contoh pkm itb
DESCRIPTION
kursi lipat serba guna untuk korban bencana alamTRANSCRIPT
-
PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
JUDUL PROGRAM
KURSI IRIT SERBAGUNA UNTUK KORBAN BENCANA
BIDANG KEGIATAN
Program Kreativitas Mahasiswa Gagasan Tertulis (PKM-GT)
Diusulkan oleh :
Suci Sansita Susanto Teknik Mesin 2009 13109063
Ikhyan Dwi Kurniawan Teknik Mesin 2009 13109081
M. Ikhsan Irfansyah Teknik Mesin 2009 13109093
Institut Teknologi Bandung
Bandung
2011
-
ii
HALAMAN PENGESAHAN
1. Judul Kegiatan : Kursi Irit Serbaguna Untuk Korban Bencana di Indonesia
2. Bidang Kegiatan : PKM-GT
3. Ketua Pelaksana Kegiatan a. Nama Lengkap : Suci Sansita Susanto b. NIM : 13109063 c. Jurusan : Teknik Mesin d. Universitas/Institut/Politeknik : Institut Teknologi Bandung e. Alamat Rumah dan No Tel./HP : Jl. PalasariV/14 Ujung Berung
Bandung/ 085624782265
f. Alamat email : [email protected]
4. Anggota Pelaksana Kegiatan/Penulis : 3 Orang
5. Dosen Pendamping
a. Nama Lengkap dan Gelar : Dr. Eng. Sandro Mihradi b. NIP : 132327351 c. Alamat Rumah dan No Tel./HP : Jl. Mars Dirgahayu no 8 RT 01 RW
10 Awiligar, Bandung 40191 / 085880547386
Bandung, 24 Februari 2011
Menyetujui
Ketua Program Studi Teknik Mesin Ketua Pelaksana Kegiatan
ITB
(Dr. Sigit Yuwono,MME) ( Suci Sansita Susanto )
NIP. 130808001 NIM. 13109063
Ketua Lembaga Kemahasiswaan DosenPendamping
(Brian Yuliarto,Ph D) (Dr. Sandro Mihradi)
NIP. 197507272006041005 NIP. 132327351
-
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan
rahmat-Nya penyusunan karya tulis untuk Program Kreativitas Mahasiswa
Gagasan Tertulis (PKM-GT) yang berjudul Kursi Irit Serbaguna Untuk Korban Bencana di Indonesia dapat terselesaikan. PKM-GT ini merupakan
wahana bagi para mahasiswa untuk menyalurkan ide-ide kreatif yang dimiliki
untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang ada di masyarakat.
Dalam penyusunan karya tulis ini, penulis masih memiliki banyak
keterbatasan kemampuan dan pengetahuan tentang berbagai hal, namun demikian
penulis juga banyak mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Bapak Sandro Mihradi selaku dosen pembimbing penulis dalam penyusunan karya tulis ini.
2. Ibu Anniar Samanhudi selaku dosen Tata Tulis Karya Ilmiah yang telah memberikan bantuan dan saran dalam penyusunan karya tulis ini.
3. Teman-teman Himpunan Mahasiswa Mesin ITB atas bantuan saran dan referensinya.
4. Seluruh pihak yang terlibat scara langsung maupun tidak langsung.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari kriteria sempurna.
Oleh karena itu, penulis meminta maaf bila ada yang salah dalam penyusunan
karya tulis ini. Penulis berharap semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi
penulis sendiri maupun bagi para pembaca.
Bandung, 24 Februari 2011
Penulis
-
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................................ iii
DAFTAR ISI .............................................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. iv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................... iv
RINGKASAN ............................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ...................................................................................................... 2
GAGASAN ................................................................................................................ 3
KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................................... 6
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 7
RIWAYAT HIDUP PENULIS .................................................................................... 8
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 ................................................................................................................. 3
Gambar 2 ................................................................................................................. 3
Gambar 3 ................................................................................................................. 4
Gambar 4 ................................................................................................................. 4
Gambar 5 ................................................................................................................. 5
Gambar 6 ................................................................................................................. 6
DAFTAR TABEL
Tabel 1 ................................................................................................................. 5
Tabel 2 ................................................................................................................. 6
Tabel 3 ................................................................................................................. 6
Tabel 4 ................................................................................................................. 7
-
1
RINGKASAN
Salah satu masalah yang selama ini sering dialami oleh para pengungsi
korban bencana di tempat pengungsian adalah kurang atau bahkan tidak
tersedianya fasilitas seperti kasur, meja, dan kursi. Hal tersebut mengakibatkan
para pengungsi harus tidur di lantai dengan hanya beralaskan terpal. Hal ini selain
menimbulkan ketidaknyaman juga membuat para pengungsi lebih mudah
terjangkit penyakit. Selain itu, para pengungsi yang masih duduk di bangku
sekolah tidak dapat melanjutkan kegiatan belajar-mengajar karena tidak adanya
kursi, meja, dan lain-lain. Jika tempat kegiatan belajar mengajar tersebut , di tanah
yang kotor, dapat memicu para pengungsi untuk terserang penyakit.
Keterbatasan fasilitas di tempat pengungsian ini sebenarnya dapat diatasi
dengan mewujudkan suatu gagasan, yaitu dengan menggunakan kursi irit
serbaguna yang dapat digunakan untuk duduk, makan, belajar, dan beristirahat
dengan nyaman. Hal pertama yang kami lakukan dalam membuat gagasan ini
adalah dengan merumuskan masalah yang sering terjadi di tempat-tempat
pengungsian korban bencana. Selanjutnya, dilakukan pengumpulan data melalui
studi pustaka pada buku-buku mengenai materi terkait dan melakukan pencarian
data di internet. Permasalahan tersebut dirumuskan dan didiskusikan juga dengan
dosen pembimbing sehingga tergagas sebuah ide yaitu kursi irit serbaguna yang
dalam proses perancangannya melalui proses iterasi. Akhirnya, terpilih satu desain
yang diharapkan dapat mengatasi masalah terkait.
Teori dasar yang dikembangkan untuk merancang kursi irit serbaguna ini
adalah ilmu-ilmu teori perancangan, pembuat menghitung beban-beban apa saja
yang dialami kursi tersebut, selanjutnya dibuat kostruksi, ukuran, dan pemilihan
material yang didasari oleh faktor keselamatannya. Penentuan desain dan ukuran
dilakukan dengan mengaplikasikan teori kesetimbangan dengan =
sedangkan pemilihan material dilihat dari tabel kekuatan material standard
internasional seperti ASTM (American Standard for Testing of Materials) dan JIS
(Japan Industrial Standard) [1].
Bila ditelaah lebih lanjut kursi ini dapat mengatasi masalah keterbatasan
fasilitas secara cepat dan tepat. Kemampuan kursi ini selain bisa diubah dan
digunakan sebagai kasur, dapat dikembalikan menjadi kursi dengan mudah dan
cepat. Dengan demikian, pengungsi tidak perlu tidur atau belajar di lantai lagi.
Konstruksi kursi yang sederhana, ringkas, dan tidak terlalu berat juga membuat
kursi ini mudah dipindahtempatkan sehingga pemakaiannya bisa berulang-ulang.
Kursi ini juga hemat tempat dan biaya, selain itu alat ini tidak menggunakan
sistem elektrik yang berarti hemat energi.
-
2
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Beberapa tahun terakhir ini, Indonesia sering ditimpa berbagai macam
bencana alam, seperti banjir, gunung meletus, gempa bumi, tanah longsor,
tsunami, dan bencana alam lainnya. Seluruh kejadian tersebut mengakibatkan
banyak penduduk yang berada di sekitar lokasi bencana terpaksa mengungsi.
Mereka mengungsi karena tempat tinggal mereka terkena bencana atau tempat
tinggal mereka berada di lokasi yang berbahaya sehingga mereka terpaksa
mengungsi untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
Korban-korban bencana tersebut jumlahnya tidak sedikit sehingga
biasanya mereka diungsikan oleh pemerintah setempat ke tempat-tempat yang
luas yang memadai untuk menampung banyak orang. Tempat-tempat yang
biasanya umum digunakan sebagai lokasi pengungsian adalah tempat indoor
bangunan sekolah, aula desa, atau lapangan bulutangkis. Selain itu, terdapat pula
tempat outdoor seperti lapangan sepakbola yang dijadikan sebagai lokasi
pengungsian dengan mendirikan tenda-tenda berbagai ukuran untuk dijadikan
tempat istirahat dan kegiatan lainnya.
Tempat-tempat pengungsian tentunya sangat tidak nyaman bagi para
pengungsi karena mereka beristirahat hanya beralaskan tikar atau kasur yang
seadanya. Kondisi ini juga membuat para pelajar yang terpaksa ikut mengungsi
tidak dapat belajar dengan baik karena mereka tidak memiliki meja dan kursi
untuk belajar. Keadaan pengungsi yang serba tidak berkecukupan dan kesulitan
membuat mereka tidak mampu membeli kursi dan meja yang layak untuk
memenuhi kebutuhan para pelajar yang menjadi korban bencana. Pemerintah
setempat juga biasanya tidak memfokuskan pada hal tersebut sehingga kegiatan
belajar para pelajar tidak terfasilitasi dengan baik. Untuk itu, sebuah alat yang
sederhana mungkin bisa menjadi solusi untuk masalah tersebut.
Tindakan yang cepat dapat membantu mengurangi jumlah korban bencana
alam yang terkena penyakit atau proses belajar tertunda. Sampai saat ini,gagasan
untuk penanggulangan ini masih minim sehingga penulis tertarik untuk
memberikan gagasan kursi irit serbaguna untuk penanggulangan bencana alam.Hal ini sangat menarik karena penulis merasa masih sedikit yang memberikan bantuan untuk penanganan pengungsi. Gagasan ini bisa
dikembangkan lebih lanjut sehingga dapat menemukan yang lebih efisien dan
efektif.
Tujuan penulisan
a. Memberikan solusi cepat dalam penanganan korban bencana terutama siswa yang masih dalam KBM.
b. Mencegah pengungsi terjangkit penyakit yang ditimbulkan akibat tidur di lantai.
c. Memberikan solusi barang serbaguna irit kepada pihak yang berwenang dalam penanganan korban bencana.
-
3
GAGASAN
Kebutuhan pengungsi yang terkadang sering terlewatkan adalah kebutuhan
fasilitas, misalnya kebutuhan akan kasur. Hasil survei yang dilakukan terhadap
korban , mereka harus tidur di lantai yang dingin atau hanya beralaskan terpal
biasa sehingga semakin mengancam kesehatan para pengungsi. Kursi dan meja
juga menjadi fasilitas yang dibutuhkan oleh pengungsi, khususnya bagi para
pengungsi yang masih duduk di bangku sekolah. Apabila kebutuhan mereka akan
kursi dan meja dapat terpenuhi, tentu kegiatan belajar mengajar mereka dapat
terpenuhi tanpa harus duduk di lantai yang dapat membuat mereka lelah karena
harus menunduk dalam waktu yang relatif lama. Sebagai contoh kondisi
pengungsian korban bencana Gunung Merapi. Sebagian besar pengungsi di
seluruh tempat pengungsian tidur hanya beralaskan tikar dan terpal saja dan
banyak yang terjangkit penyakit seperti demam, diare, muntaber [2]. Para pelajar
yang terpaksa ikut mengungsi tidak dapat belajar di pengungsian karena
terbatasnya tempat dan tidak ada fasilitas yang menunjang kegiatan belajar.
Contoh lain adalah kondisi pengungsian korban bencana banjir di Wasior.
Pascabencana, kondisi pengungsi korban banjir di Lapangan Kodim Manokwari,
Papua Barat, mulai memprihatinkan [3]. Dengan beralaskan terpal dan tikar,
mereka tidur di tenda-tenda pengungsian yang diisi puluhan pengungsi
lainnya.Ribuan pengungsi yang ada di Manokwari, Papua mengisi penuh tenda-
tenda yang telah disediakan pemerintah setempat. Sebuah tenda dihuni sekitar 30
orang dan mereka hanya tidur beralaskan tikar atau terpal. Para remaja dan anak-
anak yang bersekolah tidak dapat mengikuti kegiatan di sekolah karena harus
membantu keluarga mareka di pengungsian. Selain itu, mereka juga tidak dapat
belajar mandiri karena memang tidak disediakan fasilitas yang menunjang
kegiatan belajar, seperti meja dan kursi serta lampu penerangan.
Gambar 1. Kondisi pengungsian Gambar 2. Kondisi pengungsian
Merapi [4] Wasior [5]
Solusi yang pernah ditawarkan oleh pemerintah atau pihak pengelola
pengungsian adalah dengan menyediakan matras dan alas duduk terpal, yang bisa
kita lihat pada tempat pengungsian pada umumnya. Namun, solusi tersebut
dianggap masih belum menyelesaikan masalah karena jumlahnya yang sangat
terbatas. Alas tidur berupa matras juga dianggap belum bisa mnyelesaikan
kebutuhan pengungsi akan tempat tidur yang layak. Lantai yang lembab dan
dingin tidak dapat teratasi dengan hanya sebuah matras atau alas duduk terpal
biasa.
Gagasan yang kami tawarkan untuk menangani kebutuhan akan fasilitas
untuk korban bencana adalah kursi lipat irit serbaguna. Keunggulan kursi lipat ini
-
4
adalah kursi ini dapat diubah menjadi kasur kemudian kembali menjadi kursi
bermeja dengan sangat mudah dan praktis. Konstruksi kursi yang sederhana,
ringkas, dan tidak terlalu berat juga membuat kursi ini mudah dipindahtempatkan,
sehingga pemakaiannya bisa berulang-ulang. Kursi ini juga hemat tempat karena
tidak menghabiskan lebih dari luas area sebesar 2 m2. Selain itu kursi ini tidak
menggunakan sistem elektrik yang berarti hemat energi.
Kursi ini dirancang dengan meperhatikan Design, Requirements, and
Objectives, yaitu:
a. Alat dapat digunakan untuk duduk dengan faktor keamanan > 1,5. b. Alat dapat digunakan untuk tidur dengan faktor keamanan > 1,5. c. Alat dilengkapi dengan meja belajar yang mampu menahan berat
sebesar 30 kg dengan faktor keamanan > 1,3.
d. Alat mampu menahan beban untuk satu orang dengan berat maksimal 150 kg.
e. Alat memiliki penyangga tangan.
Gambar 3. Posisi tidur
Gambar 4. Posisi duduk
Kaki-kaki
lipat Batang penahan
kaki
Alas Kepala
Alas kaki
Kaki
utama
Alas duduk
Penyangga
tangan
Meja
Alas Punggung
-
5
Gambar 5. Mekanisme batang penahan
Pada rancangan yang dipilih, ketika posisi duduk alas punggung ditahan
oleh batang penahan di kanan dan kiri yang dikaitkan pada pengait yang
terhubung dengan alas duduk. Mekanisme batang penahan ini pun digunakan pada
sambungan antara alas kaki dan alas duduk ketika posisi tidur. Pada kaki-kaki
yang digunakan sebagai penopang yang digunakan pada posisi tidur pun
digunakan sistem batang penahan untuk menahan gaya pada arah tarnsversal kaki-
kaki sehingga kaki-kaki akan kokoh pada posisinya. Pemasangan dan penglepasan
kaki-kaki ini dilakukan secara manual oleh pengguna tanpa bantuan mekanisme
otomatis namun tetap praktis untuk dilakukan.
Kursi lipat serbaguna ini dapat diaplikasikan untuk para pengungsi di
pengungsian yang membutuhkan meja sakaligus kasur dengan mudah, praktis,
dan irit. Mudah karena konstruksi kursi yang sederhana sehingga user friendly
jadi para pengungsi dapat menggunakan kursi ini sebagai tempat tidur atau
kebalikannya tanpa mengalami kesulitan. Praktis karena dapat dilipat sehingga
mudah dipindahtempatkan dan diberikan kepada pengungsi tanpa membutuhkan
waktu yang lama selain itu tidak memerlukan tempat yang luas untuk
penyimpanannya . Irit karena dengan adanya kursi lipat sederhana ini, pengungsi
tidak lagi memerlukan kursi atau kasur terpisah yang justru akan lebih memakan
tempat dan biaya. Bahkan berdasarkan survey, biaya produksi kursi lipat
serbaguna ini lebih kecil dibandingkan biaya kursi dan kasur dengan ukuran yang
hampir sama dengan rincia sebagai berikut.
Tabel 1. Harga prediksi kursi
Bahan Material Harga satuan (Rp) Harga (Rp)
Material pelat Baja karbon AISI 1025 15.000/kg 345.000
Material pipa AK STEEL 210 60.000/m 120.000
Material meja Beech wood 20.000/m 20.000
Sekrup Panjang 3 cm 150/buah 3.000
Busa Busa 100 x 200 cm 6000/m 36.000
Total 518.000
-
6
Gambar 6. Rangka kursi
Tabel 2. Harga barang yang dapat diganti per satuan
Jenis Barang Material Hargasatuan
(Rp)
Harga (Rp)
Kasur Single Busa 70 x 190 cm 350.000 350.000
Kursi belajar Kayu 60.000 60.000
Meja sekolah Kayu 125.000 125.000
Rangka kasur AK STEEL 200.000 200.000
Total 735.000
Sumber : Survey di Pasar Baru dan Pasar Balubur Kota Bandung
Tabel 3. Harga Barang Sejenis
Jenis Barang Merk Harga (Rp)
Folding Bed Series Jani 1.299.000
Relax Sofa Ohio 1.299.000
Sumber : Survey di toko meubel sekitar Kota Bandung
Pelat
datar
Batang
penahan
utama
pipa
-
7
Tabel 4. Spesifikasi alat
Bahasan Spesifikasi
Maksimal massa manusia yang bisa
ditopang
150 kg
Maksimal massa benda yang bisa ditopang
meja
20 kg
Dimensi maksimal (posisi tidur) 0,9 m x 2,15 m
Material pelat Baja karbon AISI 1025
Material pipa AK STEEL 210
Material meja Beech wood
Faktor keamanan kursi (sampai
berdeformasi plastis)
1,83 (terkecil: pelat alas duduk)
Faktor keamanan meja (sampai patah) 1,32 (bagian tumpuan)
Pemerintah, dalam hal ini pemerintah setempat daerah bencana,
departemen sosial, menteri koordinator kesejahteraan rakyat, serta lembaga sosial
masyarakat dapat turut serta dalam pemroduksian dan pendsitribusian kursi ini
agar dapat langsung diberikan ke pengungsian-pengungsian. Departeman sosial
dan menteri koordinator kesejahteraan rakyat dapat menyediakan dana kepada
suatu perusahaan meubel untuk memproduksi kursi lipat serbaguna ini. Selain itu,
pemerintah daerah dan lembaga sosial masyarakat dapat juga membantu dana dan
menditribusikan kursi ini ke pengungsian yang membutuhkan. Selain itu,
pemerintah juga dapat menyimpan kursi ini setelah dipinjami ke suatu tempat
pengungsian agar kemudian dapat digunakan kembali untuk daerah pengungsian
yang lain dengan cepat dan tanggap.
Langkah-langkah yang bisa dilakukan agar pemroduksian gagasan dapat
terwujud adalah membuat gambar teknik agar kursi dapat diproduksi sehingga
terbentuk prototype .Penulis menawarkan prototype tersebut ke pihak yang
berwenang untuk pengadaan kursi ini. Pengadaan kursi ini diharapkan dapat
menangani masalah bencana alam dengan tanggap.Setelah adanya kerjasama
dengan pihak yang berwenang, gambar teknik yang sudah jadi diproduksi dengan
mendatangi produsen yang mau bekerjasama. Adanya penelitian lebih lanjut
untuk evaluasi akan membuat proses produksi kursi ini bisa lebih baik dan
berkelanjutan.
-
8
KESIMPULAN DAN SARAN
Kekurangan fasilitas seperti kasur, kursi dan meja di lokasi pengungsian
yang sempit menjadi salah satu masalah yang harus diatasi secepat mungkin
karena apabila hal ini tidak diselesaikan dengan cepat, dikhawatirkan akan
menimbulkan efek domino. Contohnya, saat di lokasi pengungsian tidak tersedia
kasur, para pengungsi harus tidur di lantai hanya beralaskan terpal. Jika hal
tersebut berkepanjangan akan memacu para pengungsi terjangkit penyakit. Hal ini
juga akan terjadi pada pengungsi yang masih bersekolah karena mereka duduk di
lantai yang kotor atau bahkan becek. Akibatnya, proses belajar-mengajar menjadi
terganggu.
Kursi irit serbaguna yang kami gagaskan mampu mengatasi permasalahan
fasilitas di pengungsian. Kursi irit serbaguna ini selain berfungsi menjadi kursi
juga bisa menjadi tempat tidur dan meja belajar dengan praktis. Dengan faktor
keselamatan > 1.5, kursi ini dapat menjamin keamanan penggunanya. Kursi ini
juga hemat tempat karena tidak menghabiskan lebih dari luas area sebesar 2 m2.
Selain itu, kursi ini tidak menggunakan sistem elektrik yang berarti hemat energi.
Berdasarkan tabel harga, kursi irit serbaguna ini terbukti lebih hemat biaya
dibandingkan harus membeli meja, kursi dan tempat tidur secara terpisah. Jika
dibandingkan dengan harga barang sejenis, yakni folding bed atau relax sofa,
kursi lipat ini juga jauh lebih hemat harganya. Perbedaan harga ini dapat
menghemat biaya pemerintah dalam penanganan korban bencana alam di
Indonesia.
Penulis dapat mengirimkan rancangan ini kepada pihak-pihak yang
berwenang, yakni pemerintah atau lembaga sosial masyarakat yang nantinya
pihak-pihak tersebut dapat bekerja sama dengan perusahaan atau toko meubel
dalam memproduksi kursi irit serbaguna. Nantinya, kursi ini dapat didistribusikan
langsung kepada korban bencana alam sehingga kesulitan para korban bencana
alam tersebut dapat diatasi dengan cepat.
-
9
DAFTAR PUSTAKA
[1] Hibbeler, R. C. 2008. Mechanics of Material 7th
Edition.. Singapore:
Pearson Education South Asia Pte Ltd.
[1] Norton, Robert L. 2006. Machine Design 3rd
Edition. New Jersey:
Pearson Education Internatonal.
[2]
http://www.berita.liputan6.com/daerah/201010/302866/Kondisi.Pengungs
i.Merapi.Memprihatinkan ( diakses tanggal 22 Februari 2011)
[3]
http://www.berita.liputan6.com/liputanpilihan/201010/300555/Kondisi_K
orban_Wasior_Memprihatinkan ( diakses tanggal 23Februari 2011)
[3]
http://www.metrotvnews.com/read/newsvideo/2010/10/23/115575/Ratusan
-Pengungsi-Wasior-Terserang-ISPA-dan-Malaria ( diakses tanggal 23
Februari 2011)
[4] http://www.republika.co.id/berita/breaking-
news/nusantara/10/10/31/143593-pengungsi-merapi-mulai-jenuh
[5]
http://www.tempointeraktif.com/hg/nusa_lainnya/2010/12/17/brk,2010121
7-299658,id.html ( diakses tanggal 22 Februari 2011)
-
10
RIWAYAT HIDUP PENULIS
1. Nama : Suci Sansita Susanto Tempat dan Tanggal Lahir : Bandung, 27 Januari 1991
Riwayat Pendidikan : SD PN Sabang Bandung
SMP Negeri 5 Bandung
SMA Negeri 3 Bandung
Teknik Mesin ITB 2009
Karya Ilmiah : Dampak Internet Terhadap Pelajar SMA di
Kota Bandung
Penghargaan Ilmiah : -
2. Nama : Ikhyan Dwi Kurniawan Tempat dan Tanggal Lahir : Purbalingga, 15 Juni 1991
Riwayat Pendidikan : SDN 4 Selakambang, Purbalingga
SMP Negeri 2 Pengadegan
SMA Negeri 1 Purbalingga
Teknik Mesin ITB 2009
Karya Ilmiah : Pengolahan Umbi Suweg Untuk Bahan
Pangan
Penghargaan Ilmiah : -
3. Nama : Muhammad Ikhsan Irfansyah Tempat dan Tanggal Lahir : Bandung, 11 Desember 1991
Riwayat Pendidikan : SDN Pengadilan 5 Bogor
SMP Negeri 5 Bogor
SMA Negeri 1 Bogor
Teknik Mesin ITB 2009
Karya Ilmiah : Pengaruh IQ dan EQ Dalam Kehidupan
Mahasiswa
Penghargaan Ilmiah : -