chapter 23 dan 24
DESCRIPTION
emerTRANSCRIPT
Chapter 23. Ginjal dan Ureter
I. Anatomi Bedah pada Ginjal
a. Topografi Umum
Ginjal terdiri atas dua buah organ yang berpasangan, berbentuk seperti
kacang buncis terletak di kedua sisi kolumna vertebralis pada kompartemen
perirenal dalam ruang retoperitoneal diantara facies anterior dan facies
posterior (fascia gerota). Sebuah stroma jaringan adiposa (tebal atau tipis)
membungkus seluruh permukaan ginjal.
Ukuran ginjal pada pasien anak bervariasi menurut usia. Sebuah normogram
yang menggunakan pengukuran ultrasound disajikan pada tabel 23.2.
Panjang ginjal pada orang dewasa yaitu 10-14 cm, lebar 5-7 cm, dan
ketebalan 2,5-3,0 cm. Berat ginjal sekitar 135 gram untuk wanita dan 150
gram untuk pria.
Setiap ginjal memiliki dua permukaan (facies anterior dan posterior), dua
margo (lateral dan medial), dan dua polus (superior dan inferior). Setiap
ginjal memiliki hubungan masing-masing dengan beberapa struktur anatomi
lainnya. Facies anterior berhubungan dengan viscera abdominal dan facies
posterior berhubungan dengan area osteomuskular. Ginjal kanan terletak lebih
rendah dibandingkan dengan ginjal kiri, suatu fenomena yang memungkinkan
bagian bawah kanan hepar dapat teraba.
Ketika pasien dalam keadaan terlentang, ginjal dapat memanjang dari level
setinggi vertebra T12 menjadi vertebra L3, tapi ketika dalam posisi tegak,
ginjal dapat memanjang lebih dari itu, yakni setinggi vertebra L1 menjadi
vertebra L4. Selain dapat berubah akibat posisi, ginjal juga dapat bergerak ke
1
atas dan ke bawah sekitar 1-7 cm dengan proses respirasi, menurut
O’Rahilly19. Angka tersebut menunjukkan pergerakan yang fisiologik pada
ginjal, bukan suatu hal yang ptosis pada ginjal (nefroptotik, bergerak,
mengambang).
b. Hubungan Ginjal Terhadap Organ Sekitarnya
Facies anterior.
Facies anterior pada ginjal di lapisi oleh beberapa struktur anatomi di bawah
ini :
Corpus adiposum perirenal
Fascia Gerota
Corpus adiposum pararenal
Peritoneum parietal posterior (parsial)
Facies anterior pada ginjal kanan tampak struktur yang berhubungan satu
sama lain (seperti pada gambar 23-7, 23-8)
Glandula suprarenalis dextra
Limpa
Duodenum pars descendens
Vena cava inferior
Ureter
Kolon acsendens
Hepar flexura coli dextra
Facies anterior pada ginjal kiri berhubungan dengan :
Glandula suprarenalis sinistra
Pankreas
Pembuluh darah splenikus
Gaster
Lien
Flexura duodenojejunal
2
Ligamentum Treitz
Vena mesenterika inferior
Colon descendens
Splenikus flexura coli sinistra
Lengkung jejunum
Facies posterior.
Facies posterior pada ginjal kiri berhubungan dengan :
Musculus psoas
Musculus transverses abdominis
Musculus quadratus lumborum
Diafragma
Nervus T12
Nervus iliohipogastrik
Nervus ilioinguinal
Lapisan anterior pada thorakolumbar (fascia lumbodorsal)
Fascia transversalis
Corpus adiposum pararenal
Costa XI dan XII
Pleura
Facies posterior pada fascia Gerota
Corpus adiposum perirenal
Ligament arcuata medial dan lateral pada diafragma
Facies posterior pada ginjal kanan berbatasan dengan costa XII, dengan polus
cranial memanjang hingga ke intercostal XI; facies posterior pada ginjal kiri
berbatasan dengan costa XI dan XII.
Batas Lateral.
Margo lateral ginjal berbatasan dengan corpus adiposum perirenal, fascia
Gerota, dan corpus adiposum pararenal. Ditinjau dari aspek bedah, margo
lateral pada ginjal tidak terlalu penting.
3
Batas Medial.
Pada bagian medial kedua ginjal terdapat fissura vertikal yang disebut porta
renal atau hilus renalis. Arteri renalis dan nervus renalis berjalan masuk
melalui hilus ini, sementara vena, saluran limfe, dan bagian proximal ureter
berjalan keluar melalui hilus renalis. Makna klinisnya, cekungan pada hilus
pada medial ginjal disebut sinus renalis. Sinus renalis ini dilapisi oleh
jaringan capsula renalis dan membungkus vasa renalis dan pelvis, menurut
Naratha20. Di dalam sinus renalis terdapat pelvis renalis, sebuah kantong
berbentuk corong yang dibentuk dari bagian ureter proximal dan kaliks
mayor. Hal tersebut sepenuhnya untuk mempertimbangkan apakah bagian
pelvis pada ginjal (misal, pelvis renalis) atau bagian dari ureter (misal, pelvis
ureter). Istilah yang digunakan saat ini adalah pelvis renalis. Secara filosofi
mengapa pelvis ureter tidak disebut sebagai infundibuli ureter dan kaliks
ureter.
Terminologi “pelvis intrarenal” menunjukkan sebuah panggul yang hampir
menutupi atau tertutup seluruhnya oleh parenkim ginjal. Istilah ini digunakan
secara umum oleh kalangan ahli bedah rekonstruksi ginjal. Terminologi ini
sangat membantu dalam menggambarkan suatu kesatuan dimana kesulitan
teknik pada obstruksi pelvis renalis dapat terjadi suatu waktu ketika dilakukan
pieloplasti.
Bifurkasi pelvis renalis atau trifurkasi dalam sinus renalis menghasilkan dua
atau tiga kaliks mayor. Setiap kaliks mayor terbagi menjadi 7 hingga 14
kaliks minor yang menerima tubulus kolektivus (sekitar 500). Fine dan
Keen21 melaporkan bahwa kadang-kadang tidak terjadi pembentukan kaliks
mayor.
Pelvis renalis pada umumnya terletak bagian posterior pada vasa renalis.
Namun kadang-kadang juga dapat terletak diantara atau di depan vasa renalis.
4
Dalam beberapa kasus dimana pelvis renalis kecil, ia tidak memiliki bagian
ekstrarenalis dan terletak seluruhnya dalam parenkim ginjal.
Polus cranialis pada kedua ginjal saling berhubungan dengan kelenjar
adrenal, dipisahkan melalaui diafragma tipis pada jaringan ikat yang berasal
dari fascia Gerota yang benar-benar membungkus setiap masing-masing
adrenal (Gambar 23-12). Kelenjar adrenal kanan dan kiri terletak
superomedialis di depan bagian atas pada setiap ginjal.
Davie22 melaporkan bahwa terdapat 6 dari 1500 kelenjar adrenal yang
nekrosis difiksasi dengan polus cranial renalis sedemikian rupa sehingga
tindakan nefrektomi yang dilakukan tentu mencakup bagian kelenjar adrenal
juga. Pengetahuan ini sangat penting untuk seorang dokter ahli bedah dalam
melakukan adrenalektomi laparoskopi. Operasi laparoskopi dapat dilakukan
dengan aman, meskipun menurut laporan Prinz23 yang membandingkan
adrenalektomi laparoskopi dengan adrenalektomi terbuka. Polus caudalis
terkadang berada terlalu dekat dengan segitiga lumbal.
Perlu diingat :
Pleura dan diafragma memisahkan ginjal dari costa XII
Setengah bagian dari costa XII berhubungan dengan pleura
Pleura (untuk makna klinisnya) memiliki jalur horisontal yang
berhubungan dengan panjang costa XII
Facies anterior renalis dextra (yang berkaitan dengan hepar dan
lengkung jejunum) adalah satu-satunya daerah organ yang ditutupi
oleh peritoneum. Facies anterior renalis sinistra (yang berkaitan
dengan gaster, lien, dan lengkung jejunum) juga ditutupi oleh
peritoneum.
5
Bagian atas polus cranialis renalis dextra dihubungkan dengan
peritoneum yang membentuk kantong hepatorenal dari Morison. Hal
ini dibatasi dengan : (Gambar 23-14)
- Bagian atas oleh facies posterior ligamen koronari
- Bagian depan oleh permukaan inferior hepar
- Bagian posterior oleh peritoneum yang melapisi permukaan
inferior diafragma
Kadang-kadang, polus cranialis ginjal berada dekat dengan sudut
vertebrocostal dipisahkan dari pleura yang hanya dibungkus oleh
jaringan ikat (tipis atau tebal)
Ruang pararenal anterior relatif mengandung sedikit lemak
dibandingkan dengan ruang pararenal posterior, dimana kaya akan
stroma jaringan adiposa
Menurut beberapa penulis, fascia renalis tidak termasuk didalam
setiap ginjal sepenuhnya, sebab di daerah yang lebih rendah, lamina
anterior dan posterior tidak menyatu (lihat gambar 23-12), sebagian
penulis percaya sebaliknya
Kami mengutip studi cadaver dari Wolfram-Gabel dkk24 pada
penutupan ruang ginjal
Pada setiap sisi, ginjal dan glandula suprarenalis dibuang dalam ruang
yang ditutup pada semua sisi. Facies anterior dan posterior pada ginjal
bergabung pada ruang polus cranialis menjadi facies inferior pada
diafragma. Demikian juga yang bergabung pada ruang polus caudalis
pada margo lateral manjadi fascia muskulus parietal. Pada ruang margo
medial, terdapat dua fascia yang bergabung untuk melanjutkan diri ke
bagian medial dengan jaringan penyambung periaortocaval, masuk
menembus hilus dan di bawah mengelilingi ureter.
6
c. Posisi Ginjal
Faktor-faktor yang bertanggung jawab terhadap posisi ginjal, meliputi :
Fascia renalis (bagian atas)
Corpus adiposum perinefri dan paranefri
Viscera intraperitoneal
Tekanan intraabdominal
Nephroptosis (ginjal bergerak atau mengambang) adalah kelainan yang
didapat, tidak harus bingung dengan ginjal ektopik. Ginjal ektopik adalah
kelainan bawaan yang berhubungan dengan penempatan, bentuk, dan
orientasi dari ginjal tersebut.
Jalur dari nephroptosis adalah ke bawah. Dipercaya karena berkurangnya
penggabungan antara lamina anterior dan posterior pada fascia renalis di
polus caudalis renalis.
Bagian ginjal kanan lebih mudah bergerak (mobile) dibandingkan ginjal kiri.
Penatalaksanaan yang ideal pada nephroptosis adalah nephropexy, baik oleh
nephroraphy atau salah satu dari beberapa metode lain.
d. Vaskularisasi Ginjal
Suplai arteri
Arteri renalis kiri dan kanan berasal dari dinding lateral aorta tepat dibawah
asal dari arteri mesenterika superior setinggi diskus intervertebralis L1 dan
L2. Akan tetapi, asal dari arteri renalis kanan (gambar 23-15) lebih posterior
dibandingkan arteri renalis kiri. Jarang, arteri renalis langsung berasal dari
dinding posterior dan menuju ke vena cava inferior untuk mencapai ginjal
kanan. Perlu diingat bahwa yang timbul dari setiap arteri renalis sebelum
trifurkasi adalah dua arter kecil yang tidak boleh diganggu, arteri suprarenal
inferior dan arteri yang memvaskularisasi pelvis renalis dan ureter proximal.
7
Sebuah studi dari 30 spesimen aorta abdominal dibedah pada mayat, Ozan
dkk32 melaporkan bahwa aorta berasal dari arteri renalis. Ostium pada arteri
renalis lebih ke arah cranial dibandingkan ostium pada arteri renalis sinsitra
(53,3%). Akan tetapi, ostium dari kedua arteri renalis kiri dan kanan berada
pada tingkat yang sama dalam 3 kasus (10%). Lokasi dari ostium arteri renali
biasanya berada pada daerah lateral dan anterolateral dinding aorta.
Setiap arteri yang mencapai hilus terbagi menjadi divisi anterior dan posterior
(gambar 23-16). Selain itu, lima cabang masing-maisng arteri renalis berperan
dalam pembentukan empat segmen ginjal yaitu : apikal (superior), anterior
(dibagi menjadi superior dan inferior), posterior, dan basiler (gambar 23-17,
23-18).
Segmen arteri yang memiliki end-artery tanpa sirkulasi kolateral adalahh
sebagai berikut :
Cabang apikal
Cabang basilar
Arteri untuk bagian superior dari segmen anterior
Arteri untuk bagian inferior dari segmen anterior
Arteri untuk segmen posterior
Bagian anterior memiliki cabang arteri yang memvaskularisasi bagian apikal,
basilar, superior, dan inferior segmen anterior ginjal. Bagian posterior
memvaskularisasi segmen posterior ginjal.
Perlu diingat bahwa :
Arteri apikal sangat pendek untuk memvaskularisasi permukaan
anterior dan posterior segmen apikal
8
Arteri basilaris memvaskularisasi permukaan anterior dan posterior
segmen basilar
Segmen anterior divaskularisasi oleh dua cabang, satu untuk bagian
superior dan satu lagi untuk bagian yang berada di bawahnya
Vaskularisasi segmen posterior berasal dari arteri tunggal
Arteri renalis merupakan end-artery tanpa sirkulasi kolateral
Garis avaskular (atau yang dikenal sebagai Brodel’s line) (gambar 23-20, 23-
21) adaah daerah yang paling tidak memiliki vaskularisasi pada ginjal. Hal ini
karena terletak sedikit cembung dibelakang perbatasan area yang
divaskularisasi oleh arteri renalis pada bagian anterior dan posterior. Sekitar
2/3 garis dari hilus renalis menuju margo lateralis pada ginjal. Insisi pada
daerah ini dimungkinkan untuk menghilangkan batu dalam kaliks ginjal
dengan kerusakan yang minimal.
Menurut Banowsky35, arteri renalis yang unilateral terjadi sekitar 23% pada
populasinya. Selebihnya 10% yang bilateral. Arteri renalis pada umumnya
berada pada bagian kiri. Banowsky35 membedakan antara arteri renalis dan
arteri renalis asesoris. Dia menyatakan bahwa arteri renalis memvaskularisasi
satu segmen ginjal, sedangkan arteri renalis asesoris hanya memvaskularisasi
bagian dari segmen. Dia menekankan bahwa sangat disarankan untuk
melakukan ligasi arteri, hanya menggunakan arteri renalis asesoris.
Singh dkk36 menyatakan bahwa arteri renalis asesoris pada umumnya berada
di sisi kiri sebesar 30-35% kasus dan biasanya memasuki daerah polus
cranialis atau caudalis pada ginjal (gambar 23-22). Seperti arteri asesori pada
polus caudalis dapat menyebabkan obstruksi ureter dengan hidronefrosis
sekunder.
9
Sebuah studi oleh Satyapal dkk37 merujuk pada “tambahan” arteri renalis dan
menawarkan suatu definisi :
“Arteri ginjal tambahan, selain arteri ginjal utama adalah salah satu yang
berasal dari aorta dan berakhir di ginjal”
Mereka menambahkan bahwa “arteri ginjal tambahan” telah digambarkan
sebagai sesuatu yang sifatnya asesoris, menyimpang, anomali, tambahan.
Mereka mengomentari bahwa perlunya standarisasi nomenklatur untuk
kepentingan pelaporan yang akurat. Penelitian tersebut oleh Satyapal dkk37
diperoleh temuan :
Arteri renalis tambahan lebih umum di bagian sisi kiri (27,6%) dibandingkan
sisi kanan (18,6%). Kedua arteri renalis tambahan terjadi dengan insiden yang
sama di kedua sisi (kanan sebesar 4,7% dan kiri 4,4%). Panjang (cm) dand
iametrr (cm) pertama dan kedua pada arteri renalis tambahan adalah masing-
masing 4,5, 0,4 dan 3,8, 0,3 (kanan) dan 4,9, 0,3 dan 3,7, 0,3 (kiri).
Ligasi arteri renalis asesoris dapat menyebabkan infark dengan ukuran yang
bervariasi, meskipun lebih sering ukurannya kecil. Hipertensi renovaskular
dapat terjadi sebagai gejala sisa (sekuele) dari terjadinya iskemik.
Setiap dokter bedah melakukan operasi ginjal harus lazim dengan anatomi
segmen ginjal. Pengetahuan tersebut dapat meyelamatkan nyawa pasien.
Seorang pasien dengan keganasan ginjal bilateral dilakukan nephrectomy
radikal disisi kiri. Dua belas tahun setelah operasi, pasien tersebut masih
hidup dan sehat, hanya dengan dua segmen ginjal kanan yang tersisa.
Drainase vena
Ginjal divaskularisasi oleh beberapa pembuluh darah yang berjalan bersama-
sama membentuk vena renalis (Gambar 23-23). Vena renalis dextra lebih
panjang dibanding vena renalis sinsitra. Menerima darah dari adrenal sinsitra,
gonadal sinistra, termasuk diafragma. Vena adrenal sinistra memasuki vena
10
renalis superior, vena gonadal sinsitra memasuki vena renalis inferior.
Biasanya satu atau dua lumbal vena yang kosong masuk ke dinding posterior
vena renalis sinistra.
Oklusi sementara atau permanen pada vena renalis sinsitra dekat dengan
pembuluh masuk vena cava inferior biasanya dapat dilakukan dengan baik.
Berbeda dengan vena renalis sinistra , vena renalis dextra yang lebih pendek
memiliki katup tipis yang tidak baik untuk hasil akhir ketika dilakukan
penjahitan (suturing). Oleh karena itu, saat memotong vena renalis dextra,
seorang ahli bedah juga seharusnya memotong sedikit bagian dinding medial
dari vena cava inferior dimana vena renalis dextra masuk.
Aluisio dkk38 mempelajari anatomi normal dan anomaly pada vena renalis
sinistra pada 20 kadaver dan melaporkan sebagai berikut :
Selain suprarenal sinistra (adrenal) dan vena gonadal sinistra, vena
renalis sinistra tidak memiliki cabang vena tambahan
Studi mengenai suprarenal sinistra dan vena gonadal sinistra
mengungkapkan tidak ada hubungan langsung dengan vena cava
inferior
Anomali sistem drainase pada vena renalis sinstra
- Anomali dari vena renalis sinstra itu sendiri bermanifestasi sebagi
vena renalis sisntra supernumerary
- Bifurkasio pada vena gonadal
- Bifurkasio pada vena suprarenal
- Vena frenikus inferior mengalir masuk ke vena renalis sinsitra
bagian distal arteri mesenterika superior
- Drainase vena lumbal masuk ke dalam vena renalis sinistra yang
dapat mewakili baik sebuah anomali atau berupa variasi normal.
11
Aluisio dkk38 menemukan bukti dari sistem alirankolateral sistemik untuk
drainase dari ginjal kiri yang masuk ke bagian vena renalis sinistra. Satyapal
dkk39 menyajikan variasi vena renalis sebagai berikut (catatan : sebuah renal
collars merupakan saluran vena renalis yang mengalir baik anterior maupun
posterior menuju aorta abdominalis) (Gambar 23-24, 23-25, 23-26, 23-27)
Renal collars 0,3%
Vena retroaorta 0,5%
Vena tambahan 0,4%
Cabang primer bagian posterior 23,2% (16,7% tipe IB, 6,5% tipe IIB)
Sebuah vena retroaorta renalis sinistra berhubugan secara langsung dengan
sistem azygos dan vena LIII dilaporkan oleh Yoshinaga dkk40. Sebuah
anomali tentu dari dorsal menuju aorta abdominal dan membuka masuk ke
IVC pada tingak atas setinggi vertebra LIII. Hal ini juga menerima
vaskularisasi dari suprarenal posterior dan vena phrenicus posteroinferior.
Berikut bagan vaskularisasi ginjal disajikan pada gambar 23-28
Perlu diingat bahwa :
Vasa renalis saling berhubungan satu sama lain
Oklusi sementara atau oklusi permanen dari ligasi vena renalis sinsitra
dapat dilakukan dengan baik, jika prosedur ini dilakukan dekat dengan
vena cava inferior.
Limfatik
Jaringan limfatik sangat kaya. Jaringan limfatik ini mengikuti pembuluh
darah dan membentuk sebuah badan limfatik yang besar. Badan limfatik
keluar melalui sinus renalis dimana ia menerima hubungan limfatik lainnya
dari kapsul renalis dan corpus adiposum pernephric. Saluran limfatik dari
pelvis renalis dan ureter proksimal berkomunikasi dengan yang lainnya pada
hilus renalis. Dua atau tiga limfonodus berada dekat dengan vena renalis yang
menerima aliran limfe dan mengalirkannya ke limfonodus paraaorta.
12
Limfatik pada renalis dextra (Gambar 23-29) mengalir menuju limfonodus
yang berada diantara vena cafa inferior dan aorta, nodus paracaval lateralis,
dan limfonodus vena cava anterio dan posterior inferior. Selain itu, juga
mengalir ke atas menuju diafragma dan ke bawah menuju limfonodus iliaca.
Jalur lain masuk melalui duktus thoracis atau melintasi bagian tengah menuju
limfonodus aorta lateral kiri.
Limfatik pada renalis sinistra (Gambar 23-30) mengalir menuju limfonodus
paraaortic lateral dan limfonodus aorta anterior dan posterior. Selai itu juga,
mengalir ke atas menuju diafragma dan ke bawah menuju limfonodus yang
berhubungan dengan arteri mesenterika inferior. Menurut Kabalin41,
keganasan ginjal kiri tidak bermetastasis ke nodus diantara vena cava inferior
dan aorta, kecuali perjalanan penyakit kronik.
Persarafan
Karakteristik suatu organ ginjal adalah kaya akan inervasi saraf yang berasal
dari ganglion celiac, ganglion aoticorenal, pleksus celiac, pleksus
intermesenterika. Unsur-unsur tersebut bercampur, membentuk pleksus, dan
berjalan mengikuti arteri renalis.
Nervus thoracis T10 –L1 berperan dalam persarafan ginjal. Ia menerima
serabut nyeri dari pelvis renalis dan ureter proksimal yang masuk ke medulla
spinalis setinggi nervus spinalis. Serabut saraf pada ginjal memilik fungsi
sebagai vasomotor.
Nervus vagus dextra dan sinistra berperan dalam pembentukan pleksus
renalis. Pleksus ini mempercabangkan pleksus ureter dan gonadal.
Perlu diingat bahwa :
13
Hindari cedera saraf pada nervus ICS XI dan XII, tidak hanya
menghindar pada parastesia dan neuralgia pasca operasi tetapi juga
untuk menghindar dari penonjolan pasca operasi akibat dari
kelumpuhan sebagian otot-otot yang terlibat.42
Tutup insisi secara otomatis. Pastikan agar tidak terjebak dengan
nervus intercostalis yang lebih rendah
Hindari nervus phrenicus pada saat diafragma dibuka
Anestesi parsial akan berkembang hingga di daerah gluteal (sekitar 20
x 10 cm) dengan transeksi dari nervus T12
e. Pembedahan Pada Ginjal
Pembedahan pada ginjal meliputi :
Nephrotomi
Nephrostomi
Reseksi segmental (nephrektomi parsial)
Nephrektomi parsial pada pediatric
Nephrektomi sederhana
Nephrektomi radikal (kanan dan kiri)
Calicorrhaphy
Calicoplasty
Operasi untuk trauma
Transplantasi ginjal
Hanya terdapat enam prosedur pembedahan yang paling sering dilakukan
yang akan dibahas pada bab ini. Ahli bedah harus melakukan insisi yang
benar untuk prosedur yang akan mereka lakukan dan mereka harus familiar
dengan semua pendekatan termasuk transperitoneal dan retroperitoneal (Tabel
23-4). Sementara ahli bedah yang melakukan insisi dianjurkan untuk mencari
cara yang paling aman dan nyaman menurut mereka, ahli patologi ginjal dan
ureter akan menentukan pendekatan yang paling rasional untuk menghindari
14
terjadinya komplikasi anatomi. Sebuah insisi buruk yang dipilih dapat
menyebabkan suatu kerusakan yang parah.
Ahli bedah juga harus sangat familiar terhadap struktur dinding perut bagian
depan (Gambar 23-33, 23-34, dan 23-35) dan dinding perut bagian belakang
(Gambar 23-36, 23-37, 23-38, 23-39, dan 23-40), termasuk struktur
diafragma, pelvis, dan urogenital.
f. Pendekatan Bedah Untuk Ginjal dan Ureter Melalui Dinding
Posterolateral
Terdapat banyak pendekatan bedah pada ginjal dan ureter. Tentu saja,
pengetahuan tentang anatomi dinding perut bagian posterior, lateral, dan
anterior sangat penting. Di sini akan dibahas kembali mengenai anatomi
dinding abdominal posterolateral.
Untuk tujuan deskriptif, otot-otot dinding posterolateral dapat dibagi menjadi
empat lapisan yaitu : luar, tengah, dalam, dan paling dalam.
Lapisan luar (Gambar 23-41A & B)
Musukulus latissimus dorsi
Muskulus oblikus ekternal (bagian posterior)
Muskulus serratur posteroinferior
Muskulus intercostalis eksternal
Lamina posterior pada fascia thorakolumbal
Lapisan tengah (Gambar 23-42) terdiri dari :
Muskulus sacrospinalis
Muskulus oblikus internal
Muskulus intercostalis internal
Lamina medialis pada fascia thorakolumbal
Lapisan dalam (Gambar 23-43, 23-44) terdiri dari :
Muskulus quadratus lumborum
15
Muskulus psoas mayor dan minor
Muskulus subintercostalis
Muskulus transverses abdominis (parsial)
Lapisan paling dalam (Gambar 23-45, 23-46, 23-47) terdiri dari :
Muskulus psoas mayor
Muskulus psoas minor
Diafragma
Perlu diingat bahwa :
Jika Anda memutuskan untuk melakukan reseksi costa XI dan XII dnegan
menggunakan insisi subperiosteal. Dorong alat instrumen periosteal ke arah
umbilikus di bagian atas tulang rusuk (costa), dorong ke atas dan turun
kebagian belakang bawah pada tulang rusuk. Ingat kalimat ini “maju ke atas,
mundur ke bawah”45.
Suatu pendekatan transperitoneal anterior ke pedikel ginjal memiliki hasil
yang sangat baik. Sedangkan pendekatan transperitoneal posterior memiliki
hasil yang terbatas.
Perlu diingat bahwa :
Fascia lumbal memliki tiga lapisan (Gambar 23-45), yaitu belakang, tengah,
dan depan. Lapisan depan mencakup muskulus sacrospinalis yang merupakan
lapisan yang paling superfisial. Lapisan tengah berada diantara muskulus
sacrospinalis dan muskulus kuadratus lumborum. Lapisan depan mencakup
musukulus sacrospinalis dan muskulus kuadratus lumborum. Ketiga lapisan
ini bersatu di margo lateral pada muskulus kuadratus lumborum dan musculus
sacrospinalis. Insisi pada fascia yang berada diantara muskulus latissimus
dorsi dan muskulus sacrospinalis serta antara muskulus oblikus internal dan
muskulus kuadratus lumborum akan mencapai fascia transversalis dan lamina
posterior dari fascia Gerota.
16
Tumor yang paling umum dari ureter (lebih daari 90%) adalah karsinoma sel
urothelial transisional46. Pengobatan pilihanny adalah nephroureterektomi.
Namun pada pasien yang lebih tua dengan derajat keganasan yang lebih
rendah tindakan ini dimungkinkan untuk dilakukan.
g. Nephrektomi Parsial
Berikut ini adalah langkah-langkah nephrektomi parsial :
Gunakan pendekatan pada panggul (pelvis)
Lakukan pembedahan pada ginjal
Isolasi pembuluh sekitar
Tempatkan bendungan karet dan campuran air yang membentuk es,
disekitar ginjal (lasix atau mannitol juga dapat digunakan)
Klem pertama arterinya, lalu venanya. Maka ginjal akan menjadi
pucat dan teraba lunak
Insisi daerah yang terkena. Tutup sistem kolektivus dan pembuluh
segmental. Selalu gunakan benang yang mudah menyerap
Tutup defek yang ada dan lepaskan klem
Jika ada defek yang tidak dapat ditutup dengan menggunakan kapsul
ginjal, pencangkokan peritoneal atau omentum dapat digunakan
h. Nephrektomi Parsial pada Pediatri
Nephrektomi parsial pada pediatri biasanya dilakukan pada kelainan yang
berada di bagian atas ginjal yang berhubungan dengan anomal ureter ganda,
seperti yang terlihat pada ureter ektopik atau ureterokel ektopik. Sementara
beberapa ahli bedah lebih menyukai pendekatan anterior pada anak-anak,
yang lain menemukan bahwa pendekatan klaisk pada pelvis meberikan hasil
yang lebih baik dan meninggalkan bekas operasi yang kurang terlihat.
17
Jarang diperlukan teknik pendinginan pada bayi dan anak-anak. Disebabkan
karena distribusi kutub yang berbeda pada pembuluh darah, ligasi pembuluh
sebelum membagi ginjal akibat kehilangan darah, dan mengklem pembuluh
utama tidak perlu dilakukan.
Dokter bedah biasanya dapat menemukan cara sebelum membagi parenkim
ginjal dengan menggerakkan bagian atas ureter pada aspek inferior secara
langsung masuk ke dalam sinus renalis. Dengan menggunakan teknik tumpul,
parenkim yang di bedah , menjauh menuju bagian bawah ginjal. Seringkali
sejumlah kecil parenkim ginjal membutuhkan pembagian berdasarkan
kelompoknya sebelum dilakukan pembedahan.
i. Nephrektomi Sederhana
Nephrektomi sederhana ini dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan
panggul (pelvis), teknik subkapsular, atau pendekatan transperitoneal.
Diindikasikan pada penyakit yang tidak memiliki proses keganasan.
j. Nephrektomi Radikal
Nephrektomi radikal merupakan prosedur pilihan untuk suatu keganasan
ginjal. Massa ginjal yang mencurigakan dapat bermanifestasi dan atau
memiliki gambaran radiologi yang menyebabkan dokter kesulitan dalam
melakukan diagnosis. Menurut Burga dkk47, massa ginjal yang besar
ditemukan menjadi ganas pada sekitar 85% kasus. Karsinoma sel ginjal
adalah neoplasma ganas yang bersifat agresif dengan prognosis yag buruk,
sementara onkositoma ginjal memiliki karakteristik yang jinak, keduanya
membutuhkan tindakan reseksi.
Menurut definisinya, nephrektomi radikal adalah pengangkatan ginjal,
adrenal, dan bagian atas (proksimal) ureter dengan melakukan reseksi blok en
18
blok ekstrafascial. Hal ini dapat dilakukan bersama-sama dengan
pemanjangan limfadenektomi dari atas diafragma menuju bagian bawah
bifurkasio aorta atau jika perlu turun hingga ke diafragma pelvis.
Pembuluh ginjal yang utama dapat divisualisasikan secara anterior melalui
pemisahan peritoneum dari lamina anterior pada fascia Gerota dan posterior
melalui pemisahan dari lamina posterior pada fascia Gerota dari fascia
transversalis. Dengan kata lain, pembuluh ginjal yang besar akan ditemukan
dalam ruang anterior dan posterior pararenal, keduanya mungkin berisi sel-sel
ganas yang menyebar secara metastasis atau perluasan secara langsung dari
tumor tersebut. Sebuah gambaram pada nephrektomi radikal yang ditulis oleh
Droller pada tahun 1990 dalam Jurnal Urologi48 :
Double dkk49 melaporkan nephrektomi laparoskopi retroperitoneal tanpa
pembedahan atau komplikasi pasca bedah. Konversi ke operasi terbuka tidak
terjadi.
Nephrektomi radikal kanan
Berikut ini adalah langkah-langkah dalam nephrektomi radikal yang tepat :
Mobilisasi colon ascendens dan colon transverses proximal
Kocherization duodenum
Isolasi dan inspeksi vena cava inferior dan vena renalis dextra
Isolasi arteri renalis dextra
Ligasi arteri renalis dextra yang diikuti dengan ligasi vena renalis
dextra
Hati-hati dalam mengeksplorasi ruang retroperitoneal
Persiapan dan ligasi pada vena adrenal dextra, vena phrenicus
inferior, dan semua pembuluh yang ada
Limfonodus yang berada disekitar vena cafa inferior dan antara vena
cava inferior dan aorta dapat sepenuhnya direseksi atau dibiopsi
19
Perlu diingat bahwa :
Pada kebanyakan kasus, arteri renalis dextra terletak superior dan posterior
pada vena renalis dextra. Hati-hati dengan cabang ureter dan satu dari tiga
cabang glandula suprarenalis. Pelvis renalis dan ureter bagian proksimal
terletak di belakang arteri dan vena renalis dextra. Perlu diingat juga, bahwa
vaskularisasi darah dari pelvis renalis dan ureter bagian proksimal dapat
meliputi daerah dari arteri iliaka dan arteri gonadal.
Nephrektomi radikal kiri
Berikut ini adalah langkah-langkah dalam nephrektomi radikal kiri:
Identifikasi pedikel ginjal (arteri, vena, dan ureter) seperti yang
dilakukan dalam nephrektomi radikal kanan
Proteksi arteri mesenterika superior. Yang berasal (Gambar 23-7)
tepat di atas vena renalis sinistra dan melintasi vena di bagian depan.
Di bagian belakang menuju vena adalah organ aorta
Hati-hati dengan struktur pancreas yang berada dibagian distal, karena
arteri renalis sinistra memiliki hubungan posterior dan inferior yang
tidak terduga
k. Trauma Ginjal
Pendekatan untuk trauma ginjal adalah sebagai berikut :
Membuat insisi pada garis tengah (karen cedera intraperitoneal
mungkin akan terlibat)
Insisi pangkal bawah mesenterium usus kecil
Refleksikan jejunum, caecum, dan colon ascendens
Jika hematma terlihat dalam fascia Gerota, hal pertama yang harus
dilakukan seorang ahli bedah adalah mengontrol vasa renalis yang
berada disekitarnya (atau arteri renalis dextra yang berada diantara
vena cava inferior dan aorta). Jika pendekatan ginjal dilakukan secara
20
langsung dan fascia Gerota terbuka, maka dampak terjadinya
tamponade akan segera terjadi dan mengakibatkan banyak perdarahan.
l. Transplantsi Ginjal
Sebuah ringkasan mengenai penggantian organ oleh Niklason dan Langer51
menunjukkan peran yang begitu penting pada ginjal Setelah dialisis pertama
berhasil dilakukan pada pasien uremik dengan alat yang disebut “ginjal
buata” dilaporkan pada tahun 194452, ginjal menjadi struktur organ anatomi
pertama yang berhasil dalam tindakan transplantasi pada tahun 1954.
Bedah Anatomi pada Donor Ginjal
Seorang dokter bedah harus familiar tidak hanya mengenai anatomi normal
dan abnormal dari organ ginjal, tetapi juga harus paham mengenai organ
hepar, pankreas, dan jejunum. Perlu diingat bahwa 20% dari ginjal memiliki
beberapa anomali vaskular atau varian vaskular. Pollek dkk56 menemukan
sebesar 49% varian renovaskular dalam ginjal cadaver untuk ditransplantasi.
Beberapa masalah anatomi pada transplantasi ginjal berhubungan dengan
sarana yang tersedia untuk memperpanjang arteri dan vena dan apakah
beberapa pembuluh darah seharusnya diligasi atau dibiarkan saja. Kadang-
kadang, diperlukan reseksi segmen aorta dan vena cava inferior untuk
melindungi vaskularisasi ginjal dengan baik.
Perhatian khusus mengenai vaskularisasi harus diberikan pada ureter bagian
proksimal yang mana sangat erat kaitannya dengan suplai darah dari pelvis
renalis. Kami setuju dengan Hinman57 bahwa mutlak tidak diperlukan
tindakan pembedahan pada pelvis renalis dengan hilus renalis dan segmen
ureter yang pendek mungkin diperlukan bersama dengan semua corpus
adiposum perirenal dan periureteric di sekitarnya.
21
Sebuah studi oleh Sasaki dkk58 dalam teknik laparoskopi melakukan
nephrektomi donor hidup, menyimpulkan bahwa seharusnya ada pelatihan
bedah dan pemilihan pasien dalam melakukan tranplantasi ginjal demi hasil
kualitas ginjal yang baik.
Prosedur Nephrektomi pada Mayat (cadaver)
Sisi kanan
Insisi pada refleksi peritoneal di saluran paracolic dextra
Elevasikan dan refleksikan coli dextra bagian medial (caecum, colon
ascendens, flexura hepar)
Kocherize duodenum dan refleksikan secara medial
Hati-hati dalam menggerakkan vena cava inferior
Hati-hati membersihkan aorta
Cari ureter bagian medial yang menuju pembuluh gonad dextra
Hati-hati dengan vena gonad dextra
Lamina anterior pada fascia Gerota tidak berkembang dengan baik
Jangan merangkakan ureter, tapi sisakan 2 cm dari jaringan disekitar
organnya untuk menyuplai darah
Tidak menggerakkan segmen ureter dari pelvis renalis ke bagian
bawah ginjal
Bagi ureter dekat dengan kandung kemih
Hapus enbloc pada kedua ginjal. Termasuk lamina posterior dari
fascia Gerota dengan memisahkannya dari fascia transversalis
Sisi kiri
Seperti di sisi kanan, menggerakkan dan merefleksikan bagian medial
kolon sinistra (colon transverses, flexura splenikus, kolon descendens,
kolon sigmoid) dan mesocolon
Hati-hati dengan vena mesenterika inferior
22
Hai-hati dalam menggerakkan lien dan ujung pankreas. Pengetahuan
yang baik mengenai ligami pada lien sangat penting.
Ingat bahwa peritoneum yang mengikut pada ureter
Membuka diafragma untuk melihat aorta dengan baik dan cabang-
cabangnya seperti arteri phrenikus inferior
Melindungi jaringan periuteri seperti di sebelah kanandan membagi
dekat ureter ke kandung kemih
m. Nephrektomi Laparoskopi
Nephrektomi laparoskopi adalah pendekatan inovatif terbaru dimana ginjal
dapat dihilangkan dengan cara maserasi atau dibantu dengan teknik
laparoskopi. Untuk informasi yang lebih lanjut, dapat membaca artikel dari
Clayman dkk59, McDougall dkk 60, Doehn dkk61, Sasaki dkk62, Shalhav dkk63,
Yao dan Poppas64, dan Fabrizio dkk65
n. Komplikasi Anatomi pada Pembedahan Ginjal
Komplikasi anatomi yang dapat ditimbulkan dari pembedahan ginjal adalah
sebagai berikut :
Cedera diafragma
Pneumothoraks sekunder akibat cedera diafragma, pleura, dan cedera
lobus bawah paru
Perdarahan sekunder akibat cedera adrenal
Perdarahan sekunder akibat cedera lien
Pankreatitis dan perdarahan sekunder akibat cedera pankreas
Perdarahan dan bocor kandung empedu sekunder akibat cedera hepar
Peritonitis sekunder akibat cedera duodenum
Peritonitis sekunder akibat cedera colon
Insufisiensi adrenal (operasi bilateral
Cedera Diafragma.
23
Cedera diafragma dengan atau tanpa keterlibatan pleura adalah kasus yang
sangat jarang terjadi. Cedera dapat terjadi karena terkadang lamina posterior
dari fascia Gerota terfiksasi sangat kuat dengan diafragma, Robekan yang
kuat pada diafragma dapat terjadi ketika adanya ketegangan pada lamina ini.
Pneumothoraks Sekunder Akibat Cedera Diafragma, Pleura, Lobus Bawah
Paru.
Setiap insisi pada pelvis dengan atau tanpa reseksi costa dapat
menyebabkan pneumothoraks.
Hubungan dengan costa XII yang melintang secara transversal harus
selalu diingat.
Jika pleura dibuka diruang operasi, harus ditutup dengan
menggunakan jahitan 3-0 yang mudah menyerap
Sebuah kateter Robinson seharusnya dapat digunakan jika diperlukan
dan jika terdapat aspirasi udara sebelumnya yang tidak berhasil
dievakuasi. Sebagai alternatif chest tube dapat dilakukan.
Perdarahan sekunder akibat cedera adrenal
Pencegahan cedera yang paling sering terjadi ini sangat penting diketahui.
Kelenjar adrenal adalah organ yang sangat rapuh dengan vaskularisasi yang
sangat kaya. Perdarahan vena adalah hasil dari cedera pada parenkim adrenal
atau drainase vena, khususnya bagian kanan. Jika terjadi cedera pada vena
adrenal, gunakan jahitan 5-0 secara kontinu untuk menutup defeknya. Untuk
cedera parenkim tersebut, jahitan yang diserap terus menerus dapat digunakan
atau adrenal in situ, adrenalektomi parsial atau adrenalektomi total dapat
dipertimbangkan
Perdarahan sekunder akibat cedera lien
Komplikasi ini dapat dicegah dengan menggerakkan secara hati-hati lien yang
ikut terlibat dalam pembedahan. Pengetahuan yang baik mengenai ligament
lien akan sangat membantu. Lakukan konservatif dan selamatkan liennya
sehingga dapat dicegah terjadinya infeksi postsplenektomi. Bahkan dengan
24
laserasi yang berat yang berusaha untu tidak dilakukan splenektomi, jika
memungkinkan, dapat dilakukan splenektomi segmen secara parsia dengan
menggunakan bedah Avitene (lihat bab mengenai lien)
Pankreatitis dan perdarahan sekunder akibat cedera pankreas
Cedera pankreas dapat menyebabkan perdarahan dan pancreatitis. Paling
sering terjadi selama operasi ginjal kiri akibat elevasi bagian distal pankreas.
Manuver Kocher untuk mobilisasi duodenum dan caput pankreas bisa
menyebabkan cedera pankreas namun hal ini jarang terjadi. Jika cedera
pankreas diduga terjadi, penggunaan Jackson-Pratt penting dilakukan dengan
tetap melakukan follow-up serum amylase dan foto radiologi. Jika laserasi
pankreas terjadi di kamar operasi, makan tutup parenkim pankreas dengan
menggunakan jahitan 4-0 dan drainase Jackson-Pratt. Somastatsin mungkin
berguna.
Perdarahan dan bocor kandung empedu sekunder akibat cedera hepar
Mencegah cedera hepar dengan melakukan pembedahan secara hati-hati.
Laserasi apakah dangkal atau dalam, harus diperbaik dengan menggunakan
jahitan 3-0 secara interuptus. Jika laserasi yang terjadi berat, maka dapat
dilakukan drainase J-P. Perdarahan yang berat harus dilakukan ligasi
pembuluh yang sesuai.
Peritonitis sekunder akibat cedera duodenum
Tutup laserasi dalam dua lapisan dengan menggunakan benang nonabsorbel
jahitan 4-0. Tutup dengan sepotong omentum. Jika laserasi panjang dan
penutupan tidak memuaskan, duodenostomi akan sangat membantu dengan
menggunakan T-tabung atau kateter Foley. Dimungkinkan untuk mengontrol
hematoma akibat tekanan, terkadang hematoma harus dibuka dan perdarahan
yang timbul harus diisolasi dan diligasi. Jika viskus perforasi ddiagnosis
setelah pasien meninggalkan kamar operasi, maka laparotomi eksplorasi
harus segera dikoreksi.
Peritonitis sekunder akibat cedera colon
25
Perbaikan usus yang cedera dalam dua lapisan dilakukan dengan jahitan non
absorbel 4-0. Cedera dan terbukanya mesenterium seharusnya diperbaiki
untuk menghindari terjadinya herniasi internal.
Insufisiensi adrenal (operasi bilateral
Insufisiensi adrenal akut dan krisis Addison akutdapat terjadi pada pasien
bedah dalam tiga situasi yaitu mengkonsumsi kortikosteroid preoperatif,
perdarahan adrenal bilateral saal pemberian antikoagulan, dan mengikuti
seluruh pengangkatan jaingan fungsi kelenjar adrenal. Insufisiensi adrenal
kronis ditandai dengan hipoglikemik, hiponatremi, hiperkalemi, hipotensi,
kelelahan, hiperpigmentasi, kelemahan, mual, muntah, dan nyeri perut. Krisis
Addison akut ditandai dengan hipotensi dan demam, dan jika tidak segera
diobati dengan kortikosteroid akan mengakibatkan kematian.
II. Anatomi Bedah pada Ureter
Ureter kanan dan kiri merupakan saluran otot terletak retroperitoneal yang
memiliki panjang 25 cm hingga 34 cm, bagian atas setengah dari abdominal dan
setengah lebih rendah dibawah pelvis.
a. Bagian Abdominal
Setiap ureter awalnya berjalan dari pelvis renalis dekat dengan hilus renalis,
ke bagian posterior vasa renalis. Dikelilingi oleh corpus adiposm perirenal.
Pada jalur bagian bawah, berhubungan dengan ujung prosessus transverses
pada vertebra lumbal dan muskulus psoas mayor (Gambar 23-48). Ureter
menyilang dengan nervus genitofemoral, melewati pembuluh gonad bagian
bawah, dan melewati arteri iliaca communis atau arteri iliaca eksternal.
Observasi Abdominal pada Ureter
Ureter kanan dilapisi oleh duodenum pars descendens
Ureter kiri mengikut dengan mesocolon
Ureter kiri sangat dekat dengan arteri mesenterika inferior, melewati
bagian bawahnya
26
Bagian abdominal pada ureter bergabung dengan peritoneum
Abdominal pada ureter sama pada pria dan wanita
Penanda anatomi pada ureter kiri adalah fossa intersigmoid (Gambar
23-49). Ureter tersebut berjalan melewati belakang fossa dan colon
sigmoid pada apex Greek lambda
b. Bagian Pelvis
Bagian pelvisdimulai setelah ureter berakhir melewati bagian depan arteri
iliaka internal dan struktur bagian depannya. Ureter pelvis tidak berhubungan
dengan peritoneum karena ia meninggalkan dinding lateral pelvis setinggi
spina ischiadika. Ia mengikuti jalur medial menuju kandung kemih, di dasar
dan posterior ligament yang luas. Di daerah ini, ureter berjalan melewati arteri
uterine 1 cm atau mungkin sedikit lebih dari serviks uterine
Observasi Pelvis pada Ureter
Untuk kedua pria dan wanita :
Ureter berjalan menyilang secara anterior oleh penghilangan arteri
umbilicus
Di sebelah kiri, ureter terletak dibelakang arteri sigmoid
Perlu diingat bahwa, ureter di bagian abdominal atas harus digerakkan
secara lateral dan ureter pelvis secara medial. Pada segmen tengah,
diseksi jaringan periuteric seharusnya dihindari
Pada pria
Ductus deferens melintasi ureter bagian depan (Gambar 23-50)
Ureter memasuki kandung kemih tepat di apex dari vesicular
seminalis (Gambar 23-51)
Pada wanita
Arteri uterina melintasi ureter bagian depan sekitar 1-4 cm lateral ke
serviks
27
Sebelum memasuki kandung kemih, ureter melewati 1 cm diatas
fornix lateral pada vagina dekat dengan dinding anterior dan sekitar 1-
4 cm lateral dari serviks (Gambar 23-52)
Ureter pelvis sangat rentan dibagian depan ke bifurkasio pada arteri
iliaca communis
Pelvis ureter melintasi pembuluh pada ovarium dan nervus posterior
Barksdale dkk68 melaporkan bahwa posisi ureter pada pelvis wanita relatif
untuk beberapa petanda anatomi (Gambar 23-53). Jarak tersebut disajikan
dalam tabel 23-5. Pada jarak vertical, diukur dari ureter ke dinding pelvis di
tiga titik yaitu : ditingkat spina iskiadika, canalis obturator, dan insersi pada
arkus tendineus.
c. Pendekatan Bedah
Segmen Atas Ureter
Segmen atas ureter termasuk ureteropelvic junction dapat dilakukan
pendekatan dengan insisi pada pelvis atau lumbal dorsal
Segmen Tengah Ureter
Pendekatan transperitoneal melalui insisi garis tengah atau paramedian akan
terbuka tidak hanya pada segmen tengah tetapi juga pada segmen atas dan
bawah. Suatu pendekatan ekstraperitonealyang disebut dengan insisi Gibson
sangat baik dilakukan untuk segmen tengah ureter
Segmen Bawah Ureter
Segmen bawah ureter lebih rendah dapat terbuka dengan beberapa insisi
termasuk :
Garis tengah bagian bawah depan
Insisi Gibson
Insisi Pfannenstiel
Insisi Pfannesnstiel melintang dibuat secara horisontal tepat di atas pubis.
Selubung dari rektus anterior dan linea alba yang ditranseksi dan direfleksikan
28
di atas 8 hingga 10 cm. Muskulus rectus terretraksi secara lateral dan fascia
transversalis dan peritoneum dapatt terpotong pada agris tengah. Nervus
iliohipgastrik harus diidentifikasi dan diproteksi (Gambar 23-60).
d. Rekonstruksi Ureter
Franke dan Smith75 melporkan bahwa jenis rekonstruksi ureter dipilih
berdasarkan pada panjang defek ureter dan patologi uereter (Tabel 23-6)
e. Komplikasi Anatomi dari Pembedahan Ureter
Dokter bedah umum, ginekologi, urologi, dan ahli bedah vascular terlibat
dalam pembedahan ini akibat cedera ureter selama kolektomi, histerktomi, dan
prosedur transperitoneal dan prosedur pembuluh darah.
Komplikasi anatomi akibat cedera ureter yang dapat ditimbulkan meliputi:
Perdarahan
Ligasi
Laserasi
Stenosis
Fistula
Perlu penanganan secara hati-hati karena dinding ureter dapat terganggu
dengan mudah. Perdarahan dari dinding ureter dapat dicegah dengan
pergerakan secara hati-hati. Jika perdarah terjadi, hindari menggunakan klem
atau ligasi, tetapi menggunakan tekanan dengan tangkai spons. Jika
perdarahan berlanjut terus menerus, gunakan klem mosquito dan ligasi secara
hari-hati, gunakan jarum non absorbel. Sisipkan stent ureter oleh ureterotomi
atau sistostomi sangat penting dalam hal ini.
Laserasi pada ureter seringkali dengan mudah dapat dikenali di kamar operasi,
baik dengan mengidentifikasi lumen, atau dengan kebocoran urin ataupun
keduanya. Ligasi tanpa laserasi tidak dianjurkan dalam kamar operasi pada
29
kasus ini, karena akan menjadi masalah pasca operasi. Laserasi di ruang
operasi harus segera di koreksi dengan ureteroureterostomi menggunakan
teknik yang dianggap familiar oleh ahli bedah yang akan mengerjakannya.
Wharton67 menyusun beberapa kesalahan yang umumnya terjadi selama
operasi ureter :
Kegagalan dalam mengetahui posisi yang tepat dari ureter selama
pembedahan atau penempatan klem dan penjahitan tanpa mengetahui
posisi ureter
Kegagalan dalam mengenali cedera ureter sesegera mungkin, salah
mengevaluasi, dan salah memperbaiki cedera yang ada
Kegagalan dalam mengenali cedera saluran kemih setelah dilakukan
pembedahan
Kegagalan dalam melakukan anastomosa ureteroureteric atau
ureterovesical tanpa tegangan pada garis yang dijahit
Kegagalan dalam melindungi ginjal dari kerusakan ketika ureter
mengalmai cedera
Mengoreksi ceedera saluran kemih pada waktu yang tidak tepat
Pemilihan prosedur yang salah dalam memperbaikin cedera ureter
dalam
Chapter 24. Kandung Kemih
I. Anatomi Bedah pada Kandung Kemih
30
a. Topografi
Usia dan jenis kelamin pada individu serta jumlah produksi urin berperan
dalam posisi, hubungan, bentuk, otot yang menyusun, garis tengah panggul,
dan ukuran rongga kandung kemih ini.
Usia
Kandung kemih saat baru lahir berada di daerah ekstraperitoneal pada
abdominal bagian bawah. Sekitar usia 5-6 tahun, kandung kemih secara
bertahap turun ke daerah panggul (pelvis) minor yang benar, posisi antara
pubis dan vagina bagian depan (pada wanita) atau rectum (pada pria) bagian
belakang.
Pengosongan dan Penyimpanan Kandung Kemih
Kapasitas normal kandung kemih orang dewasa adalah sekitar 300 ml hingga
500 ml, meskipun biasanya dapat menampung sekitar 250 ml hingga 300 ml
sebelum berkemih. Pada pria normal dapat menampung 100-150 ml. Akan
terjadi distensi yang tidak nyaman ketika volume tersebut meningkat
mencapai 350 ml hingga 400 ml. Dengan kapasitas maksimum yang
mendekati, maka proses miksi secara spontan dapat terjadi. Sedangkan pada
wanita, volume tersebut jauh lebih sedikit karena ukuran yang lebih kecil dari
kandung kemih pria serta juga perbedaan anatomi pada sistem urinnya. Pada
bayi dan anak-anak, kapasitas kandung kemih dalam ons dapat dihitung
dengan menambahkan nomor 2 dengan usia.
Kandung kemih yang kosong (Gambar 24-3) yang berada dalam pelvis, tetapi
kandung kemih ini jika penuh akan meluas hingga ke daerah periumbilikalis.
b. Hubungannya Terhadap Organ di Sekitarnya
Terdapat empat permukaan, empat duktus (saluran), dan empat sudut
(Gambar 24-4).
Permukaan
Satu bagian superior
31
Dua bagian inferolateral
Satu bagian inferposterior
Duktus (salurannya)
Dua ureter
Satu urakus
Satu ureter
Sudut
Sudut anterior (apex) yang berhubungan dengan urakus
Sudut posterolateral yang berhubungan dengan kedua ureter
Sudut inferior berhubungan dengan uretra
c. Pembedahan pada Kandung Kemih
Indikasi :
Banyak kondisi dan masalah pada kandung kemih memerlukan operasi dan
pengobatan lainnya. Kami menyajikan beberapa :
Pembedahan untuk Extrophy Kandung Kemih
Kasat dan Borwankar39 disajikan sebelas faktor penting bagi penutupan
primer telah berhasil di presentasikan dengan melakukan extrophy
rekonstruksi. :
Persiapan pemilihan pasien
Pendekatan secara bertahap
Perkiraan pubis anteriordengan penempatan kandung kemig dan ureter
pada pelvis dengan benar
Posterior osteotromis iliaki bilateral dalam semua kasus ditunjukkan
Berlapis ganda dalam penutupan kandung kemih
Setiap dua minggu drainase kateter yang tepat pada ureter
Pencegahan infeksi
Pergerakkan pada daerah pemanjangan dan pasca operasi
Pengobatan pada prolaps kandung kemih
32
Pencegahan distensi abdomen pasca operasi
Mengesampingka obstruksi kandung kemih sebelum pelepasan kateter
urin
Wanita dengan ekstorpi atau epispadia menunjukkan adanya perpindahan dari
kandung kemih, uretra, dan vagina dengan berkurangnya perkembangan orot
dasar panggul. Kropp dan Cheng40 merekomendasikan mobilisasi kompleks
pada sistem urogenital ke posisi anatomi normal
d. Cedera Kandung Kemih
Perforasi kecil retroperitoneal dari kandung kemih biasanya semubuh
hanya dengan drainase Kateter Foley secara kontinu. Namun, cedera
retroperitoneal yang besar yang meliputi kubah kandung kemih sehingga
bocor ke cavum peritoneal perlu pembedahan dan drainase ekstravesikal.
Sistogram harus dilakukan sebelum pelepasan kateter Foley kecuali
ekstravasasi kemih yang persisten.
Tidak terdapatnya cairan pelvis pada CT scan mengindikasikan bahwa
tidak mungkin ada ruptur kandung kemih, namun Pao dkk41 mengingatkan
bahwa opasitias kandung kemih bisa ada pada daerah yang cedera
meskipun tidak ada bahan kontras yang ektravasasi.
e. Fistula Kandung Kemih
Fistel kandung kemih dari jenis berikut dapat berupa : enteric, colon,
vagina, uteralm dan kulit. Semua munkin terjadi akibat dari proses
inflamasi atau neoplastik, traumatic, dan iatrogenic
Fistel kandung kemih iatrognik dan trauma dapat segera diperbaiki atau
ditunda selama 4 hingga 6 bulan untuk memungkinkan resolusi
peradangan dan edema. Ketika perbaikan dilakukan, struktur yang terlibat
didalamnya dan sebuah lingkaran kecil yang melingkari jaringan normal
33
harus di reseksi. Kandung kemih harus ditutup ditindihkan dengan lapisan
dengan jahitan yang mudah menyerap. Jika memungkinkan, omentum
menengahi antara perbaikan fistel dan struktur di dalamnya. Drainase
ekstra cesikal yang kontinu dan kateter Foley harus dilakukan.
f. Lithiasis
Kalkuli kandung kemih dapat ditangani dengan melakukan sistotomu
terbuka dan penghancuran batu melalu pendekatan endoskopi. Jika teakhir
digunakan, seorang ahli bedah dapat menggunakan litotrit manual untuk
menghancurkan batu menjadi fragmen-fragmen kecil atau suatu
elektrohdrolik, laser, atau litotriptor ultrasonik.
g. Prosedur
Tiga prosedur bedah yang paling penting pada kandung kemih yaitu
sistoskopi, kistektomi parsial, dan kistektomi radikal. Dua terakhir adalah
metode yang digunakan pada kasus keganasan.
h. Sistoskopi
Evaluasi endoskopi kandung kemih dapat dilakukan dengan sistoskop
rigid atau fleksibel. Sistoskopi rigid memiliki keuntungan dari gambar
lebih jelas. Namun sistoskop fleksibel jauh lebih nyaman terutama pada
pria dan memungkinkan visualisasi yang lebih baik.
i. Kistektomi Parsial
Tumor kandung kemih kebanyak direseksi transurethral menggunakan
resektoskop. Indikasi kistektomi parsial adalah untuk tumor superfisial
34
yang terlalu besar untuk yang berada dalam divertikulum kandung kemih.
Jika kistektomi parial sedang dilakukan pada tumor invasive, harus
terletak pada kubah sehingga 1 cm margin jaringan normal dapat di
reseksi secara mengelilingi dan sisanya dari kandung kemih harus bebas
dari tumor lainnya Biasanya kistektomi parsial dapat dilakukan dengan
menggunakan pendekatan retroperitoneal. Kandung kemih harus
dimasukkan pada sebuah situs beberapa sentimeter dari tumor. Spesimen
bedah dipotong harus diberi label dan dikirim untuk dianalisis secara
histologist. Kandung kemih lalu ditutup dengan jahitan yang mudah
menyerap. Drainase ekstravesikal yang koontinu dan kateter Foley tetap
diperlukan
j. Kistektomi Radikal
Kistektomi radikal primer dianggap sebagai standar untuk perawatan
terbatas pada organ kandung kemih. Leissner dan Colleagues45
merekomendasikan limfadenektomi ekstensif sebagai prosedur berpotensi
secara kuratif untuk tumor kandung kemih yang invasif.
Pada laki-laki, prosedur yang digunakan adalah sistoprostatektomi dalam
hubungannya dengan diversi urin. Pengangkatan prostat secara
keseluruhan mencegah penyakit sisa pada pasien resiko tinggi untuk
keganasan.46 Pada wanita, prosedur ini dapat dilakukan (histerektomi dan
pengangkatan saluran ovarium) bersama dengan diversi urin.
k. Bedah Laparoskopi
Denewer dkk49 melaporkan hasil yang menggembirakan dengan
menggunakan laparoskopi dibantu kistektimi dan limfadenektomi untuk
mengobati 10 pasien dengan ca buli-buli. Mereka menekankan,
35
bagaimanapun bahwa teknik ini membutuhkan modifikasi lebih lanjut dan
perbaikan.
Insisi
Sebuah insisi pada garis tengah atau insisi Pfannenstiel sangat baik untuk
operasi kandung kemih.
Insisi anterior abdominal bawah terdapat 3 jenis :
Garis tengah lebih rendah
Lateral rendah
Transversus rendah (Pfannenstiel)
Insisi di atas memungkinkan ahli bedah memiliki beberapa pilihan :
Masuk dan mengekplorasikan cavum peritoneal
Setelah mengangkat peritoneum, eksplorasi ruang retroperitoneal,
bersama-sama dengan jaringan penyambung vesikoumbilikalis
tipis atau tebal
l. Komplikasi Anatomi Kistektomi Radikal
Komplikasi anatomi yang dibahas adalah hanya pada kistektomi radikal.
Lieber51 dalam buku Smith dan Ehrlich serta sumber lainnya. Dalam
kebanyakan kasus, bedah urologi adalah operasi pada pasien yang usia
tua. Berikut komplikasi anatmoi yang dapat ditimbulkan dari kistektomi
radikal :
Perdarahan asal arteri dan vena
Cedera saraf
Cedera rektal
Impotensi
Inkontinensia urin
Komplikasi vaginal cuff
Komplikasi diversi urin
36
Wound dehiscence
Perdarahan asal arteri dan vena
Arteri iliaka communis, arteri iliaka eksternal dan internal serta
percabangannya dan ven yang berhubungan beperan terhadap perdarahan
yang terjadi pada kistektomi radikal. Gambaran yang jelas dari pembuluh
dara utama membantu prosedur ligasi pada pembuluh darah kecil menuju
kandung kemih. Iliaka internal dapat tersumbat sementara atau diligasi
permanen jika suplai pembuluh darah ke daerah gluteal aman (Gambar
24-19)
Ligasi bilateral dari arteri iliaka internal yang meliputi delapan jalur
utama sirkulasi kolateral, sebagai berikut :
Arteri uterine dengan arteri ovarium dari aorta
Arteri rectal bagian tengah dengan arteri rektalis superior dari
mesenterika inferior
Arteri obturator dengan epigastrika inferior dari iliaka eksternal
Glutealis inferior dengan cabang sirkumflexa dan perforantes dari
femoralis yang mendalam
Iliolumbar dengan cabang lumbal dari aorta
Sacral lateral dengan tengah sacral dari aorta
Anastomosa antara pembuluh dari dinding kemih dan perut
Anastomosa antara arteri pudenda internal dan eksternal.
Cedera saraf
Biasanya ahli bedah menghindari dinding pelvis lateral, obturator adalah
satu satunya saraf yang hanya terbuka kecuali jika ada cedera, bahkan
kemudian ia terluka hanya pada kesempatan yang sangat langkah. Saraf
ini dapat diraba dengan menggunakan jari telunjuk ke dalam ruang retro
pubis bawah bagian lateral pubis (Gambar 24-20, 24-21)
37
Cedera Rektum
Untuk menghindari dari terjadinya cedera rektum, pembedahan dilakukan
jauh dari dinding retum. Ini bukan menjadi suatu pilihan jika pasien
sebelumnya pernah terpapar radiasi sebelumnya karena radiasi seringkali
menyebabkan fiksasi berat pada buli-buli dan rektum. Oleh karena itu,
persiapan sebelumnya diperlukan seperti pemberian barium enema dan
antibiotik. Jika terjadi laserasi di ruang operasi, penutupan dapat
dilakukan cukup dengan dua hingga tiga jahitan non absorban secara
interuptus. Terkadang, kolostomi sigmoid dapat dilakukan sebagai pilihan
lain.
Impotensi
Untuk mencegah impotensi setelah sistektomi radikal, maka seorang ahli
bedah harus menjaga pleksus otonomnya di dinding pelvisagar tetap dekat
dengan vesikula seminalis. Walsh dkk53 mengembangkan teknik nerve-
sparing. Mereka mampu mencegah terjadinya cedera inervasi pada corpus
penis dengan menempatkan lingkaran neurovaskular diantara fascia pelvis
dan fascia Denonvillers (Gambar 24-22, 24-23, 24-24, dan 24-25). Secara
klinis, lingkaran neurovascular terletak di dalam selaput fascia endopelvic
berdekatan dengan aspek posterolateral dari kelenjar prostat bilateral.
Inkontinensia Urin
Pada pria, sfinkter eksternal mengelilingi uretra pars membranosa
(Gambar 24-26). Untuk menghindari terjadinya inkontinensia setelah
prosedur prostatosistektomi radikal dilakukan dengan menyisakan
spinkternya. Pada wanita, sfinkter eksternal terletak pada segmen
miduretral, dimana berbentuk tapal kuda yang tersusun dari otot-otot
lurik, uretra kompresor, saling berkesinambungan antara otot uretra dan
38
sfingter uretrovaginalis (Gambar 24-27). Komplikasi dari inkontinensia
yang diperoleh dari tindakan sistektomi radikal tergantung dari prosedur
yang dilakukan pada uretra pars membranosa.
Komplikasi Vaginal Cuff
Ketika kandung kemih, uretra, dan dinding anterior vagina dihilangkan,
penutupan yang baik dari adanya defek tersebut dapat menghindari
kebocoran isi peritoneal dan kemungkinan sekunder dari terbentuknya
fistula jejunum. Saran dari Lieber51 adalah untuk menutup dinding vagina
anterior distal atau longitudinal, atau memisahkan dinding vagina
posterior dari rectum, membawanya kea rah anteroposteriro untuk
menutup defek yang ada. Diperlukan jahitan yang mudah menyerap.
Vaginal cuff di jahit untuk mencegah terjadinya hernia, namun tidak
dibuat dalam keadaan kedap air sehingga memungkinkan dilakukan
drainase cairan seperti urin
Diversi Urin
Sebuah loop usus dari jejunum atau colon dapat digunakan untuk
pembentukan neobladder. Oleh karena itu, seorang ahli bedah harus
berhati-hati dalam membuat kantong agar suplai darah dan anastomosis
ureteroenterik sempurna. Hindari terjadinya kinking ureter dan memutar
dari usus yang dapat menyebabkan obstruksi usus atau kebocoran usus.
39