chf
DESCRIPTION
CHFTRANSCRIPT
1
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
1. Gagal Jantung Kongestif
1.1. Definisi
Gagal jantung atau gagal jantung kongestif didefinisikan sebagai suatu
sindroma klinis yang kompleks yang terjadi akibat kelainan fungsional ataupun
struktural pada jantung yang menyebabkan gangguan pada ventrikel baik pada
saat pengisian ataupun ejeksi.Gagal jantung kongestif merupakan suatu kelainan
klinis yang sering dijumpai dan menyebabkan kongesti pada aliran darah
pulmoner dan penurunan cardiac output.2,3
1.2. Epidemiologi
Gagal jantung merupakan suatu masalah kesehatan yang serius dengan
prevalensi sebesar 5,8 juta di Amerika Serikat dan 23 juta di dunia.5Angka
insidensi gagal jantung di Amerika Serikat tetap berada pada angka yang stabil
dalam beberapa dekade terakhir dengan angka diagnosis baru sebesar >650000
kasus per tahun.8,10 Insidensi gagal jantung meningkat seiring bertambahnya usia
yaitu sebesar 20 per 1000 individu dengan rentang usia diantara 65-69 menjadi
>80 per 1000 individu pada individu dengan usia diatas sama dengan 85 tahun.9
Ras juga berpengaruh dalam tingkat insidensi dan angka mortalitas gagal jantung
dimana individu berkulit hitam memiliki resiko yang lebih tinggi untuk menderita
gagal jantung.10
1.3. Faktor Risiko
Banyak kondisi ataupun komorbid yang dapat meningkatkan risiko gagal
jantung. Beberapa faktor risiko yang penting adalah2:
a. Tekanan darah tinggi
Tekanan darah yang tinggi merupakan beban kerja bagi jantung untuk
memompa darah dimana ventrikel harus menghasilkan tekanan yang lebih
besar untuk menyemprotkan darah.Jantung mungkin masih mampu
2
mengompensasi dengan membesar (melalui hipertrofi atau pembesaran otot
jantung).Hal ini memungkinkan jantung berkontraksi lebih kuat. Namun,
peningkatan terus-menerus beban kerja bagi jantung akhirnya dapat
menyebabkan perubahan patologis di jantung yang menyebabkan gagal
jantung.1
b. Diabetes melitus
Obesitas dan resitensi insulin adalah faktor risiko yang penting dalam
perkembangan terjadinya gagal jantung.2
c. Sindrom metabolik
Sindrom metabolik terdiri atas tiga dari kondisi berikut yaitu, obesitas
sentral, hipertrigliserida, rendahnya HDL, hipertendi, dan hiperglikemia.2
d. Penyakit aterosklerosis
Aterosklerosis adalah penyakkit degeneratif progresif pada arteri yang
akan menyebabkan oklusi pembuluh tersebut, mengurangi aliran darah yang
melaluinya.1
e. Kelainan katup 1,2
Di Eropa dan Amerika, penyakit aterosklerosis, hipertensi, dan diabetes
merupakan faktor risiko yang paling banyak. Sedangkan di Indonesia, belum ada
data yang pasti, sementara di Rumah Sakit Palembang, hipertensi merupakan
faktor risiko terbanyak, disusul penyakit aterosklerosis dan kelainan katup.
1.4. Patofisiologi
Gagal jantung terjadi akibat sejumlah proses yang mengakibatkan
penurunan kapasitas pompang jantung seperti iskemia, hipertensi, infeksi dan
sebagainya. Penurunan kapasitas awalnya akan dikompensasi oleh mekanisme
neurohormonal: sistem saraf adrenergik, sistem renin-angiotensin-aldosteron dan
sistem sitokin. Kompensasi awal bertujuan untuk menjaga curah jantung dengan
meningkatkan tekanan pengisian ventrikel (preload) dan kontraksi miokardium.
Namun seiring dengan berjalannya waktu, aktivitas sistem tersebut akan
mengakibatkan kerusakan sekunder pada ventrikel, seperti remodelling ventrikel
kiri dan dekompensasi jantung. Kadar angiotensin II, aldosteron dan katekolamin
3
akan semakin tinggi, mengakibatkan fibrosis dan apoptosis miokardium yang
bersifat progesif. Pada tahap yang lebih lanjut, penurunan fungsi ini juga akan
meningkatkan risiko terjadinya aritmia jantung. Prinsip neurohormonal inilah
yang mendasari terapi gagal jantung pada saat ini.11
Beberapa mekanisme kompensasi tubuh terhadap CO yang berkurang
adalah (1) mekanisme Frank-Starling, (2) perubahan neurohormonal, dan (3)
hipertrofi ventrikel dan remodeling.11
Pada gagal jantung yang disebabkan oleh gangguan kontraktilitas ventrikel
kiri, terjadi pengosongan ventrikel yang tidak sempurna.Sisa volume darah yang
terakumulasi ini memicu peningkatan kontraksi, seperti hukum Frank-
Starling.Walaupun begitu, mekanisme kompensasi ini mempunyai batas tertentu.
Pada gagal jantung yang sudah berat, terjadi peningkatan EDV dan tekanan balik
ke atrium kiri, dan dapat menyebabkan kongesti pulmoner dan edema.11
4
Tiga respon neurohormonal yang paling penting diantaranya (1) sistem
adrenergik, (2) sistem renin-angiotensin-aldosteron, dan (3) peningkatan produksi
ADH.Ketiga mekanisme ini membantu mempertahankan resistensi perifer dan
tetap menstabilkan perfusi arteri ke organ vital. Aktivasi dari sistem saraf simpatis
memperkuat kontraktilitas jantung, meningkatkan HR serta vasokonstriksi yang
disebabkan oleh reseptor α. Vasokontriksi arterial yang disebabkan oleh sistem ini
meningkatkan resistensi pembuluh perifer dan mempertahankan tekanan darah
(BP = CO x TPR).11
Sistem renin-angiotensin-aldosteron dimediasi dengan pengeluaran
renin.Renin adalah enzim yang mengubah angiotensinogen menjadi angiotensin I,
yang kemudian diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II meningkatkan
volume intravaskular melalui dua mekanisme: (1) dari hipotalamus merangsang
rasa haus dan (2) dari korteks adrenal meningkatkan sekresi aldosteron.
Aldosteron menyebabkan reabsorpsi sodium dari ginjal menuju ke sirkulasi.11
Sekresi ADH dari pituitari posterior disebabkan oleh peningkatan
angiotensin II.ADH meningkatkan volume intravaskular dengan retensi cairan di
nefron distal. Peningkatan volume ini meningkatkan preload dan CO. ADH juga
menyebabkan vasokonstriksi sistemik.11
Stress pada jantung dapat menyebabkan hipertofi ventrikel kiri dan
peningkatan tekanan sistolik jantung untuk mengkompensasi kelebihan afterload.
Pola dari hipertrofi dan remodeling juga berbeda-beda berdasarkan overload
volume atau tekanan kronik. Dilatasi ruang jantung yang disebabkan oleh
kelebihan volum (mitral atau aorta regurgitasi) merangsang miosit
memanjang.Oleh karena itu, radius dari ruang jantung membesar disertai dengan
penebalan dinding, yang disebut hipertrofi eksentrik.Sedangkan dilatasi jantung
yang disebabkan oleh kelebihan tekanan (hipertensi atau aorta stenosis)
merangsang miosit membesar, yang disebut dengan hipertrofi konsentrik.11
1.5. Manifestasi Klinis
Pada gagal jantung kiri dapat ditemukan :
Gejala klinis :
a. Dyspnoe
5
b. Orthopnoe
c. Paroxysmal Nocturnal Dyspnoe (PND)
d. Fatigue
Tanda klinis :
a. Diaforesis
b. Takikardi
c. Takipnoe
d. Ronki paru
e. P2 mengeras
f. S3 gallop
Pada gagal jantung kanan dapat ditemukan :
a. Tekanan vena jugular meningkat
b. Hepatomegali
c. Edema perifer.11
1.6. Diagnosis dan Diagnosis Banding
Diagnosa gagal jantung ditegakkan berdasarkan kriteria klinis
menggunakan kriteria klasik Frammingham: bila ada 2 kriteria mayor atau 1
kriteria mayor ditambah 2 kriteria minor. Kriteria Framingham untuk diagnosis
gagal jantung (HF)12 :
- Kriteria mayor : Paroxysmal nocturnal dyspnea
Distensi vena-vena leher
Peningkatan tekanan vena jugularis
Rhonki paru
Kardiomegali
Edema paru akut
Gallop S3
Refluks hepatojugular
- Kriteria minor : Edema ekstermitas
Batuk malam hari
Dispnea d’effort
6
Hepatomegali
Efusi pleura
Penurunan kapasitas vital 1/3 dari normal
Takikardia (>120 x/menit)
Mayor atau minor : Penurunan BB > 4,5 kg dalam 5 hari pengobatan
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis adanya gagal
jantung antara lain dengan:
- Laboratorium rutin
Darah tepi lengkap, elektrolit, BUN, kreatinin, enzim hepar, serta urinalisis.
Pemeriksaan untuk diabetes melitus, dislipidemia, dan kelainan tiroid juga
penting untuk dilakukan15
Kadar Natrium yang rendah, urea dan kreatinin yang tinggi merupakan prognosa
yang buruk pada gagal jantung.12
- Elektrokardiografi
Pada gagal jantung interpretasi EKG yang perlu dicari ialah ritme, ada/tidaknya
hipertrofi ventrikel kiri, serta ada/ tidaknya infark (riwayat/ sedang berlangsung)
dan kadang etiologi gagal jantung. Kelainan ST, berupa ST segmenelevasi infark
miokard (STEMI) atau Non STEMI. Gelombang Q pertanda infark transmural
sebelumnya.Meski tidak spesifik, EKG yang normal dapat mengeeksklusi
disfungsi sistolik12.
- Rontgen thoraks
Foto thoraks harus diperiksakan secepat mungkin pada pasien yang diduga gagal
jantung untuk menilai ukuran dan bentuk jantung apakah kardiomegali, serta
vaskularisasi paru dan kelainan non-jantung lainnya (hipertensi pulmonal,
edema interstitial, edema paru) 15.
- Pemeriksaan fungsi ventrikel kiri
7
Ekokardiogram 2D/Dopller, untuk menilai ukuran dan fungsi ventrikel kiri, serta
kondisi katup, dan gerakan dinding jantung.Indeks fungsi ventrikel yang paling
berguna adalah fraksi ejeksi (stroke volume dibagi end-diastolic volume).Fraksi
ejeksi normal bila ≥ 50%.Penemuan dengan ekokariografi dapat menentukan
strategi pengobatan.15
- Pemeriksaan biomarker
Brain natriuretic peptide (BNP) dan pro-BNP sensitif untuk mendekteksi gagal
jantung.Dikatakan gagal jantung bila nilai BNP ≥ 100 pg/mL atau NT-pro BNP
≥ 300 pg/mL.BNP bermanfaat untuk meminimalkan diagnosis negatif palsu, bila
tidak tersedia ekokardiografi15.
Berikut algoritme diagnosa gagal jantung akut12:
Diagnosa banding gagal jantung, antara lain13:
- Keadaan dimana terjadi gangguan retensi air dan garam, tanpa disertai kelainan
fungsi ataupun struktur jantung, contoh : gagal ginjal
Menilai gejala dan tanda
EKG abnormal?
Kongesti pada foto thoraks?
Natriuretic peptide meninggi?
Riwayat sakit jantung atau gagal jantung?
Evaluasi dengan ekokardiografi
Terbukti gagal jantung Rencanakan strategi pengobatan
8
- Eoedem paru non-cardiac, contoh: acute respiratory distress syndrome
1.7. Terapi
Beberapa pilihan obat-obatan yang dapat diberikan pada pasien dengan
gagal jantung, antara lain:
- Diuretik
Diuretik digunakan untuk mengeliminasi natrium dan air melalui ginjal,
dengan cara menghambat reabsorsi Na+, K+, Cl-. Efek samping dari diuretik
yang digunakan adalah penurunan dari cardiac output yang berkepanjangan
dan gangguan elektrolit tubuh (paling sering hipokalemia dan
hipomagnesemia)13.
Dosis awal (mg) Dosis maksimal (mg)
Furosemide 20-40 400
Torsemide 10-20 200
Bumetanide 0,5-1 10
Hydrochlorthiazide 25 100
Metolazone 2,5-5 20
- ACE-inhibitor
ACE-inhibitor bekerja pada sistem renin-angiotensin dengan menghambat
enzim yang bertanggung jawab untuk mengubah angiotensin I menjadi
angiotensin II. Indikasi pemberian ACE inhibitor yaitu ejection fraction (EF) ≤
40 %, efek samping yang dapat terjadi yaitu hipotensi dan azotemia ringan,
batuk kering, angioedema13.
Dosis awal (mg) Dosis maksimal (mg)
Captopril 6,25 50
Enalapril 2,5 10
Lisinopril 2,5-5 1,25-2,5
Ramipril 1,25-2,5 2,5-5
Trandolapril 0,5 4
9
- Angiotensin receptor blockers (ARB)
ARB harus digunakan pada pasien dengan LVEF< 40%, baik yang
simptomatik maupun asimptomatik terutama pada pasien yang intoleran
terhadap ACE-inhibitor. ARB bekerja dengan menghambat efek angiotensin II
pada reseptor angiotensin I. Baik ARB maupun ACE-inhibitor hanya boleh
digunakan pada pasien dengan fungsi ginjal dan konsentrasi kalium serum
normal, pemantauan elektrolit serum serial dan fungsi ginjal wajib dilakukan,
terutama jika ARB digunakan bersamaan dengan ACE-inhibitor13.
Dosis awal (mg) Dosis maksimal (mg)
Valsartan 40 160
Candesartan 4 32
Irbesartan 75 300
Losartan 12,5 50
- β Blocker
Direkomendasi pada semua gagal jantung ringan, sedang, dan berat yang stabil
baik karena iskemi atau kardiomiopati non iskemi dalam pengobatan standar
seperti diuretik atau ACE-inhibitor..Dengan syarat tidak ada kontraindikasi
terhadap β Blocker, yaitu penyakit Asma, Second or third degree heart block,
sinus bradikardia13.
Dosis awal (mg) Dosis maksimal (mg)
Carvedilol 3,125 25-50
Bisoprolol 1,25 10
Metoprolol 12,5-25 200
- Antagonis aldosteron
10
Antagonis aldosteron dikelompokkan dalam diuretik hemat kalium,
penggunaannya direkomendasikan terhdap pasien yang sedang menerima
terapi ACE-inhibitor, β Blocker, diuretik dan pada pasien dengan gagal jantung
derajat NYHA III-IV atau gagal jantung dengan penurunan EF ≤ 35%. Efek
samping antagonis aldosteron yaitu hiperkalemia yang dapat mengancam jiwa,
antagonis aldosteron tidak direkomendasikan pada pasien dengan serum
kreatinin > 2,5 mg/dl atau serum kalium > 5 mmol/l. Ginekomasti dapat terjadi
pada 10-15% pasien yang menggunakan spironolactone13.
Dosis awal (mg) Dosis maksimal (mg)
Spironolactone 12,5-25 25-50
Eplerenone 25 50
- Vasodilator
Bekerja dengan cara menstimulasi guanlyl cyclase yang terdapat diantara sel-
sel otot polos, nitroglycerin, nitroprusside, dan nesiritide akan memberikan
efek dilatasi pada resistensi arteri dan pembuluh darah vena yang akan
mengakibatkan penurunan tekanan pengisian ventrikel kiri, pengurangan
regurgitasi mitral, dan peningkatan cardiac output tanpa meningkatkan denyut
jantung ataupun menyebabkan aritmia. Efek samping yang paling umum
terjadi yaitu hipotensi, bradikardi, dan vasodilatasi arteri pulmonal13.
Dosis awal Dosis maksimal
Nitroglycerin 20 μg/min 40-400 μg/min
Nitroprusside 10 μg/min 30-350 μg/min
Nesiritide Bolus 2 μg/kg 0,01-0,03 μg/min
- Inotrop
Agen inotrop positif memberikan efek terhadap hemodinamik secara langsung
yang menguntungkan dengan merangsang kontraktilitas jantung dan
vasodilatasi perifer. Secara keseluruhan efek tersebut akan menghasilkan
11
peningkatan cardiac output dan penurunan tekanan pengisian ventrikel kiri.
Walaupun penggunaan jangka pendek dapat memberikan efek menguntungkan
terhadap hemodinamik, penggunaan inotrop lebih cenderung menyebabkan
takiaritmia dan kejadian iskemik dibandingkan dengan vasodilator.
Penggunaan inotrop paling tepat digunakan pada keadaan dimana vasodilator
dan diuretik tidak dapat membantu, seperti pada pasien dengan perfusi sistemik
yang tidak baik atau cardiogenic shock, pasien yang membutuhkan dukungan
hemodinamik jangka pendek setelah miokard infark atau operasi, atau pada
pasien yang akan dilakukan transplantasi jantung13.
Dosis awal Dosis maksimal
Dobutamine 1-2 μg/kg per min 2-10 μg/kg per min
Milrinone Bolus 50 μg/kg 0,1-0,75 μg/kg per min
Dopamine 1-2 μg/kg per min 2-4 μg/kg per min
- Vasokonstriktor
Vasokonstriktor digunakan untuk mendukung tekanan darah sistemik pada
pasien gagal jantung.Diantara ketiga agen vasokonstriktor yang paling
digunakan, dopamine merupakan terapi lini pertama.Dopamine merupakan
katekolamin endogen yang merangsang reseptor 𝛼1, β1, reseptor dopamine
(DA1 dan DA2).Dopamine paling bermanfaat jika diberikan pada pasien gagal
jantung dengan penurunan cardiac output dan perfusi jaringan yang kurang
baik.Penggunaan jangka panjang agen vasokonstriktor dapat menyebabkan
gagal ginjal dan hepar, dan gangrene.Oleh karena itu, penggunaan
vasokonstriktor tidak dianjurkan untuk diberikan kecuali keadaan emergensi13.
Dosis awal Dosis maksimal
Dopamine 5 μg/kg per min 5-15 μg/kg per min
Epinephrine 0,5 μg/kg 50 μg/kg per min
Phenylephrine 0,3 μg/kg per min 3 μg/kg per min
Vasopressin 0,05 unit/min 0,1-0,4 unit/min
12
Terapi pada gagal jantung menurut derajat gagal jantung14:
Derajat Untuk survival/ morbiditas Untuk gejala
NYHA I Lanjutkan ACE inhibitor / ARB jika
intoleran ACE inhibitor, lanjutkan
antagonis aldosteron jika pasca-MI.
Tambah penyekat beta jika pasca MI.
Pengurangan/ hentikan diuretik
NYHA II ACE inhibitor sebagai terapi lini
pertama, ARB jika intoleran ACE
inhibitor. Tambah penyekat beta dan
antagonis aldosteron jika pasca MI.
+/- diuretik tergantung pada retensi
cairan
NYHA III ACE inhibitor + ARB atau ARB.
Jika intoleran ACE sendiri
Penyekat beta
Tambah antagonis aldosterone
+ diuretik + digitalis jika masih
simptomatik
NYHA IV Lanjutkan ACE inhibitor/ ARB
Penyekat beta
Antagonis aldosterone
+ diuretik + digitalis + consider
support inotrope sementara
1.8. Edukasi dan Pencegahan
Edukasi yang dapat diberikan pada pasien gagal jantung antara lain14:
Edukasi mengenai gagal jantung, penyebab, dan bagaimana mengenal
serta upaya bila timbul keluhan, dan dasar pengobatan
Istirahat, olahraga, aktivitas sehari-hari, edukasi aktivitas seksual, serta
rehabilitasi
Edukasi pola diet, kontrol asupan garam, air dan kebiasaan alkohol
Monitor berat badan, hati-hati dengan kenaikan berat badan yang tiba-tiba
Mengurangi berat badan pada pasien yang obesitas
13
Hentikan kebiasaan merokok
Pada perjalanan jauh dengan pesawat, ketinggian, udara, panas, dan
humiditas memerlukan perhatian khusus
Konseling mengenai obat, baik efek samping, dan menghindari obat-obat
tertentu seperti NSAID, antiaritmia klas I, verapamil, diltiazem,
dihidropiridin efek cepat, antidepresan trisiklik, steroid
Pencegahan terhadap gagal jantung pada kelompok dengan resiko tinggi,
antara lain14:
Obati penyebab potensial dari kerusakan miokard, faktor resiko jantung
koroner
Pengobatan infark jantung segera di triase, serta pencegahan infark
ulangan
Pengobatan hipertensi yang agresif
Koreksi kelainan kongenital serta penyakit jantung katup
Bila sudah ada disfungsi miokard, upayakan eliminasi penyebab yang
mendasari, selain progresi dari disfungsi asimptomatik menjadi gagal
jantung.
1.9. Prognosis
Meskipun banyak kemajuan terbaru dalam panilaian dan penanganan
gagal jantung, perkembangan dari gagal jantung yang simptomatik tetap
menunjukkan prognosis yang buruk. Penelitian menunjukkan bahwa 30-40%
pasien meninggal dalam rentang waktu 1 tahun setelah didiagnosa gagal jantung,
60-70% meninggal dalam jangka waktu 5 tahun, sebagian besar dikarenakan
gagal jantung yang semakin parah ataupun kejadian yang tiba-tiba (kemungkinan
disebabkan oleh aritmia ventrikular). Pasien dengan gejala saat istirahat (NYHA
IV) mempunyai angka kematian 30-70% tiap tahunnya, sedangkan pasien dengan
gejala saat beraktivitas sedang (NYHA II) mempunyai angka kematian 5-10%
tiap tahunnya. Dengan demikian, status fungsional merupakan prediktor yang
penting terhadap prognosis pasien tersebut13.
14
2.Penyakit Jantung Koroner
2.1. Definisi
Penyakit jantung koroner (PJK) sebagai salah satu bentuk dari penyakit
jantung dan pembuluh darah, merupakan penyakit yang melibatkan gangguan
pembuluh darah koroner, pembuluh darah yang mensuplai oksigen dan zat
makanan pada jantung. Kelainan dapat berupa penyempitan pembuluh koroner
yang disebabkan karena aterosklerosis. Aterosklerosis terjadi akibat penimbunan
kolesterol, lemak, kalsium, sel-sel radang dan material pembekuan darah (fibrin).
Timbunan ini disebut dengan plak. 21
2.2. Epidemiologi
Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan suatu penyakit yang sangat
menakutkan dan masih menjadi masalah, baik di negara maju maupun
berkembang. Setiap tahunnya, di Amerika Serikat 478000 orang meninggal
karena penyakit jantung koroner, 1,5 juta orang mengalami serangan jantung,
407000 orang mengalami operasi peralihan, 300000 orang menjalani angioplasti.
Di Eropa diperhitungkan 20.000-40.-000 orang dari 1 juta penduduk menderita
PJK. Penyakit jantung, stroke, dan aterosklerosis merupakan penyakit yang
mematikan. Di seluruh dunia, jumlah penderita penyakit ini terus bertambah.
Ketiga kategori penyakit ini tidak lepas dari gaya hidup yang kurang sehat, yang
banyak dilakukan seiring dengan berubahnya pola hidup.
Pada saat ini penyakit jantung merupakan penyebab kematian nomor satu
didunia. Pada tahun 2005 sedikitnya 17,5 juta atau setara dengan 30,0 % kematian
diseluruh dunia disebabkan oleh penyakit jantung. Menurut Badan Kesehatan
Dunia (WHO), 60 % dari seluruh penyebab kematian penyakit jantung adalah
penyakit jantung koroner (PJK). 22
Menurut data WHO (World Health Organization), sebanyak 17 juta orang
meninggal setiap tahun oleh karena penyakit jantung dan pembuluh darah di
15
seluruh dunia. Di Amerika Serikat, sebanyak 79 orang menderita penyakit jantung
dan pembuluh darah. Sekitar 2400 orang meninggal setiap hari karena penyakit ini 21.
PJK tidak hanya menyerang laki-laki saja, wanita juga berisiko terkena
PJK kasusnya tidak sebesar pada laki-laki. Pada orang yang berumur 65 tahun ke
atas, ditemukan 20 % PJK pada laki-laki dan 12 % pada wanita. Pada tahun 2002,
WHO memperkirakan bahwa sekitar 17 juta orang meninggal akibat penyakit
kardiovaskuler, terutama PJK (7,2 juta) dan stroke (5,5 juta).
2.3. Faktor Resiko
2.3.1. Usia
Telah dibuktikan adanya hubungan antara umur dan kematian akibat PJK.
Sebagian besar kasus kematian terjadi pada laki-laki umur 35-44 tahun dan
meningkat dengan bertambahnya umur. Juga didapatkan hubungan antara umur
dan kadar kolesterol yaitu kadar kolesterol total akan meningkat dengan
bertambahnya umur. Di Amerika Serikat, kadar kolesterol pada laki-laki maupun
perempuan mulai meningkat pada umur 20 tahun sedangkan pada laki-laki kadar
kolesterol akan meningkat sampai umur 50 tahun dan akhirnya akan turun sedikit
setelah umur 50 tahun. Kadar kolesterol perempuan sebelum menopause (45-
60tahun) lebih rendah daripada laki-laki dengan umur yang sama. Setelah
menopause kadar kolesterol perempuan biasanya akan meningkat menjadi lebih
tinggi daripada laki-laki . 23
2.3.2. Jenis Kelamin
Di Amerika Serikat gejala PJK sebelum umur 60 tahun didapatkan pada 1
dari 5 laki laki dan 1 dari 17 perempuan. Ini berarti bahwa laki-laki mempunyai
risiko PJK dua hingga tiga kali lebih besar daripada perempuan. Pada beberapa
perempuan pemakaian oral kontrasepsi dan selama kehamilan akan meningkatkan
kadar kolesterol. Pada wanita hamil kadar kolesterolnya akan kembali normal 20
minggu setelah melahirkan. Angka kematian pada laki-laki didapatkan lebih
16
tinggi daripada perempuan, akan tetapi setelah menopause hampir tidak
didapatkan perbedaan antara risiko pada perempuan dengan laki-laki. 23
2.3.3. Faktor Genetik
Hipertensi dan hiperkolesterolemi dipengaruhi juga oleh faktor genetik.
Sebagian kecil orang dengan makanan sehari-harinya tinggi lemak jenuh dan
kolesterol ternyata kadar kolesterol darahnya rendah, sedangkan kebalikannya ada
orang yang tidak dapat menurunkan kadar kolesterol darahnya dengan diet rendah
lemak jenuh dan kolesterol akan tetapi kelompok ini hanya sebagian kecil saja.
Sebagian besar manusia dapat mengatur kadar kolesterol darahnya dengan diet
rendah lemak jenuh dan kolesterol. 23
2.3.4. Obesitas
Makanan atau minuman siap saji yang didapat melalui restoran fast food,
maupun melalui makanan instant seperti mie instant, makanan kaleng dan
sebagainya dapat mengakibatkan obesitas atau kelebihan lemak tubuh. Hal
tersebut diperparah lagi dengan kurangnya gerak tubuh yang dilakukan, baik
melalui gerak fisik saat kerja maupun olah raga. Obesitas akan mengakibatkan
terjadinya peningkatan volume darah sekitar 10 - 20 %, bahkan sebagian ahli
menyatakan dapat mencapai 30 %. Hal ini tentu merupakan beban tambahan bagi
jantung, otot jantung akan mengalami perubahan struktur berupa hipertropi atau
hiperplasia yang keduanya dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pompa
jantung atau lazim disebut sebagai gagal jantung atau lemah jantung, dimana
penderita akan merasakan cepat lelah, sesak napas bila melakukan aktifitas ringan,
sedang ataupun berat (tergantung dari derajat lemah jantung). Obesitas dapat
mempercepat terjadinya penyakit jantung koroner melalui berbagai cara, yaitu:
1. Obesitas mengakibatkan terjadinya perubahan lipid darah, yaitu peningkatan
kadar kolesterol darah, kadar LDL-kolesterol meningkat (kolesterol jahat, yaitu
zat yang mempercepat penimbunan kolesterol pada dinding pembuluh darah),
penurunan kadar HDL-kolesterol (kolesterol baik, yaitu zat yang mencegah
terjadinya penimbunan kolesterol pada dinding pembuluh darah).
17
2. Obesitas juga dapat menyebabkan terjadinya gangguan toleransi glukosa
ataupun kencing manis. Menurut studi Framingham, penurunan berat badan
akan memperpanjang usia dan dengan penurunan berat badan sampai 10 %
akan menurunkan insiden penyakit jantung koroner 20 %. 24
2.3.5. Hipertensi
Tekanan darah tinggi mengakibatkan jantung bekerja keras hingga pada suatu
saat akan terjadi kerusakan yang serius. Pada jantung otot jantung akan menebal
(hipertrofi) dan mengakibatkan fungsinya sebagai pompa menjadi terganggu,
selanjutnya jantung akan dilatasi dan kemampuan kontraksinya berkurang. Selain
pada jantung, tekanan darah tinggi dapat mengakibatkan kerusakan pembuluh
darah pada otak, mata (retinopati) dan/atau ginjal (gagal ginjal). Tekanan darah
tinggi merupakan faktor risiko major untuk penyakit jantung koroner. 74% dari
penderita penyakit jantung koroner menderita hipertensi. (American Heart
Association). Perubahan hipertensi khususnya pada jantung disebabkan karena:
1. Meningkatnya tekanan darah. Peningkatan tekanan darah merupakan beban
yang berat untuk jantung, sehingga menyebabkan hipertrofi ventrikel kiri
(faktor miokard).
2. Mempercepat timbulnya aterosklerosis. Tekanan darah yang tinggi dan
menetap akan menimbulkan trauma langsung terhadap dinding pembuluh
darah arteri koronaria, sehingga memudahkan terjadinya aterosklerosis koroner
(faktor koroner). 24
2.3.6. Merokok
Banyak penelitian telah membuktikan adanya hubungan merokok dengan
penyakit jantung koroner. Risiko terjadinya penyakit jantung koroner meningkat
2-4 kali pada perokok dibandingkan dengan bukan perokok. Risiko ini meningkat
dengan bertambahnya usia dan jumlah rokok yang diisap. 2
Merokok dapat merangsang proses aterosklerosis karena efek langsung
terhadap dinding arteri. Karbon monoksida (CO) dapat menyebabkan hipoksia
jaringan arteri, nikotin menyebabkan mobilisasi katekolamin yang dapat
18
menambahkan reaksi trombosit dan menyebabkan kerusakan pada dinding arteri,
sedangkan glikoprotein pada tembakau dapat menimbulkan reaksi hipersensitif
dinding arteri. 25
2.3.7. Diabetes Mellitus
Intoleransi terhadap glukosa sejak dulu telah diketahui sebagai
predisposisi penyakit pembuluh darah. Penelitian menunjukkan laki-laki yang
menderita DM resiko PJK 50 % lebih tinggi daripada orang normal, sedangkan
pada perempuaan resikonya menjadi 2x lipat.
2.3.8. Diet
Didapatkan hubungan antara kolesterol darah dengan jumlah lemak di
dalam susunan makanan sehari-hari (diet). Makanan orang Amerika rata-rata
mengandung lemak dan kolesterol yang tinggi sehingga kadar kolesterol cendrung
tinggi. Sedangkan orang Jepang umumnya berupa nasi dan sayur-sayuran dan
ikan sehingga orang jepang rata-rata kadar kolesterol rendah dan didapatkan
resiko PJK yang lebih rendah dari pada Amerika.
2.4. Patofisiologi Ateriosklerosis Koroner
Pembuluh darah arteri seperti juga organ-organ lain dalam tubuh
mengikuti proses umur dimana terjadi proses yang karekteristik seperti penebalan
lapisan intima, berkurangnya elastisitas penumpukan kalsium dan bertambahnya
diameter lapisan intima. Perubahan ini terjadi terutamanya pada arteri-arteri besar
yang disebut arteriosklerosis. Pembuluh koroner terdiri dari 3 lapisan yaitu tunika
intima (lapisan dalam), tunika media (lapisan tengah), dan tunika adventisia
(lapisan luar).
Tunika intima terdiri dari 2 bagian. Lapisan tipis sel-sel endotel
merupakan lapisan yang memberikan permukaan licin antara darah dan dinding
arteri serta lapisan subendothelium. Sel-sel endotel ini memproduksikan zat-zat
seperti prostaglandin, heparin dan activator plasminogen yang membantu
mencegah agregasi trombosit dan vasokonstriksi. Selain itu endotel juga
19
mempunyai daya regenerasi yang cepat untuk memelihara anti trombogenik arteri.
Jaringan ikat menunjang lapisan endotel dan memisahkannya dengan lapisan yang
lain.
Tunika media merupakan lapisan otot di bagian tengah dinding arteri yang
mempunyai 3 bagian : bagian sebelah dalam disebut membran elastis internal,
kemudian jaringan fibrus otot polos dan sebelah luar membrane jaringan elastis
eksterna. Lapisan tebal otot polos dan jaringan kolagen, memisahkan jaringan
membran elastik interna dan yang terakhir ini memisahkan tunika media dengan
adventisia.
Tunika adventisia umumnya mengandung jaringan ikat dan dikelilingi
oleh vasa vasorum yaitu jaringan arteriol.
Berdasarkan hasil otopsi mayat dalam berbagai usia didapati pada
pembuluh koroner terlihat penonjolan yang diikuti dengan garis lemak (fatty
streak) pada intima pembuluh yang timbul sejak umur di bawah 10 tahun. Garis
lemak ini mula-mula timbul pada aorta dan arteri koroner. Pada umur 20 tahun ke
atas garis lemak ini dapat terlihat hampir pada setiap orang. Garis lemak ini akan
tumbuh menjadi fibrous plaque yaitu suatu penonjolan jaringan kolagen dan sel-
sel nekrosis. Lesi padat, pucat dan berwarna kelabu disebut ateroma. Plak fibrous
ini timbul pada umur tiga puluhan. Pada umur diatas 40 tahun timbul lesi yang
lebih kompleks dan timbul konsekuensi klinis seperti angina pektoris, infark
miokard, dan mati mendadak (sudden death). Lesi kompleks terjadi apabila pada
plak fibrus timbul nekrosis dan terjadi perdarahan thrombosis, ulserasi, kalsifikasi
atau aneurisma.
Dalam keadaan normal arteri koronaria dapat mengalirkan darah hampir
10% dari curah jantung per menit yaitu kira-kira 50-75 ml darah per 100 gram
miokard. Dalam keadaan stress atau latihan maka timbul aliran cadangan koroner
(coronary flow reserve) dimana aliran koroner bisa sampai 240ml per 100 gram
miokard. Pada keadaan stenosis maka aliran cadangan koroner dapat
mempertahankan aliran basal (basal flow) di sebelah distal stenosis. Pada stenosis
70% atau lebih tetap saja aliran distal stenosis (distal flow) tidak mencukupi pada
saat stress atau latihan, sehingga menyebabkan iskemia. 25
20
2.5. Diagnosis
Pengumpulan keterangan dilakukan melalui anamnesis (wawancara),
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang dengan menggunakan alat. Ini
berlaku untuk semua keadaan, termasuk PJK.
2.5.1. Anamnesis
Seperti biasa bila anda diperiksa dokter, ia akan mulai bertanya
(melakukan anemnesa) mulai dari keluhan anda sampai semua hal yang berkaitan
dengan PJK. Keluhan yang terpenting adalah nyeri dada. Dokter akan bertanya
cukup detail mengenai hal ini, seperti apakah nyerinya, kapan dirasakan, berapa
lama, di dada sebelah mana, apakah menjalar. Nyeri dada yang dirasakan seperti
ditindih beban berat, di-tusuk, diremas, rasa terbakar adalah yang paling sering
dilaporkan. Walaupun bisa saja dirasakan berbeda. Biasanya nyeri dirasakan di
dada kiri dan menjalar ke lengan kiri. Setelah itu dokter akan menanyakan semua
faktor risiko PJK, antara lain: apakah anda merokok, menderita darah tinggi atau
penyakit gula (diabetes), pernahkah memeriksakan kadar kolesterol dalam darah,
dan adakah keluarga yang menderita PJK.
2.5.2. Pemeriksaan Fisik
Dimaksudkan untuk mengetahui kelainan jantung lain yang mungkin ada. Hal ini
dilakukan terutama dengan menggunakan stetoskop.
2.5.3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Penunjang dilakukan tergantung kebutuhannya, beragam
jenis pemeriksaan dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis PJK dan
menentukan derajatnya. Dari yang sederhana sampai yang invasif sifatnya.
Elektrokardiogram (EKG)
Pemeriksaan aktifitas listrik jantung atau gambaran
elektrokardiogram (EKG) adalah pemeriksaan penunjang untuk memberi
petunjuk adanya PJK. Dengan pemeriksaan ini kita dapat mengetahui
21
apakah sudah ada tanda-tandanya. Dapat berupa serangan jantung
terdahulu, penyempitan atau serangan jantung yang baru terjadi, yang
masing-masing memberikan gambaran yang berbeda.
Foto Rontgen Dada
Dari foto rontgen dada dokter dapat melihat ukuran jantung, ada-
tidaknya pembesaran. Disamping itu dapat juga dilihat gambaran paru.
Kelainan pada koroner tidak bisa dilihat dari foto rontgen ini. Dari ukuran
jantung dapat dinilai apakah seorang penderita sudah berada pada PJK
lanjut. Mungkin saja PJK lama yang sudah berlanjut pada payah jantung.
Gambarannya, biasanya jantung terlihat membesar.
Pemeriksaan Laboratorium
Dilakukan untuk mengetahui kadar kolesterol darah dan trigliserida
sebagai faktor risiko. Dari pemeriksaan darah juga dapat diketahui ada-
tidaknya serangan jantung akut dengan melihat kenaikan enzim jantung.
Bila dari semua pemeriksaan diatas diagnosa PJK belum berhasil
ditegakkan, biasanya dokter jantung / kardiologis akan merekomendasikan untuk
dilakukan treadmill. Prinsipnya adalah merekam aktifitas fisik jantung saat
latihan. Dapat terjadi perubahan gambaran EKG saat aktifitas, yang memberi
petunjuk adanya PJK. Hal ini disebabkan karena jantung mempunyai tenaga
serap, sehingga pada keadaan tertentu dalam keadaan istirahat gambaran EKG
tampak normal.
Pemeriksaan yang merupakan ‘gold standard’ adalah kateterisasi jantung.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan memasukkan kateter semacam slang seukuran
ujung lidi. Selang ini dimasukkan langsung ke pembuluh nadi (arteri). Bisa
melalui pangkal paha, lipatan lengan atau melalui pembuluh darah di lengan
bawah. Kateter didorong dengan tuntunan alat rontgen langsung ke muara
pembuluh koroner. Setelah tepat di lubangnya, kemudian disuntikkan cairan
kontras sehingga mengisi pembuluh koroner yang dimaksud. Setelah itu dapat
dilihat adanya penyempitan atau malah mungkin tidak ada penyumbatan.
Penyempitan atau penyumbatan ini dapat saja mengenai beberapa tempat pada
22
satu pembuluh koroner. Bisa juga sekaligus mengenai beberapa pembuluh
koroner. 26
2.6 Penatalaksanaan
2.6.1. Non Farmakologi
1. Diet tinggi serat, rendah kolesterol/lemak, rendah garam
2. Menurunkan berat badan
3. Berhenti merokok / konsumsi alkohol
4. Olahraga teratur
2.6.2. Farmakologi
1. Obat modifikasi kolesterol
Dengan mengurangi jumlah kolesterol dalam darah, terutama low-density
lipoprotein (LDL) atau kolesterol "buruk" , obat-obatan ini mengurangi bahan
utama yang menumpuk pada arteri koroner. Meningkatkan high-density
lipoprotein (HDL), atau kolesterol "baik", mungkin membantu juga. Dokter dapat
memilih dari berbagai obat, termasuk statin, niasin, asam empedu fibrates dan
sequestrants.
2. Aspirin
Hal ini dapat mengurangi kecenderungan darah untuk membeku, yang
dapat membantu mencegah penyumbatan arteri koroner. Jika anda pernah
mengalami serangan jantung, aspirin dapat membantu mencegah serangan di masa
depan. Ada beberapa kasus di mana aspirin tidak sesuai, seperti jika memiliki
kelainan pendarahan dimana sudah menggunakan pengencer darah lain, jadi
tanyalah dokter Anda sebelum meminum aspirin.
3. Beta bloker
23
Obat-obatan ini memperlambat denyut jantung dan menurunkan tekanan
darah, yang menurunkan permintaan oksigen jantung. Jika pernah mengalami
serangan jantung, beta blocker mengurangi risiko serangan di masa depan.
4. Nitrogliserin
Nitrogliserin tablet, semprotan dan koyo dapat mengontrol nyeri dada
dengan membuka arteri koroner dan mengurangi permintaan jantung untuk darah.
5. Penghambat angiotensin-converting enzyme (ACE)
Obat-obatan ini menurunkan tekanan darah dan dapat membantu
mencegah perkembangan penyakit arteri koroner. Jika anda pernah mengalami
serangan jantung, ACE inhibitor mengurangi risiko serangan di masa depan.
6. Calcium channel blocker
Obat-obat ini melemaskan otot-otot yang mengelilingi arteri koroner dan
menyebabkan pembuluh terbuka, meningkatkan aliran darah ke jantung. Mereka
juga mengendalikan tekanan darah tinggi.
Kadang-kadang pengobatan yang lebih agresif diperlukan untuk
memperbaiki aliran darah. Berikut adalah beberapa pilihan:
1. Trombolitik. Efektif diberikan dalam waktu < 12 jam setelah keluhan nyeri
dada dan usia pasien < 75 tahun.
2. Prosedur invasif non operatif. Dapat dilakukan intervensi koroner perkutan
primer, dilakukan < 6 jam setelah mengalami serangan. Selain itu dapat
dilakukan bila terapi trombolitik gagal.
3. Operasi bypass arteri koroner
BAB II
24
STATUS ORANG SAKIT
ANAMNESIS PRIBADI
Nama : H. M. Saleh
Umur : 60 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Perkawinan : Menikah
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
Alamat : Pangkalan Brandan, Langkat
ANAMNESIS PENYAKIT
Keluhan Utama : Sesak napas
Telaah : - Dialami os sejak 10 hari SMRS dan memberat dalam ±3
hari ini. Sesak berhubungan dengan aktivitas, seperti
berjalan ke kamar mandi dan saat beritirahat. Sesak juga
dirasakan saat berbaring ke terlentang. Untuk mengurangi
sesak , os suka mengambil posisi duduk. Os juga mengeluh
sering terbangun saat malam hari karena sesak napas Os
mengaku sesak napas lebih berkurang saat disangga pake 2-
3 bantal. Sesak napas tidak dipengaruhi cuaca. Sesak napas
tidak disertai bunyi.Riwayat napas berbunyi tidak dijumpai.
Os menyangkal adanya nyeri dada . Batuk juga disangkal
os.
- Os mengeluhkan bengkak pada kedua kaki dan pada
perut sejak ±1 bulan ini, bengkak terjadi perlahan-lahan.
Ini menyebabkan os sulit berjalan. Os tak merasakan nyeri
dan tak ada perubahan warna.
- Abang dan Kakak os juga memiliki riwayat
penyakit jantung.
25
- Riwayat merokok diakui pasien sudah ±28 tahun
dengan konsumsi ±8 batang/ hari dan sudah berhenti sejak
5 tahun lalu.
- Os tak memiliki riwayat penyakit darah tinggi dan
tak memiliki riwayat penyakit gula.
- Os pernah dirawat di RS Pankalan Brandan karena
keluhan tersebut, os kemudian dibawa oleh keluarga k
SPJP dan didiagnosa penyakit jantung 5 tahun yang lalu.
- Os pernah diangiografi dengan hasil penyempitan
pembuluh darah koroner sekitar 23%.
- BAK normal (warna kuning jernih dan volume ± 1
botol menengah- 600 cc). BAB normal (warna kekuning-
an tanpa darah dan lendir).
Faktor Risiko PJK : Laki-Laki, Umur 60 tahun, Merokok ± 28 tahun, riwayat
keluarga penyakit jantung
RPT : Coronary Artery Disease
RPO : Asparte, Clopidogrel, Furosemide, dan Simvastatin
PEMERIKSAAN FISIK DIAGNOSTIK
STATUS PRESENS
Keadaan Umum
Sensorium : Compos Mentis
Tekanan
darah
: 100/60 mmHg (berbaring)
Nadi : 102x/i, reguler
Pernapasan : 27 x/i
Temperatur : 36,5 °C (axila)
26
Anemia (-) Ikterus (-) Dispnu (+)
Sianosis (-) Edema (+)
KEPALA :
Mata : konjunctiva palp. inf. pucat (-/-), sklera ikterik(-/-), edema palpebra(-/-),
kesan = normal.
LEHER :
Posisi trakea : medial, TVJ : R+2 cm H2O
THORAX DEPAN
Inspeksi
Bentuk : Simetris fusiformis
Pergerakan : Simetris, tidak ada ketinggalan bernapas
Palpasi
Nyeri tekan : -
Fremitus suara : sulit dinilai
Iktus : Kuat angkat
Perkusi
Jantung
Batas Atas Jantung : ICR II parasternal Sinistra
Batas Kanan Jantung : linea parasternalis kanan
Batas Kiri Jantung : ICR V 2 cm linea midklavikula sinistra
Auskultasi
Paru
Suara Pernapasan : vesikuler pada semua lapangan paru
Suara tambahan : ronkhi basah basal paru kiri dan kanan. Wheezing
(-)
Jantung
27
S1(+) S2(+) S3(-) S4(-), Reguler, murmur(+)tipe PSM grade III/IV LLSB
THORAX BELAKANG
Inspeksi : Simetris fusiformis, tidak ada ketinggalan bernapas
Palpasi : sulit dinilai
Perkusi : sonor di semua lapangan paru
Auskultasi : SP: vesikuler pada semua lapangan paru
ST: ronkhi basah basal kiri dan kanan
ABDOMEN
Inspeksi
Bentuk : Simetris membesar
Palpasi
Dinding Abdomen : soepel, turgor
Palpasi hepar/lien : Sulit dinilai
Nyeri tekan : (-)
Perkusi
Pekak beralih : (+)
Auskultasi
Peristaltik usus : normoperistaltik
EKSTREMITAS
Superior : Sianosis (-/-), Clubbing (-/-)
Inferior : Edema (+/+)
Akral : Hangat/Dingin
INTERPRETASI REKAMAN EKG
Sinus Ritmis, Durasi QRS 100x, Axis Normal, Pwave (+), P defleksi negatif di
V1, PR interval 0,2 s, Durasi QRS 0,1 s, ST segmen Normal, LVH (+), VES(+)
28
KESAN EKG:
SR + Left Atrial Enlargement+ Left Ventricle Hypertrophy+Ventricle
Ekstrasystole
INTERPRETASI FOTO THORAKS
29
Trakea medial, tidak tampak infiltrat di paru, apex downward, CTR ± 72%, kedua
sinus costophrenicus lancip, tulang dan soft tissue baik.
Kesan : Kardiomegali ke kiri dan kanan.
HASIL LABORATORIUM
Lab :
Hematologi :
Hb 14,90 g%
WBC 4,34x103/mm3
PLT 149x103/mm3
Kimia Klinik
Albumin 3,4 g/dL
Ureum 46,3 mg/dl
Kreatinin 1,05 mg/dl
KGD adRandom 166,1mg/dl
Elektrolit Normal,
Natrium 131g/dl
Kalium 3,3g/dl
Hasil analisa Gas darah
PH 7.5
PCO2 22,2 mmHg
PO2 191,4 mmHg
HCO3 17 mmol/L
Troponin T Normal
CKMB Normal
DIAGNOSA KERJA
CHF Fc IV ec CAD
DIAGNOSA BANDING
PENGOBATAN
- Tirah baring semi fowler
- O2 2-4 L
- Diet Jantung 1700 kkal
- IVFD NaCl 0,9% 10gtt/i micro
- Inj. Furosemide 1 amp/8 jam
- Clopidogrel 1x75 mg
- Ascardia 1x80 mg
- Simvastatin 1x20 mg
- Xton cap 1x1
- Aspar K 2x600 mg
RENCANA PEMERIKSAAN LANJUTAN
- EKG serial
- Echocardiography
- Lipid Profile