community based tourism pada masyarakat pesisir

Upload: dewi-maulida

Post on 06-Jul-2018

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/17/2019 Community Based Tourism Pada Masyarakat Pesisir

    1/9

    71

    Jurnal Dinamika Maritim

    Vol . 2 No.1, September 2010

    ` COMMUNITY BASED TOURISM PADA MASYARAKAT PESISIR; 

    DAMPAKNYA TERHADAP LINGKUNGAN

    DAN PEMBERDAYAAN EKONOMI

    Siti Arieta

    Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

    Universitas Maritim Raja Ali Haji, Tanjungpinang

    ABSTRACT

    Coastal communities are extremely tied by alienation and poverty. In the meantime, a lot of

     potentials are included to be economically independent. Remote location is one of the high values oftourism if it supported by the clean environment, hospitality and cultural authenticity.

    During the time coastal communities are considered as a backward and unsuccessfully achievedcommunal power. Community skills among women and younger generations are not aroused in an

    integrated and maximum approach. As a consequence, empowerment and community-based activitiesare offered as an alternative solution. Empowerment in this study is in the field of tourism as a potential of coastal regions. It is believed that the empowerment and community-based tourism will

     be able to maximize the creativity of all components in coastal communities, creating new jobopportunity, preserve local culture and environment, and also improve the income of the communityin order to establish economic independence.

    This exploratory type of research has data collecting technique through a survey of literature andexperience. Community based tourism concept is expected to be effectively applied in coastal regionsof Indonesia. Supported by both government and private sectors, community power is generated as acapital to expect autonomy establishment in order to meet the needs of coastal communities, improvethe quality of life without ignoring local wisdoms in the environmental management.

    Keywords: tourism, community based, community development  

    PENDAHULUAN

    Komunitas pesisir pada dasarnya adalahkelompok masyarakat yang kehidupannyasangat tergantung pada hasil laut. Beruntung bagi mereka yang di sekitar wilayahtinggalnya terdapat gunung, bukit atau lahandimana kekayaan alam selain laut dapatmenjadi alternatif mata pencaharian saat masa

     paceklik melaut tiba. Namun secara umum,

    masyarakat pesisir identik denganketertinggalan pembangunan dengan alasanketerpencilan lokasi. Kondisi inilah yangmenunjukkan kesenjangan tingkat

    kesejahteraan antara masyarakat daratan dan pesisir.

    Lokasi pesisir yang terpencil jugamerupakan nilai jual yang tinggi dari sudut

     pandang pariwisata konvensional. Investor

    telah memanfaatkan peluang ini untukmerubah keterpencilan pesisir menjadi objekwisata yang perawan dan ekslusif, yangdiperuntukkan bagi wisatawan yang inginsekejap mengasingkan diri dari hiruk-pikukkeseharian dan menikmati keeksotisan pantaiyang indah dan bersih. Jenis wisata semacamini merupakan privatisasi yang tidakterelakkan, yang mana disatu sisi memberikan

    kepuasan ibarat di surga kepada para

    wisatawan namun di sisi lain menutup akses partisipasi bagi masyarakat pesisir untukmemanfaatkan potensi perekonomian. Tidakadanya akses masyarakat untuk berpartisipasi

    dikarenakan hal-hal antara lain asumsi investor bahwa masyarakat pesisir memiliki

    keterbatasan kemampuan berinteraksi, tingkat pendidikan yang rendah, tidak menjagakebersihan pantai dan pesisir, dan lain

    sebagainya.

  • 8/17/2019 Community Based Tourism Pada Masyarakat Pesisir

    2/9

    72

    Jurnal Dinamika Maritim

    Vol . 2 No.1, September 2010

    Disahkannya Keputusan Menteri Kelautandan Perikanan Nomor 18 Tahun 2004 TentangPedoman Umum Pelaksanaan PemberdayaanEkonomi Masyarakat Pesisir (PEMP)membawa harapan perubahan bagi pengembangan kawasan pesisir dengan berbasis pemberdayaan masyarakat. Secaraumum program PEMP memiliki tujuan untukmeningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui pengembangan kegiatanekonomi, peningkatan kualitas sumberdayamanusia dan penguatan kelembagaan sosial.Tujuan ini diimplementasikan melalui prioritaskegiatan antara lain meningkatkan akses permodalan melalui micro finance; terfasilitasinya teknologi tepat guna untukmengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya

     pesisir dan kelautan; berkembangnya jaringaninformasi usaha, permodalan dan pemasaran;

    dan meningkatkan kualitas sumberdayamanusia pesisir.

    Walaupun kebijakan ini lebih banyakdiimplementasikan dari segi pemberdayaan

    ekonomi yakni dengan memberikan tambahanmodal usaha bagi para nelayan, penulis ingin

    melihat aturan ini sebagai pijakan dasar untukmelakukan pemberdayaan masyarakat pesisirdi bidang kepariwisataan. Adapun spesifikasi

    dari kepariwisataan adalah pariwisata berbasiskomunitas atau community based tourism 

    dimana pemberdayaan jens ini menurut sudut pandang penulis dapat menciptakan kondisilingkungan yang berkelanjutan sekaligusmemandirikan perekonomian komunitas pesisir.

    Dengan demikian tujuan penelitian iniadalah untuk mengetahui peranan communitybased tourism yang dilakukan oleh masyarakat pesisir dalam menciptakan lingkungan yang

     berkelanjutan dan kemandiriankomunitasnyadan diharapkan penelitian inidapat memberikan manfaat bagi masyarakatluas antara lain untuk menambah wawasan diwilayah teoritik dalam bidang communitybased tourism  dan impelementasinya dansebagai referensi dan acuan mengenai kegiatan berbasis komunitas dalam upaya

    memberdayakan masyarakat lokal sebagaiaktor perubahan sosial yang mandiri.

    METODE PENELITIAN

    Penulis melakukan jenis penelitianeksploratori, yakni penelitian yang bertujuanuntuk lebih mendalami atau memperoleh pandangan baru tentang suatu gejala(Soehartono:33). Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari - Maret 2010. Proses penelitiandimulai dengan melihat gejala yang terjadi berkaitan dengan Community Based Tourism,lalu mempelajari gejala tersebut melalui bahantertulis, baik pada buku teks maupun yanglebih khusus seperti artikel-artikel pada mediacetak, internet dan pengalaman pribadi tertentu

    yang paham akan topik ini.Penelitian eksploratori ini ditunjang oleh

    teknik pengumpulan data antara lain surveiliteratur dan pengalaman. Survei literaturdilakukan untuk memperoleh sumber data primer yakni dari buku teks dan data sekunderantara lain dari artikel jurnal, media cetak dan

    internet. Adapun survei pengalaman dilakukandengan mencari informasi dari orang-orang

    yang ahli atau berpengalaman dalam bidang pemberdayaan masyarakat pesisir khususnyadi bidang pariwisata.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Pengelolaan sektor kepariwisataan dikawasan pesisir selama ini telahmengikutsertakan banyak investor swasta yang

    telah terbukti dapat memajukan pembangunan.Terlebih lagi ketika pemberian izin pengelolaan ini bersifat eksklusif dalam artiansangat jauh dari jangkauan wisatawan danmasyarakat lokal, namun memberikan

    kontribusi yang signifikan dan menjanjikan.Tidak menutup kemungkinan Pemerintahmerasakan hal yang dilematis, terutamaPemerintah Daerah yang berusaha menaikkanPendapatan Asli Daerahnya. Namunkerjasama semacam ini tidak pulamenyelesaikan masalah kemiskinan danketertinggalan yang dirasakan oleh masyarakat pesisir.

  • 8/17/2019 Community Based Tourism Pada Masyarakat Pesisir

    3/9

    73

    Jurnal Dinamika Maritim

    Vol . 2 No.1, September 2010

    Idealnya, keberhasilan pariwisata(Syamsu:2001) dimaknai oleh terpenuhinya:

    (1)  Faktor kelangkaan (Scarcity)  yaknisifat dari objek wisata tidak dapatdijumpai di tempat lain, baik secaraalami maupun buatan.

    (2) 

    Faktor kealamiahan (Naturalism)yakni sifat dari objek wisata yang belum tersentuh oleh perubahan akibat perilaku manusia, seperti warisan budaya.

    (3)  Faktor Keunikan (Uniqueness)  yaknisifat objek wisata yang memilikikeunggulan dibanding dengan objeklain di sekitarnya.

    (4)  Faktor pemberdayaan masyarakat(Community empowerment), dimana

    masyarakat lokal diberdayakan untuk pengembangan objek wisata di

    daerahnya, sehingga memiliki rasamemiliki rasa bangga dan identitas diriyang kuat untuk menumbuhkankeramahtamahan kepada wisatawan.

    (5)  Faktor Optimalisasi lahan (Area

    optimalsation) yakni memaksimalkankawasan wisata sesuai dengan

    mekanisme pasar (permintaan dan penawaran) tanpa melupakan pertimbangan konservasi, preservasi,

    dan proteksi lingkungan.(6)  Faktor Pemerataan (equality) dimana

    terdapat pembagian porsi manfaatterbesar bagi masyarakat yang kurang beruntung agar terciptnya pemerataankesejahteraan juga ditunjang denganadanya ketertiban dalam proses

     pemerataan tersebut.

    Penelitian ini menekankan keberhasilan pariwisata pesisir dari sudut pandang pemberdayaan masyarakat sebagai sebuah

    konsep memunculkan kekuatan komunitassecara bottom up. Aspek pemberdayaanmendorong terciptanya kesadaran penuh darimasyarakat untuk mengelola kawasan wisatayang berdampak terjaminnyakeramahtamahan, kelestarian budaya danlingkungan. Untuk menciptakan kesadarantersebut dibutuhkan perubahan pola pikir darikomunitas untuk mau meningkatkan kapasitasmereka dalam menjadi penggagas, perencana, pelaksana, dan pemantau dari kegiatankepariwisataan yang dijalankan. Manfaat yangdirasakan antara lain adanya keterlibatandalam pengambilan keputusan, perluasan

    lapangan kerja, dan pengurangan kemiskinandi wilayah pesisir serta terpeliharanya kearifanlokal dalam kehidupan kepariwisataan.Kewajiban dari dalam diri untuk menjagalingkungan juga akan menciptakankepariwisataan yang berkelanjutan, yakni beroperasi dengan kapasitas alami untukregenerasi dan masa depan produktifitas alam,sosial dan budaya; mengakui kontribusidimana masyarakat dan komunitas, kebiasaandan gaya hidup sekarang dan yang akan datangmenjadi pengalaman bagi pariwisata;menerima bahwa masyarakat memiliki pembagian yang adil dan wajar darikeuntungan pariwisata; diarahkan kepadamasyarakat dan komunitas di sekitar wilayahwisata.

    Dengan berjalannya pembangunan sektor

    kepariwisataan berbasis pemberdayaanmasyarakat, berarti pariwisata berkelanjutantelah berjalan. Pariwisata berkelanjutan adalahindustri yang meminimalkan dampak negatif pada lingkungan dan budaya lokal, dengan

    membantu meningkatkan pendapatan, pekerjaan, dan konservasi ekosistem setempat.

    Implementasi pariwisata berkelanjutan dalamkaitannya dengan pemberdayaan masyarakatdapat dilihat dalam bentuk community based

    tourism  atau pariwisata berbasis komunitas,dimana konsep ini didukung oleh kegiatan

    antara lain adventure travel atau wisata petualangan, cultural travel atau wisata budaya, dan ecotourism atau wisata ekologi.Keberhasilan community based tourism  dalammemberikan kesan khusus kepada wisatawan

    sekaligus meningkatkan kualitas kehidupanmasyarakat pesisir hanya bisa dicapai dengandukungan penuh dan kerjasama permanenantara pemerintah, pihak luar baik investormaupun lembaga pendampingan masyarakat,

    dan komunitas lokal.

    Indikator keberhasilan community based program (dimana pariwisata berbasiskomunitas termasuk didalamnya) sebagaiimplementasi nyata upaya menjalankan pembangunan yang berkelanjutan adalah berjalannya manajemen kelompok yangtercermin melalui uji produktivitas dan uji pemberdayaan. Uji produktivitas memilikitolak ukur kapasitas manajemen ini terhadapupaya pemenuhan kebutuhan komunitas dalamrangka peningkatan kesejahteraan. Sedangkanuji pemberdayaan adalah untuk melihat

  • 8/17/2019 Community Based Tourism Pada Masyarakat Pesisir

    4/9

    74

    Jurnal Dinamika Maritim

    Vol . 2 No.1, September 2010

     bagaimana basis lokal dalam kontrol yangefektif terhadap sumberdaya telah diperkuatdan diperluas. Uji pemberdayaan daricommunity based tourism  idelanya tercermindari ekoliterasi dan ekodesain masyarakat pesisir dalam pelaksanaan kepariwisataan.Ekoliterasi adalah kesadaran ekologismasyarakat atas kaidah-kaidah ekosistem danevolusinya untuk mendukung jaring-jaringkehidupan. Sedangkan ekodesain adalahmemperkenalkan era yang didasari oleh pembelajaran dari alam, bukan pada apa yang bisa didapatkan dari alam (Capra, 2005:253).

    Dengan demikian, untuk menjalankancommunity based tourism sangatlah mutlakdiperlukan pemahaman akan lingkungan yang berkesinambungan. Setelah kesadaranlingkungan (baca:ekkoliterasi) terbentuk, makaekodesain adalah langkah implementatifnya.Tidak mudah membentuk kesadaranlingkungan mengingat segala aktivitas perekonomian manusia identik denganmemanfaatkan alam. Aktivitas ekonomi sangaterat kaitanya dengan sumberdaya alam danlingkungan, dan tidak dipungkiri bahwasanyamasyarakat dan perekonomian dibatasi olehlingkungan.

    Gambar 1. Ketergantungan Terhadap Lingkungan

    Sumber: Susilo (2008) 

    Artinya masyarakat tidak bisa hidup tanpalingkungan begitupun perekonomian tidakakan berjalan tanpa adanya sumberdaya alam.Itulah sebabnya mayoritas kearifan lokal di

    suku ataupun negara apapun menegaskanuntuk melakukan penghormatan terhadaplingkungan. Dalam upaya pemenuhankebutuhan tersebut, bagi mereka yang telahmemiliki kesadaran lingkungan yang terjadi

    adalah pemanfaatan dimana keseimbanganantara kebutuhan dan kelestarian tetap dijaga. Namun sebaliknya, bagi mereka yang belummemiliki kesadaran lingkungan yang akanterjadi adalah eksploitasi berlebihan yangmengakibatkan rusaknya ekosistem alam.

    Berikut ini adalah keterkaitan antaraekoliterasi dan ekodesain yang sangatmungkin untuk tercipta dalam Community

     Based Tourism  dimana akan memberikankeuntungan bagi lingkungan, budaya, danekonomi komunitas lokal. Ekoliterasi yangdimiliki masyarakat pesisir akan sangat

    menunjang berjalannya kegiatan ecotourism atau wisata ekologi merupakan faktor penentuyang menghubungkan community basedtourism dengan lingkungan berkelanjutan.

    Aktivitas ini diimplementasikan melaluikunjungan ke tempat alamiah di sekitar pesisir,seperti menulusuri berbagai kekayaan floradan fauna di hutan pantai atau melihat biotaunik di bawah laut melalui snorkeling dan

    menyelam. Wisata ekologi mutlak melakukankonservasi atau pemeliharaan lingkunganuntuk menopang keseimbangan hubunganmanusia dan segala kegiatannya, bukansebaliknya mengubah keaslian sehinggamenganggu keseimbangan alam. Berikut iniadalah kriteria bagi masyarakat pesisir dalammenjalankan ecotourism:

    1.  Wisatawan diajak untuk berpartisipasidalam mengamati, mengapresiasi danmenghargai ekosistem pesisir dalamkesatuan budaya tradisionalnya;

    2. 

    Memberikan pendidikan daninterpretasi mengenai ekosistem

  • 8/17/2019 Community Based Tourism Pada Masyarakat Pesisir

    5/9

    75

    Jurnal Dinamika Maritim

    Vol . 2 No.1, September 2010

     pesisir dan laut dalam upayamemperkenalkan kearifan lokal pesisirkepada wisatawan;

    3.  Komunitas pesisir memiliki kelompokyang terspesialisasi untukmendampingi wisatawan dimanakelompok ini melakukan koordinasidan kerjasama baik denganmasyarakat setempat dan kelompokluar dalam menjalankan ecotourism;

    4.  Seminim mungkin mengurangidampak negatif pada lingkungan alamdan sosial-budaya lokal;

    5.  Mendukung perlindungan daerahalam.

    Aktifitas wisatawan dalam menikmati

    alam juga ditunjang dengan kesiapankomunitas dalam menyediakan tempat tinggal

     berupa pondokan alami (eco-lodge).Sosialisasi langsung antara wisatawan denganmasyarakat di lingkungan pesisir akan secaralangsung memperkenalkan budaya lokal.Disinilah masyarakat dituntut untuk mampu

    secara merata untuk membuktikan kearifanlokal mereka, seperti tradisi ritual melaut,

    menjaga kelestarian terumbu karang, membuatkerajinan dari biota laut yang diperbolehkan,menghidangkan kuliner khas pesisir bukan

    dari spesies yang dilindungi, dan lainsebagainya. Untuk itu, masyarakat wajib

    memiliki tingkat pengetahuan yang sama akanhal-hal yang erat kaitannya dengan wisata pesisir dimana akan lebih baik apabila kearifanlokal dijalankan dalam kehidupan merekasehari-hari.

    Uji produktivitas tergambar melaluiadanya manajemen kelompok yang berjalansecara efektif yang akan tercipta ketika seluruhanggota kelompok atau komunitas sadar akan

    kemampuannya masing-masing dalam berpartisipasi mewujudkan tujuan bersama.Community based resources management  ataumanajemen sumberdaya berbasis komunitasmenandakan komunitas telah berdaya dan bertindak sebagai subjek dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan tujuan bersama.Logika pemberdayaan didasarkan pada asumsi bahwa setiap masyarakat pasti memiliki dayayang terkadang tidak disadari atau masih belum dapat diketahui secara nyata.Berdasarkan asumsi ini, maka dikatakan pemberdayaan adalah upaya untukmembangun daya dengan cara mendorong,

    memotivasi dan membangkitkan kesadaranakan potensi yang dimiliki serta upaya untukmengembangkannya. Dalam proses pengembangan kemampuan komunitasdimungkinkan adanya intervensi dari pihakluar namun terbatas hanya untuk memberikanstimulan untuk memacu perkembangankemampuan komunitas termasuk peningkatankreativitas dan tanggung jawab mereka.

    Dukungan pihak luar ini sesuai dengan prinsip “help people to help themselves” yangmenjelaskan dukungan pihak luar bertujuanuntuk menciptakan prakarsa dan partisipasikomunitas, dengan adanya konsekuensidibutuhkannya waktu yang relatif lama dalam proses tersebut (Soetomo, 1990:64). Program

    community development and empowerment  atau pengembangan dan pemberdayaan

    masyarakat adalah program yang dinilai sesuaiuntuk memunculkan community power. Proses pemberdayaan masyarakat menurut pengalaman Bina Swadaya meliputi tahap  –  tahap sebagai berikut:  pertama,  tahap

     penggalian dan penggugahan masyarakatmenurut motivasi dan proses penyadaran

    kelompok.  Kedua,  tahap pembentukanorganisasi dan pemahaman prinsip  –   prinsipswadaya dan kerjasama.  Ketiga,  tahap

    konsolidasi dan stabilisasi masyarakat yaitu penerapan prinsip manajemen dalam

    organisasi.  Keempat,  tahap pengembangan produksi dan pemasaran yaitu dengan peningkatan berusaha dan kewiraswastaan. Kelima,  tahap lepas landas yaitu mampumenjaga kontinuitas kelompok, mampu

     berpartisipasi dalam usaha  –   usaha pengembangan yang lebih di desa dan di luardesa (Mualifaf S:1999).

    Perubahan pemahaman, sikap dan perilaku

    dalam menunjang manajemen kelompok yangefektif akan sangat bergantung padakomunitas. Pihak diluar komunitas baik pemerintah, swasta maupun lembaga swadayamasyarakat yang melakukan pendampingandan pemberdayaan selayaknya memilikistrategi penyelesaian atau exit strategy agarkomunitas tidak menjadi tergantung. Exit strategy  dari pemberdayaan adalahmenciptakan kemandirian dan memampukanmasyarakat (Kartasasmita, 1995:18-20) yangdapat diartikan sebagai berikut:

    1. 

    Mengkreasikan iklim yang menunjangmotivasi dan membangkitkan

  • 8/17/2019 Community Based Tourism Pada Masyarakat Pesisir

    6/9

    76

    Jurnal Dinamika Maritim

    Vol . 2 No.1, September 2010

    kesadaran atas potensi yang dimilikiadalah esensi dari pemberdayaan;

    2.  Penguatan potensi masyarakat melaluilangkah nyata yakni akses pada peningkatan taraf kesejahteraan danketersediaan infrastruktur serta pelayanan sosial;

    3.  Perlindungan dan keberpihakan padayang lemah guna mencegahsubordinasi dari yang kuat namunharus ditegaskan bahwasanyakeberpihakan ini bukan untukmenciptakan suatu ketergantungan.

    Untuk selanjutnya, komunitas akanmelakukan pemberdayaan mandiri dimanainisiatif awal berasal dari komunitas yang

    dikenal sebagai Manajemen SumberdayaBerbasis Komunitas atau Community Based

     Resources Management  (CBRM). Hakikat darimanajemen sumberdaya berbasis komunitasadalah bahwasanya masyarakat harus bertanggung jawab untuk mengidentifikasikankebutuhan, menetapkan prioritas kelompok,

    memantau serta mengevaluasi kegiatan yangtelah dilakukan. Dalam manajemen berbasis

    komunitas, baik pengalaman pribadi, pengetahuan lokal, pengertian dan kearifanmenjadi sangat dihargai dan

    diimplementasikan dalam keswadayaan.Strategi manajemen sumberdaya berbasis

    komunitas mengarah pada penguatankomunitas untuk dapat mengembangkansistem dan mekanisme yang memungkinkanmasyarakat memanfaatkan sumberdaya lokalyang ada untuk memenuhi kebutuhan baik

    individu maupun kolektif (Soetomo:2008).

    Konsep pengembangan pariwisata berbasis masyarakat ini tentunya tidak dapat berjalan tanpa adanya dukungan dan

     pembinaan baik oleh pihak Pemerintah Daerahmaupun pihak swasta. Dukungan pihak luar inidapat berupa kegiatan-kegiatan peningkatankapasitas di sektor yang esensial bagimasyarakat antara lain perihal partisipasi, hakasasi manusia, kepemimpinan, lingkungan,kebijakan dan hukum, media dan lainsebagainya. Adanya peningkatan pengetahuanmasyarakat merupakan dasar terbentuknyakesadaran dalam memunculkan kemampuan.Pelatihan keterampilan hidup (life skill) danmanajerial juga dibutuhkan untuk mendukungkeahlian tradisional yang telah dimilikimasyarakat dan meningkatkan pola

     pemeliharaan sistem mata pencaharian. Padamasyarakat pesisir, pengembangan life skills yang dapat dilakukan sesuai tema penelitianini adalah meliputi kegiatan yang dapatmenunjang kepariwisataan komunitas, antaralain menangkap hasil laut, berkebun, pelatihan pemandu wisata, produksi suvenir,  food garnish atau seni menghias makanan , desainrumah sehat tradisional, administrasi, pemasaran dan lain sebagainya.Pengembangan dan pemberdayaan masyarakatini merupakan pijakan dasar bagi masyarakatyang merasa telah mampu untuk melanjutkanaktivitas ini menjadi program manajemen berbasis komunitas.

    Kawasan pesisir yang dijadikan wilayah

     pariwisata berbasis komunitas dengan tidakterelakkan akan menjadi suatu kawasan yang

     berkembang. Tujuan dari pengembangankomunitas ini antara lain pemberian solusi bersama terhadap problematika sosial ekonomiyang dihadapi komunitas berupa dukungan pendapatan ekonomi keluarga; penggalian

    serta pemanfaatan potensi komunitas baiksecara geografis kewilayahan, keadaan

     penduduk, serta sumber daya manusia;memaksimalkan kearifan lokal yang dimilikimasyarakat pesisir untuk menjaga kelestarian

    lingkungan agar pemanfaataanya berkelanjutan baik oleh generasi sekarang

    maupun generasi akan datang; sebagai wahana pembelajaran bisnis bagi masyarakat pesisirdimana masyarakat akan terlibat langsungdalam sistem adminstrasi dan manajeman bisnis yang dijalankan oleh komunitas;

    menciptakan peluang-peluang kerja bagimasyarakat dan memberikan kesempatanuntuk bergabung pada wadah pengelolaankepariwisataan komunitas untuk bersamamemajukan dan mengembangkannya dan pada

    gilirannya dapat memberikan kompensasi pendapatan; membantu Pemerintah Daerahdalam mewujudkan konsep kepariwisataanyang berkesinambungan; memperkenalkansekaligus melestarikan kebudayaan lokalkepada wisatawan.

    Spesialisasi yang dapat dilakukan dalammanajemen pariwisata berbasis komunitassebagai bentuk keefektifan manajemenkelompok antara lain pembagian kelompok pemandu untuk mengajak wisatawanmengeksplorasi wilayah pesisir melaluikegiatan keliling kampung, berkemah,

  • 8/17/2019 Community Based Tourism Pada Masyarakat Pesisir

    7/9

    77

    Jurnal Dinamika Maritim

    Vol . 2 No.1, September 2010

     bersepeda, maupun wisata kebun; kelompokkesenian untuk menampilkan budayatradisional; kelompok makanan yang bertanggung jawab atas konsumsi wisatawanselama kunjungan; kelompok nelayan untukwisata memancing di laut denganmenggunakan perahu maupun peralatantradisional; kelompok pengrajin untukmenyediakan cindera mata khas komunitas;kelompok administrasi, koordinasi dan pemasaran untuk mengatur segala kegiatandan pengembangan kepariwisataan. Hal ini bukan saja mencerminkan suatu manajemenkelompok yang baik, namun membuktikan bahwasanya komunitas telah mampumenciptakan lapangan kerja baru bagi paraanggotanya.

    Peran kelompok kecil yang terspesialisasi,

    atau dapat disebut sebagai kader pemberdayaan yakni wajib melakukan peningkatan kapasitas komunitasnya dalam hal pengetahuan lingkungan juga inovasi-inovasidi bidang kerajinan untuk buah tangan.

    Kelompok ini jugalah yang akan melakukan pengaturan pendistribusian kegiatan

    community based tourism  secara adil antaralain pembagian tempat tinggal dan pemanduanwisatawan kepada komunitas sehingga

    kontribusi ekonomi akan dirasakan secaramerata.

    Tidak menutup kemungkinan masyarakat pesisir yang telah atau akan melaksanakanaktivitas community Based Tourism  menjalinkesepakatan kerjasama dengan pemerintah

    maupun swasta dalam meningkatkan kualitasdan mengaplikasikan inovasi-inovasi baru.Biasanya, kesepakatan ini dijalankan dalam bentuk  joint partnership dimana setiap pihakwajib memberikan kontribusi langsung

    terhadap jalannya kegiatan. Kontribusi yangdimiliki oleh masyarakat pesisir dapat berupalahan atau lokasi, dimana terdapat kesepakatan berupa kebersediaan masyarakat untukmenjadikan wilayah kemukimannya untuklokasi pariwisata pesisir. Dukungan oleh pemerintah maupun swasta dapat berupa pembangunan pondokan yang layak bagiwisatawan namun tetap mencerminkankeaslian dan ketradisionalan. Hasil kebun dantangkapan laut yang dimiliki oleh masyarakat juga dapat dijadikan kontribusi kepada pemerintah atau swasta, terlebih lagi jika pihakswasta bergerak di bidang kepariwisataan.

    Masyarakat pesisir dapat menjadi pemasok buah-buahan, sayur-sayuran dan ikan lautuntuk mencukupi kebutuhan pihak swastadalam menjalankan kegiatannya, jikakesepakatan ini dijalankan artinya masyarakattelah memiliki pasar khusus atas hasil alamdan perekonomian komunitas akan menjadilebih baik. Kepastian distribusi hasil alamyakni pertanian, perkebunan maupun perikanan komunitas, masyarakat akan terpacuuntuk berproduksi. Hal ini akan menciptakan peluang-peluang kerja dan dengan demikiandapat menambah penghasilan masyarakat sertasebagai wahana pembelajaran komunitas untukmengembangkan kemampuan dalammenjalankan usaha.

    Sasaran utama community based tourismlebih diprioritaskan kepada masyarakat yang

     belum memiliki pekerjaan tetap gunamenumbuhkan kembali semangat dan jiwa bisnis mereka.

    Kegiatan yang dapat dilakukan oleh

     perempuan namun tidak menutup akses bagilaki-laki untuk berpartisipasi adalah dalam

     penyediaan makanan dan cindera mata khaskomunitas. Kaderisasi generasi muda untuktetap menjalankan community based tourism 

    secara berkelanjutan adalah melalui pelatihanyang kemudian akan membantu sesuai dengan

    kemampuan yang dimiliki. Bakat senidiarahkan untuk kelompok kesenian, keahlian bahasa asing diarahkan untuk menjadi pemandu, keahlian koordinasi dan pemasarandiarahkan menjadi tenaga administrasi dan

     pengembangan, dan lain sebagainya.Kaderisasi ini akan menjamin kesinambungankepariwisataan yang berkelanjutan sekaligusmelatih generasi muda untuk bekerja secara baik, terampil dan kreatif.

    Komunitas pesisir yang telah menerapkancommunity based tourism  dapat dikatakantelah melaksanakan pembangunan yang bersifat bottom up  secara berkelanjutan.Menurut Stren, While & Whitney (dalamBudiharjo:2005:18) inti pembangunan berkelanjutan adalah penghormatan interaksiharmonis antara tiga sistem yakni sistem biologis atau sumberdaya alam, sistemekonomi dan sosial (triple P  –  planet, people, profit ). Berikut ini adalah gambaran atas perbandingan dimensi ekonomi (profit), sosial(people), dan lingkungan (planet) dalam teori,

  • 8/17/2019 Community Based Tourism Pada Masyarakat Pesisir

    8/9

    78

    Jurnal Dinamika Maritim

    Vol . 2 No.1, September 2010

    kenyataan dan perubahan yang dibutuhkandalam rangka menciptakan pembangunan yang berkelanjutan yang akan menjamin kelestarian

    sumberdaya alam dan lingkungan di masayang akan datang.

    Gambar 2. Visualisasi Pembangunan Berkelanjutan

    Sumber: Adams (2006)

    Lingkungan pesisir berkelanjutan yang akan

    tercipta melalui community based toursim menandakan bahwasanya akan tercipta pulamasyarakat pesisir yang berkelanjutan.

    Maknanya adalah masyarakat dapat memenuhikebutuhannya tanpa mengurangi kesempatan

    generasi mendatang dalam memenuhikebutuhan mereka (Capra,2003:250).

    Hasil dari penelitian ini adalah communitybased tourism yang dilakukan oleh masyarakat

     pesisir merupakan sebuah konsep yang sangattepat untuk diaplikasikan. Denganmenerapkan parisiwasata berbasis komunitasartinya masyarakat telah mampu merancangdan mengoperasikan dengan maksimal segala

    aktifitas pariwisata sesuai dengan karakteristikwilayah melalui tolok ukur uji produktivitas(manajemen kelompok) dan uji pemberdayaan(ekoliterasi dan ekodesain). Kawasan pesisirdijadikan sebagai suatu kekuatan dalammembangun perekonomian komunitas, namuntetap mempertahankan budaya dan kearifanlokal serta menjaga kesinambunganlingkungan alam untuk generasi mendatang.Untuk selanjutnya, pengawasan dan perbaikanmutu pelayanan mutlak dibutuhkan untuk

    menjaga kualitas pariwisata yang

     berkelanjutan.

    Sekali lagi ditegaskan, berjalannya

    community based tourism  di kawasan pesisirakan mengurangi ketergantungan masyarakat

    terhadap bantuan Pemerintah yang mayoritas bersifat karitatif dan berdampak menimbulkanketergantungan. Namun kepariwisataan berkelanjutan yang dilakukan oleh komunitasakan menumbuhkan kemandirian pada tiap

    individu, sehingga sumberdaya manusia pesisir akan mengalami peningkatan kualitassesuai dengan semangat yang terkandungdalam Pedoman Umum PelaksanaanPemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir.

    Dengan demikian, sasaran dalam penelitian iniadalah pihak-pihak yang memiliki komitmendalam pemberdayaan masyarakat antara lainPemerintah melalui Badan PemberdayaanMasyarakat di Tingkat Provinsi maupunKabupaten/Kota, investor swasta di sektorkepariwisataan pesisir sebagai kontribusinyadalam menjalankan tanggung jawab perusahaan, lembaga akademis yangmelakukan pendampingan dan pengabdianmasyarakat, serta Lembaga SwadayaMasyarakat baik lokal maupun asing.

  • 8/17/2019 Community Based Tourism Pada Masyarakat Pesisir

    9/9

    79

    Jurnal Dinamika Maritim

    Vol . 2 No.1, September 2010

    Tidak mudah mengimplementasikansebuah konsep yang ideal terlebih lagi ketikamasyarakat Indonesia belum terbiasa dengansistem pembangunan yang sifatnya bottom up.Mengubah pemikiran dan kecenderunganuntuk bergantung pada pihak lain bukanmerupakan sesuatu yang dapat dicapai dalamwaktu singkat. Namun inilah esensi dari pengembangan dan pemberdayaan, yaknimendorong masyarakat untuk memunculkankekuatan mereka agar mampu berdiri sendiridan mandiri dalam memenuhi kebutuhan,meningkatkan kualitas hidup, disertai kearifandalam mempertahankan budaya lokal danmengelola lingkungan.

    UCAPAN TERIMA KASIH

    Alhamdulillahirabbil’alamin, Terima kasih dansyukur saya panjatkan kepada Allah SWTyang telah memberikan semangat danketenangan dalam menyelesaikan penelitianini;

    Terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada

     pihak-pihak yang telah memberikan wawasandalam mendalami ekowisata: Yayasan EkoLestari Wisata Sri Bintan (Yelas) dan Taman

     Nasional Bali Barat yang menjadi acuan utamasaya dalam penulisan ini, juga pihak-pihak

     pengelola ekowisata di daerah lainnya di PulauJawa dan Sulawesi;

    Kolega-kolega saya pada kegiatan Community Development, Empowerment  dan Advokasi di

     Nanggroe Aceh Darussalam dan Jawa barat,terima kasih atas  sharing nya, semoga cita-citakita dalam memandirikan komunitas akanterwujud;

    Terima kasih kepada pihak-pihak yangmembantu publikasi tulisan ini dalam bentuk jurnal (PPSPL Umrah), Pak Hengky, Pak Donidan rekan-rekan lain di Fakultas Ilmu Kelautandan Perikanan. 

    DAFTAR PUSTAKA

    Adams, W.M. (2006), The Future ofSustainability Re-thinkingEnvironment and Development in theTwenty-first Century. Report of theIUCN Renowned Thinkers Meeting.The World Conservation Union.www.iucn.org 

    Capra, F. (2003), The Hidden Connection:Strategi Sistemik untuk MelawanKapitalisme Baru, Jalasutra,Yogyakarta.

    Kartasasmita, G (1995), PemberdayaanMasyarakat Sebuah TinjauanAdministrasi, Malang.

    Mu’alifah, S. (1999), PemberdayaanMasyarakat Desa di Sekitar KawasanHutan Jati Melalui Kelompok TaniHutan, Skripi Jurusan Ilmu Sosiatri,Universitas Gadjah Mada.

    Soehartono, I. (2004), Metode PenelitianSosial: Suatu Teknik PenelitianBidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu

    Sosial Lainnya, PT RemajaRosdakarya, Bandung.

    Soetomo, (1990), Prinsip Dasar PerencanaanPembangunan, Rajawali Pers, Jakarta.

     _______,(2008),Strategi-strategiPembangunan

    Masyarakat, Cetakan II, PustakaPelajar, Yogyakarta.

    Susilo, R.K.D (2008), Sosiologi Lingkungan,PT, RajaGrafindo Persada, Jakarta.

    Syamsu, Y. (2001), Penerapan Etika

    Perencanaan pada Kawasan Wisata,Studi Kasus di Kawasan Agrowisata

    Salak Pondoh, Kabupaten Sleman,

    Daerah Istimewa Yogyakarta, JurnalIlmiah, Vol 5/ No. 3 Maret 2001,LP3M STP Tri Sakti, Jakarta.

    Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 18 Tahun 2004 TentangPedoman Umum PelaksanaanPemberdayaan Ekonomi MasyarakatPesisir  

    http://www.iucn.org/http://www.iucn.org/http://www.iucn.org/