(111080047) Gilang Firmanda(111080230) E-mail : [email protected] or [email protected] CP : 085 22 88 11 9 13

Cekungan adalah suatu cekungan atau depresi atau rendahan, cekungan dapat pula berbentuk dataran dimana pegunungan yang mengelilingi. Juga merupakan aspek geografi yang menunjukan subsidence dan pengisian sedimen secara menerus . Bersamaan dengan penimbunan sedimen, cekungan ini mengalami kenaikan tekanan dan mulai terlitifikasi. Sejumlah cekungan yang terbentuk akibat seting extensional dapat mengalami inversi yang telah terhitung untuk sejumlah cadangan minyak ekonomis yang terbentuk sebelumnya.

Ada 60 cekungan sedimen 38 sdh dieksplorasi (15 berproduksi, 9 terbukti ditemukan ttp belum diproduksi & 14 sdh dibor ttp belum ada penemuan) 22 blm dieksplorasi (di kawasan frontier Indonesia Timur)

Cekungan Jawa Timur Utara

Cekungan Jawa Timur Utara secara fisiografi yang terletak di antara Pantai Laut Jawa dan sederetan gunung api yang berarah Barat-Timur di sebelah selatannya. Cekungan ini terdiri dari dua buah pegunungan yang berjalan sejajar dengan arah Barat-Timur dan dipisahkan oleh suatu depresi diantaranya. Cekungan Jawa Timur merupakan zona pertemuan lempeng-lempeng Eurasian (Sunda Craton) dan Indo-Australian dan saat ini merupakan back-arc basin.

Gambar 3.1 Tumbukan lempeng samudera Jawa Timur dan Lempeng Sunda pada Kapur Akhir sebagai awal tektonik pada daerah telitian (Koesoemadinata et al., 1994)

Sejarah tektonik diawali dengan fase tektonik tarikan (exstensional tectonic) yang terjadi antara interval Kapur Atas-Eosen Tengah, menghasilkan sesarsesar tarik yang membentuk sistem tinggian (horst) dan rendahan (graben) dengan orientasi arah timur laut-barat daya.

Gambar 3.2 Fase pertama berupa fase ekstensional pada Eosen-Oligosen. (Koesoemadinata et al., 1994)

Fase tektonik berikutnya berupa fase tekanan terjadi pada Miosen Tengah yang ditandai oleh peristiwa penting di dalam distribusi sedimen dan penyebaran flora dan fauna, juga oleh hiatus di daerah Cepu (Baumann, 1975 dalam Djuhaeni, 1997) dan dicirikan oleh perubahan fasies, dari fasies transgresi menjadi fasies regresi di seluruh Zona Rembang (Muin, 1985 dalam Djuhaeni, 1997) yang menyebabkan ketidakselarasan secara regional.

Gambar 3.3 Fase kedua berupa fase tekanan Miosen Tengah yang diikuti oleh fase ketiga (fase tekanan Mio-Pliosen) menyebabkan inversi dari graben (Koesoemadinata et al., 1994)

Fase tektonik ketiga merupakan aktifitas tektonik terbesar yang bersifat tekanan dan berulang beberapa kali mulai Mio-Pliosen sampai dengan Pleistosen, dimana mengaktifkan kembali sistem struktur sebelumnya dengan mengakibatkan inversi dari graben berupa sesar-sesar turun dan naik, disertai pengangkatan yang mengakibatkan kenampakan seperti sekarang ini .

Formasi Ngimbang Formasi ini terletak tidak selaras di atas batuan Pra-Tersier. Formasi Ngimbang sendiri terdiri atas perulangan antara batupasir, serpih dan lanau dengan sisipan tipis batubara. Bagian atas dari formasi ini terdiri sebagian besar atas batugamping dengan sisipan tipis serpih gampingan dan napal. Umur formasi ini adalah Oligosen Awal Diendapkan di lingkungan laut dangkal.

Formasi Kujung Ciri litologi pada formasi ini adalah napal pada bagian bawah formasi, batulempung pada bagian atas dan disisipi batugamping bioklastik. Formasi ini berumur Oligosen Atas Diendapkan pada lingkungan laut terbuka dengan kedalaman 200 500 meter atau pada zona batial batas.Formasi Prupuh Terdapat perelingan antara batugamping kapuran dengan batugamping bioklatik. Berumur Oligosem akhir Mioen awal. Terendapkan pada zona Neritik luar. Formasi Tuban Litologinya batulempung dengan sisipan batugamping Terendapkan pada umur Miosen awal di zona neritik luar. pada bagian bawah.

Formasi Wonocolo Ciri litologi Formasi Wonocolo pada umumnya terdiri atas napal pasiran yang berulang dengan napal dan batugamping kalkarenit. Penyebaran dan Ketebalannya mempunyai penyebaran yang luas di Jalur Rembang denga arah barat timur. Umur bagian bawah dari Miosen Akhir hingga bagian tengah dari Miosen Akhir atau zona N 15 N 16, Blow (1969), Lingkungan pengendapan Laut terbuka, jauh dari pantai, pada kedalaman antara 100 meter 500 meter, terletak pada neritik luar hingga bathyal atas Formasi Ledok Litologinya batupasir dengan sisipan kalkarenit atau batulempung, berumur Miosen akhir bagian atas dengan lingkungan pengendapannya neritik luar. Formasi Mundu Pada formasi ini terdapat ciri litologi napal dengan struktur maif, bagian atasnya batugamping pasiran. Diendapkan pada umur Plistosen dengan lingkungan pengendapan Bathyal tengah.

Formasi paciran Ciri litologinya adalah batugamping terumbu, terendapkan pada umur Plioen Pliestosen. Formasi ini berseling jari dengan Mundu & Lidah . Formasi Lidah Pada formasi ini terendapkan batulempung biru masif, berseling dengan napal & batupasir. Formasi ini berumur Pliosen tengah Pleistosen akhir, diendapakan pada zona bathyal atas neritik tengah.

Terdapat 34 wilayah kerja yang aktif di Jawa Timur atau mencakup 15 % dari jumlah seluruh wilayah kerja perminyakan di Indonesia. 13 dari wilayah kerja tersebut berstatus ekspolitasi atau sedang memproduksi Migas. 52 % dari wilayah Cekungan Jawa Timur sudah kerja aktif, berarti masih ada 48 % dari wilayah cekungan yang belum tereksplorasi. Beberapa lapangan yang aktif diantaranya terdapat di daerah Cepu, Bojonegoro & Surabaya.

Cekungan adalah suatu cekungan atau depresi atau rendahan, cekungan dapat pula berbentuk dataran dimana pegunungan yang mengelilingi. Cekungan Jawa Timur Utara secara fisiografi yang terletak di antara Pantai Laut Jawa. merupakan zona pertemuan lempeng-lempeng Eurasian (Sunda Craton) dan IndoAustralian dan saat ini merupakan back-arc basin. Sejarah tektonik diawali dengan fase tektonik tarikan (exstensional tectonic) Fase tektonik berikutnya berupa fase tekanan terjadi pada Miosen Tengah Fase tektonik ketiga merupakan aktifitas tektonik terbesar yang bersifat tekanan dan berulang beberapa kali mulai Mio-Pliosen sampai dengan Pleistosen mengakibatkan kenampakan seperti sekarang ini .

Formasi formasi yang bertindak sebagai reservoar dalam cekungan Jawa Timur Utara adalah formasi Ngimbang, formasi Kujung, formasi Ngrayong, formasi Wonocolo, formasi Tuban, formasi Mundu, formasi Paciran dan formasi Lidah Terdapat 34 wilayah kerja yang aktif di Jawa Timur atau mencakup 15 % dari jumlah seluruh wilayah kerja perminyakan di Indonesia. 13 dari wilayah kerja tersebut berstatus ekspolitasi atau sedang memproduksi Migas.

Matthews, S.J. and Bransden, P.J.E., Late Cretaceous and Cenozoic tectonostratigraphic development of the East Java Basin, Indonesia. Marine and Petroleum Geology 12 [2], 499-510. 1995. Bradshaw, M., Edwards, D., Bradshaw, J., Foster, C., Loutit, T.,McConachie, B., Moore, A., Murray, A., Summons, R., 1997. Australian and Indonesian petroleum systems. In: Proceedings of Petroleum System of SE Asia and Australasia Conference, IPA, May 1997, IPA97-OR-11, pp. 141153. Satyana, Awang Harun, Petroleum Geology of Indonesia : Current Knowledge. Regular HAGI Course, 2010. Ardhana, W., 1993. The Ngrayong Formation, East Java Basin A Depositional Model. Implications For Exploration in the Tuban Block. Unpublished report JOB Pertamina-Trend Tuban.

SEKIAN DAN TERIMA KASIH