chapter ii
TRANSCRIPT
-
8
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Orang dewasa dari berbagai usia dan latar belakang sosial menunjukkan
variasi frekuensi kehilangan gigi, kemungkinan disebabkan perawatan gigi yang
berbeda sebelumnya.17 Kehilangan gigi sebagian maupun seluruhnya mempengaruhi
fungsi fisik, psikologis, sosial, dan pengunyahan, serta kesehatan umum.18
2.1 Kehilangan Gigi
Prevalensi kehilangan gigi terus meningkat seiring dengan pertambahan usia
sebagai dampak kumulatif dari karies, penyakit periodontal, trauma, atau kegagalan
perawatan.1-2 Keadaan tersebut mencerminkan perilaku atau kebiasaan responden
terhadap kesehatan gigi, jarang memeriksakan gigi ke dokter gigi, ataupun keadaan
lingkungan sosial yang tidak begitu perduli tentang kesehatan gigi.2 Kehilangan gigi
sebagian atau seluruhnya dapat menyebabkan penurunan dalam fungsi pengunyahan,
fisik, psikologis, sosial, dan kesehatan umum.4,19 Menurut data dari survey kesehatan
gigi orang dewasa di Inggris pada tahun 1998, lebih dari setengah populasi memiliki
1 20 elemen gigi asli dan 17% dari populasi dengan jumlah gigi 21 24 elemen
memakai gigitiruan sebagian.18 Penelitian kesehatan gigi di Australia melaporkan
bahwa pada populasi penduduk yang berusia 15 tahun ke atas, 11,4% penduduk
memiliki jumlah gigi kurang dari 21 elemen. Prevalensi kehilangan gigi berkaitan
erat dengan usia, hampir tidak ada pada usia 15 34 tahun, namun sangat
berpengaruh pada usia 75 tahun ke atas.17 Data yang didapat dari WHO pada tahun
Universitas Sumatera Utara
-
9
2000 menunjukkan prevalensi kehilangan gigi pada orang yang berusia 65 sampai 75
tahun di Prancis adalah sebesar 16,9%, di Jerman sebesar 24,8%, dan di Amerika
Serikat sebesar 26-31%.20
2.1.1 Dampak Emosional Kehilangan Gigi
Kehilangan gigi sebagian maupun seluruhnya dapat menimbulkan dampak
emosional dan menyebabkan terjadinya stress. Penelitian yang dilakukan oleh Davis
dkk di London menunjukkan bahwa 45% dari pasien yang mengalami kehilangan
gigi sulit menerima keadaannya. Pasien-pasien ini merasa kurang percaya diri dan
tidak ingin dilihat orang lain saat tidak memakai gigitiruan.5-6 Pasien-pasien tersebut
membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menerima kehilangan gigi dan perubahan
bentuk wajah. Reaksi emosional yang sering ditemukan pada pasien yang kehilangan
gigi adalah rasa sedih dan kehilangan, tidak percaya diri, serta perubahan tingkah
laku.5,21
2.1.2 Dampak terhadap Aktivitas Fungsional
Kehilangan gigi sebagian maupun seluruhnya juga berdampak pada aktivitas
fungsional seperti kemampuan mengunyah dan berbicara.1,6-7 Penelitian Allen dan
McMillan menemukan bahwa pemakai gigitiruan lebih sulit mengunyah makanan
yang keras.22 Makanan yang kurang atau tidak dikunyah dapat menyebabkan
gangguan pencernaan. Pasien terpaksa menyesuaikan diri dengan makanan yang lebih
lunak dan memiliki nilai gizi yang kurang.1 Jones dkk dalam penelitiannya
menunjukkan bahwa pasien dengan kehilangan gigi sebagian menghindari memakan
makanan tertentu.18 Hal ini akan menyebabkan pasien mengalami penurunan asupan
nutrisi karena kesulitan dalam mengunyah makanan yang keras seperti daging, sayur-
Universitas Sumatera Utara
-
10
sayuran dan buah-buahan yang keras, oleh karena itu kehilangan gigi harus digantikan
dengan gigitiruan supaya kesehatan umum tidak terganggu. Kehilangan gigi juga
berdampak pada cara berbicara karena dengan hilangnya gigi akan mengakibatkan
kesulitan dalam pengucapan. 7
2.2 Persepsi Masyarakat terhadap Pemakaian Gigitiruan
Penelitian terdahulu menunjukkan ketidaksesuaian antara kebutuhan
perawatan yang dirasakan oleh pasien dan kebutuhan menurut pandangan dokter gigi.
Alasan-alasan permintaan pasien terhadap gigitiruan yang semakin berkurang
bermacam-macam, misalnya tidak tersedianya pelayanan kesehatan gigi yang
memadai, status keuangan pasien dan kebiasaan kebudayaan. Beberapa penelitian
melaporkan bahwa pasien kurang perduli dengan kebutuhan perawatan gigi.9
Faktor yang penting dalam menentukan kebutuhan pelayanan gigi pada
sekelompok orang adalah pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi yang dilakukan
sebelumnya. Keputusan seseorang untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan
tergantung pada tiga faktor, yaitu faktor dalam individu yang secara tidak langsung
berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan seperti usia, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan, dan tempat tinggal. Faktor lain yang memungkinkan adalah
sumber-sumber dalam keluarga seperti asuransi dan fasilitas pelayanan kesehatan.
Selain kedua faktor di atas, faktor kebutuhan juga mempengaruhi yaitu persepsi
individu terhadap status kesehatan gigi dan kebutuhan berdasarkan pemeriksaan
klinis dokter gigi.10
Universitas Sumatera Utara
-
11
2.2.1 Definisi Persepsi
Persepsi adalah proses kognitif yang memungkinkan seseorang dapat
menafsirkan dan memahami lingkungan sekitarnya. Persepsi dialami oleh setiap
orang dalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik melalui penglihatan,
pendengaran, dan penghayatan perasaan.11
2.2.2 Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Masyarakat
Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap kebutuhan
penggunaan gigitiruan yaitu :
1. Jumlah dan lokasi gigi yang hilang
Menurut data-data dari penelitian sebelumnya, kebanyakan pasien yang
kehilangan gigi anterior merasakan perlu pemakaian gigitiruan, namun tidak
demikian halnya dengan pasien yang kehilangan gigi di daerah posterior. Penelitian
Akeel melaporkan bahwa kebutuhan akan gigitiruan makin tinggi seiring dengan
peningkatan jumlah kehilangan gigi, dengan kebutuhan paling besar terdapat pada
jumlah kehilangan gigi lebih dari enam elemen.
2. Usia
Penelitian yang dilakukan oleh Akeel menunjukkan orang yang lebih
dewasa merasa kebutuhan pemakaian gigitiruan lebih diperlukan dibandingkan
dengan orang yang lebih muda.9 Kebanyakan orang yang berusia di atas 40 tahun
merasa perawatan prostodontik diperlukan dan percaya perawatan prostodontik
mampu mempertahankan kesehatan gigi yang tersisa.13
Universitas Sumatera Utara
-
12
3. Jenis kelamin
Jubhari dalam penelitiannya menyatakan bahwa perempuan lebih sering
mengunjungi dokter gigi dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini sesuai dengan
penelitian Stoll yang menyatakan penyebab laki-laki lebih jarang mengunjungi dokter
gigi adalah karena mereka tidak cukup sabar selama perawatan.7
4. Gangguan fungsional
Kebanyakan pasien yang kehilangan gigi merasa perlunya pemakaian
gigitiruan karena terganggunya aktivitas fungsional seperti mengunyah dan berbicara.
Shigli dkk melaporkan bahwa kebanyakan orang India lebih mementingkan fungsi
pengunyahan. Hal ini dikarenakan pemikiran bahwa kehilangan gigi hanya di bagian
anterior saja yang mempengaruhi penampilan, sedangkan kehilangan gigi di bagian
posterior mempengaruhi pengunyahan.12
5. Ketidaknyamanan dan ketidakpuasan dengan penampilan
Osterberg dkk melaporkan estetis lebih menentukan kebutuhan subjektif
dalam penggunaan gigitiruan dibandingkan dengan faktor fungsional. Kebutuhan
penggunaan gigitiruan juga berkaitan erat dengan posisi gigi yang hilang.
6. Kebudayaan
Penelitian tentang persepsi orang Cina di Inggris menyatakan orang Cina
percaya mereka rentan terhadap penyakit gigi sehingga mereka menganggap tidak
ada yang bisa dilakukan bila kehilangan gigi.12
7. Sosioekonomi
Keterbatasan dalam sosioekonomi adalah alasan yang paling sering
dikemukakan orang yang tidak melakukan perawatan prostodontik. Hal ini sesuai
Universitas Sumatera Utara
-
13
dengan penelitian McGrath dan Bedi yang menyatakan bahwa tingkat sosial adalah
faktor yang paling penting dalam membuat keputusan.13
8. Pendidikan
Penelitian Marcus dkk menyatakan bahwa orang yang mendapat
pendidikan lebih tinggi mungkin memiliki keuangan yang lebih baik dan lebih
memprioritaskan kesehatan gigi. Kurangnya pendidikan tentang pentingnya
kesehatan mulut, perlunya perawatan preventif, dan konsekuensi mengabaikan
kesehatan mulut merupakan halangan yang penting bagi kesehatan gigi.12
2.3 Gigitiruan
Kehilangan gigi dapat meningkatkan risiko terhadap kesehatan umum, oleh
karena itu daerah yang tidak bergigi harus digantikan dengan gigitiruan.7 Penggunaan
gigitiruan tidak hanya memperbaiki fungsi pengunyahan, tetapi juga meningkatkan
estetis.23
2.3.1 Definisi Gigitiruan
Gigitiruan adalah gigi buatan untuk menggantikan daerah tidak bergigi, yang
didukung oleh jaringan lunak dan keras disekitarnya di dalam rongga mulut.14
2.3.2 Tujuan Pembuatan Gigitiruan
Tujuan pembuatan gigitiruan adalah mengembalikan fungsi pengunyahan,
memperbaiki estetis, memulihkan fungsi bicara, memelihara atau mempertahankan
kesehatan jaringan pendukung dan relasi rahang, serta psikologis penderita.8
Universitas Sumatera Utara
-
14
2.3.3 Jenis-Jenis Gigitiruan
Gigitiruan ada beberapa jenis, yaitu gigitiruan sebagian lepasan (GTSL),
gigitiruan cekat (GTC), dan gigitiruan penuh (GTP). GTSL adalah gigitiruan yang
menggantikan satu atau beberapa gigi pada rahang atas atau rahang bawah dan dapat
dibuka sendiri oleh pasien. GTC adalah gigitiruan yang menggantikan satu atau
beberapa gigi yang hilang dan dipasangkan ke pasien oleh dokter gigi sehingga tidak
dapat dibuka oleh pasien sendiri.14 GTP adalah gigitiruan yang menggantikan seluruh
gigi yang hilang dan struktur pendukungnya pada rahang atas maupun rahang
bawah.14,24
2.3.4 Prinsip-Prinsip Gigitiruan
Masalah yang perlu diperhatikan pada gigitiruan lepasan adalah gigitiruan
lepasan tetap berada pada tempatnya sewaktu dipakai dalam rongga mulut. Ada
empat prinsip gigitiruan lepasan yang perlu diperhatikan supaya kepuasan pasien
dapat tercapai yaitu :
1. Dukungan
Dukungan adalah daya tahan antara gigitiruan dan mukosa terhadap arah
vertikal pengunyahan sehingga gigitiruan tertekan masuk lebih dalam ke lengkung
rahang. Pada lengkung rahang bawah, fungsi dukungan disediakan oleh gingiva dan
tepi bukal yang meluas dari daerah posterior, sedangkan pada lengkung rahang atas
terdapat palatum yang mendukung gigitiruan. Makin besar bagian gigitiruan yang
melebar ke arah vestibulum, makin baik dukungannya.
Universitas Sumatera Utara
-
15
2. Stabilitas
Stabilitas adalah kemampuan gigitiruan untuk tidak bergerak dalam arah
horizontal, sehingga tidak bergerak ke kiri dan ke kanan dan juga bergerak maju
mundur. Makin besar kontak antara gigitiruan dengan linggir yang tidak bergigi,
makin baik stabilitasnya.
3. Retensi
Retensi adalah daya tahan gigitiruan terhadap gaya yang cenderung
melepaskan gigitiruan dalam arah yang berlawanan dengan arah pemasangan.14
Retensi gigitiruan dapat diperiksa dengan cara melepaskan gigitiruan dengan gaya
yang tegak lurus terhadap bidang oklusal. Bila gigitiruan dapat bertahan terhadap
gaya tersebut, gigitiruan mempunyai retensi yang cukup.25 Retensi dapat juga dinilai
dengan memperhatikan apakah gigitiruan rahang atas jatuh saat mulut dibuka sekitar
20 mm.26
4. Estetis
Estetis berhubungan dengan apa yang pasien rasakan terhadap gigitiruan,
apakah gigitiruan terlihat alami, enak dipakai atau tampak bagus. Faktor-faktor yang
mempengaruhi estetis suatu gigitiruan diantaranya adalah vertikal dimensi, warna
gigitiruan, bentuk dan inklinasi terutama pada gigi anterior.15 Pada gigitiruan
sebagian lepasan, lokasi cangkolan perlu diperhatikan untuk menjaga estetis.
Biasanya lengan retentif cangkolan mengarah ke daerah distogingival.27
Selain prinsip-prinsip gigitiruan lepasan di atas, juga terdapat prinsip-prinsip
dasar yang harus diperhatikan pada perawatan GTC diantaranya :
Universitas Sumatera Utara
-
16
1. Prinsip biomekanik
Yang termasuk prinsip biomekanik adalah beban pengunyahan dan
membran periodonsium. Beban kunyah pada gigi tergantung pada kekuatan otot
kunyah yang sedang berfungsi. Kemampuan gigi menahan daya tersebut tergantung
pada kesehatan jaringan pendukung gigi, yaitu gingiva, sementum, serat
periodonsium dan tulang alveolar. Pada umumnya beban yang arahnya sama dengan
panjang poros gigi adalah yang paling menguntungkan. Bentuk dan jumlah akar gigi
mempengaruhi besar beban yang dapat diterima. Gigi dengan akar ganda lebih tahan
terhadap daya kunyah.
Periodonsium merupakan fondasi seluruh jembatan. Membran
periodonsium mengandung serat-serat periodonsium yang terikat antara sementum
akar gigi dan tulang alveolar. Bila gigi mendapat beban vertikal, maka sebagian besar
serat tersebut mengalami tegangan rentang (tensile stress). Tegangan pada serat-serat
tersebut pada batas tertentu mempunyai dampak baik pada tulang alveolar karena
bersifat menstimulasi terjadinya aposisi tulang alveolar. Sebaliknya daya tekan pada
tulang alveolar akan menimbulkan terjadinya resorpsi tulang. Hal ini dapat terjadi
kalau gigi yang berakar tunggal mendapat tekanan yang arahnya serong.
2. Prinsip preparasi
Preparasi gigi penyangga merupakan tindakan yang penting dalam
perawatan GTC. Prinsip preparasi gigi penyangga adalah untuk mendapatkan bentuk
akhir yang menjamin retensi yang sebesar-besarnya bagi retainer. Retensi utama
preparasi terletak pada bidang aksial. Makin luas bidang ini, makin besar pula
retensinya.28
Universitas Sumatera Utara
-
17
Menurut Basker RM, keberhasilan perawatan gigitiruan tergantung pada
upaya tiga pihak. Pertama, dokter gigi yang membuat diagnosis, menyiapkan rencana
perawatan dan yang melaksanakan tahap pekerjaan klinik. Kedua, pihak ahli tekniker
gigi yang menyelesaikan pembuatan hingga dihasilkan sebuah gigitiruan. Ketiga
adalah pihak pasien dalam hal menyesuaikan diri terhadap gigitiruan dan menerima
keterbatasan gigitiruan.29
Penelitian yang dilakukan Seiffert dkk yang menyatakan bahwa sikap pasien
dan hubungan pasien dengan dokter gigi berperan penting dalam keberhasilan
perawatan gigitiruan. Vervoon dkk dalam penelitiannya menyatakan tidak ada
hubungan yang signifikan antara kepuasan, keluhan dan kualitas gigitiruan. Penelitian
Kalk dan de Baat menyatakan bahwa kecekatan dan fungsi gigitiruan yang baik, tidak
adanya rasa nyeri, serta penampilan yang dapat diterima secara sosial sangat
berpengaruh terhadap kepuasan pasien.30
Penerimaan pasien terhadap gigitiruannya juga mempengaruhi keberhasilan
perawatan.31 Van Waas menyatakan penerimaan pasien terhadap gigitiruan sulit
dievaluasi dan tidak berkaitan dengan kondisi atau kualitas gigitiruan. Celebic dkk
menyatakan bahwa tidak hanya kualitas gigitiruan yang penting, tetapi pengalaman
pasien dalam memakai gigitiruan juga penting dalam menentukan kepuasan pasien.32
Penerimaan pasien sangat rumit karena setiap individu memiliki pengalaman, harapan,
emosi, dan kemampuan adaptasi yang berbeda-beda.30
Universitas Sumatera Utara