chicilia windia t.w - skripsi- fkumj
TRANSCRIPT
HUBUNGAN USIA DAN IMT(INDEKS MASSA TUBUH) DENGAN KADAR
GULA DARAH SEWAKTU PADA MASYARAKAT RT 09/009,
KELURAHAN CAKUNG-TIMUR, KECAMATAN CAKUNG, JAKARTA-
TIMUR
TAHUN 2013
Tahun 2013
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Studi
Strata Satu (S1) pada Program Studi Pendidikan Dokter
Fakultas Kedokteran dan Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Jakarta
Oleh :
Nama : Chicilia Windia Tanu Wijaya
NIM : 2010730020
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2013
i
Chicilia Windia T. W (2010730020)
ABSTRAK
Hubungan Usia dan IMT (Indeks Massa Tubuh) dengan Kadar Gula Darah
Sewaktu Pada Masyarakat RT 09/009, Kelurahan Cakung-Timur, Kecamatan
Cakung, Jakarta Timur, Tahun 2013
Xi + 43 + 6 tabel + 3 gambar + 6 lampiran
Jumlah penderita diabetes mellitus menurut data WHO (World Health
Organization), Indonesia menempati urutan ke-4 terbesar di dunia. Menurut Depkes
RI pada tahun 2007, dalam Diabetes Atlas edisi kedua tahun 2003 yang diterbitkan
oleh IDF, prevalensi diabetes di Indonesia pada tahun 2000 adalah 1,9% (2,5 juta
orang) dan toleransi glukosa terganggu (TGT) 9,7% (12,9 juta orang).
Desain penelitian ini adalah penelitian cross-sectional, yang bersifat
deskriptif. Subjek penelitian adalah 62 warga setempat, laki-laki sebanyak 24 orang
dan perempuan 38 orang akan dilakukan pengukuran kadar GDS, IMT, serta
dilakukan wawancara untuk data tingkat pendidikan dan pekerjaan.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui gambaran usia ≥ 40 tahun,
pendidikan, pekerjaan, kadar gula darah dan IMT, serta hubungan antara usia dan
IMT dengan kadar gula darah pada masyarakat di RT 09/009, Kelurahan Cakung-
Timur, Kecamatan Cakung, Jakarta Timur pada tahun 2013.
Pada 62 responden tersebut, data univariat menunjukkan 72,6% tidak
hiperglikemia, kategori usia 40-54 sebanyak 77,4%, 51,6% responden tidak gemuk
(IMT<25), 37,1% tamat SLTA, dan 30,6% tidak bekerja. Data bivariat, dari 30
responden gemuk, 50% dengan hiperglikemia. Data bivariat usia 40-54 tahun
sebanyak 20,8% hiperglikemia dan dari 14 orang usia 55-68 tahun, 50%
hiperglikemia. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa usia yang lebih tua
dan kegemukan menunjukkan kecenderungan hiperglikemia pada masyarakat RT
09/009 Keluarahan Cakung-Timur, Kecamatan Cakung, Jakarta-Timur.
Kata Kunci : DM Tipe 2, Hiperglikemia, IMT, Kadar Gula Darah Sewaktu, Usia ≥
40 tahun
Daftar Pustaka : 33 (1994 - 2013)
ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
Disetujui untuk diajukan pada Sidang Skripsi pada Program Studi Pendidikan
Dokter, Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Pada hari : Rabu
Tanggal : 4, Desember 2013
Pembimbing Utama
(Dr. Kartono Ichwani, SpBK)
iii
PERSETUJUAN DEWAN PENGUJI
HUBUNGAN USIA DAN IMT(INDEKS MASSA TUBUH) DENGAN KADAR
GULA DARAH SEWAKTU PADA MASYARAKAT RT 09/009, KELURAHAN
CAKUNG-TIMUR, KECAMATAN CAKUNG, JAKARTA TIMUR
TAHUN 2013
Telah disusun dan dipersiapkan oleh
Chicilia Windia Tanu Wijaya
NIM : 2010730020
TELAH DIUJI DAN DIPERTAHANKAN DIHADAPAN DEWAN PENGUJI
TANGGAL 17 Desember 2013
Susunan Dewan Penguji
Pendamping Utama Penguji/Pembanding
( Dr. Kartono Ichwani, Sp.BK) ( Dr. Nur Asikin, PhD )
Telah diterima sebagai salah satu persyaratan kelulusan pendidikan tahap sarjana
( Dr. Tri Aguntar, Sp.PK )
Ketua Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Jakarta
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan untuk :
1. Kedua orang tua, saudara sekandung yang telah mendukung saya,
mendoakan, dan membantu saya dalam pengerjaan skripsi ini.
2. Dr. Kartono selaku pembimbing pertama saya mengucapkan banyak terima
kasih selama ini saya dimbimbing dari awal hingga selesainya skripsi ini.
3. Ibu Chaerunissa selaku pembimbing metlit terimakasih banyak telah
memberikan saya ilmu tambahan tentang statistik, terimakasih telah
menyempatkan waktu luang untuk saya bimbingan.
4. Untuk Vitha dan Sela selaku teman satu bimbingan, terimakasih untuk
kebersamaannya, untuk meluangkan waktu bersama sama mengerjakan
skripsi.
5. Untuk Putera, Dewi, Astrini, Indah, Lia, Rieska, Ocha, terimakasih untuk
kesediaannya membantu saya dalam menyelesaikan skripsi dan
menyempatkan waktu luangnya untuk bersama-sama selama ini.
6. Untuk Fafa, Titi, Aiy terimakasih telah menjadi teman sekamar yang baik
selama di asrama, terimakasih atas segalanya yang sudah kalian lakukan
untuk saya.
7. Untuk almamater ku...
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi ini yang berjudul
“Hubungan Usia dan IMT (Indeks Massa Tubuh) dengan Kadar Gula Darah Sewaktu
Pada Masyarakat RT 09/009, Kelurahan Cakung-Timur, Kecamatan Cakung, Jakarta
Timur, Tahun 2013”. Tujuan penulisan tugas akhir ini ialah salah satu syarat untuk
mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran dan Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Penelitian ini terlaksana berkat bimbingan dan arahan dari berbagai pihak,
terutama pembimbing yang telah banyak memberikan masukan dan saran demi
kesempurnaan pelaksanaan penelitian.
Penulis menyadari bahwa tugas akhir skripsi ini masih jauh dari sempurna.
Untuk itu penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun
demi kesempurnaan tugas akhir skripsi ini. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat
bagi peneliti peneliti lain, bagi pembaca dan bagi masyarakat yang telah sukarela
dijadikan responden dalam penelitian ini.
Jakarta, November 2013
Penulis
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK ........................................................................................................... I
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................................II
PERSETUJUAN DEWAN PENGUJI ................................................................ III
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... IV
KATA PENGANTAR ........................................................................................ V
DAFTAR ISI ..................................................................................................... VI
DAFTAR TABEL .......................................................................................... VIII
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... IX
DAFTAR SINGKATAN .................................................................................... X
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... XI
BAB I .................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 3
1. Tujuan Umum : ...................................................................................... 3
2. Tujuan Khusus : ..................................................................................... 3
D. Ruang Lingkup ....................................................................................... 4
1. Tempat ................................................................................................... 4
2. Waktu .................................................................................................... 4
3. Jumlah.................................................................................................... 4
E. Manfaat Penelitian .................................................................................... 5
1. Bagi Peneliti ........................................................................................... 5
2. Bagi Institusi Pendidikan ........................................................................ 5
3. Bagi Tempat Peneliltian ......................................................................... 5
BAB II ................................................................................................................. 6
TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS.................. 6
A. Tinjauan Pustaka........................................................................................ 6
1. Glukosa (Gula) Darah ............................................................................ 6
2. Usia.......................................................................................................11
3. Indeks Massa Tubuh..............................................................................13
4. Tingkat Pendidikan ...............................................................................19
5. Pekerjaan ..............................................................................................20
B. Kerangka Konsep .....................................................................................21
vii
C. Hipotesis ...................................................................................................21
BAB III.............................................................................................................. 22
METODE PENELITIAN ....................................................................................22
A. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................................22
B. Rancangan Penelitian ................................................................................22
C. Variabel dan Definisi Operasional Variabel ..............................................23
D. Populasi dan Sampel .................................................................................25
E. Pengukuran dan Pengamatan Variabel Penelitian ......................................26
F. Pengumpulan Data ....................................................................................26
1. Jenis Data ..............................................................................................26
2. Instrumen Penelitian ..............................................................................27
G. Cara Pengumpulan Data............................................................................27
H. Analisis Data ............................................................................................29
I. Etika Penelitian .........................................................................................31
BAB IV ............................................................................................................. 32
HASIL PENELITIAN .........................................................................................32
A. Gambaran Umum Wilayah........................................................................32
B. ANALISIS UNIVARIAT .........................................................................33
C. ANALISIS BIVARIAT ............................................................................35
BAB V ............................................................................................................... 37
PEMBAHASAN ................................................................................................ 37
A. Keterbatasan Penelitian .............................................................................37
B. Pembahasan Hasil Penelitian.....................................................................37
1. Hubungan Usia dengan Kadar Gula Darah ............................................37
2. Hubungan IMT dengan Kadar Gula Darah ............................................38
BAB VI ............................................................................................................. 40
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................40
A. Kesimpulan...............................................................................................40
B. Saran ........................................................................................................41
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 42
viii
DAFTAR TABEL
TABEL 1. PENILAIAN KADAR GULA DARAH MENURUT WHO, 2006. ................. 7
TABEL 2. KLASIFIKASI STATUS GIZI MENURUT IMT PADA ORANG
INDONESIA ................................................................................................................ 13
TABEL 3.KLASIFIKASI BERAT BADAN LEBIH DAN OBESITAS PADA ORANG
DEWASA BERDASARKAN IMT MENURUT WHO ................................................. 14
TABEL 4. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL .................................................... 24
TABEL 5.DISTRIBUSI RESPONDEN BERDASARKAN KADAR GDS, USIA ≥ 40
TAHUN, IMT, TINGKAT PENDIDIKAN DAN PEKERJAAN DI RT 09/009,
KELURAHAN CAKUNG-TIMUR, KECAMATAN CAKUNG, JAKARTA TIMUR,
TAHUN 2013 ............................................................................................................... 33
TABEL 6.DISTRIBUSI RESPONDEN BERDASARKAN USIA DAN IMT DAN
HUBUNGAN DENGAN KADAR GDS(GULA DARAH SEWAKTU) DI RT 09/009,
KELURAHAN CAKUNG-TIMUR, KECAMATAN CAKUNG, JAKARTA TIMUR
TAHUN 2013 ............................................................................................................... 35
ix
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 1. NILAI GANGGUAN TOLERANSI GLUKOSA ....................................... 8
GAMBAR 2. PROYEKSI WHO TENTANG STRUKTUR USIA PREVALENSI
DIABETES (1998) ........................................................................................................ 11
GAMBAR 3. MEKANISME SEKRESI INSULIN PADA SEL BETA AKIBAT
STIMULASI GLUKOSA .............................................................................................. 17
x
DAFTAR SINGKATAN
DM : Diabetes Melitus
GDS : Gula Darah Sewaktu
GDP : Gula Darah Puasa
GLUT : Glukosa Transporter
IDF : International Diabetic Federation
IMT : Indeks Massa Tubuh
KGD : Kadar Gula Darah
PERKENI : Perkumpulan Endokrinologi Indonesia
TGT : Toleransi Glukosa Terganggu
WHO : World Health Organization
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1, Lembar Inform Concent & Wawancara...............................................47
Lampiran 2, Lembar Surat Izin Penelitian................................................................50
Lampiran 3, Lembar Surat Keterangan Penelitian dari Ketua RT............................51
Lampiran 4, Tabel Induk Penelitian..........................................................................52
Lampiran 5, Lembar Hasil SPSS...............................................................................55
Lampiran 6, Daftar Riwayat Hidup............................................................................63
i
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Diabetes melitus merupakan suatu keadaan peningkatan kadar gula
darah secara menahun disertai dengan berbagai kelainan metabolik akibat
gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi menahun pada
berbagai organ target (Fitriana, 2008).
International Diabetes Federation (IDF) menyatakan bahwa prevalensi
penderita DM didunia sebanyak lebih dari 371 juta orang yang berusia 20-79
tahun. Jumlah penderita diabetes mellitus menurut data WHO (World Health
Organization), Indonesia menempati urutan ke-4 terbesar di dunia. (Sudoyo,
2009: hal.2083). Menurut Depkes RI pada tahun 2007, dalam Diabetes Atlas
edisi kedua tahun 2003 yang diterbitkan oleh IDF, prevalensi diabetes di
Indonesia pada tahun 2000 adalah 1,9% (2,5 juta orang) dan toleransi glukosa
terganggu (TGT) adalah 9,7% (12,9 juta orang) (Fitriana, 2008) .
Peningkatan kejadian DM dapat terjadi akibat bertambahnya populasi
penduduk usia lanjut dan perubahan gaya hidup, mulai dari pola makan/jenis
makanan yang dikonsumsi sampai berkurangnya kegiatan jasmani. Hal ini
terjadi terutama pada kelompok usia dewasa ke atas (Zahmatal, Chandra,
Suyanto, dan Restuastuti, 2007). Selain itu di zaman yang modern ini, banyak
masyarakat malas bergerak akibat terlalu mengandalkan transportasi dan
teknologi yang canggih. Penelitian mengenai aktivitas fisik dari penduduk di
2
seluruh dunia ditemukan hasil ± 30 persen orang Indonesia malas bergerak
atau tidak aktif (Hallal, Andersen, Bull, and Guthold, 2012).
Pada orang dewasa dan obesitas (kegemukan) akan memiliki risiko
timbulnya DM tipe 2, 4 kali lebih besar dibandingkan dengan orang dengan
status gizi normal (Wicaksono, 2011). Berdasarkan hal diatas bahwa kelompok
usia dewasa keatas dan obesitas (kegemukan) akan memiliki risiko timbulnya
DM tipe 2, maka peneliti tertarik ingin mengetahui hubungan antara IMT dan
usia dengan kadar gula darah sewaktu pada masyarakat RT.09/009 Kelurahan
Cakung-Timur, Kecamatan Cakung, Jakarta Timur. Alasan peneliti memilih
kelompok masyarakat tersebut untuk dijadikan sample adalah lokasinya
terjangkau dan belum ada peneliti lain yang melakukan penelitian pada
masyarakat tersebut.
3
B. Rumusan Masalah
1. Berdasarkan latar belakang masalah diatas, dapat dirumuskan apakah
ada hubungan antara usia dan IMT terhadap kadar gula darah sewaktu?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum :
Mengetahui gambaran usia ≥ 40 tahun, pendidikan, pekerjaan, kadar
gula darah dan IMT, serta hubungan antara usia dan IMT dengan kadar
gula darah sewaktu dari sample yang diambil pada masyarakat RT
09/009, Kelurahan Cakung-Timur, Kecamatan Cakung, Jakarta Timur
pada tahun 2013.
2. Tujuan Khusus :
a) Mengetahui gambaran kadar gula darah sewaktu dari sample
yang diambil pada masyarakat tersebut.
b) Mengetahui gambaran usia ≥ 40 tahun pada masyarakat
tersebut.
c) Mengetahui gambaran IMT dari sample yang diambil pada
masyarakat tersebut.
d) Mengetahui gambaran pendidikan terakhir dari sample yang
diambil pada masyarakat tersebut.
e) Mengetahui gambaran pekerjaan dari sample yang diambil pada
masyarakat tersebut.
4
f) Menganalisis hubungan antara usia ≥ 40 tahun dengan kadar
gula darah sewaktu dari sample yang diambil pada masyarakat
tersebut.
g) Menganalisis hubungan antara IMT dengan kadar gula darah
sewaktu dari sample yang diambil pada masyarakat tersebut
D. Ruang Lingkup
1. Tempat
Ruang lingkup penelitian ini dilakukan pada masyarakat yang berusia ≥
40 tahun yang bertempat tinggal di RT 09/009, Kelurahan Cakung-
Timur, Kecamatan Cakung, Jakarta Timur.
2. Waktu
Pengambilan responden dilakukan selama bulan Agustus hingga
September tahun 2013.
3. Jumlah
Diambil semua populasi dengan metode total sampling sebanyak 62
orang responden yang bersedia dilakukan tes gula darah sewaktu dan
wawancara kepada responden yang berusia ≥ 40 tahun. Dengan jumlah
laki-laki sebanyak 24 orang dan perempuan 38 orang.
5
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
a. Meningkatkan pengetahuan dan wawasan peneliti dalam
melakukan penelitian tentang kadar gula sewaktu pada
masyarakat setempat.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi untuk
peneliti selanjutnya.
c. Penelitian ini diharapkan dapat dilanjutkan dengan menambah
variabel-variabel baru yang lebih banyak.
2. Bagi Institusi Pendidikan
a. Sebagai referensi untuk pengembangan pendidikan dan ilmu
pengetahuan khususnya tentang kejadian Diabetes Melitus
dalam masyarakat.
3. Bagi Tempat Peneliltian
a. Dengan dilakukan penelitian ini mampu membantu masyarakat
untuk mengetahui nilai kadar gula darah sewaktu dari masing-
masing individu responden.
b. Sebagai bahan masukan bagi pelaksana pelayanan kesehatan di
puskesmas setempat.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA KONSEP
DAN HIPOTESIS
A. Tinjauan Pustaka
1. Glukosa (Gula) Darah
Di dalam darah terdapat glukosa, glukosa dalam darah dioksidasi
agar mendapatkan kalori atau energi. Sebagian glukosa yang ada dalam
darah adalah hasil penyerapan dari usus dan sebagian lagi dari hasil
pemecahan simpanan energi dalam jaringan. Glukosa yang ada di usus
bisa berasal dari glukosa yang kita makan atau bisa juga hasil
pemecahan zat tepung yang kita makan dari nasi, ubi, jagung, kentang,
roti atau dari yang lain (Djojodibroto, 2003).
Karbohidrat yang sudah ditelan akan dicerna menjadi
monosakarida dan diabsorpsi, terutama dalam duodenum dan jejenum
proksimal. Sesudah diabsorpsi kadar glukosa darah akan meningkat
untuk untuk sementara waktu dan akhir nya akan kembali lagi ke kadar
semula (Sylvia, Wilson, 2006).
Ada beberapa tipe pemeriksaan glukosa darah. Pemeriksaan gula
darah puasa mengukur kadar glukosa darah selepas tidak makan
setidaknya 8 jam. Pemeriksaan gula darah postprandial 2 jam mengukur
kadar glukosa darah tepat selepas 2 jam makan. Pemeriksaan gula darah
7
ad random mengukur kadar glukosa darah tanpa mengambil kira waktu
makan terakhir (Porth, 1998).
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan tes gula darah sewaktu
dengan pemeriksaan gula darah ad random. Peneliti kemudian
menggolongkan responden menjadi kelompok dengan hiperglikemia
dan tidak hiperglikemia.
Hiperglikemia merupakan keadaan peningkatan glukosa darah
daripada rentang kadar puasa normal 80-90 mg/dl darah, atau rentang
non puasa sekitar 140-160 mg/dl darah (Corwin, 2008).
Tabel 1. Penilaian kadar gula darah menurut WHO, 2006.
( Sudoyo, Setyohadi, Alwi, Simadibrata, dan Setiati, 2009)
Dari tabel diatas dijelaskan bahwa kadar toleransi glukosa
terganggu (TGT) pada pengukuran gula darah non puasa atau 2 jam
setelah makan adalah 140 – 200 mg/dl (WHO, 2006).
IGT
(Impaired
Glucose
Tolerance)
IFT (Impaired
Fasting
Glucose
Tolerance)
8
Gambar 1. Nilai gangguan Toleransi Glukosa
Perkeni menyebutkan bahwa kadar hiperglikemia dalam suatu tes
kadar gula darah sewaktu ialah ≥ 140 mg/dl (Perkeni, 2011) .
Setelah 5-10 tahun kemudian 1/3 dari kelompok TGT akan
berkembang menjadi DM, 1/3 akan tetap mengalami TGT dan 1/3
lainnya kembali normal. Adanya TGT sering berkaitan dengan
resistensi insulin (Sudoyo, Setyohadi, Alwi, Simadibrata, dan Setiati,
2009).
Telah dipaparkan diatas bahwa TGT (hiperglikemia) 1/3 akan
berkembang menjadi Diabetes Melitus tipe 2. Diabetes melitus (DM)
merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin
Perkeni, 2011
9
atau keduanya (Sudoyo, Setyohadi, Alwi, Simadibrata, dan Setiati,
2009).
DM tipe 2 merupakan jenis DM yang paling banyak diderita di
seluruh dunia begitu juga di Indonesia. Prevalensi penyakit ini terus
meningkat. DM tipe 2 dapat disebabkan terutama karena meningkatnya
kemakmuran suatu populasi. Faktor risiko yang dapat menyebabkan
DM Tipe 2 adalah :
1. Faktor keturunan (genetik)
2. Faktor kegemukan / obesitas
a. Perubahan gaya hidup tradisional ke gaya hidup barat
b. Makan berlebihan
c. Kurang aktivitas
3. Faktor demografi
a. Jumlah penduduk meningkat
b. Urbanisasi
c. Penduduk berusia diatas 40 tahun meningkat (Soegondo, 2011).
Seseorang yang hobi makan berkalori tinggi dan kurang olahraga,
maka pankreasnya harus bekerja ekstra keras untuk memproduksi
insulin dalam rangka mengendalikan kadar gula darah agar tetap
normal. Pankreas yang bekerja terus menerus dengan keras tidak
mampu lagi memproduksi insulin sesuai dengan kebutuhan tubuh. Sel-
sel beta dalam pankreas yang memproduksi insulin jumlahnya
berkurang 50% - 60% dari normal akibat dari kelelahan pankreas yang
terus menerus memproduksi insulin (Cahyono, 2008).
10
Selain faktor kelelahan pankreas, ada faktor lain yang dapat
menimbulkan gangguan pengendalian gula darah yang dikenal sebagai
resistensi insulin. Pada keadaan ini, jumlah insulin dalam darah justru
di atas normal, tetapi jumlah kunci (insulin) yang ada jauh lebih banyak
dibandingkan dengan lubang kuncinya (tempat melekatnya insulin di
dinding sel/reseptor insulin) (Cahyono, 2008).
Maka dengan sendirinya glukosa darah tidak dapat masuk
kedalam sel, sehingga gula darah tetap tinggi. Kondisi dimana terjadi
keletihan pankreas dan resistensi insulin dikenal sebagai DM tipe 2
(Sudoyo, Setyohadi, Alwi, Simadibrata, dan Setiati, 2009).
Patogenesis Diabetes Melitus Tipe 2
Obesitas, resistensi insulin, dan sindrom metabolik biasanya
mengawali perkembangan DM tipe 2. DM tipe 2 dikaitkan dengan
peningkatan konsentrasi insulin plasma (hiperinsulinemia). Hal ini
terjadi sebagai upaya kompensasi oleh sel B pankreas terhadap
penurunan sensitivitas jaringan terhadap efek metabolisme insulin,
yaitu suatu kondisi yang dikenal dengan resistensi insulin. Penurunan
sensitivitas insulin mengganggu penggunaan dan penyimpanan
karbohidrat, yang akan meningkatkan kadar gula darah dan merangsang
peningkatan sekresi insulin sebagai upaya kompensasi (Guyton dan
Hall, 2008).
Perkembangan resistensi insulin dan gangguan metabolisme
glukosa biasanya terjadi secara bertahap, yang dimulai dengan
peningkatan berat badan dan obesitas. Beberapa penelitian
11
menunjukkan bahwa jumlah reseptor insulin di otot rangka, hati dan
jaringan adiposa pada orang obese lebih sedikit daripada jumlah
reseptor pada orang yang tidak gemuk (Guyton dan Hall, 2008).
2. Usia
Dalam penelitian ini, diambil responden yang berusia ≥ 40 tahun.
Dalam penelitian Awad dkk yang dilakukan di Indonesia, bahwa usia
≥ 40 tahun lebih berisiko menderita DM tipe 2 (Awad, Langi dan
Pandelaki 2011).
Gambar 2. Proyeksi WHO tentang Struktur Usia Prevalensi
Diabetes (1998)
Gambar diambil dalam penelitian Awad, Langi dan
Pandelaki, 2011.
12
Dalam kurun waktu < 17 tahun dari sekarang, 170 juta orang akan
menjadi prevalensi diabetes di negara berkembang (Soegondo, 2011).
Peneliti mengkategorikan usia dalam 2 kelompok yaitu 40-54 dan
55-68. Batasan usia ini dikategorikan seperti itu karena usia 55 tahun
mengawali usia lanjut dini (lansia) (Kemenkes RI, 2013). Pada usia
lansia menurunnya toleransi glukosa berhubungan dengan
berkurangnya sensitivitas sel perifer terhadap efek insulin (resistensi
insulin). Disepakati dari berbagai penelitian, ada kenaikan GDS dengan
usia yang berakibat toleransi glukosa berkurang (Darmojo, 2011).
Kadar insulin orang yang lebih tua dibandingkan dengan orang
yang lebih muda ialah sama atau lebih tinggi di beberapa kasus. Nilai
insulin yang tinggi yang sering ditemukan pada orang yang lebih tua,
karena mekanisme kompensasi untuk hiperglikemia. Bukti mengatakan
bahwa mekanisme yang paling utama pada orang yang lebih tua (lansia)
ialah penurunan sensitivitas insulin pada jaringan perifer di level
postreseptor (Stout, 1994).
Penelitian yang dilakukan oleh Szoke, Shrayyef, Messing, dan
Woerle, (2008) dipaparkan bahwa penurunan sensitivitas insulin
(resistensi insulin) mengawali gangguan fungsi sel-ß. Setelah beberapa
tahun, akan terjadi peningkatan sekresi insulin untuk mengkompensasi
resistensi insulin yang dilakukan oleh sel-ß yang akan menyebabkan
fungsi dari sel-ß memburuk karena sel-ß kelelahan. Sekresi insulin
normalnya akan menurun sebesar ~0,7 % per tahun dan penurunan
fungsi sel-ß akan meningkat dua kali lipat pada orang dengan toleransi
glukosa terganggu (hiperglikemia).
13
Stout (1994) menyimpulkan bahwa hiperglikemia, toleransi
glukosa terganggu dan DM Tipe 2 berkembang lebih progresif pada
usia yang lebih tua. Ada beberapa mekanisme toleransi glukosa
terganggu pada orang yang lebih tua yaitu sekresi insulin terganggu dan
resistensi insulin. Sekresi insulin yang sedikit, menyebabkan
hiperglikemia pada orang yang lebih tua.
Dalam penelitian Mihardja (2009), memperlihatkan prevalensi
penderita DM (responden dengan riwayat DM) meningkat sesuai usia,
meningkat tajam pada kelompok usia 35 tahun ke atas, tertinggi pada
kelompok 55-64 tahun, yaitu sebesar 28,7%.
3. Indeks Massa Tubuh
Indeks massa tubuh (IMT) adalah nilai yang dihitung dari berat
badan (BB) dan tinggi badan (TB) seseorang. Untuk orang dewasa yang
berusia 20 tahun keatas, IMT diinterpretasi menggunakan kategori
status berat badan standard yang sama untuk semua usia bagi pria dan
wanita.
Tabel 2.
Klasifikasi Status Gizi Menurut IMT Pada Orang Indonesia
14
Dalam penelitian ini, peneliti mengklasifikasikan responden
menjadi dua kelompok yaitu gemuk dengan IMT ≥ 25 dan tidak gemuk
dengan IMT < 25.
Penanda kandungan lemak tubuh yang digunakan dalam indeks
massa tubuh (IMT), yang dapat dihitung sebagai :
IMT = Berat badan dalam kg/Tinggi badan dalam m2
Tabel 3.
Klasifikasi Berat Badan Lebih dan Obesitas pada Orang Dewasa
Berdasarkan IMT Menurut WHO
Obesitas timbul sebagai akibat masukan energi yang melebihi
pengeluaran energi. Bila energi dalam jumlah besar (dalam bentuk
makanan) yang masuk kedalam tubuh melebihi jumlah yang
dikeluarkan, berat badan akan bertambah, dan sebagian besar kelebihan
energi tersebut akan disimpan sebagai lemak (Guyton dan Hall, 2008).
Gaya hidup tidak aktif merupakan penyebab obesitas. Aktivitas
fisik dan latihan fisik yang teratur dapat meningkatkan massa otot dan
mengurangi massa lemak tubuh, sedangkan aktivitas fisik yang tidak
(Sudoyo, Setyohadi, Alwi, Simadibrata, dan Setiati, 2009).
15
adekuat dapat menyebabkan pengurangan massa otot dan peningkatan
adipositas. Beberapa penelitian menunjukkan hubungan yang erat
antara obesitas dengan perilaku tidak aktif seperti menonton televisi
terlalu lama (Guyton dan Hall, 2008).
Perubahan dari pola makan tradisional ke pola makan barat yang
banyak mengandung kalori, lemak dan kolesterol, ditambah kehidupan
yang disertai stress dan kurangnya aktivitas fisik, terutama di kota-kota
besar mulai menunjukkan dampak dengan meningkatnya masalah gizi
lebih (obesitas) dan penyakit salah satunya adalah diabetes melitus tipe
2 (Anonim, 2013).
Kaitan antara obesitas dan resistensi insulin ialah berhubungan
karena studi pada manusia dan hewan yang mengindikasikan bahwa
peningkatan atau penurunan berat badan berkolerasi erat dengan
sensitivitas insulin (Dewi, 2007).
Salah satu teori menyebutkan bahwa sel-sel lemak yang
mengalami hipertrofi menurunkan jumlah reseptor insulin. Teori lain
menyebutkan tingginya asam lemak, peningkatan hormon resistin dan
penurunan adiponektin akibat penumpukan lemak pada penderita
obesitas mempengaruhi kerja insulin sehingga dapat menyebabkan
tingginya kadar glukosa darah. Berdasarkan penjelasan di atas maka
terlihat adanya hubungan antara besarnya penumpukan lemak dengan
peningkatan kadar glukosa darah. Hubungan antara distribusi lemak
tubuh dan risiko timbulnya diabetes melitus tipe 2 ini telah banyak
diteliti di berbagai negara diantaranya Jepang, Cina, Finlandia dan
Amerika Serikat (Lipoeto, Yerizal, Edward dan Widuri, 2007).
16
Insulin merupakan hormon yang terdiri dari rangkaian asam
amino, dihasilkan oleh sel beta kelenjar pankreas. Dalam keadaan
normal, bila ada rangsangan pada sel beta, insulin disintesis dan
kemudian di sekresikan kedalam darah sesuai dengan kebutuhan tubuh
untuk keperluan regulasi glukosa darah. Secara fisiologis, regulasi
glukosa darah yang baik diatur bersama dengan hormon glukagon yang
disekresikan oleh sel alfa kelenjar pankreas. Sintesis insulin dimulai
dalam bentuk preproinsulin pada retikulum endoplasma sel beta.
Dengan bantuan enzim peptidase, prepoinsulin mengalami pemecahan
sehingga terbentuk proinsulin. Kemudian dengan bantuan enzim
peptidase, proinsulin diurai menjadi insulin dan peptida-C yang
keduanya sudah siap disekresikan secara bersamaan melalui membran
sel (Sudoyo, Setyohadi, Alwi, Simadibrata, dan Setiati, 2009).
Mekanisme pengeluaran insulin tersebut diperlukan bagi
berlangsungnya proses metabolisme, karena fungsi insulin memang
sangat dibutuhkan dalam proses utilisasi glukosa yang ada dalam darah.
Kadar glukosa darah yang meningkat, merupakan komponen utama
yang memberi rangsangan terhadap sel beta dalam memproduksi
insulin (Sudoyo, Setyohadi, Alwi, Simadibrata, dan Setiati, 2009).
Diketahui ada beberapa tahapan dalam proses sekresi insulin,
salah satu mekanismenya adalah, setelah adanya rangsangan oleh
molekul glukosa, ialah proses glukosa melewati sel dengan bantuan
GLUT (Glucose Transporter) fungsinya sebagai kendaraan pengangkut
glukosa masuk dari luar ke dalam sel jaringan tubuh. Glucose
transporter 2 (GLUT 2) yang terdapat dalam sel beta misalnya,
17
diperlukan dalam proses masuknya glukosa dari dalam darah, melewati
membran, ke dalam sel beta.. Molekul ATP yang terbentuk, dibutuhkan
untuk tahap selanjutnya yakni proses mengaktifkan penutupan K
channel pada membran sel. Penutupan ini berakibat terhambatnya
pengeluaran ion K dari dalam sel yang menyebabkan terjadinya tahap
depolarisasi membran sel, yang diikuti kemudian oleh tahap
pembukaan Ca channel. Keadaan inilah yang memungkinkan masuknya
ion Ca sehingga menyebabkan peningkatan kadar ion Ca intrasel.
Suasana ini dibutuhkan bagi proses sekresi insulin melalui mekanisme
yang cukup rumit dan belum seutuhnya dapat dijelaskan (Sudoyo,
Setyohadi, Alwi, Simadibrata, dan Setiati, 2009).
Gambar 3.
Mekanisme sekresi insulin pada sel beta akibat stimulasi glukosa
(Kramer, 95 dalam Sudoyo, Setyohadi, Alwi, Simadibrata, dan Setiati, 2009)
Ikatan antara insulin dan reseptor akan menghasilkan semacam
sinyal yang berguna bagi proses regulasi atau metabolisme glukosa
didalam sel otot dan lemak, meskipun mekanisme kerja yang
18
sesungguhnya belum begitu jelas. Setelah berikatan, transduksi sinyal
berperan dalam meningkatkan kuantitas GLUT-4 (glucose transporter-
4) dan selanjutnya juga akan mendorong penempatannya pada
membran sel. Proses sintesis dan translokasi GLUT-4 inilah yang
bekerja memasukkan glukosa dari ekstra ke intrasel untuk selanjutnya
mengalami metabolisme (Sudoyo, Setyohadi, Alwi, Simadibrata,
dan Setiati, 2009).
Pada orang obes yang mengkonsumsi makanan secara terus
menerus dengan aktivitas yang sedikit, maka glukosa darah akan
meningkat dan menyebabkan sel beta pankreas terus menerus
memproduksi insulin dalam rangka mengendalikan kadar gula darah
agar tetap normal. Pankreas yang bekerja terus menerus dengan keras
tidak mampu lagi memproduksi insulin sesuai dengan kebutuhan tubuh.
Gangguan metabolisme glukosa yang terjadi, diawali oleh kelainan
pada dinamika sekresi insulin. Defisiensi insulin ini secara langsung
menimbulkan dampak buruk terhadap homeostastis glukosa darah.
Yang pertama terjadi adalah hiperglikemia akut pascaprandial (HAO)
yakni peningkatan kadar glukosa darah segera setelah makan atau
minum (Sudoyo, Setyohadi, Alwi, Simadibrata, dan Setiati, 2009).
Kegagalan sel beta pankreas dalam merespon kadar glukosa yang
tinggi, akan menyebabkan abnormalitas jalur transduksi sinyal insulin
pada sel beta dan terjadi resistensi insulin (Sulistyoningrum, 2010).
Obesitas dapat menimbulkan resistensi insulin melalui
peningkatan produksi asam lemak bebas. Asam lemak bebas yang
terakumulasi di jaringan akan menginduksi resistensi insulin terutama
19
pada jaringan hati dan otot. Hipotesis Randle menyatakan mekanisme
induksi resistensi insulin oleh asam lemak ini terjadi akibat kompetisi
asam lemak dan glukosa untuk berikatan dengan reseptor insulin.
Oksidasi asam lemak akan menyebabkan peningkatan asetil koA pada
mitokondria dan inaktivasi enzim piruvat dehidrogenase. Mekanisme
ini akan menginduksi peningkatan kadar sitrat intraselular yang akan
menghambat akumulasi fosofo-fruktokinase dan glukosa-6 phospat
yang menyebabkan akumulasi glukosa intraselular dan mengurangi
uptake glukosa dari ekstrasel. Resistensi insulin menyebabkan
penggunaan glukosa yang dimediasi oleh insulin di jaringan perifer
menjadi berkurang. Kekurangan insulin atau resistensi insulin akan
menyebabkan kegagalan fosforilasi kompleks IRS (Insulin Reseptor
Substrate), penurunan oksidasi glukosa sehingga glukosa tidak dapat
masuk ke dalam sel dan akan terjadi kondisi hiperglikemia
(Sulistyoningrum, 2010).
4. Tingkat Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara. (UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, pasal 1). Pendidikan luas yang dikenal di masyarakat adalah
20
pendidikan dalam arti formal, yaitu pendidikan yang diterima oleh
peserta didik melalui pendidik dan biasanya dilakukan pada suatu
lembaga atau institusi. (Kasiana, 2013)
Dalam penelitian ini, tingkat pendidikan responden
dikelompokkan untuk mengetahui distribusi tingkat pendidikan dalam
masyarakat tersebut, yaitu yang telah tamat sekolah formal dan
mendapatkan ijazah. Variabel tingkat pendidikan tidak dilakukan uji
bivariat.
5. Pekerjaan
Pekerjaan secara umum didefinisikan sebagai sebuah kegiatan
aktif yang dilakukan oleh manusia. Dalam arti sempit, istilah pekerjaan
digunakan untuk suatu tugas atau kerja yang menghasilkan sebuah
karya bernilai imbalan dalam bentuk uang bagi seseorang. Dalam
penelitian ini, pekerjaan responden dikelompokkan untuk mengetahui
distribusi pekerjaan dalam masyarakat tersebut. Variabel pekerjaan
tidak dilakukan uji bivariat.
21
B. Kerangka Konsep
C. Hipotesis
1. Ada hubungan antara usia dengan kadar gula darah sewaktu di RT
09/009, Kelurahan Cakung-Timur, Kecamatan Cakung, Jakarta Timur.
2. Ada hubungan antara IMT dengan kadar gula darah sewaktu di RT
09/009, Kelurahan Cakung-Timur, Kecamatan Cakung, Jakarta Timur.
22
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat dilakukan penelitian & pengambilan sampel dilakukan pada
masyarakat yang bertempat tinggal di RT. 09/ RW. 009, Kelurahan Cakung
Timur, Jakarta Timur. Waktu untuk melakukan penelitian pada bulan Agustus
– Oktober 2013.
B. Rancangan Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain penelitian yang
digunakan adalah penelitian Cross Sectional, yaitu suatu penelitian untuk
mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek, dengan
cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat.
Sedangkan berdasarkan teknik pengumpulan datanya, peneliti menggunakan
data primer dan sekunder. Penelitian ini menggunakan instrumen pengukuran
dengan mengukur kadar gula darah sewaktu dengan alat glukometer (alat yang
digunakan untuk mendapatkan nilai kadar glukosa dalam darah perifer) merk
easy touch buatan Taiwan, pengukuran berat badan dan tinggi badan serta
wawancara meliputi nama, usia, pendidikan terakhir dan pekerjaan.
23
C. Variabel dan Definisi Operasional Variabel
1. Variabel
Dalam penelitian ini, terdapat 5 variabel antara lain kadar gula
darah sewaktu, usia, IMT, tingkat pendidikan dan pekerjaan.
Keseluruhan variabel tersebut dilakukan analisis univariat. Sedangkan
analisis bivariat digunakan pada variabel usia dan IMT dan
hubungannya dengan kadar gula darah sewaktu. Variabel terikat dalam
penelitian ini adalah kadar gula darah sewaktu. Variabel bebas dalam
penelitian ini adalah usia ≥ 40 tahun, IMT, tingkat pendidikan dan
pekerjaan responden.
2. Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel dari penelitian ini disajikan dalam
tabel 4.
24
Tabel 4.
Definisi Operasional Variabel
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala Data
Kadar Gula
Darah Sewaktu
Mengacu kepada tingkat
glukosa di dalam darah.
Glukosa yang dialirkan
melalui darah adalah
sumber utama energi
untuk sel-sel tubuh.
Tes GDS
Hiperglikemia
(≥ 140 mg/dl)
Tidak Hiperglikemia
(< 140)
Nominal
Usia Usia adalah lamanya
tahun selama responden hidup yang dihitung
sejak lahir sampai ulang tahun terakhir.
Wawancara a. 40-54 tahun
b.55-68 tahun
Nominal
IMT (Indeks
Massa Tubuh)
IMT (Indeks Massa
Tubuh) ialah nilai yang
diambil dari perhitungan
antara BB dan TB dengan
menggunakan rumus IMT
= Berat Badan (BB) / [Tinggi Badan (m)]²
Timbangan
berat badan
dan pengukur tinggi badan.
Gemuk
(IMT ≥ 25)
tidak gemuk (IMT
< 25).
Nominal
Tingkat Pendidikan
Pendidikan formal
terakhir yang ditamatkan
responden untuk
mendapatkan bukti ijazah.
Wawancara
a. Tidak tamat SD
b. Tamat SD
c. Tamat SLTP
d. Tamat SLTA
e. Diploma
f. Strata-I (S1)
g. Strata-II (S2)
Ordinal
Pekerjaan
Jenis pekerjaan yang sedang ditekuni responden
pada penelitian, dilakukan
untuk mendtangkan
pendapatan dalam
menghidupi keluarga.
Wawancara
a. PNS
b. Swasta
c. Wiraswast
a
d. Pensiun
e. Tidak
bekerja
Nominal
25
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi masyarakat yang berusia ≥ 40 tahun di RT. 09/009
Kelurahan Cakung Timur, Kecamatan Cakung, Jakarta Timur ialah
sebanyak 62 orang.
2. Sampel
Diambil sampel dalam penelitian ini dengan metode total
sampling yaitu diambil sebanyak total populasi sebanyak 62 responden.
Dengan jumlah laki-laki sebanyak 24 orang dan perempuan 38 orang.
Alasan peneliti memilih kelompok masyarakat tersebut untuk dijadikan
sample adalah lokasinya terjangkau dan belum ada peneliti yang
meneliti masyarakat tersebut sebagai responden penelitian.
3. Kriteria Sampel
A. Kriteria Inklusi :
1) Masyarakat yang berusia ≥ 40 tahun.
2) Responden setuju untuk di test kadar GDS.
3) Responden setuju untuk diwawancarai mengenai pekerjaan
dan pendidikan terakhir.
B. Kriteria Eksklusi :
1) Masyarakat yang berusia < 40 tahun.
2) Ibu hamil
3) Responden yang tidak setuju untuk di test GDS dan
wawancara.
26
4) Responden yang mengalami gangguan berbicara.
E. Pengukuran dan Pengamatan Variabel Penelitian
Pengukuran dan pengamatan variabel, untuk variabel gula darah, peneliti
mengukur gula darah sewaktu menggunakan alat glukometer. Kemudian
variabel IMT dilakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan oleh peneliti
menggunakan alat ukur timbangan berat badan dan pengukur tinggi badan.
Kemudian dilakukan wawancara untuk mengetahui nama, usia, pekerjaan dan
pendidikan terakhir responden.
F. Pengumpulan Data
1. Jenis Data
1) Data Primer
Diperoleh data seperti nama, usia, pekerjaan dan pendidikan terakhir
dengan teknik wawancara terhadap responden. Diperoleh data kadar
gula darah sewaktu dengan melakukan tes GDS terhadap responden
yang berusia ≥ 40 tahun.
2) Data Sekunder
Diperoleh populasi sebanyak 62 responden dengan usia ≥ 40 tahun
diambil dari data kependudukan Ketua Rukun Tangga RT.09/009,
Kelurahan Cakung Timur, Kecamatan Cakung, Jakarta Timur.
27
2. Instrumen Penelitian
1) Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini ialah alat glukometer
easytouch dikeluarkan oleh Manufacturer Wuxi Xinda Medical
Device Co. Ltd. Made in Taiwan
2) Alat ukur tinggi badan dalam satuan cm (centi meter) merk One-Med.
3) Alat pengukur berat badan dalam satuan kg (kilogram) merk Tanita.
4) Lembar wawancara yang memudahkan peneliti bertanya kepada
responden.
G. Cara Pengumpulan Data
Data dikumpulkan secara primer yaitu data yang diperoleh secara langsung
dari responden oleh peneliti dengan melakukan pengukuran berat badan,
tinggi badan dan kadar gula darah sewaktu serta dengan wawancara
mengenai usia, tingkat pendidikan dan pekerjaan.
1. Pengolahan Data
1) Pengeditan / Editing
Sebelum seluruh data usia, IMT, hasil kadar GDS, tingkat pendidikan
dan pekerjaan dari responden diolah, maka data terlebih dahulu diedit
dengan cara :
a) Memeriksa kelengkapan data
Memeriksa semua data dan hasil dari test GDS, IMT, dan
lembar wawancara apakah telah lengkap atau tidak. Supaya
tidak menyulitkan pengolahan data selanjutnya.
28
b) Memeriksa keseragaman data
Menyamakan ukuran yang dipergunakan dalam pengumpulan
data supaya mempermudah proses analisis.
2) Pengkodean / Coding
Dari hasil data yang diambil, maka diberi pengkodean supaya
memudahkan dalam memasukkan data.
a) Kadar gula darah sewaktu.
(1) Hiperglikemia, kode 1
(2) Tidak hiperglikemia, kode 2
b) Usia
(1) Usia 40-54 tahun, kode 1
(2) Usia 55-68 tahun, kode 2
c) Indeks Massa Tubuh (IMT)
Diukur dengan menggunakan rumus penghitungan dari berat
badan dan tinggi badan.
(1) Gemuk, kode 1
(2) Tidak Gemuk, kode 2
d) Tingkat pendidikan
(1) Tidak tamat SD, kode 1
(2) Tamat SD, kode 2
(3) Tamat SLTP, kode 3
(4) Tamat SLTA, kode 4
(5) Diploma, kode 5
(6) Strata-I (S1), kode 6
(7) Strata-II (S2), kode 7
29
e) Pekerjaan
(1) PNS (Pegawai Negeri Sipil), kode 1
(2) Swasta, kode 2
(3) Wiraswasta, kode 3
(4) Pensiun, kode 4
(5) Tidak bekerja, kode 5
3) Pemasukan Data / Entry Data
Dari seluruh data hasil tes GDS, IMT dan wawancara kemudian
dimasukkan kedalam komputer berdasarkan variabel yang sudah
dibuat dan memasukkan kode yang telah ditetapkan kedalam sistem
data menggunakan komputer.
4) Pembersihan / Cleaning
Setelah data dimasukkan, dilakukan proses cleaning atau
pembersihan untuk memeriksa kembali untuk melihat kesalahan,
missing data, dan variasi data.
H. Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan dua tahap, yang pertama analisis univariat
dan kedua analisis bivariat. Analisis univariat (analisis persentase) dilakukan
untuk menggambarkan distribusi frekuensi masing masing variabel. Untuk
variabel independent digambarkan analisis univariat berupa distribusi frekuensi
30
responden pada keseluruhan variabel, antara lain kadar gula darah sewaktu,
usia, IMT, tingkat pendidikan dan pekerjaan responden.
Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga
berhubungan atau korelasi. Untuk variabel independent dan dependent dalam
penelitian ini, maka analisis bivariat yaitu hubungan antara IMT dan usia
responden terhadap kadar gula darah sewaktu. Analisis bivariat digunakan
untuk melihat besarnya hubungan antara variabel independent dan dependent
dengan menggunakan rumus.
Digunakan rumus kai-kuadrat :
Keterangan rumus :
X² : Nilai chi square
∑ : Penjumlahan
O : Frekuensi pengamatan untuk tiap kategori
E : Frekuensi yang diharapkan untuk tiap kategori
Digunakan rumus kai-kuadrat karena data dikelompokan dalam bentuk
data kategorik, selain itu dengan uji kai-kuadrat peneliti dapat mengetahui hasil
relative risk dari penelitian ini. Bila nilai p-Value lebih kecil atau sama dengan
alfa (p ≤ 0,05) berarti hipotesis alternatif diterima, artinya secara statistik ada
hubungan bermakna antara kedua variabel yang diteliti. Namun jika p-Value
lebih besar dari alfa (p > 0,05) maka hipotesis alternatif ditolak, maka tidak
ada hubungan yang bermakna antara kedua variabel yang diteliti. (Sabri, 2011)
31
I. Etika Penelitian
1. Pemberian Informed Consent
Merupakan suatu bentuk persetujuan atara peneliti dan responden
dengan tujuan agar responden mengerti maksud dan tujuan penelitian.
2. Subjek penelitian mengikuti penelitian secara sukarela, bebas dari paksaan
dan imbalan materi.
3. Semua informasi yang menyangkut subjek penelitian (sebagai individu)
akan dirahasiakan.
4. Peneliti tidak melakukan plagiat, dan akan menyebutkan sumber kutipan
secara jelas.
32
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Wilayah
Kecamatan Cakung merupakan suatu wilayah di Jakarta Timur.
Kecamatan ini berbatasan dengan Kecamatan Cilincing di sebelah utara,
Kecamatan Pulo Gadung di sebelah barat, Kecamatan Medan Satria dan
Bekasi Barat di sebelah timur, dan Kecamatan Duren Sawit di sebelah
selatan. Kecamatan Cakung terdiri dari 7 kelurahan yaitu Cakung Barat,
Cakung Timur, Rawa Terate, Jatinegara, Penggilingan, Pulogebang dan
Ujung Menteng.
Peneliti melakukan penelitian tepatnya di kelurahan Cakung Timur,
Kecamatan Cakung, Jakarta Timur di RT.09/009. Dengan total jumlah
responden sebanyak 62 orang. Hasil data distribusi univariat dari masing-
masing variabel disajikan dalam tabel 5.
33
B. ANALISIS UNIVARIAT
Tabel 5.
Distribusi Responden Berdasarkan Kadar GDS, Usia ≥ 40 tahun, IMT, Tingkat
Pendidikan dan Pekerjaan di RT 09/009, Kelurahan Cakung-Timur,
Kecamatan Cakung, Jakarta Timur, Tahun 2013
Variabel Frekuensi Presentase
Gula Darah Sewaktu
Hiperglikemia 17 27,4
Tidak Hiperglikemia 45 72,6
Total 62 100
Usia (tahun) Frekuensi Presentase
40-54 48 77,4
55-68 14 22,6
Total 62 100
IMT Frekuensi Presentase
Gemuk (IMT ≥25) 30 48,4
Tidak Gemuk (IMT<25) 32 51,6
Total 62 100
Tingkat Pendidikan Frekuensi Presentase
Tidak Tamat SD 0 0
Tamat SD 2 3,2
Tamat SLTP 10 16,1
Tamat SLTA 23 37,1
Diploma 7 11,3
S-I 17 27,4
S-II 3 4,8
Total 62 100
Pekerjaan Frekuensi Presentase
PNS 6 9,7
Swasta 15 24,2
Wiraswasta 16 25,8
Pensiun 6 9,7
Tidak Bekerja 19 30,6
Total 62 100
34
Dari Tabel 5 diatas, terlihat bahwa jumlah distribusi responden
terbanyak ialah tidak hiperglikemia sebanyak 45 orang (72,6%). Kategori
distribusi usia responden terbanyak terdapat pada usia 40-54 tahun sebanyak
48 orang (77,4%). Distribusi responden berdasarkan IMT tidak jauh berbeda
jumlahnya antara kelompok gemuk dan tidak gemuk. Distribusi tingkat
pendidikan responden terbanyak pada tamat SLTA sebanyak 23 orang
(37,1%) dan distribusi pekerjaan responden terbanyak pada responden tidak
bekerja yaitu sebanyak 19 orang (30,6%).
35
C. ANALISIS BIVARIAT
Responden dalam penelitian diambil sebayak 62 orang dengan jumlah
laki-laki sebanyak 24 orang dan perempuan 38 orang. Analisis hasil bivariat
(hubungan) usia dan IMT dengan kadar gula darah sewaktu disajikan dalam
tabel 6.
Tabel 6.
Distribusi Responden Berdasarkan Usia dan IMT dan Hubungan dengan
Kadar GDS(Gula Darah Sewaktu) di RT 09/009, Kelurahan Cakung-
Timur, Kecamatan Cakung, Jakarta Timur Tahun 2013
Variabel
Usia
(tahun)
Kadar Gula Darah Sewaktu OR
95%
CI
p-Value Hiperglikemia Tidak
Hiperglikemia Total
N
%
N
%
N
%
55-68 7 50 7 50 14 100 0,263
( 0,75-
0,926 )
0,044 40-54 10 20,8 38 79,2 48 100
Total 17 27,4 45 72,6 62 100
IMT
Hiperglikemia
Tidak
Hiperglikemia
Total
OR
95%
CI
p-Value
Gemuk
(IMT≥ 25)
15
50
15
50
30
100
15
(3,028 –
74,318)
0,000 Tidak
Gemuk
(IMT < 25)
2
6,2
30
93,8
32
100
Total 17 27,4 45 72,6 62 100
36
Dari tabel 6 diatas terlihat bahwa variabel usia pada kategori usia 40-54
tahun, dengan jumlah 48 responden dengan hiperglikemia sebanyak 10 orang
(20,8%). Sedangkan kategori usia 55-68 tahun dengan jumlah 14 responden dengan
hiperglikemia sebanyak 7 orang (50%). Dari uji statistik didapatkan p-Value sebesar
0,044 maka ada hubungan yang signifikan antara usia dengan kadar gula darah
sewaktu responden. Dimana semakin tua usia responden maka semakin besar
berisiko hiperglikemia. Dari hasil uji Odds Ratio di dapatkan angka sebesar 0,263
dapat diartikan bahwa responden yang berusia 55-68 tahun berisiko 0,3 kali lebih
besar terjadi hiperglikemia dari pada usia 40-54 tahun.
Dari 30 responden yang tergolong gemuk, terdapat 15 orang (50%) dengan
hiperglikemia. Sedangkan dari 32 responden yang tergolong tidak gemuk hanya
terdapat 2 orang (6,2%) dengan hiperglikemia. Dari uji statistik didapatkan p-Value
sebesar 0,000002 maka ada hubungan yang signifikan antara IMT dengan kadar gula
darah sewaktu responden. Dari hasil uji Odds Ratio di dapatkan angka sebesar 15
yang dapat diartikan bahwa responden yang gemuk (IMT ≥ 25) berisiko 15 kali lebih
besar terjadi hiperglikemia.
37
BAB V
PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian
a. Keterbatasan variabel
Dalam penelitian ini variabel terkait hanya IMT (Indeks Massa Tubuh)
dan Usia. Masih ada variabel yang bisa diteliti yaitu riwayat keluarga
penderita DM, gaya hidup, aktivitas fisik dan lain lain.
b. Keterbatasan Sampel
Pengambilan sampel terbatas hanya di daerah di RT 09/009, Kelurahan
Cakung-Timur, Kecamatan Cakung, Jakarta Timur Tahun 2013, tidak di
generalisasikan ke wilayah yang lebih luas.
B. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Hubungan Usia dengan Kadar Gula Darah
Dari hasil uji statistik, didapatkan hasil bahwa ada hubungan antara usia
dengan kadar gula darah, dimana dari penghitungan tampak bahwa semakin
tinggi usia responden maka semakin banyak responden menderita hiperglikemia.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Awad, Langi dan Pandelaki (2011)
yang dilakukan di RS di Manado tentang gambaran faktor risiko DM tipe 2,
menyimpulkan hasil bahwa dari 138 sampel yang diambil, yang memiliki usia ≥
40 tahun berisiko menderita DM tipe 2 yaitu sebayak 130 sampel. Sedangkan
usia < 40 tahun hanya 8 orang sampel yang berisiko menderita DM tipe 2.
38
Penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Aditya,
Wicaksono, Putri dan Rahmawati (2012) di puskesmas Kecamatan Kelapa
Gading dengan hasil bahwa adanya hubungan yang bermakna antara variabel
usia dengan kejadian DM tipe 2. Total sample yang diambil ialah sebanyak 87
orang dengan usia 45 – 70 tahun.
Dari hasil tabel uji analisis, pada usia 55-68 tahun sebanyak 50 %
responden dengan hiperglikemia. Hasil tersebut berkaitan langsung dengan batas
usia lanjut dini yaitu usia 55 tahun yang mana pada usia tersebut penurunan
fisiologis dari tubuh mulai berlangsung. Kelenjar endokrin dapat mengalami
kerusakan yang bersifat age-related cell loss, fibrosis, infiltrasi limfosit dan
sebagainya. Perubahan karena usia pada reseptor hormon dapat menyebabkan
perubahan respon inti-sel terhadap kompleks hormon-reseptor. Salah satunya
adalah perubahan sensitivitas pada reseptor hormon insulin yang akan
menyebabkan resistensi insulin dan menyebabkan hiperglikemia. (Darmojo,
2011)
2. Hubungan IMT dengan Kadar Gula Darah
Dari hasil uji statistik dengan analisis, didapatkan hasil bahwa ada
hubungan antara IMT dengan kadar gula darah pada responden. Hal ini bertolak
belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Lipoeto, Yerizel, Edward dan
Widuri (2007) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara IMT dengan
kadar gula darah yang dilakukan pada 70 responden di kabupaten Padang,
Pariaman. Lipoeto menyatakan bahwa hanya 1,43% responden yang mengalami
kadar toleransi glukosa terganggu dan dengan rata-rata IMT adalah normal yaitu
39
23,7 kemungkinan menyebabkan tidak terdapatnya hubungan antara nilai
antopometri (IMT) dengan kadar gula darah dalam penelitian tersebut.
Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Justitia
di Medan (2012), bahwa terdapat hubungan IMT (obesitas) terhadap
peningkatan kadar gula darah pada responden. Dengan hasil 17 responden yang
obesitas ditemukan peningkatan kadar gula darah pada 15 orang responden
tersebut.
Sekitar 85% DM tipe 2 adalah obese. Pasien-pasien ini mengalami
ketidakpekaan terhadap insulin endogen yang berkolerasi positif dengan suatu
pola distribusi lemak (Greenspan, 2000). Keadaan obesitas ini (kegemukan)
meningkatkan beberapa risiko penyakit seperti sindrom metabolik atau sindrom
resistensi insulin yang terdiri dari resistensi insulin, intoleransi glukosa/diabetes
melitus, dll. (Soegondo, 2005)
40
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
a. Keseluruhan responden berjumlah 62 orang dengan jumlah laki-laki
sebanyak 24 orang dan perempuan 38 orang. Responden yang
menyatakan menderita DM tipe 2 hanya 1 orang.
b. Dari data distribusi kadar gula darah sewaktu didapatkan hasil bahwa
responden dengan hiperglikemia sebanyak 27,4% dan tidak
hiperglikemia sebanyak 72,6%
c. Dari data distribusi usia responden bahwa kategori usia 40-54 tahun
sebanyak 77,4% dan kategori usia 55-68 tahun sebanyak 22,6%
d. Dari data distribusi IMT didapatkan hasil bahwa responden gemuk (IMT
≥ 25) sebanyak 48,4% dan responden tidak gemuk (IMT < 25) sebanyak
51,6%.
e. Dari data distribusi tingkat pendidikan didapatkan hasil bahwa responden
tamat SD sebanyak 3,2%, tamat SLTP sebanyak 16,1%, tamat SLTA
sebanyak 37,1%, tamat Diploma sebanyak 11,3%, tamat S-I sebanyak
27,4% dan tamat S-II sebanyak 4,8%.
f. Dari data distribusi pekerjaan didapatkan hasil bahwa responden dengan
pekerjaan PNS sebanyak 9,2%, pekerjaan swasta sebanyak 24,2%,
wiraswasta sebanyak 25,8%, pensiun sebanyak 9,7%, dan tidak bekerja
sebanyak 30,6%
41
g. Dari hasil analisis, kategori usia yang lebih tua (55-68 tahun) sebanyak 7
orang dan responden gemuk sebanyak 15 orang menunjukan
kecenderungan hiperglikemia pada masyarakat RT 09/009, Kelurahan
Cakung-Timur, Kecamatan Cakung, Jakarta Timur.
B. Saran
a. Bagi Peneliti Lain
1. Menggunakan jenis penelitian lain dengan jumlah sampel yang lebih
besar sehingga hasil yang diperoleh lebih memungkinkan
generalisasi pada populasi yang lebih besar.
2. Mengembangkan penelitian-penelitian serupa dengan desain
penelitian yang berbeda seperti desain penelitian case control.
b. Bagi Institusi Puskesmas
1. Bagi Puskesmas setempat, diharapkan melakukan penyuluhan atau
pendidikan kepada masyarakat sekitarnya untuk memberikan
pengetahuan terhadap penyakit-penyakit metabolik yang dapat timbul
salah satunya akibat gaya hidup yang tidak baik supaya mengurangi
risiko kejadian penyakit metabolik tersebut.
2. Monitoring prevalensi Diabetes Melitus secara berkesinambungan
melalui kegiatan skrining atau survei prevalensi Diabetes Melitus.
42
DAFTAR PUSTAKA
Aditya, A., Wicaksono, A., Putri, A. A., dan Rahmawati, S. (2012) Faktor-Faktor
yang Berhubungan dengan Kejadian Diabetes Melitus Tipe 2, Studi
Kuantitatif pada Pasien Usia 45-70 tahun di Puskesmas Kecamatan Kelapa
Gading – Jakarta Utara Tahun 2012. [KTI] Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Jakarta
Anonim. Fast Food , Universitas Sumatera Utara Institutional Repository. [online]
[Diakses tanggal 18 Oktober 2013]
Adnan, M. (2011) Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) Dengan Kadar Gula Darah
Penderita DM Tipe 3 Rawat Jalan di RS. Tugurejo Semarang. [KTI] [Online].
[Diakses tanggal 19 Oktober 2013]
Awad, N., Langi, Y.A dan Pandelaki, K. (2011) Gambaran Faktor Risiko Pasien
Diabetes Melitus Tipe II di Poliklinik Endokrin Bagian/SMF FK-UNSTRAT
RSU Prof. Dr. R.D Kandou Manado Periode Mei 2011-Oktober 2011. [skripsi]
[online] [Diakses tanggal 19 Oktober 2013]
Cahyono, B Suharjo. (2008) Gaya Hidup & Penyakit Modern. Yogyakarta :
Kanisius.
Corwin J. Elizabeth. (2008) Buku Saku Patofisiologi. Diterjemahkan dari B. Ingrris
oleh Nike Budhi Subakti. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Darmojo, B. (2011) Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta : Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Denggo, D. S. (2013) Resistensi Insulin. [online] [Diakses tanggal 7 November
2013]
Depkes RI. (2000) Klasifikasi Status Gizi Menurut IMT Pada Orang Indonesia.
Dept. Kesehatan Republik Indonesia
Dewi, Mira. (2007) Resistensi Insulin Terkait Obesitas : Mekanisme Endokrin dan
Intrinsik Sel. Jurnal Gizi dan Pangan Indonesia. 2 (7) : 49-54
43
Djojodbiroto Darmanto. (2003) Seluk Beluk Pemeriksaan Kesehatan General
Medical Check Up. Jakarta: Pustaka Populer Obor.
Fitriana Farah. (2008) Gambaran Epidemiologi Hiperglikemia. FKM Universitas
Indonesia. [skripsi] [online]. [Diakses tanggal 12 November 2013]
Greenspan, F. S., (2000) Endokrinologi Dasar & Klinik. Diterjemahkan dari
B.inggris oleh Caroline Wijaya. Jakarta : EGC
Guyton, Arthur. C. and Hall, John. E. (2008) Buku Ajar Fisiologi Kedoktean Edisi 11
Revisi. Diterjemahkan dari B.inggris oleh Irawati, Dian R., Fara I., dan Imam
N. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Hallal, P.C., Andersen, L. B., Bull, F. C. and Guthold, R. (2012) Global physical
activity levels : surveillance progress, pitfalls, and prospects. 21 (7) : 247-257.
[online] [Diakses tanggal 18 Oktober 2013].
Justitia N L. Hubungan Obesitas dengan Peningkatan Kadar Gula Darah pada
Guru-Guru SMP NEGERI 3 MEDAN [skripsi]. Medan. Universitas Sumatera
Utara. 2012
Kasiana Edu, Pengertian / Definisi Pendidikan. [Diakses tanggal 19 Oktober 2013]
Kekenusa, J. L., Ratog, B. T., dan Wuwungan, G. (2013) Analisis Hubungan Antara
Umur dan Riwayat Keluarga Menderita DM Dengan Kejadian Penyakit DM
Tipe 2 Pada Pasien Rawat Jalan di Poliklinik Penyakit Dalam BLU RSUP
PROF. DR. R.D Kandou Manado. [KTI] [online]. Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. [Diunduh tanggal 19 Oktober
2013]
Kemenkes RI. (2013) Gambaran Kesehatan Lanjut Usia di Indonesia. Buletin
Jendela Data dan Informasi Kesehatan. Pusat Data dan Informasi Kementrian
Kesehatan RI. [online] [Diunduh tanggal 12 Desember 2013]
Lipoeto, N.I., Yerizel, E., Edward Z., dan Widuri, E. (2007) Hubungan Nilai
Antropometri dengan Kadar Glukosa Darah. Fakultas Kedokteran Universitas
Andalas, Padang: Medika. 20 (1) : 23-28
44
Mihardja, L. (2009) Faktor yang Berhubungan dengan Pengendalian Gula Darah
pada Penderita Diabetes Mellitus di Perkotaan Indonesia. Maj Kedokt Indon.
59 (9), No:9 : 412-484
Perkeni . (2011) Revisi Final KONSESUS DM TIPE 2 Indonesia.
Porth, C. (1998) Pathophysiology: Concepts of Altered Health Status. Philadelphia:
J, B. Lippincott.
Sabri, L. (2011) Statisik Kesehatan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Soegondo, S. (2005) Perjalanan Obesitas Menuju Diabetes Melitus dan Penyakit
Kardiovaskular. Jakarta: Divisi Metabolik Endokrinologi Dept. Ilmu Penyakit
Dalam bekerja sama dengan PT. Abbott Indonesia.
Soegondo, S. (2011) Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI.
Stout, R. W. (1994) Glucose Tolerance and Ageing. Journal of the Royal Society of
Medicine. Vol.87. October, p.608
Sudoyo, A. W., Setyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., dan Setiati, S. (eds.) (2009)
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Jakarta : Interna Publishing.
Sugiyono. (2010) Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung :
Penerbit Alfabeta Bandung.
Sulistyoningrum. (2010) Tinjauan Molekular dan Aspek Klinis Resistensi Insulin.
Mandala of Health. 4 (5). No. 2 : 131-139 [online]. [Diakses tanggal 18
Oktober 2013].
Sylvia Price, Wilson M. Lorraine. (2006) Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Diterjemahkan dari B. Inggris oleh Brahm U. P., Huriawati H., Pita
W., dan Dewi A. M. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Szoke, E.,Shrayyef, M. Z., Messing, A., Woerle, H. J. (2008) Effect of Aging on
Glucose Homeostasis. Diabetes Care Brief Report. 31 (3), No.3 : 539
45
Wicaksono, R.P. (2011) Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kejaidan
Diabetes Melitus Tipe 2, Studi Kasus di Poliklinik Penyakit Dalam Rumah
Sakit Dr.Kariadi. [online] [skripsi]. [Diunduh tanggal 19 Oktober 2013]
World Health Organization Study Group. (2006) Definition and Diagnosis of
Diabetes Mellitus and Intermediate Hyperglycaemia. Geneva, Switzerland :
WHO Document Production Services.
Zahmatal, Chandra, F., Suyanto, dan Restuastuti, T. (2007) Faktor-Faktor Risiko
Pasien Diabetes Melitus. Berita Kedokteran Masyarakat. 23 (9) , no.3 : 142-
147
46
Lampiran 1, Lembar Informed Consent & Wawancara
Yth.
Bapak/Ibu responden
Di tempat.
Sebagai persyaratan tugas akhir mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter
Universitas Muhammadiyah Jakarta, saya akan melakukan penelitian tentang
“HUBUNGAN USIA DAN IMT(INDEKS MASSA TUBUH) DENGAN KADAR
GULA DARAH SEWAKTU PADA MASYARAKAT RT 09/009, KELURAHAN
CAKUNG-TIMUR, KECAMATAN CAKUNG, JAKARTA TIMUR TAHUN 2013”
Untuk keperluan tersebut, maka saya akan menggunakan beberapa alat seperti alat
penimbang berat badan dan pengukur tinggi badan untuk mengetahui IMT (Indeks
Massa Tubuh) dan mengukur kadar gula darah sewaktu dengan menggunakan alat
glukometer. Segala kerahasiaan akan saya jaga sesuai dengan kode etik kedokteran.
Dimohon Bapak/ibu memberikan kesediaannya. Terima kasih
Jakarta, September 2013
Peneliti
(Chicilia Windia Tanu Wijaya)
47
No: ____
Seluruh pertanyaan akan diisi oleh peneliti berdasarkan hasil wawancara dan hasil
pengukuran GDS dan IMT terhadap respoden.
1. Kadar Gula Darah Sewaktu
( ) Hiperglikemia, GDS ≥ 140
( ) Tidak Hiperglikemia GDS < 140
2. Usia responden
( ) 40-54 tahun
( ) 55-68 tahun
3. IMT
( ) Gemuk, IMT ≥ 25
( ) Tidak Gemuk, IMT < 25
4. Pendidikan
( ) Tidak tamat SD
( ) Tamat SD
( ) Tamat SLTP
( ) Tamat SLTA
( ) Diploma
( ) Strata-I (S1)
( ) Strata-II (S2)
5. Pekerjaan
( ) PNS (Pegawai Negeri Sipil)
48
( ) Swasta
( ) Wiraswasta
( ) Pensiun
( ) Tidak bekerja
49
50
51
No Kategori
Usia
(tahun)
Status
IMT
Status GDS Pekerjaan Tingkat
Pendidikan
1 55-68 Gemuk Hiperglikemia Tidak
Bekerja Tamat SLTP
2 40-54 Gemuk Tdk
Hiperglikemia
Swasta S1
3 40-54 Gemuk Hiperglikemia Wiraswasta S1
4 40-54 Gemuk Hiperglikemia Wiraswasta Tamat SLTA
5 50-54 Gemuk Hiperglikemia Tidak
Bekerja
Tamat SLTA
6 40-54 Gemuk Tdk Hiperglikemia
Tidak Bekerja
Tamat SD
7 40-54 Gemuk Tdk
Hiperglikemia
Tidak
Bekerja
Tamat SLTP
8 55-68 Gemuk Tdk Hiperglikemia
Tidak Bekerja
Tamat SLTA
9 40-54 Gemuk Tdk
Hiperglikemia
PNS S1
10 40-54 Gemuk Tdk Hiperglikemia
Tidak Bekerja
Tamat SLTA
11 55-68 Gemuk Tdk
Hiperglikemia
Wiraswasta S1
12 50-54 Gemuk Tdk
Hiperglikemia
Wiraswasta S1
13 40-54 Gemuk Tdk
Hiperglikemia
Tidak
Bekerja
Tamat SLTP
14 40-54 Gemuk Tdk
Hiperglikemia
PNS S1
15 40-54 Gemuk Hiperglikemia Swasta Diploma
16 55-68 Gemuk Tdk Hiperglikemia
Swasta S2
17 40-54 Gemuk Tdk
Hiperglikemia
PNS S2
18 40-54 Gemuk Hiperglikemia Swasta Diploma
19 40-54 Gemuk Hiperglikemia Wiraswasta Tamat SLTA
20 40-54 Gemuk Tdk
Hiperglikemia
PNS S1
21 40-54 Gemuk Tdk Hiperglikemia
Tidak Bekerja
Tamat SLTA
22 40-54 Gemuk Hiperglikemia Tidak
Bekerja
Tamat SLTA
23 55-68 Gemuk Hiperglikemia Swasta Tamat SLTA
24 55-68 Gemuk Tdk
Hiperglikemia
Pensiun S1
25 40-54 Gemuk Hiperglikemia Tidak Bekerja
Tamat SLTA
26 55-68 Gemuk Hiperglikemia Pensiun Tamat SLTA
27 55-68 Gemuk Hiperglikemia Pensiun Diploma
52
28 40-54 Gemuk Hiperglikemia Tidak
Bekerja
Tamat SLTA
29 40-54 Gemuk Hiperglikemia Swasta S1
30 55-68 Gemuk Hiperglikemia Swasta S2
31 40-54 Tidak
Gemuk
Tdk
Hiperglikemia
Wiraswasta S1
32 40-54 Tidak
Gemuk
Tdk
Hiperglikemia
Wiraswasta S1
33 55-68 Tidak
Gemuk
Hiperglikemia Pensiun S1
34 40-54 Tidak
Gemuk
Tdk
Hiperglikemia
Swasta S1
35 40-54 Tidak
Gemuk
Hiperglikemia Tidak
Bekerja
S1
36 40-54 Tidak
Gemuk
Tdk
Hiperglikemia
Tidak
Bekerja
Diploma
37 40-54 Tidak
Gemuk
Tdk
Hiperglikemia
Swasta S1
38 40-54 Tidak
Gemuk
Tdk
Hiperglikemia
Tidak
Bekerja
Tamat SLTP
39 40-54 Tidak
Gemuk
Tdk
Hiperglikemia
Pensiun Tamat SLTP
40 40-54 Tidak Gemuk
Tdk Hiperglikemia
Wiraswasta Tamat SLTP
41 40-54 Tidak
Gemuk
Tdk
Hiperglikemia
PNS Diploma
42 40-54 Tidak Gemuk
Tdk Hiperglikemia
Swasta Diploma
43
40-54
Tidak
Gemuk
Tdk
Hiperglikemia
Swasta
Tamat SLTA
44 40-54 Tidak
Gemuk
Tdk
Hiperglikemia
Tidak
Bekerja
Tamat SD
45 55-68 Tidak
Gemuk
Tdk
Hiperglikemia
Swasta Tamat SLTA
46 40-54 Tidak
Gemuk
Tdk
Hiperglikemia
Wiraswasta Tamat SLTP
47 40-54 Tidak
Gemuk
Tdk
Hiperglikemia
Wiraswasta Tamat SLTP
48 55-68 Tidak
Gemuk
Tdk
Hiperglikemia
Pensiun Tamat SLTA
49 40-54 Tidak
Gemuk
Tdk
Hiperglikemia
Tidak
Bekerja
Tamat SLTA
50 40-54 Tidak
Gemuk
Tdk
Hiperglikemia
Swasta Diploma
51 55-68 Tidak
Gemuk
Tdk
Hiperglikemia
Tidak
Bekerja
Tamat SLTA
52
40-54
Tidak
Gemuk
Tdk
Hiperglikemia
Wiraswasta
Tamat SLTP
53 40-54 Tidak Gemuk
Tdk Hiperglikemia
Wiraswasta Tamat SLTP
53
54 40-54 Tidak
Gemuk
Tdk
Hiperglikemia
Wiraswasta Tamat SLTA
55 40-54 Tidak
Gemuk
Tdk
Hiperglikemia
PNS S1
56 40-54 Tidak
Gemuk
Tdk
Hiperglikemia
Swasta Tamat SLTA
57 40-54 Tidak
Gemuk
Tdk
Hiperglikemia
Swasta Tamat SLTA
58 40-54 Tidak
Gemuk
Tdk
Hiperglikemia
Wiraswasta Tamat SLTA
59 40-54 Tidak
Gemuk
Tdk
Hiperglikemia
Wiraswasta Tamat SLTA
60 40-54 Tidak
Gemuk
Tdk
Hiperglikemia
Tidak
Bekerja
Tamat SLTA
61 40-54 Tidak
Gemuk
Tdk
Hiperglikemia
Tidak
Bekerja
Tamat SLTA
62 40-54 Tidak
Gemuk
Tdk
Hiperglikemia
Wiraswasta S1
54
Frequencies
Statistics
kategori usia
responden
pekerjaan
responden tingkat pendidikan
N Valid 62 62 62
Missing 0 0 0
Frequency Table
kategori usia responden
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1 48 77.4 77.4 77.4
2 14 22.6 22.6 100.0
Total 62 100.0 100.0
pekerjaan responden
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid PNS 6 9.7 9.7 9.7
Swasta 15 24.2 24.2 33.9
Wiraswasta 16 25.8 25.8 59.7
Pensiun 6 9.7 9.7 69.4
Tidak Bekerja 19 30.6 30.6 100.0
Total 62 100.0 100.0
55
tingkat pendidikan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tamat SD 2 3.2 3.2 3.2
Tamat SLTP 10 16.1 16.1 19.4
Tamat SLTA 23 37.1 37.1 56.5
Diploma 7 11.3 11.3 67.7
S1 17 27.4 27.4 95.2
S2 3 4.8 4.8 100.0
Total 62 100.0 100.0
Frequencies
Statistics
gula darah
sewaktu (mg/dl)
indeks massa
tubuh
N Valid 62 62
Missing 0 0
Mean 118.06 25.008
Median 106.00 24.550
Mode 86 26.0a
Std. Deviation 45.807 4.3166
Variance 2098.324 18.633
Skewness 1.925 .499
Std. Error of Skewness .304 .304
Kurtosis 5.219 -.527
Std. Error of Kurtosis .599 .599
a. Multiple modes exist. The smallest value is shown
56
Histogram
57
Frequencies
Statistics
kategori GDS kategori IMT
N Valid 62 62
Missing 0 0
58
Frequency Table
kategori GDS
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Hiperglikemia 17 27.4 27.4 27.4
Tidak Hiperglikemia 45 72.6 72.6 100.0
Total 62 100.0 100.0
kategori IMT
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid gemuk 30 48.4 48.4 48.4
tidak gemuk 32 51.6 51.6 100.0
Total 62 100.0 100.0
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
kategori usia responden *
kategori GDS 62 100.0% 0 .0% 62 100.0%
59
kategori usia responden * kategori GDS Crosstabulation
kategori GDS
Total
Hiperglikemia
Tidak
Hiperglikemia
kategori usia responden 1 Count 10 38 48
% within kategori usia
responden 20.8% 79.2% 100.0%
2 Count 7 7 14
% within kategori usia
responden 50.0% 50.0% 100.0%
Total Count 17 45 62
% within kategori usia
responden 27.4% 72.6% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 4.633a 1 .031
Continuity Correctionb 3.283 1 .070
Likelihood Ratio 4.301 1 .038
Fisher's Exact Test .044 .038
Linear-by-Linear Association 4.558 1 .033
N of Valid Casesb 62
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,84.
b. Computed only for a 2x2 table
60
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for kategori usia
responden (1 / 2) .263 .075 .926
For cohort kategori GDS =
Hiperglikemia .417 .195 .891
For cohort kategori GDS =
Tidak Hiperglikemia 1.583 .919 2.727
N of Valid Cases 62
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
kategori IMT * kategori GDS 62 100.0% 0 .0% 62 100.0%
kategori IMT * kategori GDS Crosstabulation
kategori GDS
Total
Hiperglikemia
Tidak
Hiperglikemia
kategori IMT gemuk Count 15 15 30
% within kategori IMT 50.0% 50.0% 100.0%
tidak gemuk Count 2 30 32
% within kategori IMT 6.2% 93.8% 100.0%
Total Count 17 45 62
% within kategori IMT 27.4% 72.6% 100.0%
61
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 14.892a 1 .0000
Continuity Correctionb 12.775 1 .0000
Likelihood Ratio 16.284 1 .0000
Fisher's Exact Test .0000 .0000
Linear-by-Linear Association 14.652 1 .0000
N of Valid Casesb 62
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8,23.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for kategori IMT
(gemuk / tidak gemuk) 15.000 3.028 74.318
For cohort kategori GDS =
Hiperglikemia 8.000 1.995 32.080
For cohort kategori GDS =
Tidak Hiperglikemia .533 .369 .771
N of Valid Cases 62
62
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Chicilia Windia Tanu Wijaya
Tempat, tanggal lahir : Bogor, 20 November 1992
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Belum Menikah
Nama Ayah : Hadi Winoto
Nama Ibu : Rita P.
Nama Adik : 1. Olivia Fabita Wijaya
2. Giovina Fajar Sejati
Alamat : Jl. Cempaka VII, Kayu-Tinggi,
Cakung-Timur, Jakarta Timur
Telepon/Hp : 0856 915 80 664
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan Formal :
1. Tahun 1998 – 2003 : SD Negeri 04 Cakung-Timur, Jakarta-Timur
2. Tahun 2004 - 2006 : SMP Negeri 234 Cakung-Timur, Jakarta-
Timur
3. Tahun 2007-2009 : SMA Negeri 89 Cakung-Timur, Jakarta-
Timur
4. Tahun 2010-sekarang : Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan
Kesehatan, Prodi Kedokteran, Universitas
Muhammadiyah Jakarta.
Riwayat Pendidikan Non-Formal :
1. Tahun 2000 – 2003 : Sempoa ACI ( Anak Cerdas Indonesia)
2. Tahun 2008 – 2009 : LBPP LIA Rawamangun