chapter ii
TRANSCRIPT
BAB 2 Tinjauan Pustaka.
2.1. Karet Alam (KA).
Karet adalah polimer hidrokarbon yang terbentuk dari emulsi kesusuan
(dikenal sebagai latex) yang diperoleh dari getah beberapa jenis tumbuhan
karet tetapi dapat juga diproduksi secara sintetis .Sumber utama dari latex yang
di gunakan untuk menciptakan karet adalah pohon karet Hevea brasiliensis
(Euphorbiaceae). Ini dapat dilakukan dengan cara melukai kulit pohon
sehingga pohon akan memberikan respon yang menghasilkan lebih banyak latex
lagi seperti yang dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Gambar.2.1.Karet Alam
Karet alam merupakan senyawa hidrokarbon yang mengandung atom
karbon (C) dan atom hidrogen (H) dan merupakan senyawa polimer dengan
isoprena sebagai monomernya. Rumus empiris karet alam adalah (C5 H 8)n.
Dengan perbandingan atom-atom karbon dan hidrogen adalah 5 : 8 dan n
menunjukkan banyaknya monomer dalam rantai polimer,yang berat molekul rata-
ratanya tersebar antara 10.000 – 400.000.
Karet mempunyai warna putih hingga kuning kecoklatan,ban mobil
berwarna hitam karena karbon yang berallotrop dengan karbon hitam
ditambahkan untuk memperkuat polimer.Bila sepotong vulkanisir,karet yang
berikatan silang seperti pita karet diulur kemudian dilepas maka ikatan silang itu
akan menarik rantai-rantai polimer kembali ke bentuk semula.Tanpa proses
vulkanisasi ,rantai-rantai polimer akan meluncur lepas ke satu monomer yang
lainnya.
Universitas Sumatera Utara
Karet alam adalah jenis karet pertama yang dibuat sepatu. Sesudah
penemuan proses vulkanisasi oleh Charles Goodyear yang membuat karet menjadi
tahan terhadap cuaca dan tidak larut dalam minyak, maka karet mulai digemari
sebagai bahan dasar dalam pembuatan berbagai macam alat untuk keperluan
dalam rumah ataupun pemakaian di luar rumah seperti sol sepatu dan bahkan
sepatu yang semuanya terbuat dari bahan karet.
Dalam bentuk bahan mentah, karet alam sangat disukai karena mudah
menggulung pada roll sewaktu diproses dengan open mill/penggiling terbuka dan
dapat mudah bercampur dengan berbagai bahan-bahan yang diperlukan di dalam
pembuatan kompon. Dalam bentuk kompon, karet alam sangat mudah
dilengketkan satu sama lain sehingga sangat disukai dalam pembuatan barang-
barang yang perlu dilapisi sebelum vulkanisasi dilakukan. Keunggulan daya
lengket inilah yang menyebabkan karet alam sulit disaingi oleh karet sintetik
dalam pembuatan karkas untuk ban radial ataupun dalam pembuatan sol karet
yang sepatunya diproduksi dengan cara vulkanisasi langsung.
Karet alam adalah merupakan salah satu komoditi alam Indonesia yang
sangat berlimpah .Aplikasi dari karet alam banyak digunakan dalam pembuatan
ban dan juga banyak dikembangkan sebagai pengganti karet sintetik pada material
termoplastik elastomer (TPE).Banyak juga dilakukan penelitian tentang
termoplastik vulkanisasi (TPVs) berdasarkan karet alam (KA) dan polipropilena
(PP).
Untuk menghasilkan bahan TPE yang baik (Anoma
Thitithammawong,2007), meneliti pengaruh dari berbagai jenis dan konsentrasi
peroksida pada sifat reologi, mekanik dan morfologi dari KA/ PP 60/40 TPVs .
Faktor utama yang mempengaruhi sifat-sifat TPVs adalah: ikatan silang ,suhu,
efisiensi dan jumlah relatif dari dekomposisi masing-masing peroksida, dalam
kombinasi dengan degradasi PP terhadap peroksida.DCP ( Dikumil Peroksida)
dan DTBPIB(Di(tert-butylperoxyisopropyl)benzene ) memiliki suhu silang khas
dekat dengan suhu pencampuran, memberikan efisiensi ikatan silang tinggi, dan
radikal yang sangat reaktif. Sebagian besar TPVs berdasarkan KA telah
difokuskan pada pencampuran dengan polipropilena dan polietilena . Selain KA
Universitas Sumatera Utara
baku, bentuk modifikasi dari KA juga telah banyak digunakan untuk
mempersiapkan TPVs. Ini termasuk karet alam terepoksidasi (EKA) , maleat
karet alam (MKA) dan grafting kopolimer dengan monomer vinil KA, seperti
metilmetakrilat dan stirena .( Skulrat Pichaiyut, Charoen Nakason,2008)
(Bahrudin ,2008) meneliti pembuatan TPE dari campuran karet alam dan
polipropilena dengan meningkatkan kompatibilisasi dan sifat-sifat campuran
KA/PP dengan memanipulasi parameter-parameter yang meliputi komposisi
KA,komposisi sulfur sebagai agen ikatan silang pada reaksi vulkanisasi
,modifikasi KA dengan pencangkokan gugus OH dan penambahan maleat
polipropilena (AM-g-PP) sebagai bahan kompatibiliser .Dari hasil penelitian
menunjukkan KA/PP dengan fasa KA tervulkanisasi dinamik dan termodifikasi
gugus OH bersifat tidak dapat campur .Dengan penambahan AM-g-PP dapat
menurunkan nilai energi bebas pencampuran ,namun masih tetap bernilai positif .
Penambahan (AM-g-PP) dapat meningkatkan sifat mekanik paduan KA/PP
dengan fasa KA termodifikasi gugus OH,dan pencampuran dengan internal mixer
lebih baik dibandingkan dengan menggunakan single –screw extruder .
(Yulihastiwi,2008) Meneliti bahan TPE dari campuran karet alam (KA) dan
Polipropilena.Dengan mempelajari pengaruh perlakuan awal fasa KA dengan
penambahan Potasium Permanganat (KMnO4) terhadap kompatibilitas campuran
yang ditunjukkan dari sifat mekanik ,termal dan morfologi.Selanjutnya KA yang
sudah teroksidasi dicampur dengan bahan kuratif sulfur sehingga menghasilkan
kompon KA dengan menggunakan Two Roll Mixing .Dari penelitian diperoleh
dengan penambahan KMnO4 ternyata tidak kompatibel antara KA/PP namun
dapat memudahkan proses.
(Nor Hayati Muhammad,2003).Melakukan campuran antara KA/PP dengan
memakai HVA-2 sebagai bahan kompatibiliser dan menghasilkan peningkatan
kekuatan impak (Methew dan Tinker 1986). HVA-2 kompatibiliser yang baik
dalam campuran PP dan karet alam selama proses untuk memberikan perekatan
antara muka yang lebih baik di antara fasa PP dan fasa karet alam. Pembentukan
ikatan silang dalam fasa getah juga dipengaruhi oleh HVA-2. Jadi kedua-dua
keadaan ini dapat menyebabkan kekuatan impak gabungan KA/PP meningkat.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Bucknal (1977) kekuatan impak sesuatu campuran dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti perekatan antara fasa, morfologi fasa serta kekuatan
kohesif fasa karet alam.
2.1.1. Sifat -Sifat Karet Alam.
Sifat-sifat mekanik yang baik dari karet alam menyebabkannya dapat
digunakan untuk berbagai keperluan umum seperti sol sepatu dan telapak ban
kendaraan. Pada suhu kamar, karet tidak berbentuk kristal padat dan juga tidak
berbentuk cairan. Perbedaan karet dengan benda-benda lain, tampak nyata pada
sifat karet yang lembut,fleksibel dan elastik. Sifat-sifat ini memberi kesan bahwa
karet alam adalah suatu bahan semi cairan alamiah atau suatu cairan dengan
kekentalan yang sangat tinggi namun begitu, sifat-sifat mekaniknya menyerupai
kulit binatang sehingga harus dimastikasi untuk memutus rantai molekulnya agar
menjadi lebih pendek. Proses mastikasi ini mengurangi keliatan atau viskositas
karet alam sehingga akan memudahkan proses selanjutnya saat bahan-bahan lain
ditambahkan. Banyak sifat-sifat karet alam ini yang dapat memberikan
keuntungan atau kemudahan dalam proses pengerjaan dan pemakaiannya, baik
dalam bentuk karet atau kompon maupun dalam bentuk vulkanisat.
Sifat fisik karet mentah dapat dihubungkan dengan dua komponen yaitu
viskositas dan elastisitas yang bekerja secara serentak. Viskositas diperlukan
untuk mengukur ketahanan terhadap aliran (deformasi). Terjadinya aliran pada
karet yang disebabkan oleh adanya tekanan/ gaya disebabkan oleh dua hal, yaitu:
1. Terlepasnya ikatan di dalam atau antara rantai poli isoprena seperti terlepasnya
benang-benang yang telah dirajut. Hal ini terjadi pada tekanan yang rendah
2. Terlepasnya seluruh ikatan rantai poli isoprena dan satu monomer dengan
monomer yang lain saling tindih akan membentuk kristal.
Dengan demikian komponen viskositas adalah irreversible dan dihitung sebagai
aliran dingin (cold flow) dari karet mentah, sedangkan elastisitas energi yang
diukur segera dikembalikan oleh karet setelah diberikan input energi kepadanya.
Elastisitas menunjukkan jarak diantara ujung-ujung rantai poli isoprena.
Universitas Sumatera Utara
Tabel.2.1. Komposisi Karet Alam (Surya I,2006)
No Komponen Komponen dalam Komponen dalam Latex segar (%) latex kering (%) 1 Karet Hidrokarbon 36 92-94
2 Protein 1,4 2,5-3,5
3 Karbohidrat 1,6
4 Lipida 1,6 2,5-3,2
5 Persenyawaan Organik Lain 0,4
6 Persenyawaan Anorganik 0,5 0,1-0,5
7 Air 58,5 0,3-1,0
2.1.2.Kompon Karet.
Dalam bentuk kompon, karet alam sangat mudah dilengketkan satu sama
lain sehingga sangat disukai. Kompon karet dapat dibuat sesuai dengan formulasi
yang dibutuhkan ,seperti kompon untuk karet vulkanisir ,kompon karet silikon
dengan berbagai pilihan warna,ataupun kompon yang dikerjakan sesuai dengan
kriteria akhir yang dibutuhkan .
(a) (b) (c)
Gambar.2.2.Beberapa Jenis Kompon Karet.
a. Karet kompon b. Kompon karet vulkanisir c. Kompon karet silikon
Pembuatan dan pembentukan kompon karet merupakan tahap awal dari
produksi barang jadi karet. Pembuatan kompon dilakukan dengan cara
pencampuran karet dengan bahan kimia sesuai dengan formulasi yang dibutuhkan
Universitas Sumatera Utara
di dalam mesin pencampur dan pembentukan dilakukan di dalam mesin
pembentuk setelah terlebih dahulu dilunakkan. Mesin two roll mill mampu
menghasilkan kompon yang homogen dengan cara memasukkan dan
mendispersikan bahan-bahan pencampur kedalam karet sehingga mudah diolah .
Mesin pembentuk mampu melunakkan kompon dengan cara menggesek dan
memanaskannya di dalam silinder dan lalu dibentuk dalam cetakan . Dalam proses
pencampuran dan pembentukkan kompon diperlukan gaya geser yang cukup
besar untuk melunakkan bahan dan ditambah lagi dengan energi panas .
2.1.3.Bahan Tambahan.
Untuk membuat barang-barang plastik dan karet agar mempunyai sifat-
sifat seperti yang dikehendaki, maka dalam proses pembuatannya selain bahan
baku utama diperlukan juga bahan tambahan atau aditif. Penggunaan bahan
tambahan ini beraneka ragam tergantung pada bahan baku yang digunakan dan
mutu produk yang akan dihasilkan. Berdasarkan fungsinya , maka bahan
tambahan atau bahan pembantu proses dapat dikelompokkan menjadi : bahan
pelunak (plasticizer), bahan penstabil (stabilizer), bahan pelumas (lubricant),
bahan pengisi (filler), pewarna (colorant), antistatic agent, blowing agent, flame
retardant dsb.
2.1.3.1.Pemercepat (Acceleator).
Bahan pemercepat berfungsi untuk membantu mengontrol waktu dan
temperatur pada proses vulkanisasi dan dapat memperbaiki sifat vulkanisasi karet.
Beberapa jenis bahan pemercepat antara lain bahan pemercepat organik.
Misalnya, Marcapto Benzhoathizole Disulfida (MBTS), Marcapto Banzhoathizole
(MBT), dan Diphenil Guanidin (DPG), Tetra Metil Thiura Disulfarat (TMTD)
dan bahan pemercepat anorganik, misalnya Karbonat, Timah hitam, Magnesium,
dan lain-lan. Gambar.2.3. Menunjukkan beberapa bahan pemercepat untuk karet
alam.
Universitas Sumatera Utara
(a) (b)
Gambar.2.3.Beberapa bahan pemercepat.
(a).Tetra Metil Thiura Disulfarat (TMTD) (b).Marcapto Banzhoathizole
2.1.3.2.Pengaktif (Activator).
Bahan pengaktif adalah bahan yang dapat meningkatkan kerja dari bahan
pemercepat. Umumnya bahan pemercepat tidak dapat bekerja baik tanpa bahan
pengaktif. Bahan pengaktif yang bisa digunakan adalah ZnO, asam stearat, PbO,
MgO dan sebagainya. Campuran bahan pengaktif, bahan pemercepat dan belerang
(S) disebut sistem vulkanisasi dari kompon (vulcanising system of the coumpond).
2.1.3.3. Penstabil (Stabillizer)
Stabilizer berfungsi untuk mempertahankan produk plastik dari kerusakan,
baik selama proses, dalam penyimpanan maupun aplikasi produk. Ada 3 jenis
bahan penstabil yaitu : penstabil panas (heat stabilizer), penstabil terhadap sinar
ultra violet (UV Stabilizer) dan antioksidan.
UV stabilizer.
UV stabilizer berfungsi mencegah kerusakan barang plastik akibat
pengaruh sinar matahari. Hal ini dikarenakan sinar matahari mengandung sinar
ultra violet dengan panjang gelombang 3000-4000A yang mampu memecah
sebagian besar senyawa kimia terutama senyawa organik.
Antioksidan (Antioxidan).
Antioksidan adalah molekul yang mampu memperlambat ataupun
mencegah oksidasi molekul lain . Oksidasi merupakan suatu reaksi kimia yang
mentransfer elektron dari satu zat ke oksidator . Reaksi oksidasi dapat
Universitas Sumatera Utara
menghasilkan radikal bebas dan memicu reaksi rantai ,menyebabkan kerusakan
sel tubuh Antioksidan menghentikan reaksi berantai dengan melengkapi
kekurangan elektron yang dimiliki radikal bebas dan menghambat reaksi oksidasi
lainnya dengan sendirinya teroksidasi. Oleh karena itu ,antioksidan sering kali
merupakan reduktor seperti senyawa tiol,askorbat ataupun polifenol.(Wikipedia).
Model pengisian ruang antioksidan dan glutasion. Bola kuning merupakan
atom sulfur yang memberikan aktivitas antioksidan, manakala bola merah, biru,
putih, dan kelabu mewakili atom oksigen, nitrogen, hidrogen, dan karbon secara
berturut-turut.
Gambar.2.4.Model pengisian ruang antioksidan glutasion
Bahan yang digunakan sebagai antioksidan pada karet alam adalah
sunproof dan wingstay L. Fungsi bahan ini adalah untuk melindungi benang karet
dari kerusakan karena pengaruh oksigen maupun ozon yang terdapat di dalam
udara. Bahan kimia ini biasanya juga tahan terhadap pengaruh ion – ion tembaga,
besi dan mangan.
Bahan antioksidan adalah bahan yang digunakan untuk mengurangi proses
oksidasi pada vulkanisat. Antioksidan dapat memperlambat pengrusakan pada
produk barang jadi karet. Penambahan bahan antioksidan diperlukan karena kadar
antioksidan alam dari karet cukup rendah, akibatnya dapat menyebabkan karet
mudah lengket, keras, retak-retak dan rapuh. Proses oksidasi dapat terjadi karena
panas, radiasi, ozon, oksigen, cuaca dan sebagainya. Antioksidan berfungsi
mencegah atau mengurangi kerusakan produk plastik karena pengaruh oksidasi
yang dapat menyebabkan pemutusan rantai polimer.
Tanda-tanda yang terlihat apabila produk plastik rusak adalah
Universitas Sumatera Utara
• Polimer menjadi rapuh.
• Kecepatan alir polimer tidak stabil dan cenderung menjadi lebih tinggi.
• Sifat kuat tariknya berkurang.
• Terjadi retak-retak pada permukaan produk.
• Terjadi perubahan warna .
Jenis bahan antioksidan diantaranya Butilated Hidroksi Toluen (BHT) dan Phenil-
Beta-Naphthyl-amine (PBN).
2.1.3.4.Inisiator.
Inisiator sering digunakan untuk membentuk radikal bebas. Sebahagian
besar polimer sintetik dihasilkan melalui proses polimerisasi reaksi rantai yang
sering disebut polimerisasi adisi .Inisiator organik seperti benzoil peroksida
banyak digunakan sebagai perekat yang bahagiannya sama dari suatu inisiator dan
suatu cairan seperti dibutil flatat. Peroksida organik mudah diuraikan dan dapat
dipercepat dengan pemanasan.Penambahan dalam jumlah sedikit dari amina
tersier seperti : C6H6N(CH2)2 atau N,N-dimetil aniline atau dengan garam-garam
organik dari logam-logam kuat seperti kobal naphthenat.
2.2. Ban.
Ban terdiri dari bahan karet atau polimer yang sangat kuat diperkuat
dengan serat-serat sintetik dan baja yang sangat kuat yang menghasilkan suatu
bahan yang mempunyai sifat-sifat unik seperti kekuatan tarik yang sangat kuat
,fleksibel ,ketahanan pergeseran yang tinggi .(Bujang B.K.Huat,2004)
Ban terdiri dari tiga komponen utama yaitu karet, baja, dan serat. Untuk
menggiling ban menjadi serbuk karet dilakukan dengan proses Ambien atau
cryogenic grinding .Karet memberikan kontribusi terbesar bahan ban (lebih
kurang 60% berat). Ban adalah material komposit, biasanya dari karet alam /
karet isoprena yang digunakan untuk ban truk dan ban mobil penumpang seperti
pada sabuk tapak, sidewall, carcassply, dan innerliner. Ada perbedaan jumlah
karet stirena butadiena yang digunakan pada ban truk ,dimana jumlah karet
Universitas Sumatera Utara
stirena butadiena lebih tinggi dibandingkan dengan penggunaan karet styrene
butadiene pada carcassply , dasar tapak . (Carl Thodesen,2009).
Gambar 2.5 .Produksi karet alam .(Situs Kimia Indonesia)
Sebuah ban mengandung 30 jenis karet sintesis , delapan jenis karet alam
,delapan jenis karbon hitam, tali baja ,polyester ,nilon ,manik-manik baja ,silika
dan 40 jenis bahan kimia ,minyak dan pigmen . (Exposure Riserch,2009)
Enviromental Protection Agency (EPA) mengidentifikasikan bahwa di dalam
sebuah ban mempunyai bahan campuran dan material seperti yang ditunjukkan
pada Tabel.2.2
Table 2.2 . Bahan-bahan dalam ban (Exposure Riserch,2009)
No Nama Bahan No Nama Bahan
1 Acetone 15 Pigments 2 Nickel 16 Manganese 3 Aniline flame retardants 17 Polyester 4 Phenol 18 Chloroethane isobutyl 5 Barium 19 Methyl 6 Polycyclic aromatic 20 Cobalt trichloroethylene
Hydrocarbons 7 Benzothiazole 21 Arsenic 8 Methyl ethyl ketone 22 Isoprene 9 Styrene –butadene 23 Benzene 10 Chromium toluene 24 Lead 11 Copper 25 Cadmium 12 Halogenated 26 Mercury 13 Nylon 27 Rayon 14 Latex 28 Naphthalene
Universitas Sumatera Utara
Khususnya mengandung 85% hidrokarbon ,10-15 % baja dan bahan-bahan kimia
. Pada ban dilakukan proses vulkanisasi yaitu suatu teknik pembekuan sehingga
ban tahan lama (WBCSD,2008). Berat ban-ban mobil sebesar 7,5-9 kg dan berat
ban truk 50-80 kg . Ban bekas mempunyai komposisi diantaranya adalah :
1.Karet alam dan karet sintetis .
2.Filler Penguat.
3.Minyak.
4.Antioksidan.
5.Zinc oksida
6.Akselerator
7.Sulfur (Lievana Emilliano Julian,2005).
Komposisi dari ban-ban di Negara Eropah adalah seperti ditunjukkan pada Tabel
2.3.
Tabel.2.3. Komposisi ban di Eropah. Bahan Mobil (%) Truk (%) Karet/Bahan elastomer 48 43 Karbon Blak 22 21 Logam 15 27 Tektil 5 - Zinc oksida 1 2 Sulfur 1 1 Bahan Aditif 8 6 (Sumber : Lievana Emilliano Julian,2005)
Menurut (Wik dan Dave,2009,Xiaolin ,2010) Karet ban komposisinya
terdiri dari 40-60% karet polimer ,agen penguat seperti karbon black (20-
35%),minyak aromatic extender (15-20%),bahan vulkanisasi aditif (4%,sebagai
contoh zink oksida ,benzothiazole dan turunannya); antioksidan (1%);dan bahan
pembantu prosesing (<1%,seperti plastizer dan softener) .
2.2.1. Serbuk ban bekas (Crumb rubber).
Serbuk karet atau yang sering disebut dengan “tire crumb” atau “crumb
rubber” adalah produk yang ramah lingkungan karena diperoleh dari ban bekas,
dan tidak larut dalam tanah ataupun air tanah.
Universitas Sumatera Utara
Selain mengurangi jumlah limbah karet yang terbuang ke lingkungan,
pemakaian kembali limbah produk karet tertentu, dapat menekan harga karet
sebagai salah satu komponen penting penentu harga produk jadi yang dihasilkan.
Aplikasi umum dari serbuk ban bekas adalah untuk; karpet karet, karet kompon,
sol sepatu karet, konstruksi bangunan, campuran aspal untuk mengurangi
keretakan dan menambah daya tahan pada jalan raya / jalan tol, lapangan olah
raga, arena pacuan kuda dll.( karet-serbuk-rubber-powder-crumb-rubber.htm, )
,lapangan atletik serta tempat-tempat rekreasi, seperti penutup tanah pada
peralatan tempat bermain,(Exposure Research,2009). Gambar 2.6. menunjukkan
serbuk ban bekas (Crumb Rubber).
Gambar.2.6. Serbuk Ban Bekas (Crumb Rubber)
Serbuk –serbuk ban bekas adalah suatu jaringan tiga dimensi atau suatu
produk ikatan silang dari karet alam dan karet sintetis, diperkuat dengan karbon
black yang menyerap minyak encer dari semen aspal selama reaksi" yang dapat
mengalami pengembangan (Swelling) dan pelunakan (Softenning) dari serbuk ban
bekas. Hal ini meningkatkan kekentalan binder yang dimodifikasi
(Steven Manolis and Simon Hesp,2001 )
Serbuk ban bekas berbentuk butiran-butiran kecil dari ban bekas yang
dibuat dalam ukuran tertentu yang digunakan untuk modifikasi bahan aspal
paving atau sebagai filler . Sifat-sifat serbuk ban bekas yang dapat mempengaruhi
interaksi dalam proses pembuatan yakni ukuran partikel ,spesifikasi area
permukaan , dan komposisi kimia (Heitzamn, 1992). Serbuk ban bekas diperoleh
dari ban yang melalui beberapa proses yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1.Sistim Ambient grinding
2.Sistim Cryogenic grinding.
3.Sistim Wet-Ambient grinding.
Pada Gambar2.7. menunjukkan sistim Ambient grinding.
Gambar.2.7.Sistim Ambient grinding
Ambient grinding, adalah suatu metode proses dimana ban bekas tersebut diparut
,digiling yang diproses pada temperatur ruang
Cryogenic grinding, adalah proses yang menggunakan nitrogen cair untuk
membekukan ban bekas sehingga menjadi rapuh dan kemudian dengan
menggunakan sebuah hammer mill untuk menghancurkan karet yang beku
tersebut menjadi partikel-partikel yang halus . Pada Gambar.2.8.menunjukkan
sistim cryogenic grinding.
Gambar.2.8.Sistim Cryogenic grinding.
Universitas Sumatera Utara
Wet-Ambient grinding, atau proses melarutkan dapat digunakan untuk
menghasilkan ukuran partikel karet antara 200-500 mesh .(Cal Recovery,2004)
Pada ketiga proses , baja dan nilon-nilon halus yang terdapat pada ban dapat
dihilangkan dengan magnet dan alat peniup . Proses ambient menghasilkan
bentuk partikel yang tidak teratur dengan luas permukaan yang relatif besar
menghasilkan reaksi antara semen aspal lebih cepat , sementara proses cryogenic
menghasilkan suatu permukaan yang rata yang dapat mengurangi kecepatan
reaksi dengan aspal semen. Pada proses cryogenic memberikan elastisitas yang
lebih kecil dibandingkan dengan proses ambient . (Roberts et al., 1989; Caltrans,
2003). Serbuk ban bekas diukur dalam mesh atau inci dan umumnya karet
ukurannya 3/8 inci atau lebih kecil . Ukuran serbuk dapat diklasifikasikan dalam
empat kelompok yaitu :
1.Besar atau kasar (3/8 dan 1/4 inci ) .
2.Sedang (10–30 mesh atau 0.079 –0.039 )
3.Baik (40–80 mesh atau 0.016 –0.007 )
4.Sangat baik (100–200 mesh atau 0.006 – 0.003).
Ukuran partikel dan distribusi ukuran tergantung dari kebutuhan serbuk
ban bekas dan penggunaannya . Dari data penjualan pada industri serbuk ban
bekas ,pemakaiannya 14% untuk ukuran kasar ,52% untuk ukuran sedang ,22 %
untuk ukuran baik dan 12% untuk ukuran sangat baik .
Dari hasil penelitian dan literatur menyatakan bahwa 1/4-20 mesh adalah
baik digunakan untuk aplikasi dalam bidang olah raga ,keset kaki ,tanah berumput
,bahan untuk tempat bermain dan hasil campuran (molded). Untuk ukuran baik
(40-80 mesh) sangat berpotensial untuk menghasilkan komposit yang baik dengan
proses pencetakan .( Nongnard Sunthonpagasit, Michael R. Duffey,2003) .
2.2.2.Proses Pemotongan Dan Penghalusan.
Pertama-tama ban bekas dipotong-potong kecil dengan ukuran 2x2 inci
atau 1x1 inci dalam bentuk cip. Kemudian suatu magnet pemisah dan sebuah alat
pemisah serat digunakan untuk menghilangkan baja dan serat polyester.
Selanjutnya karet bekas dipekecil ukurannya dengan menggunakan alat ambient
Universitas Sumatera Utara
ground mill atau dapat dijadikan menjadi partikel-partikel yang sangat baik
dengan membekukan partikel dan dipotong.
Cara yang dapat digunakan untuk memperoleh karet dengan mesh yang
baik adalah dengan mendinginkan ban bekas di dalam cairan nitrogen dibawah
temperatur translasi glass dan menghaluskannya menjadi bubuk dalam suatu
penggiling. Dengan cara cryogenic diperoleh serbuk ban bekas yang baik dengan
ukuran 30-100 mesh. (Cal Recovery,2004)
2.2.3.Devulkanisasi Karet Alam dan Karet Ban Bekas
Vulkanisasi adalah proses termo kimia dengan menggabungkan sulfur dan
ikatan silang sulfur ke dalam suatu campuran molekul-molekul karet dalam
meningkatkan elastisitas dan sifat –sifat yang lain yang diinginkan sesuai dengan
pembuatan hasil karet. Dalam proses, atom sulfur secara kimia diikat oleh
molekul-molekul karbon dari molekul karet dan terjadi ikatan silang (ikatan
kimia) antara molekul karet sulfida. Proses vulkanisasi adalah proses irreversible
pada keadaan temperatur dan tekanan atmosfir standar. Proses vulkanisasi juga
menggunakan percepatan primer dan sekunder terutama sulfur yang mengandung
senyawa organik dan aktivator seperti zinc oksida dan asam stearik
Reclaiming adalah suatu prosedur dimana karet ban bekas atau
vulkanisasi karet bekas diubah , secara mekanik dan secara kimia
dicampur,diproses dan divulkanisasikan lagi . Devulkanisasi adalah pemecahan
antara ikatan-ikatan molekul seperti carbon –sulfur (C-S) atau sulfur-sulfur (S-S)
dan selanjutnya memperpendek rantai yang terjadi .
Devulkanisasi adalah proses pemecahan secara total ataupun sebahagian
terhadap ikatan poli,di, dan monosulfida yang terbentuk pada proses vulkanisasi
,disini terjadi proses pemecahan ikatan S-C dan S-S dalam elastomer ,
dikarenakan ikatan tersebut lebih lemah dari pada ikatan C-C pada rantai utama
.Melalui proses devulkanisasi dimungkinkan limbah karet dapat direvormulasi
atau direvulkanisasi langsung untuk membuat produk baru.Secara ideal
devulkanisasi karet dapat divulkanisasikan kembali dengan atau tanpa
menggunakan senyawa lain .Perbedaan tipe proses devulkanisasi juga mengubah
Universitas Sumatera Utara
sifat-sifat lain dari karet . Proses ini juga dapat menyebabkan pengurangan
beberapa sifat dari karet aslinya .
Dalam beberapa penelitian terdahulu menunjukkan bahwa kualitas bahan
komposit karet ban bekas dengan material lain sangat ditentukan dari derajat
devulkanisasi dan aktivasi permukaan bahan, yakni bagaimana meningkatkan
daya rekat (compatibilising) antara permukaan serbuk ban bekas dengan material
lain, baik dalam komposit dengan aspal (sebagai filler) maupun komposit dalam
proses pencampuran dan komposit dengan material lainnya. Tahap berikutnya
setelah proses penghalusan karet ban bekas adalah proses pemutusan ikatan silang
(cross-linking) atau disebut proses devulkanisasi.
Dalam beberapa tahun terakhir, beberapa metode yang dikembangkan dalam
proses devulkanisasi karet termoset menjadi termoplastik dapat dilihat pada Tabel
2.4.
Konversi kimia ,panas ,mekanis ataupun bilogi pada proses devulkanisasi
memerlukan ukuran partikel yang kecil sehingga akan menciptakan luas
permukaan yang memungkinkan untuk dipakai oleh bahan pendevulkanisasi pada
reaksi devulkanisasi .(Cal Recovery,2004) .
Tabel 2.4. Beberapa metode devulkanisasi.
Proses Keterangan
Devulkanisasi secara Termal Karet dipanaskan pada temperatur tinggi dalam waktu lama untuk memutuskan ikatan sulfur dan ikatan rantai polimer. Proses ini pertama sekali dipatenkan oleh H.L. Hall (1858). Devulkanisasi secara mekanik Pemutusan ikatan sulfur dalam matriks polimer dengan cara mastifikasi (penggilingan) dengan menggunakan mesin two-roll mill. Devulkanisasi dengan bakteri Bubuk halus karet dimasukkan dalam suspensi air yang ditanami bakteri pemakan sulfur seperti thiobacillus, rodococcus, and sulfolobus. Proses ini memungkinkan akan tetapi sangat kompleks. Devulkanisasi dengan ultrasonik Bubuk halus karet disinari dengan
gelombang ultrasonik 50kHz sesudah
Universitas Sumatera Utara
ditreatment selama 20 menit .Proses ini akan memutuskan ikatan antara C-S,S-S,tapi tidak carbon-carbon (C-C). Proses ini pertama sekali dilakukan oleh Okudo dan Hatono (1987).
Devulkanisasi dengan kimia Bubuk halus ban bekas dan agen devulkanisasi dimasukkan ke dalam suatu mixer kemudian dipanaskan pada satu ekstruder ,disaring dan dikeringkan .Proses ini pertama sekali dilakukan sejak 1960 . (Alan C.Lloyd)
Devulkanisasi dengan mikrowave Bubuk halus ban bekas dimasukkan ke sistim mikrowave ,kemudian didinginkan . (Ratu,Eddiyanto,2009)
2.2.4 Aktivasi Permukaan .
Aktivasi permukaan merupakan modifikasi suatu material guna
meningkatkan daya rekat permukaan suatu material dengan material lainnya,
seperti antara permukaan parutan karet dengan aspal atau dengan polipropilena.
Cara inivatif ini diharapkan dapat memanfaatkan serbuk ban bekas sebagai bahan
pengisi termodifikasi. Dalam beberapa penggunaan material termodifikasi,
permukaan serbuk ban bekas diaktifkan dengan metode grafting atau penempelan
gugus fungsional yang berfungsi sebagai gugus pengikat, seperti maleic anhidrida
(MA) atau senyawa epoxide seperti glycidyl methacrylate (GMA).
2.2.4.1.Pembentukan Kopolimer Grafting.
Ada tiga metode grafting yakni :
1.Grafting from yaitu polimer backbone membawa site aktif yang digunakan
untuk menginisiasi polimerisasi monomer
2.Grafting to yaitu polimer backbone membawa gugus fungsional X reaktif yang
terdistribusi secara random, bereaksi dengan polimer lain yang membawa
gugus fungsi Y
3.Grafting through yaitu adanya makromer dengan BM rendah dan site yang
tidak jenuh, polimer yang sedang tumbuh dapat bereaksi pada site yang tidak
jenuh menghasilkan kopolimer graf (Kumar, A., Gupta, R.K, 1998).
Universitas Sumatera Utara
Diperlukan 3 komponen untuk berlangsungnya grafting lewat transfer
rantai : polimer, monomer, inisiator. Fungsi inisiator adalah untuk
mempolimerisasi monomer sehingga membantu radikal, ion atau kompleks
koordinasi polimerik yang kemudian bisa menyerang polimer asal atau biasa,
rasio reaktivitas monomer-monomer juga perlu dipertimbangkan untuk
memastikan grafting akan terjadi. Juga perlu untuk memperhatikan frekuensi
transfer untuk menetapkan jumlah grafting. Biasanya, campuran homopolimer-
homopolimer terjadi bersamaan dengan kopolimer grafting.
Grafting biasanya terjadi pada letak-letak yang bisa menerima reaksi-
reaksi transfer, seperti pada karbon-karbon yang bersebelahan dengan ikatan
rangkap dua dalam polidiena atau karbon-karbon yang bersebelahan dengan gugus
karbonil. Radiasi adalah yang paling banyak dipakai untuk memberikan letak-
letak aktif untuk kopolimerisasi grafting. Proses ini dikerjakan dengan radiasi
ultraviolet atau cahaya tampak, dengan atau tanpa potosensitizer tambahan atau
dengan radiasi ionisasi. Reaksi-reaksi radikal bebas terlibat dalam semua kasus.
Kesulitan utama adalah bahwa radiasi menimbulkan grafting. Hal ini sampai batas
tertentu telah dihilangkan dengan pra radiasi polimer sebelum penambahan
monomer baru. Salah satu metode adalah mempraradiasi polimer tersebut ketika
hadir udara atau oksigen untuk membentuk gugus-gugus hidroperoksida diatas
kerangkanya. Penambahan monomer berikutnya dan pemanasan akan
menghasilkan polimerisasi radikal pada letak-letak peroksida yang disertai dengan
beberapa homopolimerisasi dan homopolimerisasi ini di inisiasi oleh radikal-
radikal hidroksi yang terbentuk selama homolisis hidroperoksida. Pra radiasi bisa
juga dikerjakan ketika tidak ada udara untuk membentuk radikal-radikal bebas
yang ditangkap dalam matriks polimer yang kental. Kemudian monomer
ditambahkan. Metode ini sangat tidak efisien karena rendahnya konsentrasi
radikal yang bisa ditangkap dan homopolimerisasi masih bisa terjadi melalui
reaksi-reaksi transfer rantai.
Radiasi langsung monomer dan polimer sekaligus telah digunakan
secara ekstensif. Karena kopolimerisasi mungkin terjadi. Monomer dan polimer
harus dipilih dengan hati-hati. Pada umumnya, kombinasi terbaik adalah antara
Universitas Sumatera Utara
polimer yang sangat sensitif terhadap radiasi, yakni polimer yang membentuk
konsentrasi radikal yang tinggi dan monomer yang tidak sangat sensitif.
Homopolimerisasi bisa dikurangi dengan memberikan radiasi yang sekejap
sedangkan monomer dibiarkan berdifusi melewati polimer. Grafting radiasi
terhadap emulsi-emulsi polimer juga merupakan cara efektif untuk
meminimumkan homopolimerisasi, karena medium reaksi tetap fluid bahkan pada
tingkat konversi yang tinggi. Metode lain dari grafting radiasi melibatkan radiasi
terhadap campuran homopolimer. Lepas dari fakta bahwa sebahagian besar
polimer bersifat inkompatibel. Teknik ini pemakaiannya terbatas, karena ikat
silang antara rantai-rantai polimer demikian bisa terjadi dengan kemungkinan
yang sama (Steven MP, 2001).
2.2.4.2. Proses Reaksi Grafting
Proses reaksi grafting berlangsung dalam ekstruder ialah :
1.Granular polimer dilelehkan pada daerah awal umpan ekstrudernya.
2. Katalis peroksida diinjeksikan kedalam ekstruder, membentuk loka aktif pada
rantai utama polimer.
3. Monomer diinjeksikan ke dalam granular yang telah dilelehkan , terkadang
katalis dan monomernya tercampur.
4. Komponen-komponen dicampur dengan laju geser tinggi.
5. Monomer dan produk samping dikeluarkan dari campuran lelehan pada daerah
pengatsiran vakum.
6. Lelehan reaksi diekstruksi dan dipeletkan sebagai bahan baku granul dan
dibentuk menjadi produk akhir. (Hartomo AJ, 1993).
Reaksi proses Grafting yaitu:
Dekomposisi dari inisiator
ROOR RO. + . OR
Inisiasi : Penyerapan dari hidrogen
Universitas Sumatera Utara
Pemutusan rantai
Propagasi : Grafting anhidrida maleat
Transfer rantai.
Terminasi.
Ikatan Silang (Cross linking)
Gambar. 2.9. Proses reaksi grafting Polipropilena (Bettini SHP,2002,Siska Evriani,2009)
Universitas Sumatera Utara
2.3. Pencampuran Polimer (Polymer Blends/Composite) .
Untuk meningkatkan kinerja dari bahan polimer ada beberapa teknik yang
dilakukan yaitu :
2.3.1.Kopolimerisasi .
Kopolimerisasi adalah suatu proses reaksi polimerisasi dari dua jenis
monomer atau lebih untuk memperoleh polimer tertentu dengan sifat-sifat yang
lebih unggul dari homopolimer sebagai dasarnya . Sebagai contoh Ethylene
Propylene Copolymer (EPC) ,Acrylonitrile Butadiene Styrene (ABS).
Gambar.2.10.Skema kopolimer yang berbeda.(Herausgegeben)
Jenis kopolimer adalah :
1.Kopolimer Blok.
2.Kopolimer Graft.
3.Kopolimer bergantian
4.Kopolimer acak
1. Kopolimer blok
Kopolimer blok mengandung blok dari satu monomer yang dihubungkan
dengan blok monomer yang lain. Kopolimer blok biasanya terbentuk melalui
proses polimerisasi ionik. Untuk polimer ini, dua sifat fisik yang khas yang
dimiliki dua homopolimer tetap terjaga
-A-A-A-A-A----------B-B-B-B-B-
Poli(A-b-B) A Bm n
Universitas Sumatera Utara
Gambar.2.11.Kopolimer blok
Gambar.2.12.Kopolimer blok Kristal.
(http://en.wikipedia.org/wiki/Thermoplastic_elastomer) 2. Kopolimer graft (tempel/cangkok)
Kopolimer graft biasanya dibuat dengan mengikatkan bersama dua
polimer yang berbeda. Untuk contoh, homopolimer yang diturunkan dari
monomer A dapat diinduksi untuk bereaksi dengan homopolimer yang
diturunkan dari monomer B untuk menghasilkan kopolimer graft, yang
ditunjukkan pada Gambar.2.13.
Poli(A-g-B)
Gambar.2.13.Kopolimer Graft
Perkembangan selanjutnya ada yang berbentuk kopolimer sisir (comb copolymer)
dan bintang (star copolymer) seperti pada Gambar2.14.a dan b.
A A A A A A
B
B
B
B
B
B
B
B
B
Universitas Sumatera Utara
(a) (b)
Gambar.2.14.Kopolimer sisir dan bintang
a.Kopolimer sisir b.Kopolimer bintang.
3. Kopolimer bergantian (alternating)
Kopolimer yang teratur yang mengandung sequensial (deretan) bergantian
dua unit monomer. Polimerisasi olefin yang terjadi lewat mekanisme jenis
ionik dapat menghasilkan kopolimer jenis ini.Gambar 2.15 menunjukkan
kopolimer bergantian.
B BA A Poli(A-alt-B)
Gambar.2.15.Kopolimer bergantian.
4. Kopolimer Acak
Dalam kopolimer acak, tidak ada sequensial yang teratur. Kopolimer acak
sering terbentuk jika jenis monomer olefin mengalami kopolimerisasi
lewat proses jenis radikal bebas. Sifat kopolimer acak sungguh berbeda
dari homopolimernya.Gambar 2.16 menunjukkan kopolimer acak.
AB BB BA A poli(A-co-B)
Gambar.2.16.Kopolimer Acak
2.3.2.Blending.
Blending adalah suatu metode pencampuran antara dua atau lebih bahan .
Proses berlangsung secara fisik berupa kontak permukaan yakni terjadi interaksi
antar molekul polimer . Yang memegang penting dalam proses ini adalah
Universitas Sumatera Utara
parameter solubility (kelarutan) antar polimer yang akan dicampur. Disamping
parameter tersebut ,tingkat polaritas polimer juga penting. Jika suatu bahan
bersifat polar sedangkan yang lain bersifat non polar maka perlu ditambahkan
bahan penyerasi atau kompatibiliser .
Tujuan blending adalah menghasilkan suatu bahan dengan spesifikasi sifat
yang diinginkan dimana diharapkan kualitas bahan yang dihasilkan akan lebih
baik dari bahan asli.
Dalam beberapa tahun terakhir, pengembangan metode baru menggunakan
sistem blending polimer dan curing yakni penggunaan zat pengikat
(compatibilizer) seperti senyawa urethane berkembang pesat terutama untuk
produk sederhana seperti compressing molding. Metode ini biasa digunakan
untuk menghasilkan produk berkapasitas tinggi dengan teknologi sederhana
seperti produk alas kaki, tikar, penyeberangan jalan kereta api, bumper mobil dan
bumper removal, dan alas karpet atletik. Pencampuran polimer adalah cara yang
paling sesuai untuk pengembangan material baru karena dapat menghasilkan
bahan baru yang mempunyai sifat yang unggul dibandingkan masing-masing
materi pembentuknya. Metode ini biasanya lebih murah dan hanya memerlukan
waktu singkat untuk menghasilkan bahan polimer baru dibandingkan dengan
metode polimerisasi dengan penemuan polimer baru dari monomer baru
Keuntungan lain dari pencampuran polimer adalah sifat-sifat bahan dapat
disesuaikan dengan menggabungkan komponen polimer dengan cara mengubah
komposisi campuran. Untuk meningkatkan daya rekat permukaan bahan pada
proses blending dan menstabilkan kondisi morfologi dalam campuran polimer,
berbagai metode telah dikembangkan beberapa saat yang lalu. Secara umum, ada
dua metode untuk meningkatkan kompatibilitas immiscible blends:
a.Reaktif Blending, yakni dengan cara menambahkan polimer yang sudah
difungsionalisasi sehingga mampu meningkatkan interaksi tertentu dan/atau
bereaksi secara kimia. Fungsionalisasi dapat dilakukan sebelum pencampuran
polimer atau sekaligus dalam proses pencampuran dalam mesin pencampur
(extruder) sehingga akan terbentuk blok atau graft-kopolimer, halogenasi,
sulfonasi, formasi hydroperoksida, dan lai-lain. Perkembangan terakhir dalam
Universitas Sumatera Utara
produksi campuran polimer menggunakan metode reaktif blending bergantung
pada pembentukan langsung kopolimer atau interaksi polimer. Biasanya polimer
reaktif dapat dihasilkan oleh radikal bebas kopolimerisasi atau disebut reaktif
grafting kepada rantai induk polimer. Gugus fungsional, seperti anhydride,
epoxy, oxazoline, yang terikat pada rantai induk polimer sering dipilih untuk
reaktif blending.
b.Penambahan zat kompatibiliser, yang memiliki interaksi spesifik dan/atau reaksi
kimia dengan komponen campuran polimer. Blok- atau graft-kopolimer dan zat
reaktif dengan berat molekul rendah termasuk dalam kategori ini. Penentuan
pilihan blok- atau graft-kopolimer sebagai zat kompatibiliser didasarkan pada sifat
kereaktifan dan kemudah-campuran (miscibility) dengan campuran polimer.
Fungsionalisasi polimer yang mempunyai kemiripan struktur dengan salah satu
jenis polimer campuran dapat digunakan sebagai zat kompatibiliser dalam
pencampuran polimer.
Disamping itu usaha untuk meningkatkan kompatibilitas campuran
polimer dapat dilakukan dengan penambahan senyawa reaktif dengan berat
molekul rendah. Berbagai prosedur dapat dibedakan berupa : peroksida,
monomer bifunctional/ multifungsi, cross linking agent (vulkanisasi dinamis ),
sistem katalis, dan penambahan fillers reaktif sebagai kompatibiliser . Pembuatan
polimer campuran dapat dilakukan dengan :
1.Pencampuran secara mekanik.
2.Pelarutan dalam larutan (solvent) ,dibuat film secara casting selanjutnya
dibekukan atau dikeringkan secara penyemprotan.
3.Latex blending.
4.Fine powder mixing.
5.Menggunakan monomer sebagai pelarut.
2.4. Termoplastik Elastomer ( TPE).
Termoplastik Elastomer (TPE) yang sering disebut dengan termoplastik –
karet adalah suatu kelas kopolimer atau secara fisik campuran dari polimer
(biasanya plastik dan karet) yang sifat-sifatnya sesuai dengan keduanya yakni
Universitas Sumatera Utara
termoplastik dan elastomer. Sebahagian besar elastomer adalah termoset
,termoplastik relatif mudah digunakan dalam pembuatannya dengan injeksi
molding.Secara prinsip perbedaan antara termoplastik elastomer dan termoset
elastomer adalah tipe ikatan silang pada strukturnya .Ikatan silang pada polimer
termoset adalah suatu ikatan kovalen yang timbul selama proses
vulkanisasi,sedangkan ikatan silang pada polimer termoplastik elastomer adalah
suatu dipol yang lemah atau ikatan hidrogen atau ditempatkan pada suatu fase dari
material .
Pada umumnya, TPE merupakan material yang mengandung bagian lunak (soft)
yang mempunyai suhu transisi glass (Tg) rendah, dan bagian kaku (rigid) yang
mempunyai suhu leleh (Tm
) atau Tg
tinggi. Atau dengan kata lain, TPE
mempunyai sifat dan fungsi yang mirip dengan karet vulkanisasi pada suhu
ambien, namun dapat dilelehkan seperti termoplastik pada suhu tinggi.
Karakteristik yang unik tersebut membuatnya sangat berguna dan menarik sebagai
alternatif dari elastomer konvensional dalam berbagai aplikasi dan pasar, seperti
industri otomotif .
Berbagai plastik secara komersial sekarang telah tersedia.Termoplastik
seperti polietilena (PE), polypropylene (PP) dan polyvinyl chloride (PVC) tidak
hanya murah, tetapi juga tersedia dalam daerah indeks leleh yang luas dan mikro-
struktur, yang dapat digunakan untuk dicampur dengan karet menjadi bahan TPE.
Pada daur ulang, polimer termoplastik yang paling umum adalah PE, PP dan
PVC.
Termoplastik elastomer adalah kopolimer blok yang mempunyai sifat elastik dari
suhu kamar sampai kira-kira 70 0C. Termoplastik elastomer dapat diproses seperti
termoplastik konvensional tanpa perlu dilakukan proses vulkanisasi.
Sebenarnya sifat elastik ini disebabkan sifat ikatan silang fisik yang
dihasilkan dari daya antara molekul seperti ikatan hidrogen. Daya-daya ini akan
terputus apabila elastomer termoplastik dipanaskan melebihi suhu tertentu dan
terbentuk kembali apabila didinginkan. Pada Gambar 2.17.menunjukkan struktur
jaringan secara fisik pada TPE dari tipe kopolimer blok.
Universitas Sumatera Utara
Gambar.2.17. Struktur jaringan pada TPE dari tipe kopolimer
blok.(Lievana,2005)
Akhir-akhir ini, pembuatan TPE dari campuran karet dan bahan
termoplastik polyolefin berkembang dengan pesat. TPE tersebut dikembangkan
dalam dua jenis produk yang berbeda yakni :
(a)Termoplastik elastomer olefin (TEO) adalah campuran sederhana didasarkan
ASTM D5593.
(b)Termoplastik vulkanisir (TPV) adalah fasa karet yang divulkanisasi dinamik
didasarkan pada ASTM D5046.
Pada tahun 1972 produk TPV yang pertama sekali dipasarkan adalah campuran
polipropilena dan karet sintetik ethylene-propylene-diene monomer (PP/EPDM)
yang divulkanisasi dinamik dengan peroksida.
TPE mempunyai beberapa kelebihan diantaranya ialah memperoleh sifat
yang dikehendaki berdasarkan kegunaan akhir, serta meningkatkan sifat tertentu
dan memperoleh sifat yang tidak terdapat di dalam polimer tunggal serta
kelebihan-kelebihan apabila digunakan (Ultracki, 1990; Folkes & Hope, 1993;
Amthew et al., 1998). Dari segi penggunaannya TPE mempunyai kelebihan
diantaranya:
(a) Sebahagian besar TPE telah diformulasikan sepenuhnya serta dapat
digunakan tanpa perlu dilakukan pengadunan.
(b) Pemrosesan TPE adalah mudah, yaitu sama seperti pemrosesan bahan-
bahan termoplastik. Hal ini menjadikan pemrosesan TPE lebih cepat dan
memerlukan biaya yang lebih rendah.
Universitas Sumatera Utara
(c) Masa fabrikasi TPE adalah jauh lebih pendek dan lebih cepat
dibandingkan fabrikasi karet konvensional. Masa pencampuran TPE
dalam beberapa saat sampai beberapa menit untuk penggadukan dan
pemvulkanisasian karet termoset. Jadi produktiviti untuk karet TPE adalah
lebih tinggi.
(d) Setiap langkah pemprosesan karet termoset terdapat skrap yang terpaksa
dibuang. Sebaliknya skrap produk TPE dapat digunakan kembali dan
sudah tentu akan menurunkan biaya .
(e) Pada TPE hanya sedikit dibutuhkan agen penguat ,stabiliser atau sistim
curing.
(f) TPE dengan mudah dapat diwarnai dengan cara mencelupkan
TPE,disamping itu para pemakai hanya membutuhkan sedikit energi dan
menghasilkan kualitas yang baik .
Ada beberapa kelemahan dari TPE yaitu :
(a) Melunak atau meleleh pada suhu tinggi, dimana sifat karetnya hilang
(b) Pada penggunaan extended menimbulkan sifat creep (deformasi).
(c) Karet konvensional atau termoset harganya relatif mahal dari bahan-bahan
mentah,umumnya tidak mampu untuk mengisi TPE dengan filer yang
berharga murah seperti karbon black.
(d) Secara kimia lemah,tahan panas,tekanan tinggi ,stabilitas termal rendah .
Ada dua metode pembuatan TPE yakni extrusion dan injeksi
moulding.Pembuatan dengan injection molding dapat dilakukan dengan cepat dan
secara ekonomi tinggi.Kedua peralatan dan metode ini secara normal digunakan
untuk extrusion atau injection moulding dari suatu termoplastik konvensional
yang umumnya sesuai untuk TPE.TPE dapat juga dihasilkan dengan proses
cetakan tiup
( blow molding),pemanasan (thermoforming ) dan mengelas (heat welding).
Dalam beberapa tahun terakhir, TPE telah menggantikan karet
konvensional dalam berbagai aplikasi termasuk applience, industri otomotif,
medis, rekayasa, produk dibentuk . Dapat juga digunakan untuk menghasilkan
kayu buatan untuk lanscape ,karet ini akan melindungi plastik dari kerusakan sinar
Universitas Sumatera Utara
UV (Shadhan, 2005) Aplikasi utama TPEs dalam aplikasi di bawah-kap-otomotif
di tiga bidang utama;. penyegel, tahan panas dan bahan resistance.Polyolefin
cairan elastomer juga dapat digunakan di fascias bumper depan dan belakang dan
panel instrumen. Secara keseluruhan, penggunaan TPEs juga tumbuh lebih cepat
dibandingkan elastomer lainnya atau polimer pada umumnya karena kemampuan
untuk mengendalikan morfologi dengan menyesuaikan struktur polimer (Manh
Hieu Nguyen ,2008)
TPE digunakan karena elastomer konvensional tidak dapat memberikan
sifat-sifat fisik yang sesuai dengan kebutuhan. Material-material ini sangat luas
aplikasinya dalam sektor otomotif dan sektor peralatan rumah seperti yang
ditunjukkan pada Gambar .2.18.
Kopolyester TPE digunakan pada mobil traktor yang dipakai di daerah salju
(snowmobile) dimana tahan terhadap kekentalan dan aberasi pada premium.TPE
juga secara luas digunakan untuk pipa yang dimasukkan kedalam tubuh
(catheters) dimana nylon blok kopolimer memberikan kelembutan yang cocok
untuk pasien . Styrene blok kopolimer digunakan juga untuk tapak sepatu yang
mudah diproses,dan secara luas digunakan sebagai bahan perekat (adhesives).TPE
biasanya digunakan untuk membuat ring penggantung roda mobil karena
ketahanan deformasinya sangat tinggi jika dibandingkan dengan ring dari karet
biasa .TPE juga banyak digunakan untuk kabel listrik ,jaket/isolasi bahagian
dalam.
Gambar.2.18. Beberapa Contoh TPE Sumber (http://en.wikipedia.org/wiki/Thermoplastic_elastomer)
Universitas Sumatera Utara
Jika partikel karet cukup kecil dan tervulkanisasi dengan baik, maka sifat
campuran tersebut biasanya meningkat .
Ada beberapa sifat –sifat perbaikan yang dapat diperoleh diantaranya adalah :
(a) Pengurangan permanent set dan peningkatan elastisitas.
(b) Peningkatan sifat mekanik.
(c) Peningkatan ketahanan fatique.
(d) Peningkatan ketahanan terhadap kerusakan yang diakibatkan fluida (seperti
minyak panas)
(e) Dapat digunakan pada suhu yang lebih tinggi.
(f) Peningkatan stabilitas morfologi fasa pada kondisi leleh
(g)Peningkatan kekuatan leleh bahan.
2.4.1. Bahan Pengisi.
Bahan pengisi adalah merupakan bahagian yang sangat penting pada
komposit. Bahan pengisi dapat berupa logam,keramik ,dan polimer.Sifat-sifat
komposit adalah fungsi dari sifat-sifat zatnya ,jumlah zat yang sesuai dan
geometri fasa tersebar.
Yang diamksud dengan geometri fasa tersebar adalah bentuk partikel,ukuran
partikel ,taburan orientasinya (Callister,2000).
Interaksi antara matrik polimer dan pengisi dipengaruhi oleh ukuran
partikel,aktivitas permukaan ,muatan serta jenis polimer dalam campuran
.Interaksi tersebut memberi kesan yang tampak pada sifat mekanik ,kandungan gel
,persentase serbuk yang terjerap dan sifat termal campuran pengisi.
Bahan pengisi pada komposit akan memodifikasi atau memperbaiki sifat-
sifat bahan atau menggantikan kandungan matrik dengan bahan yang lebih murah
.Secara umum bahan pengisi bersifat sebagai penguat . (Callister,2000).Tingkat
penguatan campuran polimer bergantung pada kekuatan interaksi antara polimer
dan pengisi .Kekuatan interaksi didominasi oleh penjerapan fisika polimer
(Bound Polimer) (Hanafi,2000). Penjerapan polimer ke atas permukaan pengisi
dipengaruhi oleh luas permukaan ,aktivasi permukaan dan kekutupan polimer.
Pada proses pengolahan karet ada dua macam bahan pengisi yaitu :
Universitas Sumatera Utara
a.Bahan pengisi tidak aktif.
b..Bahan pengisi yang menguatkan (Aktif).
1.Bahan pengisi tidak aktif.
Bahan pengisi ini menambah kekerasan dan kekuatan pada bahan jadi
yang dihasilkan, tetapi sifat lainnya menurun. Biasanya bahan pengisi yang tidak
aktif lebih banyak digunakan untuk menekan harga karena bahan ini harganya
lebih murah contohnya kaolin, tanah liat, kalsium karbonat, magnesium karbonat,
barium sulfat.
2.Bahan pengisi yang menguatkan (Aktif).
Bahan pengisi aktif atau penguat, contohnya karbon hitam, silica, aluminium
silikat, dan magnesium silikat. Bahan ini mampu menambah kekerasan ,ketahanan
sobek, ketahanan kikisan, serta tegangan putus pada barang yang dihasilkan.
Kadang – kadang bahan pengisi aktif dan tidak aktif diberikan dalam campuran
sebagai alternatif penghematan biaya. Bahan pengisi yang digunakan dalam
pembuatan benang karet adalah titanium dioksida (TiO2) yang berbentuk tepung
dan bewarna putih bersih.
2.4.2.Kompatibilisasi.
Kompatibilisasi campuran polimer dapat didefinisikan sebagai:
a.Micibility dari dua atau lebih polimer pada skala molekul.
b.Campuran polimer yang tidak menunjukkan pemisahan yang jelas.
c.Campuran polimer yang memenuhi sifat-sifat sepenuhnya kompatibel,semi
kompatibel dan non kompatibel (D.R. Paul,1978) .Campuran dikatakan
sepenuhnya kompatibel apabila menunjukkan transisi gelas tunggal ,homogen dan
ukuran partikel antara 5-10 nm.Sedangkan untuk campuran yang semi kompatibel
akan menunjukkan dua Tg yang terpisah dimana posisi puncak tergantung pada
interaktif kekuatan antara batas fasa.( O. Olabisi,1979)
Dalam campuran multifase, banyak perhatian ditujukan pada daerah
permukaan antara fase dimana terjadi interaksi antara fase dan tenaga pendorong
untuk pemisahan fasa Hal ini umumnya dinyatakan sebagai tegangan antar muka
antara fase ,ini merupakan perilaku mekanik dari sistem multifasa yang juga
Universitas Sumatera Utara
tergantung pada karakteristik antarmuka dan kemampuannya untuk mengatur
tegangan dari satu fase ke fase lain.Secara normal, batas fasa adalah titik lemah
dalam materi. Dengan demikian, adhesi antara fase memiliki pengaruh penting
tentang bagaimana campuran akan merespon terhadap stres (Datta, 1994). Poster
dan Sanchez, 1981 mengembangkan teori yang menjelaskan ketegangan
antarmuka campuran.
Proses memodifikasi sifat antarmuka dari polimer campuran untuk
pembuatan campuran polimer disebut kompatibilisasi [Utracki, 1990]. Untuk
mencapai campuran yang kompatibel, apakah dengan penambahan komponen
ketiga (kompatibiliser) atau dengan menginduksi dalam reaksi kimia antara
komponen campuran (reaktif blending), telah memainkan peran penting dalam
pengembangan polimer campuran [Utracki, 1990].
Kompatibilisasi dapat digambarkan sebagai suatu proses untuk mengurangi
entalpi dari campuran atau membuatnya semakin kecil . Kompatibilisasi
digunakan untuk campuran polimer yang sifat praktis berguna, terlepas dari
apakah secara teoritis larut atau bercampur [Utracki, 1990].
Kompatibilisasi berguna untuk :
1.Mengurangi energi antar muka dan memperbaiki adesi antara fase dengan
mengumpulkan pada batas layar ,sehingga memperkecil fase disperse ukuran
partikel
2.Memperoleh dispersi yang baik selama campuran .Ukuran optimum adalah dari
0,5µm -1 µm.
3.Menstabilkan dispersi yang baik terhadap agglomeration (penumpukan) selama
berlangsungnya proses .
4.Mencapai suatu morfologi yang seimbang yang akan memberikan tegangan
halus yang ditransfer dari satu fase ke fase yang lain dan digunakan untuk
menahan gangguan (kerusakan) tegangan yang lebih besar.(Manh Hieu
Nguyen,2008).
Persyaratan dasar untuk kompatibiliser sebagai aditif dan dalam proses reaktif
yakni:
1.Ketegangan antar muka harus dioptimalkan.
Universitas Sumatera Utara
2.Harus ada cukup pencampuran untuk mencapai kehalusan yang diinginkan
morfologi tekstur.
3.Beberapa molekul polimer harus berisi kelompok kimia yang dapat bereaksi
untuk membentuk ikatan primer selama proses pencampuran.
4.Reaksi harus terjadi cukup cepat selesai selama pemrosesan di extruder atau
mixer dalam waktu yang wajar.
5.Obligasi terbentuk sebagai hasil dari pencampuran reaktif harus cukup stabil
untuk bertahan pengolahan selanjutnya.
6.Para adesi antara fase dalam keadaan padat harus ditingkatkan.
7.Reaksi kompatibilisasi harus cepat dan ireversibel.
Ada beberapa pendekatan dalam kompatibilisasi campuran yaitu:
2.4.2.1.Penambahan Blok Non-Reaktif dan Graf Kopolimer
Blok dan graft kopolimer dapat digunakan sebagai kompatibiliser untuk
campuran polimer. Blok A yang sesuai atau cangkok kopolimer berisi segmen
yang larut dengan satu campuran komponen dan segmen lain dengan yang
lain. Antar muka grafting aktif atau blok kopolimer jenis A-B atau A-C mungkin
polimer yang kompatibel yang bercampur A dan B asalkan C juga larut atau
mampu berinteraksi kuat dengan B. Jumlah signifikan kopolimer diharapkan akan
berada pada antarmuka antara fase campuran . Lokasi kopolimer akan mengurangi
ketegangan antarmuka antar komponen, mengurangi resistensi terhadap jarak
yang kecil selama pencampuran sehingga mengurangi ukuran fasa terdispersi, dan
menstabilkan dispersi terhadap koalesensi. Morfologi yang halus dan
meningkatnya adhesi antarmuka akan menghasilkan sifat fisik yang baik .
2.4.2.2.Penambahan Blok Reaktif dan Kopolimer Cangkok.
Jika polimer A dan B tidak mampu bereaksi secara langsung satu sama
lain, namun mungkin biasanya akan kompatibel dengan menambahkan polimer
ketiga yang mampu bereaksi dengan satu atau keduanya. Misalnya, penambahan
kopolimer AC tipe tertentu, dengan fungsional kelompok C (dimana C adalah
kelompok fungsional yang reaktif melekat pada rantai utama) dapat kompatibel
Universitas Sumatera Utara
sepasang polimer A dan B dengan ketentuan bahwa C adalah kimia reaktif dengan
B . Segmen non-reaktif dari polimer kompatibiliser sering memiliki kimia yang
berbeda dan identitas struktural dari komponen A, tetapi masih mampu
menghasilkan tingkat miscibility tertentu.( Sia Choon Siong,2008)
Syarat untuk mendapatkan kompatibiliser yang tepat yaitu mempunyai
struktur yang sederhana .Suatu kompatibiliser biasanya hanya dalam waktu yang
singkat menumpuk pada suatu permukaan dan menembus ke dalam matrik dan ke
dalam fase dispersi. Suatu kompatibiliser tidak harus tinggi daya larutnya
dengan salah satu polimer homogen, karena ini akan mengakibatkan kerusakan
pada batas permukaan. Berat molekul blok dari kompatibiliser dan berat molekul
dari polimer homogen yang sesuai harus kurang lebih sama besarnya (Brandrup,
1996).
Nakason et al.2006 mempelajari vulkanisasi dinamis dengan memadukan
karet alam / high-density polyethylene , menggunakan resin fenolik sebagai
kompatibilisers reaktif. Dalam hal ini, kekuatan tarik jauh lebih tinggi dari pada
tidak diberikan bahan kompatibiliser. Naskar et al.2002 menggunakan maleat
anhidrida dan dicumil peroksida (DCP) sebagai kompatibiliser GTR dengan
HDPE.Dihasilkan bahwa dengan maleation, hidrofilisitas dari GTR dan energi
permukaan GTR meningkat ,kekuatan tarik dan modulus campuran juga akan
meningkat.
(Kuk Kim J,2006) Melakukan penelitian efek bahan kompatibiliser SEBS-g-MA
terhadap campuran LDPE/serbuk ban bekas dan campuran AM-g-PP /serbuk ban
bekas ,selanjutnya dibandingkan dengan perlakuan secara ultrasonik terhadap
serbuk ban bekas.Dengan campuran AM-g-PP/Serbuk ban bekas diperoleh sifat-
sifat mekanik dan morfologi yang baik.
(Halimatuddahliana dkk,2008) Meneliti penggunaan kombinasi bahan sambung
silang DCP dan HVA-2 pada proses vulkanisasi dinamik campuran PP/KA (70/30
w/w)dan dihasilkan telah meningkatkan sifat kekuatan tarik campuran jika
dibandingkan dengan penggunaan bahan sambung silang yang lain .
Teknik kompatibilisasi digunakan untuk meningkatkan kualitas bahan
termoplastik elastomer untuk memenuhi persyaratan struktural dalam beberapa
Universitas Sumatera Utara
aplikasi. Faktor Biaya dalam skala tinggi dalam pembuatannya juga harus
dipertimbangkan . Ditemukan bahwa MFI (Melt Flow Indeks) PP adalah faktor
utama mengendalikan sifat mekanik dari campuran. Dengan pemilihan bahan
yang tepat dan teknik kompatibilisasi diperoleh campuran yang cocok
(H.S.Liu,2001).
2.4.3. Anhidrida Maleated Grafted Polipropilena (AM- g- PP).
Okulasi (pencangokan) PP dengan maleic anhidrid dapat dibuat secara
langsung dengan menggunakan berbagai teknik mencakup termal, larutan dan
tekanan (tekanan reaktif). Gambar 2.19, memperlihatkan struktur dari AM- g -PP .
adesi antar muka antara bahan pengisi dan matriks polimer oleh dua jenis
interaksi.
Gambar 2.19. Struktur zat penyerasi dari AM-g-PP.
Kelompok maleic anhidrid bereaksi dengan kehadiran golongan
fungsional terhadap permukaan dari pengisi untuk mengurangi tegangan antar
muka dan meningkatkan adhesi interaksi kutub yang spesifik yaitu ikatan
hidrogen atau gaya Van der Waals . Tergantung pada jenis bahan pengisi,
berbagai fungsionalitas permukaan tersedia untuk asam atau anhidrid untuk saling
berhubungan. Jenis kedua dari interaksi terdiri dari co-crystallization tinggi, berat
molekular dengan rantai molekular dari matriks polimer memberi rintangan fisik.
Oleh karena itu, kompatibiliser harus kompatibel dengan fase tunggal (secara
umum tanpa kutub) dan harus menciptakan interaksi spesifik dengan tahap lain.
Pada Gambar 2.20. Menggambarkan mekanisme dari tindakan kompatibiliser
AM-g-PP . Struktur kimia dari grafted PP memainkan satu peranan penting
dalam kinerja sebagai sebuah agen kopling. Grafted PP dengan banyak kelompok
Universitas Sumatera Utara
anhidrid terpasang akan dibentuk dalam berbagai lokasi untuk mengikat
permukaan pengisi. Grafting pada satu molekul PP, menjadi co-crystallization
terbatas dengan matriks PP. Oleh karena itu, pencangkokan terjadi pada berbagai
lokasi sepanjang molekul PP . Di sisi lainnya, kelompok homo polymerized
anhidrid boleh saja mengurangi jumlah lokasi reaktif yang tersedia untuk
bereaksi dengan pengisi sedemikian rupa sehingga, derajat okulasi dan struktur
kimia dari AM-g-PP memainkan peranan penting dalam kinerjanya sebagai
sebuah kompatibiliser.
Sampai saat ini, AM-g-PP digunakan secara luas sebagai sebuah zat penyerasi
(agent compatibilizing) untuk menghasilkan PP nanokomposit. Banyak penelitian
telah dilakukan secara ekstensif terhadap pengaruh AM-g-PP terhadap sifat-sifat
PP nanokomposit termasuk konsentrasi AM-g-PP, berat molekular dan tingkat
pencangkokan maleic anhidride . (Lim Jian Wei 2006, ) mempelajari efek dari
berat molekular dan maleic anhidride (MA) ,maleated polipropilena terhadap
peleleh pencampuran polipropilena/ organoclay nanocomposites dengan AM-g-
PP sebagai compatibilizers .
Gambar .2.20.Mekanisme kerja fungsionalisasi dari polar AM-g-PP
(Lim Jian Wei ,2006)
Menurut Ragunathan Santiagoo, Hanafi Ismail and Kamarudin Hussin,
(2010) penambahan AM-g-PP dapat meningkatkan kekuatan tarik, dan morfologi
serta kompatibilisasi antara matrik dan bahan pengisi pada campuran PP dengan
recycle dacrylonitrile butadiene rubber (NBRr)/ rice husk powder ( R H P ) .
PP Chongprakobkit, S. et al.2007,menyelidiki pengaruh kompatibiliser AM-g-PP
Universitas Sumatera Utara
terhadap blend PP/PA6. Penambahan AM-g-PP dapat meningkatkan adesi
antarmuka dan kekuatan tarik dari campuran dan meningkatkan homogenitas dari
fase dispersi PA6 dalam matrik.Laju kristalisasi PP lebih tinggi dibandingkan
dengan PP murni,sifat ini berhubungan dengan sifat inti komponen PA6.
2.4.4. Anhidrida Maleat Grafted Karet Alam (AM-g-KA).
Grafting karet alam dengan maleic anhidrid dapat dibuat secara langsung dengan
menggunakan berbagai teknik mencakup termal, larutan dan tekanan (tekanan
reaktif).Struktur dari AM-g-KA ditunjukkan pada Gambar 2.21.Banyak penelitian
dilakukan dalam grafting karet alam dan maleat anhidrida (AM-g-KA)
diantaranya .
Gambar.2.21.Maleat Karet alam.
Dengan penambahan AM-g-KA kedalam komposit paper sludge akan dapat
meningkatkan kekuatan tarik dan modulus dibandingkan dengan tanpa AM-g-KA
(H.Ismail,2005).
(C.Nakason ,2003) melakukan grafting anhidrida maleat (MA) ke Karet alam
(KA) atau AM-g-KA dengan sintesis dalam larutan toluena. Benzoil peroksida
(BPO) digunakan untuk memulai kopolimerisasi radikal bebas .
Pengaruh konsentrasi monomer dan inisiator bersama dengan pengaruh suhu
reaksi dan waktu reaksi juga diteliti.Peningkatan waktu reaksi dan suhu reaksi
menyebabkan peningkatan jumlah MA yang dicangkokkan .Suhu transisi gelas
(Tg) maleat karet alam (MKA) lebih tinggi dari pada suhu KA murni.Tg
meningkat dengan meningkatnya konsentrasi monomer yang digunakan dalam
kopolimerisasi.
Universitas Sumatera Utara
Grafting kopolimer anhidrida maleat dan karet alam dapat dilakukan pada
fasa cair dengan memvariasikan komposisi dari MA dan sebagai filler
ditambahkan silika, dari hasil penelitian menunjukkan dengan meningkatkan
jumlah MA maka viskositas dan waktu kuring meningkat namun perbedaan torsi
dan tingkat indeks kuring menurun .Ikatan karet meningkat dengan meningkatnya
kadar MA yang menunjukkan peningkatan interaksi pengisi-karet.( Kannika
Sahakaro,2008).
AM-g-KA dicampur dengan PP dan memvariasikan komposisi MA dan fenol
polipropilen dengan menggunakan sistim vulkanisasi belerang.Diteliti pengaruh
MA termoplastik vulkanisasi.Tegangan geser,viskositas geser ,kekuatan tarik dan
sifat kekerasan meningkat dengan peningkatan jumlah MA yang digrafting.Hal ini
terjadi karena kompatibilisasi antara AM-g-KA dan PP terbentuk. (Charoen
Nakason,2008)
Penggunaan kompatibiliser maleate anhydride (MA) yang di-graft ke molekul KA
pada blend maleated karet alam (MKA)/PP dapat memperkecil ukuran partikel
KA yang terdistribusi dalam matriks PP, sehingga dapat meningkatkan sifat-sifat
blend.
2.4.5.Maleat Anhidrida
Maleat anhidrida (cis-butenadioat anhidrida, anhidrida toksilat, dihidro-2,5-
dioksofuran) adalah sebuah senyawa organik dengan rumus kimia C4H2O3. Dalam
keadaan murninya, dan tidak berwarna atau berwarna putih padat dengan bau
yang tajam.Maleat anhidrida secara tradisional dimanufaktur dari oksidasi
benzena atau senyawa aromatik lainnya.
Maleat anhidrida adalah senyawa vinil tidak jenuh ,merupakan bahan
mentah dalam sintesa resin poliester,pelapisan permukaan karet ,deterjen ,bahan
aditif dan minyak pelumas ,plastisizer dan kopolimer. Maleat anhidrida
mempunyai sifat kimia khas yaitu adanya ikatan etilenik dengan gugus karbonil di
dalamnya ,yang berfungsi dalam reaksi adisi .
Terdapat banyak reaksi kimia yang dapat dilakukan oleh maleat anhidrida:
Universitas Sumatera Utara
• Hidrolisis, menghasilkan asam maleat, cis-HO2CCH = CHCO2H. Dengan
alkohol, menghasilkan setengah ester, cis-HO2CCH = CHCO2CH3.
• Maleat anhidrida merupakan dienofil dalam reaksi Diels-Alder
• Maleat anhidrida (MA) adalah ligan yang baik untuk kompleks logam
bervalensi rendah, misalnya Pt(PPh3)2(MA) dan Fe(CO)4(MA)
(Wikipedia, Org)
Maleat anhidrida digunakan dalam penelitian polimer. Maleat anhidrida dapat
dibuat dari asam maleat, seperti reaksi dibawah ini :
Gambar 2.22.Pembentukan Maleat Anhidrida.
Maleat anhidrida dengan berat molekul 98,06, larut dalam air, meleleh
pada temperatur 57- 600 C, mendidih pada 2020 C dan spesifik grafity 1,5.g/cm3.
Ada beberapa sifat-sifat maleat anhidrida seperti pada Tabel.2.6.
Tabel.2.5.Sifat-sifat maleat anhidrida.
Sifat Keterangan
Deskripsi Berwarna atau padatan putih Bentuk molekul C4H2O3 Berat molekul 98,06 g/mol Titik didih 202 oC Titik Cair 52,8 oC Tekanan 0,1 torr 25oC Kelarutan Larut dalam air,eter,asetat,klorofom ,aseton,etil asetat,benzena. ( HSDB .1995)
Universitas Sumatera Utara
2.5. Polipropilena.
Polipropilena PP atau sering disebut dengan polypropene, adalah
polimer termoplastik yang dibuat oleh industri kimia ,polimer ini mempunyai
keseimbangan sifat yang baik sehingga dapat digunakan dalam berbagai
pemakaian seperti : pembungkus makanan ,tekstil (tali, pakaian tahan panas
,karpet),alat tulis menulis ,peralatan laboratorium ,loudspeaker ,komponen-
komponen otomotif dan perlengkapan elektronik . Polimer adisi yang terbuat
dari propilena monomer, permukaannya tidak rata serta memiliki sifat resistan
yang tidak biasa terhadap kebanyakan pelarut kimia, basa dan asam. Polipropilena
biasanya didaur ulang (Wikipedia). Polipropilena merupakan polimer kristalin
yang dihasilkan dari proses polimerisasi gas propilena. Propilena mempunyai
specific gravity rendah dibandingkan dengan jenis plastik lain. Polipropilena
merupakan polimer hidrokarbon yang termasuk ke dalam polimer termoplastik
yang dapat diolah pada suhu tinggi. Struktur molekul propilena adalah :
Gambar.2.23. Struktur Polipropilena.
Sifat-sifat fisik dan sifat kimia polipropilena.
Polipropilena merupakan jenis bahan baku plastik yang ringan, densitas
0,90 – 0,92, memiliki kekerasan dan kerapuhan yang paling tinggi dan bersifat
kurang stabil terhadap panas dikarenakan adanya hidrogen tersier. Penggunaan
bahan pengisi dan penguat memungkinkan polipropilena memiliki mutu kimia
yang baik sebagai bahan polimer dan tahan terhadap pemecahan karena tekanan
(stress-cracking) walaupun pada temperatur tinggi. Kerapuhan polipropilena
dibawah 0o C dapat dihilangkan dengan penggunaan bahan pengisi. Dengan
bantuan pengisi dan penguat, akan terdapat adhesi yang baik.(Gachter, 1990).
Polimer yang memiliki konduktivitas panas rendah seperti polipropilena
(konduktivitas = 0,12 W/m) kristalinitasnya sangat rentan terhadap laju
Universitas Sumatera Utara
pendinginan. Misalnya dalam suatu proses pencetakan termoplastik membentuk
barang jadi yang tebal dan luas, bagian tengah akan menjadi lebih lambat dingin
dari pada bagian luar, yang bersentuhan langsung dengan cetakan. Akibatnya,
akan terjadi perbedaan derajat kristalinitas pada permukaan dengan bagian
tengahnya.
Polipropilena mempunyai tegangan (tensile) yang rendah, kekuatan
benturan (impact strength) yang tinggi dan ketahanan yang tinggi terhadap pelarut
organik. Polipropilena juga mempunyai sifat isolator yang baik mudah diproses
dan sangat tahan terhadap air karena sedikit sekali menyerap air, dan sifat
kekakuan yang tinggi. Seperti polyolefin lain, polipropilena juga mempunyai
ketahanan yang sangat baik terhadap bahan kimia anorganik non pengoksidasi,
deterjen, alkohol dan sebagainya. Tetapi polipropilena dapat terdegradasi oleh zat
pengoksidasi seperti asam nitrat dan hidrogen peroksida. Sifat kristalinitasnya
yang tinggi menyebabkan daya regangannya tinggi, kaku dan keras. (Almaika, S,
1983)
Secara komersial kebanyakan polipropilena adalah isotaktik dan
mempunyai tingkat kristalinitas antara LDPE dan HDPE . Polipropilena secara
normal tangguh dan fleksibel terutama jika berpolimerisasi dengan etilena.
Polipropilena dapat digunakan pada pembuatan plastik yang berhubungan dengan
bahan-bahan ABS . Polipropilena dapat dipertimbangkan secara ekonomi ,dan
dapat dibuat tembus cahaya jika tidak diberi warna tapi tidak transparan seperti
polistirena ,akrilik atau plastik yang lain . Polipropilena tahan terhadap kelelahan
.(Wikipedia)
Titik lebur atau titik cair ditentukan dengan menemukan temperatur
tertinggi dari differential scanning calorimetry (DSC) .Polipropilena isotaktik
mempunyai titik lebur 171 oC (340oF).
(a)
Universitas Sumatera Utara
(b)
(c)
Gambar 2.24.Struktur tiga dimensi dari polipropilena, a.Isotaktik, b. Ataktik, dan c. Sindiotaktik.
Secara komersial polipropilena isotaktik mempunyai titik lebur antara 160-
166oC (320-331 oF), untuk ataktik tergantung pada bahan dan kristalinitas.
Polipropilena syndiotaktik dengan kristalinitas 30% mempunyai titik lebur 130oC
(266 oF). (Wikipedia).
Kecepatan peleburan (melt flow rate,MFR) atau indeks kecepatan
peleburan (melt flow index,MFI) diukur dari berat molekul polipropilena .
Pengukuran membantu untuk menentukan bagaimana mudahnya bahan melebur
selama proses. Polipropilena dengan MFR yang tinggi adalah plastik yang mudah
dicetak dengan proses injeksi atau tiupan (blow). Dengan peningkatan proses
peleburan ,beberapa sifat fisik seperti kekuatan impak akan menurun .
Untuk menghasilkan polipropilena yang elastis, katalis yang menghasilkan
polipropilena isotaktik bisa dibuat, tapi dengan gugus organik yang
mempengaruhi taktisitas yang ditahan di tempat oleh sebuah ikatan yang relatif
lemah. Setelah katalis menghasilkan polimer pendek yang mampu berkristalisasi,
cahaya dengan frekwensi yang tepat digunakan untuk memecahkan ikatan yang
lemah ini, serta menghilangkan selektivitas katalis sehingga panjang rantai yang
tersisa adalah ataktik. Hasilnya adalah bahan yang pada umumnya amorf dengan
kristal-kristal kecil tersisip di dalamnya.Karena salah satu ujung dari tiap rantai
berada di dalam sebuah kristal sedang sebagian besar panjangnya berada dalam
Universitas Sumatera Utara
bentuk amorf dan lunak, maka wilayah kristalin mempunyai kegunaan yang sama
dengan vulkanisasi.(http://wapwdia.mobi/id/berkas )
Secara umum, PP memiliki sifat mekanis yang baik dengan massa jenis
yang rendah ,tahan terhadap panas dan kelembaban ,serta memiliki kesetabilan
dimensi yang baik.
Berdasarkan monomer penyusunnya ,polipropilena dapat dibedakan menjadi :
1.Polipropilena Homopolimer : Polipropilena yang disusun hanya oleh monomer
yang sejenis . Sifat utama jenis polipropilena ini adalah kekakuannya ,yang
bahkan juga dimiliki pada temperatur tinggi . Jenis PP ini memiliki temperatur
transisi gelas 0oC ,sehingga jenis PP ini bersifat getas pada temperatur rendah .
Pada sifat optis ,jenis PP ini memiliki tingkat kebeningan sedang (translucent) .
2. Polipropilena Random Copolimer : PP yang disusun oleh monomer propilena
dan etilena yang tersusun acak dalam rantai PP. Random copolymer dikenali
terutama dari kebeningannya dan kelenturannya yang tinggi. Namun kekuatan dan
kekerasannya kurang jika dibandingkan oleh PP homopolimer .
3.Polipropilena Impact Copolimer (ICP) yaitu Polipropilena yang disusun oleh
monomer propilena dan etilena yang tersusun dalam dua blok fasa yaitu PP
homopolimer dan etilen-propilena –rubber (EPR). ICP dapat dikenali dari sifatnya
yang memiliki ketahanan impak yang sangat baik ,termasuk pada temperatur
rendah (temperatur transisi gelas -30oC) dan berwarna putih susu doff.(Buku
Saku,Wikipedia).
Pengolahan untuk melelehkan polipropilena dapat dilakukan dengan cara
ekstrusi dan pencetakan. Metode ekstrusi (peleleran) umumnya menghasilkan
serat pintal ikat (spun bond) dan tiup (hembus) leleh untuk membentuk gulungan
yang panjang yang dapat diubah menjadi beragam produk yang berguna seperti
masker muka, penyaring, popok dan lap.
Teknik pembentukan yang paling umum adalah pencetakan suntik, yang
digunakan untuk berbagai peralatan seperti cangkir, alat pemotong, botol kecil,
topi, wadah, perabotan, dan suku cadang otomotif seperti baterai. Teknik
pencetakan tiup dan injection-stretch blow molding yang digunakan melibatkan
ekstrusi dan pencetakan.
Universitas Sumatera Utara
2.6. Pengujian dan Karakterisasi . 2.6.1. Sifat-Sifat Mekanik.
Sifat mekanik bahan adalah : hubungan antara respons atau deformasi
bahan terhadap beban yang bekerja. Sifat mekanik : berkaitan dengan kekuatan,
kekerasan, keuletan, dan kekakuan. Stress (tegangan ) ,Strain ( regangan) .
Bahan dapat dibebani dengan 3 cara : tarik, tekan, geser (gunting).
Gambar .2.25.Pembebanan Bahan
Pengujian mekanik diantaranya adalah : Uji tarik (Tensile Test) dan
Uji Tekan (Compression Test). Pengujian yang setipe dengan uji tarik adalah uji
sobek (tear test), uji geser (shear test), uji kelelahan (fatigue test), dan uji kelupas
(peal test). Sedangkan pengujian yang sejenis dengan uji tekan adalah uji lentur
(bending/flexural test).
Perilaku mekanika polimer termoplastik sebagai respon terhadap
pembebanan secara umum dapat dijelaskan dengan mempelajari hubungan antara
struktur rantai molekulnya dan fenomena yang teramati.
Universitas Sumatera Utara
Gambar. 2.26.Spesimen Uji Tarik dan Perilaku Polimer Termoplastik pada
saat mengalami pembebanan pada Mesin Uji Tarik
Pada polimer termoplastik perilaku mekanik secara umum dapat dikelompokkan
menjadi 3 bagian, yaitu: (1) Perilaku Elastik, (2) Perilaku Plastik, dan (3)
Perilaku Visko-Elastik.
Gambar. 2.27.Kurva Hubungan Tegangan Terhadap Regangan .
Secara umum perilaku termoplastik adalah elastik non-linear yang
tergantung pada waktu (time-dependent) dan mekanisme yang terjadi pada daerah
elastis, yaitu:
(1) Distorsi keseluruhan bagian yang mengalami deformasi
(2) Regangan dan distorsi ikatan-ikatan kovalennya.
Universitas Sumatera Utara
Perilaku elastik non-linear atau non-proporsional pada daerah elastis terutama
berhubungan dengan mekanisme distorsi dari keseluruhan rantai molekulnya yang
linear atau linear dengan cabang.
Gambar.2.28.Perilaku Elastik Polimer Termoplastik.
Perilaku plastis pada polimer termoplastik pada umumnya dapat
dijelaskan dengan mekanisme gelinciran rantai (chain sliding). Ikatan sekunder
sangat berperan dalam mekanisme ini sebagaimana diilustrasikan dalam Gambar
2-29. Mula-mula akan terjadi pelurusan rantai liner molekul polimer yang
keadaannya dapat diilustrasikan seperti ‘mie’ dengan ikatan sekunder dan saling
kunci mekanik. Selanjutnya akan terjadi gelinciran antara rantai molekul yang
telah lurus pada arah garis gaya. Ikatan sekunder dalam hal ini akan berperan
sebagai seamcam ‘tahanan’ dalam proses gelincir atau deformasi geser (shear)
antar rantai molekul yang sejajar searah dengan arah garis gaya. Dengan
demikian dapat dijelaskan bahwa ikatan sekunder sangat menentukan ketahanan
polimer termoplastik terhadap deformasi plastik atau yang selama ini kita kenal
dengan kekuatan (strength) dari polimer. Gelinciran rantai molekul polimer
termoplastik dapat pula dilihat sebagai aliran viskos dari suatu fluida.
Kemudahan molekul polimer untuk dideformasi secara permanen dalam hal ini
berbanding lurus dengan viskositas dari polimer. Dari persamaan umum dapat
dilihat bahwa tegangan geser akan menyebabkan gradien kecepatan antar rantai
molekul yang dapat menyebabkan deformasi permanen tergantung pada
viskositasnya.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2-29.Perilaku Plastik Polimer Termoplastik
Perilaku penciutan (necking) dari polimer termoplastik amorphous agak
sedikit berbeda dengan perilaku penciutan logam pada umumnya. Hal ini
disebabkan karena pada saat terjadi penciutan akan terjadi kristalisasi yang
menyebabkan penguatan lokal pada daerah tersebut dan penurunan laju deforamsi.
Gambar .2.30.Penciutan dan Kristalisasi Polimer Termoplastik amorphous pada Pengujian Tarik.
Visko-elastisitas berhubungan dengan perilaku polimer termoplastik saat
dideformasi yang terjadi dengan deformasi elastis dan aliran viskos ketika beban
diaplikasikan pada bahan. Hal ini berhubungan dengan ketergantungan perilaku
bahan terhadap waktu pada saat deformasi elastis dan plastis.
2.6.1.1.Kekuatan Tarik.
Universitas Sumatera Utara
Pengujian tarik (tensile test) adalah pengujian mekanik secara statis
dengan cara sampel ditarik dengan pembebanan pada kedua ujungnya dimana
gaya tarik yang diberikan sebesar P (Newton). Dalam pengujiannya, bahan uji
ditarik sampai putus. Tujuannya untuk mengetahui sifat-sifat mekanik tarik
(kekuatan tarik) dari komposit yang diuji. Pertambahan panjangnya (Δl) yang
terjadi akibat gaya tarikan yang diberikan pada sampel uji disebut deformasi. Dan
regangan merupakan perbandingan antara pertambahan panjang dengan panjang
mula-mula yang dinyatakan dalam persamaan (2.1). Regangan merupakan ukuran
untuk kekenyalan suatu bahan yang harganya biasanya dinyatakan dalam persen .
%100%1000
0
0
×−
=×∆
=l
lll
lε (2.1)
dengan:
ε = regangan (%)
l∆ = pertambahan panjang (m)
0l = panjang mula-mula (m)
l = panjang akhir (m)
Perbandingan gaya pada sampel terhadap luas penampang lintang pada saat
pemberian gaya disebut tegangan (stress). Tegangan tarik maksimum adalah suatu
kekuatan tarik (tensile strength) suatu bahan ditetapkan dengan membagi gaya
tarik maksimum dengan luas penampang mula-mula, dengan persamaan sebagai
berikut (Roger Brown ,2002) :
0APm
m =σ (2.2)
dengan:
mσ = Tegangan tarik maksimum (Nm-2)
mP = Gaya tarik maksimum (N)
0A = Luas penampang awal (m2)
Gaya amksimum adalah besarnya gaya yang masih dapat ditahan oleh
sampel sebelum putus. Tegangan perpatahan adalah perbandingan gaya
perpatahan mula-mula. Gaya perpatahan adalah besarnya gaya saat sampel putus.
Universitas Sumatera Utara
Persamaan dapat dituliskan sebagai berikut :
0A
Puu =σ (2.3)
dengan:
uσ = tegangan perpatahan (Nm-2)
uP = gaya perpatahan (N)
0A = luas penampang awal (m2)
Gambar. 2.31.Kurva Tegangan-Regangan Bahan Kenyal .
Grafik ini menunjukkan bahwa dari bagian awal kurva tegangan-regangan
mulai dari titik o sampai a merupakan daerah elastis, dimana daerah ini berlaku
hukum Hooke. Titik a merupakan batas plastis yang didefenisikan sebagai
tegangan terbesar yang dapat ditahan oleh suatu bahan tanpa mengalami regangan
permanen apabila beban ditiadakan. Dengan demikian, apabila beban ditiadakan
di sebarang titik o dan a, kurva akan menelusuri jejaknya kembali dan bahan yang
bersangkutan akan kembali ke panjang awalnya. Titik b merupakan tegangan tarik
maksimum yang masih bisa ditahan oleh bahan. Titik c merupakan titik
putus/patah. Penambahan beban sehingga melampaui titik a akan sangat
menambah regangan sampai tercapai titik c dimana bahan menjadi putus. Dari
titik a sampai c dikatakan bahan mengalami deformasi plastis. Jika jarak titik o
dan a besar, maka bahan itu dikatakan kenyal (ductile). Jika pemutusan terjadi
segera setelah melewati batas elastis maka bahan itu dikatakan rapuh.
Pada daerah antara titik o dan a berlaku hukum Hooke dan besarnya modulus
Universitas Sumatera Utara
elastisitas pada daerah ini dapat ditulis dengan persamaan :
%100×=εσE (2.4)
dengan:
E = modulus elastisitas atau modulus Young (Nm-2)
σ = tegangan (Nm-2)
ε = regangan (%)
Modulus Young adalah ukuran suatu bahan yang diartikan ketahanan
material tersebut terhadap deformasi elastik. Makin besar modulusnya maka
semakin kecil regangan elastik yang dihasilkan akibat pemberian tegangan .
2.6.1.2 .Kekuatan Impak .
Dalam pengujian impak, impraktor yang dipergunakan dalam bentuk
pendulum yang diayunkan dari ketinggian (h) dengan massa (m). Secara mekanik
besarnya energi yang diserap sampel (Es) dihitung dengan menggunakan rumus :
)cos(cos ifmghEs θθ −= (2.5)
dimana :
m = massa pendulum (kg)
g = percepatan gravitasi (kg/m2)
h = tinggi pengangkatan pendulum dari titik setimbang (m)
fθ = sudut yang dibentuk lengan pedulum setelah melewati
kesetimbangan
iθ = sudut awal yang dibentuk lengan pendulum dengan sumbu
vertical.
Besarnya kekuatan impak dari benda uji dengan luas penampang lintang
(A) adalah :
AEsIs= (2.6)
diamna :
Is = kekuatan impak (J/m2)
Universitas Sumatera Utara
Es = energi yang diserap sampel setelah tumbukan (J)
A = luas penampang lintang sampel (m2).
2.6.1.3. Ketahanan Sobek.
Ketahanan sobek berkaitan dengan energi pemutusan. Sifat-sifat tersebut
dapat ditingkatkan dengan menambah ikatan silang hingga mencapai tingkat
kerapatan tertentu. Sifat lainnya adalah histerisis yang mencerminkan besarnya
energi yang hilang, berubah menjadi panas selama deformasi. Histerisis juga
semakin berkurang dengan bertambahnya ikatan silang. Sifat-sifat yang berkaitan
dengan energi pemutusan pada dasarnya meningkat dengan bertambahnya ikatan
silang dan meningkatnya histerisis, tetapi karena histerisis turun selama
vulkanisasi yang membentuk ikatan silang, maka sifat-sifat yang berkaitan dengan
energi pemutusan akan naik hingga mencapai rapat ikatan silang tertentu
kemudian turun kembali( Nuyah 2009). Pengujian ini diamksudkan untuk menguji
ketahanan sobek suatu sampel karet tervulkanisasi, seperti ban mobil, ban sepeda,
ban dalam, atau barang-barang karet teknis lainnya. Pengujian dilakukan hanya
pada bagian yang terdiri dari karet, jadi tidak pada karet yang dilapisi kanvas.
Ketahanan sobek adalah beban yang diperlukan untuk menarik sampai putus suatu
sampel yang telah dilubangi memakai pons ditengah-tengah ,uji sampel sepanjang
5 mm tegak lurus pada arah tarikan.Hasil pengujian digunakan rumus :
TR = F/A
Dengan : TR = Ketahanan Sobek ( N/ mm2).
F = Beban yang diperlukan untuk menarik sampel sampai putus (N).
A = Luas penampang uji (mm2 ).
Crescent
Universitas Sumatera Utara
Delft
Gambar. 2.32. Beberapa model sampel ketahanan Sobek
Alat yang digunakan untuk menguji kekuatan sobek .
Gambar.2.33. Universal Testing Machine Orientec Co.Ltd ,Model UCT-5T
2.6.2 Sifat-Sifat Fisis. 2.6.2.1. Pengujian Kekerasan .
Uji kekerasan (hardness) dilakukan untuk mengetahui besarnya kekerasan
vulkanisat karet dengan kekuatan penekanan tertentu. Kekerasan kompon karet
dipengaruhi oleh adanya jumlah optimum dari penambahan bahan pengisi
penguat, yang akan meningkatkan kekerasan, modulus, ketahanan sobek,
ketahanan kikis dan tegangan putus barang jadi karet. Efek penguatan bahan
pengisi tersebut ditentukan oleh ukuran partikel, keadaan permukaan dan bentuk,
kehalusan butiran dan kerataan penyebaran. Penambahan pengisi tidak aktif hanya
akan meningkatkan kekerasan dan kekakuan barang jadi karet.
Penguji kekerasan dilakukan hanya pada karet yang divulkanisasi.
kekerasan karet tergantung terutama dari jumlah dan jenis bahan pengisi atau
jumlah dan jenis bahan pelunak yang digunakan dalam penyusunan campuran
(kompoun). Di dalam aplikasi manufaktur, material terutama diuji untuk dua
pertimbangan: yang merupakan riset karakteristik suatu material baru dan juga
Universitas Sumatera Utara
sebagai suatu cek mutu untuk memastikan bahwa contoh material tersebut
menemukan spesifikasi kualitas tertentu,dengan demikian kekerasan suatu
vulkanisasi dapat diatur. Pengujian kekerasan adalah salah satu dari sekian banyak
pengujian yang dipakai, karena dapat dilaksanakan pada benda uji yang kecil
tanpa kesukaran mengenai spesifikasi.
2.6.2.2. Sifat-sifat Pembengkakan (Swelling) .
Swelling adalah untuk menentukan besar dan berat . Dimana berat karet
vukanisat bertambah jika direndam dalam cairan resistan dari vulkanisasi dari
minyak disel, karosene dan tolune yang ditentukan sesuai dengan metoda
ASTM D3010 ,dimana sampel yang berbeda dipotong pada ketebalan 1 mm,
sampel direndam pada masing-masing larutan diatas selama 24 jam .
Presentasi swelling ditentukan dengan
Penambahan berat = 1
12
WWW − x 100 %
W1 = berat sampel uji semula .
W2 = berat sampel sesudah direndam.
Karet yang tidak divulkanisasi larut seluruhnya didalam Benzoil, sedangkan karet
yang divulkanisasi hanya menunjukkan pengembangan. Pengembangan ini
tergantung dari tingkat vulkanisasinya dan dari banyaknya bahan pengisi yang
terkandung . Uji pengembangan (swelling) dalam air bertujuan untuk menentukan
apakah besar dan berat karet vulkanisat bertambah jika direndam dalam suatu
cairan (Soewarti-Soeseno, 1979 : 1978).
Jika pengembangan rata kesegala arah ( yaitu jika panjang pada potongan
melintang dan potongan memanjang setelah perendaman sama ) , maka untuk
menghitung penambahan volume adalah :
Pertambahan volume = ( ) ( )( )
%10030
30
31 X
LLL −
diamna : L0 = Panjang sampel sebelum perendaman
L1 = Panjang sampel sesudah perendaman
Jika pengembangan kesegala arah tidak merata atau sisinya sukar diukur karena
Universitas Sumatera Utara
bentuknya tidak teratur , maka rumus yang dipakai untuk pertambahan volume
dapat di hitung dengan persamaan :
Pertambahan volume = ( ) ( )
( ) %10021
2143 XWW
WWWW−
−−−
Dengan :
W1 = Berat sampel uji di udara (sebelum diuji)
W2 = Berat sampel didalam air
W3 = Berat sampel uji di udara setelah direndam
W4 = Berat sampel uji di dalam air setelah direndam (sesudah diuji).
2.6.3. Analisis Termal .
Analisa teramal secara umum didefinisikan sebagai sekumpulan teknik yang
mengukur sifat fisis suatu bahan dan atau hasil-hasil reaksi yang diukur sebagai
fungsi temperatur. Karakteristik termal memegang peranan penting terhadap sifat
suatu bahan karena berkaitan erat dengan struktur dalam bahan itu sendiri. Suatu
bahan bila dipanaskan akan terjadi perubahan struktur yang mengakibatkan
adanya perubahan dalam kapasitas panas atau energi termal bahan tersebut.
Teknik analisa termal digunakan untuk mendeteksi perubahan fisika (penguapan)
atau kimia (dekomposisi) suatu bahan yang ditunjukkan dengan penyerapan panas
(endotermik) dan pengeluaran panas (eksotermik). Proses termal meliputi antara
lain proses perubahan fase (transisi gelas), pelunakan, pelelehan, oksidasi, dan
dekomposisi. Dalam kaitannya dengan industri, teknik analisa termal digunakan
untuk penentuan kontrol kualitas suatu produk atau bahan khususnya polimer.
Tanpa adanya pengetahuan data-data termal, pemrosesan suatu bahan akan sangat
sulit dilakukan. Sifat termal suatu bahan menggambarkan kelakuan dari bahan
tersebut jika dikenakan perlakuan termal (dipanaskan atau di dinginkan). Dengan
demikian pengetahuan tentang sifat termal suatu bahan menjadi sangat penting
dalam kaitannya dengan pemrosesan bahan menjadi barang jadi maupun untuk
kontrol kualitas. Dengan memahami jenis perubahan struktur yang terjadi dapat
ditentukan langkah proses yang sesuai.
Universitas Sumatera Utara
2.6.3.1 Stabilitas Termal.
Pada bahan polimer analisis termal digunakan untuk penentuan kontrol
kualitas suatu bahan. Tanpa adanya pengetahuan data-data termal, pemrosesan
suatu bahan akan sangat sulit dilakukan. Sifat termal suatu bahan menggambarkan
kelakuan dari bahan tersebut jika dikenakan perlakuan termal (dipanaskan /
didinginkan). Dengan demikian pengetahuan tentang sifat termal suatu bahan
menjadi sangat penting dalam kaitannya dengan pemrosesan bahan menjadi
barang jadi maupun sebagai kontrol
Ketika zat organik dipanaskan sampai suhu tinggi maka memiliki
kecendrungan untuk membentuk senyawa-senyawa aromatik, hal ini mengikuti
fakta bahwa polimer-polimer aromatik mesti tahan terhadap suhu tinggi. Agar
suatu polimer layak dianggap stabil panas atau tahan panas, polimer tersebut harus
tidak terurai di bawah suhu 4000C dan harus mempertahankan sifatnya yang
bermanfaat pada suhu dekomposisi, polimer-polimer demikian harus memiliki
suhu transisi gelas atau peleburan kristal yang tinggi.
Stabilitas panas utamanya merupakan fungsi dari energi ikatan. Ketika
suhu naik ke titik dimana energi getaran menimbulkan putusnya ikatan, polimer
yang bersangkutan akan terurai. Dalam kasus ini putusnya satu ikatan dalam satu
cincin tidak menghasilkan penurunan berat molekul, dan kemungkinan putusnya
dua ikatan dalam satu cincin lebih rendah. Dengan demikian polimer tangga atau
semi tangga diharapkan memiliki stabilitas panas yang lebih tinggi dari pada
polimer dengan rantai terbuka. Dekomposisi dalam udara adalah suatu ukuran
untuk stabilitas termooksidatif bahan pada umumnya mengikuti mekanisme yang
berbeda. Akan tetapi adanya oksigen, memiliki efek kecil terhadap suhu
dekomposisi awal, oleh karena itu putusnya ikatan utamanya merupakan sebuah
proses termal bukan oksidatif.
2.6.3.2. Differential Scanning Calorimetry ( DSC).
Prinsip DSC tidak jauh berbeda dengan prinsip kalorimetri biasa , hanya
dalam hal ini digunakan sampel dari polimer yang agak jauh lebih kecil
Universitas Sumatera Utara
(maksimum 50 mg , misalnya 10 mg ) dan peralatan kalor lebih teliti . Berbeda
dengan dengan teknik DTA , teknik DSC menggunakan teknik pemanas
individual masing-masing untuk sampel dan pembanding seperti diperlihatkan
pada Gambar.2.34. (David I. bower, 2002).
Gambar .2.34. Skematik Pengujian Dengan DSC.
Suhu sampel dan pembanding selalu dipertahankan sama dengan menggunakan
panas . Bila terjadi perubahan kapasitas kalor sampel selama kenaikan suhu ,
pemanas sampel berusaha mengatur banyaknya kalor yang diberikan . Perbedaan
tenaga listrik yang dibutuhkan antara pemanas sampel dan pemanas pemmbanding
ini berbanding langsung dengan perubahan entalpi proses yang dialami sampel .
Karena itu dalam termogram DSC , yakni plot perubahan entalpi (ΔH) terhadap
kenaikan suhu, proses eksotermis dinyatakan sebagai – ΔH dan proses endotermis
sebagai + ΔH ,( Basuki Wirjosentono 1995). Analisa panas dilaksanakan dengan
menggunakan alat DSC-7 Perkin elmer Differential Scanning Calorimeter.
Sampel dengan ASTM D 3895-98 pertama sekali dipanaskan dari 20 0C/menit
sampai 200 0C dan dijaga pada suhu ini selama 10 menit untuk memastikan semua
kristal telah melebur. Suhu lebur dan panas peleburan (∆H f) diukur sepanjang
proses pemanasan. Persentase kristaliniti (Xc) diukur dengan membagi panas
peleburan ∆H f dengan panas peleburan kristal murni (∆H 0f100%) dapat dilihat
pada persamaan di bawah ini.
Universitas Sumatera Utara
% kristalinitas (Xkom) = of
fkom
∆Η∆Η
x 100%
Dimana :
∆ Hf kom = entalpi peleburan komposit
∆ H0f = entalpi peleburan standart PP
Panas peleburan kristal murni (∆H 0f 100%) untuk polipropilena adalah 209 J/g
(Joseph, dkk, 2003) sedangkan persentase untuk peleburan fasa PP di dalam
komposit dapat dilihat pada Persamaan di bawah ini.
Xpp = PPf
kom
WX x 100%.
Dimana :
Xpp = derajat kristalinitas PP di dalam komposit
Xkom = derajat kristalinitas komposit
W f pp = fraksi berat pp di dalam komposit.
Hasil pengujian DSC merupakan kurva termogram yang dapat digunakan untuk
menentukan suhu transisi glass dan suhu leleh. (Cheremisinoff, N.P. © 1996)
(a) (b)
Gambar .2.35 . Model Ilustrasi Termogram DSC.
2.6.4. Scanning Elektron Microscopy (SEM).
SEM merupakan pencitraan material dengan mengunakan prinsip
mikroskopi. Mirip dengan mikroskop optik, namun alih-alih menggunakan
cahaya, SEM menggunakan elektron sebagai sumber pencitraan dan medan
Universitas Sumatera Utara
elektromagnetik sebagai lensanya. Elektron diemisikan dari katoda (elektron gun)
melalui efek foto listrik dan dipercepat menuju anoda. Filamen yang digunakan
biasanya adalah tungsten atau lanthanum hexaboride (LaB). Scanning coil, akan
mendefleksikan berkas electron menjadi sekumpulan array (berkas yang lebih
kecil), disebut scanning beam dan lensa obyektif (magnetik) akan
memfokuskannya pada permukaan sampel. (Cheremisinoff, N.P. © 1996) .
Elektron kehilangan energi pada saat tumbukan dengan atom material, akibat
scattering dan absorpsi pada daerah interaksi dengan kedalaman 100 nm sampai 2
µm. Ini membuat material akan meradiasikan emisi meliputi sinar-X, elektron
Auger, back-scattered electron dan secondary electron. Pada SEM, sinyal yang
diolah merupakan hasil deteksi dari secondary electron yang merupakan elektron
yang berpindah dari permukaan sampel. SEM dipakai untuk mengetahui struktur
mikro suatu material meliputi tekstur, morfologi, komposisi dan informasi
kristalografi permukaan partikel. Morfologi yang diamati oleh SEM berupa
bentuk, ukuran dan susunan partikel. SEM adalah salah satu jenis mikroskop
elektron yang menggunakan berkas elektron untuk menggambar profil permukaan
benda.
Prinsip kerja SEM adalah menembakkan permukaan benda dengan berkas
elektron berenergi tinggi seperti diilustrasikan pada Gambar 2.36. Permukaan
benda yang dikenai berkas akan memantulkan kembali berkas tersebut atau
menghasilkan elektron sekunder ke segala arah. Tetapi ada satu arah dimana
berkas dipantulkan dengan intensitas tertinggi. Detektor di dalam SEM
mendeteksi elektron yang dipantulkan dan menentukan lokasi berkas yang
dipantulkan dengan intensitas tertinggi. Arah tersebut memberi informasi profil
permukaan benda seperti seberapa landai dan ke mana arah kemiringan.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.36. Dalam SEM berkas elektron berenergi tinggi mengenai
permukaan material.
Elektron pantulan dan elektron sekunder dipancarkan kembali dengan
sudut yang bergantung pada profil permukaan material .Pada saat dilakukan
pengamatan, lokasi permukaan benda yang ditembak dengan berkas elektron di-
scan ke seluruh area daerah pengamatan. Kita dapat membatasi lokasi pengamatan
dengan melakukan zoon-in atau zoom-out. Berdasarkan arah pantulan berkas pada
berbagai titik pengamatan maka profil permukan benda dapat dibangun
menggunakan program pengolahan gambar yang ada dalam komputer. SEM
memiliki resolusi yang lebih tinggi daripada mikroskop optik. Hal ini disebabkan
oleh panjang gelombang de Broglie yang dimiliki elektron lebih pendek daripada
gelombang optik. Makin kecil panjang gelombang yang digunakan maka makin
tinggi resolusi mikroskop. Umumnya tegangan yang digunakan pada SEM adalah
puluhan kilovolt.Jika permukaan logam diamati di bawah SEM maka profil
permukaan akan tampak dengan jelas. Untuk material bukan logam seperti
isolator ,agar profil permukaan dapat diamati dengan jelas dengan SEM maka
permukaan material tersebut harus dilapisi dengan logam. Film tipis logam dibuat
pada permukaan material tersebut sehingga dapat memantulkan berkas elektron.
Metode pelapisan yang umumnya dilakukan adalah evaporasi dan sputtering.
Logam pelapis yang umumnya digunakan adalah emas. (Mikrajuddin
Abdullah,2008).
2.6.5.XRD (X-ray Difraction).
Jika muka gelombang bidang tiba pada suatu celah sempit (lebarnya lebih
kecil dari panjang gelombang), maka gelombang ini akan mengalami lenturan
Universitas Sumatera Utara
sehingga terjadi gelombang-gelombang setengah lingkaran yang melebar di
belakang celah tersebut. Peristiwa ini dikenal dengan difraksi.
Difraksi merupakan pembelokan cahaya di sekitar suatu penghalang /suatu celah.
Gambar.2.37.Proses terjadinya difraksi sinar-X (www.micro.magnet.fsu.edu/primer/java/interference/index.html)
Universitas Sumatera Utara