cover depan - repository.unib.ac.idrepository.unib.ac.id/11744/1/makalah prosiding bptp.pdf · the...

12
COVER DEPAN

Upload: dinhngoc

Post on 02-Mar-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: COVER DEPAN - repository.unib.ac.idrepository.unib.ac.id/11744/1/Makalah Prosiding BPTP.pdf · The main plot was the application of organic compost included compost of cow manure

COVER DEPAN

Page 2: COVER DEPAN - repository.unib.ac.idrepository.unib.ac.id/11744/1/Makalah Prosiding BPTP.pdf · The main plot was the application of organic compost included compost of cow manure

PROSIDING

SEMINAR NASIONAL Inovasi Teknologi Pertanian Modern Mendukung Pembangunan Pertanian Berkelanjutan Jilid 2 Pengkajian Teknologi Spesifik Lokasi Komoditas Tanaman Perkebunan dan Hortikultura Hotel Santika Bengkulu, 08 November 2016

Tim Penyunting :

Dedi Sugandi Umi Pudji Astuti Supanjani Eva Oktavidiati Shannora Yuliasari Ahmad Damiri Ruswendi Sri Suryani M Rambe

Redaksi Pelaksana :

Taufik Hidayat Taupik Rahman

Desain/Tata letak :

Agus Darmadi

ISBN 978-602-9064-37-7 Diterbitkan oleh:

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Balitbangtan Bengkulu Jl. Irian Km 6,5 Bengkulu 38119 Telp: (0736) 23030, Fax: (0736) 345568 E-mail:[email protected]

Hak cipta ada pada penulis, tidak diperkenankan memproduksi sebagian atau keseluruhan isi prosiding ini dalam bentuk apapun tanpa izin dari penulis.

Page 3: COVER DEPAN - repository.unib.ac.idrepository.unib.ac.id/11744/1/Makalah Prosiding BPTP.pdf · The main plot was the application of organic compost included compost of cow manure

Seminar Nasional; Inovasti Teknologi Pertanian Modern Mendukung Pembangunan Pertanian Berkelanjutan

xi

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ iii

LAPORAN PANITIA PENYELENGGARA ....................................................................................... iv

SAMBUTAN KEPALA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN ............... vii

DAFTAR ISI ........................................................................................................................................... xi

KEYNOTE SPEECH

Inovasi Teknologi Pertanian Modern Mendukung Pembangunan Pertanian Berkelanjutan

Kepala Badan Litbang Pertanian ............................................................................................................ 1

MAKALAH UTAMA ................................................................................................................. ......... 5

Arah dan Strategi Pembangunan Pertanian Masa Depan

Prof. Dr. Ir. Pantjar Simatupang (Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian (PSEKP)

Kementerian Pertanian) ......................................................................................................................... 7

MAKALAH PENUNJANG ....................................................................................................... ......... 33

Pengkajian Teknologi Spesifik Lokasi Tanaman Perkebunan dan Hortikultura

1. Aplikasi Kalsium dan Boron untuk Mengatasi Cemaran Getah Kuning pada Buah

Manggis Garcinia Mangostana

(Odit F. Kurniadinata, Roedhy Poerwanto, Darda Efendi, Ade Wachjar) ..................................... 35

2. Perkembangan Struktur Torpedo Membentuk Tunas pada Tanaman Jambu Mete

(Rossa Yunita, dan Ika Mariska) .................................................................................................... 45

3. Peningkatan Pengetahuan Petani Tentang Inovasi Teknologi Pengelolaan Terpadu

Tanaman Jeruk di Kabupaten Kepahiang

(Sri Suryani M. Rambe dan Kusmea Dinata) .................................................................................. 50

4. Bioaktivitas Ekstrak Daun Mimba dan Kacang Babi terhadap Kutu Daun Serangga

Vektor Penyebab CMV dan CHIVMV pada Tanaman Cabai

(Djamilah, Agustin Zarkani, dan Tri Sunardi) ................................................................................ 58

5. Upaya Peningkatan Produksi dan Mutu Kopi Rakyat di Kabupaten Rejang Lebong

Provinsi Bengkulu

(Afrizon, Shannora Yuliasari dan Tri Wahyuni) .............................................................................. 64

6. Pemanfaatan Berbagai Jenis Mulsa dan Vaerietas Mendukung Budidaya Cabai Luar

Musim di Lahan Kering

(Darman Hary) ................................................................................................................................ 72

7. Tingkat Ketidakmiripan Genotipe-Genotipe Jagung (Zea Mays l.) Generasi S1 dan S2

untuk Pembentukan Tetua

(Umi Salamah, Willy Bayuardi Suwarno, dan Hajrial Aswidinnoor) ............................................. 79

8. Efikasi Pengendalian Penyakit Layu (Fusarium Oxysporum) dengan Agen Antagonis

untuk Peningkatan Pertumbuhan dan Produksi Caisin (Brassica Campestris)

(Sri Swastika dan Rachmiwati Yusuf) .............................................................................................. 87

9. Pengaruh Posisi Bahan Stek terhadap Pertumbuhan Benih Buah Naga ( Hylocereus

Polyrhizus)

(Bambang Hariyanto) ...................................................................................................................... 93

10. Pengaruh Umur Daun terhadap Efektivitas Pengamatan Anatomi Stomata Jambu Biji

(Farihul Ihsan dan Nini Marta) ....................................................................................................... 101

11. Aplikasi Beberapa Dekomposer dalam Pengomposan Limbah Kulit Kopi Liberika

Tungkal Komposit

(Rima Purnamayani dan Araz Meilin) ............................................................................................ 107

12. Serangan dan Memastikan Jenis Penggerek Batang Mangga Rhytidodera spp. di Kota

Bengkulu

(Teddy Suparno) .............................................................................................................................. 114

Page 4: COVER DEPAN - repository.unib.ac.idrepository.unib.ac.id/11744/1/Makalah Prosiding BPTP.pdf · The main plot was the application of organic compost included compost of cow manure

Seminar Nasional; Inovasti Teknologi Pertanian Modern Mendukung Pembangunan Pertanian Berkelanjutan

xiv

(Lina Widawati, Hesti Nur’aini, Septi Widiyawati) ........................................................................ 384

53. Aplikasi Pra dan Purna Tumbuh Herbisida Berbahan Aktif Campuran Atrazine dan

Mesotrione untuk Pengendalian Gulma pada Tanaman Jagung Manis

(Marulak Simarmata, Bona Romaston Haloho, dan Yenny Sariasih) ............................................. 392

54. Pertumbuhan dan Hasil Kangkung, Selada serta Pakcoy pada Tiga Model Akuaponik

Mini yang Disusun Vertikal

(Yudi Sastro, Nofi a. Rokhma, Ikrarwati, dan Lukman Hakim)....................................................... 400

55. Aplikasi Pupuk Organik Cair Berbahan Paitan (Tithonia Diversifolia) dengan Dosis dan

Konsentrasi yang Berbeda untuk Meningkatkan Pertumbuhan dan Hasil Sawi di Tanah

Ultisol

(Edi Susilo) ...................................................................................................................................... 408

Penutup

Daftar Pertanyaan

Rumusan Hasil Seminar Nasional

Daftar Hadir

Page 5: COVER DEPAN - repository.unib.ac.idrepository.unib.ac.id/11744/1/Makalah Prosiding BPTP.pdf · The main plot was the application of organic compost included compost of cow manure

Seminar Nasional; Inovasti Teknologi Pertanian Modern Mendukung Pembangunan Pertanian Berkelanjutan

392

APLIKASI PRA-DAN PURNA-TUMBUH HERBISIDA BERBAHAN AKTIF CAMPURAN ATRAZINE DAN MESOTRIONE UNTUK PENGENDALIAN GULMA PADA TANAMAN

JAGUNG MANIS

PRE AND POST-EMERGENCE APPLICATION OF HERBICIDE MIXTURE OF ATRAZINE AND MESOTRIONE FOR WEED CONTROL IN SWEET CORN

Marulak Simarmata1, Bona Romaston Haloho1, dan Yenny Sariasih2

1 Jurusan Budi Daya Pertanian,2Jurusan Hama dan Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu

Jalan W.R. Supratman Kandang Limun, Bengkulu 38371 E-mail: [email protected]

ABSTRAK Kehadiran gulma pada budidaya tanaman dapat menyebabkan kehilangan hasil sehingga sudah keharusan untuk mengendalikan gulma dengan metode dan waktu yang tepat. Penggunaan herbisida atau bahan kimia yang mematikan gulma merupakan pilihan yang sangat praktis. Herbisida berbahan aktif campuran atrazine dan mesotrione direkomendasikan untuk jagung, sorgum, dan tebu. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan efektivitas aplikasi pra- dan purna-tumbuh herbisida berbahan aktif campuran atrazine dan mesotrione pada tanaman jagung manis yang dibudidayakan dengan kompos bahan organik yang berbeda. Penelitian dilaksanakandi Kelurahan Kandang Limun, Kecamatan Muara Bangkahulu, Bengkulu, pada bulan April hingga Juli 2014. Perlakuan yang diuji disusun dalam rancangan petak terpisah (split plot design) dengan 3 ulangan sebagai kelompok. Petak utama adalah pemberian kompos organik kotoran sapi 10 ton ha-1, tandan kosong kelapa sawit (TKKS) 20 ton ha-1, dan tanpa bahan organik; sedangkan anak petak adalah pengendalian gulma dengan herbisida campuran atrazine dan mesotrione dengan aplikasi pra-tumbuh, aplikasi purna-tumbuh, disiang 2x, dan tanpa pengendalian gulma sebagai kontrol. Data pengamatan diuji secara statistik dengan analisis varian dan diuji lanjut dengan LSD (P≤0,05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman jagung manis mengalami keracunan ringan terhadap herbisida berbahan aktif campuran atrazine dan mesotrione sampai tiga minggu setelah aplikasi. Ada interaksi antara perlakuan kompos bahan organik dengan metode pengendalian gulma terhadap peningkatan hasil tongkol jagung manis. Katakunci: atrazine, kompos organik, mesotrione, pra-tumbuh, purna tumbuh

ABSTRACT

Weeds are always interfere withthe crops and caused yield lost, therefore weeds should be controlled at the right time by inappropriate measures. Using herbicides to control weeds is a good measure because of the effectiveness and efficiency. A relatively new introduced herbicide, which active ingredients were mixture of atrazine and mesotrione was recommended to use in corn, sorghum, and sugarcane.This study was aimed to compare the effectiveness of pre-and post-emergence applications of herbicide mixture of atrazine and mesotrione for weed control in sweet corn treated with different organic compost. The research was conducted in the village of Kandang Limun, District of Muara Bangkahulu, Bengkulu, from April to July 2014. The treatments were arranged in a split-plot design with 3 replications. The main plot was the application of organic compost included compost of cow manure at 10 ton ha-1,compost of oil palm empty fruit bunches (EFB) at 20 ton ha-1, and without organic compost; while the subplot was pre-emergence application of herbicide, post-emergence application, two times of hand weeding, and without weeding as a control. Data collected were subjected to analysis of variance at 5 % level and means for significant influences of the treatments were separated using LSD at P ≤ 0.05. The results showed that sweet corn plants were suffered to light injury from herbicide mixture of atrazine and mesotrione until3 weeks after application. An interaction between organic compost and the weed control measures increased the yield of sweet corn significantly which was observed as corn cob without husk. Keywords:atrazine, mesotrione, organicmatters, pre-and post-emergence

Page 6: COVER DEPAN - repository.unib.ac.idrepository.unib.ac.id/11744/1/Makalah Prosiding BPTP.pdf · The main plot was the application of organic compost included compost of cow manure

Seminar Nasional; Inovasti Teknologi Pertanian Modern Mendukung Pembangunan Pertanian Berkelanjutan

393

PENDAHULUAN

Jagung manis (Zea mays saccharata Sturt) merupakan tanaman hortikultura yang dibudidayakan di Indonesia sejak tahun 1980an. Buah jagung manisbanyak dikonsumsi karena rasa yang lebih manis dibandingkan jagung biasa. Hal in disebabkan kadar sukrosa mencapai 4 – 5 %, sedangkan jagung biasa hanya 2 – 3 %. Produksi jagung manis di Indonesia masih tergolong rendah yaitu 4-5 ton ha-1, sedangkan negara lain seperti di USA bisa mencapai 10 – 15 ton ha-1(USDA, 2015).

Usaha memenuhi kebutuhan domestik jagung manis adalah dengan meningkatkan produksi dalam negeri melalui perluasan areal tanam dan sekaligus dengan perbaikan teknik budidaya. Pemberian kompos bahan organik pada areal penanaman jagung manis merupakan teknologi budidaya yang dapat meningkatkan ketersediaan unsur hara bagi tanaman seperti N, Pdan K (Brady and Weil, 2010; Brown and Cotton, 2011). Bahan organik juga dapat menyehatkan tanah dengan memperbaiki sifat fisika dan biologi tanah (Simanungkalit, 2006; Taguiling, 2013). Bahan organik yang banyak digunakan dalam budidaya tanaman adalah berupa pupuk kandang, tetapi dewasa ini bahan organik hijau yang diperoleh dari sumber daya lokal berupa sisa panen tanaman, kompos gulma, dan limbah organik dari biomassa tumbuhan sudah banyak digunakan. Bahan organik hijau dapat digunakan setelah terlebih dahulu mengalami dekomposisi dan mineralisasi (Simanungkalit, 2006; Setyowati et al., 2008; Taguiling, 2013). Brady and Weil (2010), menyatakan bahwa ketersediaan hara bagi tanaman tergantung pada tipe bahan organik yang termineralisasi dan hubungan antara karbon dan nutrisi lain, misalnya rasio antara C/N, C/P, dan C/S.Tandan kosong kelapa sawit (TKKS) merupakan salah satu bahan organik yang tersedia di sekitar pabrik pengolahan kelapa sawit dan belum banyak digunakan.Pengomposan TKKS dapat menggunakan bio aktivator EM-4 untuk mempercepat dekomposisi sehingga unsur hara yang ada pada TKKS dapat dimanfaatkan tanaman (Ichwan, 2007).Menurut Sentanaet al.(2010), kompos TKKS dapat mensuplai hara yang penting bagi tanaman seperti C, N, P, dan K, dan juga dapat memperbaiki sifat fisika dan biologi tanah.

Budidaya tanaman tentu tidak terlepas dari kehadiran gulma yang menimbulkan kerugian pada pertumbuhan dan hasil tanaman (Monaco et al., 2002). Aplikasi bahan organik juga dapat merubah komposisi gulma yang muncul sehingga mempengaruhi dalam pemilihan metode pengendalian gulma (Simarmataet al., 2015). Berbagai metode pengendalian dapat dilakukan untuk mencegah kerugian yang ditimbulkan gulma seperticara preventif, manual, kultur teknis, biologi, kimia, dan terintegrasi.Cara kimia dengan menggunakan herbisida banyak dilakukan karena cara-cara yang lain tidak efektif, tidak cukup waktu, gulma sulit dikendalikan, dan juga karena lahan yang luas. Salah satu herbisida yang direkomendasikan untuk budidaya jagung adalah herbisida berbahan aktif campuran atrazine dan mesotrione yang dipasarkan dengan nama Calaris@ (Woodyard et al., 2009).

Atrazine ditemukan pada tahun 1952, dengan nama kimia 6-chloro-N-ethyl-N’-(1-methylethyl)-1,3,5-triazine-2,4-diaminetermasuk dalam golongan herbisida triazine (Monaco et al., 2002). Mekanisme kerjanya menghambat fotosistem II dalam reaksi fotosintesis (Muller, 2008). Resistensi pada gulma timbul akibat penggunaan yang intensif dari atrazine untuk jangka waktu yang panjang (Schooler et al., 2008;. Williams II et al.,2010). Salah satu pendekatan untuk mencegah resistensi gulma pada herbisida tertentu adalah dengan mencampur dua jenis herbisida yang memiliki mekanisme yang berbeda seperti pencampuran atrazine dan mesotrione (Woodyard et al., 2009). Mesotrione dengan nama kimia 2-(4-(metilsulfonil)-2-nitrobenzonyl)sikloheksana-1,3-dione, adalah herbisida yang relatif baru dalam keluarga triketone, efektif untuk mengendalikan spesies gulma yang tahan terhadap atrazine (James et al., 2006). Mesotrione menghambat pigmen karoten dalam jaringan tanaman.Gejala yang nampak pada gulma adalah kehilangan warna hijau pada daun, bleaching, dan kematian (James et al.,2006;. Schooler et al., 2008).Rasio campuran herbisida Calaris@berbahan aktif atrazine dan mesotrione adalah masing masing 500 dan 50 g L-1, dimana herbisida ini ini secara luas digunakan sebagai herbisida selektif untuk jagung, gandum, sorgum, dan tebu dengan metode aplikasi pra- dan purna tumbuh (James et al., 2006; Woodyard et al., 2009).

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan efektifitas metode pengendalian gulma secara kimiawi dengan herbisida berbahan aktif campuran atrazine dan mesotrione yang diaplikasi pra- dan purna-tumbuh pada tanaman jagung manis yang dibudidayakan dengan pemberian kompos pupuk kandang dan kompos TKKS.

Page 7: COVER DEPAN - repository.unib.ac.idrepository.unib.ac.id/11744/1/Makalah Prosiding BPTP.pdf · The main plot was the application of organic compost included compost of cow manure

Seminar Nasional; Inovasti Teknologi Pertanian Modern Mendukung Pembangunan Pertanian Berkelanjutan

394

METODE PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan di Kelurahan Kandang Limun, Kecamatan Muara Bangkahulu pada bulan April hingga bulan Juli 2014. Lahan penelitian adalah jenis tanah ultisol pada ketinggian tempat adalah 22 meter di atas permukaan laut (dpl), dengan letak geografis03o 45’ 08” LS dan 102o 16’ 59” BT. Dua perlakuan yang diteliti adalah penggunaan kompos bahan organik dalam budidaya jagung manissebagai petak utama dan metode pengendalian gulma sebagai anak petak disusun dalam rancangan petak terbagi (split plot design) yang diulang tiga kali. Petak utama terdiri dari kompos bahan organik kotoran sapi 10 ton ha-1, kompos TKKS 20 ton ha-1, dan tanpa bahan organik sebagai kontrol, sedangkan anak petak adalah cara pengendalian gulma dengan menggunakan herbisida berbahan aktif campuran atrazine dan mesotrione yang diaplikasi pra-tumbuh, purna-tumbuh pada 2 minggu setelah tanam (MST), disiang 2x (2 dan 4 MST), dan tanpa pengendalian gulma sebagai kontrol. TKKS terlebih dahulu dikomposkan selama satu bulan dengan menggunakan bioaktivator EM-4 dan kotoran sapi sudah dalam kompos siap pakai.

Lahan penelitian dibersihkan dari tumbuhan pengganggu dan diolah manual dengan menggunakan cangkul hingga kedalaman 25 cm. Sebanyak 12 petak ukuran 3m x 1,6 m dibentuk pada setiap ulangan dan bahan organik pupuk kandang dan kompos TKKS dicampur merata pada petak percobaan sesuai dosis perlakuan. Penanaman dengan jarak tanam 75 cm x 20 cm dilakukan dengan menugal pada kedalaman 3 cm. Setiap lubang tanam ditanam 2 benih ditambah 5 butir insektisida Furadan 3Guntuk mencegah benih dari serangga, kemudian lubang tanam ditutup dengan tanah.

Aplikasi herbisida pra-tumbuh dilakukan setelah penanaman dan purna-tumbuh. Dosis herbisida berbahan aktif campuran atrazine dan mesotrione adalah 1,0 kg b.a. ha-1 dengan penambahan non-ionik Surfaktan 1 % v/v pada volume semprot 400 L ha-1. Larutan herbisida disemprot dengan menggunakan alat penyemprot punggung pada tekanan 15 psi dengan menggunakan nozzle flat warna biru. Penyemprotan diarahkan pada permukaan tanah untuk aplikasi pra-tumbuh dan pada vegetasi gulma dan tanaman untuk aplikasi purna tumbuh.

Pemeliharaan tanaman meliputi penyiramansetiaphariapabilatidakturunhujan, penjarangan pada satu MST menjadi satu tanaman per lubang tanam, dan pengendalian hama dan penyakit sesuai dengan keperluan. Pengendalian gulma dilakukan sesuai perlakuan. Pemupukandiberikan pada larikan berjarak 10 cm dari tanaman dan larikan ditutup dengan tanah setelah pemberian pupuk. Pupuk yang diberikan terdiri dari Urea, SP-36, dan KCl masing-masing 400, 300, dan 150 kg ha-1. Pupuk Urea diberikan dua kali yaitu 1/3 dosis pada saat tanam dan 2/3 dosis pada 4 MST. Sedangkan SP-36 dan KCl diberikan pada saat penanaman. Pemanenan dilakukan setelah tanaman 65 hari atau 2/3 bagian dari jumlah tanaman pada luasan panen telah mencapai stadia masak yang dicirikan dengan warna biji kuning.

Pengamatan meliputi variabel pertumbuhan antara lain keracunan tanaman akibat perlakuan herbisida, variabel pertumbuhan maksimum pada saat berbunga 50 persen antara lain tinggi tanaman (cm), indeks luas daun, dan tingkat kehijauan daun; variebel hasil antara lain berat segar tongkol tanpa kelobot, panjang tongkol, diameter tongkol, dan tingkat kemanisan biji. Keracunan tanaman diamati secara visual setiap minggu dengan mengikuti metode Burrill et al., (1976). Intensitas keracunan tanaman di hitung berdasarkan kerusakan daun tanaman akibat keracunan herbisida, yang ditetapkan dengan rumus persamaan [1] (Tabel 1).

Dk

I = x 100 %............................................... [1]

Dk + Do

Dimana I= intensitas keracunan tanaman (%), Dk adalah daun yang keracunan, Do adalah daun yangtidak keracunan.

Page 8: COVER DEPAN - repository.unib.ac.idrepository.unib.ac.id/11744/1/Makalah Prosiding BPTP.pdf · The main plot was the application of organic compost included compost of cow manure

Seminar Nasional; Inovasti Teknologi Pertanian Modern Mendukung Pembangunan Pertanian Berkelanjutan

395

Tabel 1. Intensitas dan deskripsi keracunan keracunan tanaman(Burril et al., 1976) Intensitas Keracunan Tanaman Deskripsi Tanaman

0 – 10 Tidak keracunan 11 – 20 Keracunan sangat ringan 21 – 30 Keracunan cukup ringan 31 – 40 Keracunan ringan 41 – 50 Keracunan sedang 51 – 60 Keracunan kurang parah 61 – 70 Keracunan cukup parah 71 – 80 Keracunan parah 81 – 90 Keracunan sangat parah

91 – 100 Tanaman mati

Tingkat kehijauan daun diamati dengan menggunakan Chlorophyll Meter SPAD. Indeks luas

daun ditentukan dengan 0,75 x luas daun x (jumlah daun/jarak tanam). Tingkat kemanisanbuah (brix) diukur dengan menggunakan Hand-Held Refractometer. Data pengamatan dianalisis secara statistik menggunakan soft ware CoStat 6,4. Apabila terdapat pengaruh yang nyata dalam analisis varian (ANOVA) pada taraf 5%, maka rerata pengamatan diuji lanjut dengan uji LSD taraf P≤ 5%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pertumbuhan Gulma

Hasil analisis vegetasi sebelum pengolahan lahan penelitian menunjukkan 14 spesies gulma terdiri dari9 spesies berdaun lebar yaitu Borreria leaves, Boreria palustris, Eupatorium odoratum, Melastoma affine, Mimosa pudica, Porophyllum ruderale, Pueraria javanica, Richardia brasiliensis dan Stachytarpheta indica, dan 5 spesies gulma rerumputan yaitu Axonopus compressus, Digitaria sanguinalis, Imperata cylindrica, Ishaemum timorense dan Paspalum conjugatum (Simarmata et al., 2015). Pada akhir penelitian gulma yang tumbuh menurun menadi 13 spesies dimana yang dominan menjadi Borreria leavis, Borreria palustris, Peuraria javanica, and Syndrella nodiflora. Lima gulma yang tidak muncul lagi adalah Eupatorium odoratum, Ishaemum timorense, Melastoma afine, Porophyllum ruderale, and Richardia brasiliensis. Empat spesies gulma yang baru tumbuh adalah namely Ageratum conyzoides, Eleusine indica, Phyllanthus urinaria, and Syndrella nodiflora. Hal ini menunjukkan adanya pergeseran vegetasi gulma akibat perlakuan pengendalian secara kimia (Hasanuddin, 2013; Simarmata et al., 2015). Efektifitas metode pengendalian gulma secara kimia terhadap pertumbuhan gulma nampak pada pengamatan berat kering biomassa gulma secara total pada akhir penelitian dalam persentase dari kontrol dalam Tabel 2 (Simarmata et al., 2015). Biomassa gulma dapat ditekan hingga 25, 25.75, dan 26,73 persen dengan herbisida campuran atrazine dan mesotrione aplikasi purna-tumbuh masing-masing pada kompos kotoran sapi, tanpa kompos, dan TKKS. Dengan tertekannya pertumbuhan gulma sehingga tanaman bebas dari kompetisi dandapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil.

Tabel 2. Pengaruh metode pengendalian gulma terhadapbiomassa gulma di akhir penelitian (% dari kontrol)

Bahan Organik Biomassa Gulma ( % dari kontrol )

Pra- tumbuh Purna-Tumbuh Penyiangan 2x

Tanpa bahan organik 42,83 25,75 42,21

Kompos kotoran sapi 37,06 25,00 37,52

Kompos TKKS 37,80 26,73 50,31

Sumber: Simarmata et al., 2015

Page 9: COVER DEPAN - repository.unib.ac.idrepository.unib.ac.id/11744/1/Makalah Prosiding BPTP.pdf · The main plot was the application of organic compost included compost of cow manure

Seminar Nasional; Inovasti Teknologi Pertanian Modern Mendukung Pembangunan Pertanian Berkelanjutan

396

Pertumbuhan dan Hasil Jagung Manis

Jagung manis tumbuh baik dengan daya perkecambahan >90 %. Akan tetapi intensitas curah hujan khususnya bulan ketiga penelitian kurang mencukupi untuk pertumbuhan dan perkembangan jagung manis. Data lengkap keadaan hujan di lokasi penelitian yaitu pada bulan April, Mei, Juni, dan Juli adalah masing-masing 569, 444, 43, dan 204 mm bulan dengan hari hujan 17, 17, 7, dan 15 hari. Keadaan curah hujan yang kurang ini berpengaruh pada fase produktif tanaman sehingga ukuran tongkol nampak dibawah ukuran rata-rata.

Tabel 3. Intensitas keracunan tanaman jagung manis akibat perlakuan herbisida berbahan aktif campuran atrazine dan mesotrione

Cara Aplikasi Herbisida Intensitas Keracunan Tanaman ( % )

1 MSA 2 MSA 3 MSA 4 MSA

Kontrol / Penyiangan 2x 0.00 a 0.00 a 0.00 a 0.00 a Aplikasi Pra-Tumbuh 18.38 b 12.43 c 6.73 b 0.87 a Aplikasi Purna-Tumbuh 16.73 b 8.30 b 4.82 b 1.07 a

Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama dalam satu kolom menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji LSD (P ≤ 0.05)

Tanaman jagung manis juga mengalami keracunan terhadap perlakuan herbisida pada awal

pertumbuhan hingga 3 minggu setelah aplikasi herbisida (Tabel 3). Intensitas keracunan keracunan tanaman jagung manis akibat perlakuan herbisida campuran atrazine dan mesotrione diamati hingga 4 minggu setelah aplikasi (MSA) herbisida. Pada Tabel 3, nampak bahwa pertumbuhan tanaman jagung manis mengalami keracunan sangat ringan terhadap perlakuan herbisida pra- dan purna-tumbuh dengan intensitas < 20 % pada pengamatan 2 MSA, dan < 10 % pada 3 MSA, tetapi tanaman tumbuh normal setelah 4 MSA. Keracunan visual pada jagung adalah merupakan gejala yang terjadi sebagai respon fisiologis tanaman terhadap senyawa kimia atrazine dan mesotrione. Gejala ini dimati pada perubahan warna dan bentuk daun setelah aplikasi herbisida dengan mengacu pada Burril et al., (1976). Tingkat keracunan yang rendah dan pemulihan setelah 4 MSA menunjukkan bahwa tanaman jagung manis tahan terhadap campuran herbisida atrazine dan mesotrione dengan aplikasi pra- dan purna-tumbuh. Keracunan ringan dan pemulihan yang cepat dari tanaman jagung terhadap campuran herbisida atrazine dan mesotrione juga dilaporkan pada pada tanaman jagung (Mawardi, 2010; Hasanuddin, 2013).

Tabel 4. Data pengamatan pertumbuhan pada saat berbunga meliputi tinggi tanaman (TT), tingkat kehijauan daun(TKD), dan indeks luas daun (ILD); komponen hasil dan hasil meliputi kemanisan (TKB), panjang tongkol (PT), diameter tongkol (DT), dan berat segar tongkol (BST).

Bahan Organik

Pengendalian Gulma TT

(cm) TKD ILD TKB

PT (cm)

DT (cm)

BST (gram)

Kontrol Kontrol 124,45 45,64 1,19 7,47 14,69 5,56 198,01 Herbisida Pra-tumbuh 125,09 45,33 1,19 7,25 13,95 5,76 174,50 HerbisidaPurna-tumbuh 130,35 44,81 1,21 7,45 16,70 5,74 192,53 Penyiangan 2x 121,81 44,42 1,17 7,65 16,35 5,84 204,86 Kot. Sapi Kontrol 140,77 46,88 1,32 7,70 17,03 5,59 206,67

Herbisida Pra-tumbuh 142,45 46,98 1,35 8,27 18,22 5,74 257,93 Herbisida Purna-tumbuh 146,49 49,22 1,38 8,10 16,59 5,65 225,83 Penyiangan 2x 133,12 45,96 1,31 7,90 17,62 5,69 227,22 TKKS Kontrol 121,93 43,50 1,20 7,47 14,34 5,44 184,03 Herbisida Pra-tumbuh 131,08 44,43 1,26 7,50 16,12 5,64 202,77 Herbisida Purna-tumbuh 128,90 43,66 1,25 7,60 16,31 5,52 230,13 Penyiangan 2x 139,02 45,10 1,28 7,83 14,93 5,55 228,57

Bahan Organik ns ns ns * * ns ns

Pengendalian Gulma ns ns ns ns ns ns ns

Interaksi ns ns ns ns ns ns *

Ket.: ns = non significant atau tidak berpengaruh nyata dan * = berpengaruh nyata pada pada analisis varian ANOVA ( P ≤ 0.05).

Data pengamatan pertumbuhan, komponen hasil, dan hasil tanaman jagung manis serta rekapitulasi analisis varian (ANOVA) disajikan pada Tabel 4. Terdapat interaksi perlakuan bahan organik dengan cara pengendalian gulma terhadap hasil jagung manis dalam bentuk tongkol tanpa

Page 10: COVER DEPAN - repository.unib.ac.idrepository.unib.ac.id/11744/1/Makalah Prosiding BPTP.pdf · The main plot was the application of organic compost included compost of cow manure

Seminar Nasional; Inovasti Teknologi Pertanian Modern Mendukung Pembangunan Pertanian Berkelanjutan

397

kelobot. Perlakuan bahan organik sendiri berpengaruh pada panjang tongkol dan tingkat kemanisan buah. Variabel pengamatan yang lain yaitu tinggi tanaman, tingkat kehijauan daun, indeks luas daun, dan diameter tongkol tidak dipengaruhi secara nyata oleh perlakuan bahan organik dan cara pengendalian gulma.

Walaupun perlakuan kompos bahan organik dan pengendalian gulma tidak menunjukkan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman jagung manis, tetapi kombinasi perlakuan menunjukkan interaksi yang nyata terhadap hasil tongkol tanpa kelobot dan uji lanjut terhadap interaksi tersebut disajikan pada Tabel 5. Hasil tongkol pada perlakuan cara pengendalian gulma atau cara aplikasi herbisida berbeda nyata pada semua petak utama. Pada pemberian kompos bahan organik kotoran sapi cara pengendalian gulma dengan herbisida pra-tumbuh mengasilkan berat tongkol yang paling tinggi dan berbeda nyata dibandingkan dengan herbisida purna-tumbuh, penyiangan 2x dan kontrol; sedangkan pada kompos bahan organik TKKS berat tongkol paling tinggi adalah pada perlakuan herbisida purna-tumbuh kemudian penyiangan 2x dan berbeda nyata dengan perlakuan herbisida pra-tumbuh dan kontrol. Sedangkan antara pemberian bahan organik menunjukkan bahwa kompos kotoran sapi memberikan hasil yang paling tinggi dalam perlakuan anak petak herbisida pra-tumbuh, dan dalam herbisida purna-tumbuh pemberian kompos bahan organik tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Pada perlakuan tanpa pengendalian gulma, dengan kompos TKKS justru menurunkan hasil dalam berat tongkol tanpa kelobot.

Tabel 5. Pengaruh interaksi pemberian bahan organik dan metode pengendalian gulma terhadap berat tongkol tanpa klobot (gram tanaman-1)

Bahan Organik Kontrol Herbisida Pra-

Tumbuh Herbisida Purna-

Tumbuhan Penyiangan 2x

Tanpa Bahan Organik 198.01 ab B

174.50 a A

192.53 a B

204.86 a B

Kompos Kotoran Sapi 206.67 b A

257.93 c C

225.83 b B

227.22 b B

Kompos TKKS 184.03 a A

202.77 b B

230.13 b C

228.57 b C

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama dalam satu baris atau satu kolom menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji LSD (P ≤ 0.05)

Secara keseluruhan terjadi peningkatan hasil jagung manis yang diamati pada tongkol tanpa

klobot dengan perlakuan pengendalian gulma dibandingkan dengan tanpa pengendalian gulma. Hal ini dapat dijelaskan karena pengendalian gulma dengan perlakuan herbisida baik secara pra-tumbuh maupun purna-tumbuh dapat menekan pertumbuhan gulma dan memberikan ruang dan unsur hara yang cukup bagi tanaman sehingga tanaman akan tumbuh baik dan hasil akan meningkat. Hasil pada perlakuan pengendalian gulma dengan herbisida pra- dan purna-tumbuh tidak berbeda dengan penyiangan 2x, menunjukkan bahwa aplikasi herbisida sangat efektif menekan karena hasil dapat menyamai penyiangan 2x.

Tabel 6. Pengaruh pemberian bahan organik terhadap panjang tongkol dan tingkat kemanisan buah

Bahan Organik Panjang Tongkol (cm) Tingkat Kemanisan Buah

Tanpa Bahan Organik 15.43 a 7.46 a Kompos Bahan Organik Kotoran Sapi 17.18 b 7.99 b Kompos Bahan Organik TKKS 15.42 a 7.60 a

Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama dalam satu kolom menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji LSD (P ≤ 0.05)

Pada Tabel 6 dapat dilihat pengaruh bahan organik terhadap panjang tongkol dan tingkat

kemanisan buah jagung manis. Perlakuan bahan organik pupuk kandang dapat meningkatkan secara nyata komponen hasil berupa panjang tongkol dan tingkat kemanisan. Hal ini dapat dijelaskan karena kompos kotoran sapi mengandung hara yang sudah tersedia bagi tanaman sehingga pertumbuhan dan hasil yang nampak pada panjang tongkol yang semakin meningkat. Kotoran sapi sebagai kompos organik juga dapat memperbaiki sifat fisik dan biologi tanah sehingga komponen hasil seperti panjang tongkol dan tingkat kemanisan juga akan bertambah. Disamping itu ketersediaan hara akan menstimulasi kemanisan jagung manis. Berbeda dengan kompos bahan organik TKKS yang walaupun mengandung hara, tetapi ketersediaannya lebih rendah karena rasio C/N yang lebih tinggi dan tentu akan lebih lambat terdekomposisi dan tingkat ketersediaan hara pada tanaman lebih rendah.

Page 11: COVER DEPAN - repository.unib.ac.idrepository.unib.ac.id/11744/1/Makalah Prosiding BPTP.pdf · The main plot was the application of organic compost included compost of cow manure

Seminar Nasional; Inovasti Teknologi Pertanian Modern Mendukung Pembangunan Pertanian Berkelanjutan

398

Untuk menjelaskanpengaruh interaksi pengendalian gulma dengan pemberian bahan organik pada hasil tanaman jagung manis adalah akibat peningkatan biomassa bagian atas tanaman sebagai pengaruh dari pengendalian dan penekanan biomassa gulma pada areal pertanaman sudah dilaporkan oleh Simarmata et al., (2015).

Tabel 7. Pengaruh metode pengendalian gulma terhadap biomassa jagung manis dan biomassa gulma (persentase dari kontrol).

Bahan Organik Biomassa jagung manis ( % dari kontrol )

Pra- tumbuh Purna-Tumbuh Penyiangan 2x

Tanpa bahan organik 132,13 179,14 149,73

Kompos kotoran sapi 136,92 180,21 150,61

Kompos TKKS 149,25 195,64 159,95

Sumber: Simarmata et al., 2015

Seperti nampak pada Tabel 7 (Simarmata et al., 2015), pengendalian gulma dengan herbisida

campuran atrazine dan mesotrione yang diaplikasi purna-tumbuh dapat meningkatkan biomassa jagung manis menjadi 180,21 dan 195,64 persen dari kontrol pada masing-masing petak utama kotoran sapi dan TKKS. Dengan metode pengendalian menggunakan herbisida campuran atrazine dan mesotrione dan waktu aplikasi purna-tumbuh dapat mengendaliakn gulma sehingga tanaman bebas dari kompetisi dan akan tumbuh dengan baik. Hasil tanaman meningkat dengan nyata diamati pada hasil tongkol dan komponen hasil seperti panjang tongkol.

KESIMPULAN

Herbisida berbahan aktif campuran atrazine dan mesotrione sangat efektif mengendalikan gulma dan meningkatkan pertumbuhan tanaman jagung manis baik aplikasi pra-tumbuh maupun purna-tumbuh. Tanaman jagung manis mengalami keracunan sangat ringan terhadap herbisida atrazine dan mesotrione hingga 3 minggu setelah aplikasi. Interaksi yang nyata antara metode pengendalian gulma dan pemberian bahan organik nampak pada hasil tanaman jagung manis, dimana hasil tertinggi yaitu 257,93 gram tanaman-1diperoleh dari interaksi pengendalian gulma dengan aplikasi herbisida secara pra-tumbuh dengan bahan organik kotoran sapi. Bahan organik kotoran sapi dapat meningkatkan secara nyata panjang tongkol dan tingkat kemanisan buah.

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan ini disampaikan terima kasih kepada Ketua Jurusan Budi Daya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu, dan Panitia Seminar Nasional BPTP Bengkulu, yang memfasilitasi sehingga hasil penelitian ini dapat disampaikan dalam Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Modern Tahun 2016. Penghargaan juga disampaikan kepada mahasiswa Agroekoteknologi yang turut membantu pelaksanaan penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Brady, N.C. and R.R. Weil. 2010. The Nature and Properties of Soil. Prentice Hall Inc. New Jersey. Brown, S. and M. Cotton. 2011. Changes in Soil Properties and Carbon Content Following Compost

Application: Results of on-Farm Sampling. Compost Sci. & Utilization, 19(2):87-96. Burrill, L.C, J. Cardenas, E. Locatelli. 1976. Field Manual for Weed Control Research. International

Plant Protections Center.Oregon State University, Corvalis. Hasanuddin.2013. Aplikasi beberapa dosis herbisida campuran atrazine dan mesotrione pada tanaman

jagung. J Agrista, 17(1):36–41. Ichwan, B. 2007. Pertumbuhan dan hasil jagung manis (Zea mays saccarata Sturt) pada berbagai

konsentrasi EM-4 dan waktu fermentasi janjang kelapa sawit. J Agronomi, 11(2):91-94. James, T.K, A. Rahman, J. Hicking. 2006. Mesotrione, a new herbicide for weed control in maize.

New Zealand Plant Protection, 59:242-249. Mawardi, I. 2010. Pengujian efikasi lapang herbisida Calaris 550 SC (berbahan aktif atrazin dan

mesotrion) untuk pengendalian gulma umum pada budidaya jagung. J Gulma Tumbuhan Invasif Tropika, 1:57-64.

Page 12: COVER DEPAN - repository.unib.ac.idrepository.unib.ac.id/11744/1/Makalah Prosiding BPTP.pdf · The main plot was the application of organic compost included compost of cow manure

Seminar Nasional; Inovasti Teknologi Pertanian Modern Mendukung Pembangunan Pertanian Berkelanjutan

399

Monaco, T.J., S.C. Weller, and F.M. Ashton. 2002. Weed Science Principles and Practices, 4th edition. John Wiley & Sons, New York.

Muller, G. 2008. History of the Discovery and Development of Triazine Herbicide. In. LeBaron H.M, Farland J.M, Burnside, O (eds.). The Triazine Herbicide. Elsevier Inc. Atlanta.

Schooler, S., T. Cook, A. Bourne, G. Prichard, and M. Julien. 2008. Selective herbicides reduce alligator weed (Alternanthera philixeroides) biomass by enhancing competition. Weed Sci. 56(2):259-264.

Sentana, S., Suyanto, Subarto, M.A. Suprapedi dan Sudiyana. 2010. Pengembangan dan pengujian inokulum untuk pengomposan limbah tandan kosong kelapa sawit. J Rekayasa Proses, 2(4):35-39.

Setyowati, N., U. Nurjanah dan D. Haryanti. 2008. Gulma Tusuk Konde (Wedelia trilobata) san Kirinyu (Chlomolaena odorata) Sebagai Pupuk Organik Pada Sawi (Brassica chinensis L.).J Akta Agrosia, 11(1):47-56.

Simanungkalit, R.D.M. 2006. Prospek Pupuk Organik dan Pupuk hayati di Indonesia. Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian. Badan Pengembangan dan Penelitian Bogor.

Simarmata, M.C.D. Sitanggang, Djamilah. 2015. The shifting of weed compositions andbiomass production in sweet corn field treated with organic composts and chemical weed controls. Agrivita, 37(3):226-236).

Taguiling, M.A.L.G., 2013. Quality Improvement of Organic Compost Using Biomass. European Sci J. 9(13):319-341.

USDA, 2015. Vegetable Summary: Sweet Corn. Online (Diunduh: http://www.agmrc.org/commodities-products/vegetables/sweet-corn/).

William II, M.M., C.M. Boerboom, T.L. Rabaey. 2010. Significance of atrazine in sweet corn weed management systems. Weed Technol. 24(2):139-142.

Woodyard, A.J., J.A. Hugie, D.E. Riechers. 2009. Interactions of mesotrione and atrazine in two weed species with different mechanisms for atrazine resistance. Weed Sci. 57(4):369-378.