cntoh skripsi
TRANSCRIPT
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kesehatan merupakan hal yang penting dalam kehidupan sehari-hari, untuk mendapatkan
generasi bangsa yang kuat. Selain itu kesehatan juga bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat agar terwujud kesehatan masyarakat yang optimal. Di
Indonesia, laporan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Depkes RI menyatakan, diantara
penyakit yang dikeluhkan dan tidak dikeluhkan, prevalensi penyakit gigi dan mulut adalah
tertinggi meliputi 60% penduduk. Gigi dan mulut merupakan investasi bagi kesehatan seumur
hidup. Peranannya cukup besar dalam mempersiapkan zat makanan sebelum absorbs nutrisi pada
saluran pencernaan,disamping fungsi psikis dan sosial. Penyakit gigi yang banyak diderita
masyarakat adalah karies dan penyakit periodontal. Sedangkan berdasarkan laporan Profil
Kesehatan Gigi menunjukkan bahwa 62,4% penduduk merasa terganggu pekerjaannya atau
murid sekolah tidak masuk sekolah dengan alasan karena sakit gigi, dengan nilai rata-rata tidak
masuk sekolah karena sakit gigi adalah 3,86 hari. Kondisi ini menunjukkan bahwa penyakit gigi
walaupun tidak menimbulkan kematian, tetapi dapat menurunkan produktivitas kerja.
Hal terpenting dalam menjaga kebersihan gigi dan mulut adalah kesadaran dan perilaku
pemeliharaan hygiene mulut personal. Hal ini begitu penting karena kegiatannya dilakukan di
rumah tanpa ada pengawasan dari siapapun, sepenuhnya tergantung dari pengetahuan,
pemahaman, kesadaran serta kemauan daripihak individu untuk menjaga kesehatan mulutnya.
Pemeliharaan kesehatan gigi danmulut tersebut sangat erat kaitannya dengan kontrol plak atau
menghilangkan plak secara teratur.
Plak merupakan lapisan tipis, tidak berwarna, mengandung bakteri,melekat pada
permukaan gigi dan selalu terbentuk di dalam mulut dan bila bercampur dengan gula yang ada di
dalam makanan yang kita makan, akan membentuk asam. Asam ini akan berada di dalam mulut
dalam jangka waktu yang lama, karena gula hasil fermentasi membuat plak menjadi lebih
melekat. Plak atau debris di permukaan gigi dapat dipakai sebagai salah satu indikator
kebersihan mulut. Pembersihan yang kurang baik dapat menyebabkan plak makin melekat dan
akan menjadi karang gigi setelah mengalami klasifikasi (pengapuran)
Telah sejak lama (sejak tahun 1951) pemerintah Indonesia mengupayakan usaha
peningkatan pengetahuan kesehatan gigi anak usia sekolahdasar melalui Usaha Kesehatan Gigi
Sekolah (UKGS).Program UKGS tersebut merupakan upaya menjaga kesehatan gigi dan mulut
pada anak Sekolah Dasar (SD)yang menitik beratkan pada upaya penyuluhan dan gerakan sikat
gigi masal, sertapemeriksaan kesehatan gigi dan mulut pada setiap murid.
Usia sekolah dasar (6-12tahun) dipilih karena merupakan periode usia yang penting bagi
perkembangan manusia. Pada usia ini anak mulai mengalami perubahan yang cepat dalam
menerima informasi, mengingat, membuat alasan, dan memutuskan tindakan. Pada usia
inilahanak mulai belajar tentang semua kompetensi diri.
Upaya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut sebaiknya dilakukan sejak usia dini. Usia
sekolah dasar merupakan saat yang ideal untuk melatih kemampuan motorik seorang anak,
termasuk di antaranya menyikat gigi. Kemampuan menyikatgigi secara baik dan benar
merupakan faktor yang cukup penting untuk pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut.
Keberhasilan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut juga dipengaruhi oleh faktor penggunaan
alat, metode penyikatan gigi, serta frekuensi danwaktu penyikatan yang tepat.
Kelompok anak usia sekolah dasar ini termasuk kelompok rentan untuk terjadinya kasus
kesehatan gigi dan mulut, sehingga perlu diwaspadai atau dikelola secara baik dan benar. SKRT
2001 menunjukkan hanya 9,3% penduduk yang menyikat gigi sangat sesuai anjuran program
(menyikat gigi setelah makan pagi dan sebelum tidurmalam) dan 12,6% penduduk menyikat gigi
sesuai anjuran program (menyikat gigi setelah makan pagi atau sebelum tidur malam). Sebagian
besar penduduk (61,5%)menyikat gigi kurang sesuai anjuran program (menyikat gigi setelah
bangun tidur), bahkan 16,6% tidak menyikat gigi. Keadaan ini menyebabkan perlu ditingkatkan
program sikat gigi masal sesuai anjuran program di sekolah dengan mempertimbangkan sarana
dan media informasi terutama pada usia dini, karenaperilaku merupakan kebiasaan yang akan
lebih terbentuk bila dilakukan pada usia dini.
Anak-anak biasanya mempunyai kecenderungan untuk membersihkan gigi (menyikat
gigi) hanya pada bagian-bagian tertentu saja yang disukai, yaitu permukaan labial gigi anterior
dan permukaan oklusal gigi molar bawah. Perilaku menyikat gigi anak terbentuk melalui proses
belajar, baik mencontoh maupun bimbingan orang tua atau pengasuhnya. Pendidikan cara-cara
penyikatan gigi bagi anak-anak perlu diberikan contoh suatu model yang baik serta dengan
teknik yang sederhana mungkin. Penyampaian pendidikan kesehatan gigi dan mulut pada anak-
anak harus dibuat semenarik mungkin, antara lain melalui penyuluhan yang atraktif tanpa
mengurangi isi pendidikan, demonstrasi secara langsung, program audio visual, atau melalui
sikat gigi massal yang terkontrol.
Desa Padang Loang merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Patampanua,
Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan dengan luas wilayah 2889 km yang dihuni oleh 3.144 jiwa
(788 Kepala keluarga). Di Desa Padang Loang ini terdapat tiga sekolah dasar yaitu Sekolah
Dasar Inpres Padang Loang dengan jumlah siswa 112, Sekolah Dasar 260 Banga dengan jumlah
siswa 136 dan Sekolah DasarInpres Palita dengan jumlah siswa 129, dimana setiap sekolah dasar
ini belum memiliki Unit Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS). Di Desa Padang Loang juga terdapat
satu Pusat Kesehatan Desa (PusKesDes) yang tidak mempunyai tenaga kesehatan gigi dan mulut
serta letak cukup jauh dari ketiga Sekolah Dasar tadi. Berdasarkan data yang diperoleh dari
kantor desa setempat, bahwa di Desa PadangLoang khususnya pada anak sekolah dasar belum
mempunyai data tentang status kesehatan gigi dan mulut.
Oleh sebab itu, penelitian ini penting untuk dilakukan sebab selain peneliti tertarik
melakukan penelitian di Desa Padang Loang dengan tujuan menemukan efek penyuluhan
kesehatan gigi dan mulut terhadap status kesehatan gigi dan mulut, khususnya dalam
menurunkan indeks plak pada anak sekolah dasar, juga dapat berfungsi sebagai pendataan status
kesehatan gigi dan mulut anak sekolah di Desa Padang Loang tersebut. Sehingga plak yang
merupakan salah satu sumber permasalahan pada gigi ini dapat dicegah sedini mungkin.
Berdasarkan alasan-alasan tersebut, penulis mengangkat sebuah penelitian dengan judul “Efek
Penyuluhan. Penyikatan Gigi dengan Metode Demonstrasi terhadap Penurunan Indeks Plak pada
Murid Kelas VI Sekolah Dasar di Desa Padang Loang, Kecamatan Patampan.
1.2 PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, diajukan permasalahan:
1. Adakah efek penyuluhan penyikatan gigi dengan metode demonstrasi terhadap penurunan
indeks plak pada murid kelas VI sekolah dasar?
2. Adakah efek penyuluhan penyikatan gigi dengan metode demonstrasi terhadap penurunan
indeks plak pada murid kelas VI sekolah dasar berdasarkan jenis kelamin?
1.3 TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk mengetahui efek penyuluhan penyikatan gigi dengan metode demonstrasi terhadap
penurunan indeks plak pada murid kelas VI sekolahdasar
2. Untuk mengetahui efek penyuluhan penyikatan gigi dengan metode demonstrasi terhadap
penurunan indeks plak pada murid kelas VI sekolahdasar berdasarkan jenis kelamin
1.4 HIPOTESIS PENELITIAN
1. Terdapat efek penyuluhan penyikatan gigi dengan metode demonstrasi terhadap penurunan
indeks plak pada murid kelas VI sekolah dasar
2. Terdapat efek penyuluhan penyikatan gigi dengan metode demonstrasi terhadap penurunan
indeks plak pada murid kelas VI sekolah dasar berdasarkan jenis kelamin
1.5 MANFAAT PENELITIAN
1. Untuk mahasiswa
Dapat menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman peneliti saat melakukan
penelitian.
2. Untuk instansi
Penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan salah satu acuan
untuk mengadakan penelitian-penelitian selanjutnya.
3. Untuk masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah mengenai efek
penyuluhan penyikatan gigi dengan metode demonstrasi terhadap penurunan indeks
plak terutama pada murid kelas VI sekolah dasar.
Penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan sebagai data status kesehatan gigi dan
mulut khusus pada murid sekolah dasar di daerah tempat dilakukannya penelitian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PENYULUHAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA ANAK
Penyuluhan adalah proses belajar secara non formal kepada sekelompok masyarakat
tertentu, dimana pada penyuluhan kesehatan gigi dan mulut diharapkan terciptanya suatu
pengetian yang baik mengenai kesehatan gigi dan mulut. Penyuluhan kesehatan gigi pada anak
merupakan salah satu usaha menanamkan pengertian kepada anak sejak usia dini bahwa
kesehatan gigi tidak kalah pentingnya dengan kesehatan tubuh secara umum. Penyuluhan
kesehatan gigi bertujuan untuk meningkatkan pemberdayaan perorangan dan masyarakat guna
tercapainya tingkat kesehatan gigi yang lebih baik di masa mendatang. Penyuluhan kesehatan
gigi ini tidak semata-mata menjadi tanggung jawab pemerintah, akan tetapi merupakan tanggung
jawab semua pihak.
Menurut Budiharto (1998), terdapat beberapa jenis penyuluhan kesehatan gigi dan mulut
namun yang paling sering digunakan adalah penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dengan
metode ceramah dan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dengan metode bermain. Yang paling
pentingnya adalah lama waktu penyuluhan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada anak usia
sekolah dasar, biasanya anak hanya bisa berkonsentrasi penuh dalam waktu sekitar 20 menit.
Oleh karena itu, untuk mencapai hasil yang optimal, penyampaian penyuluhan kesehatan gigi
pada anak ini hendaknya tidak melebihi waktu tersebut.
Salah satu manfaat penyuluhan kesehatan kesehatan gigi dan mulut yaitu penambahan
pengetahuan dan kemampuan seseorang melalui teknik praktik belajar atau instruksi dengan
tujuan mengubah atau mempengaruhi perilaku manusia baik secara individu, kelompok maupun
masyarakat untuk meningkatkan kesadaran akan nilai kesehatan gigi dan mulutnya sehingga
dengan sadar mau mengubah perilakunya menjadi perilaku sehat. Penyuluhan diharapkan dapat
memberi manfaat yang berkesinambungan dengan sasaran perubahan konsep sehat pada aspek
pengetahuan ,sikap dan perilaku individu maupun masyarakat.
Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan domain yang sangat
penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior ).
Pengetahuan dibagi dalam 6 tingkatan :
1) Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
2) Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara
benar.
3) Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya
4) Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke
dalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu struktuk organisasi, dan masih
ada kaitannya satu sama lain.
5) Sintesis (synthesis)
Sintesis adalah suatu kemampuan seseorang untuk menyusunformulasi baru dari
formulasi-formulasi yang ada.
6) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi merupakan kemampuan untuk melakukan penilaianterhadap suatu materi
atau objek.
Pengetahuan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya yaitu pengalaman,
ekonomi, lingkungaan sosial, pendidikan, paparan media dan informasi, akses layanan
kesehatan.
1) Pengalaman
Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman, baik pengalaman pribadi maupun dari
pengalaman orang lain. Pengalaman ini merupakan suatu cara untuk memperoleh
kebenaran.
2) Ekonomi (pendapatan)
Faktor pendapatan keluarga sangat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan pokok dan
sekunder dalam keluarga. Keluarga denganstatus ekonomi baik akan lebih baik
tercukupi bila dibandingkan dengan keluarga dengan status ekonomi rendah. Hal ini
akan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan akan kebutuhan informasi pendidikan
yang termasuk dalam kebutuhan sekunder.
3) Lingkungan Sosial ekonomi
Manusia adalah makhluk sosial dimana dalam kehidupan saling berinteraksi satu
dengan yang lain, individu yang dapat berinteraksi dengan lebih banyak dan baik,
maka akan lebih besar mendapatkan informasi.
4) Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang akan sangat berpengaruh dalam pemberian respon terhadap
sesuatu yang datangnya dari luar.Orang yang berpendidikan tinggi akan memberikan respon yang
lebih rasional terhdap informasi yang datang dan akan berfikir sejauh mana keuntungan
yang akan mereka dapatkan
5) Paparan Media dan Informasi
Melalui berbagai mediam baik cetak maupun elektronik berbagai informasi dapat
diterima oleh masyarakat sehingga seseorang yang lebih sering terpapar di media
massa (TV, Radio, Majalah) akan memperoleh informasi yang lebih banyak
dibandingkan dengan orang yang tidak pernah terpapar informasi media massa.
6) Akses Layanan Kesehatan atau Fasilitas Kesehatan
Mudah atau sulitnya dalam mengakses layanan kesehatan tentunya akan sangat
berpengaruh terhadap pengetahuan khususnya dalam bidang kesehatan.
Sikap
Sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang
sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang atau tidak senang,
setuju atau tidak setuju, baik atau tidak baik, dan sebagainya). Sikap belum merupakan
suatu tindakan, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap
merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu. Sikap
relatif konstan dan agak sukar berubah sehingga jika ada perubahan dalam sikap berarti
adanya tekanan yang kuat.
Pembentukan sikap dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor misalnya pengalaman
pribadi, kebudayaan, orang yang berpengaruh, media massa,
Institusi pendidikan maupun lembaga agama. Dengan perkataan lain, sikap merupakan
perubahan yang meniru perilaku orang lain karena orang lain tersebut dianggap
sesuai dengan dirinya.
Perilaku
Salah satu manfaat penyuluhan ialah tercapainya perubahan perilaku individu,
keluarga, dan masyarakat dalam membina dan memelihara perilaku sehat dan lingkungan
sehat, serta berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal
merupakan salah satu tujuan dilakukannya penyuluhan kesehatan.
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan. Untuk mewujudkan
sikap menjadi suatu perbuatan nyata dibutuhkan factor pendukung atau suatu kondisi yang
memungkinkan, antara lain fasilitas. Tindakan adalah niat yang sudah direalisasikan dalam
bentuk tingkah laku yang tampak dan memerlukan faktor pendukung atau kondisi yang
memungkinkan. Dari pandangan biologis tindakan merupakan suatu kegiatan atau
aktivitas organisme yang bersangkutan.
Tindakan mempunyai beberapa tingkatan :
a) Persepsi (perception) yaitu mengenal dan memilih berbagaiobjek sehubungan
dengan tindakan yang akan diambil.
b) Respons terpimpin (guided response) yaitu tingkah laku yangdilakukan sesuai
dengan urutan yang benar dan sesuai denganyang telah dicontohkan.
c) Mekanisme (mechanism) yaitu apabila seseorang telah dapatmelakukan sesuatu
dengan benar secara otomatis atau sesuatuitu sudah merupakan kebiasaan.
d) Adopsi (adoption) yaitu tindakan yang sudah berkembangdengan baik, sudah
dimodifikasi tanpa mengurangi kebenarantindakan tersebut.
Faktor perilaku memegang peranan penting dalam mempengaruhi kesehatan gigi
dan mulut seseorang termasuk tentang bagaimanamenjaga kebersihan gigi dengan
menyikat gigi. Belum optimalnya status kesehatan gigi dan mulut di sekolah dasar
umumnya disebabkan oleh karena perilakunya belum menunjukkan perilaku sehat.
2.2 METODE PENYULUHAN
Metode penyuluhan yang umum digunakan adalah metode didaktik (one waymethod )
dan metode sokratik (two way method ). Pada metode didaktik pendidik cenderung aktif
sedangkan siswa sebagai sasaran pendidik tidak diberi kesempatan mengemukakan pendapat.
Ceramah merupakan salah satu metode didaktik yang baik digunakan pada pendidikan kesehatan
gigi dan mulut untuk anak-anak sekolah dasar.
Yang termasuk metode ini antara lain :
a. Metode ceramah
b. Siaran melalui radio
c. Pemutaran film/terawang (slide)
d. Penyebaran selebaran
e. Pameran.
Metode sokratik dilakukan dengan komunikasi dua arah antara siswa dan pendidik.
Peserta didik diberikan kesempatan mengemukakan pendapat dan dua orang atau lebih dengan
latar belakang berbeda bekerja sama saling memberikan keterangan dan ikut serta dalam
menyatakan pendapat. Salah satu metode sokratik yang tepat digunakan pada pendidikan
kesehatan gigi dan mulut pada anak-anak sekolah dasar adalah demonstrasi. Pada metode
demonstrasi materi pendidikan disajikan dengan memperlihatkan cara melakukan suatu tindakan
atau prosedur. Diberikan penerangan-penerangan secara lisan, gambar-gambar, dan ilustrasi.
Tujuan metode demonstrasi yaitu untuk mengajar seseorang atau siswa bagaimana
melakukan suatu tindakan atau memakai suatu produksi baru. Keuntungannya dapat menjelaskan
suatu prosedur secara visual, sehingga mudah dimengerti dan siswadapat mencoba pengetahuan
yang diterimanya. Kerugian pada metode ini diperlukana lat-alat dan biaya yang besar serta
perencanaannya memakan waktu yang lama.
Yang termasuk metode ini adalah :
a. Wawancara
b. Demonstrasi
c. Sandiwara
d. Simulasi
e. Curah pendapat
f. Permainan peran (roll playing)
g. Tanya jawab.
Metode demonstrasi adalah suatu cara penyajian pengertian atau ide yang dipersiapkan
dengan teliti untuk memperlihatkan berbagaimana cara melaksanakan suatu tindakan, adegan
atau menggunakan suatu prosedur.
Demonstrasi adalah suatu cara mensajikan bahan pengajaran/penyuluhan dengan cara
mempertunjukkan secara langsung obyeknya atau cara melakukan sesuatu atau
mempertunjukkan suatu proses.
Dari kedua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa demonstrasi adalah salah satu
cara menyajikan informasi dengan cara mempertunjukkan secara langsung obyeknya atau
menunjukkan suatu proses atau prosedur.
Tujuan metode demonstrasi ialah :
- Memperlihatkan kepada kelompok bagaimana cara membuat sesuatud engan prosedur
yang benar, misalnya memperlihatkan bagaimana cara membersihkan gigi dan gusi yang
benar, alat dan bahan apa yang digunakan, bentuk dan tipenya, dan bagaimana cara
menggunakannya.
- Meyakinkan kepada kelompok bahwa ide tersebut bisa dilaksanakan setiap orang.
- Meningkatkan minat orang untuk belajar, dan mencoba sendiri dengan prosedur yang
didemonstrasikan.
Keuntungan metode demonstrasi ialah:
- Dengan demonstrasi proses penerimaan sasaran terhadap materi penyuluhan akan lebih
berkesan secara mendalam sehingg amendapatkan pemahaman atau pengertian yang
lebih baik dansempurna, terlebih bila peserta dapat turut serta secara aktif melakukan
demonstrasi.
- Dapat mengurangi kesalahan bila dibandingkan membaca atau mendengar karena
presepsi yang jelas diperoleh dari hasil pengamatan.
- Benda-benda yang digunakan benar-benar nyata sehingga hasrat untuk mengetahui lebih
dalam dan rinci dapat dikembangkan.
- Peragaan dapat diulang dan dicoba oleh peserta.
- Dengan mengamati demonstrasi, masalah atau pertanyaan yang ada dapat terjawab
Kerugian metode demonstrasi yaitu :
- Demonstrasi merupakan metode yang tidak efektif apabila alat atau benda yang
diperagakan termasuk alat berat atau tidak dapat diamati dengan jelas karena agak rumit,
atau jumlahnya terbatas sehingga hanya beberapa orang yang mempunyai kesempatan
untuk mempraktikkannya.
- Apabila bendanya kecil, benda itu hanya dapat dilihat secara nyata oleh beberapa orang
yang berdekatan dengan pembicara.
- Kurang cocok untuk jumlah peserta yang banyak.
Pemakaian alat bantu dalam merubah perilaku anak merupakan hal yang sangat penting.
Alat bantu pendidikan adalah alat-alat yang dipakai oleh pendidik didalam menyampaikan bahan
pendidikan. Alat bantu ini lebih sering disebut alat peraga, karena berfungsi untuk membantu
memperagakan sesuatu di dalam proses pendidikan. Alat peraga ini disusun berdasarkan prinsip
bahwa pengetahuan yang ada pada setiap siswa dapat diterima atau ditangkap melalui panca
indera.
Alat bantu dalam pendidikan mempunyai peran dalam mempertinggi kemampuan belajar,
memperkuat daya ingat, memperbesar minat, dan mempermudah penghayatan. Alat peraga
langsung yang dianggap paling efektif untuk anak-anak adalah model. Model yaitu alat peraga
yang dapat dilihat dan di amati, yang dapat berupa alat yang sebenarnya ataupun dibuat meniru
aslinya. Siswa yang diberi pendidikan dapat melihat, merasakan, dan menelitinya. Alat peraga
langsung membantu para siswa dalam mengartikan atau mempelajari suatu bahan pendidikan
sehingga para siswa lebih banyak kemungkinan untuk belajar.
Masa usia anak adalah transisi dalam interaksi sosial dimana terjadi perubahan figur
tokoh (model) akan berpengaruh pada diri anak, dimana tokoh ibu akan digantikan dengan tokoh
guru. Untuk itu didalam penyuluhan kesehatan gigi dan mulut perlu adanya kerja sama yang baik
dengan guru. Menurut Piaget, pola perkembangan anak dibagi menjadi 4 tahapan : stadium
Sensorimotorik (0-18 atau24 bulan), Stadium Praoperasional (1-7 tahun), Stadium operasional
konkrit (7-11tahun), Stadium operasional formal (11-15 tahun atau lebih). Makin tinggi
umuranak, tingkah lakunya makin terorganisasi dan mempunyai tujuan-tujuan yangdikenal
sebagai tingkah laku bermotif. Selanjutnya Harlod menyatakan, ada beberapa teori tentang
proses perubahan perilaku antara lain: pengembangan serta penyebaran(research development
and dissemination), dan perubahan sikap (Attitude Change).
2.3 PLAK GIGI
Plak gigi adalah endapan lunak, tidak berwarna, dan mengandung anekaragam bakteri
yang melekat erat pada permukaan gigi. Plak tidak dapat dibersihkandengan hanya kumur-
kumur, semprotan air atau udara, tetapi plak hanya dapatdiberihkan dengan cara mekanis.
Sampai saat ini cara mekanis yang paling efektif untuk membersihkan plak adalah dengan
menyikat gigi.
Plak dapat digambarkan sebagi lapisan yang kadang-kadang tebalnya sampai 2 mm pada
semua permukaan mulut, terutama pada permukaan gigi dan sering juga pada permukaan
gingival dan lidah.
Jika jumlahnya sedikit plak tidak dapat terlihat, kecuali diwarnai dengan larutan
disclosing atau sudah mengalami diskolorisasi oleh pigmen-pigmen yang berada dalam rongga
mulut. Jika menumpuk, plak akan terlihat berwarna abu-abu, abu-abu kekuningan dan kuning.
2.4 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBENTUKKAN PLAK GIGI
Menurut Carlsson yang dikutip dalam buku ilmu pencegahan penyakit jaringan keras dan
jaringan pendukung gigi, faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembentukan plak gigi adalah
sebagai berikut ;
- Lingkungan fisik, meliputi anatomi dan posisi gigi, anatomi jaringan sekitarnya, struktur
permukaan gigi yang jelas terlihat setelah dilakukan pewarnaan dengan larutan
disclosing. Pada daerah terlindung karena kecembungan permukaan gigi, pada gigi yang
letaknya salah, pada permukaan gigi dengan kontur tepi gusi yang buruk, pada
permukaan emaily ang banyak cacat, dan pada daerah pertautan semen toemail yang
kasar,terlihat jumlah plak yang terbentuk lebih banyak.
- Friksi atau gesekan oleh makanan yang dikunyah. Ini hanya terjadi pada permukaan gigi
yang tidak terlindung. Pemeliharaan kebersihan mulut dapat mencegah atau mengurangi
penumpukan plak pada permukaan gigi.
Pengaruh diet terhadap pembentukan plak telah diteliti dalam dua aspek, yaitu
pengaruhnya secara fisik dan pengaruhnya sebagai sumber makanan bagi bakteri di dalam
plak. Jenis makanan, yaitu keras dan lunak, mempengaruhi pembentukan plak pada
permukaan gigi. Ternyata plak banyak terbentuk jika kita lebih banyak mengkonsumsi
makanan lunak, terutama makanan yang mengandung karbohidrat jenis sukrosa, karena akan
menghasilkan dekstran dan levan yang memegang peranan penting dalam pembentukan
matriks plak.
Kariogenitas makanan tergantung pada beberapa faktor, misalnya konsentrasi sukrosa,
sifat perlekatan makanan pada permukaan gigi, kecepatan pembersihan rongga mulut dan
kualitas pembersihan.
2.5 MIKROORGANISME PLAK GIGI
Mikroorganisme yang ditemukan pada plak bervariasi tergantung individu dan posisi di
dalam mulut, serta umur plak itu sendiri. Plak muda (1-2 hari) sebagian besar tersusun atas
bakteri gram positif dan bakteri gram negatif berbentuk kokus dan bantang. Organism ini biasa
bertumbuh pada pelikel mukopolisakarida amorf dengan tebal kurang dari 1 mikron. Pelikel ini
melekat pada email, sementum atau dentin.
Setelah bertumbuh 2 hingga 4 hari, terjadi perubahan jumlah dan tipe mikroorganisme
dalam plak. Bakteri gram negetif kokus dan bakteri gram positif batang bertambah banyak,
sedangkan bacilli fusiformis dan filament semakin jelas. Pada hari ke-4 hingga ke-9, ekologi
mikroorganisme plak menjadi semakin kompleks dengan bertambahnya jumlah bakteri motil
seperti spirilla danspirochete.
2.6 KONTROL PLAK
Plak tidak dapat dibersihkan dengan hanya kumur-kumur, semprotan air atau udara,
tetapi plak hanya dapat diberihkan dengan cara mekanis. Sampai saat ini cara mekanis yang
paling efektif untuk membersihkan plak adalah dengan menyikat gigi.
American Dental Association (ADA) menganjurkan bentuk sikat gigi yang baik harus
mempunyai :
a. Kepala sikat kecil, panjangnya 1-1,25 inci (2,5– 3 cm). Lebarnya 5/16-3/8 inci, dengan 2-
4 baris serabut sikat, tiap serabut terdiri dari 5-12 berkas.
b. Permukaan serabut sikat datar/rata.
c. Serabut sikat elastis.
Dokter gigi menyarankan menggunakan sikat gigi dengan kepala kecil agar dapat
menjangkau setiap bagian mulut dengan mudah. Menggunakan sikat gigi dengan bulu yang
lembut, bulu yang keras dapat merusak gigi dan gusi. Bulu sikat sebaiknya sintesis karena dapat
menyerap bakteri. Sikat gigi sebaiknya diganti kira-kira setiap dua atau tiga bulan.
Pasta gigi biasanya digunakan bersama-sama dengan sikat gigi untuk membersihkan dan
menghaluskan permukaan gigi-geligi, serta memberikan rasa nyaman dalam rongga mulut,
karena aroma yang terkandung di dalam pasta tersebut nyaman dan menyegarkan. Pasta gigi
biasanya mengandung bahan-bahan abrasif, pembersih, bahan penambah rasa dan warna, serta
pemanis, selain itu dapat juga ditambahkan bahan pengikat, pelembab, pengawet. Fluor dan air.
Bahan abrsif dapat membantu melepaskan plak dan pelikel tanpa menghilangkan lapisan email.
Penggunaan fluor pada pasta gigi adalah untuk melindungi gigi dari karies. Fluor bekerja
dengan cara menghambat metabolism bakteri plak yang dapat memfermentasi karbohidrat
melalui perubahan hidroksil apatit pada enamel menjadi fluor apatit.
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 JENIS PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah
quase eksperimental lapangan
4.2 DESAIN PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan
pre and posttest design with control group
4.3 WAKTU PENELITIAN
Waktu dilakukannya penelitian
Pada 1 Maret – 15 April 2012
4.4 SUBJEK PENELITIAN
Jumlah subjek yang akan diteliti pada seluruh murid kelas VI di Desa Padang Loang adalah
50 murid, dengan masing-masing jumlah murid pada setiap sekolah ialah SD Inpres Padang
Loang 15 murid, SD Negeri 260 Banga 16 murid dan SD Inpres Palita 19 murid
4.5 LOKASI PENELITIAN
Lokasi penelitian di sekolah dasar se-Desa Padang Loang, Kecamatan Patampanua
4.6 KRITERIA SAMPEL
1. Kriteria Inklusi :
a) Hadir pada saat penelitian dilakukan
b) Bersedia ikut saat penelitian dilakukan
2. Kriteria Eksklusi :
a) Sampel tidak sedang menggunakan alat ortodontik
4.7 ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN
1. Alat Kaca mulut (mirror ), sonde, pingset, gelas,nierbecken, sikat gigi, alat tulis menulis,
masker,handskun, handuk putih dan model peraga rahang atas dan rahang bawah
2. Bahan
Disclosing solution, alcohol 70%, air, pasta gigi, dan kapas
4.8 DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL
1.Penyuluhan tentang penyikatan gigi adalah suatu bentuk pemberian informasi seputar
penyikatan gigi secara langsung kepada kelompok perlakuan.
2. Menurunkan indeks plak adalah kemampuan sampel dalam menurunkan indeks atau skor
plaknya yang dihitung dengan menggunakan indekd PHP
4.9 PROSEDUR PENELITIAN
1. Sampel dipilih sesuai kriteria sampel.
2.Sampel dibagi menjadi 2 kelompok, kelompok yang mendapatkan perlakuan berupa
penyuluhan tentang kesehatan gigi dan mulut dan yang kelompok kontrol yang
tidak mendapat perlakuan.
3.Penelitian dilakukan 1 hari di tiap sekolah, dimana peneliti melakukan:
a. Pengukuran indeks plak indeks pertama pada kedua kelompok.
Hal ini dilakukan untuk mengidentifikasi adanya plak, dengan menggunakan larutan pewarna
plak / disclosing solution. Penggunaannya dengan cara mengoleskan kapas yang telah ditetes
idisclosing solution pada permukaan gigi-gigi yang menjadi indeks penelitian, yaitu permukaan
labial pada gigi anterior atas dan bawah, permukaan bukal gigi posterior rahang atas, dan
permukaan lingual gigi posterior rahang bawah. Bila ada gigi indeks sampel ada yang rusak atau
hilang tetap dimasukkan sebagai sampel.
4.10 KRITERIA PENILAIAN
Penilaian penurunan plak gigi diperoleh dari kemampuan sampel menurunkan atau
menghilangkan jumlah plak yang diukur dengan menggunakan PHP indeks (Patient Hygiene
Performance). Gigi yang diperiksa adalah gigi: 6 1 66 1 6 Pemeriksaan dilakukan secara
sistematis pada : Permukaan labial gigi insisif pertama kanan atas Permukaan labial gigi insisif
pertama kiri bawah Permukaan bukal gigi molar pertama kanan atas Permukaan bukal gigi
molar pertama kiri atas Permukaan lingual gigi molar pertama kiri bawah Permukaan lingual gigi
molar pertama kanan bawah Pemeriksaan dilakukan pada permukaan mahkota gigi bagian fasial
atau lingual dengan membagi tiap permukaan mahkota gigi menjadi lima subdivisi, yaitu :
distalG : 1/3 tengah gingivaM : mesialC : 1/3 tengahI/O : 1/3 tengah insisal/oklusal
Dengan kriteria penilaian:
0 = tidak ada plak
1 = ada plak Skor tiap gigi = jumlah skor dari 5 bagian gigi Skor tiap individu = jumlah
skor 6 gigi indeks dibagi 6 Cara pengukuran untuk menentukan indeks plak PHP yaitu dengan
rumus : Jumlah total skor plak seluruh permukaan gigi yang diperiksa Jumlah gigi yang diperiksa
Nilai yang dihasilkan adalah berupa angka. Kriteria penilaian tingkat kebersihan mulut
berdasarkan indeks plak PHP (Personal Hygiene Performance),yaitu :
- Sangat Baik = 0
- Baik = 0,1 – 1,7
- Sedang = 1,8 – 3,4
- Buruk = 3,5– 5
Jika pada gigi indeks sampel terdapat kerusakan atau gigi hilang, makayang dinilai hanya
gigi sisa yang masih baik dan utuh dan skor tiap individunyaadalah jumlah skor gigi sisa dibagi
dengan jumlah gigi tersebut. Gigi penggantidi sebelah mesial
4.11 DATA PENELITIAN
a. Jenis data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang
dikumpulkan sendiri oleh peneliti selama penelitian berlangsung.
b. Pengolahan data
Pada penelitian ini dilakukan pengolahan data dengan menggunakan SPSS for
Windows versi 15.0
c.Analisis data
Analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis data uji beda dengan
menggunakan uji
d. Penyajian data
Penyajian data pada penelitian ini berupa penyajian dalam bentuk tabel.
BAB V HASIL PENELITIAN
Penelitian dilakukan di sekolah dasar (SD) se-Desa Padang Loang yangmemiliki 3
SD, yaitu SD Inpres Padang Loang, SD Negeri 260 Banga dan SD Inpres Palita. Subjek
penelitian dibatasi hanya pada murid-murid kelas VI di ketiga SD tersebut
Pada hasil penelitian ini, peneliti membagi jumlah subjek di tiap sekolahdasar sama besar
ke dalam dua kelompok dengan tujuan memudahkan perbandingan
jumlah subjek pada saat dilakukan perhitungan baik itu secara kuantitas maupunprosentase dari
tiap variable
Tabel menunjukkkan sebaran jumlah sampel pada ketiga sekolahd asar yang menjadi
populasi penelitian. Di SD Inpres Padang Loang 15 subjek, 7orang dimasukkan ke dalam
kelompok kontrol dan 8 orang ke kelompok perlakuan.
Di SD Negeri 260 Banga terdapat 16 subjek, 8 orang dimasukkan ke dalam kelompok kontrol
dan 8 orang ke kelompok perlakuan. Di SD Inpres Palita terdapat 19 subjek, 10 orang
dimasukkan ke dalam kelompok kontrol dan 9 orang kekelompok perlakuan.
BAB VI PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan selama sebulan di tiga sekolah yang berbeda. Pada hari pertama,
peneliti mendatangi sekolah untuk melakukan pengukuran skor plak awal pada kedua kelompok,
sekaligus memberikan intervensi berupa penyuluhan dan pelatihan cara sikat gigi yang benar
kepada kelompok perlakuan. Tujuh hari kemudian, peneliti kemudian mendatangi sekolah yang
sama untuk melakukan pengambilan data skor plak akhir pada kedua kelompok. Hal yang sama
dilakukanp ada tiap sekolah. Jumlah sampel pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel dan
posttest pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol pada setiap sekolah dasar. Untuk
kelompok perlakuan, terjadi penurunan skor plak disemua kelompok sekolah dasar, yang mana
penurunan skor plak terbesar terjadi pada subjek kelompok Sekolah Dasar Inpres Palita, yaitu
sebesar 0.58(0.34), sedangkan penurunan skorplak terkecil terjadi pada subjek kelompok
Sekolah Dasar Negeri 260 Banga yaitusebesar 0.27 (0.21). Untuk kelompok kontrol justru terjadi
sebaliknya, yaitu terjad peningkatan skor plak pada semua kelompok sekolah dasar. Peningkatan
skor plak terbesar terjadi pada kelompok Sekolah Dasar Negeri 260 Banga sebesar 0.26(0.26),
dan peningkatan skor plak terkecil terjadi pada kelompok Sekolah Dasar InpresPadang Loang
sebesar 0.22(0.19)
Kemudian dilakukan uji t berpasangan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara
pemberian penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dengan penurunan plak pada murid kelas VI
sekolah dasar. Hal ini dilakukan dengan membandingkan skor plak rata-rata pada kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol dengan selisihskor plak rata-rata pretest dan posttest.
Hasilnya menggambarkan bahwa terdapat efek atau pengaruh dari pemberian penyuluhan
kesehatan gigi dan terhadap murid-murid sekolah dasar. Hal ini dapat dilihat pada tabel dengan
nilai p=0.01 (p<0.0 5berarti terdapat hubungan yang signifikan).Hasil ini sejalan dengan
penelitian yang telah dilakukan oleh SimsonDamanik dan Evi D. Sinaga (2002). Penelitian
tersebut dilakukan terhadap murid-murid kelas VI di dua SD negeri Medan. Hasil dari penelitian
menunjukkan bahwa penyuluhan dan pelatihan sikat gigi yang diberikan kepada anak-anak
sekolah dasarcukup efektif untuk menurunkan indeks plak gigi dan efek ini masih bertahan
sampai tiga minggu setelah penyuluhan dan pelatihan dilaksanakan.Selain itu, hasil penelitian
kesehatan gigi dan mulut pada siswa-siswi kelas I– VI SDN Kecamatan Palaran Kotamadya
Samarinda Propinsi Kalimantan Timuroleh Silvia Anitasari dan Liliwati (2005) menunjukkan
bahwa siswa-siswi yang sudah pernah mendapat penyuluhan dan pelatihan cara menyikat gigi
yang baik danbenar, didapati bahwa tingkat kebersihan gigi dan mulut mereka termasuk sedang.
Hal ini menunjukkan proses belajar yang mereka dapat melalui program penyuluhandan
pelatihan yang diberikan setiap tahun dapat dimengerti dan dipraktekkan olehsiswa dan siswi ini
BAB VII PENUTUP
7.1. SIMPULAN
Pemberian penyuluhan kesehatan gigi dan mulut yang diberikan kepada murid-murid
kelas VI sekolah dasar cukup efektif untuk menurunkan indeks plak gigi.
7.2. SARAN
1.Pengenalan tentang pentingnya kesehatan gigi dan mulut hendaknya diberikan sejak usia dini.
2.Perlu upaya yang berkelanjutan dan sinergis antara pihak sekolah dan tenaga kesehatan gigi
agar murid-murid sekolah dasar bisa menjaga kesehatan gigi dan mulutnya dengan baik dan
benar.
DAFTAR PUSTAKA
1. Said F, Rahmawati I, Hadayati S. Gambaran kebersihan gigi mulut danpengetahuan cara
menyikat gigi murid SD negeri Hapingin kelas IV dan VKecamatan Batang Alai Utara
Kabupaten Hulu Sungai Tengah. BuletinPenelitian RSUD Dr Soetomo 2009 Sep; 3(11): 148-
1502.
2. Situmorang N. Status dan perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut murid sekolah di 8
Kecamatan di Kota Medan. Dentika Dental Journal 2008 Dec;2(3):115-9.3.
3. Darwita RR, Rahardjo A, Amalia R. Penerimaan guru SDN 03 Senen terhadap program sikat
gigi bersama di dalam kelas pada murid kelas 1 dan 2 . Cakradonya Dent J 2010 Dec;
2(2):159-250.4.
4. Hamsar A. Perbandingan sikat gigi yang berbulu halus (soft) dengan sikat gigiyang berbulu
sedang (medium) terhadap manfaatnya menghilangkan plak pada anak usia 9-12 tahun di SD
Negeri 060830 Kecamatan Medan Petisah tahun2005. Jurnal Ilmiah PANNMED. 2006
Jul; 1(1):20-3.5.
5. Hariyani N, Setyo L, Soedjoko. Mengatasi kegagalan penyuluhan kesehatan gigi pada anak
dengan pendekatan psikologi. Dentika Dental Journal 2008; 1(13):80-46.
6. Darwita RR, Novrinda H, Budiharto. Efektivitas program sikat gigi bersama terhadap risiko
karies gigi pada murid sekolah dasar. J Indon Med Assoc 2011Mei:204-97.
7. Riyanti E, Chemiawan E, Rizalda RA. Hubungan pendidikan penyikatan gigi dengan tingkat
kebersihan gigi dan mulut siswa-siswi Sekolah Dasar IslamTerpadu (SDIT) Imam Bukhari.
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran. 20058.
8. Rusli M, Gondhoyoewono T. Pengaruh metode bermain terhadap penyuluhan kesehatan gigi
dan mulut. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Trisakti. PDGIOnline9.
Soekidjo N. Promoso kesehatan dan ilmu perilaku. Jakarta: Rineka Cipta; 2007.10.
Riyanti E, Saptarini R. Upaya peningkatan kesehatan gigi dan mulut melaluiperubahan perilaku
anak. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran.Diunduh
dari:http://journal.unair.ac.id/filerPDF/DENTJ-38-2-10.pdf.