coba2

17
o ada kerusakan o Bicara ,dan bahasa,bila ada ketidak sesuaian antara pemakaian bahasa ekspresif dan reseptif (menerima).Mencatat kecepatan,irama,artikulasi anak berbicara,serta istilah2 yang digunakan. o Mood,ekspresi anak tersebut,senang,sedih,dan lainnya o Afek,merupakan respon spontan, postur, gerakan wajah dan gerakan yang bersifat reaktif, nada suara, vokalisasi, serta pemilihan kata yang dapat membuat klinis mengetahui ap yang dirasakan anak tersebut. o Proses dan isi pikiran ,klinis harus membandingkan apa yang seharusnya diharapkan dari perkembangan usia anak dan apa yang menyimpang untuk kelompok usia tersebut.seperti halusianasi,gagasan membunuh/bunuh diri,dll. o Perilaku motoric,seperti kemampuan memperhatikan,gerakan involunteer,tremor,dll o Kognisis,seperti kemampuan memecahkan masalah,informasi umum,dll o Daya ingat,seberapa banyak yang diingat,ketidak mampuan menambah angka,dll o Pertimbangan dan tilikan.Pandangan anak terhadap masalah,reaksinya,dan pangajuan penyelsaian masalah yang diajukan anak. Pemeriksaan neuropsikiatrik Dianjurkan untuk anak yang menderita gangguan neurologis,yang terjadi bersama tanda 1

Upload: vtina177220

Post on 21-Dec-2015

219 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

GSFDGHSFDGSD

TRANSCRIPT

Page 1: coba2

o ada kerusakan

o Bicara ,dan bahasa,bila ada ketidak sesuaian antara pemakaian bahasa

ekspresif dan reseptif (menerima).Mencatat kecepatan,irama,artikulasi anak

berbicara,serta istilah2 yang digunakan.

o Mood,ekspresi anak tersebut,senang,sedih,dan lainnya

o Afek,merupakan respon spontan, postur, gerakan wajah dan gerakan yang

bersifat reaktif, nada suara, vokalisasi, serta pemilihan kata yang dapat

membuat klinis mengetahui ap yang dirasakan anak tersebut.

o Proses dan isi pikiran ,klinis harus membandingkan apa yang seharusnya

diharapkan dari perkembangan usia anak dan apa yang menyimpang untuk

kelompok usia tersebut.seperti halusianasi,gagasan membunuh/bunuh diri,dll.

o Perilaku motoric,seperti kemampuan memperhatikan,gerakan

involunteer,tremor,dll

o Kognisis,seperti kemampuan memecahkan masalah,informasi umum,dll

o Daya ingat,seberapa banyak yang diingat,ketidak mampuan menambah

angka,dll

o Pertimbangan dan tilikan.Pandangan anak terhadap masalah,reaksinya,dan

pangajuan penyelsaian masalah yang diajukan anak.

Pemeriksaan neuropsikiatrik

Dianjurkan untuk anak yang menderita gangguan neurologis,yang terjadi bersama

tanda neurologis.Hasilnya dapat menyatakan tanda abnormal yang asimetris yang

dapat menyatakan lesi pada otak.

Uji perkembangan ,psikologis,dan pendidikan yang tidak selalu dibutuhkan tetapi

dapat menentukan tingkat perkembangan anak ,fungsi intelektual,dan

akademis,seperti tes intelegensia/I.Q.

Setelah itu akan dilakuakn formulasi dan ringkasan,lalu diagnosis yang tepat yang

diberikan dan rencana terapi.Berdasarkan anamnesis ,dan pemeriksaan dapat

diagnosis anak perempuan tersebut menderita depresi (working diagnosis).2

1

Page 2: coba2

oriter yang mengakibatkan anak melakukan segala sesuatu berdasarkan kehendak

orang tua,sehingga pada saat dia memasuki lingkup pergaulan yang lebih luas,dia

merasa bingung dan malu untuk menentukan sikapnya.

Pada dasarnya hubungan antara orang tua dan anak merupakan hubungan yang timbal

balik. Sehingga dengan demikian dalam usaha untuk dapat menciptakan hubungan

yang memuaskan kedua belah pihak, maka peranan orang tua dan anak sangatlah

besar. Adapun yang dimaksud dengan hubungan yang dapat memuaskan orang tua

maupun anak adalah hubungan yang ditandai dengan adanya saling percaya, saling

mengerti, dan saling menerima. Dalam mengasuh dan mendidik anak, sikap orang tua

ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya adalah.

i dan ketekunan.

Pada kasus ini kegagalan periode ini juga dapat dijadikan penyebab

mengapa anak menjaddi pemalu.

Inisiatif vs rasa bersalah (3-6 tahun)

Tahap inisiatif berkaitan dengan tahap falik Freud dan dicirikan dengan

perilaku yang isntrisif dan penuh semangat, berani berupaya dan imajinasi

yang kuat. Anak-anak mengeksplorasi dunia fisik dengan semua indera dan

kekuatan mereka. Mereka membentuk suara hati. Tidak lagi hanya dibimbing

oleh pihak luar, terdapat suara dari dalam yang memperingatkan dan

mengancam. Anak-anak terkadang memiliki tujuan atau melakukan aktivitas

yang bertentangan dengan yang dimiliki orang tua atau orang lain, dan dibuat

merasa bahwa aktivitas atau imajinasi mereka merupakan hal yang buruk

sehingga menimbulkan rasa bersalah. Anak-anak harus belajar

mempertahankan rasa inisiatif tanpa mengenai hak dan hak istimewa orang

lain. Hasil akhirnya adalah arahan dan tujuan.

Industri vs inferioritas (6-12 tahun)

Tahap industri adalah epriode laten dari Freud. Setelah mencapai tahap yang

lebih penting dalam perkembangan kepribadian, anak-anak siap untuk bekerja

dan berproduksi.

2

Page 3: coba2

Mereka mau terlibat dalam tugas dan aktivitas yang dapat mereka lakukan

sampai selesai; mereka memerlukan dan menginginkan pencapaian yang

nyata. Anak-anak belajar berkompetisi dan bekerja sama dengan orang lain,

dan mereka juga mempelajari aturan-aturan. Periode ini merupakan periode

pemantapan dalam hubungan sosial mereka dengan orang lain.

o Perkembangan Moral

Secara sederhana, moralitas dapat diartikan sebagai kemampuan untuk

membedakan yang benar atau baik dan yang salah atau buruk. Namun dalam

kenyataan, tidaklah sesederhana itu, karena konsep tersebut mencakup tiga aspek

kemampuan seseorang, yaitu aspek kognitif, aspek afektif dan aspek perilaku.

Seseoang dikatakan memiliki norma moral yang tinggi, bila ia mempunyai

kesadaran dan pengertian mengenai kebutuhan atau perasaan orang lain, memiliki

kepedulian dan mampu merasakan (affection, empathy) perasaan orang lain, dan

mampu mengungkapkan pengrtia dan empati itu dalam perilakunya terhadap

orang lain. Menurut Kohlberg, perkembangan moral itu terjadi secara gradual

melalui 6 fase, menurut orientasi moralitas yang dominan digunakan :

1. Level penalaran pra-konvensional ( 0 - 9 tahun )

Pada tahap ini, anak tidak memperlihatkan internalisasi nila-nilai moral-

penalaran moral dikendalikan oleh imbalan (hadiah) dan hukuman eksternal.

Aturan dikontrol oleh orang lain (eksternal) dan tingkah laku yang baik akan

mendapat hadiah dan tingkah laku yang buruk akan mendapatkan hukuman5

Fase 1 : Orientasi hukuman dan ketaatan (Punishment and Obedience

orientation)

Fase ini penalaran moral didasarkan atas hukuman dan anak taat karena

orang dewasa menuntut mereka untuk taat

Fase 2 : Orientasi Individualisme dan tujuan (Satisfaction of own

needs orientation)

Apa yang benar adalah apa yang dirasakan baik dan apa yang dianggap

menghasilkan hadiah.6

3

Page 4: coba2

- Lingkungan keluarga

Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi perkembangan anak.

Umur 4 – 6 tahun dianggap sebagai titik awal proses identifikasi diri menurut

jenis kelamin, peranan ibu dan ayah atau orang tua pengganti ( nenek, kakek

dan orang dewasa lainnya ) sangat besar. Peran sebagai “ wanita “ dan “ Prias”

harus jelas. Dalam mendidik, ibu dan ayah harus bersikap konsisten , terbuka,

bijaksana, bersahabat, ramah, tegas, dan dapat lancar, maka dapat timbul

proses identifikasi yang salah. Masa remaja merupakan pengembangan

identitas diri, dimana remaja berusaha mengenal diri sendiri, ingin mengetahui

bagaimana orang lain menilainya, dan mencoba menyesuaikan diri dengan

harapan orang lain.7

- Lingkungan Sekolah

Pengaruh yang juga cukup kuat dalam perkembangan remaja adalah

lingkungan sekolah. Umumnya orang-tua menaruh harapan yang besar pada

pendidikan di sekolah, oleh karena itu dalam memilih sekolah orang–tua perlu

mempertimbangkan hal sebagai berikut :

1. Susunan Sekolah

Prasyarat terciptanya lingkungan kondusif bagi kegiatan belajar mengajar

adalah suasana sekolah, Baik buruknya suasana sekolah sangat tergantung

pada kepemimpinan kepala sekolah, komitmen guru, sarana pendidikan

dan disiplin sekolah Suasana sekolah sangat berpengaruh terhadap

perkembangan jiwa remaja yaitu dalam hal :

a. Kedisiplinan

Sekolah yang tertib dan teratur akan membangkitkan sikap dan

perilaku disiplin pada siswa. Sebaliknya suasana sekolah yang kacau

dan disiplin longgar akan berisiko, bahwa siswa dapat berbuat

semaunya dan terbiasa dengan hidup tidak tertib, tidak memiliki sikap

saling menghormati, cenderung brutal dan agresif.

b. Kebiasaan belajar

Suasana sekolah yang tidak mendukung kegiatan belajar mengajar

akan berpengaruh terhadap menurunnya minat dan kebiasaan belajar.

Akibatnya, prestasi belajar menurun dan selanjutnya diikuti dengan

4

Page 5: coba2

perilaku yang sesuai dengan norma masyarakat, misalnya sebagai

kompensasi kekurangannya di bidang akademik,siswa menjadi nakal

dan brutal.

c. Pengendalian diri

Suasana bebas di sekolah dapat mendorong siswa berbuat sesukanya

tanpa rasa segan terhadap guru. Hal ini akan berakibat siswa sulit

untuk dikendalikan , baik selama berada di sekolah maupun di rumah.

Suasana sekolah yang kacau akan menimbulkan hal-hal yang kurang

sehat bagi remaja, mosalnya penyalahgunaan Napza,perkelahian,

kebebasan seksual, dan tindak kriminal lainnya.7

Pada kasus ini hal yang mungkin terjadi adalah dampak smp/atau

keadaan sma tempat anak tersebut bersekolah yang membuat keinginan nya

bergaul dengan teman sebayanya yang berkurang.

- Bimbingan Guru

Di sekolah remaja menghadapi beratnya tuntutan guru, Orang tua dan

saratmya kurikulum sehingga dapat menimbulkan beban mental. Dalam hal ini

peran wali kelas dan guru pembimbing sangat berarti Apabila guru

pembimbing sebagai konselor sekolah tidak berperan, maka siswa tidak

memperoleh bimbingan yang sewajarnya. Untuk menyalurkan minat, bakat

dan hobi siswa, perlu dikembangkan kegiatan ekstrakurikuler dengan

bimbingan guru. Dalam proses belajar mengajar, guru tidak sekedar

mengalihkan ilmu pengetahuan yang terkandung dalam kurilukum tertulis

(Written Curriculum), melainkan juga memberikan nilai yang terkandung

didalamnya (hidden curriculum), misalnya kersama, sikap empati, mau

mendengarkan orang lain, menghargai dan sikap lain yang dapat membuahkan

kecerdasan emosional. Apabila guru tidak peduli terhadap hal tersebut, sulit

diharapkan perkembangan jiwa siswa secara optimal. Oleh sebab itu dalam

upaya mengoptimalkan perkembangan jiwa remaja di sekolah guru diharapkan

:

Memperhatikan ,pendekatan yang berbeda.

5

Page 6: coba2

Bersedia mendengarkan dan memperhatikan keluhan siswa

individual ,karena setiap siswa memiliki sifat, bakat,minat dan

kemampuan

Memiliki kepekaan “ membaca “ kondisi batin ( mood ) siswa

Perilaku guru dapat dijadikan teladan bagi siswa.

Memperhatikan dan menciptakan rasa aman bagi seluruh siswa di sekolah.

Menanamkan nilai-nilai budi pekerti melalui proses pembiasaan misalnya

sopan santun , menghargai orang lain ,bekerja sama,mengendalikan emosi,

kejujuran dan sebagainya.

Berpikir positif ( positive thinking ) terhadap siswa

Memberikan penghargaan atas keberhasilan siswa

Bersikap sadar,dewasa dan terbuka dalam menilai perilaku siswa.

Memahami prinsip dasar perkembangan jiwa remaja agar dapat memahami

dan menghargai siswa

Menghindari sikap mengancam terhadap siswa.

Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengaktualisasi kan diri

Mengendalikan emosi dan menyusuaikan diri dengan cara siswa

berkomunikasi.7

Pada kasus ini yang mungkin terjadi adalah peran guru yang kurang

atau bahkan juga tidak memperhatikan keadaan kelas/lingkungan sekolah yang

baik untuk anak tersebut dapat mengembangkan kepribadiannya dengan baik.

- Lingkungan Teman Sebaya

Remaja lebih banyak berada diluar rumah dengan teman sebaya, Jadi dapat

dimengerti bahwa sikap, Pembicaraan, minat, Penampilan dan perilaku teman

sebaya lebih besar pengaruhnya daripada keluarga misalnya, jika remaja

mengenakan model pakaian yang sama dengan pakaian anggota kelompok

yang populer, maka kesempatan baginya untuk dapat diterima oleh kelompok

menjadi lebih besar Demikian pula bila anggota kelompok mencoba minum

alkohol. rokok atau zat adiktif lainnya, maka remaja cenderung mengikuti

tanpa mempedulikan akibatnya. Didalam kelompok sebaya, remaja berusaha

menemukan dirinya. Disini ia dinilai oleh teman sebayanya tanpa

mempedulikan sanksi–sanksi dunia dewasa. Kelompok sebaya memberikan

lingkungan yaitu dunia tempat remaja dapat melakukan sosialisasi dimana

6

Page 7: coba2

nilai yang berlaku bukanlah nilai yang ditetapkan oleh orang dewasa

melainkan oleh teman seusianya, Disinilah letak berbahayanya bagi

perkembangan jiwa remaja, apabila nilai yang dikembangkan dalam kelompok

sebaya adalah nilai yang negatif, akan lebih berbahaya apabila kelompok

sebaya ini cenderung tertutup (closed group), dimana setiap anggota tidak

dapat terlepas dari kelompok nya dan harus mengikuti nilai yang

dikembangkan oleh pimpinan kelompok, sikap, pikiran, perilaku, dan gaya

hidupnya merupakan perilaku dan gaya hidup kelompoknya.7

Pada kasus ini lingkungan teman sebaya yang buruk juga dapat

menjadi penyebab anak tersebut enggan untuk bergaul dengan teman-teman

sebayanya.

- Lingkungan Masyarakat

Dalam kehidupanya, manusia dibimbing oleh nilai-nilai yang merupakan

pandangan mengenai apa yang baik dan apa yang buruk. Nilai yang baik harus

diikuti, dianut, sedangkan yang buruk harus dihindari, sesuai dengan aspek

rohaniah dan jasmaniah yang ada pada manusia, maka manusia dibimbing

oleh pasangan nilai materi dan nonmateri. Apabila manusia hendak hidup

secara damai di masyarakat, maka sebaiknya kedua nilai yang merupakan

pasangan tadi diserasikan akan tetapi kenyataan dewasa ini menunjukkan

bahwa nilai materi mendapat tekanan lebih besar daripada nilai non-materi

atau spiritual. hal ini terbukti dari kenyataan bahwa sebagai tolok ukur peranan

seseorang dalam masyarakat adalah kebendaan dan kedudukan. Lingkungan

masyarakat terdiri dari Sosial Budaya dalam era globalisasi, dunia menjadi

sempit, budaya lokal dan budaya nasional akan tertembus oleh budaya

universal, dengan demikian akan terjadi pergeseran nilai kehidupan, kemajuan

ilmu Pengetahuan dan teknologi sangat berpengaruhterhadap pesatnya

informasi. Segala sesuatu yang terjadi di muka bumi dengan sekejap diketahui

oleh seluruh penghuni bumi. Di rumah dan di sekolah, Orang –tua dan guru,

lebih banyak mengharapkan nilai spiritual menjadi pegangan remaja. Namun,

kenyataan membuktikan sebaiknya ini karena yang diajarkan berbeda dengan

yang dilihat di luar rumah dan di luar sekolah. Remaja menjadi bingung, mana

yang harus dilakukan. Situasi ini menimbulkan konflik nilai yang dapat

berakibat terjadinya penyimpangan perilaku, seperti yang terlihat di

7

Page 8: coba2

masyarakat, misalnya waria, pergaulan bebas, mabuk, dan homoseksualitas.

Dalam era globalisasi pengakuan akan hak asasi manusia mulai

memesyarakat. Bagi Indonesia yang kini sedang dalam era reformasi,

pelaksanaan hak asasi manusia merupakan masalah tersendiri. Nilai sosial

yang selama ini diutamakan bergeser pada nilai individual. Bagi remaja yang

sedang dalam masa mencari identitas diri dan penyesuaian sosial, situasi Ini

merupakan titik kritis, Bukan tidak mungkin hal ini akan berakibat terjadinya

konflik kejiwaan pada sebagian remaja, Remaja akan merasakan adanya nilai

“ kekolotan “ pada orang dewasadan nilai “ inovatif “ atau “ Pembaharuan “

pada orang dewasa dan nilai “ inovatif “ atau “ pembaharuan “ pada

generasinya.7

Sementara itu ada tuntutan dari pihak orang dewasa agar remaja mengikuti

aturan budaya, kecemasan akan menghadapi hukuman, ancaman dan tidak

adanya kasih sayang merupakan dorongan yang menyebabkan remaja terpaksa

mengikuti tuntutan lingkungan budaya (socialized anxity) . Kalau kecemasan

ini terlalu berat, akibat yang ditimbulkan adalah hambatan tingkah laku.

Remaja yang bersangkutan jadi serba ragu, serba takut, dan dapat menjurus

kepada keadaan cemas yang patologis. Tetapi dalam kondisi yang tepat,

Kecemasan ini mendorong remaja untuk lebih bertanggung jawab, hati-hati

dan menjaga tingkah lakunya agar selalu sesuai dengan norma yang berlaku.

Remaja dapat bertingkah laku normal sesuai dengan harapan masyarakat.

Sebenarnya remaja sadar akan pentingnya kebudayaan sebagai tolok ukur

terhadap tingkah laku sendiri. Kebudayaan memberikan pedoman arah,

persetujuan, pengingkaran, dukungan, kasih sayang dan perasaan aman kepada

remaja. Akan tetapi mereka juga punya keinginan untuk mandiri. Inilah yang

menyebabkan remaja membuat tolak ukur mereka sendiri, yang berbeda dari

tolak ukur orang dewasa, Mereka membuat kebudayaan sendiri yang berbeda

dari kebudayaan masyarakat umumnya. Kebudayaan yang menyimpang inilah

yang dikenal sebagai kebudayaan anak muda (youth culture). Nilai yang

dominan dalam budaya anak muda adalah keunggulan dalam olah raga,

disenangi teman, senang hura-hura senang pesta, tidak dianggap pengecut, dan

sebagainya.7

8

Page 9: coba2

Pada kasus ini pun perbedaan budaya lingkungan dengan yang

diajarkan di keluarga dan sekolah,membuat anak menjadi bingung,ragu-ragu

dan takut untuk melakukan kesalahan,sehingga ini dapat menjadi penyebab ia

tidak mau bergaul dengan teman-temanya.

Terapi

Psikoterapi dibagi atas beberapa macam seperti (1) terapi kognitif-perilaku, (2)

psikoterapi remedial, edukasional, dan patterning psychoterapy, (3) release therapy, (4)

psikoanalisis anak, dan (5) terapi kognitif. Terapi kognitif dan perilaku adalah suatu

campuran terapi perilaku dan psikologi kognitif. Terapi ini menekankan kepada

kemungkinan cara anak menggunakan proses berpikir dan modalitas kognitif untuk

memningkai kembali, merestrukturisasi, dan menyelesaikan masalah. Strategi terapi ini

berfungsi untuk terapi gangguan mood dan gangguan ansietas. Psikoterapi remedial,

edukasional, dan patterning psychoterapy difokuskan untuk mengajari perilaku dan pola

perilaku baru pada anak yang mempertahankan penggunaan pola yang imatur karena

keterlambatan pematangan. Release therapy memfasilitasi luapan emosi yang terpendam.

Terapi ini diindikasikan untuk anak usia prasekolah yang memiliki gangguan reaksi

emosional terhadap trauma terpendam. Terapi kognitif digunakan pada anak, remaja, dan

dewasa. Pendekatan berupaya untuk memperbaiki distorsi kognitif, khususnya

pengonsepan negatif dalam darah, dan terutama digunakan pada gangguan despresif.

Untuk kasus depresi ini terapi kognitif menyatakan bahwa disfungsi kognitif adalah

inti dari depresi dan perubahan afektif dan fisik sari penyerta lainnya dari dari depresi

adalah akibat dari disfungsi kognitif.Trias kognitif terdiri dari depresi yang terdiri atas:

o Persepsi diri negative yang melihat seseorang sebagai tidak mampu,kekurangan ,tidak

berguna,dan tidak diharapkan

o Mengganggap dunia sebagai tempat yang negative yang hanya menuntut dan

mengalahkan diri sendiri ,mengharapkan kegagalan dan hukuman

o Harapan untuk kesulitan,kekurangan,dan kegagalan yang terus menerus

Tujuan terapi adalah menghilangkan depresi,mencegah rekurensinya dengan membantu

pasien :

9

Page 10: coba2

o Untuk mengidentifikasi dan menguji kognisi negative

o Untuk mengembangkan skema alternatef dan lebih fleksibel

o Mengulang respon kognitif yang baru dan respon perilaku yang baru

Semua untuk mengubah cara seseorang berpikor untuk menghilangkan depresi.

Pendekatan kognitif terdiri dari 4 hal :

o Mendapat pikiran otomatis

o Menguji pikiran otomatis(menolak pikiran otomatis)

o Mengidentifikasi anggapan dasar yang maladaptive

o Menguji keabsahan anggapan maladaptive.2

Pencegahan

Cara yang paling efektif untuk mencegah anak agar tidak mengalami gangguan

psikologik khususnya dalam berinteraksi dengan orang lain adalah dari dalam keluarga.

Pola asuh keluarga sangat menentukan bagaimana sifat anak tersebut. Orang tua bisa

memberikan nasehat secara halus kepada anak, tidak bersifat mengintrograsi, tidak

langsung menuduh dan menyalahkan mendengarkan apa yang mereka rasakan.Karena

pendidikan paling awal yang diterima seorang anak adalah lewat pola asuh orang tua,dan

apabila terjadi kegagalan di fase awal,maka tidak menutup kemungkinan akan terjadi

kegagalan di fase-fase selanjutnya pula.2

Penutup

Kesimpulan

Remaja perempuan berusia 16 tahun yang malu bergaul di sekolah setelah dilakukan

pemeriksaan psikiatri dinyatakan mengalami depresi karena beberapa faktor .Remaja ini

mengalami masalah dalam perkembangan psikososialnya yang didasarkan pada teori Erikson

pada tahap autonomi vs malu dan ragu-ragu (1-3 tahun) anak ini kurang untuk meningkatkan

10

Page 11: coba2

kemampuan mereka untuk mengendalikan diri, tubuh dan lingkungan mereka. Rasa ragu dan

malu dari diri mereka muncul karen mereka merasa diremehkan atau mereka tidak diberikan

kesempatan untuk mencobanya. Hambatan perkembangan dari tahap itu berlanjut,sampai di

usia pubertas ditambah dengan perubahan bentuk tubuh,yang makin membuat dia menarik

diri.Selain itu factor lingkungan,perkembangan kognitif ,dan perkembangan moral juga

mempengaruhi perkembangan diri.Terapi yang digunakan adalah terapi kognitif untuk

merubah persepsi negative dan merubahnya menjadi pemikiran positif untuk merubah sikap

menjadi lebih baik.Yang berperan penting dalam perkembangan diri anak tersebut adalah

pola asuh sejak kecil.

Daftar Pustaka

1. Supartini Y. Ester M (editor). Buku ajar konsep dasar keperawatan anak. Jakarta :

Penerbit Buku Kedokteran EGC ; 2004.

2. Sadock BJ, Kaplan HI,Grebb JA. Kaplan & Sadock sinopsis psikiatri.Jilid 2.

Jakarta:BINAPURA AKSARA Publisher;2010.h.450-3,676-87.

3. Widyarini N. Relasi orang tua dan anak. Jakarta: Elex Media Komputindo; 2009.h.11.

4. Elvira D, Hadisukanto G. Buku ajar psikiatri. Cetakan ke-1. Jakarta : FKUI; 2010.h.

393-7.

5. Suparno P.Teori perkembangan kognitif.Yogyakarta:Kanisius;2001.h.26-88

6. Behrman RE, Kliegmen R. Arvin AM. Ilmu Kesehatan Anak Nelson .Vol. 2, Ed.15.

Wahab AS (editor). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2012. h. 2319-21.

7. Santock JW. Adolescence perkembangan remaja. Edisi ke-6. Jakarta:

Erlangga;2003.h.82-4

11