clinical presentation of secondary syphilis and its association with hiv infection

4
Clinical presentation of secondary syphilis and its association with hiv infection Abstract Dari laporan kasus yang diteliti teliti sebanyak 12 kasus sipilis sekunder yang terdiri dari 9 pasien laki laki dan 3 pasien wanita. Rasio perbandingan laki laki dan wanita 3:1. Rentang usia pasien berkisar antara 21 sampai 55 tahun dengan rata rat usia 29 tahun. Lamanya gejala berkisar antara 10 hari sampai 2 bulan. 8 pasien dinyatakan dengan HIV positif sedangkan 4 pasien HIV negative. Dari 8 pasien RVD, 6 pasien baru didiagnosa HIV ketika muncul gejala sipilis sekunder. Riwatyat adanya ulkus primer sebanyak 5 kasus (41%). Sipilis sekunder dengan ko-infeksi HIV dapat muncul dengan manifestasi klinis adanya eritem. Oleh karena itu sipilis sekunder ini harus ditatalaksana dan difollow up dalam jangak waktu yang lama. Respond terhadap standar pengobatan baik dengan perbaikan klinis dan hasil peeriksaan serologis. Bahkan wanita hamil sebaiknya melalukan pendeteksian terhadap adanya kemungkinan penyakit sipilis jika sebelumnya belum melakukan skrining. Kata kunci : sipilis sekunder, HIV, RPR,TPHA Pendahuluan Sipilis disebabkan oleh treponema palidum dan menyebar melalui kontak seksual, transpalasenta, dan terpapar oleh lesi yang terinfeksi. Setelah era pemberian antibiotic terjadi penurunan angka kejadian dengan intervensi yang aktif. Sipilis merupakan penyakit infeksi menular seksual yang terdiri dari 4 stadium yaitu primer, sekunder, laten dan tersier. Sipilis primer menyebabkan satu atau lebih dari luka yang terdapat disekitar anus, genital atau mulut. Perjalanan penyakit bias berlanjut ke stadium sekunder bila tidak ditatalaksana dengan baik sehingga menimbulkan sipilis sekunder. Pada stadium ini sipilis masih dapat disembuhkan. Jika perjalanan penyakit berlanjut ke stadium laten dan tersier maka dapat terjadi kerusakan organ yang tidak dapat disembuhkan, bahkan bias terjadi demensia, paralisis dan kematian. Sipilis memliki hubungan yang erat dengan HIV dan dapat ditularkan melalui luka sipilis. Sipilis primer biasanya tampak

Upload: rezi-amalia-putri

Post on 17-Dec-2015

212 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

^.^

TRANSCRIPT

Clinical presentation of secondary syphilis and its association with hiv infectionAbstractDari laporan kasus yang diteliti teliti sebanyak 12 kasus sipilis sekunder yang terdiri dari 9 pasien laki laki dan 3 pasien wanita. Rasio perbandingan laki laki dan wanita 3:1. Rentang usia pasien berkisar antara 21 sampai 55 tahun dengan rata rat usia 29 tahun. Lamanya gejala berkisar antara 10 hari sampai 2 bulan. 8 pasien dinyatakan dengan HIV positif sedangkan 4 pasien HIV negative. Dari 8 pasien RVD, 6 pasien baru didiagnosa HIV ketika muncul gejala sipilis sekunder. Riwatyat adanya ulkus primer sebanyak 5 kasus (41%). Sipilis sekunder dengan ko-infeksi HIV dapat muncul dengan manifestasi klinis adanya eritem. Oleh karena itu sipilis sekunder ini harus ditatalaksana dan difollow up dalam jangak waktu yang lama. Respond terhadap standar pengobatan baik dengan perbaikan klinis dan hasil peeriksaan serologis. Bahkan wanita hamil sebaiknya melalukan pendeteksian terhadap adanya kemungkinan penyakit sipilis jika sebelumnya belum melakukan skrining.Kata kunci : sipilis sekunder, HIV, RPR,TPHAPendahuluanSipilis disebabkan oleh treponema palidum dan menyebar melalui kontak seksual, transpalasenta, dan terpapar oleh lesi yang terinfeksi. Setelah era pemberian antibiotic terjadi penurunan angka kejadian dengan intervensi yang aktif. Sipilis merupakan penyakit infeksi menular seksual yang terdiri dari 4 stadium yaitu primer, sekunder, laten dan tersier. Sipilis primer menyebabkan satu atau lebih dari luka yang terdapat disekitar anus, genital atau mulut. Perjalanan penyakit bias berlanjut ke stadium sekunder bila tidak ditatalaksana dengan baik sehingga menimbulkan sipilis sekunder. Pada stadium ini sipilis masih dapat disembuhkan. Jika perjalanan penyakit berlanjut ke stadium laten dan tersier maka dapat terjadi kerusakan organ yang tidak dapat disembuhkan, bahkan bias terjadi demensia, paralisis dan kematian. Sipilis memliki hubungan yang erat dengan HIV dan dapat ditularkan melalui luka sipilis. Sipilis primer biasanya tampak sebagai lesi tunggal yang muncul 3 minggu setelah permulaan dari infeksi. Lesi tunggal ini berupa ulkus dengan ukuran kecil, tidak nyeri, bulat dan berbatas tegas. Lesi biasanya muncul didaerah mulut, anus atau genital. Jika gejala tidak ditatalkasana dengan baik pada stadium ini, maka bakteri akan menyebar melalui aliran darah dan menyebabkan sipilis sekunder. Gejala dari sipilis sekunder akan tampak 2-8 minggu setelah sipilis primer tidak ditatalaksanaTampilan dari sipilis sekunder berupa kemerahan yang tidak gatal yang dapat menyebar ke beberapa bagian tubuh, berupa bintik merah kecoklatan pada telapak tangan dan telapak kaki. Kasus ini sering salah didiagnosa dengan penyakit lain. Gejala lain dari sipilis sekunder berupa pembengkakan kelenjar getah bening, sakit kepala, rontok rambut, penurunan berat badan, nyeri tenggorokan, demam, lemah, nyeri otot, hilangnya nafsu makan, nyeri sendi, timbulnya kutil dengan ukuran kecil pada daerah lipatan kuli atau genital dan terjadi gangguan penglihatan. Pada beberapa tahun belakangan sipilis dapat kambuh pada kelompok homoseksual dan pasien HIV. Kami melaorkan sebanyak 12 kasus sipilis sekunder dari 13 April sampai 14 Juli yang mendatangi pusat pelayanan tersier ditempat kami. Tujuan dari penelitian ini untuk melihat pola dari tampilan klinis sipilis skunder dan hubungannya dengan infeksi HIV. Pada penelitaian didapatkan terdapat hubungan.Material dan metodeSemua pasien yang mendatangi DVL,OPD diperiksa dan dimasukkan kedalam penelitain ini termasuk klinic ART. iCTC untuk beberapa bukti STI. Semua pasien dengan tampilan gejala sipilis sekunder diperiksa secara detail, diselidiki dan di follow up. Dari 73.646 pasien yang mendatangi DVL dan OPD; 6708 pasien mendatangi klinik STI. Dari mereka 12 kasus didiagnosa engan sipilis sekunder. Mereka dilakukan pemeriksaan RPR dan TPHA dan dilakukan skrining HIV serta dilakukan biopsy kulit. Hasil dan KesimpulanDari 12 kasus sipilis sekunder yang teliti, 9 orang merupakan pasien laki-laki dan 3 orang wanita. Rasio antara laki laki dan wanita adalah 3:1. Rentang usia pasien berkisar antara 21-55 tahun dengan rata-rata usia 29 tahun. Lamanya munculan gejala berkisar antara 10 hari sampai 2 bulan. 8 pasien dinyatakan dengan HIV positif dan 4 pasien dinyatakan HIV negative. Dari 8 pasien RVD, 6 passien baru terdiagnosa HIV setelah muncul gejala sipilis sekunder. Pasien dengan riwayat adanya ulkus primer sebnayak 5 kasus (41%). Dari 6 pasien tersebut 1 pasien memiliki ulkus primer saat menderita sipilis sekunder. Semua pasien muncul dengan tampilan keremerahan kulit yang merata dan bersifat simetris dengan limfadenopaty. Lesi oral ditemukan pada 3 pasien sedangkan lesi genital ditemukan pada 5 pasien. Lesi perianal ditemukan pada 2 pasien. Kongesti konjunctiva hanya ditemukan pasien.Dari 3 pasien wanita ini didapatkan juga memiliki suami yang menderita sipilis sekunder. 1 pasien merupakan ibu hamil dengan usia kehamilan 38 minggu, 1 pasien merupakan non-RVD. RPR dan TPHA reaktif pada semua pasien. Titer RPR berkisar antara 1:8 sampai 1:64. Titer tertinggi dari TPHA yang diteliti adalah 1:1280. Analisis CSF, VDRL, dan analisis CSF juga dilakukan pada pasien HIV. Dan didapatkan semua hasilnya normal. Abnormal LFT dengan peningkatan enzim hati ditemukan pada 2 pasien. Dari studi kami 12 kasus sipilis sekunder, 9 pasien merupakan laki laki (75%) dengan usia rata rata 29 tahun dan 3 kasus sipilis wanita (25%). 76 pasien merupakan terinfeksi HIV dengan hitung CD4 berkisar antara 8-478 sel/cumm. 30 % pasien dengan infeksi HIV. Manifestasi klinis dari sipilis sekunder berupa manifestasi mukocutaneus yang berhubungan dengan limfadenopati general. Kulit kemerahan dan limfadenopati ditemukan pada semua pasien. Makulopapular yang kemerahan ditemukan pada 8 pasien (66%). Lesi psoriasiform ditemukan pada 4 pasien (33%). Lesi echtymiform ditemukan pada 2 pasien, lesi rupioid ditemukan pada 1 pasien. Papul yang terpisah ditemukan pada 3 pasien dan lesi palmoplantar ditemukan pada 6 pasien. Lesi mukosa ditemukan pada 7 pasien (58 %). Lesi oral ditemukan pada 3 pasien dan lesi genital ditemukan pada 5 pasien. Ulkus primer yang menetap ditemukan pada 1 pasien RVD. Gejala lain yang ditemukan berupa demam, sakit kepala, malaise, anoreksia terdapat pada 8 pasien. Atralgia ditemukan pada 3 pasien. Tidak ada gejala sistemik lainnya yang ditemukan kecuali abnormal LFT pada 2 pasien dan hepatomegali pada 1 pasien. Dari penelilitian kami8 pasien RVD menunjukkan RPR reaktif dan TPHA seperti yang ditemukan pada penelitian Wahab dkk (2013). Pada semua kasus RVD, analisis CSF ditemukan normal. Tidak ada bukti ditemukannya neurosipilis. Setelah tatalaksana, RPR digunakan sebagai follow up labor. Penurunan titer ditemukan selama follow up termasuk pada pasien HIV. Sipilis sekunder, umumnya ditemukan berhubungan dengan HIV. Hal ini sebaiknya menjadi perhatian oleh dokter untuk menyelidiki adanya infeksi HIV meskipun pasien datang dengan gejala sipilis sekunder dan semua pasien HIV harus dilakukan skrining STI. Sipilis sekunder dengan ko-infeksi HIV muncul dengan tampilan klinis florid. Oleh karena itu pasien ini sebaiknya ditatalaksan secara adekuat dan difollow up dalam jangka waktu yang lama. Respon terhadap tatalaksan standar adalah baik dengan perbaikna dari gejala klinis dan tes serological. Dan wanita hamil sebaiknya dilakukan skrining sipilis jika sebelumnya belum dialkuakn skrining untuk mencapai goal of elimination of congenital syphilis by 2015.