cinderella jakarta

65
http://cerita-silat.mywapblog.com Nasib Tira nggak seberuntung kebanyakan cewek. Boro-boro mikir punya gebetan, sekolah aja harus dia tinggalin. Maka, Tira pun harus pasrah nerima nasib jadi pembantu di keluarga Pak Sasongko. Namun, kecantikan dan kesederhanaannya membuat hati Gun kepincut. Tira diamdiam juga menaruh cinta pada putra sang majikannya itu. Gawat, kan?! Mungkinkah nasib Tira seberuntung Cinderella yang lantas dipersunting pangeran tajir dan keren? Gimana pula nasib gaun dan sepatu hak tinggi

Upload: agus-salim

Post on 16-Jan-2016

92 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

novell

TRANSCRIPT

Page 1: Cinderella Jakarta

http://cerita-silat.mywapblog.com Nasib Tira nggak seberuntung kebanyakan cewek.Boro-boro mikir punyagebetan, sekolah aja harus dia tinggalin. Maka, Tira pun harus pasrahnerima nasib jadi pembantu di keluarga Pak Sasongko. Namun,kecantikan dan kesederhanaannya membuat hati Gun kepincut. Tira diamdiam juga menaruh cinta pada putra sang majikannya itu. Gawat, kan?!Mungkinkah nasib Tira seberuntung Cinderella yang lantas dipersuntingpangeran tajir dan keren? Gimana pula nasib gaun dan sepatu hak tinggi

Page 2: Cinderella Jakarta

pemberian Gun? Kamu boleh aja nebak-nebak akhir ceritanya. Tapi, biarnggak meleset, mendingan baca aja sendiri! Di buku ini, masih adabelasan cerita keren lainnya dari penulis yang suka banget bikinpembacanya nyengir sendirian!te, ditiiBuat kamu yang lagi bete, ditinggal pacar, ngejomblo, ataupun ditolakcinta ... mendingan baca buku ini biar bisa happy! Apalagi buat yang lagijatuh cinta. Dijamin tambah sayang sama gebetannya, deh!r lu i ¦ ¦ i iCTNTAKatakan saja dengan cinta .CINDERELLA JAKARTA Penulis: Zaenal Radar T. Ilustrator: Sinta SariPenyunting naskah: Benny Rhamdani Penyunting ilustrasi: Andi Y.A. danIwan Y. Desain sampul dan isi: Bunga Melati dan Andi Y. A. Layout sampuldan seting isi: KemasBuku Hak cipta dilindungi undang-undang All rightsreserved Cetakan I, Januari 2006 Diterbitkan oleh Penerbit Cinta Jin.Cinambo No. 137 Cisaranten Wetan, Bandung 40294 Telp. (022)7834315-Faks. (022) 7834316 e-mail: [email protected] * n ¦CINTAPerpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT) Radar T.,ZaenalCinderella Jakarta/Zaenal Radar T.; penyunting, Benny Rhamdani.—Cet. 1.—Bandung: Cinta, 2006.200 him.: ilus.; 17 cm.ISBN979-3800-24-0I. Judul. II. Rhamdani, Benny.813Didistribusikan oleh: Mizan Media Utama (MMU) Jin. Cinambo(Cisaranten Wetan) No. 146Ujungberung, Bandung 40294 Telp. (022) 7815500-Faks. (022)7802288 e-mail: [email protected] EllizaELLIZA gemar melukis, terutama melukis wajah cowok yangditaksirnya. Bila Elliza melihat cowok yang disukai di sekolah maupun dijalan maka ia simpan sketsa wajah cowok itu di benaknya. Setibanya dirumah, barulah ia tuangkan ke kanvas.Seperti malam itu. Elliza baru saja melukis wajah seorang cowokyang ia lihat di sebuah taman. Cowok itu Elliza temukan di sebuah kursitaman saat ia pulang sekolah. Ketika melintasi taman itu, wajahnyasempat beradu pandang dengan wajah si cowok.Sekilas senyum sicowok mengembang, hingga membekas dalam ingatan Elliza. Senyumcowok itu begitu manis, semanis susu rasa stroberi yang seringdisediakan mama di rumah.Sayangnya,cowok di taman itu duduk berdua dengan seorang cewek.Entah siapa cewek yang duduk bersanding dengan cowok itu. Mungkinadiknya, sodaranya, teman sekolahnya, atau ...?Ah,Elliza enggan berpikir yang nggak-nggak! Ia nggak mau termakanperasaan. Melenyapkan rasa cemburu yang tiba-tiba menghampirijiwanya. Kemudian,Elliza mengandaikan cowok di bangku taman itumasih sendirian, dan senyumnya itu memberikan

Page 3: Cinderella Jakarta

tanda bahwa si cowok sangat mengharapkan kenal dengan Elliza.Elliza pernah punya pengalaman tentang seorang cowok yang dudukberduaan dengan seorang cewek. Kala itu, cowok yang Elliza lihat dudukberdua dengan seorang cewek, kemudian cowok itu mendekati Ellizauntuk berkenalan.Tetapi, Elliza menolaknya. Elliza takut melukai perasaancewek yang duduk di sebelah sang cowok. Elliza memutuskan pergimeninggalkan cowok itu, dan melupakannya.Namun, belakangan Elliza baru tahu. Ternyata, cewek yang duduk disebelah si cowok itu bukan pacarnya, tetapi hanya teman biasa. Elliza tahukarena di kemudian hari, melihat cewek itu jalan dengan cowok lain. Dansi cowok itu tetap sendirian. Tentu saja, Elliza menyesal. Apalagi ketikaElliza ingin mengenal lebih dekat dengan cowok itu, sang cowok keburuakrab dengan cewek lain! Pupuslah harapannya.Oleh sebab itulah, Elliza nggak mau berpikir macam-macam terhadapcewek yang duduk di sebelah cowok di bangku taman itu, cowok yangwajahnya ia lukis di sebuah kanvas berbingkai indah. Dan Elliza hanyamau mengingat-ingat cowok itu. Senyum manis cowok itu ia letakkan disebuah dinding, berjejer dengan lukisan lain yang pernah ia lukis,menambah koleksi lukisannya."ELLIZA, berhentilah melukis wajah cowok! Lukislah momenlain.Bukankah masih banyak hal yang bisa kamu lukis, selain wajahcowok-cowok itu?""Elliza nggak bisa, Ma.Elliza hanya bisa melukis wajah cowok. Siapatahu, cowok yang Elliza lukis mau jadi teman dekat Elliza?""Mendapatkan seorang cowok nggak harus melukisnya lebih dulu,Sayang!""Mengapa, Ma? Bukankah Mama dulu pernah melukis wajah papa,waktu Mama ingin mengenal papa? Mama memberikan lukisan wajahpapa itu ke papa, hingga akhirnya papa suka sama Mama?""Iya, Sayang, kamu benar. Tapi, Mama hanya melukis wajah papa,bukan pria lain.""Elliza belum bisa mendapatkan wajah cowok yang mau sama Elliza,Ma?""Lalu, apa kamu harus terus melukis wajah-wajah itu?""Iya, Ma.""Sampai kapan?""Sampai Elliza mendapatkan dia dan menjadikan cowok itu temanspesial Elliza!"Mamanya geleng-geleng, tetapi tentunya sangat mengerti. Putritersayangnya yang saat ini duduk di kelas tiga SMA, memang belumpernah terdengar dekat sama cowok. Setiap kali Elliza cerita, yang iadengar adalah keluhan mengapa Elliza sulit mendapatkan teman cowokyang ia inginkan. Keputusan melukis wajah-wajah cowok yang ia sukaakhirnya menjadi pilihan. Sebelum Elliza benar-benar mendapatkancowok yang dilukisnya itu.Kini, sudah cukup banyak koleksi lukisan cowok Elliza yang ditempeldi dinding kamarnya. Sekitar tiga belas lukisan! Pertama, lukisan wajahAdrian. Adrian adalah cowok yang Elliza lukis waktu ia kelas satu. Ellizasuka sama Adrian karena dia pintar main gitar. Sayangnya, Adrian haruspindah ke luar negeri. Sehingga sebelum Elliza memberikan lukisan itu,

Page 4: Cinderella Jakarta

Adrian sudah nggak di sekolahnya lagi.Lukisan berikutnya adalah Agus, Pepen, Jave, dan Rae. Keempatcowok itu Elliza lukis sewaktu ia kelas dua. Keempat cowok itu kakakkelasnya. Mereka anak band sekolah yang disukai cewek-cewek satusekolah! Semuanya hanya bisa Elliza lukis, karena pada akhirnya Elliza takbisa berharap lebih selain melukis wajahnya. Sebab, keempat cowok ituudah punya cewek, anak kelas tiga juga!Lukisan keenam, ketujuh, kedelapan, kesembilan, kesepuluh,kesebelas, dan kedua belas, adalah lukisan yang Elliza buat saat ia dudukdi kelas tiga. Mereka adalah Dani, Tyo, Andra, Kevin, Arman, Jack, danRon. Mereka bukan cuma anak-anak satu sekolah. Ada yang Elliza kenaldi mal, di sebuah pesta temannya, tempat parkir, atau bioskop. Semuanyacowok bertampang keren, karena semua lukisan yang Elliza buatmemang khusus cowok-cowok bertampang keren. Sayangnya, dariketujuh cowok yang dilukis, tak ada satu pun yang berhasil Ellizadapatkan.Selain melukisnya, Elliza senang menuliskan nama-nama cowok itudi balik setiap lukisannya. Dan ia tak pernah lupa dengan nama-nama itu,karena sebelum melukis wajahnya, Elliza pasti tau siapa namanya.Kecuali cowok di taman, yang sore itu tersenyum padanya. Elliza nggaktahu siapa nama cowok yang baru dilukis itu. Cowok ketiga belas itumasih misterius statusnya.Rencananya, sore ini, Elliza akan melintasi taman itu lagi, berharapbertemu cowok yang telah dilukis wajahnya.Mudah-mudahan,cowok itududuk-duduk di taman lagi. Dan ... sendirian.Sayang, ternyata Elliza tak menemukan cowok itu ketika melintasitaman. Akhirnya, ia memutuskan duduk di kursi taman yang kosong. Ellizaberharap cowok yang udah dilukis wajahnya itu datang ke taman, lalududuk di sebelahnya. Akan ia berikan lukisan itu pada si cowok,berharapbisa mendapatkan cintanya.Lima menit, sepuluh menit, lima belas menit, Elliza masih saja duduksendirian. Elliza muak sama keadaan ini! Tetapi, ia masih saja duduk dikursi taman itu, berharap bisa bertemu dengan seseorang yangdiharapkan datang. Satu-dua orang melintasi taman itu, tapi seperti takpeduli dengan keberadaan Elliza. Mereka sibuk dengan urusan masingmasing.Dua puluh menit sudah ia duduk.Datanglah seseorang, duduk disebelahnya. Kursi taman yang panjang itu, kini diduduki oleh dua orang.Kalo nggak salah, yang duduk di sebelah Elliza itu cewek yang sore itududuk dengan cowok yang telah dilukis wajahnya. Elliza mulai berpikir,Apakah cewek yang duduk di sebelahku ini lagi nunggu seseorang? Ataujangan-jangan, cewek ini emang udah janjiansama cowok itu di kursi taman ini?Tiga puluh menit sudah Elliza duduk di kursi taman itu, bersebelahandengan cewek yang baru duduk sepuluh menit. Keduanya saling diam.Satu, dua orang melintasi kursi taman itu lagi, dan seperti takmemedulikan keberadaan Elliza dan cewek itu.Elliza pengin nanya sama cewek di sebelahnya, apakah ia kenalsama cowok yang sore itu duduk di sebelahnya waktu Elliza melintas?

Page 5: Cinderella Jakarta

Tetapi, Elliza ragu menanyakannya. Jangan-jangan, cewek di sebelahnyaini memang pacar cowok itu dan sedang menunggunya. Kalo itu yangterjadi, Elliza bisa malu!Tiga puluh lima menit waktu berlalu. Cewek di sebelahnya membukamajalah, lalu menenggelamkan wajahnya ke cover majalah. Kalo Ellizatampak tegang, cewek itu biasa-biasa saja. Namun, cewek di sebelahnyasesekali melihat jam tangan.Setelah itu, kembali sibuk denganmajalahnya. Rupanya, si cewek seperti nunggu seseorang yang akanmenemuinya.Akhirnya, Elliza pergi dari taman karena takut kalo cewek itu emanglagi nunggu cowoknya! Kalo iya, percuma saja Elliza menunggu!ESOK sore sepulang sekolah, Elliza kembali duduk di kursi tamandan ingin memastikan apakah cewek yang duduk di kursi taman kemarin,emangpacar cowok itu? Kalo iya, ya nggak masalah, tapi kalo bukan, inilahkesempatan! Elliza udah nyiapin lukisan cowok itu, dan berniatmemberikannya.Tapi, ya ampun! Ternyata cewek yang kemarin sore duduk di sebelahElliza, udah lebih dulu duduk di kursi taman itu! Cewek itu membacasebuah majalah yang kemarin Elliza baca.Elliza memberanikan diri duduk di sebelah cewek itu walaupun agaktakut dan ragu. Elliza bertekad untuk bertemu cowok itu, meskipun cewekdi sebelahnya ini kekasihnya! Elliza tak mau berharap banyak kecuali inginberkenalan, dan mau memberikan lukisan wajah cowok itu.Sepuluh menit, dua puluh menit, tiga puluh menit, Elliza duduk di kursitaman itu. Bersebelahan dengan seorang cewek yang entah sedangmenunggu siapa.Sebentar-sebentar,cewek di sebelahnya melihat jamtangannya, lalu kembali sibuk dengan bacaannya.Lima menit kemudian, cewek itu bangkit dari duduknya, lalumerapikan majalahnya. Cewek itu seperti hendak meninggalkan kursitaman itu! Sebelum cewek itu benar-benar pergi, Elliza menahannya.¦Eee ... hai!""Hai ...!""Ng ... kamu lagi nunggu siapa?" tanya Elliza akhirnya, masih malumalu."Maaf, aku nggak nunggu siapa-siapa, kok. Aku emang seneng dudukdi kursi taman ini, sambil baca majalah! Kenapa, ya?""Ooh, maaf.... Ngngng ... boleh tanya, nggak?""Kayaknya dari tadi, kamu udah nanya aku, deh?""Eee ... hehehe maaf. Aku cuma mau tanya, apakah kamu kenal samacowok yang pernah duduk di kursi taman ini tiga atau empat hari yanglalu?".Cewek itu mengernyitkan dahinya, lalu menggeleng. "Maaf, aku nggakpernah merhatiin siapa aja yang pernah duduk di kursi taman ini. Terlalubanyak orang duduk di kursi taman ini. Maaf ya, aku harus pulangsekarang!""Eh, tunggu dulu!" Elliza menarik lengan cewek itu. "Tunggu sebentar!Aku akan mengeuarkan lukisanku dulu. Siapa tahu, kamu ... kenal dia?"Cewek itu tampak bingung menghadapi sikap Elliza. Sejenak, iamenghela napas, menunggu Elliza mengeluarkan lukisan dari dalam tas

Page 6: Cinderella Jakarta

sekolahnya. Lukisan wajah seorang cowok itu Elliza keluarkan, kemudianmenunjukkannya ke cewek itu."Kamu kenal dia?"Cewek itu menatap lukisan, lalu beralih ke Elliza. "Maaf, aku nggakkenal. Dan aku nggak pernah tahu siapa dia! Maaf ... aku harus pulangsekarang!""Terima kasih. Maaf mengganggu waktumu."Cewek itu meninggalkan Elliza. Kini,Elliza duduk sendirian di kursitaman, menunggu siapa tahu cowok yang udah ia lukis wajahnya akandatang. Elliza senang sekali karena si cewek nggak kenal cowok itu!Ellizabahagia sekali, karena ternyata cewek yang sering duduk di kursi tamanitu bukan kekasih cowok yang udah dilukis wajahnya!Elliza menunggu cowok itu sambil mendekap lukisannya. Satu jam,dua jam, tiga jam, dan sore pun berubah malam. Ternyata, cowok yangudah dilukis itu tak kunjung datang.Elliza kesal dan muak sama semua ini! Ia banting lukisan dalamdekapannya, lalu pergi meninggalkan kursi taman itu!Satu menit kemudian, seorang cowok melintasi taman itu. Cowok ituterkejut melihat sebuah lukisan robek teronggok di dekat kursi taman.Meskipun lampu taman agak meremang, cowok itu bisa dengan jelasmelihat lukisan wajah itu. Cowok itu pun bergumam sendiri, "Hah?!Lukisan siapa ini? Kok ... seperti lukisan wajahku? Siapa yangmelukisnya? Indah sekali. Oh, seandainya yang melukis ini seorangcewekCinderella JakartaBAIKLAH, kuharap kalian menikmati cerita ini dengan santai.Siapkanlah susu atau teh manis sebagai teman untuk kalian membaca.Jangan lupa sepotong pizza atau boleh juga pisang goreng. Siapatahu,kalian pengin camilan.Asyik sekali bukan, membaca sambilmenikmati camilan? Yang penting, kalian enjoy, namun tentu saja,tetaplah berusaha agar tubuh nggak terlalu gemuk!Berikut ini akan kuceritakan pada kalian sebuah kisah tentangseorang cewek cantik namun miskin, yang tinggal di rumah gedongansebuah pemukiman elite Jakarta. Cewek cantik itu bernama Tira.Tira berumur sekitar enam belas tahun. Cewek lain seusia Tiramungkin lagi menikmati masa-masa remaja yang indah dengan temanteman sekolah, atau bisa jadi udah punya gebetan. Ehm, gebetan ...?Nggak pernah terlintas dalam benak Tira, memiliki seorang kekasihpujaan hati. Mimpi pun barangkali nggak!Tira menetap di keluarga pengusaha kaya raya sejak umur tiga belastahun, yakni setelah ia lulus SD. Tetangga Tira satu kampungmengajaknya bekerja di Jakarta. Ketika itu, Tira nggak mikirin apapekerjaan yang akan dikerjakan. Ia hanya ikut-ikutan dan berharapmendapat gaji yang akan diberikan pada orangtua di kampung sepertiteman-temannya yang sudah lebih dulu bekerja di kota.Oya, baiknya kalian tahu dari mana Tira berasal. Tira terlahir disebuah desa pesisir utara pulau Jawa, bertetangga dengan sebuahdaerah yang dikenal sebagai lumbung padi. Di desa, keluarga Tirabekerja menanam padi di sawah. Hanya, sawah-sawah yang ditanamipadi itu bukan sawah milik mereka, melainkan milik orang kota. Tak bisa

Page 7: Cinderella Jakarta

diceritakan di sini,entah bagaimana caranya keluarga Tira bisa terbelitutang dan menggadaikan semua sawahnya pada orang kota.Sebenarnya, bukan cuma keluarga Tira yang mengalami nasib pahit ini.Tetangga-tetangga Tira pun mengalami hal yang sama. Itulah sebabnya,anak-anak seusia Tira di desanya pergi ke Jakarta untuk menjadi ...seperti yang saat ini lagi dijalani Tira; Pembantu Rumah Tangga!Tira tinggal di rumah Bapak Sasongko Prawiro, seorang pengusahasukses yang bergerak di bidang otomotif. Di rumah yang sangat luas danberasitek-tur indah layaknya istana kerajaan itu, Bapak Sasongko Prawirotinggal bersama istrinya.Pak Sasongko hanya memiliki satu anak yangdisekolahkan di Inggris.Di rumah Pak Sasongko yang sangat luas itu, meskipun Tira sebagaipembantu rumah tangga,Tira diperlakukan sangat baik. Bapak dan IbuSasongko bahkan menganggap Tira sebagai putrinya. Bagaimana nggak,Tira itu seorang cewek yang cantik,berkulit putih mulus, berbulu mata lentik, beralis bagus, berambuthitam panjang nan tebal dan indah, pokoknya te-o-pe BGT!Setiap kali Bapak dan Ibu Sasongko pergi jalan-jalan ke sebuahtempat, ke hotel atau mal misalnya, Tira selalu diajak. Kerabat dan partnerPak Sasongko yang kebetulan sesekali bertemu dengan mereka pastisalah sangka.Mereka menganggap Tira putrinya Pak Sasongko! Bilamendapat perlakuan seperti itu, Bapak dan Ibu Sasongko senang danbahagia. Bagaimana nggak, Tira itu cantik sekali! Bo lehlah kalo kita sebutCinderella! Bapak dan Ibu Sasongko nggak merasa malu atau sungkanbila orang menyangka Tira putri mereka.SUATU hari ketika musim liburan tiba, Goena-wan Sasongko, putrasemata wayang Pak Sasongko pulang ke Indonesia. Goenawan yangdipanggil Gun oleh orangtuanya itu adalah cowok tampan, cerdas,berperangai sopan, dan nggak sombong. Meskipun anak orang kaya, Gunselalu berpenampilan sederhana. Papanya pernah menghadiahkan Ferariuntuk Gun, tetapi tak pernah mau disentuhnya.Gun bilang, "Aku nggak enak pakai Ferari di Jakarta. Masa sih, setiaplampu merah, harus membuka jendela untuk memberi recehan padapengamen dan pengemis ...T'Orangtuanya hanya tersenyum mendengar alasan putrakesayangannya tidak mau menggunakan mobil pemberiannya. Ketika diJakarta, Gun hanya memakai mobil yang cukup sederhana.Orangtua Gun senang sekali menyambutnya di bandara. Gun punbahagia sekali bisa kembali berkumpul dengan kedua orangtuanya.Ketika tiba di bandara, Gun langsung memeluk papa dan mamanyasecara bergantian. Dan ketika melihat Tira yang menemani mereka, Gunterkejut.Gun bertanya, "Pa Mam Who is she?"Papa dan mamanya hanya tersenyum, lalu mamanyamemperkenalkan Tira."Oya, sorry Mama belum cerita. Ini Tira, pembantu kita yangmenggantikan Mbok Nah. Dia sudah tinggal di rumah kita sejak kamuberangkat, lho!"Gun tersenyum ramah dan terlihat menaruh hormat pada cewek yang

Page 8: Cinderella Jakarta

baru dikenalnya itu, meskipun ia hanyalah seorang pembantu.Setelah itu, papa dan mamanya mengajak Gun menuju mobil. PakSamson, sopir pribadi Pak Sasongko, membawa koper dan barangbarang milik Gun. Tira membantu membawa satu buah koper.Ketika Tira tengah menarik koper itu, Gun mencegahnya."Ini berat sekali. Biar aku aja yang bawa!" ujar Gun setengah berteriak.Tira pun tersenyum dan bilang, "Nggak apa-apa, biar aku bawa. Udahbiasa, kok!""Biar saja, Nak Gun! Tira itu anaknya kuat lho ...?!" kata Pak Samson,sambil terus meng-ikuti langkah Pak Sasongko dan istrinya menuju mobil.Tira akhirnya menarik koper itu dengan sangat antusias. Gun hanyabisa memandangi apa yang dilakukan Tira, sambil teusmemerhatikannya. Gun merasakan dadanya bergetar ....SETELAH menjemput Gun di bandara,malamnya Tira merasakansesuatu yang aneh terjadi pada dirinya.Tira tak mampu memejamkanmatanya. Mendadak di kepalanya selalu terbayang senyum Gun tadisiang! Oh, apakah aku jatuh hati sama anak majikan ?DI kamarnya, Gun merenung dan tak mampu melepaskan sosok Tirawalaupun sekejap. Baru pertama melihatnya, Gun langsung merasatertarik sama Tira. Sejujurnya Gun akui, baru pertama kali dalam hidupnya,bertemu dengan cewek seperti yang selama ini diimpiimpikan.Ternyata,cewek itu tinggal di rumah sendiri!Tetapi, kenapa cewek itu harus pembantu?WAKTU terus berjalan. Sudah seminggu Gun tinggal di Jakarta.Selama seminggu itu, Gun selalu memerhatikan gerak-gerik Tira. Melihatcara Tira mengepel lantai.Mengintip cara Tira menyetrika baju baju.Melihat dari jauh Tira menyiram bunga-bunga di halaman.Gun benar-benar jatuh hati pada Tira! Begitupula sebaliknya, Tiramerasa bersemangat sekali bekerja di rumah majikannya. Apalagi ketikadiperintah untuk melayani Gun. Mencarikan sepatu yang akan dipakai Gun.Mengambilkan buku dari ruang perpustakaan untuk Gun baca. Membawamakanan untuk Gun. Tira suka sekali bisa bersama-sama Gun.Tetapi, Tira selalu menyadarkan dirinya, mem-buang jauh-jauhpikiran yang melesat-lesat di kepalanya, bahwa ia benar-benar sangatmenyukai Gun! Sedapat mungkin, Tira mengenyahkan pikiran yangbersarang dibenaknya!Aku ini siapa? Gun adalah anak majikanku yang kaya raya.Sedangkan aku, cuma ... seorang cewek kampung yang miskin!SINGKAT cerita, kedekatan antara Gun dengan Tira akhirnya diketahuioleh Pak Sasongko dan istrinya. Kedua orangtua Gun telah mendengarkabar dari Angelina yang sudah lama berharap menjadi istri Gun kelakbahwa Gun seringkah mengajak Tirasi pembokat itu jalan ke luar rumah. Ke mal, ke bioskop, dan ketempat-tempat lainnya.Angelina putri kolega Pak Sasongko berhubungan dengan Gun sejakGun masih di Jakarta, meskipun sebenarnya Gun nggak memilikiperasaan cinta sedikitpun terhadapnya. Angelina sangat geram setiap kaliingin bertemu Gun, sementara Gun malah ingin bersama denganpembantunya!Akhirnya, pada suatu hari, Angelina yang berada di rumah Pak

Page 9: Cinderella Jakarta

Sasongko memanggil Tira menghadap mereka."Tira, seharusnya kamu nyadar diri dan ngaca, dong! Kamu itu siapa?!Kamu pikir, selama ini bapak sama ibu nggak tahu ya, kalo kamu seringberduaan ke luar rumah bareng Gun?!" sewot Angelina dengan sorot matapenuh kebencian."Tapi ... walaupun aku keluar rumah, semua pekerjaan udah akuselesaikan seperti biasanya?""Bukan itu maksudnya! Posisi kamu di rumah ini cuma pembantu!Kamu nggak pantas jalan berdua sama Tuan Gun!""Iya, Ra. Mulai sekarang, bapak dan Ibu berharap kamu nggak lagiberdua-duaan dengan Gun. Mengerti kamu?!" tegas Bu Sasongko."BaikPa, Bu. Aku berjanji nggak akan lagi pergi sama Gun."Sejak saat itu, Tira selalu menolak kalo Gun mengajaknyapergi.Namun,Tira tak mau memberikan alasannya.Gun jadi bingung.KEMUDIAN, Tira merasa tersiksa tinggal di rumah majikannya.Apalagi setiap kali Tira melihat sepatu hak tinggi dan gaun indah yangdibelikan Gun, yang rencananya akan ia pakai jalan-jalan bareng Gun.Pergi berduaan dengan Gun, kini hanyalah menjadi mimpi belaka. Sebab,Tira udah janji sama majikannya, bahwa ia nggak mau lagi jalan barengGun.Suatu hari, akhirnya Gun mengetahui kenapa Tira selalu menolaksetiap ajakannya. Gun marah sama Angelina, dan bilang kalo Angelinanggak berhak ngelarang ia pergi sama siapa pun. Gun juga menjelaskanseluruh kegundahan pada orangtua-nya. Tentu aja hal itu membuat mamadan papanya marah besar."Gun, Papa dan mama menyekolahkan kamu jauh-jauh ke Inggrisuntuk menjadi orang pintar! Menjadi seseorang yang disegani. Kamuadalah pewaris Papa dan mama yang mulai beranjak tua ini. Sudahsepantasnya kalau kamu mulai berpikir serius untuk mencari siapa cewekyang akan menjadi istrimu kelak. Kami telah sepakat dengan keluargaAngelina, agar kalian menjadi akrab dan melanjutkan hubungan yanglebih serius. Jadi, untuk apa kamu deket sama pembantu kita itu?!" bentakpapa Gun."Maaf, Pa, Ma, bila kata-kata Gun ini menyakiti perasaan Papa samaMama. Aku ingin berterus terang, kalo hubunganku sama Tira nggakmain-main. Sedangkan dengan Angelina, Gun nggak punya perasaancinta sedikitpun! Dan, Gun merasa menemukan cewek yang selama iniGun impi-impikan. Cewek itu adalah ... Tira!""APA KAMU BILANG?!" Papa dan mamanya terkejut."Ya, Gun merasa mencintai Tira dengan sepenuh hati dan jiwa,"tambah Gun."Dasar, kamu anak keras kepala dan tak tahu balas budi!" papa danmama Gun marah besar. Kemarahan itu nggak hanya dilampiaskan padaGun putra semata wayangnya, namun juga pada Tira. Hingga puncaknya,mereka mengusir Tira dari rumah. Sementara Gun, kembali dikirim keInggris.Duh, cerita ini kayaknya semakin seru aja! Gimana susu atau tehmanisnya? Gimana pizza atau mungkin pisang goreng yang tadi kamusiapin? Cobalah nikmatin dulu, sebelum membaca kelanjutan cerita ini.

Page 10: Cinderella Jakarta

Aku sendiri lagi menikmati sebatang cokelat yang tadi aku beli,sebelummelanjutkan mengetik kalimat berikut-nya.Hmmm ... asyik banget cokelatnya fAkhirnya, Tira meninggalkan rumah majikannya yang luar biasamegah itu menuju rumahnya yang sederhana di kampung. Ketikakeluarganya bertanya mengapa ia pulang, Tira menjawab kalo ia sengajaberhenti karena majikannya pindah.Setelah kembali tinggal di rumahnya, Tira takpernah bisa melupakan Gun. Setiap malam, Tira memandangi gaunindah dan sepatu hak tinggi pemberian Gun. Tira ingat, ketika membeligaun indah dan sepatu hak tinggi itu, Gun bilang kalo ia ingin sekalimengajak Tira jalan-jalan dengan mengenakan gaun indah dan sepatuhak tinggi itu. Tira jadi cantik seperti putri Cinderella!Mengingat semua itu, Tira hanya bisa menangis. Ya, Tira seringmenangis sendirian.Ketika salah satu keluarganya memergoki Tirasedang menangis, mereka menanyakan kenapa Tira menangis. Tiramenjawab, kalo dirinya menangis karena kehilangan pekerjaan.SEMINGGU kemudian, kampung Tira menjadi ramai. Serombongananak berlarian mengikuti sebuah Ferari merah menya-la. Sedan itumenuju rumah Tira! Pak Samson, si pengemudi Ferari itu, tersenyum kearah Tira yang berdiri kebi-ngungan di depan rumahnya. Kebetulan sekali,hari itu Tira sedang mencoba-coba gaun dan sepatu hak tinggi pemberianGun. Dan Tira nggak sengaja memakainya sampai ke halaman rumahnyayang lumayan becek ketika sedan Ferari itu tiba.Beberapa saat kemudian,seorang cowok turun dari dalam Ferari,membawa setangkai bunga danmemberikannya pada Tira."Untuk apa kamu ke sini? Bukankah kamu lagi di Inggris?"Gun menggeleng. "Aku sengaja ke sini mau ngajak kamu jalan-jalan.Asal kamu tau, sebelumnya aku nggak pernah naik mobilku ini. Aku inginjalan-jalan sama kamu dengan mobil ini.""Tapi ....""Sudahlah! Kamu jangan pikirin papa sama mama. Mereka nggak tau.Tenang aja, Pak Samson nggak bakalan ngasih tau, deh!""Tapi ...."Gun mengajak Tira naik Ferari miliknya. Entah bagaimana perasaanTira saat itu, antara takut dan senang jadi satu.Dan maafkanlah aku, karena cerita ini harus berakhir sampai disini.Aku nggak akan melanjutkannya, karena aku harus mengha-biskandua batang cokelat yang belum ku nikmati ini.Unjuk RasaSUDAH tiga hari, murid-murid SMA 1973 nggak masuk kelas. Hampirsemua murid melakukan aksi unjuk rasa. Mereka menuntut DewanSekolah yang dianggap mengeluarkan keputusan sepihak. DewanSekolah menaikan SPP, tanpa kesepakatan orangtua siswa."Ini namanya kesewenang-wenangan!" protes Winy, dengan lantang."Bener, Win! Kita harus meluruskannya!"sambar Nien, tak kalahsemangat."Kalo perlu, kita demo setiap hari sampai mereka mendengar proteskita!" Hilna menam-bahkan.

Page 11: Cinderella Jakarta

"Benar! Jangan berhenti demo, sebelum Dewan Sekolah menarikkeputusannya!" seru Ajeng dengan tangan terkepal."Menurutku ... lebih baik kita masuk aja. Kita kan, masih sanggupmembayar kenaikan SPP itu. Kalo kita demo terus, nanti kita semua akanketinggalan pelajaran."Eugina justru menentang, membuat rekanrekannya marah."Gin! Kalo elo mau masuk, masuk aja sendiri!""Tau nih anak! Nggak solider amat, sih!""Kita memang mampu membayar kenaikkanSPP itu. Tapi, cara mereka yang kita sesalkan!""Selain itu, nggak semua murid di sekolah ini mampu. Iya, nggak?!""BENER!!!"Eugina tak berkutik. Ia manut pada kesepakatan teman-temannya,melakukan protes terhadap keputusan Dewan Sekolah."Kalo kamu nggak mau ikut unjuk rasa ini,nggak apa-apa, Gin!" ujarWiny, dengan tampang asem."Iya Win, apalah artinya satu suara, dibandingin dengan hampirseluruh siswa di sekolah ini!""Ini jelas menandakan siapa sebenarnya siswa yang nggak punyarasa peduli terhadap siswa lainnya."Eugina semakin terkucil. "Oke, deh! Gue minta maaf.Gue akan ikutkalian berdemo!" Eugina akhirnya luluh juga. Sohib-sohib-nya memelukEugina, menandakan bahwa mereka memang kompak.Sejak saat itu, Eugina selalu ikutan unjuk rasa, menuntut agar DewanSekolah membatalkan keputusannya. Bahkan, karena takut dibilangsetengah-setengah, justru Eugina yang menjadi juru bicara dalam setiapunjuk rasa. Dan terus terang aja, Eugina emang ahli bicara. Euginaadalah salah satu siswa pemenang lomba pidato antar sekolah tingkatprovinsi! Selain itu, Eugina juga beberapa kali menjadi juara lomba debat!"Dewan Sekolah jangan hanya memikirkan diri sendiri. Setiapkeputusan hendaknya mendapat kesepakatan para orangtua siswa!Apalagi negara kitabelum terbebas dari krisis. Sehingga, nggak semua orangtua mampumembiayai anak-anaknya sekolah. Jangan menambah beban merekadengan kenaikan yang belum begitu perlu. Aku melihat, alasan DewanSekolah menaikkan SPP demi kemajuan sekolah ini nggak relevan.Karena tanpa menaikkan SPP pun, kita bisa memajukan sekolah ini, yaknidengan cara menunjukkan prestasi setiap siswa. Dan, ini masih terusberlangsung hingga kini, tanpa ada embel-embel kenaikan. Menyangkutbiaya pembangunan sekolah, baik berupa pembangunan gedung-gedungtambahan maupun perawatan, bukankah sudah berjalan? Seluruh biayapembangunan sekolah sudah dipungut dari biaya pendaftaran siswasiswa baru. Ditambah lagi dengan biaya para donatur dari orangtua siswayang mampu! Jadi, buat apa Dewan Sekolah menaikkan SPP?!"Demikian kata-kata Eugina, yang disambut riuh tepuk tangan olehsiswa-siswi yang berunjuk rasa."Gila si Gin-Gin, keren abiiis ...!""Dia bener-bener all out\""Iya, ya?! Ternyata, dia serius ikutan unjuk rasa ini!"Sohib-sohib Eugina bangga padanya.

Page 12: Cinderella Jakarta

Diam-diam, ada seorang cowok bernama Seno yang memerhatikanEugina. Dia adalah cowok yang selama ini menjadi perhatian Eugina danteman-temannya. Siapa sih, cewek-cewek di SMA 1973 yang tak kenalSeno? Seno yang tajir tapi pendiam, dan terkenal sangat rendah hati.Meskipun Seno siswa baru, tuh cowok udah ngerebut perhatiancewek-cewek di 1973.Seusai unjuk rasa di hari yang ketujuh itu, Seno mendatangi Eugina."Hai!"Eugina mendadak sesak napas ketika makhluk bernama Seno itumenyapanya. "Hai!" Eugina membalas sapaan."Gue Seno! Gue seneng banget denger pidato unjuk rasa elo! Hebat!""Ya.""Boleh kenalan, nggak?""Ya." Eugina masih belum bisa bicara apa-apa. Di sudut lain,sohibsohib Eugina melihat keberadaan Seno."Weits! Itu si Seno, kan?" "Eh, lagi ngapain tuh cowok?" "Kayaknya ...serius banget!" "Datengin, yuk ...!" "Ssst ... ntar aja."Keempat sohib Eugina mengintip di sudut koridor sekolah. Seno danEugina duduk di bangku depan kelas, membicarakan tentang unjuk rasa."Aku bangga sama kamu, karena kamu cewek yang cerdas dantegas," puji Seno sambil terus memerhatikan Eugina."Ya.""Nggak semua cewek, atau mungkin cowok sekalipun, yang bisabicara begitu lancar di depan umum seperti kamu, Gin!" tambah Seno."Ya." Eugina masih belum bisa berkata-kata."Oke, deh! Gue cabut ke kelas dulu, Gin!""Ya."Seno meninggalkan kelas Eugina. Keempat sohib Eugina langsungmenghambur mengerubutinya. Mereka memberikan ucapan selamatpada Eugina, karena didatangi Seno!"Gimana perasaan elo didatengin Seno?""Gin-Gin, tau nggak, tiap malem gue mimpiin dia! Taunya dia caper keelo!""Iya, Gin! Nggak percuma elo jadi juru bicara unjuk rasa sekolah kita,sampai bikin cowok kayak Seno merhatiin elo!""Selamat ya, Gin!"Eugina cuma senyum-senyum. Ia nggak nge-rasa tersanjung samapujian sohib-sohibnya.Sebab, Eugina masih saja memikirkan, mengapadi depan Seno tadi ia hanya bisa bilang, "Ya."Di hari yang kesepuluh, unjuk rasa semakin meriah. Karena DewanSekolah masih belum memberikan keputusan, seluruh siswa SMA 1973tetap bersikukuh nggak mau mengikuti pelajaran di sekolah.Sejumlah wartawan mendatangi sekolah. Rupanya, para kuli disketbaru mengetahui unjuk rasa itu, setelah mendapat bocoran dari beberapaorangtua murid yang mengaku resah karena proses belajar anak-anakmereka terganggu.Bahkan, sejumlah orangtua murid ada yang akhirnyaikut berunjuk rasa. Tak ketinggalan,akhirnya sejumlah stasiun televisiswasta meliput unjuk rasa ini.Eugina dipercaya menjadi juru bicara oleh para siswa SMA 1973.Karena sejak hari keempat, dialah

Page 13: Cinderella Jakarta

yang menjadi andalan para pengunjuk rasa. Bicaranya cerdas dantegas. Ia tak pernah kehabisan kata-kata. Saat para wartawan datang,Eugina yang menjadi sorotan."Sebenarnya, kami nggak menginginkan unjuk rasa ini. Bisa Andabayangkan, tak akan ada asap kalo nggak ada api. Benar, kan? Jadi, unjukrasa ini terjadi hingga berlarut-larut seperti sekarang, disebabkan karenaDewan Sekolah seperti nggak mau kompromi!""Dewan Sekolah merasa kecewa pada siswa, karena unjuk rasa inimencoreng nama SMA 1973. Mereka beranggapan, kenaikan SPP itudilakukan demi kemajuan sekolah. Bagaimana menurut komentar Anda?""Sampai kapan unjuk rasa ini berlangsung?" "Apakah kalian nggakmerasa rugi bila setiap hari seperti ini?"Para wartawan media cetak maupun media elektronik,membombardir Eugina dengan rentetan pertanyaan.Dengan tenang, Eugina menjawab, "Maaf, Bapak-Bapak. Satu-satu,ya! Begini .... Kami rasa, kekecewaan Dewan Sekolah nggak berdasarsama sekali. Kenapa mereka mesti kecewa? Yang seharusnya kecewaadalah kami, para siswa. Kenapa Dewan Sekolah harus menaikkan SPPtanpa lebih dulu berunding dengan orangtua murid? Dan, kami pikiralasan menaikkan SPP untuk memajukan sekolah ini cuma isapanjempol belaka! Tanpa harus menaikkan SPP, sekolah ini tetap maju!Dan kaloBapak-Bapak bertanya sampai kapan kami berunjuk rasa, kamimenjawab; sampai Dewan Sekolah mau membatalkan keputusanmereka! Kalopun mereka memaksa untuk tetap pada keputusan itu,mereka harus lebih dulu membawa masalah ini ke dalam rapat orangtuamurid dan Dewan Sekolah! Sudah, ya! Aku rasa cukup. Makasih, BapakBapak.""Maaf, pertanyaan aku belum dijawab.""Yang mana?""Ini, eee ... apakah kalian nggak rugi bila setiap hari seperti ini?""Sejujurnya kami akui, kami merasa rugi nggak melakukan prosesbelajar mengajar seperti biasanya.Namun,satu hal yang perlu BapakBapak catat, bahwa tindakan yang kami lakukan ini pun sebenarnyasebuah pembelajaran! Mengapa aku katakan begitu? Tindakan melawankesewenang-wenangan terhadap pihak yang berkuasa itu memangseharusnya dilakukan! Ini sebagai bekal kami, sebagai siswa yangnantinya jadi mahasiswa! Apakah Anda lupa, siapa yang menggerakkanroda reformasi di negeri ini? Apakah Anda, para wartawan? Atau, BapakBapak yang duduk di gedung wakil rakyat? Tentu semua masih ingat,bahwa mahasiswa lah yang menjadi penggeraknya! Dan Anda, parawartawan, yang membantu menuliskannya di media!"Semua yang hadir manggut-manggut. Satu, dua wartawan gelenggeleng kepala. Merekaagak takjub pada kata-kata seorang siswi yangmenjadi juru bicara unjuk rasa sekolah. Lebih-lebih sohib-sohib Eugina,yang merasa sangat bangga padasahabatnya. Tak ketinggalan, Seno yang selalu me-luangakanperhatiannya, menjadi semakin tertarik pada Eugina!Keesokan harinya, Dewan Sekolah bersedia berunding dengan parasiswa dan sejumlah orang tua murid. Perundingan itu memutuskan

Page 14: Cinderella Jakarta

bahwa kenaikan SPP ditunda dalam waktu yang nggak terbatas.Dikemudian hari akan dibicarakan lagi, pada rapat antara Dewan Sekolahdan para orangtua murid.Kontan, murid-murid seisi sekolah bergembira menyambutnya.Terlebih, beberapa siswa yang merasa keberatan karena ortu merekaorang nggak mampu. Kegembiraan mereka dilampiaskan pada Eugina,yang menjadi juru bicara andalan selama unjuk rasa berlangsung."Gue nggak bakalan melupakan kejadian ini,Gin! Gue bangga punyatemen cewek yang pinter ngo-mong kayak elo! Gue berdoa, semoga suatusaat elo jadi presiden!""Gin! Elo potensial banget jadi politikus!""Makasih. Jangan terlalu berlebihan. Ini semua berkat kerja sama kitasemua!"Sohib-sohib Eugina nggak kalah senangnya. Mereka bangga sekalipada Eugina. Dan ... seorang cowok pun datang memberikan selamatpada Eugina. Siapa lagi kalo bukan ... Seno!Ketika Seno datang, sohib-sohib Eugina menyingkir."Gin, selamat, ya! Oya, waktu liat kamu di berita teve semalem, guenonton sama bonyok gue!Mereka juga terkagum-kagum lho, sama kamu!" "Ya.""Sekali lagi, selamat!"Setelah itu, Seno pergi. Sohib-sohib Eugina kembali mengerubutiEugina. Mereka memberi selamat pada Eugina, karena Seno kelihatannya"ada hati" pada Eugina. Tapi, Eugina ternyata nggak sesenang yangsohib-sohibnya kira. Eugina masih saja tak percaya, bahwa dirinya yangjuara lomba pidato dan kampiun debat itu, yang menjadi juru bicara unjukrasa sekolahnya, ternyata selalu menjadi seperti orang gagu di depanSeno. Di hadapan Seno, Eugina hanya bisa bilang, "Ya". Nggak lebih dariitu!Cewek yang Menunggu PelangiSEJAK siang hingga menjelang sore, cewek itu duduk di berandabelakang rumahnya yang menjorok ke pantai.Aku ingin tahu kenapa di waktu yang sama, ia selalu berada di sana,seperti tengah menanti seseorang yang udah sekian lama nggak datangdatang. Dan bila hari berubah gelap, ia kembali masuk ke rumah, denganraut wajah kelam.Setelah kutanyakan pada salah seorang tetanggaku, barulahkuketahui. Ternyata, cewek itu gagal melihat pelangi!Oh, rupanya cewek itu menunggu pelangi. Kenapa cewek itu selalumenunggu datangnya pelangi?Maka pada suatu sore yang mendung, saat awan hitam berarakbergerak menutupi sebagian langit,aku bermaksud mendatanginya untuksekadar berkenalan. Aku sudah lama menanti saat yang tepat untuk lebihmengenalnya, ketimbang harus tanya sana sini seperti yang selama inikulakukan.Namun sebelum niatku terlaksana, gerimis terlanjur pecah. Titik-titikair tumpah dari langit, meskipun pada saat yang bersamaan matahari dariarah barat menyibak awan. Pada saat yang bersamaan pula, lamatlamat kudapati segores cahaya menghias ujung langit. Cahayanya indahberwarna merah, kuning, dan hijau. Itulah warna pelangi.

Page 15: Cinderella Jakarta

Dari kejauhan, kulihat cewek itu tersenyum di beranda belakangrumahnya, menikmati apa yang ditatapnya. Begitu cantiknya ia, manakalasenyumnya mengembang. Sepertinya, kerinduan yang selama initerpendam, terobati sudah. Oh, dunia ini seolah miliknya!Aku yang bermaksud mendekatinya untuk berkenalan, terpaksamenahan diri. Aku nggak mau mengganggu keasyikan cewek itumenikmati pelangi.DI siang yang lain, saat cuaca cerah, kucoba untuk kembalimendekatinya. Aku ingin menemui cewek itu di beranda rumahnya.Sebagai tetangga barunya, bukan alasan yang dibuat-buat bila akumemperkenalkan diri. Siapa tahu, dia bersedia jadi sahabatku. Sebabsejak tinggal di daerah ini, aku belum memiliki seorang teman yangseumuran denganku.Tetapi, sebelum aku berhadap-hadapan dengannya, seorang cowoklebih dulu datang ke beranda itu, dan terlibat pembicaraan serius dengansang cewek. Cowok itu cukup tampan. Tubuhnya proporsional bakseorang atlet. Ia datang membawa setangkai bunga melati. Aku hanyabisa mengintipnyadari balik bilik beranda samping rumahku.Aku melihat cowok itu memperlihatkan keakraban, mengajak si cewekbicara. Si cowok tampak begitu antusias. Namun, cewek itu takmenunjukkan rasa senangnya.Kukira,cewek itu nggak terlalu suka dengansi cowok. Hal itu ia tunjukkan dengan wajahnya yang selalu memberengut,sepanjang bersama-sama si cowok.Beberapa saat kemudian, si cowok pergi me ninggalkan si cewek.Dan si cewek tampak senang melepas kepergian cowok keren itu. Akunggak tahu kenapa cewek itu terlihat nggak suka sama kedatangan cowokitu. Aku jadi khawatir mendapat perlakuan yang sama kalo mau kenalansama dia. Aku takut cewek itu ngerasa keganggu sama kehadiranku.Siang itu, kembali kutanyakan tentang cewek itu pada orang yangudah lama tinggal di sekitar kediamanku.Aku terpaksa nggak menanyailangsung cewek itu, karena alasan tadi. Dengan orang yang kutanyai ini,kebetulan aku udah sangat akrab. Dia Pak Koko Nata, seorang nelayantua bermata sipit yang ramah, yang namanya seperti orang Jepang. PakKoko Nata berasal dari Palembang."Kamu beruntung bisa melihat cewek itu. Cantik, kan?" puji Pak KokoNata."Bukan masalah cantik atau nggak, Pak. Aku hanya bingung pada apayang ia lakukan setiap siang menjelang sore." "Maksud kamu?""Kenapa dia selalu berada di beranda belakangrumahnya?""Udah Bapak bilang,kalo dia sedang menung-gu pelangi!"Aku menghela napas. Aku masih nggak habis pikir tentang cewek itu."Ya! Cewek itu menyukai pelangi!" ulang Pak Koko Nata."Jadi, setiap sore dia akan berada di beranda belakang rumahnya,hanya untuk melihat pela-ngi?!""Sepertinya begitu! Lagi pula, dia nggak setiap hari tinggal dirumahnya. Hanya waktu liburan, seperti saat ini.""Lho?! Jadi, sebenarnya dia nggak menetap di rumah itu?""Cewek itu tinggal dan sekolah di Jakarta."

Page 16: Cinderella Jakarta

"Bapak tahu siapa namanya?""Eee ... aku tahu, nama cewek itu Elliza. Coba kamu tanyakan sendiri."KALO benar cewek bernama Elliza itu tinggal di daerah ini hanya padawaktu liburan, berarti waktu yang kumiliki untuk bisa mendekatinya hanyatersisa sehari.Besok bisa dipastikan Elliza akan bersiap-siap kembali keJakarta karena waktu liburan udah habis.Aku pun bersiap-siap berangkat ke Jakarta, untuk mencari sekolahbaru. Ayahku memang menginginkan aku bersekolah di Jakarta, meskipun beliau ditugaskan di daerah, tempat aku berada kini. DiJakarta, aku bisa menumpang di rumah paman. Setelah tinggal dansekolah di sana, mungkin aku baru pulang ke rumah ini hanya pada waktuliburan atau di akhir pekan.Sebelum terlambat, baiknya kudatangi cewek itu, yang siang initengah asyik duduk di beranda belakang rumahnya. Aku berharap, mudahmudahan dia mau menerima kedatanganku.Tetapi sebelum kulangkahkan kaki, seorang cowok yang kemarinmembawa bunga datang lagi. Cowok keren itu datang membawa bungalain, yang warnanya berbeda. Dan si cewek seperti biasa, mengacuhkankedatangannya. Hingga akhirnya si cowok pergi meninggalkannya.Bersamaan dengan kepergian si cowok, aku berjalan melintasiberanda rumahnya.Cuaca saat itu mendung. Aku sengaja nggak mampirke berandanya, melainkan berjalan ke arah pantai. Kurasa aku tengahmelakukan trik 1001 cara menaklukan cewek, yang pernah kubaca disebuah buku. Aku mencuri perhatian cewek itu, menyukai apa yangdisukai si cewek. Yup!Aku terus berjalan hingga ke bibir pantai. Aku sengaja nggak menolehke belakang, pura-pura tidak peduli sama keberadaan cewek itu. Akuberharap cewek itu melihatku.Aku duduk pada sebuah batu karang yang mulai tersentuh olehdeburan ombak. Laut hampir pasang. Kulihat guntur membelah langit,memercik seperti las listrik. Gerimis perlahan tumpah membasahi tanah.Aku segera berlari ke arah pohon kelapayang daunnya nggak terlalu tinggi, berteduh di sana.Ketika tubuhku udah merasa aman di bawah pohon kelapa, tiba-tibagerimis berhenti. Matahari perlahan menyembul dari balik awan hitam.Aku kembali ke batu karang semula. Dan sialnya, pada saat pantatkumenyentuh batu karang itu, gerimis kembali tumpah ruah. Gerimis datangmeskipun sang surya bercahaya terang. Dan secara bersamaan,terlihatlah pelangi.Aku kembali berlari untuk berteduh. Tapi, aku ragu melangkah kepohon kelapa itu, karena seseorang telah berada di sana, dudukmenengadahkan wajahnya ke pojok langit. Dia, cewek itu, tengahmenatap pelangi!Kupikir ini kesempatan. Aku tak akan merasa malu untuk berteduh dibawah pohon kelapa itu.Aku udah lebih dulu berada di sana, sebelum iadatang. Menyesal aku telah meninggalkan pohon kelapa itu ketika gerimisberhenti. Harusnya, aku ada di sana sebelum dia tiba. Kukuatkan hatiuntuk berteduh di dekatnya!"Boleh numpang berteduh?" tanyaku pada cewek itu, dan langsungdisambut dengan senyuman. "Silakan."

Page 17: Cinderella Jakarta

Aku berdiri di sebelahnya, kemudian melirik sekilas, mendapatikeceriaan wajahnya yang antusias menatap pelangi. Aku ingin berbasabasi, tapi takut menganggu. Apakah aku harus selamanya berdiam sepertiini? Tuhan menciptakan mulut untuk bicara, bukan untuk makan saja.Kenapa aku jadi seperti kura-kura?"Indah sekali, ya, pelangi itu?!" akhirnya, keluar juga kata-kata darimulutku. "Ya, ya ... indah." "Kamu suka pelangi?""Suka sekali! Kamu?"cewek itu menatapku. Bulu matanya yang lentikseolah menarik-narik bola mataku. Duh, begitu teduhnya tatapan itu.Aku tak kuasa berkata-kata, takjub pada tatapannya.Aku hanyamengangguk pelan,lalu kembali memandang pelangi. Ketikapandanganku tegak lurus menikmati pelangi,cewek itu menatap wajahkulama sekali.Aku tahu karena aku nggak benar-benar menatap pelangi."Kenapa kamu suka pelangi?"tanyaku kemudian."Karena pelangi tak pernah bohong.""Cuma itu?""Karena pelangi selalu setia." "O, ya?""Dan pelangi selalu bisa menyejukan suasana hati. Kalo kamu,kenapa suka pelangi?" cewek itu balik bertanya."Aku ...?""Ya, kamu? Kenapa kamu suka pelangi?""Karena aku sungguh bingung dibuatnya. Kenapa aku suka pelangi,ya? Uh, aku nggak pernah berpikir tentang pelangi sebelum ini. Aku jarangsekali melihat pelangi. Selama di Jakarta, aku nggak pernah menyaksikanpelangi. Lagi pula, untuk apa?"Kok, diem ...?""Kenapa aku suka pelangi ... karena ...." Pikiranku kembali buntu,namun terbersit masakanak-kanak,saat kudengar lagu pelangi menga-lun, "Peiangi-peiangi... alangkah indahmu ... merah kuning hijau, di langit yang biru setelah itu,kembali buntu!"Boleh aku jujur sama kamu, kenapa aku suka pelangi?" katakukemudian, membuat raut wajahnya berubah. Mungkin tumbuh rasa ingintahu yang berkecamuk di benaknya."Ya, kamu memang harus jujur.""Aku suka pelangi ... karena ... keindahannya." Begitulah yangkukatakan padanya, hingga senyumnya tiba-tiba merekah."Aku baru menemukan cowok romantis kayak kamu," ucapnya sambiltersipu."Maksud kamu?""Aku nggak pernah menemukan cowok yang menyukai pelangi kayakkamu." "Begitu, ya?!" Cewek itu tersenyum. "Oya, boleh aku tahu namakamu ...?" Lalu, aku menyebutkan nama. Dan bilang padanya, "Kamupasti Elliza?""Kok kamu tahu nama aku?" Aku tersenyum. Elliza geleng-gelengkepala.SEJAK saat itu, nggak bisa nggak, aku menyukai pelangi. Dan saattinggal di Jakarta, aku selalu mencari pelangi. Kalo rindu sama Elliza, danEllizaternyata sedang sibuk, pelangi-lah yang kucari.

Page 18: Cinderella Jakarta

Seringkah aku menunggu pelangi, namun nggak pernahmenemukannya. Aku jadi bingung, mengapa di Jakarta sulit sekalimenemukan pelangi? Apakah karena Jakarta selalu terang benderangoleh lampu-lampu gedung-gedung bertingkat, sehingga membuat pelangitak mau menunjukkan dirinya.Aku jadi kangen pulang ke rumah di bibir pantai itu, mengajak Ellizauntuk bersama-sama melihat pelangi di sana.CowokYang MenakutkanTRISTAN selalu bikin masalah. Kalo nggak nyindir-nyindir, ada ajayang dia lakuin. Mendenguslah, mendehemlah, bersiul-siul sok merdulah,atau cekikikan dengan anak-anak cowok lain. Jadinya, lama-lama tuhcowok jadi menakutkan!"Hm, boleh juga tuh sepatu?! Warnanya ngej-reng amat! Jadi kayakkue lapis bikinan nyokap gue! Hahaha ...!" itulah komentar Tristan, waktugue pake sepatu pink yang baru gue beli di sebuah mal."Eh, tumben nih ... roknya agak tinggian? Jadi kayak Britney habiskecebur di kali! Hahaha ...!" ini komentar dia waktu gue habis latihancheers."Wuah, rambutnya diponi ni, yee ...! Hihihi lumayan buat ngelindungimuka kalo turun hujan!" ini komentar waktu Tristan ketemu gue di deketkantin.Itu belum seberapa. Malah ada lagi yang lebih nyeremin. Tau nggak,Tristan pernah bilang, "Dhini, mending elo ikutan casting aja, biar bisagantiin Mpok Ati. Lumayan tau, peran jadi ibu-ibu sekarang lagi banyakdibutuhin rumah pro-duksi! Hihihi ...!""Dhini, elo kok, cemberut aja kalo lewat di depan gue? Mendingmanis! Bibir elo tuh, udah kayak dompet tanggung bulan! Hahaha .,,!""Dhini! Kalo dipikir-pikir, elo cakep juga. Sayang, gue nggak pikirin!"Tuh, nyebelin nggak, sih?! Untung cowok yang namanya Tristancuma satu di sekolah gue. Coba kalo ada tiga Tristan. Bisa ko'it gue!Sebenernya, gue pengin ngedamprat dia kalo lagi jahil sama gue.Tapi, gue nggak berani. Temen-temen gue malah ngasih selamat ke gue,atas perlakuan si tengik Tristan sama gue."Elo beruntung, Dhin! Tristan tuh setau gue, anaknya pendiam!" kataChacha, yang ngaku sering banget merhatiin Tristan kalo upacarabendera."Gue nggak percaya kalo Tristan begitu sama elo! Anaknya kan, coolbanget!" Agni malah memuji."Gue tuh mimpi banget digodain Tristan! Sumpeh, deh!" ucap Bungaberapi-api.Audi lain lagi. Dia malah bilang, "Tristan?! Dia itu cowok dambaangue!"Huaaah, bener-bener membingungkan!Sewaktu curhat sama nyokap, beliau malah ceramah tentang masaremajanya. "Dhini, dulu di sekolah Mami juga ada cowok yang ngeselinbanget! Anaknya suka jahil. Mami sebel banget sama cowok itu. Tapilama-lama, Mami suka sama dia. Nggak tau kenapa? Tau nggak, cowokitu siapa? Dia itu papi kamu! Hihihi ...!"

Page 19: Cinderella Jakarta

"Oh, jadi papi itu dulunya sengak juga ya?!""Bukan sengak lagi! Tapi ngeselin, sok, tengil, berlagak, perlente,sirik, dengki ... cumaaa ... diadulunya ganteng, lho!""Uh, Mami kenapa mau sama cowok tengil jahil kayak papi, sih?""Buktinya, ternyata papi orangnya baik banget. Iya, kan?!""Iya juga, siiihEMANG gue akui, Tristan itu cowok yang keren dan lumayan tajir.Kebisaannya banyak. Dan kata anak-anak di kelasnya, dia termasuk anakpinter. Tapi ... kok, kelakuannya ama gue begitu, ya? Kenapa, ya? Apamungkin karena selama ini gue nggak pernah marah diperlakukan begitusama dia? Apa gue mesti melawannya?Oke, mulai besok, gue nggak bakal menghindar lagi kalo ketemu dia.Gue nggak takut lagi! Gue ba-kalan ngedamprat dia, kalo dia kurang ajarlagi sama gue! Gue bakalan marah habis-habisan!Keesokan harinya, gue mencari-cari di mana Tristan berada.Guesengaja mau lewat di depan dia. Gue mau cari gara-gara! Gue udahpanas banget kalo inget dia. Selama ini, boleh aja dia nginjek-nginjek gue.Sekarang nggak boleh lagi! Cowok kayak Tristan musti dikasih pelajaran.Musti digecek! Kalo perlu ditumbuk halus, diberi sedikit lada, dicampurgarem, dikasih cabe rawit, ditaburin cuka, terus disiram pake air panasseratus delapan puluh derajat selsius!!!"Liat Trsitan, nggak?" tanya gue ke salah satu cowok yang biasanongkrong sama Tristan."Belum liat, tuh. Kenapa? Kangen, ya?"Busyet! Kangen? Gila aja kangen sama cowok kayak Tristan?"Eh, jangan macem-macem,ya! Liat nggak, lo?!""Bujug, Non, galak amat?! Nggak liat!""Bilang dong, dari tadi!" Ya, ampun! Ternyata gue galak juga, ya?Tristan nggak berhasil gue temukan. Ke mana ya, tuh cowok? Janganjangan, dia udah punya firasat, kalo pagi ini gue mau melabraknya!Hari ini, Tristan nggak masuk. Kata salah satu temen sekelasnyawaktu gue interogasi Tristan sakit.«StKEESOKAN harinya, Tristan masih belum masuk juga. Begitupunhari-hari berikutnya. Hingga seminggu lamanya, Tristan nggak masuksekolah. Lama-lama, kemarahan gue jadi surut.Sejak Tristan nggak masuk, nggak ada lagi cowok yang jahil samague. Nggak ada yang sirik, dengki, macem-macem, ngeledekin, nyeletuk,atau apalah. Gue bener-bener terbebas dari godaan makhlukmenyebalkan seperti si Tristan itu.Sepuluh hari kemudian, gue ngeliat Tristan di depan kelasnyasendirian. Dia tampak segar bugar. Nggak ada kesan bahwa dia habissakit. Malahan,bisa dibilang tuh anak tambah manis aja! Ups, kok, gue jadi muji-mujisi Brengsek, ya?!Kayaknya, gue mesti lewat di depan dia. Gue pengin tau, apakah diajahil sama gue kayak biasanya atau udah berubah?Gue pun melintas di depan Tristan. Dan ternyata ... dia cuek aja!Gue jadi penasaran. Gue mampir ke kantin. Pesen jus alpukat. Habis

Page 20: Cinderella Jakarta

itu, gue balik lagi ke kelas, lewat ke kelasnya Tristan. Pas mau lewatkelasnya, Tristan keluar kelas, berpapasan ama gue. Tapi, dia cuek aja!Kok, dia cuek aja?!SEJAK kejadian hari itu, gue jadi sering melamun. Kenapa cowokbernama Tristan yang sengak dan tengil itu nggak lagi ngeganggu gue?Apakah dia udah menyadari kesalahannya? Atau jangan-jangan, mungkinkarena penyakit yang dideritanya. Dia kan, nggak masuk sekolah karenasakit. Karena sakitnya itulah dia jadi nyadar. Nggak mau ngego-dain guelagi. Begitu kali, ya?Hm, gue jadi penasaran. Besok,gue mau lewat di depan Tristan lagi.Gue mau ngepang rambut. Dulu, dia pernah ngomentarin rambut gue. Diapernah bilang kalo rambut gue sebaiknya ditutupin topi, biar enak diliat.Tapi, topinya topi proyek! (Yang kayak helm itu, lho!). Ugh!Nah, kalo sekarang gue lewat di depan dia pake rambut kepang dua,siapa tau dia jahil lagi, ngatain rambut kepang gue? Nggak dimacemmace-min aja dia jahil, apalagi ... dikepang dua begini! Yup! Gue coba.Pas jam istirahat, rambut gue minta dikepang dua sama Audi. Guemau melintas di depan Tristan dengan rambut kepang dua. Pasti, diabakalan nyin-dir gue.Ternyata ... udah susah payah dikepang dua dan dikasih pita segala,Tristan cuek-cuek aja! Malahan, kayaknya dia nggak terpengaruh samakeberadaan gue! Sial!Gue semakin penasaran! Gue coba ngegulung tangan baju seragam.Dulu, gue pernah dibilang preman terminal waktu tangan baju seragamgue nggak sengaja terlipat. Hm, gue coba, deh.Ternyata ... Tristan cuek aja!!!Kenapa, ya?! Apakah Tristan udah ngeiupaingue?!Waduh, kenapa justru sekarang gue jadi inget terus sama Tristan?!"Mami bilang juga apa? Kalo kamu digodain cowok, nggak usahditanggepin. Apalagi dipikirin! Nanti, lama-lama kamu bisa seneng samadia," ucap mami waktu gue curhat."Ah, Mami. Siapa sih, yang seneng sama dia?! Dhini cumapenasaran. Kenapa dia jadi berubah.""Itu bagus, kan?" tanya mami."Bagus sih, bagus ... tapi, apa dong, penyebabnya?""Kenapa tanya Mami? Tanya dong, sama anaknya langsung!""Hah?! Tanya sama Tristan?! Amit-amit, deh!" "Jangan begitu, dia itutemen kamu juga!" "Iya juga, sih."Besoknya, gue harus tanya langsung, kenapa Tristan berbuat beginisama gue. Kenapa kemarin-kemarin itu dia sok tengil sama gue.Tibalah saatnya gue ketemu Tristan di depan lapangan upacarabendera. Gue sengaja ngedate-ngin dia pas latihan basket."Tan, gue mau ngomong sama elo!" teriak gue keras.Tristan tampaksok bego.Dia cuma menunjuk-nunjuk dadanya."Iya, sama elo! Gue mau ngomong!" Tristan pun nyamperin gue. Tapisewaktu dia jalan ke arah gue, kakinya tersandung. Dia nyaris jatuh dankelihatan culun dan lucu. Gue sempet senyam-senyum, tapi langsungditahan. Nanti jadi nggak keliatan gahar lagi di depan dia."Ada apa?" tanya Tristan dengan ramah sekali.

Page 21: Cinderella Jakarta

"Gue mau ngomong sama elo, bisa?!""Kayaknya nggak bisa sekarang, deh. Gue lagi latihan.""Kapan bisanya?""Kalo ntar, gimana?""Habis latihan?""Ya. Tapi, gue latihannya sampe sore. Elo tunggu gue, gimana?"Gimana, ya? Gue jadi bingung, nih! Ya, daripada terus penasaran,gue tunggu aja, deh.Lagian, kalo gue maksa ngomong di pinggir lapangan, ntar dikira guekeganjenan ngobrol sama dia."Oke, gue tunggu!""Ya, udah. Gue latihan dulu, ya?"Gila tuh anak! Kok, sopan banget, ya?Akhirnya, gue nunggu Tristan latihan. Temen-temen gue pulang lebihdulu. Boleh jadi, karena hari Sabtu. Mereka pasti pada pengin cepet-cepetpulang.Kok, gue jadi nunggu Tristan, ya?Selesai latihan, Tristan langsung ngajak gue pulang."Boleh nggak, gue nganter elo pulang?" ucap Tristan, sebelum gueberkata-kata."Hah?! Berani-beraninya elo nganter gue pulang?!""Kalo elo mau"Udah, jangan pura-pura jadi orang baik, deh! Gue mau ngomong,nih!""Ngomong aja ... mau ngomong apa, sih?" Gue dan Tristan berhadaphadapan. Sorot matanya begitu tajam. Gue jadi bingung mau ngomongapa, saking silau sama tatapannya."Udah, ngomong aja!"Tiba-tiba, gue lupa mau ngomong apa!"Ya, udah. Ngomongnya ntar aja. Sekarang udah hampir gelap. Gueanter elo pulang, ya?" usul Tristan, lalu berjalan ke halaman parkirsekolah.Gue nurut sama kata-katanya. Gue terus aja ngikutin ke manalangkahnya. Sampai dia nyuruhgue masuk ke mobilnya. Dan gue diem aja sampai mobil jalan, diacengar-cengir sendirian."Tadi, katanya mau ngomong. Udah, ngomong aja!" Tristanmendesak gue lagi.Gue bingung mau ngomong apa. Terus terang aja, gue suka dia jadiberubah baik."Huh, bilang aja pengin dianterin pulangiNggak usah pake alesanmau ngomong segala.""TRISTAN!"Mata gue melotot. Tapi, Tristan malah senyam-senyum. Gue luluhsama senyumnya yang manis itu. Siaaal ...!Bekas KorengDUA benci banget sama bekas koreng yang ada di kedua lututnya.Pasalnya, ia jadi nggak berani pakai rok pendek lagi ke sekolah. Selamaini, Dita selalu pakai rok yang tingginya di atas lutut. Tapi setelah adabekas korengnya itu, ia jadi nggak pede lagi pake rok pendek!

Page 22: Cinderella Jakarta

Bekas koreng itu sangat jelas terlihat ketika lututnya terbuka.Bentuknya bulat sebesar telur puyuh, melingkar pas di bagian depantempurung kedua lututnya. Hal itu terjadi akibat Dita jatuh dari sepedawaktu boncengan sama Pepen. Dita jatuh dengan posisi lutut membenturtanah aspal kompleks perumahan. Kedua lututnya berdarah hingga lamakelamaan jadi koreng.Salah Dita sendiri yang menyebabkan luka di kedua lututnya itu jadikoreng. Saat Dita jatuh dari sepeda, ia nggak bilang papa-mama.Alasannya takut, sebab papa dan mama pernah melarang Ditaboncengan sepeda sama Pepen. Sepeda cowok yang Dita taksir itu nggakada jok belakangnya. Dita sering boncengan sama Pepen, berdiri padabesi yang dipasang di bagian tengah ban belakang sepeda itu.Peristiwa malang itu terjadi waktu Pepen mengayuh sepedanyakencang-kencang, dan lupa mengerem saat melintasi "polisi tidur". Hal itumenyebabkan ban depan sepeda terangkat, lalu Dita terpelanting kebelakang, terjatuh dengan posisi kedua lutut membentur aspal!Berhari-hari Dita menutupi kedua lututnya dari papa dan mama.Begitupula terhadap teman-teman di sekolah. Setiap hari, Dita memakairok panjang untuk menutupi lukanya. Dita hanya mengobatinya denganplester dan obat merah. Namun suatu malam, mamanya mendengarrintihan Dita di kamar. Mama masuk dan memergoki Dita tengahmembuka plester yang menutupi lukanya. Luka di kedua lutut itu bukannyasembuh, tetapi malah menjadi koreng!Malam itu juga,mama dan papa membawa Dita ke dokter. Menurutdokter, luka Dita mengalami infeksi. Tetapi, dokter bisa menanganinya,Dita diberi obat secukupnya dan disarankan istirahat di rumah dulusebelum luka itu sembuh. Dita pun izin nggak masuk sekolah. Karenanggak masuk sekolah, akhirnya teman-teman dekatnya jadi tahu kalo Ditakorengan.Setelah tiga hari nggak masuk sekolah,luka itu mengering. Dan Ditasenang bukan main karena nggak merasakan nyeri lagi. Hanya,luka itumembekas. Menurut dokter, hal itu terjadi karena luka itu tadinya telah jadikoreng!Karena bekas koreng itulah, Dita jadi nggak berani pakai rok pendekke sekolah. Ia malu kalo semua temannya melihat bekas koreng.Sementaraitu, kalo pakai rok panjang terus, Dita juga merasa jengah. Jengahpada teman-temannya yang biasa melihat Dita pakai rok yang panjangnyadi atas lutut. Jadi serba salah!"Kamu kan, bisa pake rok panjang, Ta," nasihat mamanya, waktuDita mengeluh soal bekas koreng yang masih sangat kentara di kedualutut-nya itu."Malu sama temen-temen, Ma. Nanti diledekinlagi!""Masa sih, orang pake rok panjang diledekin?!" "Bener lho, Ma. KaloDita pake rok panjang terus, dikiranya kaki Dita masih korengan!" "Terusgimana, dong?!""Mungkin Dita perlu operasi plastik. Biar bekas korengnya nggakkelihatan lagi!""Operasi plastik?!" Mama terbengong-bengong mendengar Dita

Page 23: Cinderella Jakarta

mengusulkan operasi plastik. Jelas aja mama jadi mendadakterbengong-bengong kare na biaya operasi pasti mahal. "Apa nggak adajalan lain, Ta? Apa nggak nunggu hilang sendiri aja?!""Kalo bisa hilang! Kalo nggak bisa? Apa Dita harus seumur-umurpake rok panjang?!""Cewek yang selalu pake rok panjang belum tentu lebih jelek daricewek yang pake rok pendek, Dita! Apalagi anak sekolahan!""Uh, bilang aja Mama nggak sayang Dita lagi!""Dita! Kok, kamu ngomong begitu?""Mama sih, nggak pernah mau serius nolongin Dita. Bujuk papa, kek!""Ya udah. Nanti Mama bujuk papa buatmengoperasi plastik kedua lututmu, biar bekas korengnya nggakkelihatan lagi!" "Nah! Gitu, dong!"TERNYATA, papa nggak setuju kalo Dita harus operasi plastik segala.Papa justru menyarankan agar Dita bersabar. Kata papa, seperti katamama tempo hari, bekas koreng yang tumbuh di kedua lututnya bisahilang sendiri."Kalo nggak diobatin mana bisa hilang, Pa?!" protes Dita, denganmulut manyun."Papa juga dulunya sering korengan di lutut. Nih, lihat lutut Papa!Waktu seumuran kamu, papa masuk tim sepak bola, jadi penjagagawang. Papa sering jatuh hingga lutut Papa sering luka. Dulunya jugapernah korengan kayak lutut kamu. Tapi, lama kelamaan hilangsendiri!Nih,lihat!"Papa menunjukkan lututnya pada Dita."Ih, lutut Papa kan, item! Lagian, Kaki Papa banyak bulunya! Jadinggak keliatan bekas korengnya! Kalo lutut Dita putih mulus, Pa! Dannggak ada bulunya! Pasti bekas korengnya nggak bakalan bisa ilang!""Waduh, Ta! Kamu kok, menghina Papa, sih?! Ya udah, deh! Yangjelas,Papa belum punya uang buat biaya operasi lutut kamu! Papasarankan, kamu cari dulu obat-obat murah, lotion atau apa kek, yang bisamenghilangkan bekas koreng itu!""Iya, Ta. Mending kita cari cara lain dulu sebelum dioperasi! Dansebelum bekas koreng itu benar-benar hilang, kamu pakai rok panjangdulu!"Dita nggak menjawab, tapi cuma cemberut. Abis, mau gimana lagikalo papa diam, mama nggak punya uang buat operasi lutut itu. Akhirnya,ia menghubungi sahabat-sahabat dekatnya, siapa tahu bisa mencarikanjalan keluar."Gue rasa, mama-papa elo bener, Ta. Sebaiknya, elo berobat luardulu, daripada mikirin biaya operasi yang pasti mahal itu," saran Titi."Bener, Ta! Nanti kita cari di apotek aja, siapa tau ada obat yang bisamenghilangkan bekas koreng elo," ujar yang lain."Minum suplemen bervitamin E aja, Ta!" tambah yang lainnya lagi.SETELAH keluar masuk apotek, ternyata Dita nggak nemuin obat yangmujarab buat musnahin bekas koreng terkutuk itu dari kedua lututnya. Ditasungguh merasa tersiksa lahir batin karena ulah bekas koreng itu.Sepertinya,memang nggak ada jalan lain kecuali operasi plastik! Uh, kaloaja papa dan mama mau membiayainya.Karena bekas koreng itu belum juga hilang, akhirnya Dita selalu pakairok panjang. Dita pernah mencoba pakai rok pendek. Tetapi, setiap kali ia

Page 24: Cinderella Jakarta

melihat bekas koreng itu, ia segera menggantinyalagi dengan rok panjang. Rasanya bener-bener jelek kedua lututnyaini,yang keduanya dihiasi oleh bekas koreng.Dita jadi nggak pernah lagi mengikuti kegiatan-kegiatan di luarsekolah sejak ia pake rok panjang. Ia enggan ikut cheerleader lagi danmenolak setiap anak-anak mengajaknya ke pesta.Ia malu nongkrong dimal seperti dulu. Karena menurutnya, memakai rok panjang itu kayakdandanan ibu-ibu arisan yang pakai kain dan kebaya! Dengan begitu, Ditanggak lagi berpikir tentang cowok.Menurutnya, tak ada lagi cowok-cowok keren suka padanya. Sebab,meskipun Dita lumayan manis, ia punya bekas koreng di kedua lututnya.Termasuk Pepen, cowok sekompleks yang udah jarang main lagibersamanya. Mungkin Pepen tahu kalo lutut Dita pernah korengan?Wah,nggak bertanggung jawab amat tuh cowok!Tetapi ternyata, Dita ngerasa terheran-heran ketika suatu harimendapat sepucuk surat di kolong mejanya. Apalagi surat itu dari Acid!Siapa sih, yang nggak kenal Acid, jagoan nge-band di sekolahnya?! Yangkalo udah nyanyi, suaranya bisa bikin penonton cewek berteriak-teriak histeris!"Gue rasa, Acid emang ada hati ke elo, Ta!" ujar Titi, saat mendengarcerita Dita. "Soalnya, Acid sering nitip salam lewat gue!""Ah, masa?! Kok, elo nggak pernah cerita?""Abis, gue juga suka sama Acid!""Ya udah, elo ambil aja!""Eits, bentar dulu, Ta!" Titi menarik lengan Ditayang ngambek itu. "Sekarang, gue sadar, Ta. Kalo Acid itu lebih sukasama elo daripada gue. Seperti yang ada di surat elo itu. Acid suka samacewek yang pake rok panjang kayak elo. Dan dia justru benci sama cewekyang pake rok mini kayak gue! Uh, sebel! Kalo tau begitu, gue pasti selalupake rok panjang terus!""Ya udah, Ti! Elo pake rok panjang terus aja kayak gue!""Udah terlambat, Ta! Nanti dikiranya gue pake rok panjang gara-garaAcid, lagi!""Tapi, Acid tau nggak ya, kalo gue pake rok panjang karena punyabekas koreng di kedua lutut gue?!""Wah, gue nggak tau!""Kalo dia tau, gimana?!""Elo jujur aja!"Akhirnya, Dita emang bener-bener jujur ketika ketemu Acid. Danternyata, di luar dugaan Dita,Acid nggak peduli apakah lutut Dita adabekas korenga-nya apa nggak.Sebab Acid bilang,Dita tetep terlihat manisdi matanya, meskipun apakah ia pernah korengan apa nggak!Uh, akhirnya Dita sangat bersyukur pernah memiliki koreng. Sebab,kalo nggak pernah korengan dan akhirnya berbekas, belum tentu Ditapunya te-men cowok sebaik dan se-oke Acid. Kalo dulunya Dita nggakpunya bekas koreng, belum tentu Dita selalu pake rok panjang ke sekolah!Pada akhirnya, setelah sering jalan bareng pas pulang sekolah, Ditadan Acid jadian. Dita senengbukan main. Ia pun menceritakan sama papa dan mamanya. Danbisa diduga, papa dan mamanya nggak setuju!

Page 25: Cinderella Jakarta

Papa dan mama yang sekarang ini udah punya dana buat ngoperasibekas koreng kedua lutut Dita itu, nggak rela Dita punya pacar. Merekamembujuk Dita buat mutusin hubungan.Sebagai imbalan, bekas korengkedua lututnya itu akan dioperasi plastik!"Dita udah nggak butuh lagi operasi-operasian, Pa, Ma!""Kamu nggak nyesel?!""Nggak, Ma!""Ya udah! Kamu boleh berteman dekat dengan cowok, tapi harus hatihati!""Iya, Pa! Tenang! Nanti, Dita ngenalin Acid ke Papa dan Mama!"Mendengar penjelasan Dita, papa dan mama nyerah. Namun, papadan mama nggak ngerti mengapa tiba-tiba Dita berubah pikiran. Mengapa Dita nggakmau dioperasi seperti yang pernah ia inginkan."Jadi, elo nggak mau bekas koreng di kedua lutut elo diilangin, Ta?!""Bukannya nggak mau, Ti! Nih, elo liat sendiri!" Dita membuka rokpanjangnya hingga ke atas lutut.Ternyata ... kedua lututnya yang bagus... nggak ada bekas korengnya lagi. Lututnya mulus seperti nggak pernahkorengan!"HAH! Bekas koreng elo udah nggak ada! Kok, papa sama mama elonggak tau?!""Ssst! Yang tau cuma elo dan Acid, ya! Nanti kalo Acid dateng kerumah, baru gue kasih taumereka. Biar surprise]""Terus, elo kok, nggak pake rok pendek lagi?!""Nggak, ah!""Pasti karena Acid, ya?!""Nggak juga! Acid juga suka kok, gue pake rok pendek. Asal nggakkependekan. Dan, sebenernya justru Acid yang nganter gue ke dokterspesialis kulit waktu gue terus terang ke dia, kalo gue punya bekaskoreng!""Hah?! Beruntung banget elo punya koreng.""Hus!""Eh, maksud gue ... punya cowok care kayak Acid!""Ini kan, yang disebut hikmah, Ti! Acid bilang, setiap apa yang terjadimenimpa kita, meskipun musibah sekalipun,pasti ada hikmahnya! Guebersyukur banget pernah punya koreng di kedua lutut gue!""Aaah mau dong, punya koreng!""Hus! Apa-apaan, sih?! Punya koreng tuh nggak enak, tau!""Iya! Gue cuma bercanda. Sekarang, gue ngerti. Gue yang pernahsombong karena nggak pernah punya koreng kayak elo, ternyata nggaklebih beruntung dari elo!"Ojek CewekDPA yang bisa dilakukan cewek sebatangkara yang nggak punya lagisanak saudara? Apakah harus mengemis? Apakah harus merengekrengek minta tolong pada orang-orang yang ditemuinya? Atau, datang keyayasan untuk sekadar mendapat bantuan dana?Nggak. Tatu nggak mau melakukan itu semua. Tatu adalah seorangcewek yang kuat. Tatu yang sempat menangis bermalam-malam karenateman, kerabat, dan seluruh keluarganya tewas secara mengenaskan diAceh itu, tetap sabar dan tabah menjalani hidup. Tatu harus bisa survive.

Page 26: Cinderella Jakarta

SIANG cukup terik. Tatu pulang dari sekolah dengan perut kosong.Nggak ada uang sepeser pun yang tersisa di rumah kosnya. Mestinya,hari ini kiriman wesel dari Aceh udah tiba. Seharusnya, semuanya baikbaik saja kalo gempa dan gelombang tsunami enggak meluluhlantahkanrumah keluarganya di Banda Aceh.Di tempat kosnya ini, Tatu nggak tinggal sendirian. Tatu yang sekolahdi sebuah SMA di pinggiran Jakarta, ikut keluarga kakaknya. Namun, kakakdan istri serta anak-anaknya saat ini tengah berkunjung ke Acehmenengok keluarga besar yang jadi korban tsunami.Tatu kini sendirian dan nggak ikut sama kakaknya pulang ke Aceh,karena Tatu nggak ingin bolos sekolah. Lagi pula,kakak Tatu berjanjinggak lama di Aceh,nggak lebih dari dua minggu. Dan yang terjadi, hinggasaat ini Tatu nggak pernah dapat kabar dari kakaknya, ataupun keluargalainnya. Sejak sambungan telekomunikasi diberitakan terputus, Tatunggak pernah mendapat kabar apa pun. Dan kini, semuanya udahjelas.Tatu nggak bakalan dapat kabar dari keluarganya. Tatu bisa lihatsendiri melalui televisi, kalo daerah tempat rumahnya berada, kini udahrata dengan tanah.Siang ini, Tatu harus mengisi perutnya. Tatu udah mempersiapkansegala sesuatunya untuk bisa bertahan hidup. Kakak Tatu memilikisepeda motor. Tatu jago naik sepeda motor dan mau coba jadi pe-ngojekmotor buat cari uang, buat nyambung hidup. Caranya gampang,Tatu ikutmangkal di tempat ojek!Apakah bisa?Selama ini, memang nggak pernah ada cewek jadi tukang ojek motordi daerah tempat tinggalnya. Dan Tatu sebenarnya nggak mau membuatsejarah. Tatu nggak mau disebut sebagai cewek yang memeloporipengojek cewek. Makanya, Tatu memutuskan akan merombakpenampilannya jadi cowok!Nggak susah bagi Tatu. Tatu punya jaket dan topi serta kacamatahitam yang bisa menipu mata calon penumpang. Tatu adalah cewek Acehyang kulitnya lumayan gelap. Wajahnya nggak secantik Cut Tary, atau CutCut artislainnya. Boleh dibilang, Tatu memang lebih mirip cewekkelahiran Jawa. Bisa jadi, karena ayah Tatu yang pensiunan tentara ituemang orang Jawa yang menikah dengan cewek Aceh.Gen ayah lebihkuat dari ibu. Tatu pun terlahir sebagai blasteran Jawa-Aceh.Selama ini, Tatu nggak pernah mengeluh kalo dirinya nggak secantikteman-temannya, atau artis sinetron Aceh yang cantik-cantik itu. Dan saatini, Tatu justru bersyukur pada Tuhan, karena dikarunia bentuk serta rautwajah seperti yang kini dimilikinya. Penyamaran yang Tatu lakukan akanberjalan dengan baik dan lancar.Tatu akan menjadi pengojek denganpenampilan cowok.<*>.NGGAK akan ada orang lain yang tau siapa Tatu, kecuali PakAnggoro. Pak Anggoro adalah lelaki tua yang udah lebih dari sepuluhtahun menjadi tukang ojek. Pak Anggoro tinggal nggak jauh dari rumahkos kakak Tatu. Tatu udah bilang ke Pak Anggoro, kalo ia mau ngojek. PakAnggoro nggak percaya apa yang dikatakan Tatu. Dan tentu saja, PakAnggoro nggak pernah nyadar kalo Tatu itu cewek Aceh yang keluarganyahabis diterjang gem-

Page 27: Cinderella Jakarta

pa dan gelombang tsunami."Nak Tatu mau ngojek? Mana mungkin bisa? Nak Tatu kan,perempuan ...?" ujar Pak Anggoro, ketika Tatu mengutarakan isi hatinya."Tatu bisa kok, Pak. Ngojek itu kan, yang penting bisa naik motor. Danaku juga bisa. Bapak lihat sendiri, gimana aku naik sepeda motor?""Ya. Bapak sering lihat kamu naik sepeda motor. Tapi"Udahlah ... aku bisa kok, ngubah penampilan jadi laki-laki. Itumasalah kecil." "Tapi"Bapak nggak usah khawatir. Yang penting, aku diberi kesempatanuntuk ikut ngojek di pangkalan."Pak Anggoro menatap wajah Tatu dengan luar biasa herannya. PakAnggoro seperti nggak ngerti kenapa Tatu begitu memaksakan diri untukbisa menjadi tukang ojek seperti dirinya.Hingga akhirnya, Pak Anggorojadi merasa kasihan melihat Tatu."Kalo kamu butuh uang, Bapak mau kok, minja-min uang.""Aku nggak mau menyusahkan Bapak.""Kalo cuma buat makan sih, Bapak punya. Memangnya, saudarasaudara kamu pada ke mana? Kayaknya, beberapa hari ini Bapak nggakmelihat orang-orang yang tinggal bareng kamu."Tatu jadi gugup mendengar pertanyaan Pak Anggoro. Tatu takut PakAnggoro tahu kalo dirinya anak Aceh yang seluruh keluarganya telahmusnah."Pak Anggoro tahu, kalo saya dan kakak saya itu pendatang baru didaerah ini. Nah, sekarang inikakak saya sedang ke rumah famili di Sumatra. Kalo kakak sayakembali, saya juga nggak mau menjadi tukang ojek. Pasti kakak sayamarah besar.""Ke mana kakak kamu? Ke Sumatra?"Tatu mengangguk pelan. Setelah itu, Tatu menunduk.Pak Anggoro kembali berkata, "Mudah-mudahan bukan ke Aceh atauke Sumatra Utara yang kena musibah itu. Baiklah, kalo kamu ngotot maungojek, silakan. Tapi ingat ya, kamu harus ngubah penampilan sepertilaki-laki. Ya udah, Bapak ke pangkalan dulu. Nanti, kamu nyusul saja! Kaloada apa-apa, bilang,Pak Anggoro yang punya pangkalan ojek!"Tatu mengangguk. Tak terasa, air mata haru tumpah ke pipinya.Tatusegera melangkah ke kosan sambil melap air matanya. Ia akanmerombak penampilannya menjadi cowok.Di kamar kosnya, Tatu menatap dirinya di cermin."Aku ini cewek Aceh! Aku harus kuat.Aku harus seperti Cut NyakDhien! Harus setegar Cut Meutia! Aku nggak mau jadi cewek Aceh yanglemah! Aku nggak mau ngemis-ngemis sama orang lain. Beruntung kakakpunya sepeda motor. Aku siap mencari rezeki yang udah di-siapin Tuhan."Memang, jalan satu-satunya bagi Tatu adalah menjadi tukang ojek.Semua makanan dan minuman yang ada dikosannya udah ia habiskan.Tatu nggak mau menjual barang-barang yang ada di rumah kos kakaknya.Sebab, Tatu merasa bertangung jawabmenjaga barang-barang ini, dan masih memiliki harapan, kelakkakaknya akan pulang membawa seluruh keluarga,datang dari Acehberkunjung ke rumah kos di pinggiran Jakarta. Tatu pun berharap semuaorang yakin kalo keluarganya bukanlah orang GAM. Sehingga, nggak

Page 28: Cinderella Jakarta

harus repot-repot mendapat pemeriksaan di perbatasan, seperti yangselama ini dikeluhkan keluarganya.Tatu udah siap bertempur di pangkalan ojek. Jilbabnya udah tertutuprapi oleh topi. Setelah itu, ditindih dengan helm. Karena Tatu anak baru disekolahnya, mungkin juga nggak akan ada seorang anak pun yangmenyangka ada anak cewek jadi tukang ojek!Setelah selesai menghias penampilan wajah, Tatu mengambil jaketkakak laki-lakinya. Lalu, memakainya dengan kerah dibiarkan berdiri.Sepatu kets dan celana jins yang kebesaran pun dikenakannya. JadilahTatu sebagai tukang ojek yang siap menarik penumpang.Tatu bergegas menghidupkan sepeda motor. Dan berangkatlah iamencari uang.Tiba di pangkalan ojek langsung bertemu dengan PakAnggoro. Kalo bukan Tatu yang menegur lebih dulu, Pak Anggoro enggakakan mengenali. Sebab, penampilan Tatu benar-benar seperti tukang ojekkebanyakan."Kamu ...." Pak Anggoro geleng-geleng kepala. "Kamu bener-benerluar biasa. Bapak jadi ingat sama pahlawan-pahlawan perempuan tem-podulu!"Tatu cuma tersenyum.Beberapa saat kemudian, tukang ojek lainnyamengerubuti Tatu dan Pak Anggoro. Pak Anggoro pun mengenalkanTatu pada semua tukang ojek sebagai keponakannya. Tukang ojek itumengangguk-angguk mengerti meskipun mungkin merasa keberatankarena ada saingan baru.SETENGAH hari Tatu ngojek. Tatu bersyukur karena bisa membawacukup banyak penumpang. Di antara penumpang-penumpang itu, Tatumenarik penumpang yang tak lain teman sekolahnya, dan ada jugagurunya.Mereka nggak mengenali Tatu! Ini benar-benar luar biasa. Ternyata,doa Tatu dikabulkan Tuhan. Tatu memang berharap semua orang, kecualiPak Anggoro, nggak mengenali dirinya."Gimana, Nak ... lumayan hasil ngojeknya?" "Alhamdulillah, ini semuaberkat bantuan Pak Anggoro.""Kalo kamu masih mau ngojek, besok kamu bisa ngojek lagi.""Boleh?""Ya, boleh! Yang penting, sekolah kamu nggak keganggu."Sepulang ngojek, Tatu mampir di tempat makan. Di tempat makan ituada televisi. Kebetulan, menyiarkan tentang gempa dan gelombangtsunami yang terjadi di Aceh. Tatu cuma melirik layar televisi itu sebentar,Tatu tak kuasa berlama-lama menyaksikan orang-orang di daerah-nya yang terlihat sangatmenyedihkan.Setelah makan, Tatu bergegas menuju rumah kosnya. Tatuberpikir, seandainya ia terus menjadi tukang ojek, Tatu yakin ia bisamenghidupi dirinya. Seperti Pak Anggoro yang mengaku sebagaipensiunan pegawai negeri rendahan, yang ternyata mampu mencaritambahan penghasilan jadi tukang ojek.Sepanjang perjalanan menuju rumah kosnya, Tatu menemui banyakpanitia penggalangan dana Aceh. Setelah membayar makanan di warungmakan tadi, Tatu masih memegang sisanya. Tatu udah menghitunghitung, bisa untuk makan pagi dan ongkos ke sekolah besok. Dan itu pun

Page 29: Cinderella Jakarta

masih ada sisanya sedikit.Pada salah satu peminta-minta amal untuk korban Aceh di pinggirjalan itu, Tatu merogoh saku jaketnya. Lalu, mengeluarkan sedikituangnya untuk disumbangkan ke Aceh. Tatu sungguh bersyukur bisamembebaskan dirinya dari bantuan orang lain, dan bahkan mampumembantu saudara-saudaranya yang tertimpa musibah, meskipun takbanyak.Tatu merasa harus jadi cewek Aceh yang tegar dan kuat, dan takpernah jadi lemah, seperti tokoh-tokoh pahlawan wanita asal Aceh yangterkenal gigih dan nggak kenal putus asa.Aku Ingin Kau MembencikuKURASAKAN malam semakin pekat. Awan hitam menggulungcakrawala, melenyapkan cahaya rembulan dan bintang gemintang. Anginberembus perlahan, membuat sam-pah plastik beterbangan.Kuperhatikan para pedagang kaki lima mulai merapikandagangannya, berkemas-kemas untuk pulang. Aku berada tak jauh darimereka, menyandarkan tubuh pada sebuah dinding ruko. Napasku turunnaik begitu cepat, seiring degup jantung yang berdetak-detak. Kuremasremas kepalaku, sesekali membenturkannya ke tembok. Pusing!Aku berjalan menyusuri jalan-jalan di sepanjang ruko-ruko untukmenghilangkan penat. Para pedagang makanan, warung-warung tenda,satu demi satu meninggalkan tempat mereka berdagang. Aku sendiriterus saja berjalan, melangkah tiada tujuan. Pikiranku kembali teringatpada kejadian tadi sore, ketika Anna menemuiku di tempat aku biasaparkir.Anna, dengan sedan BMW-nya, menemuiku dengan bermaksudmengajakku jalan-jalan. "Cuma nemenin aku, Kum," bujuk Anna. "Akunggak bisa, An.""Kenapa?""Ya ... nggak bisa.""Mesti ada alasannya, dong!""Nggak bisa ... ya, nggak bisa aja.""Oke deh, gini aja, sore ini kamu nganter aku, ntar pulangnya akukasih ongkos, lebih besar dari pendapatan parkir kamu sore ini! Gimana?""ANNA?!" aku berteriak, ngerasa tersinggung."Maaf, Kum, aku cuma pengin kita jalan-jalan. Itu aja.""Tapi, bisa di lain waktu. Nggak harus sekarang, kan?"Anna memandangku sesaat, lalu menepiskan tangannya dengan rautwajah marah. "Kalo nggak mau, ya udah!"Anna membanting pintu sedannya, lalu melajukannya ke luar arealparkir warung tenda yang terletak di sekitar ruko-ruko itu."Kum, Markum! Cewek bening gitu kok, disia-siain?!" ledek KangAsep, penjual sea food yang tadi mergokin aku sama Anna.Aku nggak meladeni Kang Asep. Menghela napas sebentar yangterasa sesak, lalu meninggalkan areal parkir.Sejak kelas dua SMP, aku udah menjadi tukang parkir. Menjadi tukangparkir kulakoni demi menyambung hidup diri dan keluargaku. Membiayaisekolahku,adik-adikku,dan ibuku yang sakit-sakitan. Saat ini, aku kelastiga SMA. Aku bangga karena mampu membiayai sekolah sendiri. Duaadikku yang beranjak besar, mengikuti jejakku menjadi tukang

Page 30: Cinderella Jakarta

parkir. Maka, sedikit demi sedikit, pengeluaranku berkurang. Namun,sejak ibuku berobat jalan, aku harus lebih giat lagi. Kalo biasa-nya akupulang pukul sepuluh malam, kini aku baru kembali pukul dua belas. Kalobiasanya aku mengantongi dua puluh lima ribu, aku bisa mendapat tigapuluh lima sampai lima puluh ribu rupiah. Apalagi kalo malam Sabtu ataumalam Minggu, aku bisa mendapat lebih dari itu. Dengan begitu, aku bisamengatasi biaya pengobatan ibu.Hanya, kalo aku pulang malam, besoknya Tetapi semua temankumaklum, karena mereka tahu bahwa aku adalah seorang tukang parkiryang pulang larut malam! Termasuk Anna.Anna adalah teman sekolahku, hanya berlainan kelas. Anna tahu kaloaku ini tukang parkir. Tapi, itu tak menyurutkan dirinya temenan denganku.Semua anak di kelasku akhirnya tahu kalo Anna suka padaku. Begitupunaku, senang punya temen secantik dirinya. Hanya, aku selalu merasanggak enak berdua-duaan sama Anna, cewek cakep anak orang kaya itu.Semua teman di sekolahku mengatakan bahwa aku memiliki wajahyang lumayan tampan. Selain itu, tubuhku atletis dan berisi. Aku jagotaekwondo dan basket. Di sela-sela markir, aku berlatih main basket diareal parkir. Untuk latihan taekwondo, aku menyempatkan ikut latihansetiap Minggu pagi. Sejak ikut latihan kelas dua SMP, kini akumenyandang sabuk hitam dan dua!Perihal hubunganku sama Anna, bukan rahasialagi. Karena akhirnya semua anak di sekolah, guru-guru, para pemilikwarung tenda di tempat aku biasa parkir, tahu kalo Anna kekasihku.Bahkan, ibuku pun tahu. Sebab, bukan sekali dua kali Anna datang kerumahku. Anna sempat masuk sekolah, aku pasti mengantuk di kelas,pula mengantar ibuku ke rumah sakit dengan sedannya.Namun begitu, tampaknya kedua orangtua Anna nggak suka Annaberhubungan denganku. Orang tua Anna mengetahui hubungan putrinyadari Alek, salah satu cowok sekelas Anna. Alek cukup tampan dan berada.Hobinya motor sport dan nge-track di jalan raya.Teman-temankubilang,Alek udah lama naksir Anna. Tapi, Anna nggakmenanggapi.Malah,Anna pernah mengatakan padaku bahwa ia nggaksuka Alek. Anna bilang, ia sangat mencintaiku.Ia nggak peduli meskipunaku ini tukang parkir!Sebaliknya, akhir-akhir ini, aku yang selalu menghindari Anna.Dengan berbagai alasan, aku selalu menolak kalo Anna menemuiku diluar sekolah. Apalagi harus jalan-jalan berduaan, seperti yang diinginkanAnna sore ini. Hal itu kulakukan karena aku mendapat ancaman dariorangtua Anna,yang mendampratku di tempat parkir.Ketika itu,aku tengah sibuk memarkir kendaraan seperti biasa. Tibatiba, seseorang dari dalam salah satu mobil yang tengah parkirmemanggilku."Kamu yang bernama Markum, ya?!" tanya seorang laki-laki berkepalabotak dari dalam mobilnya. "Kenalkan, saya papinya Anna! Saya tahu,kamu suka mengganggu putri saya! Apa kamu nggakpernah ngaca, siapa diri kamu? Mulai sekarang, jauhi putri saya! Kalonggak, kamu akan berurusan dengan polisi! Nih, kembaliannyaambil!"bentak laki-laki yang mengaku orangtua Anna itu, sambil melemparuang dua puluh ribu rupiah padaku.

Page 31: Cinderella Jakarta

Aku nggak ngambil uang itu. Membiarkan lembaran bergambar KiHajar Dewantara terhempas di aspal. Temanku Ipen, seorang tukangparkir lainnya, mengambil uang itu lantas mengembalikannya padaku."Ambil aja! Buat anak-anak!" kataku pada Ipen.Sejak saat itu, aku yang sebenarnya mencintai Anna, berusaha untukmenghindar. Aku nggak peduli meskipun ia selalu mendekatiku. Akunggak peduli meskipun ia selalu mengajakku pergi. Aku nggak pedulimeskipun sesungguhnya hatiku begitu berat menolak setiap ajakannya.Aku nggak peduli menolaknya meskipun sesungguhnya aku begitumencintainya. Aku nggak peduli! Aku ingin, ia tak mencintaiku!"Apakah kamu udah nggak suka sama aku lagi, Kum?" tanya Annasiang itu, di kantin sekolah. "Aku suka kamu, An!" kataku, jujur. "Lalu,kenapa kamu selalu menolak ajakan-ku?" "Belum saatnya, An." "Belumsaatnya?" "Ya."Anna nggak tau kalo orangtuanya mendampratku di areal parkir. Annanggak pernah tau kalo orangtuanya sering mengancamku, melalui Alek.Sebaliknya, aku nggak pernah menceritakan perihalini. Aku khawatir Anna akan marah pada orangtuanya bilakuberitahukan hal itu.Aku masih berjalan sendirian, menyusuri jalan di penghujung malam.Hujan tiba-tiba turun, ditandai dengan gemuruh halilintar. Langit akhirnyamenangis,seperti ingin berbagi kesedihan.Aku berteduh di sebuahemperan swalayan, duduk di sana dan menunggu hujan reda.Lima belas menit kemudian, aku udah kembali berjalan, entah kemana, yang aku sendiri nggak tau. Aku nggak peduli malam masihmenyisakan gerimis, aku melangkahkan kaki mengikuti jalan raya denganhati giris. Pikiranku kembali pada Anna, cewek cantik yang telah membuatperasaanku gundah gulana. Ingin kukatakan bahwa sesungguhnya akumencintainya.Tapi,aku nggak mampu, bukan karena aku takut padaorangtuanya.Tetapi, aku menuruti pesan ibuku, agar aku nggak terlaluserius berhubungan dengan cewek."Berteman boleh-boleh saja, tapi ada batasnya. Kamu harus lebihbanyak konsentrasi pada sekolah dan pekerjaanmu! Ingat, kamulahharapan Ibu satu-satunya. Kamu harus lulus sekolah. Kalo gigih, kamupasti mampu! Meskipun cuma tukang parkir, kalau kamu sungguhsungguh, kamu pasti bisa, Kum! Seandainya bapakmu masih hidup,beliau pasti bang-ga.""Ibu jangan berkata begitu. Biarlah bapak tenang di alamnya. Markumjanji akan menuruti pesan Ibu," jawabku waktu itu."Maaf ya, Kum?! Ibu harus melarangmu sepertiini. Apa yang Ibu katakan, semuanya demi kemajuan kamu. Satu hallagi Kum, tentang Anna. Kalo bisa, sebaiknya kamu jangan terlalu seriusdengannya. Dia itu berbeda dengan kita. Antara kita dan dia itu ibarat langitdan bumi. Kamu harus memperlakukannya dengan baik. Meskipun Annabaik sama kitajangan sekali-kali kamu berpikir, berandai-andai suatu saatia jadi pendamping hidupmu. Kecuali jika kamu bisa membuktikan, keluardari kesulitan ini. Oleh karena itu, konsentrasilah pada sekolah danpekerjaanmu."Aku kembali tersadar dari lamunan dan masih berjalan sendirian,menyusuri jalan aspal yang basah. Tak kuhiraukan gerimis yang mulai

Page 32: Cinderella Jakarta

membasahi tubuhku. Aku tetap berjalan, menembus kegelapan malamyang gerimis. Aku masih tetap nggak mampu keluar dari bayang-bayangAnna. Entah kenapa, sekarang baru kusadari. Semakin aku berusahamelupakannya, aku semakin rindu padanya. Semakin kutekadkan diriuntuk nggak mencintainya, aku semakin merasa tersiksa. Apakah haruskukatakan sejujurnya bahwa aku sebenarnya sangat mencintai Anna, danselalu kuturuti setiap ajakannya?Aku nggak tau dan bingung. Mungkin aku memang cowok bodoh. Akubenci sama semua ini! Ya Tuhan, mengapa nasibku seperti ini? Mengapaaku nggak seperti teman-teman sekolahku? Apakah seharusnya akunggak sekolah saja? Apakah seharusnya aku seperti teman-temanparkirku aja? Nggak perlu susah-susah sekolah,karena sekolah cumabikin pusing aja?! Aku sendiri belum tau, apakah setelah lulus SMA ini aku bisa langsung mendapatkan kerja,meneruskan kuliah, atau tetap seperti ini, menjadi tukang parkir?Menjadi tukang parkir pun nggak jelek-jelek amat.Tetapi untuk apaaku sekolah,kalo tetap menjadi tukang parkir? Temanku seperti Ipen danAgus yang nggak sekolah pun bisa jadi tukang parkir! Ya, TuhaniKalo sajaibu tidak menyuruhku sekolah,udah lama aku berhentisekolahIDan,mengapa Anna harus mencintaiku?! Sialnya, aku pun nggakmampu melupakannya. Aku nggak tau lagi gimana cara menghindarinya.Seminggu lalu, udah kucoba dengan cara memanas-manasinyadengan cewek lain. Aku sengaja berjalan dengan Lidya di depannya,dengan maksud memancing kecemburuannya. Aku pun mengantar Lidyapulang sekolah. Aku berharap ia terpancing. Aku ingin Anna membenciku.Biar dia nggak usah datang-datang lagi menemuiku. Biar aku bisamelupakan wajahnya dan lambat laun, aku bisa menghapuskeberadaanya, melenyapkan dirinya dari kehidupanku!Tapi,Anna nggak cemburu! Anna nggak marah aku jalan bareng Lidya.Anna nggak marah aku ngantar pulang Lidya. Ketika itu, Anna justrumenanyakan secara baik-baik sama Lidya, tentang hubungan Lidyadenganku. Uh, dengan jujur, Lidya mengatakan bahwa antara aku dandirinya nggak ada apa-apa.Jadi, memang nggak ada alasan buatcemburu!Lalu, gimana caranya agar Anna membenciku?Apakah aku harus berpura-pura, mengatakan padanya bahwa akumembencinya? Berbohong pada kata hatiku?!Aku nggak mampu melakukannya. Kini, ketika semakin jauhkumelangkah, aku nggak tau gimana jalan keluarnya. Malam semakinlarut, gerimis tak juga reda. Aku masih terus berjalan tanpa tujuan danberusaha untuk menenangkan pikiran yang tak kunjung hilang. Berusahauntuk melupakan Anna sekejap yang tak pernah bisa kulakukan.Prom Night With NiraBEBERAPA anak kelas tiga yang sebentar lagi berpisah, bakalmenggelar prom night. Rencananya, mereka menyewa baiiroom sebuahhotel di pusat kota. Acara disusun sedemikian rupa supaya bener-benermenjadi kenangan indah yang tak terlupakan sepanjang masa. SeorangDJ Top udah dihubungi, berikut beberapa penyanyi terkenal sebagaipengisi acara.Pokoknya, top abis, deh!

Page 33: Cinderella Jakarta

Ajeng, yang jadi ketua panitia, terlihat paling sibuk. Saat ini, dia lagimampir ke rumah Dea, ngo-mongin prom night."DJ oke, pengisi acara oke, susunan acara rapi, terus Ajeng berhentisebentar, "Apa lagi yang kurang?""Tema kostumnya, Jeng! Tema kostumnya!" tukas Dea serayamenjentikkan jemarinya, sebagaimana seseorang menemukan idebrilian."Maksud elo?""Pas prom night nanti, kita-kita mesti pake baju apa?""Bener juga. Punya ide, nggak?""Ada, sih. Kata majalah yang gue baca, adabeberapa pilihan baju yang bisa kita pake pas prom night. Sweetprom, Giam punk prom, Vintage prom, atau Eksentrik prom?""Wah, ribet juga, ya? Jelasin, dong satu-satu!" pinta Ajeng."Oke, deh, gue jelasin satu-satu, berdasarkan majalah yang guebaca. Sweet prom itu, model bajunya lebih feminin dan manis, sepertiwarna-warna pastel; hijau, biru, atau kuning pastel. Sedangkan Giam punkprom, mentingin aksesori yang keliatan nge-punk. Vintage prom, nah iniyang agak ribet! Kayak pemakaian tiie pada roknya dan draperi ataukerutan-kerutan pada atasannya. Dan gue rasa, saat kita make bajuseperti ini, kita akan terlihat anggun, hehehe ...!" Dea ketawa, lalu nariknapas panjang."Nah, yang satunya lagi?""O, ya. Eksentrik prom,,'Sesuai namanya, tentu kita bakal banyakmenarik perhatian mata. Sebab, baju yang kita pake emang nggakstandar! Keliatan eksentrik, gitu! Nih, contoh-contohnya bisa elo liat dimajalah gue."Kemudian, Dea mengeluarkan majalah dari rak. Keduanya pun sibukmembolak-balik majalah itu, memilih baju apa yang nantinya bakalmereka kenakan di acara prom night."Gimana kalo kita pake tema sweet prom aja?!" usul Ajeng sambilmenunjuk gambar sebuah gaun di majalah yang dipegangnya."Oke banget, tuh!""Ya udah, kalo elo setuju, gue juga oke! Terus... pas acara nanti, semua pada dateng, kan?""Beres! Anak-anak udah setuju semua, kecuali Nira, yang mungkinnggak bisa dateng.""Kenapa?""Gue nggak bisa ngejelasin detilnya. Kayaknya, elo yang mestingebujuk dia!"Ajeng pun menghela napas, begitu berat. Kalo sampe ada anak kelastiga yang nggak ikut acara prom night nanti, kayaknya nggak sreg! ApalagiNira, cewek paling jenius dan terkenal kreatif itu!"Kenapa ya, Nira nggak mau ikutan?" tanya Ajeng akhirnya, setelahkeduanya diam."Mungkin karena Nira nggak suka pesta, kali?" tebak Dea."Iya juga, sih. Nira emang antiparty1. Tapi, masa saat malamperpisahan nanti dia nggak mau dateng?!""Kalo kamu bujuk, mungkin dia bisa ikutan kali?" usul Dea."Oke deh, gue coba."Esok siang, saat bel istirahat, Ajeng nyari-nyari Nira di tempat Nira

Page 34: Cinderella Jakarta

biasa mangkal, di perpustakaan sekolah."Nira, saya mau ngomong, bisa?" ucap Ajeng, membuka percakapan.Nira yang lagi asyik ngebet-ngebet sebuah buku cukup tebal,memberikan perhatian pada Ajeng. "Ada apa?" tanyanya, terdengar begituresmi."Begini, Ra," Ajeng sedikit nervous, harus bagaimanamenjelaskannya. "Ee mungkin kamu udah tau kalo aku ama anak-anakmau ngadainprom night.Semua anak setuju dan mau ikutan. Aku denger, cumakamu yang nggak mau ikut. Bener nggak, sih?" ucap Ajeng akhirnya."Ya. Terus, kenapa?" Nira balik tanya."Begini, Ra. Penginnya, semua anak kelas tiga bisa ikutan,"ucapAjeng, dengan penuh harap. Lalu, Ajeng menatap wajah Nira yang tenang,seolah nggak memiliki rasa bersalah."Aku nggak bisa, Jeng!"Ajeng menarik napas dalam-dalam, memperlihatkan kekecewaannya."Boleh tau nggak, kenapa kamu nggak bisa ikutan?""Masalahnya, aku nggak suka sama format acara itu. Dari namanyaaja, prom night1. Aku yakin, kalian cuma tahu namanya aja, prom night.Coba kalo kalian bikin dengan tema 'acara malam perpisahan kelas tiga1,misalnya, ada kemungkinan aku bakal dateng!" jawab Nira sedikitantusias."Alasan kamu nggak ngena deh, Ra," celetuk Ajeng."Oke deh, kita bahas dulu, apa itu prom night. Asal kamu tau,sebenernya prom night itu acaranya para ortu. Tradisi prom night menurutbuku Prom Night karangan Amy Best, dimulai sejak awal abad ke-20.Tepatnya kira-kira tahun 192D, di beberapa kota di Amrik, terutama di kotakota industri yang masyarakatnya kebanyakan bekerja sebagai buruhburuh pabrik. Nah, prom ini dibuat oleh masyarakat setempat sebagaiajang mempertemukan cewek ama cowok yang beranjak dewasa atauremaja.Bisa dibilang, sebagai momen para ortu memperkenalkan anakanaknya. Kalo mau contoh bentuk awal prom, cek deh, film The DeerHunter. Nah, itulah alasan kenapa aku nggak mau ikutan," ucap Niradengan gaya seperti seorang guru menerangkan pelajaran sejarah."Wah, kamu emang banyak tahu tentang segala hal, Ra. Pantes kalokamu dinobatkan jadi murid paling oke di sekolah ini. Tapi, apa yangkamu kemukakan tadi nggak bisa dijadikan alasan kenapa kamu nggakbisa ikutan," kata Ajeng, dengan bibir bergetar."Udah bisa aku bayangin gimana acara yang kamu buat nantiberlangsung! Aku juga tau kalo acara kayak gitu emang udah populer dandijadiin tradisi oleh muda-mudi di beberapa negara. Satu hal yang perlukamu tahu dari diri aku, bahwa aku beda sama kalian! Aku nggak sukapesta! Dan, aku ... seandainya bisa ikutan prom night ... nggak punyapasangan seperti kalian!"Sekarang, Ajeng benar-benar mengerti keadaan sesungguhnya."Jadi, nggak ikutnya kamu dalam acara tersebut bukan karena promnight itu budaya luar negeri, kan?" selidik Ajeng, ketika Nira terlihat mulaimelunak.Nira terdiam. Keadaan menjadi hening. Belum sempat berkata-kata,

Page 35: Cinderella Jakarta

bel sekolah berbunyi tiga kali. Semua anak meninggalkan ruangperpustakaan. Nira menutup buku tebalnya, kemudian meletakkannya diatas meja. Ajeng membantu Nira, menaruh buku itudi sebuah rak yang nggak teraih tangan Nira. Setelah itu, Ajengmemegangi tubuh Nira yang hendak kembali duduk di kursi rodanya. Tapi,Nira menolak dengan halus."Maaf, Jeng! Aku bisa sendiri!" elak Nira, sambil berusaha kerasduduk di kursi rodanya. Pada saat itu, kursi rodanya agak oleng sehinggakeadaan tubuh Nira yang cacat sejak lahir itu limbung. Untung, Ajeng bisamemegang erat-erat kursi roda itu, hingga Nira bisa tertahan. Setelah itu,Ajeng mendorong kursi roda keluar perpustakaan. Nira memegangitangan Ajeng, mengelus-elusnya sambil bilang, "Terima kasih, Jeng."Di luar perpustakaan, tampak Dea dan kawan-kawan yang sejak tadimenunggu, merasa surprise melihat Nira dan Ajeng keluar bareng.Mereka menduga-duga, barangkali Nira luluh hatinya. Besar kemungkinandoi mau ikutan acara prom night nanti.SEMINGGU sebelum hari H,beberapa anak kelas tiga yang jadipanitia prom night berkumpul, terutama membahas masalah Nira.Sebab,mengenai format acara dan tetek-bengeknya udah oke semua."Mudah-mudahan Nira bisa ikutan!" terang Dea, pada anak-anaklainnya."Kepengin gue, Nira mau ngebacain pusi karya-nya!" sodokGaluh, sambil senyum-senyum."Kalo nggak, baca cerpen-cerpennya jugaasyik, tuh!" Cyntia menambahkan."Gimana kalo dia nyumbang satu lagu ciptaan-nya?" kali ini, Meutiayang mengusulkan."Gue sih, setuju-setuju aja. Masalahnya, dia bener-bener mau dateng,nggak?" akhirnya Ajeng komentar, membuat anak-anak kembali jadikeliatan down.Sebenarnya, seandainya Nira nggak ikutan prom night, anak-anakpanitia yakin acara itu meriah. Namun, kehadiran Nira di acara itusungguh berarti bagi mereka. Semua anak kelas tiga pun pasti senangmelihat Nira bersama mereka.Nira adalah anak yang pandai dan serbabisa. Dia seringkahmengharumkan nama sekolah. Cacat yang dideritanya nggakmenghalangi kreativitasnya. Sehingga, berbagai penghargaan, dari soalseni budaya maupun ilmu pengetahuan bisa diraihnya. Nira yang nggakmampu berdiri itu, jago bikin puisi. Nira yang sehari-hari duduk di kursiroda itu, langganan juara nulis cerpen. Bahkan, dia menjadi salah satupeserta kompetisi fisika internasional! Itulah sebabnya, sebagian anakanak panitia ngotot menghadirkan Nira pada acara itu."APAKAH semua anak mesti berpasangan?" tanya Nira, padaAjeng dan anak-anak panitia yang datang ke rumahnya, yang nggak mauberhenti membujuk Nira."Nggak harus, Ra. Aku juga sendirian," ucap Ajeng."Jangan begitu, Jeng. Aku nggak mau gara-gara aku, Adit yang jadikorban!" tukas Nira, yang tau banget kalo Ajeng dan Adit udah lamapacaran."Kalo perlu, aku juga dateng sendirian!" ucap Dea tiba-tiba, membuat

Page 36: Cinderella Jakarta

anak-anak kebingungan."Bima mau dikemanain, Dea?!" kata Nira, sambil senyum."Ya, udah. Nggak usah basa-basi. Aku pasti dateng di acara promnight nanti. Ada atau nggak ada pasangan. Lagian, aku udah biasasendirian, kok," ucap Nira akhirnya, membuat Ajeng dan anak-anak nggakpercaya. Mereka nggak menduga kalo akhirnya Nira luluh juga. Barangkalikarena hampir semua anak memaksa Nira untuk hadir di prom night."Kamu mau dateng, Ra?" Ajeng melotot, masih nggak percaya."Kamu bisa dateng?!" Dea ikutan terbelalak."Ya, aku pasti dateng!" Nira meyakinkan."Nira ... makasih, ya?!" semua anak memelukNira.ACARA prom night pun berlangsung meriah. Semua anak kelas tigahadir. Termasuk Nira! Anak-anak menyambutnya senang. Apalagi, ternyataNira "dikawal" oleh Ahmad, cowok paling ganteng di kelas tiga! Ahmad always berdiri di belakang kursi roda Nira. Semuaanak nggak nyangka, termasuk Ajeng dan Dea."Ahmad ...!" mata Dea terbelalak."Bener kata gue, segala hal bisa terjadi tanpa kita duga!" kata Ajeng,sok berfilosofis."Gue pikir, Ahmad bakal ngajak siapa, gitu," kata Dea lagi."Udahlah, emangnya kamu ngiri, ya? Bima mau dikemanain?!" tukasAjeng, bikin Dea me-rengut.Semua anak, terutama cewek, nggak pernah nyangka kalo Ahmaddatang bareng Nira. Ahmad, salah satu cowok paling keren di sekolah,rupanya sengaja datang menemani Nira atas inisiatif sendiri. Ternyata,udah lama Ahmad membanggakan sosok Nira.Di tengah acara, Ajeng meletakkan mahkota kecil yang anggun danindah di kepala Nira. Nira di-Mnobatkan sebagai prommiss, alias yangmenjadi ratu di acara prom night kali ini! Semua anak bertepuk tanganmeriah buat Nira.Acara ini pasti sungguh berkesan di hati Nira. Akhirnya, Niramenyadari kalo selama ini anak-anak kelas tiga sangat tulusmenyayanginya. Yang jelas, pada akhirnya menjadi begitu berat berpisahdengan mereka yang selama tiga tahun ini bersamanya di sekolah.Ehm...!EHM ...!" Aku berdehem untuk mencari perhatiannya. Celaka duabelas, dia masih tetep aja cuek. Aku berdehem aja dia cuek, apalagi diemdieman? Bisa makin diem aja ...! Bener-bener cool banget tuh cowok!"Ehm ...!"Sekali lagi aku berdehem. Bukan untuk apa-apa, cuma sekadar cariperhatian. Paling, nggak di-liriklah. Tapi, dia tetep aja cuek dan sok seriusdengan bacaannya. Aku jadi semakin sebal dengan diriku Apakah akunggak menarik di mata dia?Sungguh, aku nggak tau gimana cara mencari perhatiannya,menariksimpati agar dia mau bertegur sapa denganku.Paling nggak,dia ngasihrespons di-kit.Biar aku nggak merasa dicuekin.Disepelein.Emang enakdianggurin,dicuekin! Meskipun anggur itu enak, dianggurin tuh jadi kayaksapi ompong! Beda banget dibanding diapelin! Hah,diapelin? Boro-borodiapelin, kasih perhatian dikit aja nggak!

Page 37: Cinderella Jakarta

"Ehm ...!"Bujuk buneng! Aku bener-bener jadi mati rasa! Padahal, dehemkuudah digedein dikit volumenya.Dia masih tetep aja cuek bebek. Aku jadi sebel sekaliguspenasaran.Padahal, di ruang perpustakaan ini cuma ada aku dan dia. Akududuk di tengah, sekitar tiga langkah dari posisi-nya yang duduk di sudut.Daripada capek hati, mending aku tinggalin dia aja. Uh,tenggorokanku jadi sakit. Lebih baiknya aku ke kantin aja, deh! Penginminum cola. Siapa tau bisa bilang, "Hey! Hey! How are you?!"NGGAK biasanya, kantin sepi sekali. Aku cuma liat satu cowok yangduduk di bangku panjang sambil ngangkat sebelah kakinya. Posisi inimirip orang lagi ngopi di warung pinggir jalan. Tapi, cowok itu nggak lagingopi. Dia duduk santai menikmati jus al-pukat yang tinggal sete-ngahnya.Aku nggak terlalu kenal dengan cowok ini. Mungkin anak kelas satu.Terlalu sulit bagiku menghafal cowok-cowok yang ada di sekolah ini.Selain karena aku belum terlalu lama berada di sekolah baru ini, mungkinjuga karena aku cewek yang nggak punya rasa pede tinggi.Barangkali mama benar. Aku ini orangnya minder.Oke, deh. Aku akan membuang jauh-jauh rasa minderku ini. Kalo diperpustakaan tadi, aku gagal menarik perhatian cowok yang menurutkulumayan keren. Sekarang, aku akan mencoba mencari perhatian cowok keren lainnya yang lagi duduk santai di kursi kantin ini!Uh, begitu banyak cowok keren di sekolah ini. Masa nggak ada satupun yang bisa nyangkut? Hi hihi nyangkut kayak jemuran aja!Rasanya nggak mungkin kalo langsung kutanyakan namanya. Hm,nggak etis banget deh, kalo cewek nanya duluan. Ntar dikira sok akrab.Sok kenal. Atau, bisa jadi aku dibilang cewek kegatelan! Sori, yah! Akuharus berusaha mem-buat dia bertanya padaku lebih dulu! Gimanacaranya?"Ehm ...!"Aku berdehem, mudah-mudahan dia melirik-ku. Kalo dia melirikku,aku akan langsung tersenyum padanya! Tapi ... setelah aku berdehemtadi, kok dia nggak menatap wajahku. Dia cuma menoleh ke samping kiridan kanan, lalu wajahnya melongok ke kolong meja, seolah mencari-carisesuatu! Brengsek! Woooi ... aku di sini!!!Lebih baik, aku pesan minum dulu, sambil nunggu dia sadar kalo dikantin ada aku."Bu, cola satu!" lancar benar suaraku. Sengaja kukeraskan, biar tuhcowok sadar ada cewek di kantin ini!"Yang dingin apa biasa, Non?""Yang dingin! Berapa?!""Seribu tujuh ratus, Non!""Eits ..!" Aku mengeluarkan jurus-jurus silat, mendengar Bu Kantinmenyebut seribu tujuh ratus! Aku tau harga sebenarnya seribu tiga ratus.Paling nggak, diluruskan jadi seribu lima ratus!"Hehehe ..., seribu lima ratus aja deh, Non!""Seribu tujuh ratus juga nggak pa-pa, Bu. Saya cuma becanda."Aku melirik lagi, berharap si cowok memerhatikan keramahanku padaBu Kantin. Tetapi, rasanya dia tetap pada posisinya. Duduk dengansebelah kakinya terangkat, dengan tatapan wajah lurus ke luar kantin.

Page 38: Cinderella Jakarta

Huah! Dia nggak peduli dengan keberadaanku!Setelah membayar, aku duduk selang dua meja dari si sok cuek.Diam-diam, aku terus meliriknya, mencoba memasuki alam pikirannya.Apakah yang sedang dilamunkan cowok ini? Apakah ia tengah merasagundah karena habis diputusin? Atau mungkin tengah memikirkanbagaimana mendekati seorang cewek pujaan hatinya? Entahlah. Akunggak tau."Ehm ...!"Aku berdehem untuk yang kedua kalinya, kembali berharap agar sicowok melirikku. Tetapi, yang terjadi justru sebaliknya. Kulihat diameremas-remasrambutnya.Menundukkankepala,lalumembenamkannya di atas meja.Aku nggak tau gimana caranya,agar dia kembali duduk sepertisemula. Kalo dengan posisi menunduk begitu, dia nggak akan sempatmelirik ke arahku. Menemukan seorang cewek yang duduk sendirian daningin sekali disapa.Setelah cukup lama memerhatikan dan si cowok nggak jugamengangkat kepalanya, aku menyeruput minumanku.Srooottt ....Ah, mak'nyes rasanya! Cowok itu mengangkat kepalanya. Dudukdengan posisi seperti semula, namun nggak lagi mengangkat sebelahkakinya. Aku nggak tau,apakah konsentrasinya terganggu karenamendengar suara tadi, atau ia memang sengaja melakukan itu ataskeinginannya sendiri.Kupikir, inilah kesempatan emas bagiku. Barangkali cowok ini udahmulai merasakan keberadaanku di dekatnya. Selangkah lagi, dia akanbenar-benar dapat kutaklukkan. Aku berharap dia marah. Tak apalah diamarah. Nggak sedikit film bertema cinta yang kutonton, yang memulaihubungan kasih dengan kemarahan. Seperti ungkapan "benci" yang bisadiartikan sebagai "Benar-benar cinta ....""Ehm ..!"Tak sengaja,dehemku keluar begitu saja.Kulirik cowok itu menghelanapas panjang, lalu pergi begitu saja meninggalkanku kantin!Meninggalkan seorang cewek yang tengah berusaha mati-matian menarikperhatiannya!Apakah aku harus tersinggung? Apakah aku harus marah? Marahsama siapa? Apakah aku harus marah pada diri sendiri? Rasanya,percuma aku marah-marah sendiri. Lebih baik kutinggalkan kantin ini.Mungkin lebih baik kalo aku melihat anak-anak yang tengah menyaksikanpertandingan bola basket antar kelas. Apakah aku harus nonton bolabasket?! Aku nggak suka basket! Aku ke kelas aja!Setibanya di kelas, aku duduk di kursi. Aku duduk sendiri karenamungkin semua anak berada dilapangan basket! Beberapa menit kemudian, seorang cowok masukkelas dengan tubuh ber-simbah keringat.Dia Markum, cowok jagoan basket di kelasku. Bodinya kekar.Jangkung. Tampang oke. Bisa dibilang, cowok paling guanteng di sekolahbaruku ini!Tiba-tiba aku mengkhayal, seandainya saja Markum yang katanyacowok baik itu mau menjadi teman dekatku. Ah, kok, mengkhayal?! Aku

Page 39: Cinderella Jakarta

nggak mau jadi cewek pengkhayal! Aku harus sebisa mungkin berusahamendapatkan perhatianya. Tapi, kok mulutku berat sekali,ya? Benar katamama, mungkin aku harus mengambil kursus kepribadian! Biar nggakminder begini. Menanyakan teman satu sekolah aja nggak berani."Ehm ...!"Tiba-tiba, aku mendengar suara dehem. Jelas ini bukan suaraku! Akumendengar dengan jelas bunyi itu dari mulut seseorang yang berada dikelas ini. Tak ada seorangpun yang ada di ruangan ini, kecuali aku dan siganteng Markum! Apakah aku nggak salah dengar? Apakah telingakusedang nggak normal?Aku melirik Markum, tapi dia duduk cuek sambil melap keringatnya.Eh, siapa sih, yang tadi berdehem?Jangan-jangan, emang cumaperasaanku aja?!"Ehm!"Suara dehem lagi! Kali ini aku yakin, pasti Markum yang berdehem."Ehm ...!"Kubalas dehem itu."Ehm!""Ehm ...!"Hihihi aku dan Markum main dehemdeheman! Kulihat wajahnya tersenyum ke arahku! Hm,bener-benermanis! Sekarang,aku percaya sama omongan Sania, temen sebangkuku,kalo Markum emang cowok paling manis di dunia!"Ehm! Emmm ...! Ehm!!!"Markum berdehem lagi."Ke-ke-ke ... ke ... na ... ke-na-pa, Kum ...?" akhirnya, keluar jugakeberanianku."Eh, ini Lin,tenggorokan aku gatel banget!Ehm!" Ooo aku kira, diaberdehem untuk cari perhatianku? Ternyata ...."Kamu kok, gitu sih, Lin? Orang lagi sakit tenggorokan malahdiledek?!11"So-so-so ... ri ... a-a-aku ... tadi ... ng ... ng ... nggak sengaja!""Hehehe nggak pa-pa, Lin. Aku nggak marah! Ngomong-ngomong,kamu betah sekolah di sini?!""Be-be-betah ju-ga, sih. Ta-ta-tapi ... a-a-aku belum bi-bisa ngingilangin gu-gu-gugupku ini.""Nggak pa-pa, Lin! Nanti juga kamu nggak gugup lagi, asal kamu mauberusaha menyem-buhkan kegugupanmu ini. Sori ya, kalo selamaseminggu berada di sekolah ini temen-temen pada ngeledekin kamu.""Ng ... ng ... nggak pa-pa, Kum. A-a-aku u-udah biasa, kok.""Oh ya, ntar siang kamu ada acara nggak?! Akumau ke toko sport, mau nggak nganter aku?!""HAH!? Nga-nga-nga-nganter ... kamu?!""Iya, Lin! Mau, kan?!""Mau!""Ya udah, sampe ntar siang, ya?! Sekarang, aku mau ke lapanganlagi. Kamu kok, nggak nonton aku main basket, sih? Takut diledek tementemen lagi, ya?""Ng ... ng ... nggak kok, Kum.""Yuk, bareng aku! Nih, kamu bawa handukku. Kalo sama aku, nggakbakalan ada anak yang berani ngeganggu kamu! Yuk!"Akhirnya, aku menuruti ajakan Markum ke lapangan basket. Aku

Page 40: Cinderella Jakarta

hampir shock berjalan bersisi-an dengan Markum. Benar kataSania,Markum bukan cuma ganteng, tapi baik hati! Rasanya, dadakubergemuruh berjalan di sampingnya. Apalagi saat satu-dua pasang matacewek memandang kaget ke arahku dan Markum! Barangkali merekaberpikir, aku yang selama berada di sekolah ini diacuhkan anak-anak, kok,bisa-bisanya jalan bareng cowok paling keren di sekolah ini! Apalagi pakeacara bawa-bawa handuknya segala!Ehm! Aku jadi ge-er, deh!My First DateGILE bener! Damar ngajak gue nge-ctete! Gimana, dong?!""Sabar, Cha. Sabaaar ...! Pejamkan mata elo, tarik napas dalemdalem, terus lepas-kan perlahan-lahan."Icha melakukan apa yang diminta Nana. Ia pejamkanmatanya,menarik napas dalam-dalam, lalu melepaskannya perlahan."Gimana, Cha? Lebih enak, kan?" Icha memejamkan kedua bolamatanya sekali lagi, lalu diam cukup lama, menunggu apakah perubahanitu datang."Gimana perasaan elo sekarang, Cha? Udah lebih baik?!" ulangNana."Boro-boro, Na! Gue tetep aja deg-degan!""Aduh, Cha! Gimana, sih?! Elo nggak konsen,sih!""Bodo, ah! Gue bingung neh!""Tapi, Cha Nana berhenti sebentar, lalu garuk-garuk kepala, "Cha ...kita udah sama-sama tau kalo si Damar itu udah punya gebetan.""Dia bilang udah diputusin, Na.""Elo percaya?""Percaya, dong! Dia udah sumpah-sumpah di depan gue!""Iya sih, tapi namanya cowok, bisa aja dia ngibul.""Udah, deh! Kok, elo malah mikir gitu?! Bukannya bantuin gue gimanacara ngadepin dia.""Oke. Sekarang gini aja, elo pulang, terus langsung tidur. Nanti pasbangun, elo bakal baikan, deh!""Nah, gitu dong, kasih saran. Ya udah, gue pulang duluan. Gue turutinsaran elo, kebetulan gue ngantuk berat neh!""Tapi, tidurnya jangan sampai keterusan ya, Non?!""Iya, lah! Dia kan, bakal jemput gue jam setengah lima!""Ya. Tidur siang satu jam udah cukup!""Gue balik duluan, ya?""Daaagh ...!" Icha nggak seperti biasa, pulang lebih dulu. Nanamelepas kepergian Icha dengan perasaan berat. Bukan apa-apa, Sabtuini pertama kalinya bagi Icha janjian dengan seorang cowok. Nanakhawatir Icha diperlakukan macam-macam, seperti dirinya dulu. Sebab,Nana sendiri pernah dibohongin sama Damar. Hanya, Nanamerahasiakanya pada Icha.SETIBANYA di rumah, Icha langsung tidursiang. Papa dan mamanya yang memang libur kerja pada hari Sabtu,bingung melihat tingkah putrinya."Itu si Icha, kok tumben-tumbennya bisa tidur siang? Biasanya, jamsegini dia belum pulang," selidik mama.

Page 41: Cinderella Jakarta

"Jangan-jangan, dia sakit kali?""Ya udah, kita tanya, yuk!" Papa dan mama masuk kamar Icha. Ichayang sebenarnya nggak bisa tidur, pura-pura memejamkan mata. Ya, Ichaemang nggak biasa tidur siang. Icha masih aja mikirin Damar yang akanmenjemputnya nanti sore."Kayaknya tidurnya nyenyak banget, Ma," ujarpapa.Icha tentu saja mendengar ucapan papanya itu. Sebenarnya, Ichakepengin ketawa."Kita harus hati-hati, Ma. Tau sendiri si Icha, kalo sakit suka nggakmau bilang. Takut sama dokter. Iya, kan?!""Iya, sih. Mama jadi inget waktu dia kena tifus. Jangan-janganPapa dan mama saling tatap. Icha melirik sebentar ke arah papa danmama, lalu segera memejamkan mata ketika papa dan mamanya yangmulai panik itu, hendak menatapnya lagi.Terdengar papa menghela napas berat. "ChaChamamamemanggil-mangil Icha sambil menggoyang-goyang tubuh Icha.Icha malah pura-pura menguap, seperti seseorang yang sedangnyenyak tidur. Papa memegang kening Icha."Wah ... panas, Ma!" teriak papa.Jelas aja kening Icha panas. Mungkin karena Icha lagi mikirin apayang mesti dipersiapkan buat kencan pertamanya nanti malam. Sakingkerasnya berpikir, hingga keningnya jadi serasa panas."Gimana kalo kita panggil dokter ...?"usul mama.Tiba-tiba, Icha bangkit dari tidurnya."Pa ... Ma ... ngapain sih, di sini?" tanya Icha, dengan raut wajah sebal."Kamu sakit, Cha? Papa panggilin dokter, ya?""Ih, Icha nggak kenapa-kenapa, kok!""Kok, kamu tidur? Biasanya nggak.""Icha ngantuk, neh.""Ya udah ... kamu tidur lagi, deh." Papa menyerah.Setelah itu,papadan mama meninggalkan kamar Icha."Biarin aja deh Pa, mungkin Icha kecapekan," ujar mama, setelah diluar kamar Icha. "Tapi, mungkin aja dia sakit, Ma."BEBERAPA jam kemudian, Icha bangkit dari kasur dan berteriaksejadi-jadinya."HAH? JAM ENAM! PAPA ... MAMA ...!!!"Papa dan mama yang berada di ruang tengah segera bergegas kekamar Icha. Papa dan mama memandang Icha yang kelihatan marah."Kamu kenapa, Cha?""Mau dipanggilin dokter?"Icha mengatur napasnya yang naik turun. "Ma, tadi ada yang dateng,nggak?" Mama menatap wajah papa.Papa mengernyitkan dahinya."Tadi ada yang dateng nggak, Ma?" ulang Icha. Mamamengangguk."Temen kamu, Damar," selapapa.'Nanyain Icha, nggak?"'Ya, terus Papa dan mama bilang, kamu lagisakitTerus?"

Page 42: Cinderella Jakarta

Terus dia pulang"HAHM PAPA ... MAMA ... KOK,JADI GINI,SEEEH"Lho ... kenapa, Cha?!" Icha bangun dan segera meraih horn telepon.Dia bergegas menghubungi Damar."Halo, bisa bicara dengan Damar?" "Halo, Damarnya sedang keluarrumah." "Ke mana?""Nggak tau, tuh. Ini malam Minggu. Apel kali. HeheheIcha sebel banget denger suara di ujung telepon itu. Itu pastipembokat Damar. Setelah itu, Icha langsung menutup telepon dengankesal. Papa dan mama tampak bingung melihat tingkah Icha."Cha, Papa sama Mama mau ke mal, kamu mau ikut?"Icha kelihatan bingung."Kalo kamu mau ikut, sana mandi!" Icha nggak menyahut kata-katapapa danmamanya. Icha hanya memperlihatkan tampang sebal.DARIPADA di rumah sendirian, Icha ikut papa dan mama ke mal. Ichaterlihat uring-uringan karena apel pertamanya berantakan. Papa danmama masih belum mengerti. Namun, mereka belum mau menanyakankenapa Icha cemberut. Papa dan mama menduga, pasti gara-gara temancowok yang datang tadi sore ke rumahnya.Setibanya di mal, secara nggak sengaja, mama menunjuk seorangcowok yang lagi jalan bareng seorang cewek dari kejauhan. Mamamengenali tampang cowok itu. Jelas aja, cowok itu Damar!"Ssst ... itu, Cha. Cowok yang tadi ke rumah," bisik mama, sambilmenepuk-nepuk pundak Icha.Icha langsung lemas melihat Damar bersama dengan seorangcewek.Bener juga kata Nana, nih cowok nggak bisa dipercaya, ucap Ichadalam hati.Bersamaan dengan itu, Damar melihat ke arah Icha dan papamamanya. Damar terlihatgugup. Sebelum Damar melangkah ke arahIcha dan papa mamanya, Icha langsung menarik lengan papa danmamanya untuk pergi menjauh.Damar kehilangan jejak. Damar pun kembali menemui cewek yangtadi bareng dirinya, yang tak lain adalah adik kandungnya.Ketika Damar menghubungi HP Icha, Icha langsung menjawabdengan nada kasar, "Mar! Asal elo tau, this's my first date with someone1.Dan, elo mengacaukan semuanya! Elo nggak usah ngubungin gue lagi,deh! Ke laut aja! Or go to heii!""Tapi Cha ... Cha ... Cha Komunikasi terputus.AmnesiaANDRE kena amnesia!" ujar Rene, setengah berteriak, saat Beliaberada di kantin sekolah. "Pantes, terakhir kali ketemu dia selalubatuk-batuk.""Plis, Belia! Amnesia ... bukannya asma!" "Oh"Amnesia itu hilang ingatan sementara, nggak ada hubungannyasama batuk-batuk."Belia menghela napas berat, lalu sorot matanya menatap jauh keluarkantin dengan pandangan kosong. Rene enggak bisa berbuat apa-apadan melihat air mata sahabatnya mulai mengaliri pipi.

Page 43: Cinderella Jakarta

"Belia, jangan terlalu sedih! Sekarang, Andre lagi ditangani seorangdokter ahli!""Gimana nggak sedih, Ren?! Gue belum sebulan jadian, tapi Andreudah kena Amnes ....""Amnesia." "Iya. Gimana, dong?""Yang jelas, kita harus cepet-cepet jenguk dia.Tapi kalo bisa, anakanak jangan dikasih tau dulu! Soalnya, berita ini cuma kita yang tau.""Jadi, anak-anak belum tau?""Belum."Sore itu juga,Rene dan Belia menjenguk Andreke rumahnya. Ting-tong!Rene menekan bel pagar rumah Andre. Beberapa saat kemudian,seorang lelaki setengah baya membuka pintu pagar. Dia adalah Pak Sion,tukang kebun Andre."Ada perlu apa, Non?" tanya Pak Sion."Kami mau ketemu Andre, Pak.""Oh, kebetulan Andre lagi di teras belakang. Mari masukRene dan Belia mengikuti langkah Pak Sion memasuki halamanrumah Andre yang cukup luas, di bagian tengahnya terdapat kolamberukuran sedang, ada air mancur di sisi kanannya.Pak Sion berjalanagak tergesa. Rene dan Belia mengikuti di belakang. Mereka memasukijalan berkerikil, untuk sampai teras belakang. Sepanjang perjalanan,mereka melintasi pepohonan yang didominasi bunga-Mbunga anggrek.Setibanya di teras belakang, Pak Sion yang berjalan lebih dulutampak bicara pelan sama Andre, tapi Andre seperti acuh saja. Setelah itu,Pak Sion menemui Rene dan Belia yang berada di belakangnya."Silakan, Non," ujar Pak Sion."Terima kasih, Pak," jawab Rene dan Belia serempak.Pak Sion kembali berjalan ke halaman depan, sedangkan Rene danBelia berjalan mendekati Andre. Andre tampak angkuh dan seperti nggakkenal sama yang datang. Padahal yang datang adalahBelia, cewek yang beberapa minggu lalu "ditembaknya"."Ndre ... Andre Rene menegur Andre, sambil menggoyang-goyangkantelapak tangannya di depan wajah Andre. Andre tetap acuh.Pandangannya kosong ke depan, ke arah kolam renang."Andre ...." Akhirnya,Bella mengeluarkan suara. Belia memegangpundak Andre, lalu memutarnya, menghadapkan wajah Andre tepat kewajahnya."Ndre, aku Belia. Kamu nggak lupa, kan?" Andre mundur ke belakangdan tampak seperti orang linglung. Andre menatap Belia dari ujungrambut sampai ujung sepatu. Andre seperti asing dengan Bella. Belia jadikalut."Ndre, kamu kenal aku, nggak?" tanya Rene, sambil memperlihatkanwajahnya tepat di depan wajah Andre."Aku Rene!""Rene?" Andre tersenyum."Tau nggak, dia siapa?" Rene menunjuk wajah Belia."Dia Belia! Cewek kamu!"Andre tersenyum ke arah Bella. Belia pun tersenyum menyambutnya.Belia menghela napas lega. Rupanya, Andre mulai menyadarikekeliruannya. Mungkin, Andre udah mulai mengenalinya. Bukan apa-apa,

Page 44: Cinderella Jakarta

menurut cerita Rene tadi, amnesia yang diderita Andre belum terlaluparah. Andre masih mengenali beberapa anggota keluarganya, meskipunnggak semuanya.Masih menurut Rene, Andre mengalami amnesiakarena kecelakaan sepeda motor. Andre me-nubruk sebuah sedanyang sedang berada di tempat parkir.Meskipun nggak mengalami luka-luka serius, Andre mengalamiamnesia karena kepalanya membentur body sedan itu. Menurut Rene,kecelakaan itu terjadi waktu Andre melamun. Andre melamun karenakemarin sempat marahan sama Belia."Masa sih, gara-gara gue, Andre jadi gitu?" ucap Belia, saat menujurumah Andre tadi."Makanya, elo harus minta maaf. Sebelum penyakitnya tambahparah!""Maksud elo?""Menurut keterangan salah satu keluarganya, penyakit Andre bisa ajatambah gawat, kalo enggak ditangani serius. Andre harus didatangi dokterahli, dan harus banyak istirahat."Belia mengangguk-angguk. Akhirnya, Belia jadi ngerasa bersalah.Itulah sebabnya, Belia antusias banget waktu Rene ngajak ke rumahAndre. Bella mau minta maaf."Ndreaku Belia. Kamu masih inget aku, kan?" Belia kembalimencoba menyadarkan Andre. Andre tersenyum sambil menganggukpelan."Kapan dateng dari Bandung?" tanya Andre kemudian.Hal itu membuat Belia nyaris melonjak ke belakang. Bela luar biasakagetnya."Kok, dari Bandung, sih?" Bela kebingungan. Rene yangmemerhatikan keduanya, segera menarik tangan Belia, menyingkir kesalah satu sudut beranda. Keduanya menjauh dari Andre."Belaaa ... elo harus sabar! Mungkin, Andre belum ingat elo.""Gue ngerti! Tapi, kok, dia bilang gue dari Bandung?""Ya, namanya juga orang kena amnesia!""Tapi, masa sih, dia nggak ngenalin gue? Gue kan, pacarnya! Udahah, gue coba lagi!"Belia kembali mendatangi Andre, yang tampak acuh ataskedatangannya. Rene nggak bisa berbuat apa-apa, mengikuti langkahBelia di belakang."Andre ... gue emang dari Bandung!" ujar Belia, sambil mencobamerapikan lengan kaus Andre, dengan maksud memberikan perhatian.Kening Andre tampak berkerut, namun nggak lama kemudian, Andretersenyum. Belia jadi bingung. Kenapa Andre tersenyum?"Makasih ya, oleh-olehnya ... aku jadi makin sayang sama kamu," ujarAndre, membuat Belia kembali tersentak kaget."Oleh-oleh?"Bella seperti mengulang perkataan Andre. Kayaknya, guenggak pernah ngasih oleh-oleh, deh IBelia lalu geleng-geleng kepala."Aku nggak ngerti maksud kamu, Ndre. Ka-yaknya aku nggakpernah bawa oleh-oleh buat kamu.""Lho, yang kemarin itu dari siapa? Kayaknya, kamu ngasih aku jaket

Page 45: Cinderella Jakarta

warna biru dari Bandung. Itu dari kamu, kan?""Oke. Sekarang, aku mau tanya, sebenarnya kamu tau nggak sih, kaloaku ini siapa?" Belia sewot."Kamu ...T'Beberapa saat lamanya, Andre terdiam. Belia menahan napas. Beliamenunggu Andre mengucapkan namanya. Namun mulut Andre masihtetap saja menganga."Aku Bella, Ndre!" Belia setengah berteriak, mencoba meyakinkanAndre.Andre mengerutkan kening lagi.Belia membuang napas dan baruingat. Beberapa waktu lalu, Belia memang mengaku pada Andre kalo diamau ke Bandung. Belia janji mau beliin Andre Jaket warna biru. Kebetulan,Belia punya sodara yang punya dis-tro. Belia mau borong baju-baju murahdan keren, sekalian mau ngasih hadiah buat ultah Andre. Duh, Beliaternyata lupa. Kenapa Belia bisa lupa? Dan ini kan, kalo Belia nggak salahinget, hari ultah Andre?! Ya ampyuuun Belia emang pelupa yang akut!"Ndre, sori gue lupa kalo gue ....""Bela ... udah yuk, elo tuh malah bikin si Andre jadi kebingungan!Percuma ngomong, dia nggak ba-kalan inget elo!" potong Rene. Lalu,Rene menarik lengan Belia, menjauh dari Andre."Nggak bisa, Ren! Gue harus bisa ngeyakinin dia.Tadi, dia udahnyebut-nyebut Bandung dan jaket biru! Berarti, dia inget gue!""Tapi, elo kan, nggak ke Bandung?!""Iya ... tapiNggak lama kemudian, beberapa orang keluar dari pintu. Merekaadalah papa dan mama Andre. Lantas, di belakangnya dua orangpembantu datang menyusul. Keduanya membawa loyang kue ulangtahun berukuran sedang. Lilinnya belum dinyalakan. Bella dan Reneberdiri agak menjauh.Papa dan mamanya langsung memeluk Andre, lalu mengatakan,"Selamat Ulang Tahun, Sayang ...!"Andre menyambutnya dengan anggukan dan tersenyum.Dari sudut lain, Belia menatap itu semua dengan bingung.SedangkanRene, cuma tersenyum-senyum."Sori, Bel. Kali ini, elo gue kerjain," bisik Rene. "Jadi ... Andre nggakamnesia, kan?" "Gue rasa, dia tetep amnesia. Tapi amnesia khususuntuk elo.""Kupret lo, Ren!""Ini April Mop, Sayang. Udah deh, tuh ... kayaknya Andre nunggu elo."Belia kembali berjalan ke arah Andre. Setelah beramah tamahsebentar dengan papa dan mama Andre, Belia memukul-mukul tubuhAndre dengan manja. Belia nggak terima dirinya dikerjain, di hari ultahcowoknya sendiri.Angkot D15PAGI ini adalah pagi yang menyebalkan. Sebab Pak Abdul, sopirku,nggak bisa mengantarku ke sekolah seperti biasanya, dengan alasansakit perut. Papa lagi di luar kota. Mama berangkat siang, karena pagi inimasih banyak urusan rumah.Buat nunggu taksi yang dipesan mama, rasanya nggak mungkin,karena setelah dihubungi, taksi tersebut baru bisa datang dua jam lagi.

Page 46: Cinderella Jakarta

Aku ngerti, mungkin seandainya ada, pasti taksi itu cuma beralasan,nggakmau ngantar penumpang yang jaraknya nggak terlalu jauh.Akhirnyaterpaksa,untuk pertama kalinya terjadi dalam hidupku, aku ke sekolah naikangkot alias ang-kut-an kota!Dari jalan depan rumahku, mama nyuruh tukang ojek yang lagimangkal mengantarku sampai gerbang perumahan.Aku naik ojek yangtukang ojeknya bertampang tengil dan genit,tapi aromanya lumayanharum; bau parfum aneh.Meskipun begitu,dia nggak bisa ngumpetin baubadannya yang asem campur asin. Hufffh hidungku sangat sensitif samabau-bauan. Baik bau harum maupun bau tak sedap."Tumben naik ojek?" kata si tukang ojek tengil itu, di tengahperjalanan."Ya," kujawab malas-malasan. "Sekolahnya di mana, sih?"Ya ampun! Males banget pagi-pagi ngobrol sama tukang ojek. Akudiem ajaKalo ditanggapi, aku takut dia semakin cerewet Apalagi akhirnyadia tanya begini, "Udah punya pacar belum? HeheheAku tetap nggak jawab. Dan, si tukang ojek terus aja tertawa. Akubenci sekali dan sangsi, kah dia udah sikat gigi hingga begitu pedenyaketawa di dekat seorang Bunga Citra Lestari?"Pasti belum punya pacar ya? Hehehe Si tukang ojek mungkin nggaktau kalo aku sedang cemberut. Uh, kenapa perjalanan dari jalan depanrumah belum juga sampai ke gerbang perumahan ?"Ngomong-ngomong, namanya siapa, sih?" Alhamdulillah, udahnyampe. Aku nggak mau menjawab pertanyaan si tukang ojek ini. Akukeluarkan uang pecahan dua puluh ribu. Lalu kuberikan padanya, "Nih,Bang! Jangan banyak ngomong, deh!""Deuelaaah cakep-cakep kok, galak amat, sih?! Hehehe .... Duh,duitnya besar banget!"What? Dua puluh ribu ... apakah terlalu besar?"Nggak ada kembaliannya, Neng!""Nama saya Bunga! Bukan Neneng!" ralatku, sambil melotot. Situkang ojek itu bukannya takut, tapi malah tersenyum."Hehehe nggak ada kembaliannya. Saya tukar dulu, ya?!""Terserah deh, Bang!" Kutunggu si tukang ojek itu menukarkan uangdua puluh ribuan. Hampir lima menit aku menunggu, ia belum jugakembali. Namun, aku bisa melihat kegigihannya mendatangi parapedagang di sekitar gerbang perumahan, menukarkan uang itu padatukang bubur ayam, bubur kacang ijo, susu kedelai, soto ayam, dan padateman-temannya sesama tukang ojek. Setelah itu, dia kembali padaku."Bunga, nggak ada kembaliannya. Pakai uang receh aja! Emangnyanggak ada?""Berapa, sih?""Tiga ribu lima ratus!" Kucari uang pecahan yang diminta. Dankutemukan empat lembar ribuan di dalam tas, lalu kuserahkan pada situkang ojek menyebalkan itu."Nih, Bang! Makasih, ya!"Kutinggalkan si tukang ojek. Tetapi, ia memanggilku."Bunga! Ini kembaliannya!" Si tukang ojek itu mengejarku sambilmemberikan kembalian uang receh lima ratus rupiah.Hm jujur juga nih orang. Andai saja dia jadi pejabat, bukan jadi tukang

Page 47: Cinderella Jakarta

ojek, pasti negara ini udah maju meninggalkan Malaysia atau Singapura .Negara kita mendatangkan pekerja perempuan dari negara-negaratetangga, nggak sebaliknya seperti sekarang ini. Yeah, Aku baca di koran,banyak pejabat yang nggak jujur. Tapi, seandainya tukang ojek yang jujurini jadi pejabat, jangan-jangan genitnya malah menjadi-jadi?"Kembaliannya buat Abang aja!" kataku, sambil terus bergegasmeninggalkannya.SETELAH lepas dari tukang ojek, kutunggu angkot. Tadi, mamamengingatkan, jika gagal mendapatkan taksi untuk sampai ke sekolah,aku harus naik angkot D1S. Daripada telat, aku harus naik angkot.Kulambaikan sebelah tanganku setiap kulihat tulisan D1S di kacabagian atas angkot-angkot yang lewat. Tetapi, tak satu pun berhenti.Muatannya selalu penuh. Kalo udah begini, Pak Abdul yang kuingat!Kenapa pagi ini sopir pribadiku harus sakit perut, ya?Akhirnya, setelah sepuluh menit,ada juga angkot D1S yang berhenti.Tetapi, ketika separuh tubuhku udah masuk,setelah kulihat ke dalamnya,tak ada tempat duduk kosong.Seseorang berteriak pada sopir, "Udahpenuh, Bang! Mau ditaruh di mana?!" "Naik di depan, Dik!" sopir ituberteriak.Apa dia bilang? Dik? Emangnya, aku adiknyaapa?Aku kembali turun dan melongok ke depan, ke arah sopir.Pintu depanterbuka, dan seorang cowok berseragam sekolah turun. Lalu, cowok itumempersilakan aku naik."Kamu di dalam aja," ujar cowok itu. Sekilas kutatap wajahnya. Iatersenyum dan mengangkat bahunya.Tadinya, aku males banget naikangkot ini. Apa enaknya naik mobil sempit ini bertiga di depan ?Toh, aku tetap naik juga. Dengan alasan, pertama susah menungguangkot yang kosong. Kedua, karena cowok supercare di sebelahku kerenbanget!Ups!Kalo tau ada cowok keren kayak dia naik angkot, mungkin udah tiaphari aku naik angkot. Sumpah! Selama ini, aku nggak pernah liat tampangcowok seperti cowok di sebelahku ini di sekolah. Atau jangan-jangan, diaemang lain sekolah?Aku berharap cowok di sebelahku ini mau bertanya padaku, sepertitukang ojek genit tadi. Tetapi, cowok ini diam aja. Ia malah membukatasnya, lalu mengambil sebuah buku lumayan tebal berwarna cokelat.Hilang sudah harapanku untuk bisa ngobrol dengannya.Wow, dia membaca novel The Da Vinci Code.Novel kesukaanku! Inimungkin kesempatan aku buat nanya-nanya dia. Tapi, apa enaknya kaloorang lagi baca diajak ngobrol? Apalagi pagi-pagi gini. Duh, janganjangan di mata cowok ini nantinya aku jadi seperti tukang ojek tadi. Biarinaja, deh!"Kamu suka Dan Brown juga?"tanyaku akhirnya. Cowok itumengangguk, lalu menoleh ke arahku dan tersenyum, "Kamu suka juga?""Suka banget! Aku juga udah baca Angels and Demons, RobertLangdon's First Adventure ....""Ummm ... Malaikat dan Iblis, ya? Aku juga udah baca. Dua buku DanBrown yang udah diter-jemahin, kan?"

Page 48: Cinderella Jakarta

"Kamu beli di toko buku mana?""Aku pinjem sama temen. Aku juga udah bacabuku-buku Dan Brown lainnya, Kayak Deception Point dan DigitalFortress!" sambungku.Kamu udah tau juga?"Tau dong, aku udah beli!"Keren-keren, ya?!"Iya."Terminal habis! Terminal habis!" tiba-tiba, Pak Sopir berteriak-teriakpada seluruh penumpang. Oh, rupanya udah sampai di terminal. Nggakkerasa banget, deh!Cowok itu turun, lalu merogoh saku. Aku membayar dengan uangpecahan dua puluh ribu. Uang yang tadi nggak ada kembaliannya itu.Setelah kuberikan, Pak Sopir yang tengah menerima ongkos daripenumpang lainnya bilang, "Uang pas aja!""Berapa, Pak?""Seribu!"Kucari di tas, siapa tau ada pecahan seribu rupiah. Ternyata, enggakada."Aku aja yang bayar!" Tiba-tiba, cowok itu memberikan uang dua riburupiah pada Pak Sopir angkot. Setelah itu, dia menariktasku,meninggalkan angkot itu. Ketika menarik tasku,aku seperti tengahbersama-sama dengan cowok yang udah lama sekali kukenal."Selain baca, kamu suka apa?" tanya cowok itu, setelah melepaskanlenganku."Aku suka ... nonton, denger musik, sesekali jalan ke toko buku. Kalokamu?""Kok, hobi kita bisa sama, ya?" Cowok itu tersenyum. Aku cuma bisamenghela napas. Baru kali ini kutemukan cowok hobinya sama!"Oke, deh! Kayaknya, kita mesti pisah di sini. Aku masih harus naiksekali lagi," ujar cowok itu sambil melambaikan tangan."Oke! Sampai ketemu!""Daaagh ...!""Daaagh ...!"Aku dan cowok itu berpisah. Dia naik bus kota, dan aku cukupberjalan kaki menuju gerbang sekolah. Ringan sekali kakiku melangkah.Kalo udah begini, aku nggak lagi sebal kalo ingat Pak Abdul. Aku justruharus berterima kasih kepadanya. Kalo aja pagi ini ia nggak sakit perut,aku belum tentu bisa ketemu sama cowok di Angkot D1S itu!Apakah aku akan bertemu lagi dengan cowok itu? Ya ampun, kenapatadi aku lupa tanya nomor teleponnya? Selain itu, siapa nama cowok tadi?Kucari-cari bus kota yang tadi ia tumpangi. Sayangnya, bus itu udahjauh meninggalkan terminal. Damn!- ;fr<ttrKEESOKAN harinya, aku nggak mau diantar sama Pak Abdul. Akunaik ojek seperti kemarin, dan menunggu angkot yang sama. Nggakpeduli sama tukang ojeknya yang genit abis. Nggak peduli meskipunangkot D1S selalu penuh penum-pang.Sayangnya, aku nggak ketemu sama cowok yang kemarin itu. Nggak

Page 49: Cinderella Jakarta

ada cara lain untuk bisa ketemu sama cowok itu, aku harus naik angkotD1S setiap pagi. Terkadang, pulang sekolah pun aku nggak maudijemput. Pak Abdul kusuruh menunggu di gerbang perumahan,biar akuterhindar dari si tukang ojek itu.SUDAH sebulan lebih aku naik angkot D1S, tetapi nggak pernahketemu sama cowok yang pernah satu angkot denganku. Bukan aja akupunya utang seribu rupiah padanya.Namun,aku masih ingin banyakngobrol tentang banyak hal dengannya. Pasti asyik banget punya temencowok yang punya hobi sama.Papa dan mama menghargai pilihanku naik angkot ke sekolah,meskipun sebenarnya mereka agak-agak khawatir. Tapi, mereka nggakbisa berbuat banyak, apalagi udah tiga minggu ini Pak Abdul nggakpernah masuk karena sakit.Sore ini, papa dan mama mengajakku menengok Pak Abdul kerumahnya. Meskipun malas, aku mau ikut.Pak Abdul sudah kuanggapbagian dari keluargaku. Dia orang yang baik, rajin, dan penyabar.Setibanya di rumah Pak Abdul yang sangat sederhana, kamidisambut dengan ramah oleh beliau. Pak Abdul masih tampak lemah.Papa dan mamapernah bilang, Pak Abdul yang udah nggak punya istri ini nggakpernah mau berobat ke rumah sakit. "Sekarang sudah agak lumayan,Tuan. Saya mulai enak makan. Mungkin dua hari lagi saya sudah bisamasuk kerja.""Nggak apa-apa, Pak. Barangkali Pak Abdul memang perlu istirahat.Lagi pula, Bunga mulai suka naik angkot, kok."Pak Abdul tersenyum mendengar pengakuanpapa."Ya ampun, saya lupa menyediakan minuman. Sebentar, ya? Sam!Sam! Tolong bawa minumannya! Dari tadi baca terus, sih!" Pak Abdulberteriak-teriak memanggil seseorang. Tak lama, seorang cowokmembawa minuman dengan sebuah nampan."Iya, Pak. Ini minumannya ujar cowok itu, sambil melirik ke arahku.Cukup lama kami bertatapan."Kamu Aku menunjuk-nunjuk ke arahnya, sambil mencobamengembalikan ingatannya. Siapa tahu, dia lupa sama aku. Aku adalah ...cewek yang pernah satu angkot dengannya!"Kamu ... Sophie Neveu ... from The Da Vinci Code, kan?" ujar cowokitu, sambil meletakkan minuman."Benar, Robert Langdon ...do you remember about Angels andDemons?" aku ikut menyebutkan tokoh cerita dari salah satu bacaanfavorit kami lainnya."Kalian sudah saling kenal, ya?" terka mama, melihat keakrabankami.Aku cuma tersenyum malu-malu. Sore ini, aku bahagia sekali.Akhirnya, aku bisa bertemu kembali dengan cowok ini. Aha, yang pastinamanya bukan Robert Langdon, melainkan Sam!Rahasia CowokDI antara teman-temannya, Lulu terkenal paling tau soal cowok. Dari Asampai Z. Ia tahu cara menghadapi persoalan bila dijauhin cowok, carameredakan kemarahan cowok kalo marah, cara mengambil simpati

Page 50: Cinderella Jakarta

cowok, sampai hal lainnya tentang makhluk berjenis cowok itu.Karena itu, nggak sedikit teman-teman yang berkonsultasi padanyakalo punya masalah sama cowok. Seperti Nanda, yang ngeluh dicuekincowoknya. Nanda nggak tahu kenapa cowok yang sangat disayanginya ituakhir-akhir ini cuek."Dia nggak kayak dulu lagi, waktu pertama kali kenal gue!" seruNanda pada Lulu, waktu mengeluh soal cowoknya."Mungkin,elo pernah menyinggung perasaannya?!" ujar Lulu, teramattenang."Menyinggung perasaannya? Apa mungkin cowok gue orangnyaperasa? Bukankah cowok nggak sesensitif cewek?""Jangan salah, Nda!" potong Lulu. "Bukan cuma cewek yang punyasifat perasa. Cowok juga punya.Emang sih, cowok biasanya suka blakblakan kalo tersinggung. Tapi, ada juga yang cuma menyimpannya dihati.""Terus, apa saran elo supaya gue nggak dicuekin?""Elo mesti ngomong baik-baik ke dia! Elo jangan diem aja, apalagingebalas nyuekin dia!""Iya, gue pernah berpikir mau nyuekin dia!""Jangan, Nda! Kalo elo ngikutin cuek, bisa bahaya. Nanti akan timbulkesan kalo hubungan elo sama dia tuh, udah nggak ada kecocokan!Menurut gue, elo mesti tanya baik-baik. Tanya kenapa dia nyuekin elo!""Oke deh, gue coba! Thanks ya, Lu!" Tiga hari kemudian, Nanda baliklagi ke Lulu dan kembali ngomongin cowoknya. Nanda nyeritain kalocowoknya udah berhenti nyuekin dia."Elo bener juga, Lu! Akhirnya, cowok gue ngaku kenapa dia cueksama gue. Ternyata,doi tersinggung sama omongan gue. Waktu itu, guenge-banding-bandingin dia sama mantan gue. Gue pikir, dia baik-baik aja.Eh, ternyata nyuekin gue!""Bener kan, apa kata gue?!Coba kalo elo bales nyuekin dia, sampesekarang elo pasti masih main cuek-cuekan! Untung elo masih tahapdicuekin! Coba kalo dia marah beneran?!"SETELAH Nanda berhasil kembali rukun dengan cowoknya, giliranAllisa yang punya masalah sama cowoknya. Allisa ribut sama cowoknyakarena cowoknya jalan dengan cewek lain. Karena itu, Allisaselalu menjauh dari cowoknya, nggak pernah mau ngangkatteleponnya, apalagi didatengin."Jangan buruk sangka dulu, Sa! Elo mesti nyelidikin kenapa semuaini bisa terjadi. Selain itu, elo harus tahu juga siapa cewek yang jalanbareng dengannya.""Waktu itu, mereka mesra banget, Lu! Gue benci banget ngeliatnya!""Selama ini, elo pernah nanya ke cowok elo nggak, siapa cewek itu?!""Nggak pernah! Seandainya dia ngomong, pasti dia ngibul!""Lho? Elo mesti beri dia kesempatan, dong! Suruh dia memberikanalasan kenapa dia jalan sama cewek lain. Siapa tau ...."Lulu berhenti sebentar, karena ada telepon masuk. Lulu mengangkatHP-nya. Ternyata dari Intan. Intan nelepon Lulu dengan suara terisak. Intanmengaku menyesal karena mengatakan putus dengan cowoknya!"Terusin dong, Lu!""Tadi sampe mana?!""Gue mesti nanya alasan cowok gue ... siapa tau maksudnya apa,

Page 51: Cinderella Jakarta

nih?!""Oh, itu. Ya, siapa tau cewek yang jalan bareng cowok elo itu bukansiapa-siapa.Maksudnya, jangan mikir macam-macam dulu! Kadang,cowok suka iseng. Cowok kan, emang sifatnya mata keranjang, walaupunnggak semua cowok gitu. Nah, yang jenis mata keranjang ini, sebenernyadia juga punya cewek yang bener-bener jadi dambaan hatinya. Kalo seandainya cowok elo jenis ini, elo nggak perlu khawatir.Siapa tau cewek yang jalan bareng dia tuh, cuma temen jalan aja, ataujangan-jangan ... sodaranya?!""Tapi, cowok gue bukan mata keranjang, Lu! Dan, dia nggak punyasodara cewek!""Kok, elo bisa tau kalo dia bukan mata keranjang?! Emangnya, diapernah ngomong ke elo kalo dia bukan mata keranjang?!""Senggaknya menurut gue, Lu!""Buktinya, dia jalan sama cewek lain?! Apa itu bukan matakeranjang?!""Iya, juga, ya?""Sori, Al, tadi itu cuman becanda! Gue yakin, cowok elo bukan tipekayak gitu. Elo juga harus yakin, kalo cowok elo tuh cowok baik-baik.Sebelum bisa membuktikan bahwa dia mata keranjang, jangan percayadulu!""Aduh, bikin bingung aja, Lu! Gimana dong, jalan keluarnya?""Oke, oke. Sekarang gini aja, deh. Elo selidiki dulu baik-baik,tanyapelan-pelan ke doi, soal cewek yang jalan bareng dengannya. Selama ini,elo nggak pernah mau denger penjelasan dia. Nah, kasih diakesempatan! Biarin dia ngeluarin alasan-alasannya jalan bareng ceweklain. Ada kemungkinan dia juga butuh perhatian ekstra dari elo!""Oke deh, Lu. Gue coba."Seminggu kemudian, Allisa balik lagi ke Lulu. Allisa datang denganwajah berbinar-binar. Bukan main senangnya Allisa, karena akhirnyakembali akurdengan cowoknya!"Elo emang temen yang paling hebat, Lu! Ternyata setelah gue maudenger penjelasannya, gue jadi tau kalo ternyata cewek yang jalan barengdengannya itu anak omnya! Sial, hampir aja gue ke-jebak! Kalo nggakminta penjelasan dari elo, mungkin udah gue putusin tuh cowok! Oke deh,Lu! Trims ya, udah bantu gue.""Sama-sama, Al. Gue juga seneng banget bisa nolong elo, apalagisoal cowok. Menurut gue, meskipun cowok makhluk misterius, kita mestibisa tau rahasia-rahasia yang ada di dalamnya.Makanya,gue senengbanget mecahin perkara kayak gini. Bukan cuma elo yang punya masalahsama cowok. Minggu lalu, Nanda hampir putus sama cowoknya. Dan duaminggu sebelumnya,Riana.Anita juga pernah nanya-nanya soal cowok kegue! Padahal, si Anita kan, udah lebih dari lima kali pacaran!""Elo emang hebat, Lu! Gue beruntung punya sobat kayak elo!"SETELAH masalah Allisa selesai, giliran Intan yang harus mengalamimasalah dengan cowoknya. Seperti yang ia katakan di HP, Intan telahmengucapkan kata-kata yang sangat sakral dalam dunia pacaran. Ialangsung mengatakan "putus" sama cowoknya. Padahal, dia masih cintaberat.

Page 52: Cinderella Jakarta

"Gue bener-bener nyesel! Nyesel abis, Lu!""Penyesalan nggak ada gunanya, Intan.""Abis, gimana dong, Lu?""Emang, kenapa bisa bilang putus?""Dia nggak dateng dua malam Minggu ber-turut-turut!""Cuma gitu masalahnya? Ya, ampun!""Iya, Lu! Gimana, dong?! Gue baru tau sekarang, nyokapnya sakitudah dua minggu! Dia nggak bisa dateng malam Minggu karena harusnungguin nyokapnya di rumah sakit!""Kok, elo nggak pernah tau kalo nyokapnya sakit udah dua minggu?!""Dia nggak pernah cerita. Aduh, gimana doong?! Gue nyesel bangetmutusin dia gitu aja! Padahal, gue masih suka banget sama dia! Gimanadong, Lu?""Elo mesti tahu, In. Cowok itu nggak sama kayak cewek. Gue pikir, elobisa menarik kata-kata yang pernah elo ucapin itu. Emang sih, jadi sepertimenjilat ludah yang elo buang ke tanah! Menurut gue, kalo emang tuhcowok masih sayang sama elo, dia pasti mau nerima elo kembali jadiceweknya!""Dia pasti tersinggung, Lu! Dia pasti udah muak sama gue!""Belum tentu, Intan! Coba deh, saran gue ini. Pertama,telepon diabaik-baik.Tanya kabarnya,atau sekadar basa-basi. Lakukan seperti nggakpernah terjadi apa-apa. Kedua, kalo elo nggak berani ngomong, elo bisaminta bantuan temen deketnya. Kasih dia hadiah. Nantinya, tuh cowokakan berpikir, bahwa elo masih suka sama dia. Ketiga, ini yang palinghebat. Datengin dia langsung! Minta maafpadanya! Pasti beres. Dan, kalo dia masih sayang sama elo, elonggak bakalan kesulitan!""Oke deh, In! Gue coba!""Nah, gitu, dong!" Sehari kemudian, Intan udah kelihatan happy.Berkat saran Lulu, Intan mengaku kembali menjalin hubungan samacowok tersayangnya. Sebagai ucapan terima kasih, Intan ngajak Lulumakan di fast-food. Nggak ketinggalan, Nanda dan Allisa diajak."Elo emang hebat, LuiGue bangga punya sobat kayak elo!""Iya, Lu! Elo emang jagonya soal cowok!" tambah Nanda."Kalo nggak ada elo, kita-kita bisa ngejomblo lagi!" tukas Allisa,membuat yang lainnya tertawa."Ah, jangan berlebihan! Gue kan, cuma nyumbang saran. Kaloternyata itu ampuh, mungkin cuma kebetulan aja.""Jangan ngerendah gitu, Lu! Gue yakin dan percaya, semua rahasiatentang cowok ada ditang-an elo! Iya, nggak?""Akuuur ...!""Ngomong-ngomong, sekarang cowok elo siapa, Lu?!" tiba-tiba,Nanda mengalihkan pembicaraan."Pasti yang ketemu di mal dua tahun lalu, kan?"terka Intan."Kalo nggak, cowok yang pernah elo kirimin surat itu?!" tebak Allisa.Ditanya gitu, Lulu diem aja. Sekejap kemudian, ketiga sahabatnyaudah menemukan titik-titik bening di kedua pipi Lulu. Lulu menangis."Inilah yang jadi masalah gue selama ini ... gue belum pernah punyacowok!"Ketiga sahabat Lulu melongo.

Page 53: Cinderella Jakarta

Tentang Rumah HantuRARA mematikan televisi, lalu beringsut ketem-pat tidur, merebahkantubuhnya di sana, dan pengin segera tidur. Namun, bola matanya sulitterpejam. Acara misteri di teve tadi menjadi lekat di kepalanya; kuburan,pocong, hantu perempuan yang ketawa cekikikan.Ih, syerem! Sampaibeberapa saat lamanya, Rara nggak mampu memejamkan matameskipun ia memaksakan diri buat segera tidur. Mata Rara terasakering.Rara masih mikirin gimana kalo tiba-tiba ada hantu seperti di tevetadi masuk kolong tempat tidurnya!Akhirnya, Rara ke luar kamar, menuju kamar papi maminya. Ia hendakmengetuk pintu, tapi ragu karena nggak mau mengganggu mereka.Kenapa nggak ke kamar Mbok Yum aja? Rara ke kamar Mbok Yum,pembokat yang sejak kecil merawatnya. Ia bangunkan Mbok Yum, lantasmengajaknya ke kamar Rara. Malam itu, apa boleh buat, Rara tidurditemani Mbok Yum.Ketika sudah berada di kamarnya, Mbok Yum melanjutkan tidurnya.Mbok Yum tampak nyenyak dan damai! Rara sendiri masih nggak mampumemejamkan mata!Rara tetap nggak bisa tidur. Padahal, papanya pernah bilang, "Ra,hantu hanya mendatangi seseorang yang kosong jiwanya. Hantu hanyabisa dilihat oleh orang yang percaya bahwa sosok hantu memang benarbenar ada!"Huaaah, sekarang ini jiwa Rara kosong? Apakah Rara percaya samahantu?Uh, ampun, deh! Tiba-tiba, tawa seorang presenter acara misteri disalah satu televisi swasta itu meledak-ledak di kepalanya."Huahahaha .... Hukaaa-hukaaaBersamaan dengan itu, Rara ingat ucapan guru agama disekolahnya, bahwa hantu itu nggak bisa dilihat dengan matabiasa.Akhirnya, Rara sadar kalo ia nggak bisa melihatnya. Kenapa mestitakut?Rara membangunkan Mbok Yum, memintanya kembali ke kamarMbok Yum lagi. Dengan langkah malas, Mbok Yum berjalan tertatih-tatihke kamarnya. Kini, Rara kembali sendirian di kamarnya. Dan, munkinMbok Yum udah kembali nyenyak di kamarnya.Rara senyum-senyum sendiri, ngerasa puas bisa ngalahin rasatakutnya. Rara kembali berusaha memejamkan matanya. Tapi, sayang,masih belum juga bisa. Bersamaan dengan itu, jam dinding di ruangtengah berdentang dua belas kali. Suaranya sama persis dengan jam diacara misteri tadi.Teng! Teng! Teng!Uh, Rara ingat lagi acara misteri tentang rumah kosong itu!Rumah kosong, biasanya suka ditempatimakhluk-makhluk halus, hantu-hantu penasaran. Rumah kosong?Uh, ia ingat. Di depan rumahnya yang besar dan asri ini, tepat di depanjendela kamar Rara, ada rumah kosong. Rumah kosong di seberangjalan itu sudah ada sejak Rara belum pindah. Rara nggak tahu siapapenghuni rumah kosong itu. Sebelum ini, Rara nggak pernah peduli samacerita-cerita seram tentang rumah kosong itu. Habis, Rara emang nggakpercaya sama hal-hal gituan.

Page 54: Cinderella Jakarta

Meskipun ada yang bilang bahwa dulunya ada yang gantung diri dirumah itu, Rara nggak peduli. Ada yang cerita kalo di sekitar rumah itusuka ada cewek cantik "jadi-jadian" yang hobi menggoda pejalan kaki,bisamenghilang atau berubah jadi nenek-nenek jelek kayak Mak Lampir. Rarajuga nggak peduli. Dan, ada pula hal-hal yang juga nggak pernah Rarapedulikan tentang rumah sebelahnya itu, yakni adanya suara seseorangmerintih tengah malam!Tiba-tiba, semua yang nggak pernah Rara pedulikan itu, malam inimuncul secara seketika di kepalanya. Rara kembali teringat adegan diteve tadi, seorang perempuan cantik tertawa-tawa di depan rumahkosong, tetapi setelah didekati oleh seorang pejalan kaki atau pengendara sepedamotor, perempuan itu menghilang!Rara bangkit dari tidurnya, merapatkan tubuhnya kedinding.Mendadak napasnya ngos-ngosan turun naik, seperti seseorangyang berlari berjarak ribuan meter! Sekujur tubuhnya bermandi keringat.Ketika tubuhnya telah rapat ke dinding, yang jaraknya beberapa senti darijendela kamarnya,Rara menyibak gorden jendela itu. Tampaklah rumah kosong itu yangtampak gelap. Pepohonan yang tumbuh nggak keurus di halaman rumahitu, meliuk-liuk tertiup angin.Rara terus menatap pintujendela-jendela, dankeseluruhan rumah kosong itu. Sepertinya, ada seorang cewek bergaunputih-putih melambai-lambaikan tangan ke arahnya! Sepertinya ....JLEGER!Suara petir bergemuruh setelah dua kali kilatan yang menyambarnyambar di atas atap rumah kosong itu.Rara menjerit kaget.Bersamaandengan itu, hujan turun.JLEGER!Petir bergemuruh lagi, diiringi hujan. Rara kembali menatap rumahkosong itu dari balik jendela kamarnya. Nggak ada siapa-siapa di sana!Tetapi, bulu kuduknya merinding. Rara kembali teringat adegan diacara misteri, hantu perempuan tertawa cekikikan di tengah gemuruhnyahujan. Tawa cekikikan hantu itu sungguh menakutkan Rara. Kini, suara ituseperti terdengar dari rumah kosong!Rara segera menghambur ke luar kamar, mengetuk pintu kamarMbok Yum!mSORE ini, sepulang sekolah, Rara mendapati sekumpulan orang didepan halaman rumahnya. Orang-orang itu ternyata lagi melihat rumahkosong itu. Entah apa yang terjadi di sana, hingga begitubanyaknya orang berkumpul sampai ke halaman rumah Rara."Ada apa, Pak?" Rara bertanya sama satpam kompleks. Satpam iniudah nggak asing lagi bagi Rara karena beliau udah bekerja sejakkompleks perumahan elite ini baru dibangun."Itu lho, Non! Katanya, dini hari tadi ada tukang bakso lewat di depanrumah kosong ini. Lalu,ia berhenti tepat di depan rumah ini karena adayang memesan bakso," jelas satpam itu."Siapa yang memesan bakso? Bukankah itu rumah kosong?" potongRara."Saya juga nggak tau, Non. Tau-tau, mangkuknya udah tergeletak didepan rumah kosong ini! Tukang bakso itu tiba-tiba menghilang!"

Page 55: Cinderella Jakarta

"Terus, gimana?" Rara tambah penasaran."Sabar dulu, dong! Tarik napas dulu. Emang, Non nggak tau apa, kalosemalam ada tukang bakso keliling?""Saya kan, udah tidur!" Rara pura-pura bego. "Oh"Terus, gimana?" tanya Rara."Terus, sampai di mana tadi?""Tukang bakso itu tiba-tiba menghilangiHuuuh gimana, sih?!" Rarajadi jengkel."Oh, ya. Setelah itu, beberapa satpam menemukan dua mangkukyang habis dipakai di depan halaman rumah kosong itu. Mungkin, tukangbakso itu menghilang di dalam rumah kosong itu!""Tapi, siapa yang menjamin kalo tukang bakso itu masih berada didalam rumah kosong itu?!"desak Rara semakin penasaran."Waduh, Bapak juga kata orang!" satpam itu kebingungan."Terus, orang-orang ini ngapain?""Mereka penasaran apakah tukang bakso itu ada di dalam rumahkosong atau nggak.""Sudah lapor polisi?""Polisi datang tadi siang, tapi cuma meriksa." "Mereka bilang apa?""Susah! Hal-hal gaib itu kan, nggak ada dalam undang-undang?""Ih, Bapak ngomong apa, sih?!" Rara pura-purapilon."Baca koran, dong! Emangnya, hantu bisa dijerat hukum?""Hah?! Kayaknya, makin nggak jelas aja, nih!" Rara tambah bingung."Kesimpulannya, polisi malah mengusir orang-orang yangberkerumun di rumah kosong ini karena nggak ada bukti kejahatan yangbisa dilacak! Cuma, mereka masih penasaran. Di antara mereka, adaparanormal segala, lho!""Ya udah, deh! Rara jadi bingung, nih."Setelah itu,Rara memasuki halaman rumahnya, dan bergegas masukke rumah. Rara masih nggak ngerti, kenapa tadi malam ia nggak melihatsebuah gerobak bakso di depan rumah kosong itu! Lagi pula, Rara nggakpercaya sedikit pun, atas apa yang baru diceritakan oleh satpam itu.Namun, orang-orang yang berkerumun itu, kenapa mereka berada disekitar rumah kosong itu? Jangan-jangan, merekapercaya kalo tukang bakso keliling yang disebut-sebut satpam itumasih berada di dalam rumah kosong itu.Hiiiyyy ... Rara bergidik setengah mati. Ketika berada di dalam rumah,Rara langsung disambut Mbok Yum."Aduh, gawat! Gawat!" teriak Mbok Yum, dengan suara bergetar."Gawat kenapa?" Rara pura-pura nggak ngerti. Padahal Rara tau,pasti Mbok Yum mau ngomong tentang rumah kosong itu!"Itu lho, rumah kosong itu!""Iya, kenapa?""Non liat, kan, orang-orang yang padangumpul?""Iya, iya, Rara tau!""Mereka lagi nunggu tukang bakso itu keluar!""Tukang bakso?!" Rara semakin berlagak pilon.

Page 56: Cinderella Jakarta

"Iya. Setelah mengantar pesanan ke rumah kosong itu, katanyatukang bakso itu nggak pernah kembali!"Uh, pasti Mbok Yum termakan omongan satpam itu. Tapiapabener, ya?"Non! Non! Kok, malah bengong?""Eh, iya, Mbok! Terus, Mbok?""Terus Non, katanya malam ini papi sama mami nggak pulang. Adarapat penting di hotel. Kata mami, tadi nelepon ke HP Non Rara, tapinggak nyam-bung-nyambung!""Ya udah. Papi mami kan, emang udah biasa ada rapat mendadakkayak gini?""Mbok Yum tau. Tapi "Kenapa?""Biasanya kan, kalo papi sama mami Non Rara nggak pulang, NonRara bisa ditemani sama Mbok." "Lha, iya lah!""Iya bagaimanaTI/l/ong malam ini Mbok Yum mau menginap di rumahsaudara Mbok Yum.""Mbok Yum juga mau pergi?""Iya, saudara Mbok Yum sakit. Mbok Yum sudah minta izin sama papimami Non.""Mereka ngasih izin?""Kata mereka, sih ... terserah Non Rara."Rara jadi bimbang. Apakah ia ngizinin atau nggak. Rasanya, ia terlalukejam kalo nggak ngizinin Mbok Yum nginep di rumah sodaranya yangsakit itu. Tapi, kalo Rara izinin, siapa yang nanti malam menemaninya dirumah?!"Ya sudahlah. Mbok Yum boleh menginap!""Bener, Non?" Mbok Yum nggak percaya."Bener!""Non Rara nggak takut sendirian di rumah?" "Takut? Takut apa?""Hehehe ... kali ajamMALAM ini, papi, mami, dan Mbok Yum nggak ada di rumah. Raramengunci seluruh pintu dan jendela rumahnya rapat-rapat.Sebelummemeriksa jendela kamarnya sendiri, ia menyibak gordennya, dantampak rumah kosong itu!Rumah kosong di seberang jalan itu begitu gelap dan sepi. Rupanya,orang-orang yang berkumpul sejak siang sampai sore tadi sudahmeninggalkannya.Apalagi,sore ini gerimis tumpah menyiram tanah.Setelah semua beres, Rara merebahkan tubuhnya di kasur. Matanyasempat melirik televisi.Hm ia ragu menghidupkannya. Belakangan ini,Rara rajin nonton acara berbau gaib dan misteri. Apakah malam Jumat iniia pun menon-tonnya lagi?Tiba-tiba, Rara teringat adegan demi adegan yang berbau pocong,kuburan, dan hantu penasaran. Bulu kuduknya mendadak berdiri. Raramenggeser letak telepon di sebelah tempat tidurnya, berharap bisalangsung menghubungi nomor seseorang kalo ia membutuhkannya!Kriiing ...f f fRara melonjak kaget karena tiba-tiba telepon itu berdering. Ia inginmengangkatnya, tapi ragu. Jangan-jangan, telepon itu dari .... Dalamsebuah adegan sinetron misteri, hantu bisa menelepon seseorang yang

Page 57: Cinderella Jakarta

tengah sendirian!Rara makin ngeri aja! Pada saat bersamaan, iseng-iseng Raramenyibak gorden jendela kamarnya. Rara mengamati sosok berbaju putihmelambai-lambaikan tangannya. Rara langsung menutup gordennya.Tapi... tiba-tiba,Rara merasa kenal dengan orang yang melambai-lambaikantangan itu. Perempuan itu seperti ... mamanya!Rara kembali menyingkap gorden jendelakamarnya. Mendongakkan kepala, mendapati mama, papa, dansatpam yang berteriak-teriak. Tampak mamanya menghidupkan HP.Danterdengarlah dering telepon di kamarnya."Halo ...!" Rara mengangkatnya, karena merasa telah mengenaliorang yang meneleponnya."Halo, Ra! Kok, nggak diangkat-angkat? Ini Mama sama papai Kamuini gimana, sih? Semua pintu kamu kunci dari dalam! Mama sama papanggak bisa masuk!"Rara langsung menutup telepon, setengah berlari keluar kamarmembuka pintu rumah.Mimpi SelebritisSUDAH dua hari ini, Siska nggak masuk sekolah. Semua teman dikelas nggak heran. Siska nggak masuk karena izin buat keperluancasting. Ia bilang, memenuhi tawaran seorang produser untukmembintangi sebuah sinetron! Seisi kelas jadi seneng abis. Karenasebentar lagi, sohib mereka bakal ada yang jadi bintang sinetron! Jadiselebritis!"Duh, Siska! Coba, gue punya tampang manis kayak dia. Gue jugakepengin main sinetron!" ucap Dara, pada Rini dan Sasa. Temen-temenlainnya ikutan nguping."Emangnya, jadi pemain sinetron harus yang manis-manis, apa?"celetuk Kiki, yang katanya selalu sirik sama manusia bertampangmanis.Habis, te-men-temennya bilang, doi ini bertampang misterius,semacam Tante Suzana yang demen banget berperan jadi Sundel Bolongitu! Hihihi padahal aslinya Tante Suzana itu manis, lho! Kalo Kiki, emangsehari-harinya keliatan misterius!"Nggak juga sih, Ki. Kalo semua bintang sinetron bertampang manis,ntar siapa dong, yang berperan jadi pembokat?" sodok Jejen yangbelakangan ini diam-diam suka merhatiin Kiki."Kalo cuma jadi pembokat, gue sih, ogah jadi bintang sinetron! Malumaluin aja!" sambar Dara sambil pasang muka sinis."Emangnya, siapa yang sudi ngajak elo jadi bintang sinetron, Ra?!"Rini kesal."Iya, Ra. Lagian, biar peran pembokat, yang penting bintang sinetron!Elo pasti nggak tau sinetron Inem Pelayan Seksi, ya? Coba kalo elotonton, bakalan kaget ngeliat Inem yang pembokat itu tampangnya cutebanget!" Sasa ikutan komentar."Nggak seberuntung Siska. Sampe peran pembantu pun, gue nggakmungkin!" ucap Dara, lunak tapi kenes."Maaf ya, Ra! Gue nggak bermaksud nyakitin elo.Dan, Siska emangudah sepantasnya meraih apa yang ia cita-citakan sejak lama, jadibintang sinetron. Nggak percuma kalo selama ini, Siska suka kelilingkeliling malatau ikutan lomba foto model," Rini ikutan melunak.

Page 58: Cinderella Jakarta

"Mmm ... Siska ikutan lomba foto model sih,gue udah tau, Rin.Bahkan, dia pernah masuk nominasi cover gir/. Tapi ... keliling-keliling malitu apa maksudnya?" tanya Dara akhirnya."Ooo elo belum tau ya, Ra? Siska itu sering ke mal karena berharapada produser yang mengajaknya main sinetron! Kan, emang enggaksedikit artis sinetron yang ditemuin dari mal?" kata Rini."Elo bener, Rin. Gue juga pernah baca di tabloid hiburan,artis sinetronyang awalnya diajak main sinetron gara-gara ditemuin di mal!" Sasamenambahkan."Wah ... coba gue sering-sering nongkrong di mal?!" Jejen, cowokyang seneng berpenampilan dekil itu, ikutan ngomong lagi."Waduh, kalo elo sampe sering nongkrong di mal, bisa gawat, Jen!Kasian sama satpamnya! Mereka bakal sibuk merhatiin elo!" cerocosSasa."Eh ... emangnya, tampang gue kayak maling, apa?" Jejen kesal."Beda-beda tipis, lah!" sahut Kiki, sambil ketawa ngakak.Semua anakikutan ngetawain Jejen."Ya, udah! Liat aja nanti!"ancam Jejen. "Paling nggak, kalo Siska udahngetop,gue bakalan selalu mendampingi dia jalan-jalan ke mal. Jadi ...body guard-r\ya\" lanjutnya bersemangat, sampe-sampe mulutnyaberbusa."Eh, ngaca! Ngaca! Siska nggak bakalan mau sama elo! Jijay, tau?!"sambar Rini, sengit."Tunggu tanggal mainnya!"teriak Jejen, nggak kalah sengit. Setelahitu, Jejen keluar kelas sambil menutupi kedua telinganya, karena semuaanak mendamparatnya."Huuu ...! Jejen dekil!""Jejen kumal!""Jejen kumuh!""Psssttt ... udah, udah ... kasian Jejen! Kalo rapi, sebenernya Jejen itulumayan, tau!" Kiki menengahi teman-temannya."Ketauan, ya?! Kalo naksir, sana kejar!" teriak anak-anak."Gue, naksir si Jejen? Sori, ya! Enggak level! Soalnya, gue pun bentarlagi jadi bintang sinetron!""Hah? Elo, Ki? Jadi bintang sinetron? Mimpi kali, yeee ...!""Tunggu aja! Mulai siang ini, pas bubar sekolah,gue langsungnongkrong di mal!!!11"Mau ngapain?!" tanya anak-anak, heran."Masa nawarin parfum? Ya cari produser sinetron, lah!" sahut Kiki,sambil ngacir keluar kelas, nyusul Jejen.HARI ini,Siska masuk sekolah dan keliatan lelah setelah dua hariberturut-turut nggak masuk lantaran ikutan casting sinetron itu."Emang, capek ya, Sis?!" selidik Dara."Gila, Ra! Yang casting antre!""Terus, elo lulus nggak?""Tinggal nunggu kabar. Paling,satu-dua hari ini." "Gue doain, Sis.Mudah-mudahan, elo lulus tes!" "Makasih, Ra.""Tapijangan lupa sama kita-kita ya,Sis!" harapRini."Maksud, elo?"

Page 59: Cinderella Jakarta

"Gue khawatir aja. Ntar, kalo elo udah ngetop, elo lupa sama kita-kita.""Don t worry, friends! Gue bukan 'kacang lupa sama kulitnya'.""He-eh,Sis! Gue ngerti maksud elo!"serobot Jejen, yang tau-tau udahmasuk ke kerumunan anak-anak cewek."Sok tau! Kacang lupa sama kulitnya itu apa, hayo?!" sembur Kiki."Gini, Ki. Siska itu kan, nantinya bintang sinetron. Nah, pas doi makankacang, doi enggak lupa mesti ngupas kulitnya dulu! Masa, mentangmentang bintangsinetron, makan kacang sampai sama kulit-kulitnya?!""Huuu ...!" semua anak yang mendengar ocehan Jejen, serentakmencubiti tubuhnya."Ampuuun ...! Ampuuun ...!"Jejen teriak-teriak."Ngakunya mau jadi body guard?1. Baru dikeroyok lima cewek ajaudah kalang-kabut!" umpat Dara.mPAGI ini, Siska nggak masuk sekolah. Menurut kabar, doi udah mulaisyuting sinetron hari ini!"Elo tau dari siapa, Ra?" selidik Sasa."Semalam, Siska nelepon gue. Katanya, dia lulus casting1. Wuih,heboh banget, ya?!" ucap Dara berapi-api, tapi mulutnya enggak sampengeluarin asap, sih."Ya, Tuhan! Siska lulus casting?! Woooy ... semuanya! Denger, ya!SISKAMAIN SINETRON!" teriak Sasa sambil berlari ke sana-kemari, kayakorang kebakaran jenggot. Untung, Sasa nggak punya jenggot."Aduh, duh, duh ... hik, hik, hik akhirnya, sohib gue jadi bintangsinetron!" Jejen malah terharu,"Hah? Gila! Hebat! Agnes Monica bakal punya saingan beraaat .,,!"teriak Kiki, sambil melompat-lompat, persis nenek-nenek kebakaran buluketek! Hihihi kalah tuh hutan di Kalimantan."Judul sinetronnya apa, sih?""Lawan mainnya siapa? Roger? Revaldo? Syah-rul? Atau ...Irwansyah? Ck, ck,ck!""Nggak tau,deh. Kita tunggu aja kabar selanjutnya."HAMPIR seminggu, Siska nggak masuk sekolah. Semuanya menantikehadirannya. Mereka pada enggak sabar menunggu."Emangnya, berapa hari sih, syutingnya?"tanya Sasa."Bisa jadi sebulan," jawab Dara asal."Walah ...! Sebulan? Apa nggak lebih baik sekalian berhenti sekolahaja?""Hus! Udah nggak aneh bintang sinetron tuh kayak gitu! Tapi,biasanya orang macam Siska da-pet dispensasi dari sekolah. Artis kan,emang gitu? Nanti mendatangkan guru privat ke lokasi syuting! Mmm ...pokoknya, jadi bintang sinetron itu oke banget!" Jejen sok tau."Gue enggak percaya sama omongan elo, Jen! Mulut elo aja baujengkol!!""Emangnya, kenapa kalo mulut gue bau jengkol?! Asal elo pada tau,bagi gue, rasa jengkol tuh,surga dunia!""Bau jengkol aja bangga! Biar bau jengkolnya ilang, sono, makanpete!" hardik Kiki."Bodyguard kok, suka makan jengkol? Kasian atuh, para

Page 60: Cinderella Jakarta

penggemar!""Udah, udah ...! Kenapa jadi ngebahas jengkol, sen?""Iya, neh! Sono, Jen, bersihin mulut elo! Perasaan, di kantin kitanggak ada menu jengkol?" "Jejen pesen di warteg seberang sekolah, bo!""Pantes.""Terus, masalah Siska, gimana, dong?" "Ya mau gimana? Kitatunggu aja kabar selanjutnya.""Udah dihubungi lewat HP?""Enggak aktif. Sibuk ngelayanin wartawan,kali?""Uh, bintang sinetron!"SISKA kembali masuk. Kontan, semua anak pada mengerumuninya.Malah, ada yang pura-pura minta tanda tangan segala.Gimana syutingnya, Sis?"Lawan mainnya siapa aja?"Judul sinetronnya apa, sih?"Tayangnya kapan?"Di stasiun apa?"Gimana rasanya main sinteron?"Bertumpuk-tumpuk pertanyaan menyerang Siska. Sayang, Siskanggak mau menjawab.Ia cuma bilang, "Tunggu aja beritanya di tabloid,satu atau dua minggu lagi. Soalnya, sang produser ngelarang parapemain ngasih bocoran sama siapa pun! Masih rahasia!""Jeee elo, Sis! Kita-kita kan, bukan wartawan. Kenapa mesti rahasiarahasiaan, sih?!" Kiki yang paling penasaran, protes keras."Iya, Sis. Please deh, ah Semua anakmerengek-rengek.Siska nggak peduli sama rengekan teman-temannya. Lagi puia,Siska pikir, pasti teman-temanku nggak bakaian puas seandainya akumenjawab.Namun,karena serangan teman-temannya yang bertubi-tubi, terutamaKiki yang cerewet, akhirnya Siska menjawab satu pertanyaan yangmembuat teman-temannya puas."Gue main di FTV ucap Siska, yang langsung membuat temantemannya paham.Semua pada tau, FTV itu Film Televisi alias telesinema, sinetron yangsekali tayang langsung tamat."Judulnya?" sodok Kiki."Misteri Rumah Hantu." Ups! Siska keceplosan, ngasih tau judulnya!"FTV Misteri, ya?" tebak Dara."Udah, ah! Kok, jadi terus-terusan tanya, sih? Nanti aja, tunggutanggal mainnya!" Siska jadi berang."Pertanyaan terakhir," ucap Kiki, persis reporter yang mau menyudahiwawancara. "Tayangnya kapan?" lanjut Kiki.Karena ngerasa bosan dikerumuni anak-anak, akhirnya Siska nyerah."Hari Jumat depan, jam delapan malam!"jawab Siska, dan nggak lupamenyebut stasiun teve yang bakal menayangkannya.Merasa puas akan jawaban itu, anak-anak akhirnya menyingkir dariSiska. Siska menghela napas, merasa lega dijauhin sohib-sohibnya.Kasihan Siska, baru mengalami sekali syuting, udah merasakan seperti

Page 61: Cinderella Jakarta

bintang sinetron top yang diserbu penggemarnya!SABTU pagi, kelas Siska gaduh. Semua anak pada diskusi soal filmtelevisi yang mereka tonton semalam."Perasaan, gue nggak liat tampang Siska, deh!"ucap Kiki dengannada kecewa."Itu tuuh ... yang jadi cewek di pos ronda, yang menggoda pendudukyang melintas,"kata Dara."Yang mana, ya? Habis,muka tuh cewek pucat gitu, sih. Udah gitu,gue agak-agak ngeri nonton tuh sinetron!""Yeee ... nggak nyimak, sih!!!" timpal Jejen."Wah ... gue juga nggak fokus ke salah satu stasiun teve tuh. Ng ...jadi, waktu syuting Siskayang seminggu itu, cuma nongol lima menit itu doang?!" sungut Rini,tak kalah kecewa.Semua anak mengangkat bahu."Pssttt ... Siska udah dateng bisik Rinikemudian.Semua anak kompakan diam."Gimana, bagus nggak, akting gue?" tanya Siska, begitu tiba di depansohib-sohibnya.Kontan, semua anak terbengong-bengong. "Emangnya, elo yang jadisiapa sih, Sis? Eee sori, gue nggak begitu merhatiin tuh sinetron," tanyaSasa polos."Ya ampun, elo, Sa! Gue kan, yang jadi kuntilanak jadi-jadian itu!"jawab Siska, datar, lalu menghambur ke mejanya.Sohib-sohibnya pada kebingungan,tapi akhirnya tersadar, sebagiandari mereka yang menonton sinetron itu pasti paham. Tokoh kuntilanakjadi-jadian yang diperankan Siska bertampang jelek, seperti Mak Lampir,yang sepanjang sinetron itu sering ke-tawa menyeramkan. Kecuali pasadegan di pos ronda,yang memakai wajah manis Siska sesungguhnya,tentu dengan make-up dibuat agak seram."Ya ampun, Siska ... yang jadi kuntilanak itu elo, ya? Yang ketawanyaserem banget?"Siska mengangguk senang. "Wah, selamat deeeh ...!"Satu persatu, sohib Siska memberi ucapan selamat pada Siska, yangmereka anggap berakting bagus. Saking bagusnya, mereka sampe nggaktahu kalo Siska sebenarnya pemeran utama sinetron itu!CheerleaderSEMUA anak cewek ngomongin penampilan dahsyat anak-anakcheerleader, yang jadi penggembira pada pertandingan basketantarkelas. "Ya ampun, mereka keren abis, deh!" "Piramid yang merekabikin lain dari yang lain!" "Gerakan mereka yahud banget!" "Aku penginbanget deh, ikut latihan sama mereka.""Tapi, nggak semua anak bisa ikut cheer's, lho! Banyakpersyaratannya."Memang, nggak semua anak bisa jadi anggota cheerleader. Padahal,banyak banget anak cewek yang jadi anggotanya.Salah satu cewek yangngebet banget jadi anggota cheerleader adalah Bianca Sisilia Rombey,siswi kelas satu K. Udah lama banget Bianca mimpi pengin jadi anggotacheer's, tapi itu enggak mungkin banget.

Page 62: Cinderella Jakarta

Masalahnya, temen-temennya bilang Bianca nggak punya senyummanis kayak anak-anak cheer's itu.Bianca enggak mungkin bisamenghafal gerakan-gerakan yang biasa diperlihatkan anak-anak cheer's .Dan, kalo Bianca ngotot gabung sama anak-anak cheer's, dipastikanbakal memperburuk penampilananggota cheer's lain, sebab dianggap akan merusak pemandangan!"Ya ampun, Bi, elo nggak pantes banget masuk tim cheer's1.""Cocoknya topeng monyet kali! Hahaha"Jadi Sarimin-nya, dong! HeheheBianca sebenarnya nggak peduli pendapat sinis teman-temannya itu.Masalah senyum, itu gampang dipelajari. Soal gerakan-gerakan, bisadihafal setiap hari. Penampilan juga bisa dibuat stylist, kok. But, the mainproblem is ... Bianca emang nggak bisa menutupi diri, kalo ia punya bodibalon gas! Kayaknya, nggak banget deh, kalo tubuhnya yang gempalmelompat-lompat mengikuti gerakan-gerakan anak-anak cheer's lainnya.Persoalan sebenarnya adalah, kalo Bianca ngotot ikutan cheer's,apakah dia bisa menurunkan berat badannya lima belas kilo aja?! Oh,kayaknya berat banget! Sementara itu, diet cuma bikin sengsara. Kalongomong soal diet, Bianca langsung pusing tujuh keliling pangkat tigabelas. Life is hell!Taruhlah Bianca bisa menurunkan bobotnya, tapi apa bisa iameninggikan tubuhnya dua puluh lima senti lagi, hingga keseluruhannyaminimal jadi 160 senti?Dan kini Jelaslah ... bagi Bianca Sisilia Rombey, jadi anggota cheer'scuma mimpi belaka!"Gue bilang juga apa?! Elo tuh, cocoknya main basket!" ujar Lola,satu-satunya anak cewek yang mau jadi temen deket Bianca."Masa sih, main basket? Menghina banget, deh!""Abis, apa lagi? Anak-anak cheer's kan, manis-manis, langsinglangsing, seksi-seksi .... Nah elo ...?""Oke, gue terima. Nah, elo malah bilang gue pantesnya main basket!Gila aja. Tapi ... oke juga sih, saran elo. Kayaknya, gue bisa main basket.Cuma ... kira-kira, posisi gue apa?""Taelaaa elo tuh main basket bukan jadi pemainnya, tapi jadibolanya!"Bianca nggak marah meskipun Lola sebenarnya keterlaluan. Lagian,buat apa marah? Nanti, bisa-bisa dia nggak punya teman.AKHIRNYA, Bianca nggak mau pusing dan menyadari sepenuhnya,kalo dirinya nggak mungkin jadi anggota cheer's. Pada akhirnya, Biancacuma bisa mengkhayal, seandainya dia bisa jadi salah satu anak cheer's.Bianca merasa beruntung memiliki kegemaran menulis cerita.Keinginannya yang nggak bisa terwujud itu, ia tuliskan di dalam sebuahcerita. Dalam cerita yang ia buat, ia menjadi tokoh yang bisa menjadianggota cheer's. Dalam sebuah karangan, segalanya menjadi mungkin,termasuk Bianca yang punya bodi nggak mendukung, toh ia tetap bisamenjadi anggota cheerleader dalam cerita yang ia karang!Meskipun memiliki tubuh supergendut danpendek, akhirnya Bianca bisa jadi anggota cheer's sekolahnya. Anakanak cheer's mau nerima keadaan Bianca.Seminggu sekali, Bianca ikut latihan bareng anak-anak lainnya.

Page 63: Cinderella Jakarta

Namun, ia sendiri berlatih setiap hari di rumah. Angkat barbel, push up, situp, lompat, lari, renang, semua ia lakukan agar tubuhnya bisa lentur dankuat. Tak lupa pula menghafalkan semua gerakan cheer's-nya.Hebatnya, ternyata Bianca mampu menandingi teman-temannyasesama cheer's. Bianca bahkan bisa menjadi maskot cheer's karenagerakannya yang gesit dan lincah. Setiap kali cheerleader yangberanggotakan Bianca, selalu mendapat sambutan yang sangat meriahdari orang-orang.Pada akhirnya,karena kehebatannya itu,Bianca jadi cheerleader intisekolah. Di setiap pertandingan, Bianca selalu tampil bareng tim cheer'snya. Bahkan, para penonton selalu menanti-nantikan kehadiran Biancadalam setiap penampilannya. Bianca mampu tampil seperti anak-anakcewek lain yang bertubuh langsing.Hanya, semua itu cuma dalam cerita yang dibuat Bianca! Karena yangterjadi sesungguhnya, Bianca tetaplah Bianca, si gendut pendek yangnggak akan mampu bisa jadi anggota cheer's, kecuali menuliskannyadalam sebuah cerita.TULISAN Bianca tentang anggota tim cheer's sekolah yang gendutpendek itu,dibaca oleh temen-temen sekelas. Ketika selesaimembacanya, salah satu teman Bianca terenyuh, namun lega ketika bacaending-nya.Naskah Bianca yang sudah dijilid rapi itu, diberikan padaanak-anak di kelas lain. Bahkan jadi rebutan!Seorang guru bahasa Indonesia ikut membaca tulisan Bianca. Beliaumeminta disketnya dan mengatakan akan memberikan disket berikutnaskah yang sudah d\-print out itu pada penerbit."Kamu akan menjadi penulis terkenal, Bianca!" ujar guru bahasaIndonesia pada Bianca.BUKU itu diterbitkan!Bianca nggak nyadar kalo cewek seperti dirinya bisa menjadi'sesuatu1. Meskipun nggak bisa jadi anggota cheerleader, dia bisa bisajadi seorang penulis! Apalagi, ketika dihubungi, penerbit mengatakan kalonovel itu udah dua kali cetak ulang dalam waktu seminggu sejakditerbitkan!Aha, Bianca kini menjadi sangat berarti hidupnya. Ketika promosinovelnya di salah satu sekolah, seorang cowok keren meminta tandatangannya.Dia mengaku sangat menyukai novel itu. Si cowok itu jugameminta nomor HP Bianca.Pada akhirnya, cowok itu jadi temen curhat Bianca. Mereka seringkahsaling SMS-an. Dan padasuatu malam Minggu, si cowok ngajak Bianca jalan-jalan. Tapi,Bianca menolaknya, karena dia mengaku sedang sibuk menulis ceritalainnya.Zaenal Radar T., kelahiran Tangerang,7 Desember 1973 Bu-kunyayang telah terbit: Jerawatan (Cinta, 2005), Bunda, Aku Jatuh Cinta (MU: 3Books, 2DD5), The Last Lajang-er (Lajang Terakhir), ditulis bareng DonoIndarto (Gagas Media, 2DDS), Kantin Love Story (LPPH, 2DD4), AirmataLaki-laki (FBA, 2DD4), Ketemu Camer (DARI Mizan, 2DD4), HargaKematian (DARI Mizan, 2DD3), dan beberapa buah buku anak-anak sertasejumlah antologi bersama penulis lain. Cerpen-cerpennya dimuat dalamsejumlah media, di antaranya majalah CEWEK, Kawanku, ANEKA Yessl,

Page 64: Cinderella Jakarta

FANTASI Teen, Mahardika, KEREN Beken, GAUL, CINTA, dan lain-lain.Saat ini, ia menjadi kontributor sejumlah media serta menulis cerita danskenario sebuah rumah produksi di Jakarta.Setelah semua lapangansepak bola di daerahnya tergusur dan diganti dengan perumahan danmal, hobi main sepak bolanya menjadi bersepeda keliling kampung. Dantentu saja, bila senja datang, Zaenal selalu menyempatkan diri untukminum teh sambil membaca atau menonton film.Buat kamu-kamu yang penasaran dengan karya-karyanya, bisakirim e-mail ke zaenal_radar_t@y ahoo. com.

Page 65: Cinderella Jakarta