ckb-tragedi subuh si kecil
TRANSCRIPT
-
8/6/2019 Ckb-tragedi Subuh Si Kecil
1/42
Laporan Kasus
CEDERA KEPALA AKIBAT KECELAKAAN
LALU LINTAS
Oleh:
Yoga Rahmadiyanto
NIM. I1A003007
Pembimbing:
Dr. Iwan Aflanie, M.Kes, Sp.F
BAGIAN/SMF ILMU KEDOKTERAN FORENSIK
FK UNLAM RSUD ULIN
BANJARMASIN
Mei, 2011
-
8/6/2019 Ckb-tragedi Subuh Si Kecil
2/42
BAB I
PENDAHULUAN
Cedera kepala masih merupakan problem utama kesehatan masyarakat.
Sering terjadi pada usia belasan tahun (teeneger) dan dewasa karena merupakan
golongan sosial yang produktif. Cedera kepala juga sering diartikan sebagai
traumatic brain injury. Penyebab paling sering adalah kecelakaan sepeda motor,
yang juga merupakan mekanisme yang paling sering terjadi pada usia belasan
tahun dan dewasa muda. 1
Kejadian cedera kepala akibat trauma menyumbangkan sebagai penyebab
kematian sekitar 1/3 dari total kematian akibat trauma. Di Amerika, cedera kepala
akibat trauma di tahun 1989 sampai dengan 1998, terjadi akibat senjata api (40%),
kecelakaan lalu lintas (10%), dan terjatuh (10%). Cedera kepala akibat trauma
menyumbangkan 1,1 juta pasien setiap tahunnya yang datang ke unit gawat
darurat di Amerika. 2-4
Di Amerika Serikat, 40% kematian pada cedera kepala terjadi akibat
kecelakaan. Dengan tingkat kematian pada cedera kepala berat (CKB) adalah 33%
dan pada cedera kepala sedang (CKS) 2,5%.2
Penyebab cedera kepala adalah
kecelakaan terjatuh (28%), kecelakaan motor (20%), ditabrak (19%) dan
pembunuhan (11%).Kelompok-kelompok yang berisiko mengalami cedera kepala
adalah laki-laki (berisiko dua kali lipat dibandingkan perempuan), bayi dan anak-
anak berusia 0-4 tahun dan dewasa 15-19 tahun (risiko tertinggi), dan risiko
kematian tertinggi pada dewasa berusia 75 tahun atau lebih.5
2
-
8/6/2019 Ckb-tragedi Subuh Si Kecil
3/42
Secara khas, cedera kepala akibat trauma menyebabkan kerusakan yang
signifikan pada parenkim otak dan dapat berujung dengan kematian. Kematian
akibat cedera kepala ini dapat terjadi dengan berbagai mekanisme, tergantung dari
jenis cedera kepala yang terjadi.
Berikut ini akan disajikan laporan kasus kematian dengan permintaan
pemeriksaan otopsi oleh penyidik Kasat Lantas kepolisian Resor Banjar yang
diduga disebabkan cedera kepala akibat kecelakaan lalu lintas.
3
-
8/6/2019 Ckb-tragedi Subuh Si Kecil
4/42
BAB II
LAPORAN KASUS
I. Identitas Korban
Nama : An. Muntaha Azhari
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 10 tahun
Warga Negara : Indonesia
Agama : Islam
Alamat : Jl. A. Yani Km. 15,2 Gambut Kel. Gambut Kab. Banjar
II. Kronologis Kejadian
Selasa, 15 Maret 2011 pkl. 04.00 WITA
Korban ialah seorang anak berusia sepuluh tahun. Korban tersebut
mengalami kecelakaan lalu lintas di jalan raya di depan rumah korban
sekitar pukul 04.00 WITA. Menurut keluarga, setelah bangun tidur,
korban lalu bermain-main di depan rumahnya. Di depan rumah korban
sendiri terdapat jalan raya yang menghubungkan lalu lintas antar kota.
Beberapa saat kemudian terdengar suara seperti benturan di luar rumah.
Ternyata tampak si korban telah terlentang di tengah jalan dalam keadaan
tidak bergerak. Pihak keluarga kemudian memanggil polisi yang tiba
sekitar pukul 05.00 WITA. Setelah itu korban dibawa ke RSUD Ulin
Banjarmasin.
III. Hasil Pemeriksaan
4
-
8/6/2019 Ckb-tragedi Subuh Si Kecil
5/42
A. Pemeriksaan Luar
Berdasarkan surat permintaan penyidik, No: B/12/III/2011/Lantas,
tanggal 15 Maret 2011, telah dilakukan pemeriksaan luar oleh Tim
Kedokteran Forensik RSUD Ulin Banjarmasin, pada hari Selasa, 15 Maret
2011 pkl. 08.10 WITA, dengan hasil sebagai berikut :
1. Keadaan Jenazah
Jenazah tidak berlabel, terletak di atas meja otopsi, ditutup dengan kain
sarung bermotif kotak berwarna hijau lumut dan ungu, beralaskan tikar
purun berwarna merah, hijau dan coklat muda. Setelah tutup dibuka,
jenazah dalam keadaan telanjang, tidak menggunakan baju.
2. Sikap Jenazah Di atas Meja Otopsi
Sikap jenazah terlentang diatas meja otopsi dengan muka menghadap ke
kanan depan. Lengan atas kanan sejajar dengan sumbu tubuh. Lengan
bawah kanan membentuk sudut tiga puluh derajat terhadap lengan atas.
Tangan kanan berada di atas dada, telapak tangan menghadap bawah, jari-
jari lurus. Lengan atas dan bawah kiri sejajar sumbu tubuh, telapak tangan
menghadap bawah, jari-jari lurus. Tungkai atas kanan sejajar sumbu tubuh,
tungkai bawah kanan sejajar sumbu tubuh. Telapak kaki kanan menghadap
ke kanan dengan jari-jari lurus, arah depan. Tungkai atas kiri sejajar
sumbu tubuh,tungkai bawah kiri sejajar sumbu tubuh, telapak kaki kiri
menghadap ke kanan dengan jari-jari lurus arah depan.
3. Kaku Jenazah
Kaku jenazah tidak didapatkan pada persendian tubuh.
5
-
8/6/2019 Ckb-tragedi Subuh Si Kecil
6/42
4. Lebam Jenazah
Terdapat lebam jenazah pada leher belakang, punggung belakang, bokong,
anggota gerak atas dan bawah bagian belakang yang hilang pada
penekanan.
5. Pembusukan Jenazah
Tidak terdapat pembusukan jenazah.
6. Ukuran Jenazah
Panjang badan seratus enam sentimeter, lingkar dada lima puluh tiga koma
lima sentimeter, dan lingkar panggul empat puluh empat koma lima
sentimeter.
7. Kepala
a. Rambut
Warna rambut hitam, lurus, tidak beruban, panjang nol koma lima
sentimeter, sukar dicabut, dan dalam keadaan kering.
b. Bagian yang tertutup rambut
- Terdapat luka memar di kepala belakang sebelah kanan bawah
dengan ukuran panjang tujuh sentimeter dan lebar satu koma lima
sentimeter, ujung pertama luka berjarak lima sentimeter sebelah
kanan dari sumbu tengah tubuh bagian belakang dan delapan
sentimeter di atas garis horizontal yang memotong kedua sendi
bahu, ujung kedua luka berjarak enam koma lima sentimeter
sebelah kanan dari sumbu tengah tubuh bagian belakang dan
6
-
8/6/2019 Ckb-tragedi Subuh Si Kecil
7/42
sepuluh sentimeter di atas garis horizontal yang memotong kedua
sendi bahu. Di daerah luka terdapat pembengkakan.
- Terdapat luka lecet geser di kepala sebelah kanan bawah dengan
ukuran panjang satu koma lima sentimeter dan lebar nol koma lima
sentimeter, ujung pertama luka berjarak tujuh sentimeter sebelah
kanan dari sumbu tengah tubuh bagian belakang dan enam
sentimeter di atas garis horizontal yang memotong kedua sendi
bahu, ujung kedua luka berjarak enam koma lima sentimeter
sebelah kanan dari sumbu tengah tubuh bagian belakang dan lima
sentimeter di atas garis horizontal yang memotong kedua sendi
bahu.
c. Dahi
- Pada dahi kanan, terdapat luka lecet geser dengan panjang satu
koma lima sentimeter dan lebar nol koma lima sentimeter. Ujung
pertama luka berjarak empat sentimeter di sebelah kanan sumbu
tengah depan tubuh dan lima sentimeter di atas garis horizontal
yang memotong kedua mata, ujung kedua luka berjarak enam koma
lima sentimeter di sebelah kanan sumbu tengah depan tubuh dan
empat koma lima sentimeter di atas garis horizontal yang
memotong kedua mata, tidak ditemukan memar di daerah sekitar
luka dan tidak ditemukan derik tulang.
- Pada dahi kiri, terdapat sekumpulan luka lecet geser dengan area
seluas satu sentimeter kali satu sentimeter. Luka berjarak nol koma
7
-
8/6/2019 Ckb-tragedi Subuh Si Kecil
8/42
lima sentimeter di sebelah kiri sumbu tengah depan tubuh dan
enam sentimeter di atas garis horizontal yang memotong kedua
mata, tidak ditemukan memar di daerah sekitar luka dan tidak
ditemukan derik tulang.
d. Mata
- Mata kanan
Menutup, rambut mata tidak mudah dicabut, panjang nol koma
lima sentimeter. Kelopak mata dalam dan luar tidak ada kelainan.
Sekitar mata warna sama dengan kulit sekitarnya. Pada perabaan
teraba kenyal, tidak ada retak tulang. Selaput bening jernih, selaput
putih warna putih kuning, manik mata ukuran nol koma lima
sentimeter dan bola mata tampak utuh, pada perabaan kenyal.
- Mata kiri
Menutup, rambut mata tidak mudah dicabut, panjang nol koma
lima sentimeter. Kelopak mata dalam dan luar tidak ada kelainan.
Sekitar mata warna sama dengan kulit sekitarnya. Pada perabaan
teraba kenyal, tidak ada retak tulang. Selaput bening jernih, selaput
putih warna putih kuning, manik mata ukuran nol koma lima
sentimeter dan bola mata tampak utuh, pada perabaan kenyal.
e. Hidung
Dari lubang hidung sebelah kanan keluar cairan warna merah
kecoklatan.
f. Mulut
8
-
8/6/2019 Ckb-tragedi Subuh Si Kecil
9/42
- Dalam keadaan terbuka satu sentimeter dengan gigi susu lengkap.
Dari lubang mulut tidak ada keluar cairan, ditemukan memar di
bibir bawah, lidah tidak tergigit dan tidak menjulur keluar.
- Terdapat luka robek tepat di sudut bibir kiri dengan ukuran panjang
satu sentimeter, lebar nol koma lima sentimeter, dan kedalaman nol
koma lima sentimeter. Tepi luka rata dan dasar luka bersih.
g. Dagu
- Pada dagu kanan, terdapat luka memar ukuran panjang satu koma
lima sentimeter dan lebar nol koma tujuh sentimeter, luka berjarak
satu sentimeter di kanan sumbu tengah depan tubuh dan tepat di
ujung dagu.
h. Pipi
- Pada pipi kiri terdapat luka lecet tekan dengan ukuran panjang
delapan sentimeter dan lebar satu sentimeter, ujung pertama luka
terletak sembilan sentimeter dari sumbu tengah depan tubuh dan
satu sentimeter di atas garis horizontal yang memotong kedua mata,
ujung kedua luka terletak enam sentimeter dari sumbu tengah
depan tubuh dan tujuh sentimeter di bawah garis horizontal yang
memotong kedua mata.
- Pada pipi kiri terdapat luka memar dengan ukuran panjang tiga
sentimeter dan lebar satu koma lima sentimeter, ujung pertama luka
terletak satu sentimeter dari sumbu tengah depan tubuh dan empat
sentimeter di bawah garis horizontal yang memotong kedua mata,
9
-
8/6/2019 Ckb-tragedi Subuh Si Kecil
10/42
ujung kedua luka terletak lima sentimeter dari sumbu tengah depan
tubuh dan tiga sentimeter di bawah garis horizontal yang
memotong kedua mata.
i. Telinga
Tidak terdapat kelainan.
8. Leher
Tidak terdapat luka, tidak terdapat luka memar, dan tidak terdapat retak
tulang.
9. Dada
- Terdapat luka terbuka di dada kiri dengan ujung pertama luka
sejajar garis sumbu tubuh setinggi empat sentimeter diatas garis
sejajar putting susu. Ujung kedua luka delapan sentimeter ke kiri dari
sumbu tubuh dan setinggi sepuluh sentimeter di atas putting susu.
Luka tersebut berukuran panjang sepuluh sentimeter, lebar tiga
sentimeter dan kedalaman dua sentimeter. Kedua ujung luka tumpul
tepi tidak rata, jembatan jaringan terputus dan dasar luka berupa otot.
- Ditemukan luka lecet tekan bercorak sesuai permukaan ban
kendaraan bermotor dengan diameter dua puluh tiga sentimeter.
Ujung pertama luka empat sentimeter ke kiri dari sumbu tubuh
setinggi garis sejajar puting susu. Ujung kedua luka sembilan belas
sentimeter ke arah kiri setinggi garis sejajar puting susu. Ujung ketiga
luka sejajar sumbu tubuh setinggi sentimeter dibawah garis sejajar
putting susu.
10
-
8/6/2019 Ckb-tragedi Subuh Si Kecil
11/42
10. Perut
Tidak didapatkan kelainan.
11. Alat Kelamin
Jenis kelamin laki-laki, belum disunat, tidak ada rambut, panjang penis tiga
koma lima sentimeter, pada batang zakar tidak ada kelainan, dari lubang
kelamin tidak keluar cairan. Pada kantong pelir telihat adanya dua buah
pelir.
12. Anggota Atas Kanan
a. Lengan Atas
Terdapat tiga luka lecet tekan. Luka lecet tekan pertama dengan panjang
dua koma lima sentimeter dan lebar satu koma lima sentimeter. Ujung
pertama luka terletak sepuluh koma lima sentimeter dari garis tengah
lengan dan tepat dibahu. Ujung kedua luka terletak sepuluh sentimeter
dari garis tengah tubuh dan tepat dibahu. Luka lecet kedua dengan
panjang luka empat belas sentimeter dan lebar nol koma tiga sentimeter.
Ujung pertama luka terletak pada garis tengah lengan dan enam
sentimeter dari bawah pangkal leher. Ujung kedua luka terletak sembilan
sentimeter dari kiri garis tengah lengan dan tiga koma lima sentimeter
dari bawah pangkal leher. Luka lecet tekan ketiga dengan panjang tujuh
sentimeter dan lebar nol koma dua sentimeter. Ujung pertama luka
terletak tepat pada garis tengah lengan dan delapan sentimeter dari
bawah pangkal leher sedangkan ujung kedua luka terletak delapan
11
-
8/6/2019 Ckb-tragedi Subuh Si Kecil
12/42
sentimeter dari garis tengah tubuh dan enam sentimeter dari bawah
pangkal leher.
b. Lengan bawah
Tidak tampak kelainan.
c. Siku
Pada lipatan siku terdapat luka lecet tekan dengan panjang luka enam
koma lima sentimeter dan lebar satu koma lima sentimeter. Ujung luka
pertama terletak satu sentimeter dari garis tengah lengan dan satu koma
liam sentimeter diatas lipatan siku. Ujung kedua luka terletak dua
sentimeter dari garis tengah lengan dan empat sentimeter dari bawah
lipatan siku.
d. Tangan
Tidak ada kelainan.
13. Anggota Atas Kiri
a. Lengan Atas
Teraba persendian ujung tulang lengan atas yang terlepasnya sendi
antara tulang bahu dan lengan atas.
b. Lengan Bawah
Ditemukan luka lecet tekan di punggung lengan dengan panjang empat
sentimeter dan lebar satu setengah sentimeter, kedua sudut ujung luka
tumpul. Ujung pertama luka tiga sentimeter ke kiri dari sumbu tengah
lengan dan setinggi dua sentimeter diatas garis sejajar pergelangan
12
-
8/6/2019 Ckb-tragedi Subuh Si Kecil
13/42
tangan. Ujung kedua luka empat sentimeter ke arah kiri dan setinggi
tujuh sentimeter dibawah pergelangan tangan.
c. Tangan
Ditemukan luka lecet geser di punggung lengan dengan panjang satu
sentimeter dan lebar nol koma dua sentimeter, kedua sudut ujung luka
tumpul, tepi tidak rata. Ujung pertama luka sejajar sumbu tengah tangan
dan setinggi garis sejajar pergelangan tangan. Ujung kedua luka satu
sentimeter ke arah kanan dari garis sumbu tengah lengan dan setinggi
satu sentimeter dibawah garis sejajar pergelangan tangan.
14. Anggota Bawah Kanan
a. Paha
Pada paha bagian samping terdapat luka lecet geser dengan panjang luka
enam koma lima sentimeter dan lebar luka nol koma dua sentimeter.
Ujung pertama luka terletak dua sentimeter dari garis tengah tungkai
bawah dan tiga belas sentimeter di atas lutut. Ujung kedua luka terletak
dua koma lima sentimeter dari garis tengah tungkai bawah dan tujuh
sentimeter di atas lutut. Sudut luka tumpul, tepi tidak rata, dan terdapat
memar di sekeliling luka.
b. Tungkai bawah
Tidak terdapat kelainan.
c. Kaki
Tidak terdapat kelainan.
15. Anggota Bawah Kiri
13
-
8/6/2019 Ckb-tragedi Subuh Si Kecil
14/42
a. Tungkai Atas
Tidak terdapat kelainan.
b. Lutut
Tidak terdapat kelainan.
c. Tungkai Bawah
Terdapat luka terbuka di tungkai bawah depan dengan panjang sepuluh
sentimeter, lebar tujuh sentimeter, dalam satu setengah sentimeter dan
kedua sudut ujung luka tumpul. Ujung pertama luka sejajar garis tengah
kaki dan setinggi dua sentimeter dibawah garis sejajar lutut. Ujung
kedua luka sejajar garis tengah kaki dan setinggi sebelas sentimeter
dibawah garis sejajar lutut. Tepi luka tidak rata, tampak jembatan
jaringan yang terputus dan dasar luka tampak jaringan otot serta tulang
kering kaki yang patah dengan ujung patahan tulang bagian atas setinggi
tiga sentimeter dibawah garis sejajar lutut.
d. Kaki
Tidak terdapat kelainan.
16. Punggung
- Ditemukan tiga luka lecet tekan. Luka pertama pada punggung bagian
kiri atas dengan panjang empat sentimeter dan lebar satu sentimeter,
kedua sudut ujung luka tumpul. Ujung pertama luka pertama lima
sentimeter ke kiri dari sumbu tengah tubuh dan setinggi tiga
sentimeter dibawah garis sejajar dasar leher. Ujung kedua luka
14
-
8/6/2019 Ckb-tragedi Subuh Si Kecil
15/42
pertama delapan sentimeter ke arah kiri dan setinggi satu sentimeter
dibawah garis sejajar pangkal leher.
- Luka lecet tekan kedua ada di punggung bagian kiri tengah. Ujung
pertama luka kedua tiga sentimeter ke kiri dari sumbu tengah tubuh
dan setinggi tiga sentimeter dibawah garis sejajar dasar leher. Ujung
kedua luka kedua lima sentimeter ke arah kiri dan setinggi sembilan
belas sentimeter dibawah garis sejajar pangkal leher.
- Luka lecet tekan ketiga ada di punggung daerah pinggang kiri. Ujung
pertama luka ketiga sejajar sumbu tengah tubuh dan setinggi tujuh
sentimeter diatas garis sejajar tulang ekor. Ujung kedua luka ketiga
empat sentimeter ke arah kiri dan setinggi sepuluh sentimeter diatas
garis sejajar tulang ekor.
- Terdapat luka lecet tekan pada punggung kanan berbentuk lonjong
dengan panjang lima sentimeter dan lebar dua sentimeter. Ujung
pertama luka terletak dua belas sentimeter dari sumbu tubuh dan
sebelas sentimeter dari bawah bahu. Ujung kedua luka terletak
sepuluh sentimeter dari sumbu tubuh dan lima belas sentimeter dari
bawah bahu.
16. Pantat
Tidak ada kelainan.
17. Dubur
Dari pemeriksaan colok dubur otot menjepit lemah dan teraba tinja.
18. Bagian Tubuh yang lain
15
-
8/6/2019 Ckb-tragedi Subuh Si Kecil
16/42
Tidak ada kelainan.
I. PEMERIKSAAN DALAM
Tidak dilakukan atas permintaan penyidik.
II. PEMERIKSAAN LABORATORIUM PATOLOGI ANATOMI
Golongan darah : tidak diperiksa.
Alkohol dalam darah : tidak diperiksa.
Patologi anatomi : tidak diperiksa
III. PEMERIKSAAN LABORATORIUM TOKSIKOLOGI
Tidak dilakukan atas permintaan penyidik:
Nomor : B/12/III/2011/Lantas
Tanggal : 15 Maret 2011
Kepolisian : Satuan Lalu Lintas Resort Banjar
IV. PEMERIKSAAN LABORATORIUM TOKSIKOLOGI
Tidak dilakukan atas permintaan penyidik
V. KESIMPULAN
1. Telah dilakukan pemeriksaan luar atas jenazah laki-laki berusia
sepuluh tahun dengan panjang badan seratus enam sentimeter
2. Terdapat cairan warna merah kecoklatan yang keluar dari lubang
hidung sebelah kanan
3. Terdapat luka memar pada kepala kanan belakang, dagu kanan,
pipi kiri akibat kekerasan tumpul
4. Terdapat luka lecet geser pada kepala kanan bawah, dahi kanan
dan kiri, tangan kiri, paha akibat kekerasan tumpul
16
-
8/6/2019 Ckb-tragedi Subuh Si Kecil
17/42
5. Terdapat luka lecet tekan pada pipi kiri, dada, lengan atas kanan,
siku kanan, lengan bawah kiri, punggung akibat kekerasan tumpul
6. Terdapat luka robek pada sudut bibir kiri akibat kekerasan tumpul
7. Terdapat patah tulang terbuka di tungkai bawah kiri dan akibat
kekerasan tumpul
8. Kelainan pada poin 2 dan 3 merupakan tanda cedera kepala berat
akibat persentuhan benda tumpul yang dapat menyebabkan kematian, tanpa
mengesampingkan penyakit lain karena tidak dilakukan pemeriksaan dalam
sesuai surat permintaan penyidik nomor B/12/III/2011/Lantas
9. Saat kematian diperkirakan sekitar setengah sampai satu jam sejak
korban menjalani pemeriksaan di Ruang Jenazah RSUD Ulin Banjarmasin.
17
-
8/6/2019 Ckb-tragedi Subuh Si Kecil
18/42
BAB III
ANALISIS KEPUSTAKAAN
A. Anatomi Kepala
Secara anatomis kepala tersusun atas struktur yang kompleks, meliputi
kulit kepala, meningen, otak, cairan serebrospinalis, pembuluh darah, yang
masing masing memiliki kesatuan fungsi. Kulit kepala terdiri dari 5 lapisan yang
disebut SCALP yaitu; skin atau kulit, connective tissue atau jaringan
penyambung, aponeurosis atau galea aponeurotika, loose conective tissue atau
jaringan penunjang longgar ataupericranium.6
Kulit kepala memiliki banyak pembuluh darah sehingga perdarahan
akibat laserasi kulit kepala akan menyebabkan banyak kehilangan darah,
terutama pada bayi dan anak-anak. 6
Tulang tengkorak terdiri dari kubah (kalvaria) dan basis kranii. Tulang
tengkorak terdiri dari beberapa tulang yaitu frontal, parietal, temporal dan
oksipital. Kalvaria khususnya diregio temporal adalah tipis, namun disini dilapisi
oleh otot temporalis. Basis cranii berbentuk tidak rata sehingga dapat melukai
bagian dasar otak saat bergerak akibat proses akselerasi dan deselerasi. Rongga
tengkorak dasar dibagi atas 3 fosa yaitu : fosa anterior tempat lobus frontalis,
fosa media tempat temporalis dan fosa posterior ruang bagi bagian bawah batang
otak dan serebelum. 6
Selaput meningen menutupi seluruh permukaan otak dan terdiri dari 3
lapisan yaitu6:
18
-
8/6/2019 Ckb-tragedi Subuh Si Kecil
19/42
1. Duramater
Duramater secara konvensional terdiri atas dua lapisan yaitu lapisan
endosteal dan lapisan meningeal. Duramater merupakan selaput yang keras,
terdiri atas jaringan ikat fibrosa yang melekat erat pada permukaan dalam dari
kranium. Karena tidak melekat pada selaput arachnoid di bawahnya, maka
terdapat suatu ruang potensial (ruang subdura) yang terletak antara dura mater
dan arachnoid, dimana sering dijumpai perdarahan subdural. Pada cedera otak,
pembuluh-pembuluh vena yang berjalan pada permukaan otak menuju sinus
sagitalis superior di garis tengah atau disebut Bridging Veins, dapat mengalami
robekan dan menyebabkan perdarahan subdural. Sinus sagitalis superior
mengalirkan darah vena ke sinus transversus dan sinus sigmoideus. Laserasi dari
sinus-sinus ini dapat mengakibatkan perdarahan hebat. 6
Arteri-arteri meningea terletak antara dura mater dan permukaan dalam
dari kranium (ruang epidural). Adanya fraktur dari tulang kepala dapat
menyebabkan laserasi pada arteri-arteri ini dan menyebabkan perdarahan
epidural. Yang paling sering mengalami cedera adalah arteri meningea media
yang terletak pada fosa temporalis (fosa media). 6
2. Selaput Arakhnoid
Selaput arakhnoid merupakan lapisan yang tipis dan tembus pandang.
Selaput arakhnoid terletak antara pia mater sebelah dalam dan dura mater sebelah
luar yang meliputi otak. Selaput ini dipisahkan dari dura mater oleh ruang
potensial, disebut spatium subdural dan dari pia mater oleh spatium
19
-
8/6/2019 Ckb-tragedi Subuh Si Kecil
20/42
subarakhnoidyang terisi oleh liquor serebrospinalis. Perdarahan sub arakhnoid
umumnya disebabkan akibat cedera kepala. 6
3. Piamater
Piamater melekat erat pada permukaan korteks serebri. Piamater adalah
membrana vaskular yang dengan erat membungkus otak, meliputi gyrus dan
masuk kedalam sulcus yang paling dalam. Membrana ini membungkus saraf otak
dan menyatu dengan epineuriumnya. Arteri-arteri yang masuk kedalam substansi
otak juga diliputi oleh piamater.
Tentorium serebeli membagi rongga tengkorak menjadi ruang
supratentorial (terdiri dari fosa kranii anterior dan fosa kranii media) dan ruang
infratentorial (berisi fosa kranii posterior). 6
Otak disuplai oleh dua arteri carotis interna dan dua arteri vertebralis.
Keempat arteri ini beranastomosis pada permukaan inferior otak dan membentuk
circulus Willisi. Vena-vena otak tidak mempunyai jaringan otot didalam
dindingnya yang sangat tipis dan tidak mempunyai katup. Vena tersebut keluar
dari otak dan bermuara ke dalam sinus venosus cranialis.6
B. Patofisiologi Cedera Kepala
Cedera kepala disebabkan oleh kekuatan mekanik dari luar pada kranium
dan bagian intrakranial yang menghasilkan gangguan fungsi dan psikososial baik
sementara maupun menetap.4,5 Manifestasi klinis cedera kepala berupa gegar otak
sampai koma dan kematian. Pembagian cedera ada dua, yaitu cedera primer (pada
saat trauma), dan cedera sekunder (terjadi segera setelah trauma dan berlanjut
dalam waktu yang lama).7
20
-
8/6/2019 Ckb-tragedi Subuh Si Kecil
21/42
Mekanisme fisik cedera kepala diklasifikasikan sebagai berikut:7
1. Gaya tumbukan (impact), yaitu tumbukan antara kepala dengan benda padat
yang bergerak dengan kecepatan yang bermakna. Gaya tumbukan terjadi saat
trauma mengenai kepala dalam keadaan istirahat.
2. Gaya impuls, yaitu timbulnya gerakan mendadak tanpa persentuhan fisik.
3. Gaya statik, yaitu gaya dari kecepatan yang tidak bermakna, merupakan
kombinasi antara gaya kontak dengan inersia (kelembaman). Inersia
dihasilkan dari gerakan kepala dengan atau tanpa bersentuhan dengan
tumbukan, yang kemudian menyebabkan akselerasi. Gaya statik jarang terjadi
dan hanya timbul pada gerakan benda yang lambat yang menumbuk struktur
kepala yang kaku dan menekan tengkorak secara bertahap sehingga terjadi
fraktur kominutif yang cukup fatal.
Kekuatan kontak atau inersia dapat melampaui batas toleransi jaringan otak
sehingga terjadi cedera. Ada tiga ciri dasar kerusakan jaringan otak, yaitu:7
1. Kompresi jaringan
2. Peregangan jaringan
3. Distorsi akibat pergeseran jaringan ke jaringan lainnya.
C. Klasifikasi Cedera Kepala
1. Cedera Kepala Primer
Cedera kepala primer dapat berupa cedera lokal (misalnya fraktur tengkorak,
hematom intrakranial, laserasi, memar, dan luka tembus) atau difus (cedera akson
difus). Berikut macam-macam cedera kepala primer:7
a. Fraktur tengkorak
21
-
8/6/2019 Ckb-tragedi Subuh Si Kecil
22/42
Tengkorak dapat mengalami fraktur pada atap dan basis, dapat disertai
oleh hematom, kerusakan saraf otak dan cedera otak. Empat bentuk dasar
fraktur pada tengkorak yaitu: (1) linear, (2) depresi, (3) diastasis, dan (4)
basiler.8
Fraktur atap tengkorak cenderung linear dan meluas ke sinus. Pada
fraktur ini tidak terjadi pergeseran tulang. Fraktur depresi terjadi bila tulang
yang patah melesak ke dalam, dengan atau tanpa robeknya scalp. Fraktur
diastasis terjadi sepanjang garis sutura dan biasanya terjadi pada neonatus dan
anak-anak, di mana suturanya melebar. Fraktur basiler adalah jenis fraktur
yang paling parah dan terjadi patah tulang di dasar tengkorak. Fraktur dasar
tengkorak sering disebabkan oleh kekuatan yang besar dan berhubungan
dengan cedera pada saraf otak dan perdarahan dari telinga, hidung atau
tenggorokan.Selain itu juga dapat terjadi fraktur tidak beraturan, tertutup dan
terbuka. Fraktur sederhana terdiri atas satu fragmen tulang, sedangkan fraktur
majemuk terdiri dari dua atau lebih fragmen tulang. 8
1) Fraktur linear
Fraktur tengkorak linear biasanya disebabkan oleh low-energy transfer
akibat trauma tumpul pada permukaan tengkorak. Fraktur terjadi pada
seluruh ketebalan tengkorak. Umumnya hanya sedikit berpengaruh pada
saluran vaskuler, sinus venosus atau sutura. Komplikasinya adalah
hematom epidural, trombosis sinus venosus, dan diastasis sutura. 8
2) Fraktur depresi
22
-
8/6/2019 Ckb-tragedi Subuh Si Kecil
23/42
Disebabkan oleh high-energy transfer, biasanya berupa fraktur
comminutiva dengan patahan tulang mulai dari tumbukan maksimum yang
menyebar ke tepi. Kebanyakan fraktur depresi terjadi di daerah
frontoparietal karena tulang di daerah tersebut relatif tipis. 8
3) Fraktur basiler
Fraktur basiler adalah fraktur linear yang terjadi di dasar tengkorak yang
biasanya berhubungan dengan robeknya lapisan dural. Sebagian besar
fraktur basiler terjadi pada dua lokasi anatomi spesifik, yaitu temporal dan
oksipito-kondiler. 8
Fraktur temporal terdiri atas tiga macam, yaitu transversal, longitudinal,
dan campuran. Fraktur longitudinal adalah jenis yang paling banyak (70-
90%) dan terjadi pada bagian skuamosa tulang temporal, dinding superior
saluran auditorius eksterna, dan tegmen timfani. Fraktur transversa (5-
30%) berasal dari foramen magna yang meluas ke koklea dan labirin dan
berakhir di fossa kranii media. 8
Fraktur oksipito-kondiler dihasilkan dari high-energy transferpada trauma
tumpul dengan kompresi aksial, tarikan lateral, atau cedera rotasi ke arah
ligamentum alae. Fraktur ini terdiri atas tiga macam berdasarkan
morfologi dan mekanisme cederanya, atau kestabilan fraktur bergantung
pada ada tidaknya cedera pada ligamentum. 8
Tipe I disebabkan oleh cedera kompresi aksial berupa frakturcomminutiva
pada oksipito-kondiler, di mana fraktur ini jenis yang stabil. Tipe II
disebabkan oleh tumbukan langsung. Fraktur meluas ke daerah basis-
23
-
8/6/2019 Ckb-tragedi Subuh Si Kecil
24/42
oksipital dan merupakan jenis yang stabil karena ligamentum alae dan
membrane tektorial tidak terkena. Tipe III merupakan fraktur yang tidak
stabil dan disebabkan oleh cedera avulse akibat kekuatan rotasi dan tarikan
ke lateral. 8
Selain itu juga terdapat fraktur-fraktur spesifik pada bayi dan anak, yaitu
fraktur ping-pong, fraktur lahir, dan fraktur pertumbuhan tengkorak. 8
b. Hematom
1) Hematom epidural terjadi akibat gaya tumbukan pada tengkorak
yang berkaitan dengan laserasi arteri atau vena dural, sering disebabkan
oleh fraktur tulang. Lebih banyak terjadi perdarahan di arteri meningea
media dan menyebabkan defisit neurologis yang cepat.
2) Hematom subdural terjadi pada cedera di vena korteks atau arteri
pial pada cedera kepala berat. Berkaitan dengan tingkat kematian yang
tinggi, sekitar 60-80%.
3) Perdarahan intraserebral terjadi dalam parenkim otak sebagai
akibat sekunder dari laserasi atau memar pada otak, terjadi pada cedera
yang lebih besar dan mengenai pembuluh darah otak yang lebih dalam
dengan memar korteks yang luas.
4) Perdarahan intraventrikel cenderung terjadi pada cedera kepala
yang paling berat dengan prognosis yang buruk.
5) Perdarahan subaraknoid terjadi pada cedera kepala yang
menyebabkan ruptur aneurisma akibat laserasi pembuluh darah kecil
superfisial di rongga subaraknoid. Perdarahan ini dapat saja ringan. Akan
24
-
8/6/2019 Ckb-tragedi Subuh Si Kecil
25/42
terjadi gangguan bila terjadi hidrosefalus komunikasi akibat obstruksi vili
araknoid atau hidrosefalus nonkomunikasi akibat obstruksi bekuan darah
pada ventrikel III atau IV.
c. Kontusi coup dan kontra coup.
Gambar 1. Cedera Kepala Kontusi Coup
Kontusi merupakan kombinasi kerusakan vaskuler dan jaringan. Kontusi
disebabkan oleh mekanisme trauma langsung atau cedera akselerasi dan
deselerasi. Kontusi coup terjadi pada daerah yang bertumbukan langsung
dengan tengkorak akibat tekanan negatif pada saat tengkorak kembali ke
bentuknya yang normal di sisi tumbukan sementara pada kontusi kontra coup
25
-
8/6/2019 Ckb-tragedi Subuh Si Kecil
26/42
lokasinya berseberangan dengan tempat tumbukan. Gaya yang besar dari
benda padat yang kecil menyebabkan kontusi coup. Sebaliknya, gaya yang
ditimbulkan oleh benda yang lebih besar atau deselerasi menyebabkan cedera
tumbukan yang lebih kecil pada kontusi kontra coup. Contoh akselerasi adalah
cedera akibat tinju, sedangkan contoh deselerasi adalah kecelakaan motor.
d. Gegar otak
Gegar disebabkan oleh deformitas struktur bagian dalam otak dan
menyebabkan disfungsi neurologis yang luas sehingga terjadi penurunan
kesadaran atau koma. Gegar merupakan bentuk ringan dari cedera aksonal
difus.
e. Cedera aksonal difus
Cedera aksonal difus adalah kerusakan bagian putih otak yang luas dan
menyeluruh. Pada akselerasi atau deselerasi kecepatan tinggi terjadi gerakan
tentorium dan falks. Cedera aksonal difus juga dapat terjadi akibat iskemia.
Berikut pembagian derajat cedera aksonal difus menurut Gennarelli:
1) Derajat 1: terjadi pada parasagital hemisfer otak
2) Derajat 2: derajat 1 ditambah lesi pada korpus kalosum
3) Derajat 3: derajat 2 ditambah lesi fokal pada pedunkulus serebral
f. Luka tembus kepala
Patologi yang ditimbulkannya bergantung pada jenis alat, kekuatan
tumbukan, dan lokasi tumbukan.
26
-
8/6/2019 Ckb-tragedi Subuh Si Kecil
27/42
Gambar 2. Proses Cedera Kepala
2. Cedera Kepala Sekunder
Pada cedera kepala sekunder terjadi kerusakan sel lebih lanjut sebagai efek
dari cedera primer. Cedera sekunder terjadi dalam beberapa jam sampai beberapa
hari yang diperantarai oleh mediator-mediator neurokimia berikut:1
a. Asam-asam amino pengeksitasi (EAA)
EAA seperti glutamat dan aspartat meningkat secara bermakna setelah
terjadinya cedera kepala. EAA dapat menyebabkan edema sel, vakuolisasi dan
27
-
8/6/2019 Ckb-tragedi Subuh Si Kecil
28/42
kematian saraf. Selain itu juga dapat menyebabkan influks kalsium yang
berkaitan dengan kerusakan lanjut. Bersama-sama dengan antagonis reseptor
N-metil-D-aspartat yang juga meningkatkan influks kalsium, EAA
menurunkan penyimpanan energi tinggi fosfat (ATP) atau meningkatkan
produksi radikal bebas. EAA dapat menyebabkan edema astrosit melalui
aktivasi saluran anion.
b. Peptida opioid endogen
Peptida opioid endogen berperan dalam eksaserbasi kerusakan neurologik
dengan memodulasi pelepasan neurotransmiter EAA presinapstik. Aktivasi
sistem kolinergik muskarinik pada rostral pons memperantarai supresi
perilaku. Metabolisme yang memanjang dipicu oleh peningkatan kadar
katekolamin dalam sirkulasi melalui induksi aksis simpatoadrenomedula dan
sistem serotonergik yang menyebabkan cedera otak lebih lanjut. Proses-proses
biokimia lain yang mengawali kerusakan yang lebih berat adalah
meningkatnya potasium ekstraseluler, meningkatnya sitokin-sitokin yang
menyebabkan edema dan berperan dalam inflamasi, serta menurunnya
magnesium intrasel yang berperan pada influks kalsium. Untuk
mempertahankan hidup neuron, terjadi aktivasi reseptor P2 purinergik yang
meningkatkan produksi protein kinase B/Akt.
Peningkatan tekanan intrakranial (TIK), terutama bila lebih dari 40 mmHg
cenderung memperparah cedera kepala berat.7 Tekanan intrakranial adalah
tekanan di dalam ruang tengkorak, di mana berdasarkan hipotesis Monro-Kellie
dibentuk oleh jumlah volume darah intrakranial, jaringan otak, dan cairan otak
28
-
8/6/2019 Ckb-tragedi Subuh Si Kecil
29/42
yang bersifat tetap karena berada dalam ruang tengkorak yang bersifat kaku
sehingga tekanan tersebut menjalar ke seluruh ruangan di dalam tengkorak.9
Tekanan intrakranial tergantung pada usia. Pada bayi berkisar antara 1,5-6
mmHg, anak-anak 3-7 mmHg dan dewasa 10-15 mmHg. TIK tidak dalam kondisi
statis, tetapi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain tekanan sistolik jantung
dan perubahan tekanan dalam pernapasan. Pada orang dewasa, TIK dihasilkan
oleh volume otak sekitar 1400 cc, cairan serebrospinal 75 cc, dan sirkulasi darah
otak dari arteri vertebral, arteri carotis interna dan sirkulus Willisi sekitar 75 cc.
Volume dan tekanan dari ketiga komponen ini selalu dalam keseimbangan.9
Hipotesis Monro-Kellie menyatakan bahwa peningkatan salah satu dari
komponen tersebut akan menyebabkan perubahan volume yang lain melalui
perubahan posisi atau pergeseran cairan serebrospinal, peningkatan absorbsi
cairan serebrospinal, atau penurunan volume darah otak karena keterbatasan
ekspansi tengkorak. Secara umum, ada empat mekanisme keseimbangan TIK,
antara lain:9
a. Peningkatan volume darah otak yang disebabkan oleh peningkatan tekanan
vena sentral dan vasodilatasi serebral.
b. Edema otak akibat penurunan tekanan sistemik sehingga terjadi penurunan
tekanan perfusi otak dan selanjutnya terjadi penurunan aliran darah otak.
Akibatnya, timbul hipoksia jaringan otak. Kemudian akan terjadi kerusakan
otak dan sawar darah otak sehingga timbul edema otak.
c. Obstruksi aliran cairan serebrospinal akibat adanya efek massa, infeksi,
perdarahan trauma, dan lain-lain.
29
-
8/6/2019 Ckb-tragedi Subuh Si Kecil
30/42
d. Efek massa sebagai akibat dari desakan dan peregangan mikrovaskuler yang
menyebabkan pergeseran jaringan otak dan kerusakan jaringan.
Peningkatan TIK dapat menyebabkan hipoksia dan iskemia otak, serta
keadaan-keadaan berikut ini:7
a. Edema otak
Edema disebabkan oleh transmiter-transmiter neurokimia yang telah
disebutkan dan akibat peningkatan TIK. Gangguan barier darah otak yang
disertai oleh gangguan autoregulasi vasomotor menyebabkan dilatasi
pembuluh darah otak yang juga berperan menimbulkan edema.
b. Hidrosefalus
Pada cedera kepala lebih sering terjadi hidrosefalus komunikasi sebagai akibat
adanya darah yang menghambat aliran cairan serebrospinal dalam ruang
subaraknoid dan absorbsinya di vili araknoid. Sementara hidrosefalus
nonkomunikasi disebabkan oleh bekuan darah yang menghambat aliran darah
di foramen interventrikel, ventrikel III, akuaduktus serebral, atau ventrikel IV.
c. Herniasi otak
Herniasi supratentorium berhubungan dengan kompresi mekanik langsung
yang menyebabkan akumulasi massa atau meningkatkan TIK. Ada tiga
macam herniasi supratentorium, yaitu:
1) Herniasi subfalks
Girus singular pada lobus frontal di bawah falks serebri terdorong saat
perluasan massa lesi menyebabkan pergeseran hemisfer ipsilateral ke
medial. Ini adalah jenis herniasi yang paling umum.
30
-
8/6/2019 Ckb-tragedi Subuh Si Kecil
31/42
2) Herniasi transtentorium sentral
Terjadi pergeseran nukleus basal dan hemisfer otak ke bawah sementara
diensefalon dan otak tengah terdorong melewati tentorium.
3) Herniasi unkus
Pada herniasi ini terjadi pergeseran tepi medial unkus dan girus
hipokampus ke medial serta melampaui tepi ipsilateral foramen tentorium
otak kecil sehingga terjadi kompresi otak tengah, saraf III ipsilateral atau
kontralateral teregang atau terkompresi.
d. Herniasi otak kecil
Terjadi herniasi infratentorium di mana tonsil serebelum terdorong melewati
foramen magnum dan menekan medula yang menyebabkan bradikardia dan
gagal napas.
3. Derajat Cedera Kepala
Ada berbagai cara dan pemeriksaan penunjang untuk menentukan derajat
beratnya cedera kepala. Salah satu cara sederhana yang banyak digunakan dalam
klinis adalah penilaian kesadaran menurut skala koma Glasgow (GCS), yaitu
sebagai berikut:10
Tabel 1. Glasgow Coma Scale10
Points Eye Opening Best Verbal Best Motor
6 Follows commands
5 Appropriate Localizes pain
4 Spontaneous Inappropriate Withdraws to pain
3 In response to voice Moaning Flexion (decorticate)
2 In response to pain Incomprehensible Extension (decerebrate)
1 None None None
31
-
8/6/2019 Ckb-tragedi Subuh Si Kecil
32/42
Jumlah skor terendah yang mungkin adalah 3 dan skor tertinggi adalah 15.
Berdasarkan GCS dapat ditentukan kategori cedera kepala, yaitu ringan (13-15),
sedang (9-12), dan berat (3-8). 10
Pengukur tingkat keparahan cedera kepala yang lain adalah durasi
penurunan kesadaran.5
Tabel 2. Durasi Penurunan Kesadaran5
Severity of TBI Finding
Mild Mental status change or LOC 6 h
Selain itu dapat digolongkan sebagai penderita cedera kepala berat (tanpa
memperdulikan nilai GCS) bila terdapat keadaan-keadaan berikut:11
1. Pupil tidak simetris
2. Motorik pada pemeriksaan tidak simetris
3. Cedera kepala terbuka dengan bocornya
cairan serebrospinal atau adanya jaringan otak yang terbuka
4. Perburukan neurologik
5. Fraktur tengkorak depresi
32
-
8/6/2019 Ckb-tragedi Subuh Si Kecil
33/42
BAB IV
ANALISIS KASUS
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari polisi, korban mengalami
kecelakaan lalu lintas dan meninggal pada Selasa, 15 Maret 2011 sekitar pkl.
04.00 WITA. Korban dinyatakan meninggal karena fungsi tiga organ sebagai
parameter kematian benar-benar tidak berfungsi lagi yaitu sistem saraf,
kardiovaskular dan pernafasan.
Perubahan-perubahan pada mayat untuk menentukan perkiraan saat
kematian dapat diketahui melalui terjadinya
a. perubahan suhu
b. terbentuknya lebam mayat
c. terbentuknya kaku mayat
d. terjadinya pembusukan
e. terjadinya adipocare dan mumifikasi serta perubahan biokimiawi. 12
Pada korban terdapat luka luka pada daerah kepala, yaitu:
1. Memar pada kepala kanan belakang, dagu kanan, pipi kiri akibat
kekerasan tumpul.
2. Didapatkan cairan warna merah kecoklatan yang keluar dari lubang
hidung sebelah kanan
3. Terdapat luka lecet geser pada kepala kanan bawah, dahi kanan
dan kiri, serta luka lecet tekan pada pipi kiri akibat kekerasan tumpul
33
-
8/6/2019 Ckb-tragedi Subuh Si Kecil
34/42
Berdasarkan keadaan di atas, keluarnya cairan darah dari hidung dapat
menunjukan adanya beberapa kemungkinan antara lain13:
1. Robeknya pleksus kieselbach atau arteri etmoidalis anterior pada
septum nasi,
2. Terjadinya fraktur os etmoidea atau os sphenoidea, fraktur pada
bagian ini biasanya disertai perdarahan yang banyak. Perdarahan dari hidung
juga dapat merupakan manifestasi fraktur pada daerah lamina et foramina
cribrosa. Fraktur pada tulang spenoid dapat mengakibatkan rupturnya arteri
carotis intracavernosa interna sehingga muncul gejala-gejala fraktur basis
kranii.
3. Fraktur basis tengkorak disertai robekan duramater dan
arachnoidea juga dapat bermanifestasi keluarnya darah disertai cairan otak
dari hidung. Pada fraktur basis kranii dapat terjadi penekanan pada nervus
kranialis III,IV, dan V. Gejala yang ditemukan pada kasus ini dapat
merupakan suatu manifestasi dari suatu cedera yang bersifat tunggal atau
kompleks. 2,3
34
-
8/6/2019 Ckb-tragedi Subuh Si Kecil
35/42
Gambar 3. Manifestasi Klinis Cedera Kepala
Kelainan pada kepala tersebut merupakan tanda cedera kepala berat akibat
persentuhan benda tumpul yang dapat menyebabkan kematian, tanpa
mengesampingkan penyakit lain karena tidak dilakukan pemeriksaan dalam.
Pada korban didapatkan juga lebam jenazah pada leher belakang,
punggung belakang, bokong, anggota gerak atas dan bawah bagian belakang yang
hilang pada penekanan Lebam mayat atau bercak jenazah terjadi akibat
pengumpulan darah dalam pembuluh-pembuluh darah kecil, kapiler dan venula
pada bagian tubuh yang terendah akibat daya gravitasi bumi. Lebam mayat mulai
tampak sekitar sekitar 30 menit setelah kematian somatis dan intensitas maksimal
akan tercapai dalam waktu 8 12 jam post mortal, dan jika dilakukan penekanan
lebam mayat masih dapat menghilang, tetapi jika sudah lebih dari 8-12 jam lebam
mayat tidak menghilang hal ini dikarenakan telah terjadi perembesan darah akibat
rusaknya pembuluh darah ke dalam jaringan disekitar pembuluh darah tersebut.12
Kaku jenazah tidak didapatkan pada persendian tubuh korban. Kaku mayat
atau rigor mortis terjadi akibat perubhan kimiawi pada protein yang terdapat
dalam serabut otot lurik maupun otot polos. Kaku mayat mulai terdapat sekitar 2
jam post mortal dan mencapai puncaknya setelah 10-12 jam post mortal, keadaan
ini akan menetap selama 24 jam dan setelah 24 jam akan menghilang.12
Pada penderita cedera kepala berat dapat terjadi keadaan hipoksia akibat
cedera pada pusat sistem respirasi di otak. Hipotensi yang terjadi juga dapat
mempengaruhi kesadaran korban. Hipotensi ini terjadi sebagai suatu sistem
pertahanan tubuh korban pada awal trauma kepala akibat adanya peningkatan
35
-
8/6/2019 Ckb-tragedi Subuh Si Kecil
36/42
TIK. Peningkatan TIK dapat disebabkan adanya edema serebri atau adanya masa
darah yang terkumpul di dalam intra kranium yang menekan sistem aktivasi
retikular (RAS) dari batang otak. 2,3
Akibat adanya peningkatan TIK dan peningkatan volume intra kranium
dapat menyebabkan herniasi cerebral. Jika TIK tersebut tidak dapat dikontrol
organ intrakranial akan terdorong keluar melalui foramen magnum. Herniasi
tersebut dapat terjadi beberapa menit setelah trauma sampai dengan beberapa hari
setelahnya. Jika terdapat tanda-tanda herniasi maka risiko kematian mencapai
100% jika tidak diintervensi bedah saraf. Peningkatan TIK awalnya ditandai
dengan penurunan GCS, status kesadaran, ukuran pupil, reflek cahaya pupil, dan
kekuatan motorik serta kesimetrisannya. 2,3
Pada kasus kecelakaan lalu lintas kerusakan otak dapat disebabkan adanya
kontusio coup maupun counter coup. Kerusakan akibat kontusio umumnya
merusak pembuluh darah pada daerah yang terkena maupun daerah counter coup.
Kontusio umumnya terjadi pada fraktur depres dan membentuk suatu masa darah
yang dapat menyebabkan iskemia lokal dan infark jaringan yang bersifat
erreversibel. 2,3
Pada kasus ini tidak dilakukan pemeriksaan dalam, sesuai dengan surat
permitaan kepolisian, sehingga kemungkinan penyebab kematian lain masih dapat
memingkinkan. Pentingnya pemeriksaan dalam pada kasus kecelakaan lalu lintas
adalah bertujuan untuk : 14
1.Menentukan penyebab kematian
2.Mencocokan kematian oleh karena cedera yang dialami pada kecelakaan
36
-
8/6/2019 Ckb-tragedi Subuh Si Kecil
37/42
3.Menentukan tipe dari cedera ini
4.Mencari adanya penyakit atau faktor lain yang mungki berperan pada kejadian
kecelakaan atau meninggalnya korban.
5.Mencari adanya aktivitas kriminal yang berhubungan dengan kematian
6.Mendokumentasikan semua penemuan untuk kepentingan peradilan.
7.Menentukan identifikasi mayat khususnya jika korban terbakar atau termutilasi
dengan hebat.
37
-
8/6/2019 Ckb-tragedi Subuh Si Kecil
38/42
BAB V
KESIMPULAN
Telah diperiksa jenazah laki-laki berusia 10 tahun dengan panjang 106 cm.
Dari pemeriksaan luar didapatkan memar pada kepala kanan belakang, dagu
kanan, pipi kiri akibat kekerasan tumpul. Didapatkan cairan warna merah
kecoklatan yang keluar dari lubang hidung sebelah kanan. Sebab kematian korban
dapat disebabkan adanya fraktur basis tengkorak menimbulkan perdarahan di
dalam tempurung kepala. Selanjutnya terjadi penekanan sistem saraf (herniasi
serebral). Meskipun begitu tidak dapat pula dikesampingkan penyebab kematian
yang lain karena tidak dilakukan pemeriksaan dalam.
38
-
8/6/2019 Ckb-tragedi Subuh Si Kecil
39/42
39
-
8/6/2019 Ckb-tragedi Subuh Si Kecil
40/42
DAFTAR PUSTAKA
1. Bernstein, M.P., dan Mirvis S.E., 2005, Rapid multidetector imaging
assesses multiple injuries in stable patients, Trauma CT offers one-stop
diagnosis. (http://www.diagnosticimaging.com/home, Online diakses tanggal
18 Mei 2011)
2. Heegaard WG, Biros MH. System Injuries Marx: Rosen's Emergency
Medicine: Concepts and Clinical Practice, 6th ed.
(http://www.mdconsult.com/php/246899640-96/homepage. Online diakses
tanggal 18 Mei 2011).
3. Heegaard WG, Biros MH. Traumatic Brain Injury. Emerg Med Clin N Am
25 (2007) 655678
4. Ling GSF, Marshall SA. Management of Traumatic Brain Injury in the
Intensive Care Unit. Neurol Clin 26 (2008) 409426.
5. Pangilinan PH. Classification and complications of traumatic brain injury.
Emedicine. Apr 2008. (http://emedicine.medscape.com/article/326643-
overview, Online diakses tanggal 18 Mei 2011)
6. Prahara Yuri Cedera Kepala (Head Injury) Fakultas Kedokteran
Universitas Riau, Pekanbaru 2008
7. Dawodu ST. Traumatic brain injury (TBI)-definition, epidemiology,
pathophysiology. Emedicine. March 2009.
(http://emedicine.medscape.com/article/326510-overview , Online diakses
tanggal 18 Mei 2011).
8. Khan AN. Skull fractures. Emedicine. February 2010.
(http://emedicine.medscape.com/article/343764-overview, diakses April 2010Online diakses tanggal 18 Mei 2011).
9. Tjokronegoro A, Utama H. Update in neuroemergencies. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI, 2002.
10. Vinas FC. Penetrating head trauma. Emedicine. May 2009.(http://emedicine.medscape.com/article/247664-overview, diakses April 2010,
Online diakses tanggal 18 Mei 2011).
11. Syaiful S. Cedera Kepala (Head Injury). Padang: SMF Bedah Saraf RS
Dr.M.Djamil FK UNAND, 2008.
40
http://emedicine.medscape.com/article/326643-overviewhttp://emedicine.medscape.com/article/326643-overviewhttp://emedicine.medscape.com/article/326510-overview%20http://emedicine.medscape.com/article/326643-overviewhttp://emedicine.medscape.com/article/326643-overviewhttp://emedicine.medscape.com/article/326510-overview%20 -
8/6/2019 Ckb-tragedi Subuh Si Kecil
41/42
12. Idries AM. Kecelakaan Transportasi Dalam : Pedoman Ilmu Kedokteran
Forensik Edisi Pertama.Jakarta: Binarupa Aksara, 1997.h. 169-207.
13. Utami HD, Rusman AA, Basworo W. Perkiraan Kelainan Di dalam
Kepala Melalui Pemeriksaan Luar Pada Cedera Kepala dengan Perdarahan
Keluar Dari Lubang Hidung dan Telinga dalam pertemuan ilmiah tahunan
PDFI. Yogyakarta: 2006.
14. Pranolo, Joko. Cedera Tumpul Pada Pengendara Motor dan Pejalan Kaki.
(http://www.freewebs.com/cederapadapengendaramotor/iitrpdpejalankaki.htm
, Online diakses tanggal 18 Mei 2011)
41
http://www.freewebs.com/cederapadapengendaramotor/iitrpdpejalankaki.htmhttp://www.freewebs.com/cederapadapengendaramotor/iitrpdpejalankaki.htm -
8/6/2019 Ckb-tragedi Subuh Si Kecil
42/42
DAFTAR ISI
Halaman Judul............................................................................................................
i
Daftar Isi.....................................................................................................................
ii
BAB I. PENDAHULUAN.........................................................................................
1
BAB II. LAPORAN KASUS.....................................................................................
3
BAB III. ANALISIS KEPUSTAKAAN....................................................................
17
BAB IV. ANALISIS KASUS....................................................................................
32
BAB V. KESIMPULAN............................................................................................
37
Daftar Pustaka
42