contoh kelompok 3
TRANSCRIPT
MAKALAH REPOSISI DAN REKONSTRUKSI RAHANG ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN FRAKTUR OS.MANDIBULARIS
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Rahang mungkin harus direposisi atau direkonstruksi untuk berbagai alas an. Fraktur
sederhana dari mandubula tanpa perubahan posisi mengakibatkan terangkatnya dagu, dan
intervensi bedah direncanakan, untuk mencegah sindrom rahang pendek atau panjang.
Rekonstruksi rahang mungkin diperlukan setelah trauma dari kecelakaan atau kanker, baik yang
mengakibatkan kehilangan jaringan ataupun tulang.
Rahang adalah salah satu dari dua struktur yang membentuk, atau berada di dekat
jalan masuk, ke mulut. Pada sebagian besar vertebrata, kedua rahang berhadapan secara vertikal,
membentuk rahang atas dan bawah, sedangkan pada arthropoda, rahang saling berhadapan secara
lateral. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya disebabkan oleh
rudapaksa (Mansjoer, Arif, 2000). Sedangkan menurut Linda Juall C (1999) Fraktur adalah
rusaknya kontinuitas tulang yang disebabkan tekanan eksternal yang dating lebih besar dari yang
dapat diserap oleh tulang. Fraktur os.mandibula adalah Rusaknya kontinuitas tulang mandibular
yang dapat disebabkan oleh trauma baik secara langsung atau tidak langsung.
Jenis-jenis fraktur :
1. Fraktur tertutup, merupakan fraktur tidak menyebabkan robek pada kulit
2. Fraktur terbuka, merupakan dengan luka pada kulit atau robek dan ujung tulang
menonjol sampai menembus kulit
3. Fraktur komplet adalah patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya
mengalami pergeseran
4. Fraktur tidak komplit, patah hanya terjadi pada sebagian dari garis tengah tulang.
Dari jenis-jenis fraktur diatas yang sering terjadi adalah fraktur tertutup, dan fraktur itu
paling disebabkan oleh trauma atau saat kecelakaan. Walaupun keadaan ini tidak mengancam
jiwa namun dapat menimbulkan rasa yang tidak nyaman.
Oleh karena itu, dari pemaparan yang telah diuraikan diatas, penulis mencoba untuk
menyusun asuhan keperawatan pada kalien dengan Fraktur mandibular dan makalah ini berjudul
“Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Fraktur Mandibular”.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Dalam makalah ini penulis akan membahas reposisi dan rekonstruksi rahang pada klien
dengan fraktur mandibular, mulai dari konsep medis serta asuhan keperawatan pada klien dengan
fraktur mandibular, dalam pokok permasalahan yang terangkum dalam rumusan masalah, yaitu :
1. Apa yang dimaksud dengan fraktur os.mandibular ?
2. Bagaimana etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, serta penatalaksanaan dari fraktur
os.mandibular?
3. Bagaimana asuhan keperawatan dengan fraktur mandibular ?
1.3 TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan yang diharapkan dari penyusunan makalah ini, yaitu :
a. Tujuan Umum
Secara umum tujuan penyusunan makalah ini dimaksudkan untu8k memenuhi tugas mata
kuliah Sistem Pencernaan I.
b. Tujuan Khusus
Adapun tujuan secara langsung penyusunan makalah ini adalah :
1. Agar memahami pengertian, etiologi, klasifikasi, patofisiologi dan penatalaksanaan
dari fraktur mandibular.
2. Agar bisa memahami asuhan keperawatan pada klien dengan fraktur os.mandibular.
BAB IITINJAUAN KASUS
2.1 DEFINISI
1. RAHANG
Rahang adalah salah satu dari dua struktur yang membentuk, atau berada di dekat jalan
masuk, ke mulut. Pada sebagian besar vertebrata, kedua rahang berhadapan secara vertikal,
membentuk rahang atas dan bawah, sedangkan pada arthropoda, rahang saling berhadapan secara
lateral. Fungsi utama rahang adalah untuk pemasukan makanan, pintu masuk ke mulut, dan atau
pemrosesan awal makanan (mengunyah). Istilah rahang juga secara umum digunakan untuk
keseluruhan struktur yang membentuk rongga mulut dan berfungsi membuka dan menutup
mulut. Rahang terbagi menjadi 2, yaitu Rahang atas (Os Maxilla) dan Rahang bawah (Os
Mandibulla).
Rahang atas
Rahang atas (Os Maxilla) adalah rahang yang terletah disebelah atas, dibawah hidung di
atasnya rahang bawah. menyusun sebagian dari hidung, dan langit-langit
Rahang bawah
Rahang bawah (Os Mandibulla) adalah rahang yang terletak di bawah rahang atas. Disini
terdapat bgian yang menonjol yang disebut dagu. Rahang atas menempel pada tulang tengkorak
bagian temporal. Hal tersebut merupakan satu-satunya hubungan antar tulang dengan gerakan
yang lebih bebas.
Reposisi dan rekonstruksi rahang merupakan suatu cara/proses perbaikan rahang yang
telah mengalami kerusakan terutama fraktur
2. FRAKTUR OS.MANDIBULA
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya,
Fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar daripada yang diabsorpsinya.
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya disebabkan oleh
rudapaksa (Mansjoer, Arif, 2000). Sedangkan menurut Linda Juall C (1999) Fraktur
adalah rusaknya kontinuitas tulang yang disebabkan tekanan eksternal yang dating lebih
besar dari yang dapat diserap oleh tulang.
Fraktur os.mandibula adalah Rusaknya kontinuitas tulang mandibular yang dapat
disebabkan oleh trauma baik secara langsung atau tidak langsung.
2.2 ANATOMI RAHANG
Rahang adalah salah satu dari dua struktur yang membentuk, atau berada di dekat jalan
masuk, ke mulut Pada sebagian besar vertebrata, kedua rahang berhadapan secara vertikal,
membentuk rahang atas dan bawah, sedangkan pada arthropoda, rahang saling berhadapan secara
lateral. Fungsi utama rahang adalah untuk pemasukan makanan, pintu masuk ke mulut, dan atau
pemrosesan awal makanan (mengunyah). Istilah rahang juga secara umum digunakan untuk
keseluruhan struktur yang membentuk rongga mulut dan berfungsi membuka dan menutup
mulut. Rahang terbagi menjadi 2, yaitu Rahang atas (Os Maxilla) dan Rahang bawah (Os
Mandibulla).
Bagian-bagian Rahang :
Os.maksila (tulang rahang atas), terdiri dari tulang bagian kiri dan kanan menjadi satu
didalamnya terdapat lubang – lubang besar yang berisi udara yang disebut sinus maksilaris
(antrum higmori) yang berhubungan dengan rongga hidung.
Dibawah os.maksila terdapat satu taju tempat melekatnya urat gigi yang disebut prosesus
alveolaris
Os,zigomaticum, tulang pipi, terdiri dari dua tulang kiri/kanan.
Os.palatum, tulang langit-langit terdiri dari dua buah tulang kiri/kanan, dibagian tulang muka ini
yang keras disebut palatum mole.
Os.mandibularis (tulang rahang bawah), dua buah kiri/kanan yang menjadi satu dipertengahan
dagu. bentuknya seperti logam kuda, bagian muka membentuk taju yang disebut prosesus
korakoid yaitu tempat melekatnya otot-otot kunyah dan kondilus yang membentuk persendian
tulang pipi. Pada tulang rahang atas dan rahang bawah banyak mempunyai lubang-lubang yaitu
tempat syaraf dan pembuluh darah.
Os.hioid, tulang lidad letaknya agak terpisah dari tulang-tulang wajah yang lain yaitu terdapat
dipangkal leher diantara otot-otot leher.
2.3 ETIOLOGI Trauma
Trauma, yaitu benturan pada tulang. Biasanya penderita terjatuh dengan posisi lengan
bawah langsung terbentur dengan benda keras.
1. Trauma langsung: benturan pada tulang mengakibatkan fraktur ditempat tersebut.
2. Trauma tidak langsung: tulang dapat mengalami fraktur pada tempat yang
jauh dari area benturan.
Fraktur patologis: fraktur yang diakibatkan oleh trauma minimal / tanpa trauma berupa yang
disebabkan oleh suatu proses., yaitu : .
osteoporosis Imperfekta
. osteoporosis
. Penyakit metabolic
2.4 PATOFISIOLOGI
Ketika patah tulang, akan terjadi kerusakan di korteks, pembuluh darah, sumsum tulang
dan jaringan lunak. Akibat dari hal tersebut adalah terjadi perdarahan, kerusakan tulang dan
jaringan sekitarnya. Keadaan ini menimbulkan hematom pada kanal medulla antara tepi tulang
dibawah periostium dengan jaringan tulang yang mengatasi fraktur. Terjadinya respon inflamasi
akibat sirkulasi jaringan nekrotik adalah ditandai dengan vasodilatasi dari plasma dan leukosit.
Ketika terjadi kerusakan tulang, tubuh mulai melakukan proses penyembuhan untuk
memperbaiki cidera, tahap ini menunjukkan tahap awal penyembuhan tulang. Hematom yang
terbentuk bisa menyebabkan peningkatan tekanan dalam sumsum tulang yang kemudian
merangsang pembebasan lemak dan gumpalan lemak tersebut masuk kedalam pembuluh darah
yang mensuplai organ-organ yang lain. Hematom menyebabkan dilatasi kapiler di otot, sehingga
meningkatkan tekanan kapiler, kemudian menstimulasi histamin pada otot yang iskhemik dan
menyebabkan protein plasma hilang dan masuk ke interstitial. Hal ini menyebabkan terjadinya
edema, sehingga mengakibatkan pembuluh darah menyempit dan terjadi penurunan perfusi
jaringan.
2.5 PATHWAY/POHON MASALAH
Trauma langsung kecelakaan
Trauma tidak langsung jatuh
Penurunan masa tulang mandibularis
Fraktur tulang mandibulaGx. MengunyahKerusakanIntegritas kulit( actual/resti )Resti InfeksiKerusakanjaringanSpasme ototKerusakan Pembuluh darahmenyempitPerdarahanNyeri Hematum seluruh medulaNyeri Gx. Personal Hygiene NekrosisInflamasi Proses penyembuhan tulang
Nutrisi < kebutuhan
Gx.body image
2.6 MANIFESTASI KLINIS
Nyeri hebat di tempat fraktur
Tak mampu menggerakkan dagu bawah
Tak mampu menggerakkan dagu bawah Diikuti tanda gejala fraktur secara umum, seperti :
fungsi berubah, bengkak, krepitasi, sepsis pada fraktur terbuka, deformitas
Jenis-jenis fraktur :
1. Fraktur tertutup, merupakan fraktur tidak menyebabkan robek pada kulit
2. Fraktur terbuka, merupakan dengan luka pada kulit atau robek dan ujung tulang
menonjol sampai menembus kulit
3. Fraktur komplet adalah patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya
mengalami pergeseran
4. Fraktur tidak komplit, patah hanya terjadi pada sebagian dari garis tengah tulang.
2.7 KLASIFIKASI
Klasifikasi fraktur mandibula diantaranya adalah:
1. Menunjukkan regio-regio pada mandibula atau lokasinya (Menurut R.Dingman
dan P.Natvig 1969). Klasifikasi yang paling berguna untuk kepen tingan praktis
adalah atas dasar letak injuri secara anatomis. Hal ini dikarenakan gejala yang
timbul akan berbeda berdasarkan letak fraktur, demikian juga pada cara perawatan. Fraktur
mandibula terjadi pada daerah-daerah sebagai berikut :
Prosesus alveolaris
Midline
Simphisis
Parasimphisis
Body
Angle
Ramus
Prosesus Kondilaris
Prosesus Koronoid
2. Menunjukkan frekuensi fraktur di masing-msing regio tersebut Frekuensi terjadinya fraktur
pada mandibula adalah :
Prosesus alveolaris = 3,1%
Simphisis dan Parasimphisis = 22%
Body = 16%
Angle = 24,5%
Ramus = 1,7%
Prosesus Kondilaris = 29,1%
Prosesus Koronoid = 1,3%
3. Berdasarkan ada tidaknya gigi (Menurut Kazanjian dan Converse)
Klasifikasi berdasarkan gigi pasien penting diketahui karena akan menentukan
jenis terapi yang akan kita ambil. Dengan adanya gigi, penyatuan fraktur dapat
dilakukandengan jalan pengikatan gigi dengan menggunakan kawat. Penjelasan
gambar tentangklasifikasi fraktur di atas :
Fraktur kelas 1 : gigi terdapat di 2 sisi fraktur, penanganan pada fraktur
kelas 1 inidapat melalui interdental wiring (memasang kawat pada gigi)
Fraktur kelas 2 : gigi hanya terdapat di salah satu fraktur
Fraktur kelas 3 : tidak terdapat gigi di kedua sisi fraktur, pada keadaan
ini dilakukanme la lu i open r educ t i on , kemud ian
d i pa sangkan p l a t e and s c r ew , a t au b i s a j uga dengan
cara intermaxillary fixation.
4. Berdasarkan tipe fraktur mandibula:
Fraktur Tertutup/Simple
Tidak ada hubungan denga lingkungan luar
Tidak terbuka / terelsponasi
Kulit tidak terkoyak
Tidak menonjol kekulit
Tidak terdapat pergeseran fragmen
Fraktur Tunggal/Terbuka
Hanya 1 garis fraktur : ramus, body, kondilus saja, dll
Greenstick
Diskontinuitas tidak lengkap
Patah tidak utuh
Biasanya terjadi pada anak-anak
Komponen tulangnya berbeda masih banyak terdapat fibroblast dan kondroblasnya
dibanding osteoblast
Tulangnya masih elastis
Comminuted : fragmen – fragmen kecil dapat berbentuk simple atau compound
Compound
Pergeseran tulang besar
Fragmen tulang tembus keluar
Kulit sobek dan terkoyak
Trauma berat
Pathologi : akibat kelainan. Contohnya, osteomyelitis rahang
Kompleks : fraktur yang terdiri dari beberapa garis fraktur
Multiple : biasanya fraktur ini tepat mengenai titik tengah dagu, yang
mengakibatkan fraktur pada simpisis dan kedua kondilus.
Impacted : ujung fraktur tertekan ke dalam atau keluar.
2.8 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK/PENUNJANG :1. Pemeriksaan rontgen : Untuk menentukan lokasi, luas dan jenis fraktur
2. Scan tulang, tomogram, CT-scan/ MRI : Memperlihatkan frakur dan mengidentifikasikan
kerusakan jaringan lunak
3. Pemeriksaan darah lengkap : Hb menurun terutama fraktur terbuka, peningkatan leukosit adalah
respon stres normal setelah trauma.
2.9 PENATALAKSANAAN MEDIK
· Konservatif : immobilisasi, mengistirahatkan daerah fraktur.
· Operatif : dengan pemasangan traksi, pen, screw, plate, wire ( tindakan asbarg)
Prinsip dan tujuan penanganan fr mandibula ;
Koreksi maloklusi
Fiksasi tulang
Rehabilitasi mulut
Metode : Closed reduction dan Open reduction
Indikasi closed reduction
Fraktur komunitif dg periosteum yg intak
Fraktur dengan soft tissue loss yg berat
Edentulous mandibula
Fr pada anak-anak
Fr condylus (non displaced)
Indikasi open reduction
Displaced unfavourable fraktur melalui angulus
Displaced unfavourable fraktur corpus atau parasymphysis
Fraktur multiple wajah
Fr midface disertai diplaced fr condylus bilateral
malunions
Prinsip langkah-langkah penanganan fraktur mandibula
Debridement
reposisi
Evaluasi nilai fungsi (oklusi) :
fiksasi : - internal fixation (wiring or plating)
- external fixation
immobilisasi : - intermaxillary fixation (arch bar)
- interdental wiring
Tehnik closed reduction :
Fiksasi intermaksiler
Dipertahankan selama 3-4 minggu pada fraktur daerah condylus
4-6 minggu pada daerah lain mandibula
Tehnik ; eyelet, arch bar
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN FRAKTUR MANDIBULAR
3.1. PENGKAJIAN
1. Identitas klien
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Suku/Bangsa
Agama
Alamat
Pendidikan
Pekerjaan
(Bisa terjadi pada semua umur, yang tersering pada kecelakaan.)
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Klien dating dengan keluhan nyeri didaerah dagu atau pada tulang rahang bawah
(Os.mandibularis)
b. Riwayat penyakit sekarang
Klien dengan fraktur mandibula biasanya merasakan Nyeri hebat ditempat fraktur, odema dan
tak mampu digerakkan.
c. Riwayat penyakit dahulu
Apakah pernah terjadi trauma fraktur, penyakit kanker tulang dan penyakit paget’s yang
menyebabkan fraktur patologis yang sering untuk menyambung, diabetes melitus yang
menghambat penyembuhan tulang.
d. Riwayat penyakit keluarga
Apakah dalam keluarga terdapat penyakit DM
3. Riwayat psiko, sosial, spiritual
- Psiko : Mengalami penurunan citra tubuh
- Sosial : Masih butuh bantuan orang lain / mandiri dalam menjalankan aktivitas
- Spiritual : Keyakinan dalam agama
4. Pola fungsi kesehatan
a. Pola nutrisi dan metabolisme
Klien mengalami penurunan nafsu makan karena nyeri bila buat mengunyah
b. Pola Aktivitas
Aktivitas klien akan terbatasi karena klien Kehilangan sebagaian fungsi pada bagian yang
terkena (mengalami fraktur)
c. Pola Personal Higyene
Klien Sedikit mengalami kesulitan untuk higyene dirinya terutama untuk menggosok gigi
d. Pola Istirahat dan tidur
Terjadi perubahan pola tidur karena Kadang – kadang klien merasakan nyeri
e. Pola Eliminasi
Seseorang yang menderita fraktur mandibula sebagian besar tidak mengalami kesulitan dalam
pola eliminasi
f. Pola hubungan peran
Hubungan dan peran klien dalam keluarga mengalami perubahan karena adanya perubahan
kenyamanan pada klien.
g. Pola penanggulangan stress
Biasanya klien merasa cemas atau stress karena keadaanya penyakitnya
h. Pola tata nilai dan kepercayaan
Dalam hal beribadah klien sedikitb terganggu dengan adanya nyeri didaerah mandibula.
i. Pola fungsi seksualitas
Reproduksi klien dalam batas normal
5. Observasi dan pemeriksaan fisik
a) Tanda-tanda vital
Nadi : kadang – kadang takikardi
Suhu : Suhu tubuh hangat jika terkena infeksi
TD : hipertensi karena ansietas terhadap nyeri
b) Review of system
1) PERNAFASAN (B1 : BREATHING)
Hidung : terdapat bekuan darah.
Trachea : letaknya normal, nafas dangkal
Bentuk dada : simetris.
2) KARDIOVASCULAR (B2 : BLEEDING)
Ada keluhan sakit kepala.
Suara jantung: normal.
Edema : tidak ada.
3) PERSYARAFAN (B3: BRAIN)
Kesadaran : compos mentis.
GCS : E= 4 V=5 M= 6
Total nilai : 15
Kepala dan wajah : memar pada dagu dan bengkak.
Mata: - Sklera : merah, karena ada perdarahan.
- Pupil : isokor.
Pendengaran : normal
Penciuman : normal
Perabaan : normal
4) PERKEMIHA N- ELIMINASI URI (B4: BLADDER)
Produksi urine : dalam 24 jam 600-1000 ml, frekuensi 3 – 4x/hari.
Warna : kuning
Bau : amoniak.
5) PENCERNAAN – ELIMINASI ALVI (B5: BOWEL
- Mulut dan tenggorok : sulit dibuka, terbuka pada parasympisis mandibula.
- Abdomen : normal.
- Rectum : normal
- BAB : 1-2x/hari, konsistensi agak keras. Ketika BAB tidak ada masalah.
- Diet : cair.
6) TULANG – OTOT – INTEGUMEN (B6: BONE)
Kemampuan pergerakan sendi : bebas.
Extremitas: - Atas : tidak ada kelainan.
- Bawah : tidak ada kelainan.
Kulit : -Warna kulit : pucat.
- Akral : hangat.
- Turgor : baik.
7) SISTEM ENDOKRIN
Riwayat pertumbuhan & perkembangan fisik : kelemahan.
8) SISTEM HEMATOPOIETIK
Type darah : luka memar didahi.
c) Pemeriksaan diagnostik
X.Ray, Bone scans, Arteriogram ,CT
3.2. ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1DS : Klien mengatakan ia sangat takut & cemas.
DO : - Klien tampak gelisah. - Pucat & berkeringat - Nadi = 84x/mnt. - RR = 24x/mnt -Tensi =120/80 mmHg.
Situasi krisis, a-sing terhadap lingkungan & ku-rangnya penge-tahuan terhadap tindakan operasi
Cemas
2DS: Klien mengeluh nyeri pada mulut.
DO: -Foto Ro’ Fr. Mandi-bula Parasympisis. -Bibir robek -Gigi atas & bawah
tinggal 3/2.
Perubahan frag-men tulang, luka pada jaringan lu-nak/mukosa mu-lut.
Nyeri
3 Post operasi:DS: -DO: -RR= 24x/mnt.
-OTT masih terpa-sang. -Klien belum sadar.
Kurangnya eks-pansi paru aki-bat pengaruh o-bat anestesi.
Pola nafas ti-dak efektif.
4DS: Klien merintih kesa-kitan Ketika sadar.DO: -Mukosa bibir dijahit (10jahitan).-Pada os mandibula parasympisis terpa-sang kawat 2 & 6 screw serta 2 plat.
Disrupsi integri-tas kulit, jaring-an, otot & tulang karena prosedur pembedahan.
Resiko tinggi nyeri akut.
3.3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Cemas berhubungan dengan situasi krisis, asing terhadap lingkungan kurangnya
pengetahuan terhadap tin-dakan operasi.
2. Nyeri berhubungan dengan perubahan fragmen tulang, luka pada jaringan lunak /
mukosa mulut
3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kurang nya ekspansi paru oleh pe-ngaruh
obat anestesi.
4. Resiko tinggi nyeri akut berhubungan dengan disrup-si integritas kulit, jaringan, otot &
tulang karena prosedur pembedahan.
3.4. RENCANA KEPERAWATAN
No. Dx. Keperawatan &Hasil Yang Diharapkan
Rencana Tindakan Rasional
1 Pre operasi:Krisis situasi, asing ter-hadap lingkungan & ku-rangnya pengetahuan terhadap tindakan ope-rasi.
Tujuan: Kecemasan berkurang dalam.
Kriteria hasil:-Ekspresi wajah tenang
1. Jelaskan secara singkat &
jelas tentang penyakit &
proses/jenis pembeda-han.
1. Membantu klien
memahami proses
penyakitnya & me-
mahami proses/ je-
nis operasi yang a-
kan dijalaninya.
2. Membantu klien
untuk beradap-tasi
dengan ke-adaan di
(tidak gelisah).-TTV: Tensi = 120/80 mmHg. Nadi = 80x/mnt. RR = 16x/mnt.
2. Berikan HE pre operatif:
-Orientasi ruangan.-Orientasi keadaan yang akan
dihadapi.-Tindakan prosedur.-Latihan nafas dalam.
3. Ajak klien untuk berdoa &
menyerahkan jalannya
operasi kepada Tuhan.
4. Berikan support/dukung-an
pada klien.
5. Ajak klien untuk berdis-kusi
mengenai hal-hal yang ingin
diketahui ser-ta perbaiki
pendapat kli-en yang keliru.
lingku-ngan kamar
ope-rasi serta me-
mahami tentang
situasi yang a-kan
dihadapinya
sehingga kece-
masan
berku-rang/hilang.
3. Untuk membe-
rikan keperca-yaan
diri & ke-yakinan
pada klien serta kesi-
apan mental bahwa
klien a-kan ditolong.
4. Agar klien me-rasa
mempero-leh
dukungan &
memberikan kli-en
kepercayaan diri.
5. Untuk mengalih-
kan perhatian klien
& membe-rikan
keperca-yaan diri
klien.
2. Nyeri berhubungan de-ngan perubahan fragmen tulang, luka pada jaringan lunak.
Tujuan: Nyeri berkurang dalam.
Kriteria hasil:- Klien melaporkan nyeri
hilang /terkontrol.
- Klien mengikuti program
pe-ngobatan yang dibe-
rikan.
1. Kaji karakteristik nyeri.
2. Pertahankan immobilisasi
3. Berikan sokongan pada
rahang yang luka.
4. Jelaskan prosedur tinda-kan
yang akan dilakukan.
Kolaborasi:5. Berikan obat-obatan
analgesik.
1. Untuk mengeta-hui
tingkat rasa nyeri
sehingga dapat
menentu-kan jenis
tinda-kan .
2. Mencegah per-
geseran tulang &
penekanan pada
jaringan yang luka.
3. Peningkatan ve-na
return menu-runkan
edem & mengurangi
nye-ri.
4. Untuk memper-
siapkan mental serta
agar klien
berpartisipasi pada
setiap tin-dakan
yang akan
dilakukan.
5. Untuk mengura-ngi
nyeri.
3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ku-rangnya ekspansi paru karena pengaruh obat anestesi.
Tujuan:
1. Atur posisi untuk mem-
bebaskan jalan nafas.
1. Untuk mencegah
obstruksi jalan nafas,
lidah ja-tuh
kebelakang atau
mencegah aspirasi
Pola nafas efektif dalam 24 jam.
Kriteria hasil:-Klien sadar penuh.-RR= 16x/mnt.
-Bernafas secara normal melalui hidung & mulut.
2. Lakukan suction untuk
mencegah aspirasi.
3. Berikan O2 3-5 l.
4. Bila klien sudah sadar an-
jurkan untuk batuk dan nafas
dalam.
bila muntah.
2. Untuk mencegah
resiko terjadi-nya
aspirasi.
3. O2 yang tinggi
menyebabkan
ekspansi paru
mengembang
maksimal.
4. Agar paru me-
ngembang lebih
cepat akibat bantuan
otot pernafasan &
pengembangan
rongga dada.
4. Resiko tinggi berhubung-an dengan disrupsi integ-ritas kulit jaringan, otot & tulang karena prosedur pembedahan.
Tujuan:Nyeri akut tidak terjadi.
Kriteria hasil:- TTV: Tensi= 120/80 mmHg. Nadi= 81x/mnt. RR= 16x/mnt.-Klien tidak gelisah.
1. Berikan injeksi analgesik.
2. Evaluasi nyeri klien.
3. Atur posisi yang nyaman.
4. Berikan informasi bila terjadi
nyeri.
1. Untuk mengura-
ngi/mencegah
nyeri.
2. Untuk mengeta-hui
tingkat nye-ri &
keberhasil-an
pengaruh pemberian
tera-pi analgesik.
3. Untuk mengalih-kan
rasa nyeri klien.
4. Agar dapat se-gera
diberikan tindakan
sesuai dengan
indikasi.
BAB IV
PENUTUP
4.1. KESIMPULAN
Fraktur os.Mandibula adalah Rusaknya kontinuitas tulang mandibular yang dapat
disebabkan oleh trauma baik secara langsung atau tidak langsung. Fraktur ini disebabkan oleh
trauma (benturan pada tulang), ini sering terjadi pada kasus kecelakaan. Tanda dan gejala fraktur
yaitu, Nyeri hebat di tempat fraktur dan tak mampu menggerakkan dagu bawah. Fraktur
os.mandibula menimbulkan rasa ketidak nyamanan apalagi jika sampai terjadi komplikasi.
Fraktur os.mandibula jga dapat menimbulkan cemas pada penderitanya akibat ketidaktahuan
tentang penyakit dan pengobatannya.
4.2. SARAN
Dalam penyusunan makalah ini, penulisan sangat menyadari bahwa masih banyak
kesalahan yang terdapat dalam makalah ini. Untuk itu, kami sangat berharap kepada para
pembaca untuk memberikan kritik dan sarannya demi kesempurnaan pembuatan makalah.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Diagnostik Keperawatan. EGC. Jakarta.
Doengoes, Marilyn E, et all. 2000. Rencana Asuhan keperawatan; Pedoman Untuk
Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. EGC. Jakarta.
Donna. 1995. Medical Surgical Nursing; 2nd edition. WB Saunders.
Long, C. Barbara. 1996. Perawatan Medikal Bedah; Suatu Pendekatan Proses Keperawatan
Vol. 3. IAPK Pajajaran. Bandung.
Padoli. 2000. Diktat Kuliah PSIK Angkatan I TA. 1999/2000. Surabaya.
Long; BC and Phipps WJ (1985) Essential of Medical Surgical Nursing : A Nursing Process
Approach. St. Louis. Cv. Mosby Company.