chr blok 13

31
BAB I Pendahuluan Latar Belakang Banyak orang dewasa mengalami insomnia atau gangguan tidur pada satu waktu atau lain dalam kehidupan mereka. Diperkirakan 30% - 50% dari populasi umum dipengaruhi oleh insomnia, dan 10% menderita insomnia kronis. Insomnia adalah gejala bukan merupakan diagnosis penyakit tunggal. Menurut definisi, insomnia adalah "kesulitan memulai atau mempertahankan tidur, atau keduanya" atau persepsi kualitas tidur yang buruk. Insomnia itu mungkin karena mutu yang tidak memadai atau kuantitas tidur. Insomnia tidak didefinisikan oleh sejumlah tertentu dari jam tidur yang sseseorang dapatkan, karena individu sangat bervariasi dalam kebutuhan tidur mereka dan praktek. Insomnia mempengaruhi semua kelompok umur. Di antara orang dewasa, insomnia mempengaruhi perempuan lebih sering daripada pria. Insiden cenderung meningkat dengan usia. Hal ini biasanya lebih umum pada orang pada kelompok sosial ekonomi (pendapatan) rendah, alkoholik kronis, dan pasien kesehatan mental. Stres yang paling sering memicu insomnia jangka pendek atau akut. Jika tidak cepat didiagnosis, insomnia dapat berkembang menjadi insomnia kronis. Beberapa survei menunjukkan bahwa 30% sampai 35% orang Amerika melaporkan kesulitan jatuh tertidur selama tahun sebelumnya dan sekitar 10% melaporkan masalah dengan insomnia 1

Upload: baraa-kerinduantigabelas

Post on 05-Feb-2016

20 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

tumbuh kembang

TRANSCRIPT

Page 1: chr blok 13

BAB I

Pendahuluan

Latar Belakang

Banyak orang dewasa mengalami insomnia atau gangguan tidur pada satu waktu atau

lain dalam kehidupan mereka. Diperkirakan 30% - 50% dari populasi umum dipengaruhi oleh

insomnia, dan 10% menderita insomnia kronis.

Insomnia adalah gejala bukan merupakan diagnosis penyakit tunggal. Menurut definisi,

insomnia adalah "kesulitan memulai atau mempertahankan tidur, atau keduanya" atau

persepsi kualitas tidur yang buruk. Insomnia itu mungkin karena mutu yang tidak memadai

atau kuantitas tidur. Insomnia tidak didefinisikan oleh sejumlah tertentu dari jam tidur yang

sseseorang dapatkan, karena individu sangat bervariasi dalam kebutuhan tidur mereka dan

praktek.

Insomnia mempengaruhi semua kelompok umur. Di antara orang dewasa, insomnia

mempengaruhi perempuan lebih sering daripada pria. Insiden cenderung meningkat dengan

usia. Hal ini biasanya lebih umum pada orang pada kelompok sosial ekonomi (pendapatan)

rendah, alkoholik kronis, dan pasien kesehatan mental. Stres yang paling sering memicu

insomnia jangka pendek atau akut. Jika tidak cepat didiagnosis, insomnia dapat berkembang

menjadi insomnia kronis.

Beberapa survei menunjukkan bahwa 30% sampai 35% orang Amerika melaporkan

kesulitan jatuh tertidur selama tahun sebelumnya dan sekitar 10% melaporkan masalah

dengan insomnia yang berlangsung lama. Ada juga tampaknya menjadi hubungan antara

depresi, gelisah, dan insomnia. Meskipun sifat dasar ini tidak diketahui, orang dengan depresi

atau kecemasan secara bermakna lebih mungkin mengembangkan insomnia.

1

Page 2: chr blok 13

BAB II

Pembahasan

2.1 Tidur

Kira-kira sepertiga bagian dan kehidupan manusia dilewatkan dengan tidur, tetapi tidur

jarang sekali dipersoalkan dan baru dirasakan kepentingannya oleh orang-orang yang

mengalami gangguan tidur. Pengetahuan mengenai tidur baru berkembang dalam tiga puluh

tahun terakhir sebagai hasil berbagai penelitian yang dilakukan para ahli. Dahulu tidur

dianggap sebagai keadaan yang mirip sekali dengan kematian; dalam keadaan tidur tidak

terjadi apa-apa, manusia kehilangan kesadarannya, juga kehilangan segala kemampuannya;

bahkan dalam mitologi dikisahkan bahwa Dewa Tidur bersaudara dengan Dewa Kematian.

Anggapan serupa itu belakangan dibantah. Banyak fenomena terjadi dalam tidur. Memang

ada fase tidur tenang akan tetapi ada pula fase tidur aktif. Akhir-akhir ini dicoba dibuat

definisi tentang tidur sebagai berikut : tidur adalah suatu keadaan organisme yang regular,

recurrent, reversible, dalam keadaan mana ambang rangsang terhadap stimuli dan luar lebih

tinggi jika dibandingkan dengan pada keadaan jaga. Mengapa manusia membutuhkan tidur?

Dahulu, jawabnya antara lain untuk menghindarkan diri dari musuh (manusia purba

mempunyai banyak musuh malam hari sedangkan panca indranya relatif buruk fungsinya

waktu malam). Dengan perkataan lain, siang hari manusia dapat berfungsi lebih efektif. Itu

menurut teori evolusi. Jawaban lain, tidur diperlukan untuk penghematan energi; tak ada satu

pun mahluk hidup yang dapat bertahan dalam keadaan stres terus menerus, dan tidur

merupakan periode tanpa aktivitas sehingga tubuh terhindar dari tuntutan sehari-hari. Selain

periode istirahat, selanjutnya tidur pun merupakan periode pemulihan. Penelitian-penelitian

yang dilakukan kemudian, turut menunjang teori tensebut

Tidur ditandai oleh menurunnya kesadaran secara reversibel, biasanya disertai posisi

berbaring dan tak bergerak. Aserinsky dan Kleitmen (1953) di University of Chicago

menemukan bahwa biasanya pada orang yang sedang tidur bola matanya bergerak perlahan-

lahan, tetapi kadang-kadang bola matanya bergerak dengan cepat pula. Keadaan tidur ini

berturut-turut dinamakan “tidur tanpa gerak mata cepat” (“NREM sleep” atau “non-rapid eye

movement sleep”) dan “tidur dengan gerak mata cepat” (“REM sleep” atau “rapid eye

movement sleep”).

2

Page 3: chr blok 13

Sekurang-kurangnya ada 4 tingkat pada tidur itu, yaitu mulai dari tidur ringan sampai tidur

nyenyak yang semuanya dapat diamati dengan baik pada elektroensefalografi (EEG) dan

hubungannya dengan tidur REM dapat dilihat bila pada waktu yang sama ditempelkan pula

elektrode di samping mata.

Fase awal tidur didahului oleh fase NREM yang terdiri dari 4 stadium, lalu diikuti oleh fase

REM. Keadaan tidur normal antara fase NREM dan REM terjadi secara bergantian antara 4-7

kali siklus semalam. Bayi baru lahir total tidur 16- 20 jam/hari, anak-anak 10-12 jam/hari, ke-

mudian menurun 9-10 jam/hari pada umur diatas 10 tahun dan kira-kira 7-7,5 jam/hari pada

orang dewasa.

Tipe NREM dibagi dalam 4 stadium yaitu:

1. Tidur stadium Satu.

Fase ini merupakan antara fase terjaga dan fase awal tidur. Fase ini didapatkan kelopak mata

tertutup, tonus otot berkurang dan tampak gerakan bola mata kekanan dan kekiri. Fase ini

hanya berlangsung 3-5 menit dan mudah sekali dibangunkan. Gambaran EEG biasanya terdiri

dari gelombang campuran alfa, betha dan kadang gelombang theta dengan amplitudo yang

rendah. Tidak didapatkan adanya gelombang sleep spindle dan kompleks K

2. Tidur stadium dua

Pada fase ini didapatkan bola mata berhenti bergerak, tonus otot masih berkurang, tidur lebih

dalam dari pada fase pertama. Gambaran EEG terdiri dari gelombang theta simetris. Terlihat

adanya gelombang sleep spindle, gelombang verteks dan komplek K

3. Tidur stadium tiga

Fase ini tidur lebih dalam dari fase sebelumnya. Gambaran EEG terdapat lebih banyak

gelombang delta simetris antara 25%-50% serta tampak gelombang sleep spindle.

4. Tidur stadium empat

Merupakan tidur yang dalam serta sukar dibangunkan. Gambaran EEG didominasi oleh

gelombang delta sampai 50% tampak gelombang sleep spindle.

Fase tidur NREM, ini biasanya berlangsung antara 70 menit sampai 100 menit, setelah

itu akan masuk ke fase REM. Pada waktu REM jam pertama prosesnya berlangsung lebih

cepat dan menjadi lebih insten dan panjang saat menjelang pagi atau bangun. Pola tidur REM

ditandai adanya gerakan bola mata yang cepat, tonus otot yang sangat rendah, apabila diban-

gunkan hampir semua organ akan dapat menceritakan mimpinya, denyut nadi bertambah dan

pada laki-laki terjadi eraksi penis, tonus otot menunjukkan relaksasi yang dalam. Pola tidur

REM berubah sepanjang kehidupan seseorang seperti periode neonatal bahwa tidur REM

3

Page 4: chr blok 13

mewakili 50% dari waktu total tidur. Periode neonatal ini pada EEG-nya masuk ke fase REM

tanpa melalui stadium 1 sampai 4. Pada usia 4 bulan pola berubah sehingga persentasi total

tidur REM berkurang sampai 40% hal ini sesuai dengan kematangan sel-sel otak, kemudian

akan masuk keperiode awall tidur yang didahului oleh fase NREM kemudian fase REM pada

dewasa muda dengan distribusi fase tidur sebagai berikut:

- NREM (75%) yaitu stadium 1: 5%; stadium 2 : 45%; stadium 3 : 12%;

stadium 4 : 13%

- REM; 25 %.

Tidur REM, yang lamanya 20-25% dari lamanya tidur semalam orang dewasa muda,

ada hubungannya dengan mimpi. Ada sarjana yang menganggap bahwa tidur REM itu

merupakan bentuk kesadaran tersendiri. Jumlah tidur NREM sebagian besar dapat dikurangi

tanpa kerugian pada organisme. Akan tetapi sejumlah tidur REM harus ada setiap malam.

PERANAN NEUROTRANSMITER

Keadaan jaga atau bangun sangat dipengaruhi oleh sistim ARAS (Ascending Reticu-

lary Activity System). Bila aktifitas ARAS ini meningkat orang tersebut dalam keadaan tidur.

Aktifitas ARAS menurun, orang tersebut akan dalam keadaan tidur. Aktifitas ARAS ini san-

gat dipengaruhi oleh aktifitas neurotransmiter seperti sistem serotoninergik, noradren-

ergik, kholonergik, histaminergik.

Sistem serotonergik

Hasil serotonergik sangat dipengaruhi oleh hasil metabolisma asam amino trypthopan.

Dengan bertambahnya jumlah tryptopan, maka jumlah serotonin yang terbentuk juga

meningkat akan menyebabkan keadaan mengantuk/tidur. Bila serotonin dari tryptopan ter-

hambat pembentukannya, maka terjadikeadaan tidak bisa tidur/jaga. Menurut beberapa

peneliti lokasi yang terbanyak sistem serotogenik ini terletak pada nukleus raphe dorsalis di

batang otak, yang mana terdapat hubungan aktifitas serotonis dinukleus raphe dorsalis dengan

tidur REM.

Sistem Adrenergik

Neuron-neuron yang terbanyak mengandung norepineprin terletak di badan selnukleus

cereleus di batang otak. Kerusakan sel neuron pada lokus cereleus sangat mempengaruhi

penurunan atau hilangnya REM tidur. Obat-obatan yang mempengaruhi peningkatan aktifitas

neuron noradrenergic akan menyebabkan penurunan yang jelas pada tidur REM dan pen-

ingkatan keadaan jaga.

4

Page 5: chr blok 13

Sistem Kholinergik

Sitaram et al (1976) membuktikan dengan pemberian prostigimin intra vena dapat

mempengaruhi episode tidur REM. Stimulasi jalur kholihergik ini, mengakibatkan aktifitas

gambaran EEG seperti dalam keadaan jaga. Gangguan aktifitas kholinergik sentral yang

berhubungan dengan perubahan tidur ini terlihat pada orang depresi, sehingga terjadi pe-

mendekan latensi tidur REM. Pada obat antikolinergik (scopolamine) yang menghambat pen-

geluaran kholinergik dari lokus sereleus maka tamapk gangguan pada fase awal dan penu-

runan REM.

Sistem histaminergik

Pengaruh histamin sangat sedikit mempengaruhi tidur

Sistem hormon

Pengaruh hormon terhadap siklus tidur dipengaruhi oleh beberapa hormone seperti

ACTH, GH, TSH, dan LH. Hormon hormon ini masing-masing disekresi secara teratur oleh

kelenjar pituitary anterior melalui hipotalamus patway. Sistem ini secara teratur mempen-

garuhi pengeluaran neurotransmitter norepinefrin, dopamin, serotonin yang bertugas menag-

tur mekanisme tidur dan bangun.

Gangguan tidur itu dapat berupa: insomnia (sukar tidur, biasanya karena sebab

psikologi); berjalan sewaktu tidur (somnambulisme); mimpi buruk (“nightmare”) atau pavor

nocturnus, sering pada anak-anak dan biasanya hilang dengan sendirinya; dan narkolepsi

(serangan tidur bersamaan dengan kataplexi, kelumpuhan tidur atau halusinasi hipnagogik).1

2.2 Anamnesis

Anamnesis merupakan sejarah lengkap yang teringat dan diceritakan oleh pasien.

Diagnosis dapat ditegakkan dengan mengumpulkan riwayat medis, riwayat tidur,

pemeriksaan fisik, dan sebuah studi tidur (jika penyebab insomnia tidak jelas).

Riwayat medis – Sebuah riwayat medis digunakan untuk menilai risiko mengembangkan

insomnia dan untuk mengidentifikasi kemungkinan penyebab. Sejarah ini mempertimbangkan

banyak faktor:

- Masalah kesehatan yang baru atau sedang berlangsung (termasuk penyakit seperti

arthritis)

- Nyeri luka

5

Page 6: chr blok 13

- Penggunaan suplemen, dan obat-obatan, termasuk kafein, tembakau, dan alkohol

- Perubahan kebiasaan kerja atau rekreasi (misalnya, perjalanan, rutinitas latihan,

perubahan shift di tempat kerja)

- Stres atau tekanan emosional lainnya

Riwayat tidur – Riwayat tidur yang membantu menilai kebiasaan tidur. Sebuah diary tidur

atau sleep log sering digunakan untuk merekam kebiasaan tidur. Riwayat tidur juga biasanya

mencakup pertanyaan tentang gejala-gejala yang mungkin terkait dengan insomnia. Dokter

mungkin bertanya tentang berfungsi siang hari, kelelahan, gangguan konsentrasi dan

perhatian, tidur siang, dan gejala umum lain insomnia.2 Kebiasaan dievaluasi dalam sejarah

tidur adalah sebagai berikut:

- Frekuensi dan durasi insomnia.

- Tidur dan waktu terbangun selama seminggu dan akhir pekan.

- Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk tertidur, seberapa sering terbangun di

malam hari terjadi, dan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk tidur kembali.

- Apakah mendengkur dan sebagaimana keras dan apakah sering.

- Setiap gejala bangun terengah-engah atau merasa kehabisan napas.

- Kelelahan sepanjang hari

- Seberapa sering "tertidur" atau mengalami kesulitan untuk tetap terjaga selama tugas-

tugas rutin, terutama mengemudi.

- Khawatir tentang jatuh tertidur, tinggal tidur, atau mendapatkan cukup tidur

- Diet (cair dan padat)

- Obat-obatan yang dikonsumsi sebelum tidur

- Rutinitas menjelang saat tidur

- Tingkat kebisingan, pencahayaan, dan suhu

- Gangguan (misalnya, televisi)

Sebuah Sleep Log dapat membantu untuk diagnosa gangguan tidur. Cara tersbut adalah

cara yang paling efisien bagi pasien dan dokter untuk mengevaluasi pasien yang sulit tidur.

Setiap pasien yang mengalami gangguan medis gangguan tidur, diharapkan mempunya sleep

log. Kemungkinan besar, dokter akan meminta pasien untuk mengisi sleep log untuk jangka

waktu beberapa minggu; sudah menyelesaikannya log ini dapat mempercepat diagnosis dan

pengobatan. Kebanyakan ahli merekomendasikan untuk mempertahankan sleep log selama 2-

6

Page 7: chr blok 13

4 minggu berturut-turut. Sleep log tersebut diharapkan untuk dibawa ke dokter atau spesialis

tidur pada saat konsultasi.

Gambar 1. Sleep Log

Selama riwayat, kondisi dapat diidentifikasi yang dapat menyebabkan atau memperburuk

insomnia:

2.3

Pemeriksaan

2.3.1 Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan meliputi, inspeksi, palpasi, perkusi, dan

auskultasi.

7

Page 8: chr blok 13

2.3.2 Pemeriksaan Penunjang

- Pemeriksaan Laboratorium

Tes darah digunakan untuk mendeteksi masalah tiroid atau kondisi lain yang dapat

menyebabkan masalah tidur.

- Pemeriksaan Imaging3

Tes diagnostik lainnya dapat dilakukan sebagai bagian dari evaluasi untuk insomnia,

meskipun mungkin tidak diperlukan pada semua pasien dengan insomnia.

Polysomnography adalah pengujian yang dilakukan di pusat-pusat tidur jika kondisi

seperti sleep apnea yang diduga. Pada tes ini, orang akan diminta untuk menghabiskan malam

penuh di pusat tidur sambil di monitor denyut jantung, gelombang otak, respirations, gerakan,

kadar oksigen, dan parameter lain saat mereka sedang tidur. Data tersebut kemudian dianalisa

oleh dokter khusus terlatih untuk mendiagnosa atau mengesampingkan apnea tidur.

Actigraphy adalah tes lain yang lebih objektif yang mungkin dilakukan dalam situasi

tertentu tetapi tidak secara rutin bagian dari evaluasi untuk insomnia. Actigraph adalah

sebuah detektor gerakan gerakan indera seseorang saat tidur dan terjaga. Hal ini dipakai mirip

dengan jam tangan selama berhari-hari ke minggu, dan data pergerakan dicatat dan dianalisa

untuk menentukan pola tidur dan gerakan. Tes ini mungkin berguna dalam kasus gangguan

insomnia primer, gangguan irama sirkadian, atau kesalahpahaman tidur negara.

2.4 Diagnosis

2.4.1 Diagnosis Kerja

Definisi – insomnia adalah suatu kondisi tidur yang tidak memuaskan secara kuantitas

dan/atau kualitas, yang berlangsung untuk satu kurun waktu tertentu. Taraf penyimpanagan

yang sesungguhnya dari apa yang lazim dianggap sebagai tidur nrmal secara umum sebaiknya

tidak secara primer dianggap sebagai diagnosis insomnia, oleh karena beberapa individu

(yang disebut juga sebagai penidur singkat (short sleeper)) membutuhkan tidur hanya sedikit

dan tidak mengaggap dirinya menderita insomnia. Sebaliknya terdapat sejumlah orang yang

8

Page 9: chr blok 13

sering menderita insomnia karena kualitas tidur yang buruk, sedangkan kuantitas tidurnya

seara subjektif dan/atau objektif berada dalam batas-batas normal.

Diantara penderita insomnia, kesulitan masuk tidur adalah keluhan yang paling umum,

kemudian diikuti oleh sulit mempertahankan tidur dan bangun terlalu dini. Namun demikian,

biasanya pasien melaporkan kombinasi dari ketiga keluhan ini. Yang khas, insomnia

berkembang pada waktu terjadi peningkatan stres kehidupan dan cenderung lebih umum

terdapat pada wanita, orang yang lebih tua dan pada orang yang secara psikologis terganggu

dan orang yang sosioekonominya kurang beruntung. Jika insomnia dialami berulang-ulang,

dapat menigkatkan kekhawatiran tidak bisa tidur dan suatu preokupasi dengan segala

konsekuensinya, hal ini menimbulkan lingkaran kemelut yang tidak terselesaikan.

Individu dengan insomnia, mengatakan dirinya merasa tegang, cemas, khawatir, atau

depresif pad asaat tidur, dan merasa seolah-olah pikirannya melayang-layang. Mereka

biasanya mengeluh tak cukup tidur, banyak masalah pribadi, gangguan kesehatan dan bahkan

khawatir menyebabkan kematian. Sering mereka mengatasinya dengan minum obat atau

alkohol. Pada waktu pagi mereka mengeluh lelah fisik dan mental, pada siang hari mereka

secara khas merasa depresif, cemas, tegang mudah tersinggung dan ada peokupasi dengan diri

sendiri.

Pada anak sering terasa adanya kesulitan tidur, padahal ia hanya mengalami kesulitan

dalam rutinitas tidur (jadi bukan pada gangguan tidur yangsebenarnya).

Pedoman diagnostik. Berikut adalah gambaran klinis esensial untuk diagnosis pasti:

- Keluhan sulit masuk tidur, mempertahankan tidur atau kualitas tidur yang buruk;

- Gangguan tidur terjadi minimal 3 kali dalam seminggu selama minimal sebulan;

- Adanya preokupasi akan tidak bisa tidur dan kekhawatiran berlebihan parihal

akibatnya pada malam dan sepanjang hari;

- Tidak puas secara kuantitas dan kualitas dari tidurnya, yang keduanya menyebabkan

berbagai gangguan dalam fungsi sosial atau pekerjaan.4

9

Page 10: chr blok 13

2.4.2 Diagnosis Diferensial

- Depresi

Penampilan

• Kebanyakan pasien dengan gangguan depresi utama konsultasi ke dokter mereka dengan

penampilan yang normal.

• Pada pasien dengan gejala lebih parah, penurunan perawatan dan kebersihan dapat diamati,

serta perubahan berat badan. Pasien mungkin menunjukkan retardasi psikomotor, yang nyata

sebagai memperlambat atau hilangnya gerakan spontan dan reaktivitas. Bersama dengan ini,

penyakit depresi sering mengakibatkan menurunnya atau menghilangnya reaktivitas dalam

respon pasien (yaitu, ekspresi emosional).

• Psikomotor agitasi atau gelisah juga dapat diamati pada beberapa pasien dengan gangguan

depresi besar.

Mood dan proses pemikiran

• Pasien melaporkan keadaan mood dysphoric, yang dapat dinyatakan sebagai kesedihan,

berat, mati rasa, atau kadang-kadang lekas marah dan suasana hati. Mereka sering

melaporkan kehilangan minat atau kesenangan dalam aktivitas yang biasa mereka, kesulitan

berkonsentrasi, atau kehilangan energi dan motivasi. mereka sering berpikir negatif,

seringkali dengan perasaan tidak berharga, putus asa, atau ketidakberdayaan. Meskipun tidak

jarang untuk pasien dengan gangguan depresi utama untuk menunjukkan berpikir ruminative,

penting untuk mengevaluasi setiap pasien untuk bukti gejala psikotik karena ini

mempengaruhi manajemen awal.

• Psikosis, ketika itu terjadi dalam konteks depresi unipolar, biasanya adalah sama dan

sebangun dalam konten dengan negara suasana hati pasien, misalnya, pasien mungkin

mengalami khayalan tidak berharga atau penurunan fisik progresif. Gejala psikosis harus

meminta sejarah evaluasi yang hati-hati untuk menyingkirkan sejarah gangguan bipolar,

skizofrenia atau gangguan schizoaffective, penyalahgunaan zat, atau sindrom otak organik. 5

10

Page 11: chr blok 13

- Ansietas

Ansietas (kecemasan) adalah suatu keadaan emosional yang tidak menyenangkan,

sumber yang kurang mudah diidentifikasi. Hal ini sering menyertai dengan gejala fisiologis

yang dapat menyebabkan kelelahan atau bahkan keletihan. Intensitas kecemasan memiliki

banyak gradasi mulai dari keraguan kecil untuk terlihat gemetar dan bahkan panik lengkap,

bentuk paling ekstrim dari kecemasan. Perjalanan timbulnya kecemasan juga bervariasi,

dengan tingkat keparahan puncak tercapai dalam beberapa detik atau lebih secara bertahap

menit, jam atau hari. Jangka waktu juga bervariasi dari beberapa detik untuk jam atau bahkan

berhari-hari atau bulan, meskipun episode panik biasanya mereda dalam waktu 10 menit dan

jarang berlangsung lebih dari 30 menit.6

Kecemasan biasanya terjadi sebagai wujud kepedulian yang tepat tentang kelainan

medis dan kejiwaan. Masalah medis yang melibatkan sistem tubuh dapat menghasilkan

kecemasan sebagai gejala. Obat dan faktor diet-khususnya kafein dan alkohol juga dapat

menimbulkan kecemasan.

Panic disorder ditandai dengan serangan panik berulang (yaitu, periode ketakutan intens

onset mendadak memuncak dalam intensitas dalam waktu 10 menit). Empat hal berikut harus

hadir untuk serangan panik:

- Palpitasi, jantung berdebar, atau detak jantung dipercepat

- Berkeringat

- gemetar atau gemetar

- sesak napas atau dispnea

- Sensasi tersedak

- Nyeri dada atau ketidaknyamanan

- Mual atau tekanan perut

- Merasa pusing, goyah, pusing, atau pingsan

- Derealization atau depersonalisasi

- Takut kehilangan kontrol atau gila

- Takut mati

- Parestesia

- Kedinginan atau hot flashes

11

Page 12: chr blok 13

- Meskipun bukan fitur diagnostik, keinginan bunuh diri dan bunuh diri selesai telah

dikaitkan dengan gangguan panik.

2.5 Etiologi

Insomnia dapat disebabkan oleh berbagai penyebab yang berbeda. Penyebab dapat

dibagi menjadi faktor situasional, kondisi medis atau psikiatris, atau gangguan tidur primer.

Insomnia juga dapat diklasifikasikan berdasarkan lama gejala yaitu, transient, jangka pendek

atau kronis. Insomnia transient biasanya berlangsung kurang dari tujuh hari, insomnia jangka

pendek biasanya berlangsung selama sekitar satu sampai tiga minggu, dan insomnia kronis

berlangsung selama lebih dari tiga minggu. 7

Banyak penyebab insomnia transien dan jangka pendek adalah sama dan beberapa

termasuk:

- Jet lag

- Perubahan shift kerja

- Bisingan berlebihan atau tidak menyenangkan

- Suhu kamar yang kurang nyaman (terlalu panas atau terlalu dingin)

- Situasi Stres dalam kehidupan (persiapan ujian, kehilangan yang dicintai, perceraian,

pengangguran, atau perpisahan dengan seseorang)

- Adanya penyakit medis atau bedah akut; atau rawat inap

- Penarikan dari obat, alkohol, obat penenang, atau obat perangsang

Gejala fisik yang tidak terkendali (sakit, demam, masalah pernapasan, hidung

tersumbat, batuk, diare, dll) juga dapat menyebabkan seseorang untuk menderita insomnia.

Mengontrol gejala ini dan penyebab mereka dapat menghasilkan resolusi insomnia.

Penyebab Insomnia kronis atau Jangka Panjang – Mayoritas penyebab insomnia kronis

atau jangka panjang biasanya dikaitkan dengan kondisi jiwa atau fisiologis yang mendasari

(medis).

Penyebab Psikologi Insomnia – Masalah yang paling umum yang dapat menyebabkan

insomnia meliputi:

- Cemas

- Depresi

- Stres (mental, emosional, situasional, dll)

12

Page 13: chr blok 13

- Skizofrenia, dan / atau

- Mania (gangguan bipolar)

Insomnia dapat merupakan indikator depresi. Banyak orang akan menderita insomnia selama

fase akut dari penyakit mental. Seperti yang disebutkan sebelumnya, depresi dan kecemasan

yang berkaitan erat dengan insomnia. Dari semua penyebab medis dan psikologis sekunder

insomnia lain, kecemasan dan depresi adalah yang paling umum.

Penyebab Fisiologis Insomnia – Penyebab fisiologis mulai dari gangguan ritme sirkadian

(gangguan jam biologis), ketidakseimbangan tidur-bangun, ke berbagai kondisi medis.

Berikut ini adalah kondisi medis yang paling umum yang memicu insomnia:

- Sindrom sakit kronis

- Sindrom kelelahan kronis

- Gagal jantung kongestif

- Angina pada malam hari (nyeri dada) dari penyakit jantung

- Penyakit refluks asam (GERD)

- Penyakit paru obstruktif kronis (COPD)

- Nocturnal asma (asma dengan gejala pernapasan malam waktu)

- Obstructive sleep apnea

- Penyakit degeneratif, seperti penyakit Parkinson dan penyakit Alzheimer (Sering, insom-

nia merupakan faktor penentu untuk penempatan panti jompo.)

- Tumor otak, stroke, atau trauma ke otak

2.6 Faktor Resiko8

Faktor-faktor berikut ini dapat meningkatkan risiko individu untuk insomnia:

- Usia - orang tua lebih rentan terhadap insomnia

- Gender - wanita lebih cenderung memiliki insomnia daripada pria

- Stres atau peristiwa traumatik

- Pergeseran atau perubahan jadwal kerja – kerja malam

- Perjalanan melintasi zona waktu

- Penyalahgunaan zat

- Asma - bronkodilator kadang-kadang menyebabkan insomnia

- Bekerja berlebihan komputer

13

Page 14: chr blok 13

- Depresi

- Gaya hidup yang kurang olah raga

2.7 Patofisiologi

Insomnia adalah dianggap sebagai gangguan “hyperarousal” gairah yang tinggi dialami

sepanjang hari. Keadaan bergairah tinggi ini dapat menunjukkan dirinya sebagai keadaan

waspada berlebih pada siang hari dan kesulitan memulai dan mempertahankan tidur pada saat

malam hari. Gairah tersebut, dihubungkan dengan keadaan kognitif dan fisiologis insomnia.

Model kognitif menunjukkan bahwa kekhawatiran dan renungan mengenai tekanan hidup

mengganggu tidur, menciptakan episode akut insomnia, khususnya dalam memulai tidur dan

kembali tidur setelah terbangun. Kemudian, setelah seorang individu mulai mengalami

kesulitan tidur, cemas dan renungan mengenai kehidupan beralih kepada peristiwa

kekhawatiran tentang tidur itu sendiri dan tentang konsekuensi pada siang hari yang

merupakan tidak cukup tidur. Pemikiran negatif seperti ini akan terus diperkuat jika

terdapatnya keadaan yang dapat mengganggu tidur. 8

Sejalan dengan model kognitif, model lain dari evolusi insomnia mengusulkan gairah

tinggi yang terutama karena faktor fisiologis atau neurofisiologis. Rangsangan fisiologis telah

dievaluasi melalui pengukuran tingkat metabolisme seluruh tubuh, variabilitas detak jantung,

pengukuran neuroendokrin, dan neuroimaging fungsional. Seluruh tingkat metabolisme tubuh

dapat diukur melalui konsumsi oksigen (VO2). Studi terbaru dibandingkan tidur yang baik

dengan pasien yang didiagnosis dengan insomnia. Para pasien insomnia menunjukkan tingkat

metabolisme secara signifikan lebih tinggi (diukur pada interval di hari 24-jam) dibandingkan

dengan control, yaitu orang yang sehat. Tingkat variabilitas detak jantung dapat merupakan

rangsangan yang diatur oleh kegiatan sistem saraf simpatis dan parasimpatis. Dalam study 36-

jam menemukan bahwa tingkat rata-rata detak jantung meningkat dan variabilitas menurun

pada semua tahapan tidur pada pasien insomnia dibandingkan dengan orang sehat dan dengan

pola tidur normal.

14

Page 15: chr blok 13

2.8 Penatalaksanaan

Non-medikamentosa. Semua pasien dengan insomnia, baik sementara atau kronis,

harus dididik tentang tidur dan unsur-unsur kebersihan tidur yang baik. Kebersihan Tidur

“sleep hygiene” adalah kegiatan sehari-hari dan kebiasaan yang konsisten dengan dan / atau

mempromosikan pemeliharaan kualitas tidur yang baik dan kewaspadaan di siang hari penuh.

Unsur-unsur kebersihan tidur yang baik adalah sebagai berikut:9

- Mengembangkan kebiasaan tidur yang teratur. Ini berarti menjaga waktu tidur yang ter-

atur dan waktu bangun. Waktu tidur harus berlangsung selama yang diperlukan untuk

merasa segar pada hari berikutnya, dan waktu ekstra di tempat tidur di luar apa yang

dibutuhkan harus dihindari.

- Lambat bawah dan bersantai sebelum tidur (dimulai setidaknya 30 menit sebelum

tidur). Sebuah makanan ringan dapat membantu.

- Jauhkan gelap kamar tidur, tenang, dan pada suhu yang nyaman.

- Latihan harian. Hal ini sebaiknya dilakukan pada sore hari atau sore hari (tetapi tidak

lebih dari 7-8 pm).

- Jangan memaksa diri untuk tidur. Jika tidak dapat jatuh tertidur dalam waktu 15-30

menit, meninggalkan tempat tidur dan lakukan sesuatu yang rileks sampai mengantuk,

seperti mendengarkan musik atau membaca bacaan ringan.

- Jangan mengkonsumsi alkohol selama 4-6 jam sebelum tidur. Kafein dan penggunaan

tembakau juga harus dihindari sebelum tidur.

- Tidur pada siang hari biasanya harus dihindari.

- Jangan terlibat dalam kegiatan mental atau fisik yang berat sesaat sebelum tidur.

- Jangan mengambil masalah seseorang untuk tidur.

Medikamentosa. Pada umumnya, bila insomnia singkat (kurang dari 3 minggu) coba

dengan hipnotika mungkin menolong. Bila insomnia kronik, jangan gunakan hipnotika

termasuk juga merokok yang berat, tanda lain adanya apnea tidur, dan kemungkinan

ketergantungan, toleransi, atau penyalahgunaan hipnotika-sedatif. Bila terdapat psikosis,

rencanakan penggunaan antipsikotika. Bila tidak, benzodiazepin biasanya merupakan pilihan,

sebab mereka mempunyai indeks terapeutik yang merentang lebar, kurang induksi enzimnya,

dan kurang adiktif dibandingkan dengan barbiturat.10

Pilihan benzodiazepin bergantung pada jalur metabolisme dan waktu eliminasi

tengahnya. Obati insomnia fase awal tanpa cemas di siang hari dengan benzodiazepin yang

15

Page 16: chr blok 13

berdaya-kerja-pendek, contoh, triazolam 0,125 mg, temazepam (Restoril) 15mg, dan

estazolam (Prosom, Esilgan) 1mg. Insomnia fase tengah, atau fase akhir (dini hari) mungkin

akan membutuhkan benzodiazepin yang berdaya-kerja panjang, seperti yang digunakan untuk

mengobati insomnia dengan ansietas pada siang hari—contoh, diazepam (Valium) 5mg,

flurazepam (Dalmane, Dalmadorm) 15mg, dan quazepam 9Doral) 7,5mg.

Mulai dengan dosis yang terendah dan naikkan sampai ada efeknya. Kebanyakan pasien

memberi respons terhadap benzodiazepin bila dosis dinaikkan sampai cukup. Bila dosis

efektif telah tercapai, jangan toleransi dan membutuhkan pengurasan obat dari tubuh.

Beritahu pasien bahwa setelah menghentikan obat, mereka akan dapat mendapat insomnia

efek balik (rebound insomnia), yang tidak merupakan indikasi untuk emberikan terapi terus.

Frekuensi panggunaan hipnotika tidak boleh melebihi 3 dari empat malam yang dilalui,

dan penggunaannya tidak boleh melampaui beberapa bulan.11

Pengobatan insomnia, pada gangguan psikosomatik baik yang didasari adanya ansietas

ataupun depresi memerlukan pengenalan pasien secara tepat. Pasien insomnia oleh karena

depresi tidak dapat diobati dengan obat anti ansietas, karena ia akan menderita depresi yang

semakin mendalam dan dapat menyebabkan bunuh diri. Sebaliknya pasien insomnia oleh

karena ansietas tidak dapat diobati dengan obat antidepresan, karena ia akan mengalami

banyak efek samping obat yang akan menyebabkan gejala ansietasnya bertambah berat

dengan konsentrasi yang semakin berkurang dan efektivitas serta produktivitas yang semakin

menurun. Pemberian hipnotika pada pasien insomnia tanpa mengetahui penyebabnya akan

menyebabkan pasien jatuh ke penyalahgunaan atau penggunaan yang salah terhadap obat

hipnotik tersebut.

Obat pilihan untuk pasien insomnia oleh karena ansietas adalah benzodiazepin, atau

derivatnya, jika diberikan sesuai indikasi dan dosis optimalnya akan memperlihatkan hasilnya

sesudah 2-7 hari pemberian. Obat pilihan untuk pasien insomnia oleh karena depresi adalah

obat antidepresan golongan generasi pertama (imipramin, amitriptilin) atau golongan generasi

kedua (nomifensin, mianserin dan maprotilin). Hanya perlu diingat bahwa antidepresan

golongan generasi pertama mempunyai efek samping berupa gangguan fungsi saraf

autonomik dan gangguan pada fungsi jantung. Pemberian obat antidepresan akan

memperlihatkan hasilnya sesudah 5-14 hari pemberian. Insomnia yang tidak disebabkan oleh

ansietas ataupun depresi dapat diberi hipnotika sesuai indikasi dosis yang diperlukan.

16

Page 17: chr blok 13

Terapi insomnia pada gangguan psikosomatik, memerlukan terapi holistik, seperti

lazimnya terapi pada gangguan psikosomatik, yaitu membutuhkan terapi psikologik, terapi

sosio-budaya serta terapi lainnya sesuai denga hasil evaluasi pendekatan yang dilakukan.12

2.9 Pencegahan

Saran berikut ini untuk membantu mengantisipasi dan memodifikasi situasi mungkin terkait

dengan insomnia. Mereka tidak sangat mudah, tidak akan mereka menjaga pasien dari

konsekuensi kurang tidur setelah telah terjadi.

Insomnia dari Jet Lag : (1) Perilaku dan terapi obat jangka pendek telah digunakan. (2)

Bergeser tidur bertepatan dengan jadwal waktu di tempat tujuan. (3) Short-acting obat

penenang (benzodiazepin) telah terbukti berguna.

Insomnia dari perubahan jadwal kerja : (1) Terapi perilaku. (2) Cahaya terang merupakan

stimulus ampuh untuk ritme sirkadian. Cahaya terang sedang diperiksa sebagai sinkronisasi

irama. (3) Shift pekerja harus menekankan pentingnya kebiasaan tidur yang baik dengan

tidur dan bangun yang teratur. (4) Tidur tambahan mungkin diperlukan untuk memastikan

kewaspadaan waktu kerja. (5) Beberapa orang mempromosikan dengan menggunakan obat

penenang short-acting dalam beberapa hari pertama setelah perubahan pergeseran, tetapi tidak

semua orang setuju.

Insomnia dari Stress :   (1) Stres bisa positif atau negatif, dan kekhawatiran tentang tidur

mungkin bervariasi. Banyak stres akan hilang dengan dukungan dan jaminan. (2) Pendidikan

tentang pentingnya kebiasaan tidur yang baik juga sangat membantu. (3) Beberapa orang

mungkin memerlukan pengobatan jangka pendek dengan obat-obatan. Seorang dokter akan

sering bekerja terhadap dosis efektif terendah dengan obat penenang short-acting untuk

mencapai tidur yang tepat. (4)

Rekomendasi umum untuk mencegah insomnia meliputi:

- Bekerja untuk meningkatkan kebiasaan tidur.

- Belajar untuk bersantai. Self-hypnosis, biofeedback dan relaksasi pernapasan sering

membantu.

17

Page 18: chr blok 13

- Kontrol lingkungan. Hindari cahaya, kebisingan, dan suhu yang berlebihan. Gunakan

tempat tidur hanya untuk tidur dan menghindari menggunakannya untuk membaca dan

menonton TV. Aktivitas seksual adalah pengecualian.

- Menetapkan waktu tidur rutin. Perbaiki waktu bangun.

- Hindari makan besar, asupan cairan yang berlebihan, dan latihan berat sebelum tidur dan

mengurangi penggunaan stimulan termasuk kafein dan nikotin.

- Jika tidak tertidur dalam waktu 20 sampai 30 menit, coba kegiatan yang santai seperti

mendengarkan musik yang menenangkan atau membaca.

- Batasi tidur siang sampai kurang dari 15 menit, kecuali diarahkan oleh dokter.

- Hal ini umumnya lebih baik untuk menghindari tidur siang bila memungkinkan untuk

membantu mengkonsolidasikan tidur malam.

- Ada gangguan tidur tertentu, bagaimanapun, bahwa akan manfaat dari tidur siang.

Diskusikan masalah ini dengan dokter.

2.10 Prognosis

Kebanyakan orang yang menderita insomnia tanpa kondisi medis yang mendasari

sembuh dalam beberapa minggu. Bagi mereka yang mengalami insomnia dari peristiwa

traumatis (seperti orang dengan gangguan stres pasca trauma), gangguan tidur dapat berlanjut

tanpa henti. Orang yang menjadi tergantung pada pil tidur dan obat resep untuk tidur sering

memiliki kesulitan yang paling mengatasi insomnia. Insomnia kronis dapat mendorong

perkembangan kondisi medis, gangguan mental, dan jalan, bekerja, dan kecelakaan rumah

tangga.

18

Page 19: chr blok 13

BAB III

Kesimpulan

Insomnia primer ditandai dengan kesulitan jatuh tertidur dan beberapa kali terbangun

sepanjang malam. Individu dengan gangguan ini sering sibuk dengan fokus untuk

mendapatkan cukup tidur dan menjadi lebih dan lebih frustrasi setiap malam, yang

selanjutnya menghambat kemampuan mereka untuk tidur. Insomnia primer adalah diagnosis

pengecualian dari gangguan campuran dari gangguan fisik dan mental yang semua harus

disingkirkan sebelum diagnosis dapat dibuat. Hal ini dapat diobati dalam jangka pendek

(untuk memutus siklus insomnia dan mengkhawatirkan itu) dengan benzodiazepin atau

hipnotik lainnya. Melatonin dan L-trypthophan tidak memiliki manfaat terbukti. Perubahan

lingkungan, waktu relaksasi, dan ‘sleep hygiene’ dapat berguna dalam membantu pasien

dengan tidur insomnia primer.

19

Page 20: chr blok 13

Daftar Pustaka

1. Maramis WF. Gangguan tidur. Dalam: Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga

University Press; 1994; hal. 102-3.

2. Anonim. Insomnia. January 2011. [26 Jan, 2011] Diunduh dari:

http://www.medicinenet.com/insomnia/page3.htm.

3. Sateia M, Carskadon MA. Insomnia. Dalam: Sleep Medicine. Philadelphia: Hanley &

Belfus Inc.;2002. Hal 153-9.

4. Anonim. Gangguan tidur nonorganik. Dalam: Pedoman Penggolongan dan Diagnosis

Gangguan Jiwa di Indonesia III. Jakarta: Departemen Kesehatan; 1993; hal. 236-

5. Bhalla RN. Depression. Aug 11, 2010 [25 Jan, 2011] Diunduh dari:

http://emedicine.medscape.com/article/286759-overview.

6. Goldman HH. Anxiety. Dalam: General Psychiatry. Connecticut: Lange Medical Pub-

lication; 1992. Hal 55, 233-4, 242-3.

7. Anonim. Insomnia. January 25, 2011 [25 Jan, 2011] Diunduh dari:

http://www.emedicinehealth.com/insomnia/article_em.htm.

8. Roth T. Insomnia: definition, prevalence, etiology, and consequences. August 15,

2007 [25 Jan, 2011] Diunduh dari:

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1978319/.

9. Toy EC. Approach to primary insomnia. Dalam: Psychiatry. Edisi 2. New York:

Lange Medical Books/McGraw Hill; 2007; hal. 150-3.

10. Ebert M, Loosen P, Nurcombe B. Current diagnosis and treatment in psychiatry. New

York: McGraw-Hill; 2005; hal. 437-40.

11. Kaplan HI, Sadock BJ. Insomnia. Dalam: Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat. Widya

Medika; 2002; hal. 315-20.

20

Page 21: chr blok 13

Insomia Pada Manula

Christian Sarmento Giam

10-2012-319

Kelompok E3

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Alamat Korespondensi :

Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta 11510

No. Telp (021) 5694-2061, e-mail : [email protected]

21