cl vitc

Upload: regita-ayu-l

Post on 16-Oct-2015

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

LAPORAN RESMIPRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN FARMASIPEMBUATAN TABLET DENGAN METODE GRANULASI BASAHDisusun oleh :Kelompok : A

Galau M E B P M (17113120A)Nining kurniasih (17113256A)Vini Karus S (17113246A)

TANGGAL PRAKTIKUM : Surakarta, 1 Oktober 2012FAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS SETIA BUDISURAKARTA2012 I. TUJUANMembuat tablet vitamin B6 secara granulasi basah

II. DASAR TEORI Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet kempa. (FI IV, Hal 4)Kriteria TabletSuatu tablet harus memenuhi kriteria sebagai berikut :1. Harus mengandung zat aktif dan non aktif yang memenuhi persyaratan;2. Harus mengandung zat aktif yang homogen dan stabil;3. Keadaan fisik harus cukup kuat terhadap gangguan fisik/mekanik;4. Keseragaman bobot dan penampilan harus memenuhi persyaratan;5. Waktu hancur dan laju disolusi harus memenuhi persyaratan;6. Harus stabil terhadap udara dan suhu lingkungan;7. Bebas dari kerusakan fisik;8. Stabilitas kimiawi dan fisik cukup lama selama penyimpanan;9. Zat aktif harus dapat dilepaskan secara homogen dalam waktu tertentu;10. Tablet memenuhi persayaratan Farmakope yang berlaku.

Keuntungan Sediaan TabletSediaan tablet banyak digunakan karena memiliki beberapa keuntungan, yaitu :1. Tablet dapat bekerja pada rute oral yang paling banyak dipilih;2. Tablet memberikan ketepatan yang tinggi dalam dosis;3. Tablet dapat mengandung dosis zat aktif dengan volume yang kecil sehingga memudahkan proses pembuatan, pengemasan, pengangkutan, dan penyimpanan;4. Bebas dari air, sehingga potensi adanya hidrolisis dapat dicegah/diperkecil.

Dibandingkan dengan bentuk sediaan lain, sediaan tablet mempunyai keuntungan,antara lain :1. Volume sediaan cukup kecil dan wujudnya padat (merupakan bentuk sediaan oral yang paling ringan dan paling kompak), memudahkan pengemasan, penyimpanan, dan pengangkutan;2. Tablet merupakan bentuk sediaan yang utuh (mengandung dosis zat aktif yang tepat/teliti) dan menawarkan kemampuan terbaik dari semua bentuk sediaan oral untuk ketepatan ukuran serta variabilitas kandungan yang paling rendah;3. Dapat mengandung zat aktif dalam jumlah besar dengan volume yang kecil;4. Tablet merupakan sediaan yang kering sehingga zat aktif lebih stabil;5. Tablet sangat cocok untuk zat aktif yang sulit larut dalam air;6. Zat aktif yang rasanya tidak enak akan berkurang rasanya dalam tablet;7. Pemberian tanda pengenal produk pada tablet paling mudah dan murah; tidak memerlukan langkah pekerjaan tambahan bila menggunakan permukaan pencetak yang bermonogram atau berhiasan timbul;8. Tablet paling mudah ditelan serta paling kecil kemungkinan tertinggal di tenggorokan, terutama bila bersalut yang memungkinkan pecah/hancurnya tablet tidak segera terjadi;9. Pelepasan zat aktif dapat diatur (tablet lepas tunda, lepas lambat, lepas terkendali);10. Tablet dapat disalut untuk melindungi zat aktif, menutupi rasa dan bau yang tidak enak, dan untuk terapi lokal (salut enterik);11. Dapat diproduksi besar-besaran, sederhana, cepat, sehingga biaya produksinya lebih rendah;12. Pemakaian oleh penderita lebih mudah;13. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang memiliki sifat pencampuran kimia, mekanik, dan stabilitas mikrobiologi yang paling baik.

Permasalahan Dalam Pencetakan TabletMasalah-masalah yang dapat muncul selama proses pencetakan tablet secara umum, seperti : Capping : pemisahan sebagian atau keseluruhan bagian atas/bawah tablet dari badan tablet Laminasi : pemisahan tablet menjadi dua bagian atau lebih Chipping : keadaan dimana bagian bawah tablet terpotong Cracking : keadaan dimana tablet pecah, lebih sering di bagian atas-tengah Picking : perpidahan bahan dari permukaan tablet dan menempel pada permukaan punch Sticking : keadaan dimana granul menempel pada dinding die (ada adhesi) Mottling : keadaan dimana distribusi zat warna pada permukaan tablet tidak merata

Jenis Sediaan TabletBerdasarkan prinsip pembuatan, tablet terdiri atas :a. Tablet KempaDibuat dengan cara pengempaan dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk/granul menggunakan pons/cetakan baja.b. Tablet CetakDibuat dengan cara menekan massa serbuk lembab dengan tekanan rendah pada lubang cetakan. Kepadatan tablet tergantung pada pembentukan kristal yang terbentuk selama pengeringan, tidak tergantung pada kekuatan yang diberikan.

Metode Pembuatan TabletSediaan tablet ini dapat dibuat melalui tiga macam metode, yaitu granulasi basah, granulasi kering, dan kempa langsung. Pemilihan metode pembuatan sediaan tablet ini biasanya disesuaikan dengan karakteristik zat aktif yang akan dibuat tablet, apakah zat tersebut tahan terhadap panas atau lembab, kestabilannya, besar kecilnya dosis, dan lain sebagainya.Berikut merupakan penjelasan singkat dari ketiga macam metode tersebut :a. Granulasi BasahYaitu memproses campuran partikel zat aktif dan eksipien menjadi partikel yang lebih besar dengan menambahkan cairan pengikat dalam jumlah yang tepat sehingga terjadi massa lembab yang dapat digranulasi.Metode ini biasanya digunakan apabila zat aktif tahan terhadap lembab dan panas.Umumnya untuk zat aktif yang sulit dicetak langsung karena sifat aliran dan kompresibilitasnya tidak baik. Prinsipdari metode granulasi basah adalah membasahi masa tablet dengan larutan pengikat teretentu sampai mendapat tingkat kebasahan tertentu pula, kemudian masa basah tersebut digranulasi. Metode ini membentuk granul dengan cara mengikat serbuk dengan suatu perekat sebagai pengganti pengompakan, tehnik ini membutuhkan larutan, suspensi atau bubur yang mengandung pengikat yang biasanya ditambahkan ke campuran serbuk atau dapat juga bahan tersebut dimasukan kering ke dalam campuran serbuk dan cairan dimasukan terpisah. Cairan yang ditambahkan memiliki peranan yang cukup penting dimana jembatan cair yang terbentuk di antara partikel dan kekuatan ikatannya akan meningkat bila jumlah cairan yang ditambahkan meningkat, gaya tegangan permukaan dan tekanan kapiler paling penting pada awal pembentukan granul, bila cairan sudah ditambahkan pencampuran dilanjutkan sampai tercapai dispersi yang merata dan semua bahan pengikat sudah bekerja, jika sudah diperoleh massa basah atau lembab maka massa dilewatkan pada ayakan dan diberi tekanan dengan alat penggiling atau oscillating granulator tujuannya agar terbentuk granul sehingga luas permukaan meningkat dan proses pengeringan menjadi lebih cepat, setelah pengeringan granul diayak kembali ukuran ayakan tergantung pada alat penghancur yang dugunakan dan ukuran tablet yang akan dibuat. Keuntungan metode granulasi basah : Memperoleh aliran yang baik Meningkatkan kompresibilitas Untuk mendapatkan berat jenis yang sesuai Mengontrol pelepasan Mencegah pemisahan komponen campuran selama proses Distribusi keseragaman kandungan Meningkatkan kecepatan disolusiKekurangan metode granulasi basah: Banyak tahap dalam proses produksi yang harus divalidasi Biaya cukup tinggi Zat aktif yang sensitif terhadap lembab dan panas tidak dapat dikerjakan dengan cara ini. Untuk zat termolabil dilakukan dengan pelarut non air

b. Granulasi KeringDisebut juga slugging, yaitu memproses partikel zat aktif dan eksipien dengan mengempa campuran bahan kering menjadi massa padat yang selanjutnya dipecah lagi untuk menghasilkan partikel yang berukuran lebih besar dari serbuk semula (granul). Prinsip dari metode ini adalah membuat granul secara mekanis, tanpa bantuan bahan pengikat dan pelarut, ikatannya didapat melalui gaya. Teknik ini yang cukup baik, digunakan untuk zat aktif yang memiliki dosis efektif yang terlalu tinggi untuk dikempa langsung atau zat aktif yang sensitif terhadap pemanasan dan kelembaban. Pada proses ini komponenkomponen tablet dikompakan dengan mesin cetak tablet lalu ditekan ke dalam die dan dikompakan dengan punch sehingga diperoleh massa yang disebut slug, prosesnya disebut slugging, pada proses selanjutnya slug kemudian diayak dan diaduk untuk mendapatkan granul yang daya mengalirnya lebih baik dari campuran awal bila slug yang didapat belum memuaskan maka proses diatas dapat diulang. Dalam jumlah besar granulasi kering dapat juga dilakukan pada mesin khusus yang disebut roller compactor yang memiliki kemampuan memuat bahan sekitar 500 kg, roller compactor memakai dua penggiling yang putarannya saling berlawanan satu dengan yang lainnya, dan dengan bantuan tehnik hidrolik pada salah satu penggiling mesin ini mampu menghasilkan tekanan tertentu pada bahan serbuk yang mengalir dintara penggiling. Metode ini digunakan dalam kondisi-kondisi sebagai berikut :o Kandungan zat aktif dalam tablet tinggio Zat aktif susah mengaliro Zat aktif sensitif terhadap panas dan lembab Keuntungan cara granulasi kering adalah: Peralatan lebih sedikit karena tidak menggunakan larutan pengikat, mesin pengaduk berat dan pengeringan yang memakan waktu Baik untuk zat aktif yang sensitif terhadap panas dan lembab Mempercepat waktu hancur karena tidak terikat oleh pengikatKekurangan cara granulasi kering adalah: Memerlukan mesin tablet khusus untuk membuat slug Tidak dapat mendistribusikan zat warna seragam Proses banyak menghasilkan debu sehingga memungkinkan terjadinya kontaminasi silang

c. Metode Kempa Langsung Yaitu pembuatan tablet dengan mengempa langsung campuran zat aktif dan eksipien kering.tanpa melalui perlakuan awal terlebih dahulu.Metode ini merupakan metode yang paling mudah, praktis, dan cepat pengerjaannya, namun hanya dapat digunakan pada kondisi zat aktif yang kecil dosisnya, serta zat aktif tersebut tidak tahan terhadap panas dan lembab. Ada beberapa zat berbentuk kristal seperti NaCl, NaBr dan KCl yang mungkin langsung dikempa, tetapi sebagian besar zat aktik tidak mudah untuk langsung dikempa, selain itu zat aktif tunggal yang langsung dikempa untuk dijadikan tablet kebanyakan sulit untuk pecah jika terkena air (cairan tubuh). secara umum sifat zat aktif yang cocok untuk metode kempa langsung adalah; alirannya baik, kompresibilitasnya baik, bentuknya kristal, dan mampu menciptakan adhesifitas dan kohesifitas dalam massa tablet. Sedangkan keuntungan metode kempa langsung yaitu : Lebih ekonomis karena validasi proses lebih sedikit Lebih singkat prosesnya. Karena proses yang dilakukan lebih sedikit, maka waktu yang diperlukan untuk menggunakan metode ini lebih singkat, tenaga dan mesin yang dipergunakan juga lebih sedikit. Dapat digunakan untuk zat aktif yang tidak tahan panas dan tidak tahan lembab Waktu hancur dan disolusinya lebih baik karena tidak melewati proses granul, tetapi langsung menjadi partikel. tablet kempa langsung berisi partikel halus, sehingga tidak melalui proses dari granul ke partikel halus terlebih dahulu.Kerugian metode kempa langsung :o Perbedaan ukuran partikel dan kerapatan bulk antara zat aktif dengan pengisi dapat menimbulkan stratifikasi di antara granul yang selanjutnya dapat menyebabkan kurang seragamnya kandungan zat aktif di dalam tablet.o Zat aktif dengan dosis yang besar tidak mudah untuk dikempa langsung karena itu biasanya digunakan 30% dari formula agar memudahkan proses pengempaan sehingga pengisi yang dibutuhkanpun makin banyak dan mahal. Dalam beberapa kondisi pengisi dapat berinteraksi dengan obat seperti senyawa amin dan laktosa spray dried dan menghasilkan warna kuning. Pada kempa langsung mungkin terjadi aliran statik yang terjadi selama pencampuran dan pemeriksaan rutin sehingga keseragaman zat aktif dalam granul terganggu.o Sulit dalam pemilihan eksipien karena eksipien yang digunakan harus bersifat; mudah mengalir; kompresibilitas yang baik; kohesifitas dan adhesifitas yang baik

III. ALAT DAN BAHANALAT : Timbangan Ayakan nomor 16 Ayakan nomor 18 Mortir Stamper Mesin tablet single punch Beaker glass Batang pengaduk

BAHAN : Vitamin B6 Amilum Laktosa Magnesium stearat Aqua destilata

IV. CARA KERJA1. Buat muchilago amilli 10% dengan cara campurkan amilum dengan aqua destilata panas didalam beaker glass, aduk dengan menggunakan batang pengaduk sampai terbentuk muchilago2. Masukan amillum kedalam lumpang, gerus halus3. Tambahkan lactosa sedikit demi sedikit gerus homogen4. Tambahkan vitamin B6 sedikit demi sedikit gerus homogen5. Tambahkan muchilago amilli sedikit demi sedikit sambil diaduk, sampai terbentuk masa yang siap digranulasikan6. Ayak adonan dengan ayakan no. 167. Keringkan di oven pada suhu 50o-60o C8. Setelah benar-benar kering, ayak kembali dengan ayakan no. 189. Campur masa yang sudah diayak dengan magnesium stearat sebagai bahan pelicin selama lima menit10. Cetak dengan mesin tablet single punch dengan bobot tablet 250 mg

V. PENGOLAHAN DATA/PERHITUNGANFormula tablet vitamin B6BAHANFORMULA (mg)Vitamin B650Granulatum simplex(amilum : laktosa = 1 : 1)195Magnesium stearat5Bobot tablet250

Perhitungan bahan (untuk 50 tablet)Vitamin B6 = 50 mg x 50 = 2500 mgGranulatum simpex = 195 mg x 50 = 9750 mg Amilum = x 9750 mg = 4875 mg Laktosa = x 9750 mg = 4875 mgMg stearat = 1% x berat granul = 1% x 11,3 gram = 0,113 gramHasilBerat granul kering (tanpa Mg stearat) = 11,3 gramBerat granul kering (dengan Mg stearat) = 11,3 gram + 0,113 gram = 11,413 gramJumlah tablet = 20 tabletBobot rata-rata tablet = 0.5707 gram

VI. PEMBAHASAN Pada praktikum teknologi sediaan padat ini, memiliki tujuan utama agar mahasiswa dapat memformulasikan tablet dengan zat aktif yang telah ditentukan oleh dosen. Zat aktif yang diberikan adalah vitamin B6 atau piridoksin HCl, vitamin B6 dengan sifat-sifatnya seperti tahan terhadap panas, tahan terhadap air dan memiliki sifat aliran yang baik. Dengan melihat karakteristik dari vitamin B6 ini, vitamin B6 dapat dibuat dengan 2 pilihan metode pembuatan tablet yakni granulasi basah dan cetak langsung, granulasi basah dapat dilakukan jika zat aktif tahan terhadap pemanasan dan air sedangkan cetak langsung dapat dilakukan jika zat aktif mempunyai sifat alir yang baik. Karena vitamin B6 ini dapat dibuat dengan kedua metode tersebut diputuskan untuk dibuat dengan metode granulasi basah, dengan granulasi basah tablet yang dihasilkan akan lebih kuat karena penambahan zat pengikat dalam bentuk mucilago, pengikat bentuk ini memiliki daya kohesi yang kuat untuk menyatukan serbuk-serbuk tablet dan membentuk ikatan granul-granul sehingga terbentuk tablet yang memiliki kekompakan yang tinggi. Dengan kekompakan tablet yang tinggi menjadikan tablet tidak mudah pecah, rapuh, ataupun retak. Pada formulasi pembuatan vitamin B6 digunakan bahan tambahan sebagai pengikat yang berupa mucilago amili. Bahan pengikat disini bertujuan guna mengikatan masa granul dengan serbuk yang ada sehingga bahan obat tidak akan rapuh atau mudah pecah. Dalam pemberian bahan pengikat, perbedaan penggunaan bahan pengikat akan mengakibatkan suatu pengaruh pada kekerasan tablet, kelembaban granul dan pengeringan granul. Komponen bahan tambahan yang digunakan dalam pembuatan tablet B6 adalah bahan pengisi atau ( diluent ) bahan pengisi yang digunakan dalam pembuatan vitamin B6 adalah laktosa, karena laktosa sering digunakan atau biasa digunakan. Selain itu laktosa memiliki sifat yang tidak O.T.T (Obat Tidak Tercampurkan) dengan komponen lain terutama dengan zat aktifnya sendiri serta harganya pun murah. Selain itu pengisi juga dapat meningkatkan daya kohesi antar serbuk dan dapat memperbaiki sifat alir granul dalam hopper. Tablet yang dibuat dengan penggunaan laktosa menunjukan laju pelepasan zat aktif yang baik, granul yang dihasilkan akan cepat kering dan menunjukan waktu hancur yang bagus. komponen yang lain dalam pembuatan B6 adalah bahan tambahan sebagai bahan penghancur, zat yang berguna untuk meningkatan daya hancur dan memperbaiki disolusi dari tablet, pada proses pembuatan tablet dengan metode granulasi basah zat penghancur ditambahkan pada saat proses granulasi. Ketika tablet dikonsumsi, tablet kemudian akan masuk dalam tubuh dan berkontak dengan cairan dalam saluran pencernaan, dengan adanya komponen penghancur, tablet akan mengembang dan selanjutnya pecah menjadi granul - granul, kondisi ini karena pengaruh penghancur luar, selanjutnya granul - granul pecah dengan adanya penghancur dalam. Hal ini sangat berpengaruh terhadap waktu hancur dan pelepasan zat aktif. Waktu hancur dari tablet menjadi bertahap sehingga kadar zat aktif dalam darah dapat dikontrol dan tidak langsung memberikan konsentrasi yang maksimal karena dikhawatirkan akan mencapai efek toksik. Komponen bahan penghancur yang digunakan dalam praktikum adalah amilum kering, karena amilum sudah sangat sering digunakan sebagai penghancur, karena dapat menunjukan proses penghancuran yang bertahap, dan tidak OTT ( Obat Tidak tercampurkan ) dengan komponen lain. Bahan pelicin, bahan pelicin ini ditambahkan setelah proses granulasi selesai, bahan pelicin digunakan untuk melicinkan tablet dalam proses pengempaan atau pencetakan. massa cetak tablet dapat menempel pada dinding punch maupun die ini akan berpengaruh pada penampilan tablet dalam hal bentuk dan akan timbul masalah pada tablet yaitu sticking dan picking, atau terjadi gesekan sisi tablet dengan dinding ruang cetak tablet, hal ini mengakibatkan suatu tablet dapat berkurang estetikanya. Penampilan yang berubah, tidak seragam dan rapuh atau malah tablet tidak berhasil dikempa setelah pengempaan tablet akan hancur tanpa di sentuh. Menurut fungsinya bahan pelincin dapat dikategorikan menjadi 3 macam yaitu : lubrikan, antiadheren, dan glidan. Jenis pelicin yang pertama adalah lubrikan, Dengan adanya lubrikan ini membuat punch dan die lebih mudah dalam bergerak dan tablet yang dihasilkan memiliki bentuk yang baik. Lubrikan yang digunakan dalam formulasi ini adalah Mg-stearat merupakan lubrikan yang tidak larut air, karena akan lebih efektif tetapi memiliki kekurangan akan menambah lama waktu hancur dari tablet, lubrikan pun dapat mengurangi ikatan antar partikel pada tablet sehingga kekerasan tablet dapat berkurang. Jenis pelincin yang lain adalah antiadherent dan glidan, antiadherent berfungsi untuk mencegah melekatnya sebagian massa tablet pada permukaan punch, dan glidant mempunyai fungsi memperbaiki sifat aliran granul. Komponen yang digunakan sebagai antiadherent dan juga berfungsi sebagai glidant adalah talkum, talkum biasa digunakan sebagai komponen ini, tidak OTT ( obat tidak tercampurkan ) dengan komponen lain, dan sebagai glidant akan menutupi permukaan partikel yang tidak beraturan. Dengan kombinasi ini tablet yang dihasilkan dapat dengan mudah dicetak, tidak melekat pada dinding punch dan memiliki bentuk sempurna. Penambahan komponen pelicin ini dilakukan sesaat sebelum pencetakan, karena jika ditambahkan sebelumnya dalam rentang waktu yang cukup lama atau melalui pengocokan yang terlalu lama, pelicin yang bersifat hidrofob akan menutupi seluruh permukaan granul sehingga setelah dicetak dan dilakukan uji waktu hancur akan didapat waktu yang terlalu lama karena granul yang telah menjadi tablet akan semakin sulit untuk dibasah. Pencetakan pencetakan dilakukan setelah semua bahan benar benar tercampur, serta pemberian pelicin telah dilakukan. Dalam praktikum menggunakan mesin kempa single punch. Setelah penempaan selesai dilakukan uji fisik obat terhadap tablet B6 yang dibuat.

VII. KESIMPULAN Pada pengkajian praformulasi, kita dapat mengetahui secara jelas sifat dan karakteristik vitamin B6 sebagai bahan aktif dan beberapa bahan tambahan yang digunakan sehingga dapat menghasilkan tablet yang kompak dan bagus baik secara fisik maupun kimia. Metode pembuatan tablet vitamin B6 dapat dilakukan dengan cara granulasi basah maupun dengan metode cetak langsung. Karena berdasarkan kajian praformulasi vitamin B6 memiliki sifat tahan terhadap air dan pemanasan serta memiliki sifat alir yang baik. Pemilihan bahan tambahan sangat mempengaruhi sifat fisik dari suatu obat mulai dari tingkat kekerasan,kerapuhan,disolusi,dll

VIII. DAFTAR PUSTAKA The Theory & Practice of Industrial Pharmacy, Lachman Hal 294 dan Proceeding Seminar Validasi, Hal 26 Anief, Muhammad. 1997. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta : UGM press. Anief, Muhammad. 1993. Farmaseutika Dasar. Yogyakarta : UGM press. Ansel, Howard.1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi IV. Jakarta : UI press. Ganiswarna, Sulistia G. 1995. Farmakologi dan Terapi. Edisi IV. Jakarta : UI press. Harjasaputra, Purwanto, dkk. 2002. Data Obat di Indonesia. Jakarta : Grafidian Medipress. Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia. 1998. ISO Indonesia. Volume 32. Jakarta : PT. Anem Kosong Anem. Panitia Farmakope Indonesia. 1978. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta : Depatemen Kesehatan RI. Panitia Farmakope Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta : Departemen Kesehatan RI. Reynold, James E F. 1982. Martindale The Extra Pharmacopoeia. Twenty Eight edition. London : The Pharmaseutical Press. Tjay, Tan Hoan,dkk. 2003. Obat-Obat Penting. Jakarta : Gramedia. Waide, Ainley, and Waller, Paul J. 1994. Handbook of Pharmaseutical Exipients. Second edition. Washington : American Pharmaseutical Association