cover pembinaan akhlak cinta lingkungan bagi …repository.iainpurwokerto.ac.id/5705/2/ulfah... ·...
TRANSCRIPT
COVER
PEMBINAAN AKHLAK CINTA LINGKUNGAN
BAGI PESERTA DIDIK DI SMP NEGERI 1 KARANGLEWAS
KABUPATEN BANYUMAS TAHUN PELAJARAN 2018/2019
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
IAIN Purwokerto untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh
ULFAH FAUZIYAH
NIM. 1522402209
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PURWOKERTO
2019
ii
iii
iv
v
Pembinaan Akhlak Cinta Lingkungan
Bagi Peserta Didik Di SMP Negeri 1 Karanglewas
Kabupaten Banyumas Tahun Pelajaran 2018/2019
Ulfah Fauziyah
NIM. : 1522402209
Abstrak
Pembinaan akhlak merupakan salah satu hal yang paling mendominasi
dalam pembentukan kepribadiaan peserta didik. Pemantauan dan pemberian
materi serta berbagai kegiatan dilakukan secara maksimal oleh guru, seharusnya
dapat dipastikan akhlak peserta didik akan menjadi lebih baik. Namun ternyata
terdapat kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Hampir setiap hari kita
mendengar di media elektronik dan cetak, kita bisa mendapatkan bukti-bukti yang
mengarah pada terjadinya degradasi akhlak, khususnya para remaja yang
merupakan usia produktif bagi peserta didik. Berpijak dari itulah peneliti
melakukan penelitian di SMP Negeri 1 Karanglewas dengan judul Pembinaan
Akhlak Cinta Lingkungan bagi Peserta Didik di SMP Negeri 1 Karanglewas
Kabupaten Banyumas Tahun Pelajaran 2018/2019.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Proses
Menginternalisasi Pembinaan Akhlak Cinta Lingkungan bagi Peserta Didik di
SMP Negeri 1 Karanglewas Kabupaten Banyumas Tahun Pelajaran 2018/2019?”.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisis Bagaimana
Proses Menginternalisasi Pembinaan Akhlak Cinta Lingkungan bagi Peserta Didik
di SMP Negeri 1 Karanglewas Kabupaten Banyumas Tahun Pelajaran 2018/2019
Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian (field
research) yang bersifat deskriptif kualitatif. Adapun metode pengumpulan data
yang digunakan yaitu metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Sedangkan
untuk menganalisis data yang diperoleh oleh penulis yaitu dengan cara
mengumpulkan seluruh data, mereduksi data, menyajikan data dan verifikasi data.
Proses menginternalisasi pembinaan akhlak cinta lingkungan bagi peserta
didik di SMP Negeri 1 Karanglewas Kabupaten Banyumas Tahun Pelajaran
2018/2019 dilakukan melalui berbagai kegiatan yaitu kegiatan rutin, kegiatan
spontan, dan kegiatan terprogram. Kegiatan rutin yang dilakukan seperti program
“adiwiyata krida”, piket kelas, pemeriksaan kebersihan dan kerapihan setiap hari,
membawa bekal makanan, melepas sepatu atau sandal, perawatan Green House,
Ecko Brick, poster, notif dan stiker, dan insert mata pelajaran. Kegiatan spontan
seperti membuang sampah bekas jajan pada tempatnya, memungut sampah yang
berserakan, memotong rambut peserta didik yang tidak rapih, memotong kuku
peserta didik, razia mendadak dan lain sebagainya. Kegiatan terprogram seperti
kegiatan class meeting (lomba kebersihan kelas), peringatan hari-hari besar
bertemakan lingkungan hidup, serta program gerakan perawatan tanaman.
Kata Kunci: Konsep Pembinaan, Konsep Akhlak, Konsep Cinta Lingkungan
vi
MOTTO
"Orang yang layak dikatakan sebagai orang beriman ialah orang yang mampu
menjalankan amanahnya dengan baikdan orang yang berakhlak mulia ialah
orang yang jiwanya tenang serta orang lain yang ada di sekitanya merasa
nyaman"1
1Abidin Fuadi Nugroho & Novesta Tisnadi, Pendidikan Akidah Akhlak, (Jakarta Pusat:
Gramasura, 2017), hlm. 96.
vii
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah segala puji bagi Allah Swt Rabb semesta alam yang telah
mempermudah kehidupan dengan ilmu-Nya yang Maha Luas. Maha Suci Engkau
yang selalu melimpahkan kasih sayang yang tiada henti kepada hamba-Mu ini.
Buah karya ini penulis persembahkan kepada yang penulis hormati Bapak
dan Ibu (Tuswan dan Sumirah) tercinta yang dengan penuh keikhlasan dan
kesabaran memberikan do’a, kasih sayang, perhatian, bimbingan, motivasi dan
pengorbanan yang tulus untuk keberhasilan penulis dalam menggapai cita-cita.
Penulis sadar bahwa skripsi ini tidak dapat membalas semua amal baik
kalian selama ini, tetapi penulis hanya memberikan bukti bakti sebagai wujud
penulis telah melakukan dan menyelesaikan apa yang kalian cita-citakan demi
kebahagiaan penulis. Penulis selalu berdo'a semoga Bapak dan Ibu selalu
diberikan kesehatan serta rezeki yang terus mengalir dengan keberkahan. Aamiin.
Purwokerto, 18 Juli 2019
Penulis,
Ulfah Fauziyah
NIM.1522402209
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt
yang telah melimpahkan rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad Saw, dengan segenap kemampuan yang dimiliki,
penulis berusaha menyusun skripsi ini. Penyusunan skripsi ini diajukan untuk
memenuhi salah satu syarat menyelesaikan Jurusan Pendidikan Agama Islam pada
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Purwokerto. Dalam skripsi ini penulis
mengambil judul:
“Pembinaan Akhlak Cinta Lingkungan Bagi Peserta Didik di SMP
Negeri 1 Karanglewas Kabupaten Banyumas Tahun Pelajaran 2018/2019”
Dengan penuh kerendahan hati perkenankan pada kesempatan kali ini
penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:
1. Dr. H. Suwito, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Institut Agama Islam Negerti (IAIN) Purwokerto.
2. Dr. Suparjo, S.Ag., M.A., selaku Wakil Dekan I Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan Institut Agama Islam Negerti (IAIN) Purwokerto.
3. Dr. Subur, M.Ag., selaku Wakil Dekan II Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan Institut Agama Islam Negerti (IAIN) Purwokerto.
4. Dr. Sumiarti, M.Ag., selaku Wakil Dekan III Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan Institut Agama Islam Negerti (IAIN) Purwokerto.
ix
5. Dr. M. Slamet Yahya, M.Ag., selaku ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Purwokerto
6. Dr. H.M.Hizbul Muflihin, M.Pd., selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.
7. Dr. Rohmat, M.Ag., M.Pd., selaku penasehat akademik Pendidikan Agama
Islam (PAI E) angkatan 2015 Institut Agama Islam Negeri Purwokerto.
8. Dosen, karyawan, dan civitas akademik IAIN Purwokerto.
9. Agus Subagyo, S.Pd., S.IP, M.M.Pd., selaku Kepala SMP Negeri 1
Karanglewas, segenap guru dan karyawan serta peserta didik SMP Negeri 1
Karanglewas yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
10. Ibunda Sumirah dan Bapak Tuswan selaku orang tua penulis yang senantiasa
mencurahkan kasih sayang & air mata keridhoan, adik tercinta Barkah
Ramadhan serta keluarga besar Bani Yudha Wikrama yang selalu
memberikan motivasi.
11. Semua teman seperjuangan PAI E angkatan 2015, yang senantiasa menemani
penulis kuliah, belajar banyak hal, kebersamaan kita tidak akan pernah
terlupakan, sahabat-sahabatku tercinta, terimakasih untuk motivasi dan
dukungan kalian.
12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Kepada mereka penulis hanya mampu mengucapkan banyak terimakasih.
Skripsi ini meskipun belum sempurna, semoga bisa memberikan manfaat bagi
semua dan tentunya bagi penulis sendiri. Aamiin.
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
PERNYATAAN KEASLIAN .......................................................................... ii
PENGESAHAN ............................................................................................... iii
NOTA DINAS PEMBIMBING ....................................................................... iv
ABSTRAK........................................................................................................ v
MOTTO............................................................................................................. vi
PERSEMBAHAN ............................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................... x
DAFTAR TABEL............................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN....................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1
B. Fokus Kajian ......................................................................... 6
C. Rumusan Masalah ................................................................. 11
D. Tujuan dan Kegunaan ........................................................... 11
E. Kajian Pustaka........................................................................ 12
F. Sistematika Pembahasan ....................................................... 13
BAB II KAJIAN TEORI.......................................................................... 14
A. KONSEP PEMBINAAN ...................................................... 14
1. Pengertian Pembinaan ..................................................... 14
2. Fungsi Pembinaan ........................................................... 17
3. Karakteristik Pembinaan ................................................. 19
4. Materi Pembinaan............................................................. 20
5. Strategi dan Teknik Pembinaan........................................ 21
6. Model dan Langkah Pembinaan....................................... 24
7. Pengawasan Pembinaan................................................... 26
8. Hasil Pembinaan............................................................... 27
xi
B. KONSEP AKHLAK ............................................................. 28
1. Pengertian Akhlak ........................................................... 28
2. Tujuan Pembinaan Akhlak .............................................. 29
3. Fungsi Akhlak ................................................................. 31
4. Macam-Macam Akhlak ................................................... 34
5. Ruang Lingkup Akhlak.................................................... 35
C. KONSEP CINTA LINGKUNGAN ...................................... 39
1. Pengertian Cinta Lingkungan Hidup............................... 39
2. Fungsi Lingkungan Hidup............................................... 44
3. Ruang Lingkup Lingkungan Hidup................................. 46
4. Tugas Manusia Dalam Menjaga Lingkungan.................. 49
5. Langkah Pembinaan Akhlak Cinta Lingkungan ............. 52
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................ 56
A. Jenis Penelitian ...................................................................... 56
B. Lokasi Penelitian ................................................................... 57
C. Sumber Data .......................................................................... 58
D. Teknik Pengumpulan Data .................................................... 60
E. Teknik Analisis Data ............................................................. 69
BAB IV PEMBINAAN AKHLAK CINTA LINGKUNGAN .................. 71
A. Penyajian Data ...................................................................... 71
a. Deskripsi Lokasi Penelitian...................................... ...... 71
a. Sejarah Sekolah......................................................... . 71
b. Profil Sekolah............................................................ . 71
c. Visi dan Misi Sekolah............................................... . 72
d. Data Personalia...................................................... ..... 73
e. Data Peserta Didik...................................................... 73
f. Pengurus Komite Sekolah........................................... 74
b. Deskripsi Hasil Penelitian................................................ 74
a. Tujuan Pembinaan Akhlak Cinta Lingkungan ........... 74
b. Pelaksanaan Pembinaan Akhlak Cinta Lingkungan... 78
xii
1) Kegiatan Rutin........................................................ 78
2) Kegiatan Spontan.................................................... 90
3) Kegiatan Terprogram.............................................. 90
B. Analisis Data.......................................................................... 98
1. Jadwal Observasi Pembinaan Akhlak Cinta Lingkungan 98
2. Hasil observasi Pembinaan Akhlak Cinta Lingkungan.... 99
3. Pelaksanaan Kegiatan Pembinaan Akhlak Cinta
Lingkungan....................................................................... 99
a. Kegiatan Rutin........................................................ . 100
b. Kegiatan Spontan.................................................... . 104
c. Kegiatan Terprogram............................................... 104
BAB V PENUTUP ................................................................................... 105
A. Simpulan ............................................................................... 105
B. Saran ...................................................................................... 106
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Pedoman Observasi Pembinaan Akhlak Cinta Lingkungan
Tabel 3.2 Kisi-kisi Wawancara
Tabel 3.3 Pedoman Wawancara
Tabel 4.1 Data Peserta Didik di SMP Negeri 1 Karanglewas
Tabel 4.2 Jadwal Observasi Pembinaan Akhlak Cinta Lingkungan
Tabel 4.3 Hasil Observasi Pembinaan Akhlak Cinta Lingkungan
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Pedoman Observasi Pembinaan Akhlak Cinta Lingkungan
Lampiran 2 Hasil ObservasiPembinaan Akhlak Cinta Lingkungan
Lampiran 3 Kisi-kisi Wawancara
Lampiran 4 Pedoman Wawancara
Lampiran 5 Hasil Wawancara dengan Kepala sekolah
Lampiran 6 Hasil Wawancara dengan Wakil Kepala sekolah
Lampiran 7 Hasil Wawancara dengan Wakil Kepala Bidang Kurikulum
Lampiran 8 Hasil Wawancara dengan Wakil Kepala Bidang Kesiswaan
Lampiran 9 Hasil Wawancara dengan Guru BK
Lampiran 10 Hasil Wawancara dengan Guru PAI
Lampiran 11 Hasil Wawancara dengan Pembina Pramuka
Lampiran 12 Hasil Wawancara dengan Pengurus OSIS
Lampiran 13 Hasil Wawancara dengan Peserta Didik
Lampiran 14 Foto-Foto Kegiatan Pembinaan Akhlak Cinta Lingkungan
Lampiran 15 Data Personalia SMP Negeri 1 Karanglewas
Lampiran 16 Surat Keputusan Judul Diterima
Lampiran 17 Surat Permohonan Ijin Observasi Pendahuluan
Lampiran 18 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Observasi
Pendahuluan
Lampiran 19 Surat Keterangan Mengikuti Seminar Proposal Skripsi
Lampiran 20 Blangko Bimbingan Proposal
Lampiran 21 Blangko Pengajuan Seminar Proposal Skripsi
Lampiran 22 Surat Keterangan Seminar Proposal Skripsi
Lampiran 23 Rekomendasi Seminar Proposal Skripsi
Lampiran 24 Surat Permohonan Persetujuan Judul Skripsi
Lampiran 25 Surat Keterangan Persetujuan Judul Skripsi
Lampiran 26 Berita Acara Seminar Proposal Skripsi
Lampiran 27 Daftar Hadir Seminar Proposal Skripsi
Lampiran 28 Surat Permohonan Ijin Riset Individual
xv
Lampiran 29 Surat Keterangan Telah Melakukan Riset Individual
Lampiran 30 Blangko Bimbingan Skripsi
Lampiran 31 Rekomendasi Munaqasyah
Lampiran 32 Berita Acara Mengikuti Sidang Munaqasyah
Lampiran 33 Surat Keterangan Wakaf Perpustakaan
Lampiran 34 Sertifikat Ujian BTA/PPI
Lampiran 35 Sertifikat Ujian Aplikasi Komputer
Lampiran 36 Surat Keterangan Lulus Ujian Komprehensif
Lampiran 37 Sertifikat Pengembangan Bahasa Inggris
Lampiran 38 Sertifikat Pengembangan Bahasa Arab
Lampiran 39 Sertifikat PPL
Lampiran 40 Sertifikat KKN
Lampiran 41 Kartu Tanda Mahasiswa
Lampiran 42 Kwitansi Pembayaran SPP Terakhir
Lampiran 43 Daftar Riwayat Hidup
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pemerintah dan rakyat Indonesia, dewasa ini tengah gencar-gencarnya
mengimplementasikan pembinaan akhlak di institusi pendidikan, mulai dari
tingkat dini (PAUD) hingga Perguruan Tinggi. Itulah ancangan mulia
pemerintah dan rakyat kita yang patut didukung oleh segenap elemen.
Munculnya kesadaran mengaplikasikan pembinaan akhlak, karena fenomena
degradasi moralitas generasi muda saat ini. Peneliti istilahkan degradasi
moralitas generasi muda saat ini “sudah diambang sekarat”.
Carut-marutnya moralitas anak bangsa itu, bisa kita amati dalam
kehidupan sehari-hari. Contoh yang paling sederhana yaitu seperti membuang
sampah sembarangan, membuang sampah tidak sesuai dengan jenis
sampahnya (organik/non organik), menginjak tanaman, merokok, bahkan
mengkonsumsi narkoba. Bukannya menjaga kebersihan mereka justru
mengotori lingkungan sekolah. Yang lebih parah, terjadi tawuran antar pelajar
dan antar mahasiswa. Setelah tawuran antar peserta didik SMAN 6 dan
SMAN 70 reda, disusul tawuran antar mahasiswa di UNM. Jika tawuran
terjadi antar peserta didik itu biasa, tetapi jika antar mahasiswa itu
memalukan. Dampak tawuran itu, selain rusaknya fasilitas sekolah dan
fasilitas kampus, dua peserta didik ditambah seorang mahasiswa harus
meregang nyawa sia-sia, sementara belasan lainnya luka parah.2
Maka tidak heran jika pembinaan akhlak bangsa menuju masyarakat
yang bermoral, berbudi pekerti luhur dan menjunjung tinggi semangat
nasionalisme, laksana kapal tanpa pedoman ditengah luasnya samudra. Ada
anggapan bahwa pelaksanaan pembinaan akhlak memang belum optimal. Itu
karena pembinaan akhlak disebagian besar sekolah kita sebatas wacana,
sehingga belum mampu diaplikasikan. Belum ada kerjasama yang sinergis
2Agus Wibowo, Managemen Pendidikan Karakter di Sekolah, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2013), hlm. 2.
2
antara sekolah, keluarga dan masyarakat. Sekolah misalnya, telah berupaya
menanamkan pembinaan akhlak tetapi di masyarakat dan keluarga justru
mengebiri dan mengikis nilai-nilai yang sudah diajarkan itu.
Optimalisasi pembinaan akhlak sebaiknya memang harus dimulai dari
para gurunya sendiri. Artinya, para guru harus membenahi diri mereka terlebih
dahulu dengan karakter mulia, baru membentuk akhlak peserta didik. Perlu
dipahami bahwa tujuan pokok dari ajaran Islam adalah membentuk akhlakul
karimah. Bahwa ketaqwaan seseorang dibuktikan oleh akhlaknya. Orang yang
berakhlak mulia menunjukkan kemuliaan dirinya sekaligus menunjukkan
ketaqwaannya.3 Maka pembinaan akhlak sangat penting bagi peserta didik
agar lahir kesadaran bersama untuk membangun akhlak generasi muda bangsa
yang kokoh.
Pembinaan akhlak juga dilakukan agar peserta didik tidak terombang-
ambing oleh modernisasi yang menjanjikan kenikmatan sesaat serta
mengorbankan kenikmatan masa depan yang panjang dan abadi. Merosotnya
akhlak juga disebabkan karena adanya dampak negatif dari perkembangan
Iptek (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi). Lembaga pendidikan seyogyanya
menjadi pionir kesadaran pembinaan akhlak ini. Lembaga pendidikan
semestinya lebih dahulu mengetahui dekadensi moral dan bahaya modernisasi
yang ada di depan mata generasi masa depan bangsa.
Di era globaliasi ini, pembinaan akhlak seharusnya bukan hanya
sebatas ranah kognitif, namun lebih mengarah kepada ranah afektif.
Pembinaan akhlak yang akan menjadi sebuah petualangan tanpa peta, tiada
tujuan yang tepat, menjadi makanan kognisi yang hanya mampu mengisi
wilayah kognisi seseorang.4 Sehingga, dari keprihatinan tersebut muncul
sebuah gagasan untuk menerapkan proses pembinaan akhlak di
sekolah/madrasah.
3Ali Syamsuddin, Mengukir Sifat Kepribadian Muslim, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2009), hlm. 223. 4Umar Suwito, dkk., Tinjauan Berbagai Aspek Character Building: Bagaimana
Mendidik Anak Berkarakter, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2008), hlm. 26.
3
Akhlak atau budi pekerti luhur merupakan suatu hal yang sangat
penting dalam hal kehidupan masyarakat, bahkan merupakan faktor penentu
kebaikan dan ketentraman suatu masyarakat. Oleh karena itu, tidak heran jika
hal itu banyak dibahas dalam Al-Qur’an. Selain itu, Rasulullah sendiri
menyatakan bahwa diutusnya beliau ke dunia adalah untuk menyempurnakan
pedoman dan ajaran akhlak. Allah menegaskan bahwa Rasulullah adalah
orang yang memiliki akhlak yang luhur dan mulia. Hal ini sesuai dengan
firman Allah Swt:
"Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung."
(QS. Al-Qalam: 4).5
Berbagai ibadah dalam Islam yang telah diwajibkan Allah kepada umat
manusia juga bertujuan membina akhlak manusia.6
Nilai-nilai akhlak salah satunya dengan pembiasaan akhlak mulia yang
terintegrasi dalam kegiatan pengembangan diri sehingga akan menghasilkan
siswa SMP berkarakter.7 Telah diidentifikasi sejumlah pembentuk akhlak
yang merupakan hasil kajian empirik Pusat Kurikulum. Nilai-nilai yang
bersumber dari agama, pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan Nasional
tersebut salah satunya adalah peduli lingkungan. Untuk mewujudkan akhlak
cinta lingkungan, maka harus timbul terlebih dahulu rasa peduli atau tanggap
terhadap lingkungan. Selanjutnya dalam implementasi Satuan Pendidikan
Pusat Kurikulum menyarankan agar dimulai dari nilai esensial, dan mudah
dilaksanakan sesuai kondisi masing-masing sekolah.8
Dari nilai-nilai pendidikan akhlak inilah peneliti mencoba mengkaji
untuk mengembangkan sebuah akhlak yang memang sesuai dengan kondisi
5Muhammad Dailamy SP, Pendidikan Islam Dalam Perspektif Al-Qur'an dan Hadis
(Bag. II), (Purwokerto: STAIN Purwokerto Press, 2006), hlm. 185. 6Nuril Huda, Memahami Islam Lewat Perguruan Tinggi, (Jakarta: Amzah, 2017),
hlm. 248. 7Agus Wibowo, Managemen Pendidikan Karakter, hlm. 18.
8Muchlas Samani, Pendidikan Karakter, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), hlm.
9-10.
4
negara Indonesia serta kondisi sekolah yang akan diteliti, yaitu pembinaan
akhlak cinta lingkungan. Negara Indonesia yang memang memiliki potensi
kekayaan alam yang melimpah ruah sehingga dapat memakmurkan rakyatnya.
Betapa besarnya peran lingkungan dalam membentuk serta mengembangkan
perilaku atau akhlak seseorang.
Lingkungan yang rapi, tertib, dan bersih akan memaksa siapapun
bertingkah laku sebagaimana tempat atau lingkungan dimana mereka berada.9
Misal sekolah yang ia tempati merupakan sekolah adiwiyata, maka peserta
didik dibina untuk menjaga kebersihan, kerapihan serta keindahan lingkungan
sekolahnya. Dari pembinaan inilah akan lahir pengembangan dari sikap peduli
lingkungan menjadi akhlak cinta lingkungan. Usaha-usaha pembinaan akhlak
untuk mencintai lingkungan bagi peserta didik tersebut dilakukan melalui
program atau kegiatan yang ada di sekolah. SMP Negeri 1 Karanglewas
merupakan salah satu lembaga pendidikan formal tingkat Sekolah Menengah
Pertama di Kecamatan Karanglewas. Lembaga ini berada di Jalan Raya
Tamansari Kecamatan Karanglewas Kabupaten Banyumas.
Sekolah ini merupakan salah satu sekolah yang menyandang gelar
sekolah adiwiyata tingkat provinsi, dan sedang proses menuju sekolah
adiwiyata tingkat nasional.10
Hal ini merupakan salah satu program yang
diselenggarakan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dalam rangka
mendorong terciptanya pengetahuan dan kesadaran warga sekolah dalam
upaya pelestarian lingkungan hidup. Dengan hal ini diharapkan seluruh warga
sekolah turut berpartisipasi didalamnya agar peserta didik lebih peduli atau
tanggap terhadap lingkungan.
Pembinaan akhlak cinta lingkungan bagi peserta didik di SMP Negeri
1 Karanglewas awalnya peserta didik diberitahu terlebih dahulu. Harus
dicintohkan, karena biasanya anak-anak belajar melalui contoh yang baik.
Mulai dari kepala sekolah, guru, karyawan, tenaga administrasi, hingga tenaga
9Imam Suprayogo, Pengembangan Pendidikan Karakter, (Malang: UIN-Maliki-
Press, 2013), hlm. 44. 10
Wawancara dengan Bapak Asron, S.Ag. selaku Guru Pendidikan Agama Islam di
SMP Negeri 1 Karanglewas, pada Hari Senin Tanggal 14 Januari 2019.
5
pembantu pelaksana. Adapun program yang diterapkan di SMP Negeri 1
Karanglewas yaitu program Adiwiyata Krida. Untuk kegiatan sehari-hari
dalam rangka pembinaan akhlak cinta lingkungan diantaranya melepas sepatu
ketika masuk ke dalam kelas dan meletakannya pada rak sepatu yang terdapat
pada masing-masing kelas. Melepas sepatu/sandal bukan hanya diterapkan
ketika akan memasuki kelas, namun juga diterapkan ketika akan memasuki
musholla/masjid. Kegiatan lain seperti menyapu dan mengepel di dalam
maupun di luar kelas, dan ada jawal piket untuk setiap harinya. Program
mingguan yang diterapkan misalnya seperti kegiatan jumat bersih selama satu
minggu sekali.11
Menurut peneliti program ini sangat baik dalam membina
akhlak cinta lingkungan. Kebersihan lingkungan juga sesuai dengan hadits:
يإمان النظافة من الإ
“Kebersihan adalah sebagian dari Iman”. (HR. Al-Tirmidzi).
Kemudian pengiritan air ketika berwudhu maupun cuci tangan.12
Tidak hanya itu, sekolah juga menyediakan berbagai kebutuhan
penunjang yang dapat mendukung terlaksananya kebersihan lingkungan dalam
rangka akhlak cinta lingkungan, seperti : tersedianya toilet bersih yang
berjumlah 9, air bersih hingga berbagai alat kebersihan. Meskipun akan lebih
efektif apabila toilet yang ada di sekolah berjumlah 13 (kurang 4).13
Namun
menurut peneliti masalah ini tertutupi. Hal ini karena sekolahnya yang
memiliki suasana yang indah, bersih dan nyaman. Sekolah ditumbuhi berbagai
macam tumbuhan yang membuat sekolah terasa rindang, serta berbagai
macam tanaman yang berada di sekitar kelas yang membuat kelas enak
dipandang dan tidak membosankan. Suasana inilah yang membuat berbeda
antara SMP Negeri 1 Karanglewas dengan sekolah lain yang memang tidak
menyandang sebagai sekolah adiwiyata.
11
Wawancara dengan Bapak Asron, S.Ag. selaku Guru Pendidikan Agama Islam di
SMP Negeri 1 Karanglewas, pada Hari Senin Tanggal 14 Januari 2019. 12
Wawancara dengan Bapak Asron, S.Ag. selaku Guru Pendidikan Agama Islam di
SMP Negeri 1 Karanglewas, pada Hari Senin Tanggal 14 Januari 2019. 13
Wawancara dengan Bapak Asron, S.Ag. selaku Guru Pendidikan Agama Islam di
SMP Negeri 1 Karanglewas, pada Hari Senin Tanggal 14 Januari 2019.
6
Setelah menjadi sekolah adiwiyata pun perubahannya signifikan mulai
dari tata sekolah yang lebih bagus, ruangannya baru, dan lingkungan menjadi
bersih dan sehat.14
Meskipun sekolah telah mengupayakan agar peserta
didiknya terbiasa dalam program kebersihan lingkungan, namun masih ada
yang belum mematuhinya. Terkadang, masih ada peserta didik yang
membuang sampah sembarangan. Bahkan ketika program Shalat Dzuhur
berjama’ah berlangsung, ada anak yang malah jajan di kantin. Untuk hal ini
biasanya peserta didik dipanggil dan ditegur, apabila masih mengulangi diberi
pengarahan atau diberi hukuman salah satunya dengan menyiram tanaman.15
Hukuman menyiram tanaman ini menurut peneliti juga merupakan
salah satu upaya pembinaan akhlak cinta lingkungan. Dari latar belakang
tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul
“Pembinaan Akhlak Cinta Lingkungan Bagi Peserta Didik di SMP Negeri 1
Karanglewas Kabupaten Banyumas Tahun Pelajaran 2018/2019”.
B. Fokus Kajian
Untuk memudahkan dalam memahami sekaligus menghindari
kesalahpahaman pembaca terkait judul skripsi ini, maka perlu dijelaskan
terlebih dahulu beberapa istilah, antara lain:
1. Pembinaan Akhlak
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pembinaan memiliki
beberapa arti, sebagai berikut : a. Pembinaan adalah proses, cara,
perbuatan membina. b. Pembinaan adalah pembaharuan dan
penyempurnaan. c. Pembinaan adalah usaha, tindakan, dan kegiatan yang
dilakukan secara efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik.16
Jadi,
pembinaan ialah proses menumbuhkan kesadaran, membimbing serta
mengarahkan, sehingga memperoleh hasil yang lebih baik.
14
Wawancara dengan Bapak Asron, S.Ag. selaku Guru Pendidikan Agama Islam
di SMP Negeri 1 Karanglewas, pada Hari Senin Tanggal 14 Januari 2019. 15
Wawancara dengan Bapak Asron, S.Ag. selaku Guru Pendidikan Agama Islam
di SMP Negeri 1 Karanglewas, pada Hari Senin Tanggal 14 Januari 2019. 16
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1997),
hlm. 117.
7
Kata akhlak berasal dari Bahasa Arab, jamak dari khuluqun خلق
yang menurut bahasa berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau
tabiat.17
Kata tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan
perkataan khalqun خلإق yang berarti kejadian, yang juga erat hubungannya
dengan khaliq خالق yang berarti pencipta; demikian pula dengan
makhluqun ق لوإ .yang berarti yang diciptakan مخإ
Adapun definisi akhlak menurut istilah yaitu sifat yang tertanam di
dalam diri yang dapat mengeluarkan sesuatu perbuatan dengan senang dan
mudah tanpa pemikiran, penelitian, dan paksaan.18
Dari Anas bin Malik r.a. beliau berkata:
سن الناس خلقا عليإه وسلم أحإ كان النبي صلى الل
”Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam adalah sosok yang paling
mulia akhlaknya.” (HR. Al-Bukhari No. 6203 dan Muslim No. 2150).
Dalam Kamus besar Bahasa Indonesia, akhlak diartikan sebagai
budi pekerti atau kelakuan. Dalam Bahasa Arab kata akhlak (akhlaq)
diartikan sebagai tabiat, perangai, kebiasaan, bahkan agama. Meskipun
kata akhlak berasal dari Bahasa Arab, tetapi kata akhlak tidak terdapat di
dalam Al-Qur’an. Kebanyakan kata akhlak dijumpai dalam hadits. Satu-
satunya kata yang ditemukan dalam Al-Qur’an adalah bentuk tunggal yaitu
khuluq.
Dalam Tiga pakar di bidang akhlak yaitu Ibnu Miskawaih, Al
Ghazali, dan Ahmad Amin menyatakan bahwa akhlak merupakan perangai
yang melekat pada diri seseorang yang dapat memunculkan perbuatan baik
tanpa mempertimbangkan pikiran terlebih dahulu. Akhlak merupakan
tolak ukur kesempurnaan iman seorang hamba. Lebih lengkap Imam Al-
Ghazali menyatakan bahwa akhlak adalah sikap di dalam pergaulan, baik
dengan sesama manusia maupun dengan tuhannya.
Kedudukan akhlak dalam kehidupan manusia menempati tempat
yang penting, sebagai individu,maupun masyarakat dan bangsa, sebab
17
Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 2001),
hlm.1. 18
Anwar Masy’ari, Akhlak Al-Qur’an, (Surabaya: Bina Ilmu, 1990), hlm. 1.
8
jatuh bangunnya masyarakat tergantung kepada bagaimana akhlaknya.
Apabila akhlaknya baik, sejahteralah lahir dan batinnya, apabila akhlaknya
rusak, maka rusaklah lahir batinnya. Imam Al-Ghazali menyimpulkan:
“Akhlak ialah sifat yang melekat dalam jiwa seseorang yang
menjadikan ia dengan mudah bertindak tanpa banyak pertimbangan
lagi.”19
Jadi, akhlak ialah suatu kebiasaan yang melekat atau tertanam pada
diri seseorang tanpa berpikir terlebih dahulu sehingga membentuk suatu
kepribadian yang membedakan antara seseorang dengan orang lain. Maka
dapat disimpulkan bahwa pembinaan akhlak ialah proses menumbuhkan
kesadaran, membimbing, serta mengarahkan peserta didik kepada
perbuatan-perbuatan yang baik yang dilandasi dengan penuh kesadaran
serta keikhlasan sehingga kelak diharapkan menjadi peserta didik yang
berkepribadian baik di lingkungan sekolah dan dimanapun kelak mereka
berada.
2. Cinta Lingkungan
Teori yang mendasari pemahaman manusia tentang lingkungannya
disebut ekologi. Ekologi atau ilmu tentang lingkungan adalah suatu cabang
ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara makhluk hidup
dengan lingkungannya.20
Lingkungan biologis adalah segala makhluk
hidup (biotik) yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan warga sekolah,
seperti kepala sekolah, guru serta staf karyawan, peserta didik, satpam,
tukang kebersihan, semua warga sekolah, serta berbagai jenis tumbuhan
dan binatang yang ada di sekitarnya. Lingkungan biologis bersifat biotik
atau benda hidup, misalnya tumbuh-tumbuhan, hewan, virus, bakteri,
jamur, parasit, serangga dan lain-lain yang dapat berperan sebagai agen
penyakit, reservoir infeksi, vektor penyakit, dan hospes intermediate.
Hubungan manusia dengan lingkungan biologisnya bersifat dinamis dan
19
Nina Aminah, Studi Agama Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014), hlm.
91. 20
Mangunjaya M Fachruddin, Konservasi Alam Dalam Islam, (Jakarta: Yayasan
Obor Indonesia, 2005), hlm. 8.
9
pada keadaan tertentu saat terjadi ketidakseimbangan diantara hubungan
ini, manusia akan menjadi sakit.
Cinta lingkungan merupakan suatu sikap peduli terhadap
lingkungan yang diwujudkan dalam kesediaan diri untuk menyatakan aksi
yang dapat meningkatkan dan memelihara kualitas lingkungan dalam
setiap perilaku yang berhubungan dengan lingkungan. Sebagai makhluk
sosial, manusia tidak dapat lepas dari lingkungan. Cinta lingkungan
merupakan kemampuan untuk membuat pilihan tentang bagaimana
bersikap merespon berdasarkan impuls dorongan hati.
Peduli lingkungan merupakan sikap dan tindakan yang selalu
berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan
mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang
sudah terjadi,21
sehingga dalam hal ini ketika seseorang mempunyai sikap
peduli akan lingkungan, maka akan lahirlah akhlak cinta lingkungan. Jadi,
yang dimaksud dengan cinta lingkungan ialah suatu sikap peduli atau
tanggap terhadap lingkungan sehingga tercipta suasana yang nyaman,
bersih dan indah baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah.
3. Peserta Didik
Istilah peserta didik merupakan istilah yang dikenal luas oleh
masyarakat Indonesia. Bahkan sinonim ini ada enam yaitu murid, siswa,
santri, anak didik, pelajar, dan warga belajar. Semua sinonim istilah
peserta didik merujuk pada makna yang sama yaitu individu yang sedang
mengalami perubahan dan perkembangan dimana ia membutuhkan
bimbingan dan arahan guna membentuk kepribadian unggul dan
ketrampilan memadai. Dengan kata lain peserta didik ialah individu yang
sedang mengalami tahap perkembangan atau pertumbuhan fisik dan psikis.
Peserta Didik dalam Bahasa Arab dikenal dengan istilah thalib dan
murid. Kedua kata itu memiliki makna individu atau seseorang yang
sedang mencari ilmu. Sementara kajian ilmu psikologi menyebut peserta
didik sebagai individu yang sedang berkembang dan butuh arahan serta
21
Agus Wibowo, Managemen Pendidikan Karakter, hlm. 14.
10
bimbingan guna mencapai puncak potensi. Makna ini menunjukkan tujuan
utama peserta didik dalam belajar adalah mencapai puncak potensi.
Adapun Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun
2003 menyebutkan bahwa:
“Peserta didik diterjemahkan anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan ketrampilan dan potensi diri melalui proses
pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan sistem
pendidikan tertentu.”22
Jadi, yang dimaksud dengan peserta didik ialah individu yang
diwajibkan menempuh pendidikan secara berjenjang dan terprogram yang
memiliki sejumlah potensi dasar, sehingga harus diarahkan dan dibimbing
oleh pendidik agar menjadi lebih dewasa dan berkembang.
4. Pembinaan Akhlak Cinta Lingkungan bagi Peserta Didik di SMP Negeri 1
Karanglewas Kabupaten Banyumas
Pembinaan akhlak ialah proses menumbuhkan kesadaran,
membimbing, serta mengarahkan peserta didik kepada perbuatan-
perbuatan yang baik yang dilandasi dengan penuh kesadaran serta
keikhlasan sehingga kelak diharapkan menjadi peserta didik yang
berkepribadian baik di lingkungan sekolah dan dimanapun kelak mereka
berada. Cinta lingkungan ialah suatu sikap peduli atau tanggap terhadap
lingkungan sehingga tercipta suasana yang nyaman, bersih dan indah baik
di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah. Peserta didik ialah individu
yang diwajibkan menempuh pendidikan secara berjenjang dan terprogram
yang memiliki sejumlah potensi dasar, sehingga harus diarahkan dan
dibimbing oleh pendidik agar menjadi lebih dewasa dan berkembang.
Dari beberapa pandangan diatas dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan pembinaan akhlak cinta lingkungan bagi peserta didik di
SMP Negeri 1 Karanglewas Kabupaten Banyumas adalah proses
menumbuhkan kesadaran, membimbing, serta mengarahkan peserta didik
22
Nursalim, Ilmu Pendidikan Suatu Pendekatan Teoritis dan Praktis, (Depok:
Raja Grafindo Persada, 2018), hlm. 69.
11
agar mempunyai sikap peduli atau tanggap terhadap lingkungan di SMP
Negeri 1 Karanglewas Kabupaten Banyumas sehingga tercipta suasana
yang nyaman, bersih dan indah.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka
permasalahan penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut : “Bagaimana
Proses Menginternalisasi Pembinaan Akhlak Cinta Lingkungan bagi Peserta
Didik di SMP Negeri 1 Karanglewas Kabupaten Banyumas Tahun Pelajaran
2018/2019?”.
D. Tujuan dan Kegunaan
1. Tujuan
Adapun tujuan penelitian ini ialah untuk mendeskripsikan mengenai
bagaimana proses menginternalisasi pembinaan akhlak cinta lingkungan bagi
peserta didik di SMP Negeri 1 Karanglewas Kabupaten Banyumas tahun
pelajaran 2018/2019.
2. Kegunaan
a. Secara Teoritis
Hasil penelitian diharapkan mampu memperkaya khazanah
serta menjadi bahan masukan bagi mahasiswa untuk penelitian terkait
atau sebagai contoh untukpenelitian dimasa yang akan datang.
b. Secara Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memperkaya
kepustakaan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan khususnya
Program Studi Pendidikan Agama Islam serta memberikan masukan
bagi para pengelola lembaga pendidikan sebagai kontribusi dalam
meningkatkan mutu pendidikan khususnya dalam pembinaan akhlak
cinta lingkungan bagi peserta didik di SMP Negeri 1 Karanglewas
Kabupaten Banyumas.
12
E. Kajian Pustaka
Peneliti sebelum melakukan penelitian terlebih dahulu menelaah
beberapa hasil-hasil skripsi yang telah dilakukan oleh para peneliti
sebelumnya untuk menggali beberapa teori atau pernyataan yang berhubungan
dengan proposal skripsi ini.
Hasil penelitian Muslihin menyimpulkan bahwa pendidikan karakter
peduli lingkungan pada siswa SD IT Ath Thoriq Gombong melalui kegiatan
pendidikan karakter cinta kebersihan dan cinta tanaman dengan proses
diantaranya yaitu pengenalan, pemahaman, penerapan, pengulangan,
pembudayaan dan internalisasi. Adanya kegiatan seperti amal sholehku hari
ini, smutlis, merawat tanaman, membuang sampah pada tempatnya, kerja bakti
sebagai bentuk karakter peduli lingkungan.23
Hasil penelitian Erwan Dwi Maman Saputra menyimpulkan bahwa
pembentukan karakter anggota dilakukan dalam berbagai kegiatan, dan dalam
berbagai proses pendidikan yang ada dalam UKM KMPA Faktapala IAIN
Purwokerto mengandung pembentukan karakter bagi anggota. Diantaranya
melalui kegiatan-kegiatan dengan sebuah tujuan untuk membina dan
membentuk karakter serta pribadi anggota agar menjadi lebih baik.24
Hasil penelitian Unesatul Firda menyimpulkan bahwa pembinaan
akhlak hidup bersih dan sehat dimulai dari kebersihan lingkungan sekolah,
kebersihan & kesehatan badan, kebersihan pakaian, kebersihan makanan dan
minuman.25
Dari ketiga penelitian tersebut, persamaannya ialah sama-sama
mengkaji tentang kepedulian terhadap lingkungan. Sedangkan perbedaannya
terletak pada fokus penelitian, yaitu penulis fokus terhadap Pembinaan Akhlak
Cinta Lingkungan bagi Peserta Didik di SMP Negeri 1 Karanglewas
Kabupaten Banyumas.
23
Muslihin, “Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan Pada Siswa SD IT Ath Thoriq
Gombong Kabupaten Kebumen”, Skripsi, Purwokerto: IAIN Purwokerto, 2017, hlm. v. 24
Erwan Dwi Maman Saputra, “Pembentukan Karakter Peduli Lingkungan Bagi
Kelompok Mahasiswa Pencinta Alam “Faktapala”IAIN Purwokerto”, Skripsi, Purwokerto:
IAIN Purwokerto, 2018, hlm. 91. 25
Unesatul Firda, “Pembinaan Akhlak Hidup Bersih dan Sehat Pada Siswa SMP
Negeri 1 Karanglewas Kabupaten Banyumas”, Skripsi, Purwokerto: IAIN Purwokerto, 2017,
hlm. 115.
13
F. Sistematika Pembahasan
Skripsi ini terdiri dari 3 (tiga) bagian yang meliputi bagian awal,
bagian isi, dan bagian akhir. Pada bagian awal skripsi memuat halaman judul,
pernyataan keaslian, pengesahan, nota dinas pembimbing, abstrak, motto,
persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel dan daftar lampiran.
Untuk mengetahui dan mempermudah dalam penelitian yang dilakukan, maka
peneliti menyusun sistematika pembahasan ke dalam pokok-pokok bahasan
yang dibagi menjadi 5 bab sebagai berikut:
Bab kesatu berisi tentang pendahuluan yang meliputi latar belakang
masalah, fokus kajian, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan, kajian pustaka
dan sistematika pembahasan.
Bab kedua berisi tentang kajian teori yang terdiri dari tiga sub bab
yaitu sub bab pertama tentang konsep pembinaan yang meliputi: pengertian
pembinaan, fungsi pembinaan, karakteristik pembinaan, materi pembinaan,
strategi dan teknik pembinaan, model dan langkah pembinaan, pengawasan
pembinaan serta hasil pembinaan. Sub bab kedua tentang konsep akhlak yang
meliputi : pengertian akhlak, tujuan pembinaan akhlak, fungsi akhlak, macam-
macam akhlak dan ruang lingkup akhlak. Sub bab ketiga tentang konsep cinta
lingkungan yang meliputi: pengertian cinta lingkungan hidup, fungsi
lingkungan hidup, ruang lingkup lingkungan hidup, tugas manusia dalam
menjaga lingkungan dan langkah-langkah pembinaan akhlak cinta lingkungan.
Bab ketiga berisi tentang metode penelitian yang meliputi jenis
penelitian, lokasi penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, dan
teknik analisis data.
Bab keempat berisi penyajian data dan analisis data tentang pembinaan
akhlak cinta lingkungan bagi peserta didik di SMP Negeri 1 Karanglewas
Kabupaten Banyumas.
Bab kelima berisi tentang penutup yang meliputi simpulan dan saran
yang merupakan rangkaian dari keseluruhan hasil penelitian secara singkat.
Pada akhir skripsi terdapat bagian akhir yang terdiri dari daftar
pustaka, lampiran-lampiran dan daftar riwayat hidup.
14
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Konsep Pembinaan
1. Pengertian Pembinaan
Pembinaan secara etimologi berasal dari kata “bina” yang
mendapatkan awalan pe- dan akhiran –an, yang berarti bangun/bangunan.
Pembinaan berasal dari kata dasar bina yang berarti latihan, didikan.
Secara umum pembinaan diartikan sebagai usaha untuk memberi
pengarahan dan bimbingan guna mencapai suatu tujuan tertentu.
Pembinaan merupakan hal umum yang dipergunakan untuk meningkatkan
pengetahuan, sikap, kecakapan di bidang pendidikan, ekonomi, sosial,
kemasyarakatan dan lainnya.
Pembinaan merupakan suatu kegiatan yang mempertahankan dan
menyempurnakan apa yang telah ada sesuai apa yang diharapkan.26
Pembinaan menekankan pada pendekatan praktis, pengembangan sikap,
kemampuan dan kecakapan. Berkenaan dengan hal tersebut sesuai dengan
pendapat Poerwadarminta bahwa:
“Pembinaan adalah usaha yang dilakukan secara sadar, terencana,
teratur, dan terarah untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan
ketrampilan subjek dengan tindakan pengarahan dan pengawasan
untuk mencapai tujuan.”27
Hal serupa dengan yang diungkapkan oleh A. Maqun
Hardjana, bahwa:
Pembinaan adalah suatu proses pembelajaran dengan
melepaskan hal-hal yang sudah dimilikinya, yang bertujuan untuk
membantu dan mengembangkan kecakapan dan pengetahuan yang
sudah ada serta mendapatkan kecakapan dan pengetahuan untuk
26
Hendyatsoetopo dan Wantysoemanto, Pembinaan dan Pengembangan
Kurikulum, (Jakarta: Bina Aksara, 1982), hal. 43. 27
Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2006), hlm. 182.
15
mencapai tujuan hidup, dan kerja yang sudah dijalani secara efektif
dan efisien.28
Pembinaan menurut Masdar Helmi adalah:
“Segala hal usaha, ikhtiar dan kegiatan yang berhubungan dengan
perencanaan dan pengorganisasian serta pengendalian segala
sesuatu secara teratur dan terarah.”29
Dalam pelaksanaan konsep pembinaan hendaknya didasarkan pada
hal bersifat efektif dan pragmatis dalam arti dapat memberikan
pemecahan persoalan yang dihadapi dengan sebaik-baiknya, dan
pragmatis dalam arti mendasarkan fakta-fakta yang ada sesuai dengan
kenyataan sehingga bermanfaat karena dapat diterapkan dalam praktek.
Pendapat Widjaja menyatakan bahwa:
Pembinaan adalah suatu proses atau pengembangan yang
mencakup urutan-urutan pengertian, diawali dengan mendirikan,
membutuhkan, memelihara pertumbuhan tersebut yang disertai
usaha-usaha perbaikan, menyempurnakan, dan
mengembangkannya. Pembinaan tersebut menyangkut kegiatan
perencanaan, pengorganisasian, pembiayaan, koordinasi,
pelaksanakan dan pengawasan suatu pekerjaan untuk mencapai
tujuan hasil yang maksimal.30
Pembinaan dapat ditinjau dari sudut pandang, yaitu berasal dari
sudut pembaharuan dan dari sudut pengawasan. Pembinaan yang berasal
dari sudut pembaharuan yaitu mengubah sesuatu menjadi yang baru dan
memiliki nilai-nilai lebih baik bagi kehidupan masa yang akan datang.
Sedangkan pembinaan yang berasal dari sudut pengawasan yaitu usaha
untuk membuat sesuatu lebih sesuai dengan kebutuhan yang telah
direncanakan.
28
A. Maqun Hardjana, Komunikasi Interpersonal, (Yogyakarta: Kanisius,
1989), hlm. 12. 29
Masdar Helmi, Dakwah Dalam Alam Pembangunan, (Semarang: Toha Putra,
1973). 30
Widjaja, Administrasi Kepegawaian, (Jakarta: Rajawali, 2000), hlm. 14.
16
Dalam Buku Pembinaan Militer Departemen HANKAM
disebutkan, bahwa pembinaan adalah:
“Pembinaan adalah suatu proses penggunaan manusia, alat
peralatan, uang, waktu, metode dan sistem yang didasarkan pada
prinsip tertentu untuk pencapaian tujuan yang telah ditentukan
dengan daya dan hasil yang sebesar-besarnya.”31
Dalam hal suatu pembinaan menunjukkan adanya suatu kemajuan
peningkatan, atas berbagai kemungkinan peningkatan, unsur dari
pengertian pembinaan ini merupakan suatu tindakan, proses atau
pernyataan dari suatu tujuan dan pembinaan menunjukkan kepada
perbaikan atas sesuatu istilah pembinaan hanya diperankan kepada unsur
manusia. Hal ini sejalan dengan pendapat Miftah Thoha dalam bukunya
yang berjudul “Pembinaan Organisasi” mendefinisikan, pengertian
pembinaan adalah:
a. Pembinaan adalah suatu tindakan, proses, atau pernyataan menjadi
lebih baik.
b. Pembinaan merupakan suatu strategi yang unik dari suatu sistem
pembaharuan dan perubahan (change).
c. Pembinaan merupakan suatu pernyataan yang normatif, yakni
menjelaskan bagaimana perubahan dan pembaharuan yang berencana
serta pelaksanaannya.
d. Pembinaan berusaha untuk mencapai efektivitas, efisiensi dalam suatu
perubahan dan pembaharuan yang dilakukan tanpa mengenal
berhenti.32
Menurut Arifin, pembinaan yaitu:
"Usaha manusia secara sadar untuk membimbing dan
mengarahkan kepribadian serta kemampuan anak, baik dalam
pendidikan formal maupun non formal.33
31
Musanef, Manajemen Kepegawaian Di Indonesia, (Jakarta: Haji Masagung,
2000), hlm. 11. 32
Miftah Thoha, Pembinaan Organisasi, (Jakarta: Mutiara Ilmu, 2001), hlm. 16-
17.
17
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pembinaan memiliki
beberapa arti, sebagai berikut : a. Pembinaan adalah proses, cara,
perbuatan membina; b. Pembinaan adalah pembaharuan dan
penyempurnaan; c. Pembinaan adalah usaha, tindakan, dan kegiatan yang
dilakukan secara efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik.34
Jadi,
dari beberapa pendapat yang dikemukakan diatas dapat disimpulkan
bahwa pembinaan ialah proses menumbuhkan kesadaran, membimbing
serta mengarahkan, sehingga memperoleh hasil yang lebih baik.
2. Fungsi Pembinaan
Untuk mendapatkan hasil yang baik, maka lembaga sekolah
memerlukan warga sekolah yang setia, taat, jujur, penuh dedikasi, disiplin
dan sadar akan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya sesuai
dengan peraturan perundang-undangan kepegawaian yang berlaku. Secara
umum fungsi pembinaan yaitu untuk mencapai sasaran dalam rangka
memiliki anggota, staf atau karyawan yang kompeten dan beradaptasi
dengan keterampilan terbaru, memiliki pengetahuan serta kemampuan
melaksanakan pekerjaan mereka dengan lebih baik.35
Sedangkan secara
khusus fungsi pembinaan diarahkan untuk:
a. Memupuk kesetiaan dan ketaatan.
b. Meningkatkan adanya rasa pengabdian rasa tanggung jawab,
kesungguhan dan semangat dalam melaksanakan tugasnya.
c. Meningkatkan semangat dan produktivitas kerja secara optimal.
d. Mewujudkan suatu pelayanan lembaga dan anggota yang bersih dan
berwibawa.
e. Meningkatkan kemampuan dan kehidupan melalui proses pendidikan
dan latihan yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan
lembaga/organisasi.
33
M Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama, (Jakarta:
Bulan Bintang, 2008), hlm. 30 34
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, hlm. 117. 35
Taslimah, “Pengkajian Tentang Manajemen Pembinaan Kemampuan
Profesional Guru”, Tesis, Semarang: Universitas Diponegoro, 2012, hlm. 31.
18
a. Membangun dan mempertahankan kepercayaan dan kerja tim.
b. Mengatasi atau me-manage konflik.
c. Mengorganisir sumber daya manusia potensial sebagai aset lembaga.
d. Mendelegasikan wewenang.36
Pembinaan pada dasarnya berfungsi untuk membuat karyawan,
anggota, ataupun warga sekolah melakukan tugas sesuai dengan apa yang
diinginkan untuk mencapai tujuan organisasi atau suatu lembaga. Roland
dan Rowland menyatakan bahwa:
Pembinaan dimulai dengan mempertahankan tindakan terhadap
tujuan yang diinginkan ”yang saling terkait dengan
kepemimpinan”. Gaya kepemimpinan seorang pemimpin akan
menjadi faktor utama dalam menjalankan fungsi pembinaan.
Fungsi ini melibatkan gaya, kualitas dan kewenangan seorang
pemimpin termasuk aktifitas lainnya seperti komunikasi, disiplin
dan motivasi.37
Pembinaan juga berfungsi untuk melatih dan mendidik individu
maupun kelompok dengan tindakan dan kegiatan-kegiatan yang
mendukung tercapainya tujuan yang hendak dicapai. Pembinaan harus
dilaksanakan secara konsisten, terpadu dan menyeluruh yang pada
dasarnya berfungsi dan bertujuan untuk memperoleh hasil yang lebih
baik. Jadi, dengan demikian fungsi pembinaan pada suatu lembaga
sekolah pada dasarnya untuk membentuk kualitas kepribadian serta
meningkatkan kinerja warga sekolah sehingga mengarah kepada tujuan,
visi dan misi sekolah agar dapat tercapai secara efektif dan efisien dalam
rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.
36
Ulan Elha Pro, “Belajar dan Melek Ilmu Manajemen”,
https://Melekmanajemen.Blogspot.Com/2014/12/Pembinaan-Manajemen.Html, diakses
pada 30 April pukul 12. 04. 37
Ulan Elha Pro, “Belajar dan Melek Ilmu Manajemen”,
https://Melekmanajemen.Blogspot.Com/2014/12/Pembinaan-Manajemen.Html, diakses
pada 30 April pukul 12. 04.
19
3. Karakteristik Pembinaan
Karakteristik pembinaan secara umum yaitu agar yang dibina
dapat menjadi manusia seutuhnya sebagaimana yang menjadi arah
pembangunan nasional melalui jalur pendekatan sesuai dengan lembaga
masing-masing.
Menurut French dan Bell yang dikutip oleh Miftah Thoha dalam
bukunya Pembinaan Organisasi mengidentifikasikan karakteristik
pembinaan, yaitu:
a. Lebih memberikan penekanan walaupun tidak eksklusif pada proses
organisasi/lembaga dibandingkan dengan isi yang substantif.
b. Memberikan penekanan pada kerja tim sebagai suatu kunci untuk
mempelajari lebih efektif mengenai berbagai perilaku.
c. Memberikan penekanan pada manajemen yang kolaboratif dari
budaya kerja tim.
d. Memberikan penekanan pada manajemen yang berbudaya sistem
keseluruhan.
e. Mempergunakan model “action research”.
f. Mempergunakan ahli-ahli perilaku sebagai agen pembaharuan atau
katalisator.
g. Suatu pemikiran dari usaha-usaha perubahan yang ditujukan bagi
proses-proses yang sedang berlangsung.
h. Memberikan penekanan kepada hubungan-hubungan kemanusiaan
dan sosial.38
Dengan memahami karakteristik diatas, maka membedakan setiap
perubahan, pengembangan atau pembinaan yang dapat dijadikan suatu
ukuran yang dapat membedakan antara pembinaan dengan usaha-usaha
pembaharuan dan pembinaan lainnya. Karakteristik pembinaan erat
kaitannya dengan ruang lingkup pembinaan. Ruang lingkup pembinaan
diantaranya pembinaan kepribadian, pembinaan kesadaran beragama,
pembinaan kesadaran berbangsa dan bernegara, pembinaan kemampuan
38
Miftah Thoha, Pembinaan Organisasi, hlm. 19.
20
intelektual (kecerdasan), pembinaan dalam rangka meningkatkan
kemampuan bertanggung jawab dan kedisiplinan, pembinaan kesadaran
hukum, pembinaan fisik atau jasmani, pembinaan kesenian, pembinaan
integrasi, pembinaan kemandirian.39
Jadi, karakteristik pembinaan dalam
prosesnya menekankan pada suatu manajemen kelembagaan sekolah yang
bersifat kolaboratif melalui sistem budaya kerja tim antara kepala sekolah
dengan semua warga sekolah melalui hubungan kemanusiaan dan sosial.
4. Materi Pembinaan
Menurut pendapat Soewarno Handayaningrat dalam bukunya yang
berjudul Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen menjelaskan
pengertian materi, bahwa:
Materi merupakan bentuk standar atau formulir lisan yang
digunakan untuk menggambarkan hal-hal penting yang
dipraktekkan harus dengan jelas dan teliti, yang merupakan catatan
informasi dalam bentuk standar yang penyampaiannya diatur
secara rapi sebagai dokumen informasi.40
Materi merupakan suatu sumber nilai dan merupakan sumber data
setelah diolah menjadi sumber informasi yang kemudian diatur, dinilai,
sehingga mudah untuk dijadikan bahan dalam suatu kegiatan. Selanjutnya
diperlukan adanya sistem pencatatan informasi dan penyimpanan (filling
and record system) yang sewaktu-waktu dapat digunakan dalam suatu
kegiatan berikutnya.
Materi pembinaan mencakup mengenai pengaturan sumber-
sumber yang diperlukan, antara lain : pegawai, biaya (money), peralatan
(equipment), bahan-bahan/perlengkapan (material), waktu yang
diperlukan (time will be needs), hal tersebut harus sudah tersedia bila
diperlukan.
39
Direktorat Jenderal Pemasyarakatan, “Lapas Klas IIA Wanita Semarang”,
https://lpwanitasemarang.wordpress.com/lingkuppembinaan/, diakses pada 29 April 2019
pukul 15. 37. 40
Soewarno Handayaningrat, Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan
Manajemen, (Jakarta: Gunung Agung, 1996), hlm. 133.
21
Materi pembinaan yang meliputi bagaimana mengalokasikan
dalam pelaksanaan suatu kegiatan yang berhubungan dengan prosedur
pengambilan keputusan dan cara-cara mengorganisasikannya, sehingga
bahan-bahan pembinaan tersebut dapat diinformasikan dalam
pelaksanaannya. Jadi, materi pembinaan sangat diperlukan dalam
persiapannya baik dalam bentuk standar atau formulir yang dapat
digunakan untuk menggambarkan hal-hal yang penting dari kegiatan
tersebut untuk menunjang tercapainya hasil yang diharapkan.
5. Strategi dan Teknik Pembinaan
a. Strategi Pembinaan
Strategi dapat didefinisikan paling sedikit dari dua perspektif
yang berbeda dari perspektif apa yang akan dilakukan oleh sebuah
lembaga, dan juga dari perspektif apa yang pada akhirnya dilakukan
oleh sebuah lembaga. Dari perspektif yang pertama strategi
merupakan program yang luas untuk mendefinisikan dan mencapai
tujuan lembaga serta melaksanakan fungsinya. Kata “program”
menyiratkan adanya peran yang aktif, yang disadari dan yang rasional
dalam merumuskan strategi. Dari perspektif yang kedua, strategi
adalah pola tanggapan lembaga yang dilakukan terhadap
lingkungannya sepanjang waktu.
Menurut Mintberg dalam bukunya Strategy Making in Three
Model yang dikutip oleh Alfonsus Sirait dalam bukunya Manajemen
mendefinisikan tentang strategi pembinaan adalah:
Strategi pembinaan merupakan proses pemilihan tujuan,
penentuan kebijakan dan program yang perlu untuk mencapai
sasaran tertentu dalam rangka mencapai tujuan dan penetapan
metode yang perlu untuk menjamin agar kebijakan dan
program tersebut terlaksana.41
41
Alfonsus Sirait, Manajemen, (Jakarta: Erlangga, 1991), hlm. 143.
22
Menurut Robert H. Hayes yang dikutip oleh Alfonsus Sirait
dalam bukunya Manajemen mengidentifikasikan lima ciri utama dari
strategi pembinaan (directing strategy), yaitu:
1) Wawasan waktu (time horizon)
Strategi digunakan untuk menggambarkan kegiatan yang
meliputi pengelolaan waktu, yaitu waktu yang diperlukan untuk
melaksanakan kegiatan dan juga waktu yang diperlukan untuk
mengetahui dampak pembinaan tersebut.
2) Dampak (impact)
Dengan mengikuti suatu strategi tertentu, dampak akhirnya
akan segera diketahui, apakah pembinaan tersebut membawa arah
yang lebih baik (meningkat) atau justru lebih buruk (menurun).
3) Pemusatan upaya (concentration of effort)
Sebuah strategi harus memusatkan upaya/usaha dalam
program atau kegiatan pembinaan yang dilakukan, sehingga akan
memperoleh hasil yang maksimal.
4) Pola keputusan (pattern decision)
Keputusan yang tepat dari seorang pemimpin, pelaksanaan
oleh anggota, dengan sasaran dari program atau kegiatan
pembinaan harus saling menunjang, artinya mengikuti suatu pola
yang konsisten.
5) Peresapan
Suatu strategi pembinaan mencakup pola kegiatan yang
luas mulai dari proses alokasi sumber daya sampai dengan kegiatan
dalam pelaksanaannya.42
Jadi, strategi pembinaan merupakan upaya menciptakan
kesatuan arah bagi suatu lembaga sekolah dari segi tujuannya, dalam
memberikan pengarahan dan mengarahkan sumber daya untuk
mendorong lembaga sekolah menuju tercapainya visi, misi dan tujuan
42
Alfonsus Sirait, Manajemen, hlm. 144.
23
sekolah agar dapat tercapai secara efektif dan efisien dalam rangka
mencapai tujuan pendidikan nasional.
b. Teknik Pembinaan
Teknik pembinaan merupakan suatu pekerjaan yang sangat
kompleks, yang ditujukan untuk melaksanakan setiap kegiatan.
Teknik yang dimaksud merupakan bagaimana setiap pegawai dalam
melaksanakan pekerjaannya mempunyai hasil yang sempurna dengan
mencapai efisiensi. Menurut pendapat Mintzberg dalam buku Miftah
Thoha “Pembinaan Organisasi” menggambarkan empat cara
mengenai teknik-teknik dalam suatu pembinaan, yaitu:
1) Teknik adaptif, yaitu teknik pembinaan yang sifatnya relatif mudah
dan fleksibel, misalnya BK (Bimbingan dan Konseling).
2) Teknik perencanaan, yaitu teknik pembinaan yang memberikan
pedoman tentang prosedur pembinaan yang sistematik dalam
menganalisis lingkungan dan lembaga/organisasi.
3) Teknik sistematik dan terstruktur, yaitu teknik pembinaan yang
rasional mengenai pemecahan masalah dan hambatan dalam
membina anggota.
4) Teknik inkrementalisme logis, yaitu teknik pembinaan yang
mempunyai gagasan yang jelas mengenai tujuan
lembaga/organisasi dalam membina anggota.43
Teknik berhubungan dengan cara atau jalan bagaimana suatu
kebijakan itu dilakukan. Teknik pembinaan bertujuan untuk
mengetahui secara pasti arus daripada informasi yang diperlukan,
yang diperoleh dari suatu kegiatan pembinaan yang berwujud data-
data, dimana setiap orang terlibat lebih mendetail dan telah
dipraktekkan secara luas di dalam kegiatan pembinaan. Jadi,
penggunaan dari beberapa teknik pembinaan diatas tidak hanya untuk
mencapi efisiensi, tetapi juga terhadap kualitas pekerjaannya dan
keseragaman untuk mencapai hasil yang diharapkan.
43
Miftah Thoha, Pembinaan Organisasi, hlm. 18.
24
6. Model dan Langkah Pembinaan
a. Model Pembinaan
Model pembinaan merupakan pola/gambaran/konsep dari
suatu usaha yang dilakukan secara terus menerus dan
berkesinambungan, dilakukan secara sadar oleh lembaga dalam
rangka menumbuhkembangkan aspek kognitif, afektif maupun
psikomotorik kepada seseorang yang dibina. Model pembinaan di
sekolah merupakan cara atau teknik yang dipakai oleh lembaga
sekolah di dalam mendidik dan membimbing peserta didiknya agar
kelak menjadi orang yang berguna.
Terdapat beberapa jenis model pembinaan, yaitu:
1) Model Pembinaan yang Otoriter
Model pembinaan otoriter ditandai dengan ciri-ciri sikap
pemimpin, orang tua atau pendidik yang kaku dan keras dalam
menerapkan peraturan-peraturan maupun kedisiplinan. Mereka
bersikap memaksa dengan selalu menuntut kepatuhan anak didik
agar bertingkah laku seperti yang dikehendaki oleh mereka.
Baumrind juga mengemukakan bahwa pada model ini anak didik
dibina agar mandiri namun masih diberikan batas-batas dan
pengendalian atas tindakan-tindakan mereka.44
Hal ini sejalan
dengan pendapat Shapiro bahwa:
“Pemimpin/pendidik otoriter berusaha menjalankan model
pembinaan yang didasarkan pada struktur dan tradisi,
walaupun dalam banyak hal tekanan mereka akan
keteraturan dan pengawasan membebani anak didik.”45
44
Harianto Santoso, Disini Matahariku Terbit, (Jakarta: Gramedia,
2005), hlm. 257-258. 45
Saphiro, Mengajarkan Emosional Inteligensi Pada Anak, (Bandung:
Rosdakarya, 2009), hlm 29.
25
2) Model Pembinaan yang Permisif
Menurut Kartono, dalam model pembinaan ini yaitu
pemimpin, orang tua atau pendidik memberikan kebebasan
sepenuhnya dan anak didik diijinkan membuat keputusan sendiri
tentang langkah apa yang akan dilakukan. Pemimpin, orang tua
atau pendidik tidak pernah memberikan pengarahan dan
penjelasan kepada anak didik tentang apa yang sebaiknya
dilakukan. Dalam model pembinaan permisif hampir tidak ada
komunikasi antara yang membina dengan orang yang dibina serta
tanpa ada disiplin sama sekali.46
3) Model Pembinaan yang Demokratis
Hurlock berpendapat bahwa model pembinaan demokrasi
merupakan salah satu model pembinaan dimana pemimpin, orang
tua atau pendidik bersikap terbuka terhadap tuntutan dan pendapat
yang dikemukakan anak didik, kemudian mendiskusikan hal
tersebut bersama-sama.47
Model pembinaan demokrasi ditandai
dengan sikap menerima, responsif, berorientasi pada kebutuhan
anak didik yang disertai dengan tuntutan, kontrol dan pembatasan.
b. Langkah Pembinaan
Sofyan Sauri dan Achmad Hufad (2007) mengemukakan
pembinaan dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Evocation yaitu langkah pembinaan agar orang yang dibina diberi
keluasan dan kesempatan untuk secara bebas mengekspresikan respon
afektifnya terhadap stimulus yang diterimanya.
2) Inclucation yaitu langkah pembinaan agar orang yang dibina
menerima stimulus yang diarahkan menuju kondisi siap.
46
Enung Fatimah, Psikologi Perkembangan: Perkembangan Peserta Didik,
(Bandung: Pustaka Setia, 2008), hlm. 85. 47
Hurlock, Psikologi Perkembangan: Pengantar Dalam Berbagai
Bagiannya, (Yogyakarta: UGM Press, 2006), hlm. 99.
26
3) Moral Reasoning yaitu langkah pembinaan dimana terjadi
transaksi intelektual taksonomik tinggi dalam mencari pemecahan
suatu masalah.
4) Value Clarification yaitu langkah pembinaan melalui stimulus
terarah agar orang yang dibina mampu mencari kejelasan isi pesan
dari suatu nilai-nilai tertentu.
5) Value Analisys yaitu langkah pembinaan dimana orang yang dibina
diberikan stimulus untuk melakukan analisis nilai-nilai tertentu.
6) Moral Awareness yaitu langkah pembinaan dimana orang yang
dibina menerima stimulus dan dibangkitkan kesadaran akan nilai
tertentu.
7) Commitment Approach yaitu langkah pembinaan dimana orang
yang dibina sejak awal diajak untuk menyepakati adanya suatu pola
pikir dalam proses pendidikan nilai.
8) Union Approach yaitu langkah pembinaan dimana orang yang
dibina diarahkan untuk melaksanakan sesuatu secara nyata dalam
suatu kehidupan.48
Jadi, langkah pembinaan pada intinya diawali dari
memberikan sebuah stimulus kepada peserta orang yang dibina,
kemudian membiarkan mereka merespons dengan baik stimulus yang
berikan, dan pada akhirnya merka dapat mengekspresikan suatu sikap
yang dilakukan secara nyata didalam kehidupan sehari-hari.
7. Pengawasan Pembinaan
Menurut Hani Handoko, pengawasan (controlling) pada
hakikatnya adalah:
"Usaha penemuan dan penerapana cara dan peralatan untuk
menjamin bahwa rencana telah dilaksanakan sesuai dengan tujuan
yang telah ditetapkan."49
48
Sofyan Sauri dan Achmad Hufad, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, (Bandung:
FIP UPI, 2007), hlm. 41. 49
Sunhaji, Manajemen Madrasah, (Purwokerto: STAIN Purwokerto Press,
2008), hlm. 68.
27
Dalam hal pengawasan pembinaan menekankan pada usaha
pencegahan terhadap kemungkinan timbulnya penyimpangan-
penyimpangan. Oleh karena itu, kegiatan pengawasan pembinaan sudah
mulai dilaksanakan meskipun pelaksanaan program atau kegiatan
pembinaan belum selesai. Mencegah kemungkinan timbulnya
penyimpangan, akan memberikan manfaat yang lebih besar bagi suatu
lembaga atau organisasi dalam menanggulangi penyimpangan yang sudah
terjadi, karena apabila penyimpangan dapat dicegah, maka kerugian yang
besar dapat dihindarkan sehingga tujuan pembinaan dari lembaga atau
organisasi akan dapat tercapai dengan cara yang efektif dan efisien.
8. Hasil Pembinaan
Pembinaan merupakan suatu proses yang berkesinambungan dan
tidak ada rencana pembinaan bersifat final, tetapi selalu merupakan bahan
untuk diadakan perbaikan. Oleh karena itu pembinaan bukan merupakan
hasil daripada proses perencanaan, tetapi hanya sebagai laporan sementara
(interim report). Hasil pembinaan merupakan spesifikasi dari tujuan-
tujuan/sasaran-sasaran target dari perencanaan yang ditentukan dengan
apa yang ingin dicapai, dan bagaimana mencapainya. Pada suatu deretan,
fakta-fakta dan pandangan untuk waktu yang akan datang maka harus
menyimpulkan apa yang akan mempengaruhi tujuan dari kegiatan
tersebut atau hasil yang akan dicapai.
Jelasnya, hasil pembinaan dengan maksud untuk mencapai tujuan
organisasi/lembaga merupakan suatu hal yang pokok dalam pengambilan
keputusan. Maka, efisiensi sangat diperlukan karena efisiensi merupakan
perbandingan yang terbaik antara input dan output (hasil pelaksanaan
dengan sumber-sumber yang digunakan). Jadi, tujuan pembinaan pada
dasarnya ialah untuk mencapai hasil yang efektif (berhasil guna) dan
efisien (berdaya guna).
28
B. Konsep Akhlak
1. Pengertian Akhlak
Kata akhlak berasal dari Bahasa Arab, jamak dari khuluqun خلق
yang menurut bahasa berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau
tabiat.50
Kata tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan
khalqun لإق خ yang berarti kejadian, yang juga erat hubungannya dengan
khaliq خالق yang berarti pencipta; demikian pula dengan makhluqun ق لوإ مخإ
yang berarti yang diciptakan.
Adapun definisi akhlak menurut istilah yaitu sifat yang tertanam di
dalam diri yang dapat mengeluarkan sesuatu perbuatan dengan senang dan
mudah tanpa pemikiran, penelitian, dan paksaan.51
Dari Anas bin Malik r.a. beliau berkata:
عليإه سن الناس خلقاكان النبي صلى الل وسلم أحإ
”Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam adalah sosok yang paling mulia
akhlaknya.” (HR. Al-Bukhari No. 6203 dan Muslim No. 2150).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, akhlak diartikan sebagai
budi pekerti atau kelakuan. Dalam Bahasa Arab kata akhlak (akhlaq)
diartikan sebagai tabiat, perangai, kebiasaan, bahkan agama. Meskipun kata
akhlak berasal dari Bahasa Arab, tetapi kata akhlak tidak terdapat di dalam
Al-Qur’an. Kebanyakan kata akhlak dijumpai dalam hadits. Satu-satunya
kata yang ditemukan dalam al-Qur’an adalah bentuk tunggal yaitu khuluq.
Pengertian akhlak menurut Zakiah (1995):
“Akhlak adalah kelakuan yang timbul dari hasil perpaduan antara
hati nurani, pikiran, perasaan bawaan, dan kebiasaan yang menyatu
membentuk suatu kesatuan tindak akhlak yang dihayati dalam
kenyataan hidup keseharian.”52
50
Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak, hlm.1. 51
Anwar Masy’ari, Akhlak Al-Qur’an, hlm. 1. 52
Ainurrofiq Dawam, Emoh Sekolah Menolak Komersialisasi Pendidikan dan
Kanibalisme Intelektual Menuju Pendidikan Multikultural, (Jogjakarta: Inspeal
Ahimsakarya Press, 2003), hlm. 79.
29
Dalam Tiga pakar di bidang akhlak yaitu Ibnu Miskawaih, Al
Ghazali, dan Ahmad Amin menyatakan bahwa akhlak nerupakan perangai
yang melekat pada diri seseorang yang dapat memunculkan perbuatan baik
tanpa mempertimbangkan pikiran terlebih dahulu. Ahmad Amin juga
mengatakan bahwa khuluq merupakan membiasakan kehendak.53
Akhlak
merupakan tolak ukur kesempurnaan iman seorang hamba. Lebih lengkap
Imam Al-Ghazali menyatakan bahwa akhlak adalah sikap di dalam
pergaulan, baik dengan sesama manusia maupun dengan tuhannya.
Kedudukan akhlak dalam kehidupan manusia menempati tempat
yang penting, sebagai individu,maupun masyarakat dan bangsa, sebab
jatuh bangunnya masyarakat tergantung kepada bagaimana akhlaknya.
Apabila akhlaknya baik, sejahteralah lahir dan batinnya, apabila akhlaknya
rusak, maka rusaklah lahir batinnya. Imam Al-Ghazali menyimpulkan:
“Akhlak ialah sifat yang melekat dalam jiwa seseorang yang
menjadikan ia dengan mudah bertindak tanpa banyak pertimbangan
lagi.”54
Jadi, dari beberapa pendapat yang dikemukakan diatas maka akhlak
ialah suatu kebiasaan yang melekat atau tertanam pada diri seseorang tanpa
berpikir terlebih dahulu sehingga membentuk suatu kepribadian yang
membedakan antara seseorang dengan orang lain.
2. Tujuan Pembinaan Akhlak
Tujuan merupakan sesuatu yang dikehendaki, baik individu maupun
kelompok. Tujuan akhlak yang dimaksud ialah melakukan sesuatu atau
tidak melakukannya, yang dikenal dengan istilah al-ghayah, dalam Bahasa
Inggris disebut the high goal, dalam Bahasa Indonesia lazim disebut
dengan ketinggian akhlak.
Ketinggian akhlak diartikan sebagai meletakkan kebahagiaan pada
pemuasan nafsu makan, minum, dan syahwat (sex) dengan cara yang halal.
Ada pula meletakkan ketinggian akhlak itu pada kedudukan (prestise) dan
53
Rachmat Djatnika, Sisthematika Islami (Akhlak Mulia), (Jakarta: Pustaka
Panjimas, 1992), hlm. 45. 54
Nina Aminah, Studi Agama Islam, hlm. 91.
30
tindakan ke arah pemikiran atau kebijaksanaan (wisdom) atau hikmah.
Aristoteles55
menyebutkan bahwa kebahagiaan yang sempurna apabila ia
telah melakukan kebaikan, seperti kebijaksanaan yang bersifat penalaran
dan kebijaksanaan yang bersifat kerja. Dengan kebijaksanaan nalar dapat
diperoleh pandangan-pandangan yang sehat dan dengan kerja dapat
memperoleh keadaan utama yang menimbulkan perbuatan-perbuatan yang
baik.
Al-Ghazali menyebutkan bahwa ketinggian akhlak merupakan
kebaikan tertinggi. Kebaikan-kebaikan dalam kehidupan semuanya
bersumber pada empat macam, yaitu:
a. Kebaikan jiwa, yaitu pokok-pokok keutamaan yang sudah berulang
kali disebutkan, yaitu ilmu, bijaksana, suci diri, berani, dan adil.
b. Kebaikan dan keutamaan badan. Ada empat macam yakni sehat, kuat,
tampan dan usia panjang.
c. Kebaikan eksternal (al-kharijiyah), yaitu harta, keluarga, pangkat, dan
nama baik (kehormatan).
d. Kebaikan bimbingan (taufik-hidayah), yaitu petunjuk Allah, bimbingan
Allah, pelurusan, dan penguatannya.56
Pada kenyataannya di lapangan usaha-usaha pembinaan akhlak
melalui berbagai lembaga pendidikan melalui berbagai macam metode
terus dikembangkan. Ini menunjukkan bahwa akhlak memang perlu dibina,
dan pembinaan ini ternyata membawa hasil berupa terbentuknya pribadi-
pribadi muslim yang berakhlak mulia seperti taat kepada Allah dan rasul-
Nya, hormat kepada orangtua, sayang kepada sesama makhluk maupun
kepada lingkungan alam.
Jadi, tujuan pembinaan akhlak pada hakikatnya yaitu untuk
mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat bagi pelakunya sesuai ajaran Al-
Qur’an dan Hadits. Ketinggian akhlak terletak pada hati yang sejahtera
(qalbun salim) dan pada ketentraman hati (rahatul qalbi).
55
M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak, hlm. 10. 56
M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak, hlm. 11.
31
3. Fungsi Akhlak
Manusia pada hakikatnya menyadari dan merasakan bahwa
perilakunya akan dihitung atau dihisab oleh Allah Swt, sebelum dihitung
oleh orang lain. Orang akan sangat senang dan bahagia jika hidup bersama
dengan orang-orang beriman yang shaleh. Namun sesungguhnya,
kenikmatan hidup bukan hanya dinikmati oleh mereka yang hidup
bersamanya. Pelakunya sendiri akan merasakan kenikmatan yang sama,
bahkan lebih dalam. Hal ini karena selain mendapatkan respon positif dari
orang lain di dunia, orang yang berakhlak mulia telah dijanjikan oleh Allah
Swt mendapatkan pahala yang melimpah ruah di akhirat kelak. Maka,
akhlak memiliki fungsi bagi seorang muslim, diantaranya:
a. Akhlak bukti nyata keimanan
Iman dan takwa adalah masalah hati. Karena masalah takwa
adalah urusan hati, sehingga bagaimana proses ketaqwaan terjadi sulit
untuk dijelaskan. Seseorang tidak bisa memaksakan ketakwaan kepada
orang lain. Seorang penguasa tidak bisa memaksakan takwa dan iman
kepada rakyatnya, bahkan orangtua sampai batas tertentu tidak bisa
memaksakan keyakinan di hati anaknya. Pada dasarnya urusan hati
memang hanya ada dalam kuasa Allah Swt. Namun demikian,
keyakinan dan suasana hati pada umumnya secara singkat mudah dilihat
tanda-tanda atau indikator fisiknya. Ketulusan iman akan terpancar
secara jelas di rona wajah.
Pada hakikatnya bahwa sifat-sifat orang beriman seperti tanaman
yang kuat. Setelah besar dan tumbuh perkasa, ia pun berubah ranum,
dan para penanamnya pun bersuka ria. Karena akhlak merupakan buah
dari keimanan, maka akhlak perilakunya dapat dirasakan manfaatnya
oleh orang lain.
b. Akhlak hiasan orang beriman
Banyak orang yang nama dan sosoknya mungkin bahkan tidak
dikenal, namun kebaikan akhlaknya dirasakan oleh siapa saja. Orang
seperti itulah yang dicintai oleh Allah Swt. Maka akhlak yang islami
32
bagi seorang Muslim bisa diibaratkan hiasan yang memerindah
penampilannya. Ketaatan kepada Allah dan Rasulullah yang tulus, jika
tidak dibarengi dengan perilaku yang baik kepada orang lain, bisa
diibaratkan sebuah benda yang tidak bermotif.
c. Akhlak amalan yang paling berat timbangannya
Banyak amalan yang dilakukan orang beriman dalam rangka
bermunajat kepada Allah baik yang telah ditentukan caranya hingga
yang tidak ditentukan seperti dzikir dan do’a. Namun perlu kiranya
diketahui bahwa salah satu amal manusia yang paling mulia dihadapan
Allah dan paling berat timbangannya di sisi-Nya ialah akhlak. Dan
akhlak inilah pula salah satu perilaku yang paling dicintai oleh
Rasulullah Saw.
d. Akhlak mulia sebagai simbol segenap kebaikan
Akhlak yang baik selain dilakukan terhadap Allah Swt, sesama
manusia, bisa juga dilakukan untuk binatang, tumbuhan, bahkan
terhadap lingkungan alam. Pada dasarnya kebaikan memang harus
memiliki standar yang bisa diterima oleh semuanya, dan itulah kebaikan
agama. Artinya, sesuatu dianggap baik ialah jika Islam memandang hal
itu baik. Sebaliknya, sesuatu dianggap keburukan ialah apabila dianggap
buruk oleh agama.
Konsep ini dibangun dengan pandangan pokok bahwa apa yang
menurut Allah baik pasti sesungguhnya baik untuk manusia. Dan apa
yang dilarang Allah karena memang berbahaya bagi manusia. Maka
akhlakul karimah tidak bisa dipungkiri merupakan simbol bagi sebuah
kebaikan, bukan hanya bagi Allah Swt tetapi juga bagi sesama makhluk.
e. Akhlak merupakan pilar bagi tegaknya masyarakat yang diidam-
idamkan
Suatu masyarakat yang sikapnya diisi dengan senyum ramah lagi
tulus, sapa hangat tetangga, ulur tangan empati kepada yang menderita,
besuk kepada si sakit, meminta maaf jika bersalah, mengucapkan salam
jika bertemu, saling memberi hadiah, berbaik sangka, maka masyarakat
33
ini akan menuai berkah dalam kehidupannya. Dengan perilaku inilah
maka hubungan antar individu di tengah masyarakat akan terjalin baik.
Dengan ini pula akhlak negatif yang hendak menghancurkan pilar-pilar
masyarakat tidak mendapatkan tempat, sedangkan pahala Allah di
akhirat berupa surga yang telah menanti. Jika kita hendak menegakkan
sebuah masyarakat yang baik maka akhlakul karimah sebagai pilar-
pilarnya harus ditegakkan terlebih dahulu.
f. Akhlak adalah tujuan akhir diturunkannya Islam
Seseorang disebut ‘abid atau orang yang ahli ibadah bukan
semata-mata berdasarkan berapa lama ia di masjid, berapa banyak
halaman membaca Al-Qur’an setiap hari, namun juga didasarkan pada
ukuran sejauh mana pengaruh ibadah pada dirinya. Selain Nabi
memerintahkan umatnya untuk beribadah kepada Allah Swt maka sering
pula dijumpai imbauan beliau untuk berperilaku terpuji, karena
pahalanya memang tidak kalah agung.57
Sesungguhnya tujuan Islam diturunkan yaitu untuk menciptakan
akhlak atau perilaku manusia yang terpuji, bukan sekedar ahli ibadah
yang tidak mengenal kehidupan sosial di sekitarnya. Pada dasarnya
perilaku akhlak itu menunjukkan karakter orang-orang yang bertaqwa.
Betapa agungnya akhlakul karimah, bahkan Rasulullah Saw sendiripun
diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia. Rasulullah Saw
bersabda:
م مكا رم الخلق ))رواه احمدإنما بعثت لتم
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang
mulia." (HR. Ahmad).
57
Wahid Ahmadi, Risalah Akhlak: Panduan Perilaku Muslim Modern, (Solo: Era
Intermedia, 2004), hlm. 21.
34
4. Macam-Macam Akhlak
Ada dua jenis akhlak dalam Islam, yaitu akhlaqul karimah (akhlak
terpuji) merupakan akhlak yang baik dan benar menurut syariat Islam, dan
akhlaqul madzmumah (akhlak tecela) merupakan akhlak yang tidak baik
dan tidak benar menurut Islam.
a. Akhlaqul karimah (akhlak terpuji)
Adapun jenis-jenis akhlak terpuji sebagai berikut:58
al-amanah
(dapat dipercaya), as-sidqu (benar, jujur), al-‘adl (adil), al-wafa’
(menepati janji), al-haya’ (malu), ar-rifqu (lemah lembut), al-alifah
(sifat yang disenangi), al-‘afwu (sifat pemaaf), anisatun (bermuka
manis), inabah (meninggalkan maksiat di masa depan)59
, ‘azm
(keteguhan hati), rahmah (cinta kasih kepada sesama), menjauhi hal-hal
yang tidak berguna, al-khairu (kebaikan atau berbuat baik), al-khusyu’
(tekun bekerja sambil menundukkan diri/berdzikir kepada-Nya),
tawakkal (meyerahkan, menyandarkan diri kepada Allah setelah
melakukan usaha/ikhtiar dan berdo’a), husnudzan (berbaik sangka),
ta’awun (saling tolong menolong), iffah (memelihara kesucian diri baik
jasmaniah maupun rohaniah), pemaaf dan memohon maaf, istiqomah
(konsisten), dermawan, kooperatif,60
menahan amarah, mempunyai
sikap tenang dan sederhana, mujahadah (mencurahkan segala
kemampuan untuk melepaskan diri dari segala hal yang menghambat
pendekatan diri terhadap Allah, syaja’ah (berani yang berlandaskan
kebenaran dan berdasarkan pertimbangan), tawadhu’ (rendah hati),
lapang dada, ikhlas dan ridha’, birrul walidain (berbakti kepada
orangtua), tasamuh (menghargai), ta’aruf (saling kenal mengenal),
tafahum (saling memahami kelebihan dan kekurangan), takaful (saling
memberi jaminan sehingga menimbulkan rasa aman).61
58
M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak, hlm. 13. 59
Nurcholish Madjid, Masyrakat Religius, (Jakarta: Paramadina, 2000), hlm.
111. 60
Abdul Hamid Mursi, SDM Yang Produktif Pendekatan Al-Qur’an & Sains,
Jakarta: Gema Insani Press, 1997), hlm. 65. 61
Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak, hlm. 224.
35
b. Akhlaqul madzmumah (akhlak tercela)
Adapun jenis-jenis akhlak tercela ialah sebagai berikut:62
ananiyah (sifat egois), al-baghyu (suka obral diri pada lawan jenis yang
tidak hak/melacur), al-buhtan (dusta), al-kufran (mengingkari nikmat),
ar-riya’ (ingin dipuji), ghadab (mudah marah), an-namimah (adu
domba), al-bukhlu (sifat bakhil, kikir, kedekut (terlalu cinta harta), al-
kadzab (sifat pendusta atau pembohong), an-najasy (menipu dan
mengelabui),63
al-khamru (gemar minum-minuman yang mengandung
alkohol, al-khiyanah (sifat penghianat), azh-zhulmun (sifat aniaya), al-
jubnu (sifat pengecut), menggunjing dan mengumpat (ghibah),64
dengki
(hasad), berbuat kerusakan (fasik), isyraf dan tabzir (berlebih-lebihan
dan boros), berjanji dan bersaksi palsu,65
mengutuk, nifaq (munafik),
menelantarkan orang lain, su’udzan (berburuk sangka), mengejak dan
menghina, memfitnah, saling benci dan saling berpaling muka, memberi
gelar buruk, ‘uququl walidain (durhaka kepada orangtua), berbuat
dzalim (al-zulm), berbuat dosa besar (al-fawahisy), syirik
(menyekutukan Allah), dendam, memutuskan silaturrahim, ujub dan
takabbur (mengagumi serta membanggakan diri sendiri dan sombong).66
5. Ruang Lingkup Akhlak
Akhlak Islam memperhatikan secara komprehensif, mencakup
sebagai makhluk yang diciptakan Tuhan. Ruang lingkup akhlak Islami jauh
lebih sempurna, ia mencakup:
a. Akhlak terhadap Allah
Manusia sebagai hamba Allah harus mempunyai akhlak yang
baik kepada Allah. Sebagai makhluk ciptaan Allah, manusia diberikan
oleh Allah kesempurnaan dalam penciptaan-Nya dan mempunyai
kelebihan daripada makhluk lainnya. Manusia diberikan akal untuk
62
M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak, hlm. 13. 63
Abdul Mun’in Al-Hasyimi, Akhlak Rasul Menurut Bukhari & Muslim,
(Jakarta: Gema Insani, 2009), hlm. 138. 64
Nasrul Hs, Akhlak Tasawuf, (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2015), hlm. 44. 65
Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak, hlm. 87. 66
Nasrul Hs, Akhlak Tasawuf, hlm. 47.
36
berpikir, perasaan, dan nafsu. Akhlak kepada Allah dapat diartikan
sebagai:
“Sikap atau perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh
manusia sebagai makhluk kepada Tuhan sebagai khaliq.”67
Diantara akhlak terhadap Allah Swt yaitu : mentauhidkan
Allah (mengabdi hanya kepada Allah), bertaqwa kepada Allah, tunduk
dan patuh kepada Allah, beribadah kepada Allah, tawakal, bersyukur
kepada Allah, khauf dan raja’ (takut kepada Allah dan mengharap
hanya kepada Allah),68
ikhtiar (berusaha secara maksimal), ikhlas dan
ridha’ menerima keputusan Allah, tadlarru’ dan khusyu’, husnudhan
(berbaik sangka kepada Allah), dzikrullah (ingat kepada Allah),
bersabar dalam meninggalkan larangan agama mejalankan perintah
agama, menghadapai masalah/ujian/cobaan, muhasabah (evaluasi dan
perbaikan terhadap amal perbuatan), istighfar dan taubat kepada Allah,
berdo’a khusus kepada Allah, cinta dan ridha kepada Allah,
muraqabah (selalu merasa dalam pengawasan Allah), mujahadah
(mencurahkan segala kemampuan untuk melepaskan diri dari segala
hal yang menghambat pendekatan diri terhadap Allah).
b. Akhlak terhadap sesama manusia
Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri;
manusia perlu berinteraksi dengan sesama manusia dengan akhlak
yang baik.69
Diantara akhlak terhadap sesama manusia meliputi:
1) Akhlak terhadap Rasulullah : mencintai dan memuliakan
Rasulullah secara tulus dengan mengikuti semua sunnahnya,
menjadikan Rasulullah sebagai idola dalam hidup dan kehidupan,
menjalankan apa yang diperintah dan menjauhi larangannya,
mengucapkan shalawat dan salam kepadanya.
67
M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak, hlm. 200. 68
Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak, hlm.37. 69
Rois Mahfud, Al-Islam Pendidikan Agama Islam. (Palangkaraya:
Erlangga, 2011), hlm. 100.
37
2) Akhlak terhadap orang tua meliputi mencintai mereka melebihi
cinta kepada kerabat lainnya, merendahkan diri kepada keduanya
diiringi rasa kasih sayang, berkomunikasi dengan orang tua dengan
khidmat, menggunakan kata-kata yang lemah lembut, berbuat baik
kepada keduanya sebaik-baiknya dan mendoakan keselamatan dan
keampunan bagi mereka kendatipun seorang atau kedua-duanya
telah meninggal dunia.
3) Akhlak terhadap diri sendiri meliputi : iffah (memelihara kesucian
diri baik jasmaniah maupun rohaniah), memelihara kerapihan diri,
berlaku tenang, menambah ilmu pengetahuan, membina disiplin
pribadi, pemaaf dan memohon maaf, sikap sederhana dan jujur dan
menghindari perbuatan tercela, muhasabah diri.
4) Akhlak terhadap keluarga dan karib kerabat, antara lain : saling
membina rasa cinta dan kasih sayang dalam kehidupan keluarga,
saling menunaikan kewajiban untuk memperoleh hak, birrul
walidain (berbakti kepada orangtua), mendidik anak-anak dengan
kasih sayang dan memelihara hubungan silaturrahim.
5) Akhlak terhadap tetangga, antara lain : saling memberi salam,
bersikap lemah lembut, saling senyum dan sapa, saling
mengunjungi, saling bantu di waktu senang lebih-lebih tatkala
susah, saling memberi, saling hormat menghormati, saling
menghindari pertengkaran dan permusuhan, menjenguk ketika
sakit, memberi nasehat jika dimintai nasehat, memuliakan tetangga
jika berkunjung ke rumah, memelihara hubungan silaturrahim
antara tetangga.
6) Akhlak terhadap masyarakat, meliputi : memuliakan tamu,
menghormati nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat yang
bersangkutan, saling menolong dalam melakukan kebajikan dan
taqwa, menjawab salam, mengunjungi orang sakit, menguruz
jenazah, megabulkan undangan, menyahuti orang bersin,
menganjurkan anggota masyarakat termasuk diri sendiri untuk
38
berbuat baik dan mencegah orang lain melakukan perbuatan jahat
dan munkar, bermusyawarah dalam segala urusan mengenai
kepentingan bersama, menebarkan semangat persaudaraan, saling
tasamuh (menghargai) baik kepada sesama muslim atau
masyarakat non muslim, memelihara hubungan silaturrahim antara
anggota masyarakat.
7) Akhlak bernegara, meliputi : musyawarah dalam mengambil
keputusan, menegakkan keadilan, amar ma’ruf nahi munkar (saling
mengajak kebaikan dan mencegah kemungkaran), menjalin
ukhuwah (persaudaraan antara pemimpin dan yang dipimpin).70
c. Akhlak terhadap alam
Islam sebagai agama universal mengajarkan tata cara
peribadatan dan berinteraksi tidak hanya dengan Allah Swt dan sesama
manusia tetapi juga dengan lingkungan dan alam sekitarnya.
Hubungan segitiga ini sejalan dengan misi Islam yang dikenal sebagai
agama rahmatan lil ‘alamin. Hal ini juga menjadi misi profetik
diutusnya Nabi Muhammad Saw. Islam sebagai agama rahmat bagi
seluruh alam hanya dapat diwujudkan jika manusia secara sadar
mengetahui, memahami dan melaksanakan misinya sebagai khalifah-
Nya yang bertugas untuk memakmurkan bumi dan segala isinya,
menjalin relasi yang baik dengan sesama manusia dan dengan-Nya
(vertikal dan horizontal).
Jadi, diantara akhlak terhadap alam yaitu akhlak terhadap
lingkungan hidup, seperti memanfaatkan sumber daya alam dengan
baik dan menjaga kelestarian alam lingkungan terutama hewani,
nabati, flora dan fauna. Semua pada dasarnya diciptakan Allah Swt
untuk kepentingan manusia dan makhluk-makhluk lainnya. Akhlak
manusia terhadap alam diwujudkan dalam bentuk tidak
70
M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak, hlm. 213.
39
mengeksploitasi alam secara berlebihan dengan tujuan hanya untuk
ambisi dan hasrat ekonomi.71
C. Konsep Cinta Lingkungan
1. Pengertian Cinta Lingkungan Hidup
Cinta adalah sikap, suatu orientasi watak yang menentukan
hubungan pribadi dengan dunia keseluruhan, bukan menuju satu “objek ”
cinta.72
Cinta bagai mukjizat yang mampu mengubah kehidupan
seseorang. Seperti halnya seni lukis, musik, dan arsitektur dua langkah
penting untuk mempelajari cinta menurut Fromm yaitu dengan menyadari
bahwa cinta merupakan suatu seni dan harus dicari strategi untuk
mempelajarinya. Penguasaan tentang teori cinta dan kemampuan
mempraktikkannya akan menimbulkan seseorang untuk memiliki rasa
cinta. Dengan menempatkan cinta sebagai seni, seseorang akan mampu
menjadi "master dan guru besar cinta".
Cinta merupakan jawaban atas problem kemanusiaan. Setiap teori
tentang mendidik cinta dimulai dengan teori tentang eksistensi manusia.
Mendidik dengan cinta akan membuat peserta didik dapat merasakan
makna cinta dalam hidup. Cinta membuat manusia kreatif dan produktif.
Cinta yang merupakan wujud kesatuan interpersonal dan jawaban lengkap
terhadap problem keterpisahan manusia memiliki beberapa indikator:
Pertama, cinta merupakan suatu kegiatan (activity), bukan afeksi pasif;
cinta tetap tegak di dalam (standing in) bukan sesuatu yang "jatuh untuk"
(falling for). Cinta merupakan aktivitas yang berarti suatu tindakan yang
membawa perubahan atas situasi tertentu, lewat jalan pengerahan energi.
Menurut Spinoza:
71
Rois Mahfud, Al-Islam Pendidikan Agama Islam, hlm. 102. 72
Ekarini Saraswati, “Makna Cinta Dalam Novel Dari Lembah Ke Coolibah
Karya Titis Basino: Sebuah Telaah Semiotis”, Jurnal Artikulasi, Malang: Universitas
Muhammadiyah Malang, 2008, vo. 6, no. 2, hlm. 261.
40
"Cinta adalah tindakan sebentuk praktik kekuatan manusia yang
hanya dapat diwujudkan dalam kebebasan. Cinta tidak pernah
terwujud oleh paksaan."73
Kedua, cinta selalu membuat elemen dasar perhatian, tanggung
jawab, penghargaan, dan pemahaman. Cinta merupakan perhatian aktif
terhadap kehidupan dan perkembangan dari yang dicintai. Cinta yaitu
tanggung jawab atau respons terhadap kebutuhan-kebutuhan manusia, baik
yang terungkap maupun yang tidak. Cinta membutuhkan penghargaan,
yakni kemampuan untuk melihat seseorang atau sesuatu sebagaimana
adanya, dengan menyadari segala kekurangan dan keunikannya. Cinta
yaitu anak kandung kebebasan. Cinta tidak pernah lahir dari dominasi atau
paksaan.
Ketiga, cinta memberi, bukan menerima. Memberi dalam arti
ganda, bukan dalam arti "mengorbankan", yakni pemberian yang diimbali
dengan menerima; member tanpa menerima merupakan bentuk penipuan.
Orang yang berkarakter produktif, memberi merupakan ungkapan yang
paling tinggi dari kemampuan. Dalam memberi, ada penghayatan akan
kekuatan, kekayaan, dan kekuasaan. Memberi membuat diri lebih berharga
dan akan menimbulkan rasa gembira karena sebagai ungkapan
kegembiraan hidup (aliveness) dan rasa syukur.
Keempat, cinta itu memberikan sesuatu yang berharga dalam
hidupnya, memberi kegembiraan, humor, kesedihannya dimaksudkan
untuk meninggikan rasa hidup diri dan orang lain. Memberi berarti
membuat orang lain menjadi seorang pemberi juga dalam suasana
kegembiraan penuh rasa terimakasih dan syukur. Kelima, cinta yaitu suatu
kekuatan yang membangkitkan semangat serta memajukan orang lain dan
menjadikan diri menjadi pribadi yang dicintai. Mendidik dengan cinta
membuat peserta didik selalu dalam keadaan senang dan dinamis.
Dinamisme yang ada hendaknya diarahkan oleh pendidik untuk
mendorong kreativitas peserta didik karena bangunan karakter dengan
73
Moh Roqib, Ilmu Pendidikan Islam, hlm. 200.
41
dasar cinta akan mampu bergerak kontinu tanpa mengenal lelah, bagaikan
air jernih yang terus mengalir menghidupkan tanaman dan
menyetahterakan manusia.
Teori yang mendasari pemahaman manusia tentang lingkungannya
disebut ekologi. Ekologi berasal dari Bahasa Yunani “Oikos” yang berarti
rumah atau tempat hidup.74
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
disebutkan bahwa lingkungan adalah : a. daerah (kawasan) yang termasuk
didalamnya; b. bagian wilayah di kelurahan yang merupakan lingkungan
kerja pelaksanaan pemerintahan desa; c. golongan, kalangan; d. semua
yang mempengaruhi pertumbuhan manusia atau hewan.75
Lingkungan
adalah:
Segala sesuatu yang ada di sekitar tempat hidup atau tempat tinggal
kita, yaitu berupa kesatuan ruang dengan semua benda, daya dan
keadaan serta makhluk hidup, termasuk didalamnya manusia dan
perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan kehidupan dan
kesejahteraan manusia dan makhluk hidup lainnya.76
Lingkungan merupakan suatu kombinasi komponen dari keadaan
fisik yang meliputi sumber daya alam misalnya air, mineral, tanah, flora,
fauna dan sebagainya dengan suatu struktur lembaga berupa hasil ciptaan
dari manusia, contoh sederhananya adalah keputusan yang dibuat tentang
bagaimana akan memanfaatkan keadaan fisik. Selain itu, lingkungan juga
dapat dipahami sebagai semua faktor luar, fisik dan biologis yang secara
langsung berpengaruh terhadap hidup, pertumbuhan, perkembangan,
reproduksi dan organisme. Lingkungan hidup ialah:
“Kesatuan ruang dengan dalamnya manusia dan perilakunya, yang
mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan
manusia serta makhluk hidup lainya.”77
74
Mangunjaya M Fachruddin, Konservasi Alam, hlm. 8. 75
Nina Aminah, Studi Agama Islam, hlm. 217. 76
Khaelany Hd, Islam Kependudukan & Lingkungan Hidup, (Jakarta: Rineka
Cipta, 1996), hlm. 87. 77
Agus Wibowo, Pendidikan Karakter Strategi Membangun Karakter Bangsa
Berperadaban, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000), hlm. 72.
42
Lingkungan hidup ialah:
"Sistem keutuhan yang menyatu dengan keberadaan (eksistensi),
perjuangan hidup, dan perkembangan peradaban serta masa depan
manusia."78
Para ahli di Indonesia memiliki pandangan yang beragam dalam
mendefinisikan lingkungan hidup. Beberapa diantaranya adalah sebagai
berikut:
a. Sambas Wirakusumah
Menurut Sambas, lingkungan hidup merupakan segala sesuatu
yang meliputi struktur eksternal biologis, dimana makhluk hidup serta
ilmu mengenai lingkungan bisa menjadi wadah atau sarana mempelajari
organisme yang ada.
b. Emil Salim
Emil menjelaskan, lingkungan hidup meliputi semua kondisi
dan benda. Selain itu, dampak yang ditimbulkan oleh sebuah ruang
yang sedang Anda tempati, yang kemudian mempengaruhi lingkaran
hidup di sekitarnya baik manusia, hewan maupun tumbuhan.
c. Darsono
Darsono menjalaskan, lingkungan hidup meliputi semua kondisi
dan benda, misalnya manusia serta aktivitasnya, yang termasuk dalam
aspek bagaimana manusia berperan dalam mempengaruhi sebuah
proses kelangsungan hidup, baik kepada sesama manusia maupun
makhluk hidup lainnya.
d. Soedjono
Soedjono menjelaskan bahwa lingkungan hidup merupakan
lingkungan fisik atau jasmani yang terdapat di alam yang mencakup
lingkungan hidup manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan yang ada di
dalamnya.
78
Adnan Harahap dkk, Islam dan Lingkungan Hidup (Jakarta Pusat: Swarna
Bhumy, 1997), hlm. 67.
43
e. Otto Soemarwoto
Menurut Otto, lingkungan hidup terdiri atas semua benda dan
juga keadaan yang ada di dalam sebuah ruang yang saat ini kita tempati
dan memberikan dampak terhadap kehidupan.
f. Jonny Purba
Jonny Purba menjelaskan bahwa lingkungan hidup merupakan
suatu wilayah yang merupakan tempat dari berlangsungnya bermacam-
macam interaksi sosial diantara berbagai kelompok beserta juga
pranatanya dengan simbol serta nilai.
g. Bintarto
Bintarto menjelaskan lingkungan hidup mencakup segala
sesuatu yang ada di sekitar, baik berupa benda atau organisme yang
bisa terpengaruh karena kegiatan yang dilakukan.
h. Sri Hayati
Sri Hayati menjelaskan lingkungan hidup sebagai satu kesatuan
ruang dengan semua benda juga keadaan makhluk hidup. Yang
termasuk didalamnya adalah manusia dan perilakunya yang
melangsungkan kehidupan dan kesejahteraan manusia juga makhluk-
makhluk hidup lainnya.
i. St Munajat Danusaputra
Menurut St Munajat, lingkungan merupakan semua kondisi
beserta benda yang berada di dalamnya, termasuk manusia dan kegiatan
yang dilakukannya. Dimana manusia eksis dalam sebuah ruang dan bisa
memberikan pengaruh terhadap kelangsungan, kesejahteraan hidup
serta jasad renik yang lain.79
Pengertian Lingkungan Hidup sebagaimana dirumuskan Pasal 1
butir 1 UUPPLH (Undang-Undang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup) adalah:
79
Mendy Aisha, “Pengertian Lingkungan Dan Macam Macam Jenisnya”,
https://jagad.id/pengertian-lingkungan-dan-macam-macam-jenisnya/, diakses pada 16
Maret 2019 pukul 20.50.
44
“Kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan
makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya yang
mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan
dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.”80
Pendapat pakar lingkungan hidup yaitu S.J McNaughton dan
Larry L Wolf menyatakan lingkungan hidup merupakan:
“Semua faktor eksternal yang bersifat biologis dan fisika yang
langsung mempengaruhi kehidupan, pertumbuhan,
perkembangan dan reproduksi organisme."81
Jadi, cinta adalah suatu sikap (attitude) atau kegiatan (activity)
yang membutuhkan pemahaman atau pengetahuan (knowledge) dan
mengenali sesuatu (knowing) untuk menuntun dan menjadi dasar
terwujudnya perhatian, kepedulian, tanggung jawab, dan penghargaan
serta tanggap terhadap sesuatu yang dicintai. Lingkungan merupakan
segala hal yang eksis di sekitar manusia serta memiliki kemampuan
untuk mempengaruhi proses perkembangan hidup manusia baik secara
langsung maupun tidak langsung. Lingkungan hidup merupakan
kesatuan antara seluruh makhluk hidup dan makhluk tak hidup,
meliputi berbagai unsur lingkungan serta manfaatnya yang berpengaruh
terhadap kelangsungan segenap makhluk hidup yang ada di bumi.
Maka, yang dimaksud dengan cinta lingkungan hidup yaitu suatu sikap
peduli atau tanggap terhadap lingkungan sehingga tercipta suasana yang
nyaman, bersih dan indah baik di lingkungan sekolah maupun di luar
sekolah.
2. Fungsi Lingkungan Hidup
Kehidupan adalah sebuah struktur yang saling berkaitan satu sama
lain dan sangat ketergantungan dengan unsur lingkungan hidup. Kehidupan
bermasyarakat yang ideal bukan hanya menjadikan manusia sebagai satu-
80
Takdir Rahmadi, Hukum Lingkungan di Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2014), hlm. 58. 81
N.H.T Siahaan, Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan, (Jakarta:
Erlangga, 2004), hlm. 4
45
satunya tolak ukur, namun juga berdasarkan unsur lain seperti unsur hayati
dan juga fisik guna mendukung sebuah proses kelangsungan hidup yang
harmonis. Fungsi lingkungan bagi makhluk hidup (organisme) dengan
lingkungan:
a. Makhluk hidup sendiri adalah unit utama dari lingkungan hidup.
b. Makhluk hidup terbentuk dengan segala kesesuaian yang tepat dengan
lingkungannya.
c. Makhluk hidup terbagi-bagi menjadi kelompok-kelompok alamiah
yang disebut jenis (species).
d. Alam dibatasi oleh persepsi kita sendiri mengenai lingkungan alam
sekitar.82
Berikut fungsi lingkungan hidup bagi kehidupan manusia
diantaranya:
a. Sebagai tata ruang bagi keberadaan manusia, yaitu mencakup segi
estetika dan fisika yang terbentuk dalam diri manusia sebagai dimensi
jasmani, rohani dan kebudayaan. Lingkungan hidup merupakan
tempat tinggal bagi semua makhluk hidup, tanpa peduli apapun
tingkatannya.
b. Sebagai penyedia (sustenance) berbagai hal yang dibutuhkan manusia.
Hal ini sesuai dengan firman Allah Swt:
…
“…Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan
menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya,
Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi
memperkenankan (do’a hamba-hamba-Nya).” (QS. Hud: 61).
Selain berfungsi sebagai tempat tinggal bagi makhluk hidup,
lingkungan hidup juga merupakan tempat makan demi memenuhi
82
Adnan Harahap dkk, Islam Dan Lingkungan Hidup, hlm. 20.
46
kebutuhan dan kelangsungan kehidupan. Oleh karena itu, lingkungan
hidup memainkan peran yang sangat penting supaya semua spesies di
dalamnya tidak punah.
c. Sebagai tempat berlangsungnya berbagai aktivitas di dalam kehidupan
manusia. Manusia tidak terlepas dari interaksi sosial di dalamnya. Hal
ini karena manusia adalah makhluk sosial yang saling bergantung satu
sama lain, baik dengan tujuan tertentu ataupun hanya sekedar
membina hubungan baik.83
3. Ruang Lingkup Lingkungan Hidup
Ruang lingkup lingkungan hidup diantaranya yaitu:
a. Lingkungan alam hayati
Lingkungan hidup alam hayati merupakan sebuah sistem yang
bergerak secara dinamis dan mencakup suatu kesatuan ruang dengan
segala kondisi, organisme, benda serta unsur abiotik yang lainnya
tanpa adanya perbuatan campur tangan dari manusia. Interaksi yang
berlangsung antara lingkungan alamiah dengan sekitarnya ini
kemudian membentuk sebuah kesatuan yang bernama ekosistem.
Contoh sederhana dari lingkungan alam hayati ialah hutan primer.
b. Lingkungan biologis
Lingkungan biologis adalah segala makhluk hidup (biotik)
yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan warga sekolah, seperti
kepala sekolah, guru serta staf karyawan, peserta didik, satpam, tukang
kebersihan, semua warga sekolah, serta berbagai jenis tumbuhan dan
binatang yang ada di sekitarnya. Lingkungan biologis bersifat biotik
atau benda hidup, misalnya tumbuh-tumbuhan, hewan, virus, bakteri,
jamur, parasit, serangga dan lain-lain yang dapat berperan sebagai agen
penyakit, reservoir infeksi, vektor penyakit, dan hospes intermediate.
Hubungan manusia dengan lingkungan biologisnya bersifat dinamis
dan pada keadaan tertentu saat terjadi ketidakseimbangan diantara
hubungan ini, manusia akan menjadi sakit.
83
Adnan Harahap dkk, Islam dan Lingkungan Hidup, hlm. 14.
47
4. Tugas Manusia Dalam Menjaga Lingkungan
Setelah selesai dengan segala penciptaannya, Allah memberikan
sebuah titipan amanat kepada manusia, Allah berfirman:
“Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah
(diciptakan) dengan baik. Berdo’ alah kepada-Nya dengan rasa takut dan
penuh harap. Sesungguhnya rammat Allah sangat dekat kepada orang
yang berbuat kebaikan.” (QS. Al-A’raaf: 56).
Setiap amanat semestinya harus dijaga, dan setiap titipan tentunya
harus disampaikan. Akan tetapi manusia telah merusak dirinya dengan
kemaksiatan setelah Allah menancapkan tonggak syariat melalui panji-
panji Rasul-Nya. Manusia merusak bumi dan segala isinya setelah sekian
banyak nikmat telah Allah berikan kepada mereka.
Betapa semakin berkembang pengetahuan dan teknologinya,
semakin radikal pula sikap manusia terhadap sumber daya alam. Peradaban
modern sendiri memang ditandai oleh ilmu pengetahuan dan teknologi
yang diarahkan untuk menaklukan alam. Sebagai obyek yang ditaklukan,
maka segala sumber dayanya dimanfaatkan untuk kepentingan usaha
produktifnya. Kesadaran mengenai pentingnya lingkungan telah dikenal
manusia sejak lama. Dapat dikatakan kearifan lingkungan yang dimiliki
oleh setiap masyarakat tradisional adalah bentuk paling awal dari kesadaran
lingkungan. Sejumlah penelitian ekologi manusia membuktikan pula bahwa
pranata-pranata masyarakat, seperti politik, kekerabatan, dan organisasi
keagamaan, juga dapat memberikan dampak yang besar terhadap
lingkungan.84
Alam lingkungan perlu diolah dan dimanfaatkan manusia sebaik-
baiknya, agar sesuai dengan maksud Allah menciptakan semua itu. Kita
84
Adnan Harahap dkk, Islam dan Lingkungan Hidup, hlm. 12.
48
harus mencintai lingkungan, artinya memperlakukan bermacam ragam
benda, baik biotik (hidup) maupun abiotik (mati) agar lingkungan hidup
dapat berfungsi sebagaimana mestinya sesuai dengan kodrat masing-
masing sehingga terwujud kesejahteraan dan kebahagiaan manusia lahir
dan batin.85
Islam mengajarkan kepada kita untuk tidak bertindak secara
berlebihan dalam segala hal dan menganjurkan untuk berlaku sederhana,
mengambil yang secukup kita butuhkan. Eksplorasi alam lingkungan
semestinya juga harus dilandaskan pada prinsip ini. Sehingga putaran hidup
makhluk hidup akan berjalan secara wajar, harmonis dan teratur. Kita juga
harus meyakini bahwa semua tindakan pada alam pasti akan dituntut
tanggungjawab kelak di akhirat.86
Islam merupakan agama yang banyak
menyuruh kita memperhatikan alam lingkunan, jika ingin mengenal lebih
dekat dengan Tuhan. Oleh karena itu, spirit agama sangat diperlukan dalam
membantu pemahaman dan kesadaran akan pentingnya mrncintai alam
lingkungan.
Al-Qur’an menghendaki agar manusia melahirkan budaya-budaya
yang baik saja, yang bermanfaat bagi kebahagiaan hidupnya di dunia dan
akhirat, yaitu budaya yang merusak akhlak, alam dan lingkungan.87
Islam
adalah agama fitrah yang mengadakan pendekatan hukum berdasarkan
fitrah pula. Islam memandang bahwa segala aspek hidup dan apa saja yang
dilakukan manusia (muslim) semata-mata sebagai sarana beribadah kepada
Khaliknya.88
Memelihara lingkungan dalam Islam merupakan bagian dari
totalitas ibadah manusia. Islam merupakan agama yang rahmatan lil
‘alamin (rahmat bagi seluruh alam) yang mendorong umat agar tidak
membuat kerusakan atau mempercepat laju kerusakan yang dilakukan di
planet bumi dan alam semesta.
85
Khaelany Hd, Islam Kependudukan, hlm. 86. 86
Bahagia, Hak Alam Dan Hukum Lingkungan Dalam Islam, (Yogyakarta: Suka-
Press, 2013), hlm. 6. 87
Musa Asy’arie, Al-Qur’an & Pembinaan Budaya Dialog Dan Transformasi,
(Yogyakarta: Lesfi, 1993), hlm. 50. 88
Mangunjaya M Fachruddin, Konservasi Alam, hlm. 105.
49
Karena itu muslim di Indonesia, bisa menjadi pelopor dengan ikut
melestarikan sumber daya alam dan memelihara lingkungan dengan sebaik-
baiknya agar bumi menjadi maslahat dan terpelihara bagi seluruh umat
manusia. Langkah awal bagi yang memahami yaitu mensosialisasikan fiqih
baik di lingkungan rumah tangga kita hingga mengajarkannya di lembaga-
lembaga pendidikan. Tidak ada jalan yang lebih baik kecuali latihan
mencintai dan menerapkan syariat Allah dimulai sejak dini dan lingkungan
keluarga kita.
5. Langkah-Langkah Pembinaan Akhlak Cinta Lingkungan
Akhlak merupakan hasil dari pendidikan, latihan, pembinaan,
perjuangan keras dan sungguh-sungguh. Kelompok yang mendukung
pendapat yang kedua ini umumnya datang dari ulama-ulama Islam yang
cenderung pada akhlak. Ibnu Miskawaih, Ibn Sina, al-Ghazali dan lain-lain
termasuk kepada kelompok yang mengatakan bahwa akhlak merupakan
hasil usaha (mukhtasabah).89
Pembinaan akhlak semakin terasa diperlukan terutama pada saat
semakin banyak tantangan dan godaan sebagai dampak dari kemajuan di
bidang Iptek. Umat Islam harus mempelajari, memahami dan menguasai
Iptek serta melandasinya dengan akhlakul karimah sebagai pijakan dalam
mengembangkan Iptek serta memanfaatkannya untuk kemakmuran dan
kesejahteraan umat manusia.90
Dengan uraian tersebut dapat dikatakan
bahwa akhlak merupakan hasil usaha dalam mendidik dan melatih dengan
sungguh-sungguh terhadap berbagai potensi rohaniah yang terdapat dalam
diri manusia. Jika program pendidikan dan pembinaan akhlak itu dirancang
dengan baik, sistematik, dan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh, maka
akan menghasilkan anak-anak atau orang-orang yang baik akhlaknya. Di
sinilah letak peran dan fungsi lembaga pendidikan. Potensi rohaniah yang
ada dalam diri manusia termasuk didalamnya akal, nafsu amarah, nafsu
89
Nasrul Hs, Akhlak Tasawuf, hlm. 13. 90
Tim Perumus Fakultas Teknik UMJ, Al-Islam & Iptek, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 1998), hlm. 146.
50
syahwat, fitrah, patah hati, hati nurani, dan intuisi harus dibina secara
optimal dengan cara, pendekatan dan langkah-langkah yang tepat.
Pembinaan Islam merupakan sistem dan proses kepembinaan yang
berdasarkan Islam untuk mencapai produk atau tujuannya, baik studi
maupun praktis. Jadi, pembinaan akhlak Islam merupakan suatu proses
membina, memelihara, membentuk, dan memberikan latihan mengenai
akhlak dan kecerdasan berpikir baik yang bersifat formal maupun informal
yang didasarkan pada ajaran-ajaran Islam. Pada sistem pembinaan Islam ini
khusus memberikan pembinaan tentang akhlaqul karimah agar dapat
mencerminkan kepribadian seorang muslim.91
Dan salah satu pembinaan
akhlak tersebut yaitu mengenai pembinaan akhlak cinta lingkungan.
Adapun langkah-langkah dalam pembinaan akhlak cinta lingkungan
diantaranya yaitu:
a. Berdzikir kepada Allah dan bersyukur kepada-Nya
Allah telah menciptakan segala sesuatu dan
menyempurnakannya hingga sampai pada kesempurnaan akhir yang
sesuai dengan kehendak-Nya. Ia yang menentukan seluruh makhluk,
tugas-tugas dan akhir kehidupannya. Ia juga menunjukkan tujuan-
tujuan penciptaan, menentukan apa yang terbaik bagi ciptaan-Nya
selama hidup.92
Secara garis besar, tujuan penciptaan manusia yang pertama
yaitu untuk menjadi ‘ibaadullah (hamba Allah, beribadah). Wujud
manusia beribadah salah satunya ialah berdzikir (mengingat) Allah.
Kedua, yaitu sebagai khalifatullah fi al-ardhi, yakni sebagai makhluk
yang diperintahkan untuk menjaga dan mengelola bumi. Khalifah
berasal dari kata khalafa-yakhlifu-khilafatan-wa khalifatan yang
berarti meneruskan, maka khalifah dapat diartikan sebagai penerus
ajaran Allah, wakil Allah atau menjadi pemimpin di muka bumi.
91
M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak, hlm. 23. 92
Abdul Hamid Mursi, SDM Yang Produktif, hlm. 58.
51
Allah mengamanahkan tanggung jawab sebagai khalifah di
muka bumi kepada manusia berdasarkan kelayakan dan asas-asas yang
kukuh. Allah mengetahui bahwa hanya manusialah yang sanggup
menerima tugas tersebut. Agar manusia mampu melaksanakan tugas
besarnya, maka Allah menganugerahkan banyak kelebihan kepadanya
sebagai bekal menjadi khalifah. Maka dari itu, sebagai makhluk Allah
yang senantiasa diberikan kelebihan dan kenikmatan, manusia harus
banyak bersyukur kepada Allah. Dan salah satu wujud dari rasa syukur
sebagai khalifah Allah di muka bumi ialah memiliki akhlak mencintai
alam dan lingkungan.93
b. Revitalisasi ajaran agama
Bentuk ajaran agama yang didominasi dogma-dogma yang
sempit perlu diperluas. Bukan hanya ritual keagamaan saja tetapi
tindakan yang lebih luas mengenai aspek yang lain. Tidak hanya
sekedar mementingkan aspek kognitif semata tetapi aspek
psikomotorik salah satunya sikap atau akhlak mencintai lingkungan
harus kita tumbuhkan kepada setiap peserta didik maupun masyarakat.
Pendidikan mengenai lingkungan hidup dilaksanakan lebih dini di
keluarga dan lembaga pendidikan.
Di lembaga pendidikan dapat ditempuh melalui satuan mata
pelajaran yang ada seperti PAI, aqidah (tauhid), tarikh (sejarah Islam),
fikih ataupun lainnya. Guru PAI yang mengajarkan berbagai mata
pelajaran terkait keagamaan seharusnya memiliki wawasan tentang
lingkungan hidup yang memadai, sehingga ia dapat menjelaskan saling
keterkaitan antara pelajaran yang diberikan kepada peserta didik
terutama masalah lingkungan hidup.
Permasyarakatan program pelestarian lingkungan hidup melalui
jalur agama, pada prinsipnya ada dua jalur yang dapat digunakan yaitu
jalaur pemerintah dan jalur masyarakat. Jalur pemerintah yang
93
Akhmad Alim, Sains dan Teknologi Islami, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2014), hlm. 91.
52
digunakan untuk memasyarakatkan program mencintai lingkungan
adalah melalui kegiatan pendidikan, penerangan/penasehatan
perkawinan. Khusus di bidang pendidikan, pemasyarakatan program
mencintai lingkungan dapat dilaksanakan melalui lembaga-lembaga
pendidikan agama yang dikelola oleh Departemen Agama.94
c. Tadabur alam terhadap tempat yang kita tempati.
Birunya laut, gemuruh ombak, hijaunya alam dengan aneka
flora dan fauna adalah anugerah Tuhan yang tiada tara. Keeksotikan
dan keindahan alam adalah modal untuk berpikir, merenung, dan
bermuara pada aktivitas untuk memanfaatkan, mengelola, dan menjaga
dengan penuh tanggung jawab. Setiap individu diharapkan dapat
meneliti atau mengkaji rahasia-rahasia kejadian alam, asal-usul
kejadiannya., tujuan kejadiannya dan akhir kejadiannya. Dengan
tersingkap dan terungkapnya rahasia-rahasia alam itu, akan menambah
khazanah pengetahuan tentang alam untuk dimanfaatkan guna
kemaslahatan umat manusia.95
d. Muhasabah dari fenomena alam
Seorang sarjana muslim terkenal, Nadvi (1966: 20)
mengemukakan salah satu kondisi yang merupakan syarat agar
kekhalifahan Allah di muka bumi dapat terwujudkan, yaitu bahwa
manusia harus mencapai pengetahuan yang utuh tentang seluruh
peristiwa alam, dan hukum yang mendasari cara kerjanya.96
Panas
bumi yang semakin meningkat, bencana alam yang sering kita dengar,
musim yang tidak teratur, dan rusaknya lapisan ozon adalah fenomena
alam yang mestinya menjadi sumber muhasabah bagi setiap individu
terhadap berbagai aktivitas yang telah dilakukan selama ini. Rusaknya
alam diwilayah tertentu berdampak pada kekacauan lingkungan di
seluruh permukaan bumi. Dalam konteks muhasabah terhadap
94
Adnan Harahap dkk, Islam dan Lingkungan Hidup, hlm. 97. 95
Adnan Harahap dkk, Islam dan Lingkungan Hidup, hlm. 78. 96
Muhammad A. Al-Buraey, Islam: Landasan Alternatif Administrasi
Pembangunan, (Jakarta: Rajawali, 1986), hlm. 116.
53
lingkungan tidak berpikir dan bertindak secara sempit pada wilayah
lokal tempat kita tinggal, namun kesadaraan atas tanggung jawab diri
sebagai warga dunia. Merenungkan dan mentafakuri kejadian alam
semesta dan alam lingkungan akan lebih memperkuat keyakinan
tentang kebesaran dan kekuasaan pencipta-Nya.97
e. Mempelajari kehidupan umat terdahulu.
Hal ini juga penting, karena dengan mengenal perbuatan umat
terdahulu dan akibat yang diterimanya itu apakah berupa
kesempurnaan/kekurangan ataupun keberhasilan/kegagalan dapat
dijadikan pelajaran dalam menata kehidupan baik masa kini maupun
masa mendatang.98
"Katakanlah: "Berjalanlah di muka bumi, kemudian
perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan
itu." (QS. Al-An’am: 11).
f. Berpartisipasi dalam program pelestarian lingkungan
Tujuan hidup manusia yang ketiga yaitu membangun
peradaban di muka bumi. Usaha membangun bumi ini akan sempurna
lewat cara menanam, membangun, memperbaiki dan menghidupi, serta
menghindarkan diri dari hal-hal yang merusak. Manusia dengan dasar
berbuat baik diharapkan dapat berinterkasi dengan lingkungan dan
memeliharanya secara lebih fleksibel dan leluasa, berdasarkan niatan
untuk beribadah kepada Allah. Program pelestarian lingkungan ini
dapat dilakukan dengan cara penghijauan, menanam pohon,
membangun, membersihkan lahan dari hama, memelihara sumber daya
dan kekayaannya, serta melindungi dari perbuatan-perbuatan yang
dapat merusak ketertibannya.99
97
Adnan Harahap dkk, Islam dan Lingkungan Hidup, hlm. 78. 98
Adnan Harahap dkk, Islam dan Lingkungan Hidup, hlm. 78. 99
Yusuf Al-Qaradhawi, Islam Agama Ramah Lingkungan, (Jakarta Timur:
Pustaka Al-Kautsar, 2002), Hlm. 34.
54
g. Program reward and punishment.
Akhlak mencintai lingkungan dapat terbentuk melalui program
reward and punishment. Pemerintah memberikan reward (apresiasi)
terhadap setiap orang atau lembaga yang berpartisipasi melakukan
program atau kegiatan pelestarian lingkungan serta memberikan
punishment (hukuman) terhadap siapa saja yang melakukan perusakan
terhadap lingkungan. Salah satu apresiasi terhadap suatu lembaga yaitu
lembaga pendidikan yang mendapatkan kategori sebagai sekolah
adiwiyata baik di tingkat kabupaten, provinsi maupun tingkat nasional
yang merupakan program dari Kementerian Lingkungan Hidup. Dalam
hal perlindungan lingkungan hidup pemerintah memberlakukan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.100
h. Dakwah berwawasan lingkungan
Dakwah sebagai ekspresi dari rasa iman dan taqwa kepada
Allah, perwujudannya bukan sekedar dalam bentuk kegiatan
pembinaan atau peningkatan penghayatan ajaran atau memperbaiki
penghayatan ajaran, melainkan menuju kepada sasaran yang lebih luas,
yaitu sebagai pelaksanaan keseluruhan ajaran dalam kehidupan sehari-
hari pada orang per orang dan masyarakat yang menyangkut semua
sektor kehidupan.101
Berdakwah merupakan tugas khalifah di muka bumi, kemudian
menjadi program, kegiatan atau agenda yang ke depan sangat penting
apabila berkaitan dengan wawasan lingkungan. Konsekuensi teologis
ke depan bukan hanya dosa karena tidak shalat tetapi berdosa juga
karena telah merusak fasilitas tempat ibadah dengan tidak
memerhatikan kebersihan mushola atau rumah sendiri. Para mubaligh
yang mengumandangkan dosa syirik, khurafat dan bid’ah harus
ditambah dengan dosa mendzalimi karena perbuatannya menyulitkan
100
Arif Sumantri, Kesehatan Lingkungan, hlm. 260. 101
Adnan Harahap dkk, Islam dan Lingkungan Hidup, hlm. 99.
55
orang lain berupa perusakan lingkungan. Jadi, mubaligh yang berbicara
ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadits tentang air, gunung, awan, sungai, laut,
danau, kebun, binatang dan lainnya akan sangat bermakna bagi umat
dalam mempelajari bumi dan seisinya secara menyeluruh.
Banyak upaya ulama baru sampai pada tahap ishlah al-aqidah,
ishlah al-ibadah dan ishlah al-muamalah tetapi belum sampai pada
tahap ishlah al-bi’ah. Dakwah dapat dilakukan pada saat khutbah,
ceramah atau pengajian, majelis ta’lim, dan pada setiap kesempatan
56
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Secara definisi, penelitian kualitatif merupakan:
“Suatu penelitian ilmiah yang bertujuan untuk memahami suatu
fenomena dalam konteks sosial secara alamiah dengan
mengedepankan proses interaksi komunikasi yang mendalam antara
peneliti dengan fenomena yang diteliti.”102
Sedangkan penelitian kuantitatif merupakan metode penelitian
tradisional yang berlandaskan pada filsafat positivisme, data penelitiannya
berupa angka-angka serta analisis menggunakan kuantitatif/statistik, dengan
tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.103
Penelitian ini
termasuk dalam kategori penelitian lapangan (field research) dengan
menggunakan jenis penelitian kualitatif, karena memiliki kriteria sebagaimana
yang ada dalam penelitian kualitatif. Peneliti mencoba untuk memahami
realita sesuai dengan teori yang digunakan. Penelitian lapangan didefinisikan
sebagai:
"Penelitian yang dilakukan di kancah atau medan terjadinya gejala."104
Data-data yang digunakan peneliti meliputi studi pustaka dan apa saja yang
ada di lokasi penelitian karena sifat penelitian ini seperti itu.
Jenis penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif deskriptif karena
menggambarkan suatu fenomena atau kegiatan yang ada di suatu sekolah.
Dipilihnya jenis penelitian kualitatif didasarkan pada alasan bahwa
permasalahan yang dikaji di dalam penelitian ini. Disamping itu, pendekatan
kualitatif lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak
102
Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial,
(Jakarta: Salemba Humanika, 2014), hlm. 18. 103
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung:
Alfabeta, 2017), hlm. 7. 104
M. Iqbal Hasan, Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya,
(Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002), hlm. 11.
57
penajaman pengaruh bersama pola-pola nilai yang dihadapi dan situasi yang
berubah-ubah selama penelitian berlangsung.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 1 Karanglewas yang berada di
Jalan Raya Tamansari RT 01 RW 01, Desa Tamansari Kecamatan
Karanglewas Kabupaten Banyumas. Peneliti memilih lokasi penelitian di
sekolah ini karena merupakan Sekolah Adiwiyata Tingkat Nasional. Setiap
sekolah adiwiyata biasanya memiliki program adiwiyata. Program adiwiyata
merupakan salah satu program kementerian Negara Lingkungan Hidup dalam
rangka mendorong terciptanya pengetahuan dan kesadaran warga sekolah
dalam rangka upaya pelestarian lingkungan hidup. Tujuan dari program
adiwiyata yaitu:
1. Mengajak warga sekolah untuk ikut terlibat dalam kegiatan sekolah
menuju lingkungan yang sehat dan menghindarkan dampak lingkungan
yang negatif.
2. Mengajak warga sekolah untuk melaksanakan proses belajar tentang
materi lingkungan hidup sehingga di kemudian hari dapat turut
berpartisipasi melestarikan dan menjaga lingkungan hidup di sekolah dan
sekitarnya.
3. Menciptakan kondisi yang baik bagi sekolah untuk tempat pembelajaran
dan menyadarkan warga sekolah, sehingga dikemudian hari dapat turut
bertanggung jawab dalam upaya-upaya penyelamatan lingkungan hidup
dan pembangunan berkelanjutan.
4. Mewujudkan kelembagaan sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan
bagi sekolah dasar dan menengah di Indonesia.105
Dari program adiwiyata ini akan membentuk karakter peserta didik
yang peduli atau tanggap terhadap lingkungan, sehingga akan melahirkan
akhlak cinta terhadap lingkungan. SMP Negeri 1 Karanglewas mempunyai
program adiwiyata bernama “adiwiyata krida”, diantaranya kegiatan Jum’at
105
Dokumentasi SMP Negeri 1 Karanglewas dikutip pada tanggal 21 Februari 2019
58
Bersih, Jum’at Sehat, Ecko Brick, dan lain sebagainya yang membuat peneliti
tertarik untuk mengkaji.
C. Sumber Data
Sumber data atau juga disebut sebagai subjek penelitian adalah:
"Benda atau orang yang dimaksud atau tempat untuk mendapatkan
data variabel yang dipermasalahkan."106
Adapun yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah:
1. Kepala sekolah
Kepala sekolah merupakan subjek yang terlibat dalam penentuan
kebijakan berkaitan dengan program atau kegiatan yang akan dijalankan
dalam suatu sekolah. Kepala sekolah yang memberikan keputusan akan
diadakan atau tidaknya sebuah program atau kegiatan. Wawancara yang
dilakukan oleh peneliti yaitu dengan Kepala SMP Negeri 1 Karanglewas
Bapak Agus Subagyo, S.Pd., S.IP, M.M.Pd.
2. Wakil Kepala Sekolah
Di SMP Negeri 1 Karanglewas wakil kepala sekolah juga menjabat
sebagai ketua adiwiyata, sehingga merupakan subjek yang membantu
kepala sekolah dalam penentuan kebijakan berkaitan dengan program atau
kegiatan pembinaan akhlak cinta lingkungan yang dijalankan sekolah.
Wakil kepala sekolah juga membantu kepala sekolah dalam memberikan
keputusan akan diadakan atau tidaknya sebuah program atau kegiatan
pembinaan akhlak cinta lingkungan. Wawancara yang dilakukan oleh
peneliti yaitu dengan narasumber Ibu Rini Widhiastuti, S.Si.
3. Wakil Kepala Bidang Kurikulum
Wakil Kepala bidang kurikulum merupakan pihak yang berwenang
dalam kaitannya dengan kurikulum yang diterapkan di sekolah. Waka
kurikulumlah yang bertugas memastikan kegiatan belajar mengajar teori
dan praktek dapat terselenggara dengan baik dan terkendali. Dari Waka
106
Suharsimi Arikunto, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002),
hlm. 36.
59
Kurikulum diperoleh data tentang kurikulum yang diberlakukan pada
setiap mata pelajaran, khususnya mata pelajaran PAI (Pendidikan Agama
Islam). Wawancara yang dilakukan oleh peneliti yaitu dengan narasumber
Ibu Marfeni Rita Dewi, S.Pd.
4. Wakil Kepala Bidang Kesiswaan
Wakil Kepala Bidang Kesiswaan merupakan pihak yang
berwenang dalam kegiatan dan pembinaan peserta didik. Waka
Kesiswaanlah yang bertugas untuk melaksanakan bimbingan, pengarahan
dan pengendalian kegiatan kesiswaan yang ada di sekolah. Wawancara
yang dilakukan oleh peneliti yaitu dengan narasumber Ibu Laely
Mardhiyani, S.Pd.
5. Guru BK (Bimbingan dan Konseling)
Guru BK saat ini merupakan salah satu bagian penting dari sebuah
sekolah. Setiap sekolah paling tidak diwajibkan untuk memiliki guru BK
untuk dapat menangani berbagai macam kasus atau masalah yang terjadi
di lingkungan sekolah. Wawancara yang dilakukan oleh peneliti yaitu
dengan narasumber Ibu Intan Permatasari, S.Pd.
6. Guru PAI (Pendidikan Agama Islam)
Guru PAI merupakan subjek yang terlibat langsung dalam proses
pembinaan akhlak. Wawancara yang dilakukan oleh peneliti adalah
dengan narasumber Bapak Asron, S.Ag. Dari sini diperoleh data mengenai
pelaksanaan pembinaan akhlak cinta lingkungan bagi peserta didik di SMP
Negeri 1 Karanglewas Kabupaten Banyumas.
7. Pembina Pramuka
Pramuka (Praja Muda Karana) merupakan salah satu organisasi
wajib untuk kelas VII khususnya di semester gasal. Organisasi pramuka
ini identik dengan kegiatannya yang berbaur dengan alam (lingkungan)
yang sesuai dengan pembahasan tema/judul peneliti. Wawancara yang
dilakukan oleh peneliti yaitu dengan narasumber Bapak Sugeng Pamuji,
S.Pd.
60
8. Pengurus OSIS
OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah) merupakan salah satu
organisasi yang ada di sekolah, di bina langsung oleh Wakil Kepala
Bidang Kesiswaan. Karena SMP Negeri 1 Karanglewas merupakan
sekolah adiwiyata maka biasanya OSIS ini memiliki program atau
kegiatan yang sejalan dengan background sekolah tersebut. Wawancara
yang dilakukan oleh peneliti yaitu dengan narasumber Yulian Mahardika
dan Muhammad Hassan kelas VIII G.
9. Peserta Didik
Peserta didik merupakan subjek utama dalam pendidikan, dialah
yang belajar setiap saat. Peserta didik disebut sebagai objek karena peserta
didiklah yang menjadi sasaran guru dalam proses transformasi ilmu.
Sedangkan peserta didik disebut sebagai subjek dalam hal ini maksudnya
peserta didik yang berperan aktif dalam mencari dan berusaha mempelajari
suatu ilmu. Peserta didik yang menjadi subjek penelitian yaitu kelas VII
SMP Negeri 1 Karanglewas. Peneliti dalam hal wawancara mengambil
salah satu peserta didik yaitu Akbar Daniel Ruslan kelas VII C.
D. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan pencatatan peristiwa-peristiwa atau hal-
hal ataupun keterangan dari sebagian atau seluruh materi yang akan
mendukung penelitian atau cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk
mengumpulkan data. Dalam teknik pengumpulan data dengan berbagai
setting, sumber, maupun berbagai cara. Dari segi teknik pengumpulan data
dapat dilakukan melalui observasi (pengamatan), interview (wawancara),
kuesioner (angket), dokumentasi dan triangulasi (gabungan keempatnya).107
107
Sugiyono, Metode Penelitian, hlm. 225.
61
1. Observasi
Observasi atau disebut pula dengan pengamatan meliputi
penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba, dan pengecap.108
Menurut
Nazir, pengumpulan data dengan observasi langsung atau dengan
pengamatan langsung adalah:
"Cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada
pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut."109
Teknik observasi merupakan suatu teknik atau cara pengumpulan data
dengan cara mengamati secara langsung maupun tidak langsung tentang
hal-hal yang diamati dan mencatatnya terhadap kegiatan yang sedang
berlangsung. Hal-hal yang diamati tersebut dapat dalam bentuk suatu
gejala-gejala tingkah laku, benda-benda hidup ataupun benda mati.
Penelitian ini menggunakan jenis observasi non partisipan, dimana peneliti
tidak langsung terlibat dalam program atau kegiatan pembinaan akhlak
cinta lingkungan yang berlangsung di sekolah.
Adapun pelaksanaan observasi ini mengacu pada pedoman
observasi yang diisi dengan tanda chek list (√) jiwa indikator yang
diobservasi dilaksanakan. Adapun tabel pedoman observasi yaitu sebagai
berikut:
Tabel 3.1
Pedoman Observasi Pembinaan Akhlak Cinta Lingkungan
No
Indikator yang Diobservasi
Kemunculan
Ada Tidak Ada
1 Melaksanakan kegiatan Jumat Bersih
2
Melaksanakan program pengelolaan
sampah oleh masing-masing individu
(Ecko Brick)
3 Membudayakan memungut sampah
di lingkungan sekolah
108
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2002, hlm. 133. 109
Nazir, Metode Penelitian, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2014), hlm. 154.
62
4
Ikut serta memanfaatkan sampah
untuk menjadi barang bernilai jual
5
Membiasakan mencuci tangan
sebelum dan sesudah makan
6 Membiasakan membawa bekal dari rumah
7
Membiasakan memakan makanan
dan meminum minuman yang bersih
dan sehat
8
Menjaga kebersihan dan kerapihan
anggota badan dan pakaian
9 Ikut serta memelihara dan merawat "Green House"
10 Melaksanakan kegiatan menyiram tanaman
11
Ikut serta memperingati hari-hari
besar nasional yang bertemakan
Lingkungan Hidup
2. Wawancara (Interview)
Teknik wawancara merupakan percakapan dengan maksud tertentu
yang dilakukan dua pihak yaitu pewawancara (interviewer) dan
terwawancara (interview) untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya
jawab, sehingga dapat dikonstruksikan dalam suatu topik tertentu.110
Penelitian ini menggunakan teknik wawancara semi terstruktur, dimana
sudah ada poin-poin untuk dipertanyakan kepada pihak terwawancara
(interview). Peneliti melakukan wawancara dengan Guru PAI di SMP
Negeri 1 Karanglewas yaitu Bapak Asron, S.Ag. berkaitan dengan
program atau kegiatan yang menunjang pembinaan akhlak cinta
lingkungan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pedoman
110
Lexy J. Meleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2012), hlm. 186.
63
wawancara yang disusun secara sistematis dan lengkap untuk
mengumpulkan data yang dicari.
Metode ini digunakan untuk wawancara dengan sumber data untuk
mendapatkan data tentang sekolah, keadaan guru, peserta didik, serta
program atau kegiatan pembinaan akhlak cinta lingkungan yang
dikembangkan oleh peneliti. Adapun wawancara dengan sumber data
dilakukan untuk melengkapi dan mempertajam data. Dalam mengajukan
pertanyaan, dapat diperjelas melalui instrumen kisi-kisi pertanyaan sebagai
berikut:
Tabel 3.2
Kisi-kisi Wawancara
Sumber Data Indikator Sub Pokok Pertanyaan No.
Soal
Kepala Sekolah
dan
Wakil Kepala
Sekolah
Wawasan
sekolah
Visi Misi SMP Negeri 1
Karanglewas 1
Kapan menjadi sekolah
adiwiyata tingkat kabupaten
hingga tingkat nasional
2
Perubahan lingkungan
sekolah setelah menjadi
sekolah adiwiyata tingkat
kabupaten hingga tingkat
nasional
3
Kebijakan
program
Kebijakan sekolah terkait
program pembinaan akhlak
cinta lingkungan
4
Program umum yang
menunjang pembinaan
akhlak cinta lingkungan
5
Waka
Kurikulum
Kebijakan
Kurikulum
Integrasi di dalam kurikulum
pembelajaran terkait
program pembinaan akhlak
cinta lingkungan bagi peserta
didik
1
Silabus dan RPP terkait
program pembinaan akhlak
cinta lingkungan bagi peserta
didik
2
Materi khusus terkait
pembinaan akhlak cinta 3
64
lingkungan bagi peserta
didik
Waka
Kesiswaan
Akhlak peserta
didik terhadap
lingkungan
Akhlak peserta didik
terhadap lingkungan setelah
menjadi sekolah adiwiyata
tingkat kabupaten hingga
tingkat nasional
1
Pelaksanaan
program
pembinaan
akhlak cinta
lingkungan
secara
menyeluruh
Pelaksanaan program
pembinaan akhlak cinta
lingkungan secara
menyeluruh
2
Hasil program pembinaan
akhlak cinta lingkungan
secara menyeluruh
3
Monitoring
Pengawasan program
pembinaan akhlak cinta
lingkungan secara
menyeluruh
4
Evaluasi program pembinaan
akhlak cinta lingkungan
secara menyeluruh
5
Guru BK Kontroling
Pelaksanaan program
pemeriksaan kerapihan dan
kebersihan setiap hari
1
Konseling
Penanganan bagi peserta
didik yang tidak/kurang
tanggap terhadap lingkungan
2
Guru PAI
Pelaksanaan
program
pembinaan
akhlak cinta
lingkungan
Kegiatan pembinaan akhlak
cinta lingkungan bagi peserta
didik
1
Materi pembinaan akhlak
cinta lingkungan bagi peserta
didik
2
Metode pembinaan akhlak
cinta lingkungan bagi peserta
didik
3
Pengawasan pembinaan
akhlak cinta lingkungan bagi
peserta didik
4
Evaluasi pembinaan akhlak
cinta lingkungan bagi peserta
didik
5
Hasil pembinaan akhlak
cinta lingkungan bagi peserta
didik
6
65
Faktor pendukung dan
penghambat 7
Pembina
Pramuka
Program
khusus
Ekstrakurikuler
Pramuka
Program/kegiatan khusus
Ekstrakurikuler Pramuka
terkait pembinaan akhlak
cinta lingkungan bagi peserta
didik
1
Akhlak peserta
didik terhadap
lingkungan
Akhlak peserta didik
terhadap lingkungan sekitar
pada saat kegitan pramuka 2
Evaluasi bagi peserta didik
yang tidak/kurang tanggap
terhadap lingkungan pada
saat program atau kegiatan
pramuka
3
Pengurus OSIS
Program
khusus OSIS
Program/kegiatan khusus
OSIS terkait pembinaan
akhlak cinta lingkungan
1
Perawatan
Green House
Usaha pengurus OSIS dalam
mengajak peserta didik yang
lain agar ikut serta dalam
perawatan Green House
2
Peringatan
hari-hari besar
bertemakan
lingkungan
hidup
Kegiatan yang dilakukan
OSIS dalam memperingati
hari-hari besar bertemakan
lingkungan hidup
3
Peserta Didik
Piket Kelas Pelaksanaaan piket kelas
setiap hari 1
Program Jumat
bersih dan
Jumat sehat
Pelaksanakaan program
Jumat bersih dan Jumat sehat
setiap minggu
2
Program
kerapihan dan
kebersihan
Pelaksanaan program
kerapihan dan kebersihan
baik anggota badan, pakaian
baik di lingkungan kelas
maupun lingkungan di
sekitar sekolah setiap hari
3
Program Ecko
Brick
Pelaksanakan program Ecko
Brick setiap hari 4
Pengawasan
wali kelas dan
guru mata
pelajaran
Pengawasan wali kelas dan
guru mata pelajaran setiap
hari dalam pelaksanaan
program Ecko Brick, piket
kelas, kerapihan dan
kebersihan baik anggota
5
66
badan, pakaian baik di
lingkungan kelas maupun
lingkungan di sekitar sekolah
Dari kisi-kisi tersebut, kemudian dikembangkan menjadi
pertanyaan sebagai berikut:
Tabel 3.3
Pedoman Wawancara
Sumber Data No Pertanyaan
Kepala
Sekolah dan
Wakil Kepala
Sekolah
1 Apa visi misi SMP Negeri 1 Karanglewas?
2
Kapan SMP Negeri 1 Karanglewas menjadi
sekolah adiwiyata tingkat kabupaten hingga
tingkat nasional?
3
Bagaimana perubahan lingkungan sekolah
setelah menjadi sekolah adiwiyata tingkat
kabupaten hingga tingkat nasional?
4 Bagaimana kebijakan sekolah terkait program
pembinaan akhlak cinta lingkungan?
5
Secara umum apa sajakah program atau kegiatan
pembinaan akhlak cinta lingkungan di SMP
Negeri 1 Karanglewas?
Waka
Kurikulum
1
Apakah ada integrasi di dalam kurikulum terkait
program pembinaan akhlak cinta lingkungan
bagi peserta didik?
2
Bagaimana integrasi di dalam Silabus dan RPP
terkait program pembinaan akhlak cinta
lingkungan bagi peserta didik?
3 Apakah ada materi khusus terkait pembinaan
akhlak cinta lingkungan bagi peserta didik?
Waka
Kesiswaan
1
Bagaimana akhlak peserta didik terhadap
lingkungan setelah menjadi sekolah adiwiyata
tingkat kabupaten hingga tingkat nasional
2 Bagaimana pelaksanaan program pembinaan
akhlak cinta lingkungan secara menyeluruh?
3 Bagaimana hasil program pembinaan akhlak
cinta lingkungan secara menyeluruh?
4 Bagaimana pengawasan program pembinaan
akhlak cinta lingkungan secara menyeluruh?
5 Bagaimana evaluasi program pembinaan akhlak
cinta lingkungan secara menyeluruh??
Guru BK 1 Bagaimana pelaksanaan program pemeriksaan
kerapihan dan kebersihan setiap hari?
67
2 Bagaimana penanganan bagi peserta didik yang
tidak/kurang tanggap terhadap lingkungan?
Guru PAI
1
Apa saja program/kegiatan dalam pembinaan
akhlak cinta lingkungan bagi peserta didik di
SMP Negeri 1 Karanglewas?
2
Materi apa saja yang diberikan terkait pembinaan
akhlak cinta lingkungan bagi peserta didik di
SMP Negeri 1 Karanglewas?
3
Metode apa yang digunakan dalam pembinaan
akhlak cinta lingkungan bagi peserta didik di
SMP Negeri 1 Karanglewas?
4
Bagaimana pengawasan pembinaan akhlak cinta
lingkungan bagi peserta didik di SMP Negeri 1
Karanglewas?
5
Bagaimana evaluasi pembinaan akhlak cinta
lingkungan bagi peserta didik di SMP Negeri 1
Karanglewas?
6
Bagaimana hasil pembinaan akhlak cinta
lingkungan bagi peserta didik di SMP Negeri 1
Karanglewas?
7
Apa saja faktor pendukung dan penghambat
dalam pembinaan akhlak cinta lingkungan bagi
peserta didik di SMP Negeri 1 Karanglewas?
Pembina
Pramuka
1
Apakah ada program/kegiatan khusus
Ekstrakurikuler Pramuka terkait pembinaan
akhlak cinta lingkungan bagi peserta didik di
SMP Negeri 1 Karanglewas?
2 Bagaimana akhlak peserta didik terhadap
lingkungan pada saat kegiatan pramuka?
3
Bagaimana evaluasi bagi peserta didik yang
tidak/kurang tanggap terhadap lingkungan pada
saat program atau kegiatan pramuka?
Pengurus
OSIS
1 Apakah ada program/kegiatan khusus OSIS
terkait pembinaan akhlak cinta lingkungan?
2
Bagaimana usaha pengurus OSIS dalam
mengajak peserta didik yang lain agar ikut serta
dalam perawatan Green House?
3
Apakah ada kegiatan yang dilakukan OSIS
dalam memperingati hari-hari besar bertemakan
lingkungan hidup?
Peserta Didik
1
Apakah teman-teman kelas yang terjadwal pada
hari itu selalu melaksanakan piket setiap
harinya?
2 Apakah teman-teman kelas selalu melaksanakan
program Jumat bersih dan Jumat Sehat setiap
68
minggunya?
3
Apakah teman-teman kelas selalu menjaga
kerapihan dan kebersihan baik anggota badan,
pakaian baik di lingkungan kelas maupun
lingkungan di sekitar sekolah setiap harinya?
4 Apakah teman-teman kelas selalu melaksanakan
program Ecko Brick setiap harinya?
5
Bagaimana pengawasan wali kelas dan guru
mata pelajaran setiap harinya dalam pelaksanaan
program Ecko Brick, piket kelas, kerapihan dan
kebersihan baik anggota badan, pakaian baik di
lingkungan kelas maupun lingkungan di sekitar
sekolah?
3. Dokumentasi
Menurut Hamidi, dokumentasi adalah:
"Informasi yang berasal dari catatan penting baik dari lembaga atau
organisasi maupun dari perorangan."111
Dokumentasi merupakan metode mencari data mengenai hal-hal
atau variabel yang sudah berlaku, dapat berupa tulisan, gambar, atau karya
karya monumental dari seseorang. Dokumen berupa tulisan misalnya
catatan harian, transkip, buku, biografi, peraturan, kebijakan dan
sebagainya. Dokumen berupa gambar misalnya foto, gambar hidup, sketsa
dan lain-lain. Sedangkan dokumen yang berbentuk karya misalnya karya
seni, gambar, patung, film dan lain-lain.
Dokumentasi yang digunakan oleh peneliti guna mendukung data
yang diperoleh dalam penelitian inidokumen berupa catatan gambaran
umum SMP Negeri 1 Karanglewas, (sejarah, visi dan misi, profil sekolah,
letak geografis, sarana dan prasarana sekolah). Dokumentasi dalam bentuk
gambar atau foto, contohnya foto ketika sedang berlangsungnya program
jumat bersih atau kegiatan lainnya yang menunjang pembinaan akhlak
cinta lingkungan.
111
Hamidi, Metode Penelitian Kualitatif: Aplikasi Praktis Pembuatan Proposal
dan Laporan Penelitian, (Malang: UMM Press, 2004), hlm. 72.
69
E. Teknik Analisis Data
Tahap selanjutnya setelah mengumpulkan data-data selesai ialah
menganalisis data. Analisis data dalam penelitian kualitatif sebenarnya
dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, akan tetapi lebih difokuskan
selama proses di lapangan bersamaan dengan pengumpulan data.
1. Analisis sebelum di lapangan
Analisis dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan, atau data
sekunder, yang akan digunakan untuk menentukan fokus penelitian.
Namun demikian fokus penelitian ini masih bersifat sementara, dan akan
berkembang setelah peneliti masuk dan selama di lapangan.
2. Analisis selama di lapangan model Miles and Huberman
Miles and Huberman (1984) mengemukakan bahwa aktivitas
dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung
secara terus menerus sampai tuntas. Aktivitas dalam analisis data, yaitu :
a. Data Reduction (Reduksi Data)
Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya,
serta membuang yang tidak perlu.
b. Data Display (Penyajian Data)
Penyajian data dalam penelitian kualitatif selanjutnya
dilakukan dalam bentuk naratif, melalui penyajian data, maka akan
memudahkan peneliti untuk memahami apa yang terjadi, dan
merencanakan langkah selanjutnya berdasarkan apa yang telah
dipahami itu.
c. Conclusion Drawing Verivication (Penarikan Kesimpulan dan
Verifikasi)
Langkah terakhir yaitu penarikan kesimpulan. Kesimpulan
dalam penelitian kualitatif mungkin dapat/tidak dapat menjawab
pertanyaan dalam rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal,
70
karena rumusan masalah dalam penelitian kualitatif bersifat sementara
dan akan berkembang setelah penelitian berada di lapangan.112
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan
dengan langkah-langkah sebagai berikut : (1) menelaah catatan hasil
pengamatan, wawancara dan dokumentasi serta catatan reflektif,
kemudian memisahkan data yang penting untuk keperluan penelitian
dari data yang tidak penting; (2) mendeskripsikan data yang telah
diklasifikasikan untuk penelaahan lebih lanjut, dengan memperhatikan
fokus dan tujuan penelitian; (3) menelaah deskripsi data dan
membandingkannya dalam laporan dengan teori yang menjadi acuan
peneliti, termasuk revisi teori, dan (4) membuat analisis akhir dan
menerangkannya dalam laporan untuk kepentingan penulisan skripsi.
Dengan demikian data yang diperoleh akan lebih konsisten sehingga
menjadi sautu data yang valid dan bisa dipertanggung jawabkan. Maka,
dilakukan uji keabsahan data dengan menggunakan teknik triangulasi. Dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan dua macam teknik triangulasi yaitu:
1) Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik berarti peneliti menggunakan teknik
pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari
sumber data yang sama. Peneliti menggunakan wawancara serta
dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak.
2) Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber berarti untuk mendapatkan data dari sumber
yang berbeda-beda dengan teknik yang sama.113
112
Sugiyono, Metode Penelitian, hlm. 253. 113
Sugiyono, Metode Penelitian, hlm. 241.
71
BAB IV
PEMBINAAN AKHLAK CINTA LINGKUNGAN
A. Penyajian Data
1. Deskripsi Lokasi Penelitian
b. Sejarah SMP Negeri 1 Karanglewas
SMP Negeri 1 Karanglewas berdiri tahun 1985 dengan Surat
Keputusan dari Mendikbud RI Nomor 0594/1985 tanggal 22 November
1985. Kepala Sekolah yang pernah menjabat di SMP Negeri 1
Karanglewas antara lain Burhana, B.A (1985-1986), Dartun (1986-
1987), Kurniat Taufik H (1987-1992), Hj. Siti Sundari (1992-1995),
Drs. Soedarso Sisworijanto, (1995-1999), Ahmad Zainal, S.Pd. (1999-
2002), Drs. Susmoro (2005-2008), Suparjo, S.Pd. (2005-2008), Slamet,
S.Pd., M.Pd. (2008-2011), Usrin, S.Pd., M.Pd. (2011-2013), Sri
Indarsih, S.Pd. (2013-2015, Slamet, S.Pd. (2015-2017), Agus Subagyo,
S.Pd., S.IP, M.M.Pd. (2017-Sekarang).114
c. Profil SMP Negeri 1 Karanglewas
SMP Negeri 1 Karanglewas Kecamatan Karanglewas
Kabupaten Banyumas berdiri pada tanggal 1 Juli 1985. Sekolah ini
berdiri atas Dasar Keputusan Mendikbud RI Nomor 0594/O/1995
tanggal 22 November 1985 dengan nomor statistik sekolah
2010030218084, NPSN 20302007, tipe sekolah A. SMP Negeri 1
Karanglewas berada di Jalan Raya Tamansari RT 01/01 Desa
Tamansari Kecamatan Karanglewas Kabupaten Banyumas Provinsi
Jawa Tengah. SMP Negeri 1 Karanglewas memiliki luas tanah 15.000
m2, luas bangunan 2.961 m
2 dengan sertifikat nomor B 8272537. SMP
Negeri 1 Karanglewas merupakan sekolah milik pemerintah bernilai
akreditasi 91 (A) dan terakreditasi pada tahun 2017.115
114
Dokumentasi SMP Negeri 1 Karanglewas dikutip pada tanggal 11 Februari
2019. 115
Dokumentasi SMP Negeri 1 Karanglewas dikutip pada tanggal 11 Februari
2019.
72
d. Visi dan Misi SMP Negeri 1 Karanglewas116
Visi
“Terciptanya Insan Yang Berakhlak Mulia, Berprestasi Dan
Berwawasan Lingkungan”
Indikator:
1) Bertaqwa dan berbudi pekerti luhur.
2) Memiliki keunggulan dalam prestasi akademik.
3) Memiliki keunggulan dalam prestasi non akademik.
4) Memilik tim cabang olah raga dan seni yang berprestasi.
5) Memiliki kepedulian terhadap pelestarian lingkungan.
Misi
1) Menumbuhkan kesadaran untuk menghayati dan mengamalkan
ajaran agama yang dianut dalam kehidupan sehari-hari sehingga
menjadi sumber kearifan dalam bertindak.
2) Melaksanakan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif,
menyenangkan dan pembimbingan bagi peserta didik sesuai
potensi masing-masing.
3) Menyediakan wahana pembinaan dan pelatihan olahraga dan seni
bagi peserta didik sehingga dapat berprestasi.
4) Mewujudkan sekolah yang bersih dan hijau dengan menumbuhkan
sikap melindungi dan melestarikan lingkungan hidupbagi seluruh
warga sekolah.
5) Menanamkan budaya mencegah terhadap pencemaran lingkungan.
6) Menanamkan budaya membuang sampah pada tempatnya sesuai
dengan jenisnya.
116
Dokumentasi SMP Negeri 1 Karanglewas dikutip pada tanggal 11 Februari
2019.
73
e. Data Personalia
Data personalia SMP Negeri 1 Karanglewas Kecamatan
Karanglewas Kabupaten Banyumas secara keseluruhan berjumlah 50
orang, laki-laki berjumlah 19 orang dan perempuan berjumlah 31 orang
dengan rincian 1 orang menjabat sebagai Kepala Sekolah, 38 orang
menjabat sebagai Tenaga Pendidik, 6 orang sebagai Staf Tata Usaha, 4
orang sebagai Pembantu Pelaksana, 1 orang sebagai Penjaga Malam.
Adapun yang berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil berjumlah 36
orang dan yang belum berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil
berjumlah 14 orang, sebagaimana data terlengkap yang terlampir.117
f. Data Peserta Didik
Jumlah keseluruhan peserta didik di SMP Negeri 1 Karanglewas
dari kelas VI-IX sebanyak 793 anak, terdiri dari kelas VII berjumlah
256 anak, kelas VII berjumlah 257 anak, dan kelas IX berjumlah 308
anak. Data peserta didik tersebut terbagi dalam 24 rombongan belajar
(Rombel) dan masing-masing kelas VII, kelas VIII dan kelas IX terdiri
dari 8 rombongan belajar (Rombel Kelas A-H). Jumlah peserta didik di
SMP Negeri 1 Karanglewas dapat dilihat melalui tabel berikut:118
Tabel 4.1
Data Peserta Didik di SMP Negeri 1 Karanglewas
No Kelas Jenis Kelamin Jumlah
Peserta Didik L P
1 VII 141 115 256
2 VIII 126 131 257
3 IX 121 159 308
Jumlah 388 405 793
117
Dokumentasi SMP Negeri 1 Karanglewas dikutip pada tanggal 21 Februari
2019. 118
Dokumentasi SMP Negeri 1 Karanglewas dikutip pada tanggal 21 Februari
2019.
74
g. Pengurus Komite Sekolah
1) Ketua : Kasdan
2) Sekretaris : Tirta kusuma
3) Bendahara : Slamet Riyanto, SH.
4) Standar Isi : Indah Etikawati, S.Pd.
5) Standar Proses : Marfeni Rita Dewi, S.Pd.
6) Standar Kompetensi Lulusan : Siti Rojiati, S.Pd.
7) Standar Penilaian : Intan Permatasari, S.Pd.
8) Standar Sarana & Prasarana : Sugeng Pamuji, S.Pd.
9) Standar Diktentik : Dra. Lenny Susanti
10) Standar Pengelolaan : Rini Widhiastuti, S.Si.
11) Anggota : Ny. Suti Sobirin
Pujiono
Ruswanto
2. Deskripsi Hasil Penelitian
a. Tujuan Pembinaan Akhlak Cinta Lingkungan
SMP Negeri 1 Karanglewas merupakan salah satu sekolah yang
menyandang gelar sekolah adiwiyata tingkat nasionalpada tahun 2018.
Sehubungan dengan hal itu peneliti melakukan wawancara dengan Ibu
Rini Widhiastuti, S.Si., selaku wakil kepala sekolah yang juga menjabat
sebagai ketua adiwiyata di SMP Negeri 1 Karanglewas. Adapun hasil
dari wawancara tersebut ialah:
Penilaiannya pada tanggal 21 November 2018, tapi untuk
penerimaan penghargaannya itu tanggal 21 Desember 2018.
SMP Negeri 1 Karanglewas bersaing dengan beberapa sekolah
lain se-Banyumas, diantaranya SMP Negeri 4 Purwokerto, SMP
2 Sumbang, SMP 2 Cilongok, SMP 1 Jatilawang.119
Setelah SMP Negeri 1 Karanglewas menjadi sekolah adiwiyata tingkat
nasional, perubahannya dapat dikemukakan sebagai berikut: a.
119
Wawancara dengan Ibu Rini Widhiastuti, S.Si. selaku Wakil Kepala SMP
Negeri 1 Karanglewas, pada Hari Kamis Tanggal 14 Februari 2019.
75
lingkungan sekolah terlihat bersih dan hijau; b. penataan taman terlihat
bagus, asri dan indah; d. MCK terlihat bersih dan nayman; e. tidak
terlihat sampah-sampah berserakan (non tempat sampah); f. musholla
terlihat bersih, begitu pun tempat wudhu’; g. adanya slogan dan poster
cinta lingkungan di setiap dinding sekolah; h. mempunyai Green
House; i. adanya bang sampah/kuburan sampah; j. adanya kantin sehat.
Melihat keberhasilan ini berarti secara umum seluruh warga sekolah
tersebut seperti kepala sekolah, guru, karyawan, peserta didik, petugas
kebersihan dan yang lainnya telah berhasil dan berperan sekali dalam
mewujudkan sekolah adiwiyata tingkat nasional.
Dalam hal perubahan lingkungan sekolah ini peneliti melakukan
wawancara denganBapak Agus Subagyo, S.Pd., S.IP, M.M.Pd. selaku
kepala sekolah. Peneliti Adapun hasil dari wawancara tersebut ialah:
Dari segi sekolah lingkungan menjadi lebih hijau, bersih,
sampah-sampah sudah tidak berserakan karena memang sudah
tidak menerapkan adanya tempat sampah. Jadi, pengelolaan
sampahnya dikelola oleh masing-masing individu dengan
adanya aqua atau “Ecko Brick”. Sampah daun sekarang masuk
ke lubang dengan dibuatkan 7 lubang/kuburan sampah daun
untuk dibuat pupuk kompos. Jadi, meskipun tumbuhan banyak
berguguran daun, sampah daunnya sudah tidak menumpuk lagi
di halaman sekolah dengan adanya 7 lubang/kuburan untuk
sampah daun tersebut. Di kantin juga kami menerapkan agar
menggunakan gelas dan piring plastik, atau daun pisang dengan
tujuan untuk menanggulangi sampah dan agar lebih sehat.120
Sebetulnya masalah pembinaan akhlak cinta lingkungan ini sangat erat
kaitannya dengan pemeliharaan terhadap lingkungan. Pemeliharaan
lingkungan hidup merupakan penentu keseimbangan alam. Dalam
konteks pelestarian lingkungan, pemahaman ini sudah kita dengar sejak
lama. Bahkan, pelajaran ilmu alam lingkungan seolah tidak henti-
hentinya mengajarkan bahwa semua komponen ekosistem baik
berwujud makhluk hidup maupun komponen alam lainnnya, merupakan
120Wawancara dengan Bapak Agus Subagyo, S.Pd., S.IP, M.M.Pd., selaku
Kepala SMP Negeri 1 Karanglewas, pada Hari Jumat Tanggal 15 Februari 2019.
76
sebuah kesatuan yang harus berjalan seimbang dan tidak boleh timpang
satu dengan yang lain. Namun dalam tataran aplikasinya, manusia harus
banyak mengkaji serta mempertanyakan efektivitas hasil dari upaya-
upaya yang ada.
Allah dalam Al-Qur’an memfirmankan tentang dimensi alam
bahwa Allah menggariskan takdirnya atas bumi, pertama kalinya
dengan memberikan segala fasilitas terbaik bagi semua penghuni bumi.
Setelah selesai dengan segala penciptaannya, Allah hanya memberikan
sebuah titipan amanat kepada manusia. Dalam Al-Qur’an:
“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi,
sesudah (Allah) memperbaikinya dan Berdo'alah kepada-Nya dengan
rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan).
Sesungguhnya rahmat Allah Amat dekat kepada orang-orang yang
berbuat baik.”(QS. Al-A’raaf: 56).
dijelaskan bahwa setiap amanat harus dijaga, dan setiap titipan tentunya
harus disampaikan. Islam merupakan agama yang banyak menyuruh
kita memperhatikan lingkungan, jika ingin mengenal lebih dekat akan
Tuhan. Alam lingkungan memang ciptaan Tuhan yang agung, yang
berdasarkan agama khususnya Islam manusia merupakan khalifah yang
diberikan amanah untuk mengelola sekaligus menjaga lingkungan. Oleh
karena itu spirit agama sangat diperlukan dalam membantu pemahaman
dan kesadaran akan pentingnya memelihara lingkungan.
Salah satu bentuk akhlak cinta lingkungan yaitu senantiasa
menjaga kebersihan dan kesehatan baik pada anggota badan, pakaian,
tempat tinggal, maupun lingkungan sekitar. Jika sudah bersih diri maka
akan diperoleh kesehatan rohani dan jasmani. Kesehatan jasmani dan
rohani hanya akan terwujud sepenuhnya jika lingkungan yang ada
disekitar kita selalu dipelihara dan dijaga dari berbagai kotoran,
kerusakan dan lain-lain.
77
Salah satu tugas penting guru disamping mengajar yaitu
membina akhlak peserta didik. Sehubungan dengan hal ini peneliti
melakukan wawancara dengan Bapak Agus Subagyo, S.Pd., S.IP,
M.M.Pd. selaku kepala sekolah. Adapun hasil dari wawancara tersebut
adalah sebagai berikut:
Tujuan pembinaan akhlak cinta lingkungan di SMP Negeri 1
Karanglewas yaitu supaya anak peka dan cinta terhadap
lingkungan. You’re love, green, and clean. Jadi, nanti di
masyarakat itu anak sudah terbekali pribadinya. Contoh kecil :
ketika anak naik mobil jangan sampai membuang sampah
sembarangan. Di rumah buang air besar yo tidak buang ber di
sungai, tetapi punya jamban.121
Dalam dunia pendidikan, semua mengetahui bahwa tugas guru
bukan hanya mengajar dan memberi ilmu pengetahuan saja kepada
peserta didik, tetapi lebih dari itu, yakni membina akhlak peserta didik
sehingga terciptalah kepribadian/perilaku peserta didik yang sopan dan
beretika. Peserta didik pada perkembangan tingkat menengah belum
begitu jauh berbeda dengan peserta didik pada perkembangan tingkat
dasar. Pada dasarnya pembinaan akhlak untuk mereka masih
merupakan kelanjutan pada tingkat sebelumnya. Pembinaan akhlak
untuk tingkat menengah ini sudah harus mulai dikembangkan dengan
memperkenalkan konsep-konsep keagamaan yang mengarah kepada
pembentukan kepribadian atau akhlak yang kuat, seperti rahmah (cinta
kasih kepada sesama). Salah satu cinta kasih kepada sesama makhluk
Allah ini yaitu cinta kasih kepada alam lingkungan.
Dalam Agama Islam kita mengetahui banyak sekali pembahasan
tentang akhlak cinta lingkungan. Keduanya saling berkaitan satu sama
lain. Konsepsi agama tentang akhlak cinta lingkungan telah diajarkan
Nabi sejak mulai diturunkannya Agama Islam di muka bumi kepada
manusia. Ajaran agama tentang mandi, wudhu, dan bersuci setelah
buang air, kebersihan mulut dan gigi, kebersihan makanan dan lain
121
Wawancara dengan Bapak Agus Subagyo, S.Pd., S.IP, M.M.Pd., selaku
Kepala SMP Negeri 1 Karanglewas, pada Hari Jumat Tanggal 15 Februari 2019.
78
sebagainya telah diajarkan oleh Nabi. Agar budaya akhlak cinta
lingkungan dapat tertanam sejak dini pada setiap individu muslim maka
diterapkan pula melalui bangku pendidikan sejak dini. Begitu pula di
SMP Negeri 1 Karanglewas Kabupaten Banyumas.
Terwujudnya warga sekolah yang memiliki akhlak cinta
lingkungan merupakan salah satu tujuan sekolah yang menyandang
gelar Adiwiyata. Berkaitan dengan program Adiwiyata, peran semua
warga sekolah terutama guru dalam mensukseskan program ini sangat
besar sekali, di samping melaksanakan tugas pengajaran, juga
melaksanakan tugas pendidikan dan pembinaan bagi peserta didiknya,
membantu pembentukan kepribadian, pembinaan akhlak, disamping itu
juga menumbuhkan dan mengembangkan keimanan. Seluruh
penampilan pribadinya dan tingkah lakunya hendaknya mencerminkan
nilai-nilai Islam yang dihayatinya, misalnya dalam bertutur kata, sikap,
cara berpikir, dan perilaku dalam pergaulan, semua itu tercermin dalam
kehidupan sehari-harinya.
b. Pelaksanaan Kegiatan Pembinaan Akhlak Cinta Lingkungan
Pelaksanaan kegiatan pembinaan akhlak cinta lingkungan di SMP
Negeri 1 Karanglewas terdiri dari:
1) Kegiatan rutin merupakan kegiatan yang terus menerus dilakukan di
sekolah, diantaranya:
a) Program "Adiwiyata Krida"
Setelah menjadi sekolah adiwiyata, SMP Negeri 1
Karanglewas memiliki program adiwiyata bernama "Adiwiyata
Krida". Program "Adiwiyata Krida" yaitu berupa kegiatan Jum’at
Bersih dan Jum’at Sehat. Jum’at bersih merupakan program rutin
yang dilakukan untuk membiasakan peserta didik membersihkan
lingkungan sekolah. Kegiatan kebersihannya seperti pemanfaatan
lahan, pemeliharaan tanaman, dan perawatan taman kelas. Dalam
pembagian program ini peneliti melakukan wawancara dengan
Bapak Asron, S.Ag. selaku Guru Pendidikan Agama Islam di SMP
79
Negeri 1 Karanglewas. Adapun hasil dari wawancara tersebut
adalah sebagai berikut:
"Pembagian tugas piket pada kegiatan Jumat bersih bukan
hanya merawat Green House namun juga seluruh
lingkungan sekolah . Misal : Pengurus OSIS membersihkan
ruang OSIS, dan sebagainya"122
Adapun kegiatan Jum’at bersih mereka langsung dibagi
tugas untuk membersihkan lingkungan sekolah. Setiap kelas
mempunyai bagian masing-masing dan sudah ada jadwal kegiatan
Jumat bersih di setiap kelasnya. Ada yang membersihkan halaman
sekolah, halaman kelas, lapangan upacara, perpustakaan dan lain
sebagainya sesuai tugas yang telah diberikan oleh sekolah.123
Sehubungan dengan hal ini peneliti melakukan wawancara dengan
Ibu Marfeni Rita Dewi, S.Pd. selaku Waka Kurikulum. Adapun
hasil dari wawancara tersebut adalah sebagai berikut:
Pembinaan akhlak cinta lingkungan di SMP Negeri 1
Karanglewas yang rutin dilakukan seperti program
Adiwiyata Krida yang terdiri dari Jumat Bersih dan Jumat
Sehat (senam) selang-seling setiap minggunya kurang lebih
1 jam dari jam 7 sampai jam 8 pagi, baru jam 8 mulai KBM
(Kegiatan Belajar Mengajar). Program Jumat
Bersih/kebersihan lingkungan dengan membersihkan
seluruh lingkungan sekolah mulai dari guru, peserta didik,
Tata Usaha, Pembantu Pelaksana, dan semua warga
sekolah. Memang rutin 1 minggu atau dua minggu sekali,
namun ketika lingkungan kotor maka di hari yang lain tetap
dilaksanakan kebersihan juga, seperti ada kunjungan dari
Dinas.124
Kegiatan Jum’at sehat yaitu kegiatan dimana seluruh warga
sekolah khususnya peserta didik melaksanakan olahraga, yaitu
122
Wawancara dengan Bapak Asron, S.Ag. selaku Guru Pendidikan
Agama Islam di SMP Negeri 1 Karanglewas, pada Hari Jumat Tanggal 15
Februari 2019. 123
Observasi pada Hari Jum’at Tanggal 15 Februari 2019. 124
Wawancara dengan Ibu Marfeni Rita Dewi, S.Pd. selaku Waka
Kurikulum di SMP Negeri 1 Karanglewas, pada Hari Jum'at Tanggal 15 Februari
2019.
80
berupa senam SKJ, Poco-Poco, dan senam Maumere. Sehubungan
dengan hal ini peneliti juga melakukan wawancara dengan Ibu Rini
Widhiastuti, S.Si., selaku wakil kepala sekolah yang juga menjabat
sebagai ketua adiwiyata di SMP Negeri 1 Karanglewas. Adapun
hasil dari wawancara tersebut adalah sebagai berikut:
Program "adiwiyata krida" yaiu berupa kegiatan Jumat
bersih dan Jumat sehat (senam) secara bergantian setiap
minggunya. Tergantung keadaan biasanya fleksibel jika
cuaca hujan maka hanya ada program kebersihan di dalam
kelas. Jadi, Hari Jumat ada kegiatan “Adiwiyata Krida”,
baik berupa kebersihan maupun olahraga. Kegiatan
kebersihannya seperti pemanfaatan lahan, pemeliharaan
tanaman, perawatan taman kelas. Untuk olahraga ada senam
seperti SKJ, Poco-Poco, dan senam Maumere.125
Dalam metode dan pengawasan program Jumat bersih dan
Jumat sehat, peneliti melakukan wawancara dengan Bapak Asron,
S.Ag. selaku Guru Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 1
Karanglewas. Adapun hasil dari wawancara tersebut adalah
sebagai berikut:
Metode pembinaan akhlak cinta lingkungan diantaranya
anak dibina dengan metode teladan (contoh langsung)
seperti ketika kegiatan Jumat Bersih guru ikut terjun
langsung bersama dengan peserta didik membersihkan
lingkungan sekolah. Ketika Jumat sehat yaitu senam guru-
guru ikut bersama dengan peserta didik meskipun tidak
semuanya ikut karena ada tanggungjawab lain, seperti Waka
Kesiswaan mengarahkan peserta didik yang terlambat
datang ke sekolah untuk menaruh tasnya terlebih dahulu di
depan ruang BK, memeriksa kerapihan peserta didik
kemudian langsung menyuruh anak menyusul ke lapangan
ikut senam bersama teman-teman yang lain.126
Jadi, metode dalam pelaksanaan program Jumat bersih dan Jumat
sehat anak dibina dengan metode teladan (contoh langsung),
125
Wawancara dengan Ibu Rini Widhiastuti, S.Si. selaku Wakil Kepala
SMP Negeri 1 Karangewas, pada Hari Kamis Tanggal 14 Februari 2019. 126
Wawancara dengan Bapak Asron, S.Ag. selaku Guru Pendidikan
Agama Islam di SMP Negeri 1 Karanglewas, pada Hari Jumat Tanggal 15
Februari 2019.
81
dengan guru yang ikut terjun langsung bersama peserta didik. Hal
ini juga dalam rangka pengawasan terhadap keikutsertaan peserta
didik di dalam program tersebut.
b) Piket kelas
Piket kelas dilaksanakan pagi hari sebelum mulai KBM
(Kegiatan Belajar Mengajar), dimana peserta didik dibagi menjadi
6 kelompok yang masing-masing terdiri dari 5-6 anak. Sehubungan
dengan hal ini, peneliti melakukan wawancara dengan Bapak
Asron, S.Ag. selaku Guru Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri
1 Karanglewas. Adapun hasil dari wawancara tersebut adalah
sebagai berikut:
Piket kelas merupakan program yang memang langsung
dikoordinatori oleh wali kelas. Sebenarnya keinginan kami
yaitu piket kelas dilaksanakan sebelum mulai pelajaran dan
setelah pulang sekolah, namun karena sekarang sekolah
menerapkan full day school (5 hari kerja) pulangnya jam 3
sehingga piket kelas hanya pagi sebelum mulai pelajaran
karena anak sudah cape dan rata-rata orangtua sudah
menjemput di depan sekolah. Pada saat piket kelas ada saja
peserta didik yang tidak mau melaksanakan, terutama anak
laki-laki.127
Piket kelas dilaksanakan oleh peserta didik yang
mendapatkan bagian jadwal piket pada hari itu bersama. Mereka
tidak hanya bertugas membersihkan kelas, namun juga menyiapkan
kelas dan keperluan administrasi kelas, serta membersihkan kebun
kelas milik mereka. Piket kelas bertujuan agar membuat
lingkungan tempat belajar menjadi bersih, rapi, dan nyaman.
Sehingga terbebas dari penyakit dan membuat kelas enak
dipandang.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti pada
tanggal 15 Februari 2019 menunjukkan bahwasannya pelaksanaan
127
Wawancara dengan Bapak Asron, S.Ag. selaku Guru Pendidikan
Agama Islam di SMP Negeri 1 Karanglewas, pada Hari Jumat Tanggal 15
Februari 2019.
82
piket kelas ini masih belum bisa terlaksana secara maksimal. Dari
setiap kelompok piket kelas yang terdiri dari 5-6 peserta didik, ada
beberapa yang tidak melaksanakan piket kelas.128
Dalam hal ini
peneliti juga melaksanakan wawancara dengan salah satu peserta
didik bernama Akbar Daniel Ruslan dari kelas VII C. Berikut hasil
wawancaranya:
“Ada teman kelas yang tidak mau melaksanakan piket
kelas, tapi ya kadang pengurus kelas tidak melaporkan.”129
Dalam hal evaluasi pelaksanaan piket kelas, peneliti
melakukan wawancara dengan Ibu Intan Permatasari, S.Pd. selaku
Guru BK. Adapun hasil dari wawancara tersebut adalah sebagai
berikut:
"Untuk anak yang tidak sesuai dengan aturan sekolah
biasanya ditegur atau diberi nasehat. Biasanya anak laki-
laki yang memang agak susah diatur apalagi dalam hal
piket kelas."130
Jadi, evaluasi program ini yaitu dengan metode teguran atau
nasehat terhadap peserta didik yang tidak melaksanakan piket
kelas.
c) Pemeriksaan Kebersihan dan Kerapihan Setiap Hari
Penampilan seseorang dapat menunjukan akhlak seseorang.
Untuk menumbuhkan peserta didik yang berakhlak sesuai
kepribadian islami, penampilan peserta didik memang menjadi
fokus utama. Dengan berpenampilan rapi dapat melatih peserta
didik untuk disiplin terhadap dirinya sendiri. Pemeriksaan
kebersihan dan kerapihan bertujuan supaya peserta didik selalu
menjaga penampilannya disekolah. Sehubungan dengan kegiatan
128
Observasi pada Hari Jum’at Tanggal 15 Februari 2019. 129
Wawancara dengan Akbar Daniel Ruslan selaku peserta didik kelas
VII C di SMP Negeri 1 Karanglewas, pada Hari Jumat Tanggal 15 Februari
2019. 130
Wawancara dengan Ibu Intan Permatasari, S.Pd. selaku Guru BK di
SMP Negeri 1 Karangewas, pada Hari Kamis Tanggal 14 Februari 2019.
83
ini peneliti melakukan wawancara dengan Ibu Marfeni Rita Dewi,
S.Pd. selaku Waka Kurikulum. Adapun hasil dari wawancara
tersebut adalah sebagai berikut:
Pemeriksaaan kebersihan dan kerapihan setiap hari
dilakukan sebelum masuk ke kelas pada saat baris ketua
kelas menyiapkan, kemudian memeriksa teman-teman
kelasnya dalam hal kebersihan dan kerapihan. Jika sudah
bersih dan rapi maka boleh masuk ke dalam kelas oleh
masing-masing guru mata pelajaran untuk melaksanakan
KBM (Kegiatan Belajar Mengajar).131
Pemeriksaan kebersihan dan kerapihan setiap hari meliputi
pemeriksaan kebersihan dan kerapihan anggota badan, pakaian,
rambut, kuku, kelengkapan atribut dan lain sebagainya.132
Peneliti
juga melakukan wawancara dengan salah satu peserta didik
bernama Akbar Daniel Ruslan dari kelas VII C. Adapun hasil dari
wawancara tersebut adalah sebagai berikut:
Ada juga program pemeriksaan kerapihan setiap hari yaitu
pada saat pagi ketika salaman dengan guru. Biasanya yang
memeriksa kerapihan setiap hari itu guru BK yaitu Ibu Intan
dan Ibu Dewi. Anak-anak yang kurang rapi atau tidak
mematuhi tata tertib biasanya dinasehati terlebih dahulu,
namun apabila sudah dinasehati tetapi tidak berubah,
biasanya langsung ditindaklanjuti.133
Dari pernyataan tersebut, maka evaluasi program ini yaitu dengan
metode nasehat dan apabila tidak berubah maka peserta didik yang
tidak berpenampilan bersih dan rapi akan dibawa ke BK.
d) Membawa bekal makanan
Setelah menjadi sekolah adiwiyata tingkat nasional, dalam
rangka menanggulangi sampah plastik, peserta didik dibiasakan
131
Wawancara dengan Ibu Marfeni Rita Dewi, S.Pd. selaku Waka
Kurikulum di SMP Negeri 1 Karanglewas, pada Hari Jumat Tanggal 15 Februari
2019. 132
Wawancara dengan Ibu Intan Permatasari, S.Pd. selaku Guru BK di
SMP Negeri 1 Karangewas, pada Hari Kamis Tanggal 14 Februari 2019. 133
Wawancara dengan Akbar Daniel Ruslan selaku peserta didik kelas
VII C di SMP Negeri 1 Karanglewas, pada Hari Jumat Tanggal 15 Februari
2019.
84
untuk membawa bekal makanan. Apalagi setelah diterapkannya
full day school, rata-rata peserta didik setiap hari membawa bekal
makanan. Berdasarkan wawancara dengan Ibu Laely Mardhiyani,
S.Pd. selaku Waka Kesiswaan beliau mengatakan:
Penggunaan jajan dalam keseharian juga sudah dibiasakan
yang tidak mengandung limbah yang tidak bisa didaur
ulang dengan membawa bekal atau tempat yang memang
bisa dibersihkan. Anak-anak banyak yang membawa bekal
bahkan dulu kami sempat jadwalkan untuk harus membawa
tapi namanya dari masing-masing keluarga ada yang sudah
matang ada yang belum.134
Makanan yang dibawa dari rumah sudah terjamin
kebersihan dan kesehatannya. Makanan yang dibawa oleh peserta
didik yaitu dengan kotak makan lengkap dengan alat makan dan
minuman. Adapun beberapa peserta didik membawa bekal
makanan dengan kertas minyak. Tidak semua peserta didik
membawa bekal makanan, beberapa dari mereka lebih suka jajan
dikantin sekolah terutama peserta didik laki-laki.135
e) Melepas sepatu atau sandal
Pembiasaan yang tidak kalah pentingnya yaitu melepas
sandal atau sepatu ketika masuk ke dalam ruangan baik di kelas
maupun masjid atau mushola. Sandal atau sepatu kemudian
diletakkan ke rak yang telah disediakan oleh sekolah di depan kelas
masing-masing.136
Sehubungan dengan hal ini, peneliti melakukan
wawancara dengan Bapak Asron, S.Ag. selaku Guru Pendidikan
Agama Islam di SMP Negeri 1 Karanglewas. Adapun hasil dari
wawancara tersebut adalah sebagai berikut:
134
Wawancara dengan Ibu Laely Mardhiyani, S.Pd. selaku Waka
Kesiswaan di SMP Negeri 1 Karanglewas, pada Hari Jumat Tanggal 15 Februari
2019. 135
Observasi pada Hari Senin Tanggal 11 Februari 2019. 136
Observasi pada Hari Jum’at Tanggal 5 April 2019.
85
"Usaha-usaha pembinaan akhlak cinta lingkungan di SMP
Negeri 1 Karanglewas diantaranya yaitu sandal atau sepatu
dilepas ketika akan masuk kelas, masjid atau musholla."137
f) Perawatan Green House
Green House merupakan sebuah kebun yang ada disekolah
yang didalamnya terdapat berbagai tanaman diantaranya yaitu
tanaman kantong semar (tumbuhan yang bisa makan serangga),
tanaman merica, dan lain sebagainya.138
Sehubungan dengan hal
ini peneliti melakukan wawancara dengan Bapak Agus Subagyo,
S.Pd., S.IP, M.M.Pd. selaku kepala sekolah. Adapun hasil dari
wawancara tersebut adalah sebagai berikut:
Green House ini kami mendapat bantuan dari BI (Bank
Indonesia) jadi kami buat dengan bagus dan megah. Green
House yang didalamnya ada tanaman kantong semar yaitu
tumbuhan yang bisa makan serangga, ada juga tanaman
merica. Untuk yang mengurus Green House ini kerja bakti
dari semua warga sekolah. Namun sekolah sedang
mengupayakan untuk mencari 2 orang tenaga kerja yang
memang ahli untuk mengurus tanaman/kebun sekolah
sehingga nantinya akan lebih efektif dan efisien. Karena
peserta didik pada dasarnya datang ke sekolah untuk
belajar, jika disuruh untuk merawat tanaman setiap hari di
sekolah kurang efektif, meskipun niat kami itu untuk
mendidik.139
Hasil kebun ini ketika sudah musim panen hasil
tanamannya dijual kemudian uangnya dimasukkan ke dalam kas
sekolah untuk dipergunakan dalam rangka program keadiwiyataan
lagi. Sehubungan dengan hal ini peneliti melakukan wawancara
dengan Ibu Marfeni Rita Dewi, S.Pd. selaku Waka Kurikulum.
Adapun hasil dari wawancara tersebut adalah sebagai berikut:
137
Wawancara dengan Bapak Asron, S.Ag. selaku Guru Pendidikan
Agama Islam di SMP Negeri 1 Karanglewas, pada Hari Senin Tanggal 14 Januari
2019. 138
Observasi pada Hari Kamis Tanggal 21 Februari 2019. 139
Wawancara dengan Bapak Agus Subagyo, S.Pd., S.IP, M.M.Pd.,
selaku Kepala SMP Negeri 1 Karanglewas, pada Hari Jumat Tanggal 15
Februari 2019.
86
Kami juga ada Green House yang dibuat sekitar tahun
2013. Didalamnya dulu ada tanaman-tanaman seperti
sayuran, jahe, cabe, kunyit, merica dan kantong semar.
Intinya ketika sudah dipanen maka tanamannya ganti yang
baru. Sekarang yang paling dominan itu tanaman merica
dan kantong semar. Ketika tanaman di panen maka guru-
guru yang belanja kemudian uangnya dikumpulkan untuk
program keadiwiyataan lagi.140
g) Ecko Brick
Ecko Brick merupakan sebuah program rutin yang
dilakukan oleh semua warga sekolah setiap harinya dalam hal
penanganan sampah. Ecko Brick ini merupakan sebuah inovasi
yang dilakukan dalam rangka mengganti penggunaan tempat
sampah, sehingga di SMP Negeri 1 Karanglewas ini sudah tidak
menggunakan tempat sampah sama sekali.141
Jadi, pengelolaan
sampahnya dikelola oleh masing-masing individu yaitu
menggunakan botol aqua untuk menampung sampah-sampah
tersebut sampai penuh. Setelah penuh, nanti dikumpulkan di
lubang/kuburan sampahuntuk dijadikan hiasan.Sehubungan dengan
hal ini, peneliti melakukan wawancara dengan Bapak Sugeng
Pamuji, S.Pd. selaku Pembina Pramuka di SMP Negeri 1
Karanglewas. Adapun hasil dari wawancara tersebut adalah
sebagai berikut:
Kami mencoba terobosan dengan tidak menggunakan
tempat sampah, dan sampah dikelola sendiri oleh masing-
masing individu. Jadi nanti sampah yang bisa dijual kami
kumpulkan dulu atau ditampung di belakang di lubang
sampah. Untuk sampah yang plastik kering anak-anak bisa
dibuat yang namanya Ecko Brick di kelas masing-masing,
yaitu tempat botol aqua untuk menampung sampah tersebut
sampai penuh dengan tujuan untuk menyimpan namun lama
kelamaan bisa dipajang dengan dibuat hiasan. Untuk
sampah-sampah plastik bekas yang basah atau berminyak
140
Wawancara dengan Ibu Marfeni Rita Dewi, S.Pd. selaku Waka
Kurikulum di SMP Negeri 1 Karanglewas, pada Hari Jumat Tanggal 15 Februari
2019. 141
Observasi pada Hari Kamis Tanggal 21 Februari 2019.
87
atau yang kena kuah disuruh untuk dikelola sendiri silahkan
dibuang dirumahnya masing-masing atau di luar lingkungan
sekolah sehingga nanti lingkungan sekolah tetap bersih.142
Evaluasi pelaksanaan program Ecko Brick ini dapat melalui
metode nasehat, seorang guru dapat mengarahkan peserta didiknya.
Nasehat disini dapat berupa sebuah tausiyah atau dalam bentuk
teguran. Melalui tausiyah, seperti ketika jam istirahat peserta didik
sedang jajan, guru menasehati agar sampah dikelola dengan baik.
Melalui teguran, misalkan apabila seorang guru melihat perilaku
peserta didik yang menyimpang dari norma yang berlaku di
sekolah, guru yang bersangkutan mengambil tindakan dengan
menegur langsung atau melaporkan kepada guru BK. Contoh:
Ketika ada peserta didik yang membuang sampah sembarangan,
guru langsung menegur peserta didiknya untuk mengambilnya
kembali, dan memasukannya ke dalam Ecko Brick.
h) Poster, Notif dan Stiker
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti pada
tanggal 21 Februari 2019 menunjukkan bahwa hampir lingkungan
di SMP Negeri 1 Karanglewas di setiap dindingnya terdapat poster
bertemakan cinta lingkungan. Sehubungan dengan adanya poster
bertemakan cinta lingkungan peneliti melakukan wawancara
dengan Bapak Agus Subagyo, S.Pd., S.IP, M.M.Pd. selaku kepala
sekolah. Adapun hasil dari wawancara tersebut adalah sebagai
berikut:
"Poster bertemakan cinta lingkungan ini juga salah satu
usaha yang dilakukan dalam persiapan menuju sekolah
adiwiyata tingkat Nasional waktu itu."143
142
Wawancara dengan Bapak Sugeng Pamuji, S.Pd. selaku Pembina
Pramuka di SMP Negeri 1 Karanglewas, pada Hari Jumat Tanggal 15 Februari
2019. 143
Wawancara dengan Bapak Agus Subagyo, S.Pd., S.IP, M.M.Pd.,
selaku Kepala SMP Negeri 1 Karanglewas, pada Hari Jumat Tanggal 15
Februari 2019.
88
Terdapat juga notif yang di pasang di setiap koridor kelas
ataupun di mushola serta stiker yang dipasang di keran air, saklar
listrik, dan lain sebagainya. Poster, notif dan stiker bertemakan
cinta lingkungan ini bermacam-macam tulisannya, berkaitan
dengan hal-hal berupa penghematan air dan listrik, menjaga
kebersihan dan kesehatan, cinta tanaman, dan lain-lain.144
i) Insert Mata Pelajaran
Adapun materi pembinaan akhlak cinta lingkungan di SMP
Negeri 1 Karanglewas yaitu berupa materi adiwiyata yang
langsung melekat pada pembelajaran baik di Silabus maupun RPP
tentang kepedulian terhadap lingkungan sebagai bentuk penerapan
akhlak cinta lingkungan. Sehubungan dengan hal ini peneliti
melakukan wawancara dengan Bapak Agus Subagyo, S.Pd., S.IP,
M.M.Pd. selaku kepala sekolah. Adapun hasil dari wawancara
tersebut adalah sebagai berikut:
Materinya berupa materi adiwiyata, senin upacara bakti,
pada waktu apel peserta didik, pada waktu literasi, insertnya ke
mata pelajaran, sudah termuat di dalam RPP dan Silabus. Jadi,
wiyata bakti itu kan RPPnya adiwiyata dari semua lini mata
pelajaran.145
Sehubungan dengan hal ini peneliti juga melakukan
wawancara dengan Ibu Rini Widhiastuti, S.Si. selaku Wakil
Kepala SMP Negeri 1 Karangewas. Adapun hasil dari wawancara
tersebut adalah sebagai berikut:
Materi pembinaan akhlak cinta lingkungan di SMP Negeri 1
Karanglewas itu langsung melekat pada semua mata
pelajaran. Jadi tidak ada materi tersendiri, namun materi
adiwiyata diwajibkan untuk terintegrasi dalam semua mata
pelajaran baik menyelipkan dalam proses pembelajarannya
144
Observasi pada Hari Kamis Tanggal 21 Februari 2019. 145
Wawancara dengan Bapak Agus Subagyo, S.Pd., S.IP, M.M.Pd.
selaku Kepala SMP Negeri 1 Karanglewas, pada Hari Jumat Tanggal 15
Februari 2019.
89
maupun dalam RPP-nya, menyelipkan tentang kepedulian
terhadap lingkungan.146
Adapun terkait kurikulum yang diberlakukan di SMP
Negeri 1 Karanglewas peneliti juga melakukan wawancara dengan
Ibu Rini Widhiastuti, S.Si. selaku Wakil Kepala SMP Negeri 1
Karangewas. Adapun hasil dari wawancara tersebut adalah sebagai
berikut:
Materi pembinaan akhlak cinta lingkungan juga sudah
terintegrasi di dalam mata pelajaran, baik di RPP maupun
Silabus berupa karakter peserta didik peduli lingkungan,
atau pada saat pembukaan/pendahuluan saat membuka
pelajaran guru memeriksa kondisi kelas. Jika kelas belum
bersih maka anak yang piket pada hari itu dipanggil untuk
membersihkan. Hal ini juga termasuk pembinaan akhlak
cinta lingkungan. Di akhir pelajaran juga guru memeriksa
kondisi kelas kembali. Jika masih ada sampah anak-anak
harus memungutnya untuk dikelola masing-masing. Intinya
mulut harus sering mengingatkan agar anak selalu tertanam
akhlak cinta lingkungan.
Berdasarkan background sekolah yang merupakan sekolah
adiwiyata tingkat nasional, yaitu salah satu program yang
diselenggarakan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dalam
rangka mendorong terciptanya pengetahuan dan kesadaran warga
sekolah dalam upaya pelestarian lingkungan hidup, yang
diharapkan seluruh warga sekolah turut berpartisipasi didalamnya
agar peserta didik lebih peka dengan lingkungan. Maka, sekolah
secara resmi memasukkan pembelajaran dengan basis pelestarian
lingkungan hidup kedalam kurikulum.
Insert mata pelajaran dalam KD tertentu pada mata
pelajaran dihubungkan dengan materi kepedulian terhadap
lingkungan, bisa sebagai contoh ataupun sebagai tema. Misalnya,
ketika pelajaran seni budaya mereka membuat lukisan kebersihan,
146
Wawancara dengan Ibu Rini Widhiastuti, S.Si. selaku Wakil Kepala
SMP Negeri 1 Karangewas, pada Hari Kamis Tanggal 14 Februari 2019.
90
membuat prakarya dari limbah, pada pelajaran PAI mengajarkan
tentang thaharah, pada pelajaran bahasa Indonesia membuat puisi
tentang kebersihan, dan pada pelajaran bahasa jawa materi
geguritan dan sesorah temanya tentang kebersihan. Manfaat dari
insert dalam pembelajaran ini ialah agar peserta didik lebih kenal
dan lebih peka (peduli) terhadap lingkungan.147
2) Kegiatan spontan adalah kegiatan yang dapat dilakukan tanpa dibatasi
oleh waktu, tempat, dan ruang. Contoh: membuang sampah bekas
jajan pada tempatnya, memungut sampah yang berserakan, memotong
rambut peserta didik yang tidak rapih, memotong kuku peserta didik
yang panjang, razia mendadak dan lain sebagainya. Dalam hal ini
peneliti melaksanakan wawancara dengan salah satu peserta didik
bernama Akbar Daniel Ruslan dari kelas VII C. Berikut hasil
wawancaranya:
Sekarang peserta didik jadi refleks, kalau kotor ya disapu,
kalau ada sampah ya dipungut. Biasanya ini pada saat
pelajaran BK atau ketika Guru BK dan Guru Piket keliling
untuk memeriksa kerapihan dan kebersihan ke setiap kelas.
Dulu pas saya semester 1 juga pernah ada razia mendadak, ini
dilakukan tanpa adanya pemberitahuan terlebih dahulu. Razia
HP, motor, merokok, dan sebagainya. Biasanya langsung
dibawa ke BK.148
Sehingga, dari pelaksanaan kegiatan pembinaan akhlak cinta
lingkungan di SMP Negeri 1 Karanglewas Kabupaten Banyumas akan
membentuk suatu habbit (kebiasaan) peserta didik yang secara
spontan atau otomatis peka atau tanggap terhadap lingkungan, baik di
sekolah, keluarga atau di masyarakat.
3) Kegiatan terprogram.
Kegiatan ini dilaksanakan secara bertahap disesuaikan dengan
jadwal yang telah ditetapkan. Contoh: kegiatan class meeting (lomba
147
Wawancara dengan Ibu Rini Widhiastuti, S.Si. selaku Wakil Kepala
SMP Negeri 1 Karangewas, pada Hari Kamis Tanggal 14 Februari 2019. 148
Wawancara dengan Akbar Daniel Ruslan selaku peserta didik kelas VII
C di SMP Negeri 1 Karanglewas, pada Hari Jumat Tanggal 15 Februari 2019.
91
kebersihan kelas), peringatan hari-hari besar bertemakan lingkungan,
seperti ketika hari bumi, hari bebas kendaraan dan lain
sebagainya.Sehubungan dengan hal ini peneliti melakukan wawancara
dengan Bapak Agus Subagyo, S.Pd., S.IP, M.M.Pd. selaku kepala
sekolah. Adapun hasil dari wawancara tersebut adalah sebagai berikut:
"Ketika peringatan hari-hari besar Nasional yang bertemakan
Lingkungan Hidup juga kami peringati dengan semarak Event
Happines."149
Salah satu peringatan hari-hari besar bertemakan lingkungan yaitu
dalam bentuk sosialisasi, seperti sosialisasi Global Warming.150
Disamping itu ada program di awal tahun yaitu program perawatan
tanaman. Berdasarkan wawancara dengan Ibu Laely Mardhiyani,
S.Pd. selaku Waka Kesiswaan beliau mengatakan:
Kegiatan terprogram lainnya adalah pemberantasan jentik
nyamuk yang dilakukan satu tahun sekali bekerjasama dengan
puskesmas Kecamatan Karanglewas. Untuk program di awal
tahun dulu anak-anak membawa pupuk dalam rangka
perawatan tanaman.151
Untuk program perawatan tanaman ini dilakukan secara
periodik. Ada juga program gerakan meyiram tanaman pada saat
musim kemarau. Tujuannya yaitu agar peserta didik semakin cinta
terhadap lingkungan. Sehubungan dengan tujuan program ini, peneliti
melakukan wawancara dengan Bapak Sugeng Pamuji, S.Pd. selaku
Pembina Pramuka di SMP Negeri 1 Karanglewas. Adapun hasil dari
wawancara tersebut adalah sebagai berikut:
Agar anak semakin cinta lingkungan kami juga ada perawatan
tanaman secara periodik. Yang lebih penting jika musim
kemarau sebulan sekali selama beberapa hari kemarin anak-
anak semuanya dicoba untuk gerakan membawa air dari rumah
149
Wawancara dengan Bapak Agus Subagyo, S.Pd., S.IP, M.M.Pd. selaku
Kepala SMP Negeri 1 Karanglewas, pada Hari Jumat Tanggal 15 Februari 2019. 150
Wawancara dengan Ibu Intan Permatasari, S.Pd. selaku Guru BK di SMP
Negeri 1 Karangewas, pada Hari Kamis Tanggal 14 Februari 2019. 151
Wawancara dengan Ibu Laely Mardhiyani, S.Pd. selaku Waka Kesiswaan
di SMP Negeri 1 Karanglewas, pada Hari Jumat Tanggal 15 Februari 2019.
92
2 liter atau 1 botol aqua besar agar kita mempunyai stok air
untuk menyiram tanaman.152
Dengan membiasakan peserta didik berperilaku baik dan
disiplin setiap hari maka akan berakibat baik pula pada akhlak peserta
didik kelak ketika mereka dewasa, walaupun masih ada peserta
didikyang sulit diatur dan belum mau melakukan pembiasaan, semua
terjadi karena latar belakang keluarga yang berbeda-beda, dan
lingkungan yang kurang mendukung.
Dalam usaha pengawasan pembinaan akhlak cinta lingkungan
di SMP Negeri 1 Karanglewas yaitu dibuat PokJa (Kelompok Kerja).
Semua warga sekolah terlibat aktif baik dalam kegiatan pengawasan
ataupun proses pembinaan akhlak cinta lingkungan karena setiap
warga sekolah punya job atau punya tanggungjawab masing-masing
Adapun dalam menemukan solusi atau mengambil keputusan
dalam rangka evaluasi juga dillaksanakan diskusi dengan rekan-rekan
guru yang lain. Bahkan SMP Negeri 1 Karanglewas juga melakukan
kunjungan studi banding dengan sekolah adiwiyata yang lain dalam
rangka perbaikan program. Berdasarkan wawancara dengan Ibu
Marfeni Rita Dewi, S.Pd. selaku Waka Kurikulum di SMP Negeri 1
Karanglewas, berikut hasil wawancaranya:
Untuk anak-anak yang masih kurang memiliki akhlak cinta
lingkungan seperti disebutkan diatas maka anak tersebut
ditegur, diberikan arahan agar tidak mengulangi lagi. Dalam
menemukan solusi atau mengambil keputusan dalam rangka
evaluasi juga kami melakukan diskusi dengan rekan-rekan
guru yang lain. Atau melihat program di sekolah lain yang
lebih bagus bisa menjadi contoh seperti kami pernah studi
banding ke SMP Baturaden. Bahkan kami juga kerjasama
dengan Sekolah adiwiyata tingkat Nasional lainnya seperti
SMP Negeri 4 Purwokerto.Waktu itu ketika ada program
adiwiyata ada kunjungan dari sekolah tersebut sehingga kami
bisa sharing-sharing untuk mengetahui kekurangan dari
152
Wawancara dengan Bapak Sugeng Pamuji, S.Pd. selaku Pembina
Pramuka di SMP Negeri 1 Karanglewas, pada Hari Jumat Tanggal 15 Februari 2019.
93
program adiwiyata di sekolah kami masing-masing sehingga
bisa diadakan evaluasi dalam rangka perbaikan.153
Hasil setelah menjadi sekolah adiwiyata tingkat nasional, tata
lingkungan sekolahpun menjadi lebih bersih, adanya slogan-slogan
terkait pembinaan akhlak cinta lingkungan yang terpasang di setiap
dinding bukan hanya sebatas kata-kata, tetapi juga sudah terealisasi,
juga diharapkan ibadahpun lebih meningkat bukan hanya di sekolah
tetapi juga di luar sekolah.154
Sehubungan dengan hasil kegiatan pembinaan akhlak cinta
lingkungan peneliti melakukan wawancara dengan Bapak Agus
Subagyo, S.Pd., S.IP, M.M.Pd. selaku kepala sekolah. Adapun hasil
dari wawancara tersebut adalah sebagai berikut:
"Tujuan dari kegiatan pembinaan akhlak cinta lingkungan
yaitu membentuk pribadi atau perilaku (menyangkut
personility), habbit (kebiasaan)."155
Dari pernyataan kepala sekolah, maka hasil kegiatan pembinaan
akhlak cinta lingkungan yaitu warga sekolah khususnya peserta didik
akan terbentuk pribadinya, yaitu menyangkut kebiasaan atas perilaku
peserta didik yang menjadi lebih peka terhadap lingkungan, cinta
tanaman, menjadi peka ketika ada peringatan hari-hari besar nasional
bertemakan lingkungan hidup, menjaga kebersihan dan kesehatan
anggota badan, pakaian, tempat, bahkan membudayakan 3S baik di
lingkungan sekolah maupun kelak dimanapun ia berada.
Sehubungan dengan hal ini peneliti juga melakukan
wawancara dengan Bapak Sugeng Pamuji, S.Pd. selaku Pembina
153
Wawancara dengan Ibu Marfeni Rita Dewi, S.Pd. selaku Waka
Kurikulum di SMP Negeri 1 Karanglewas, pada Hari Jumat Tanggal 15 Februari
2019. 154
Wawancara dengan Bapak Asron, S.Ag. selaku Guru Pendidikan Agama
Islam di SMP Negeri 1 Karanglewas, pada Hari Hari Jumat Tanggal 15 Februari
2019. 155
Wawancara dengan Bapak Agus Subagyo, S.Pd., S.IP, M.M.Pd., selaku
Kepala SMP Negeri 1 Karanglewas, pada Hari Jumat Tanggal 15 Februari 2019.
94
Pramuka di SMP Negeri 1 Karanglewas, hasil wawancaranya sebagai
berikut:
Dari segi pembiasaan anak-anak sudah menerapkan peduli
lingkungan tidak hanya dengan tulisan yang terpampang tetapi
action-action-nya juga. Hasilnya terhadap anak yaitu jelas
berpengaruh didalam kehidupan sehari-hari baik dalam sekolah
maupun di keluarga. Anak-anak akan terbiasa/otomatis
peka/peduli terhadap lingkungan. Contoh : dirumah anak suka
menyapu, mengepel, membuang sampah pada tempatnya.
Dengan membuat slogan-slogan/poster cinta lingkungan,
lomba kebersihan kelas setiap Class Meeting ini menjadikan
bukti fisik bawa anak-anak memiliki akhlak cinta
lingkungan.156
Faktor pendukung program atau kegiatan pembinaan akhlak
cinta lingkungan di SMP Negeri 1 Karanglewas yaitu dari lingkungan
sekolah yang luas sehingga ditumbuhi berbagai aneka tumbuh-
tumbuhan bahkan ada juga kebun sekolah yaitu "Green House"
sehingga dalam mewujudkan sekolah hijau sekolah ini layak menjadi
sekolah adiwiyata. Dalam hal ini peneliti melakukan wawancara
dengan wawancara dengan Bapak Agus Subagyo, S.Pd., S.IP,
M.M.Pd., selaku Kepala SMP Negeri 1 Karanglewas. Berikut hasil
wawancaranya:
Faktor pendukungnya ya sekolah ini sudah mempunyai
lingkungan yang luas yaitu 1 ½ hektar, tumbuh-tumbuhannya
juga sudah tinggi-tinggi, warga sekolah mempunyai semangat
untuk mempertahankan predikat sekolah adiwiyata tingkat
Nasional.157
Dari faktor pendukung lainnya seperti dari segi kebijakan tidak
ada penghambat, dari SDM (sumber daya manusia) mempunyai
semangat untuk melaksanakan program terkait pembinaan akhlak
cinta lingkungan yaitu melalui program keadiwiyataan. Dalam hal ini
peneliti melakukan wawancara dengan Ibu Marfeni Rita Dewi, S.Pd.
156
Wawancara dengan Bapak Sugeng Pamuji, S.Pd. selaku Pembina
Pramuka di SMP Negeri 1 Karanglewas, pada Hari Jumat Tanggal 15 Februari 2019. 157
Wawancara dengan Bapak Agus Subagyo, S.Pd., S.IP, M.M.Pd., selaku
Kepala SMP Negeri 1 Karanglewas, pada Hari Jumat Tanggal 15 Februari 2019.
95
selaku Waka Kurikulum di SMP Negeri 1 Karanglewas. Berikut
hasilnya wawancaranya:
"Jadi yang menjaga kebersihan lingkungan sekolah bukan
hanya pesuruh/petugas kebersihan tapi semua warga sekolah
bahkan pihak kantin pun ikut terlibat."158
Faktor pendukung lainnya juga seperti fasilitas sekolah berupa alat
yang lengkap, ada kain pel, sapu, kesed, microfon, sound. Bahkan
tempat wudlu sekarang ada dua, yaitu dipisah antara laki-laki dan
perempuan sehingga lebih efektif.
Faktor penghambat kegiatan pembinaan akhlak cinta
lingkungan di SMP Negeri 1 Karanglewas yaitu dari segi fasilitas
berupa air yang memang terpenuhi, namun masih belum efektif karena
ketika musim kemarau dalam rangka program penyiraman tanaman,
dari warga sekolah masih harus membawa air dari rumah. Dalam hal
ini peneliti melakukan wawancara dengan wawancara dengan Bapak
Agus Subagyo, S.Pd., S.IP, M.M.Pd., selaku Kepala SMP Negeri 1
Karanglewas. Berikut hasil wawancaranya:
Saya ingin sekolah ini bisa terdengar suara gemericik atau
suara mengalirnya air.Karena ketika musim kemarau dalam
mengatasi tanaman agar tidak kering kami menanggulanginya
dengan anak-anak disuruh untuk membawa air dari rumah
digunakan untuk menyiram tanaman. Ini memang salah satu
bentuk kepedulian terhadap lingkungan yang kami terapkan
kepada anak-anak namun akan lebih efektif apabila air tersedia
di lingkungan sekolah. WC juga menurut saya masih kurang
memadai. Nanti akan lebih saya perhatikan dan usulkan ke
dinas/pemerintah, meskipun WCnya sudah kami usahakan
sedikit agak wangi karena sudah ada tanaman pandannya.159
Fasilitas lain yang kurang lengkap yaitu berupa alat kebersihan
seperti bak sampah, atau tempat sampah gledegan (besar), juga
158
Wawancara dengan Ibu Marfeni Rita Dewi, S.Pd. selaku Waka
Kurikulum di SMP Negeri 1 Karanglewas, pada Hari Jumat Tanggal 15 Februari
2019. 159
Wawancara dengan Bapak Agus Subagyo, S.Pd., S.IP, M.M.Pd., selaku
Kepala SMP Negeri 1 Karanglewas, pada Hari Jumat Tanggal 15 Februari 2019.
96
pancong. Dalam hal ini, peneliti melakukan wawancara dengan Yulian
Mahardika selaku Pengurus OSIS di SMP Negeri 1 Karangewas
berikut hasil wawancaranya:
"Menurut saya ada satu alat kebersihan yang kurang yaitu
pancong. Jadi, pada saat kebersihan kelas maupun pada saat
perawatan tanaman kami tidak bisa maksimal dengan
kurangnya fasilitas pancong tersebut."160
Menanggapi hal tersebut, peneliti melakukan wawancara
dengan Ibu Rini Widhiastuti, S.Si. selaku Wakil Kepala SMP Negeri 1
Karangewas. Adapun hasil dari wawancara tersebut adalah sebagai
berikut:
Dari segi alat-alat lengkap sudah terpenuhi, hanya saja
jumlahnya yang kurang karena keterbatasan dana hanya 20%
yang bisa digunakan dari total dana yang ada. Hal ini karena
mengingat sekolah mempunyai lahan yang sangat luas 1 ½
hektar.161
Dari faktor penghambat yang lain seperti anak-anak dalam
pemeliharaan alat-alat kebersihan kelas masih kurang sehingga kadang
ada kelas yang jumlah alat-alat kebersihannya lebih banyak sedangkan
kelas lain ada yang tidak ada sama sekali. Atau ketika anak-anak
perwakilan yang membersihkan tempat selain kelas menggunakan
alat-alat kebersihan membawa dari kelas kemudian ditinggal begitu
saja tidak dikembalikan lagi. Jadi anak-anak masih kurang peduli
terhadap pemeliharannya. Juga masih ada anak yang kurang dalam
memiliki akhlak cinta lingkungan seperti sampah dibuang diantara
dedaunan pohon.
Faktor penghambat yang lain juga dari segi pengawasan atau
kontroling, terutama Guru BK ada saatnya tidak maksimal karena
banyak pekerjaan/tugas yang lain sehingga tidak sempat berkeliling ke
160
Wawancara dengan Yulian Mahardika selaku Pengurus OSIS di SMP
Negeri 1 Karangewas, pada Hari Jumat Tanggal 15 Februari 2019. 161
Wawancara dengan Ibu Rini Widhiastuti, S.Si. selaku Wakil Kepala
SMP Negeri 1 Karangewas, pada Hari Kamis Tanggal 14 Februari 2019.
97
setiap kelas untuk mengecek kebersihan maupun kerapihan baik dari
peserta didik/kelasnya. Dalam program Shalat Dhuha, Shalat Dhuhur
Berjama’ah, serta Shalat Jumat (bagi laki-laki) terbagi di 3 lokasi
tempat ibadah karena fasilitas mushola yang luasnya tidak mencukupi,
sehingga ketika ada peserta didik yang membawa motor, merokok,
ataupun hal-hal menyimpang lainnya ada saatnya guru tidak tahu.
Berikut hasil wawancara dengan Ibu Intan Permatasari, S.Pd. selaku
Guru BK di SMP Negeri 1 Karangewas:
"Kalau untuk merokok ada yang ketahuan merokok meskipun
berada di luar gedung sekolah tetap saja itu sebagai bentuk
penyimpangan."162
Faktor penghambat yang lain yaitu dari pribadi (personal)
warga sekolah yang belum sepenuhnya membiasakan untuk
berperilaku cinta terhadap lingkungan. Contoh perilaku yang kurang
dalam akhlak cinta lingkungan : ketika jum'at bersih ada anak yang
hanya duduk santai, sampah ada yang tidak dikelola dengan baik, dan
sebagainya.
162
Wawancara dengan Ibu Intan Permatasari, S.Pd. selaku Guru BK di SMP
Negeri 1 Karangewas, pada Hari Kamis Tanggal 14 Februari 2019.
98
B. Analisis Data
Berdasarkan metode pengumpulan data yang peneliti lakukan dengan
metode observasi, wawancara, dan dokumentasi, maka peneliti menganalisis
bagaimana hasil observasi pelaksanaan pembinaan akhlak cinta lingkungan
bagi peserta didik di SMP Negeri 1 Karanglewas Kabupaten Banyumas, dan
data penelitiannya sebagai berikut:
Tabel 4.2
Jadwal Observasi Pelaksanaan Pembinaan Akhlak Cinta Lingkungan
No
Hari/Tanggal Program/Kegiatan Yang Diobservasi
1 Senin, 11 Februari 2019 Kegiatan Membawa Bekal Makanan
2
Jum'at, 15 Februari 2019
Program "Adiwiyata Krida" dan
Piket Kelas
3 Kamis, 21 Februari 2019
Program Ecko Brick, Green House, serta
Notif, Poster dan Stiker Bertemakan
Cinta Lingkungan
4
Jum'at, 5 April 2019
Kegiatan Melepas Sepatu atau Sandal
99
Tabel 4.3
Hasil Observasi Pelaksanaan Pembinaan Akhlak Cinta Lingkungan
No
Indikator yang Diobservasi
Kemunculan
Ada Tidak Ada
1 Melaksanakan kegiatan Jumat Bersih √
2
Melaksanakan program pengelolaan
sampah oleh masing-masing individu
(Ecko Brick)
√
3 Membudayakan memungut sampah di
lingkungan sekolah √
4 Ikut serta memanfaatkan sampah untuk
menjadi barang bernilai jual √
5 Membiasakan mencuci tangan sebelum
dan sesudah makan √
6 Membiasakan membawa bekal dari
rumah √
7
Membiasakan memakan makanan dan
meminum minuman yang bersih dan
sehat
√
8 Menjaga kebersihan dan kerapihan
anggota badan dan pakaian √
9 Ikut serta memelihara dan merawat
"Green House" √
10 Melaksanakan kegiatan menyiram
tanaman √
11
Ikut serta memperingati hari-hari besar
nasional yang bertemakan Lingkungan
Hidup
√
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti tersebut, maka
pelaksanaan kegiatan pembinaan akhlak cinta lingkungan bagi peserta didik
di SMP Negeri 1 Karanglewas Kabupaten Banyumas dapat dirinci sebagai
berikut:
100
1. Kegiatan rutin merupakan kegiatan yang terus menerus dilakukan di
sekolah, diantaranya:
a. Program "Adiwiyata Krida"
Setelah menjadi sekolah adiwiyata, SMP Negeri 1 Karanglewas
memiliki program adiwiyata bernama "Adiwiyata Krida". Program
"Adiwiyata Krida" yaitu berupa kegiatan Jum’at Bersih dan Jum’at
Sehat. Jum’at bersih merupakan program rutin yang dilakukan untuk
membiasakan peserta didik membersihkan lingkungan sekolah.
Kegiatan kebersihannya seperti pemanfaatan lahan,
pemeliharaan tanaman, dan perawatan taman kelas. Adapun dengan
Jum’at bersih mereka langsung dibagi tugas untuk membersihkan
lingkungan sekolah. Setiap kelas mempunyai bagian masing-masing
dan sudah ada jadwal kegiatan Jum'at bersih di setiap kelasnya. Ada
yang membersihkan halaman sekolah, halaman kelas, lapangan upacara,
perpustakaan dan lain sebagainya sesuai tugas yang telah diberikan oleh
sekolah. Kegiatan Jum’at sehat yaitu kegiatan dimana seluruh warga
sekolah melaksanakan olahraga, yaitu berupa senam SKJ, Poco-Poco,
dan senam Maumere.163
Menurut peneliti, program adiwiyata krida baik
Jumat bersih atau Jumat sehat sangat bermanfaat bagi semua warga dan
lingkungan sekolah, sehingga diharapkan semua warga sekolah ikut
terlibat aktif dalam pelaksanaannya.
b. Piket kelas
Piket kelas dilaksanakan pagi hari sebelum mulai KBM
(Kegiatan Belajar Mengajar), dimana peserta didik dibagi menjadi 6
kelompok yang masing-masing terdiri dari 5-6 anak. Piket kelas
dilaksanakan oleh peserta didik yang mendapatkan bagian jadwal piket
pada hari itu. Mereka tidak hanya bertugas membersihkan kelas, namun
juga menyiapkan kelas dan keperluan administrasi kelas, serta
membersihkan taman kelas milik mereka. Piket kelas bertujuan
membuat lingkungan tempat belajar menjadi bersih, rapi, dan nyaman.
163
Observasi pada Hari Jum’at Tanggal 15 Februari 2019.
101
Sehingga terbebas dari penyakit dan membuat kelas enak dipandang.164
Menurut peneliti, adanya piket kelas juga akan menumbuhkan
pemikiran peserta didik yang sadar akan "rasa memiliki" terhadap
kelasnya masing-masing. Hal ini akan terealisasi apabila setiap hari
semua warga kelas terutama petugas piket bertanggungjawab menjaga
kebersihan dan keindahan kelas.
c. Pemeriksaan Kebersihan dan Kerapihan Setiap Hari
Penampilan seseorang dapat menunjukan akhlak seseorang.
Untuk menumbuhkan peserta didik yang berakhlak sesuai kepribadian
islami, penampilan peserta didik memang menjadi fokus utama. Dengan
berpenampilan rapi dapat melatih peserta didik untuk disiplin terhadap
dirinya sendiri. Pemeriksaan kebersihan dan kerapihan bertujuan supaya
peserta didik selalu menjaga penampilannya disekolah. Pemeriksaan
kebersihan dan kerapihan setiap hari meliputi pemeriksaan kebersihan
dan kerapihan anggota badan, pakaian, rambut, kuku, kelengkapan
atribut dan lain sebagainya. Menurut peneliti, program ini akan semakin
menumbuhkan akhlak cinta lingkungan dengan berpenampilan bersih
dan rapi setiap harinya.
d. Membawa bekal makanan
Setelah menjadi sekolah adiwiyata tingkat nasional, dalam
rangka menanggulangi sampah plastik, peserta didik dibiasakan untuk
membawa bekal makanan. Apalagi setelah diterapkannya full day
school, rata-rata peserta didik setiap hari membawa bekal makanan.
Makanan yang dibawa dari rumah sudah terjamin kebersihan dan
kesehatannya. Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan, makanan
yang dibawa oleh peserta didik yaitu dengan kotak makan lengkap
dengan alat makan dan minuman. Adapun beberapa peserta didik
membawa bekal makanan dengan kertas minyak. Tidak semua peserta
didik membawa bekal makanan, beberapa dari mereka lebih suka jajan
164
Observasi pada Hari Jum’at Tanggal 15 Februari 2019.
102
dikantin sekolah terutama peserta didik laki-laki.165
Menurut peneliti,
membawa bekal makanan ini selain terjaga kebersihan dan
kesehatannya juga menghemat uang peserta didik. Sehingga, akan lebih
efektif apabila wali kelas ikut mengkoordinir masing masing peserta
didik di kelas binaannya.
e. Melepas sepatu atau sandal
Pembiasaan yang tidak kalah pentingnya yaitu melepas sandal
atau sepatu ketika masuk ke dalam ruangan baik di kelas maupun
masjid atau mushola. Sandal atau sepatu kemudian
diletakkan ke rak yang telah disediakan oleh sekolah di depan kelas
masing-masing.166
Kegiatan ini akan senantiasa meningkatkan akhlak
cinta lingkungan dengan menerapkan pola hidup bersih terutama
kebersihan kelas masing-masing. Namun berdasarkan penelitian masih
saja ada peserta didik yang kurang tanggap terhadap kebersihan kelas,
sehingga dalam hal ini pengurus kelas atau wali kelas perlu menasehati.
f. Perawatan Green House
Green House merupakan sebuah kebun yang ada disekolah yang
didalamnya terdapat berbagai tanaman diantaranya yaitu tanaman
kantong semar (tumbuhan yang bisa makan serangga), tanaman merica,
dan lain sebagainya. Hasil kebun ini ketika sudah musim panen hasil
tanamannya dijual kemudian uangnya dimasukkan ke dalam kas
sekolah untuk dipergunakan dalam rangka program keadiwiyataan
lagi.167
Menurut peneliti, dalam hal perawatan Green House ini masih
kurang, terbukti dengan tanaman yang masih kurang variatif dan belum
ada orang khusus yang merawat Green House.
g. Ecko Brick
Ecko Brick merupakan sebuah program rutin yang dilakukan
oleh semua warga sekolah setiap harinya dalam hal penanganan
sampah. Ecko Brick ini merupakan sebuah inovasi yang dilakukan
165
Observasi pada Hari Senin Tanggal 11 Februari 2019. 166
Observasi pada Hari Jum’at Tanggal 5 April 2019. 167
Observasi pada Hari Kamis Tanggal 21 Februari 2019.
103
dalam rangka mengganti penggunaan tempat sampah, sehingga di SMP
Negeri 1 Karanglewas ini sudah tidak menggunakan tempat sampah
sama sekali. Jadi, pengelolaan sampahnya dikelola oleh masing-masing
individu yaitu menggunakan botol aqua untuk menampung sampah-
sampah tersebut sampai penuh. Setelah penuh, nanti dikumpulkan di
lubang atau kuburan sampahuntuk dijadikan hiasan.168
Menurut
peneliti, program ini sangat bagus dan merupakan sebuah inovasi dalam
hal penanggulangan sampah terutama sampah plastik. Maka, akan
semakin lebih menarik apabila hasil dari Ecko Brick ini benar-benar
dibuat kerajinan atau hiasan di setiap lingkungan kelas atau di
lingkungan sekolah.
h. Poster, Notif dan Stiker
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti pada
tanggal 21 Februari 2019 menunjukkan bahwa hampir lingkungan di
SMP Negeri 1 Karanglewas di setiap dindingnya terdapat poster
bertemakan cinta lingkungan. Terdapat juga notif yang di pasang di
setiap koridor kelas ataupun di mushola serta stiker yang dipasang di
keran air, saklar listrik, dan lain sebagainya. Poster, notif dan stiker
bertemakan cinta lingkungan ini bermacam-macam tulisannya,
berkaitan dengan hal-hal berupa penghematan air dan listrik, menjaga
kebersihan dan kesehatan, cinta tanaman, dan lain-lain.169
i. Insert Mata Pelajaran
Berdasarkan background sekolah yang merupakan sekolah
adiwiyata tingkat nasional, yaitu salah satu program yang
diselenggarakan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dalam rangka
mendorong terciptanya pengetahuan dan kesadaran warga sekolah
dalam upaya pelestarian lingkungan hidup, yang diharapkan seluruh
warga sekolah turut berpartisipasi didalamnya agar peserta didik lebih
peka dengan lingkungan. Maka, sekolah secara resmi memasukkan
168
Observasi pada Hari Kamis Tanggal 21 Februari 2019. 169
Observasi pada Hari Kamis Tanggal 21 Februari 2019.
104
pembelajaran dengan basis pelestarian lingkungan hidup kedalam
kurikulum.
Insert mata pelajaran dalam KD tertentu pada mata pelajaran
dihubungkan dengan materi kepedulian terhadap lingkungan, bisa
sebagai contoh ataupun sebagai tema. Misalnya, ketika pelajaran seni
budaya mereka membuat lukisan kebersihan, membuat prakarya dari
limbah, pada pelajaran PAI mengajarkan tentang thaharah, pada
pelajaran bahasa Indonesia membuat puisi tentang kebersihan, dan pada
pelajaran bahasa jawa materi geguritan dan sesorah temanya tentang
kebersihan. Manfaat dari insert pembelajaran ini ialah agar peserta didik
lebih kenal dan lebih peka (peduli) terhadap lingkungan.170
2. Kegiatan spontan adalah kegiatan yang dapat dilakukan tanpa dibatasi oleh
waktu, tempat, dan ruang. Contoh: membuang sampah bekas jajan pada
tempatnya, memungut sampah yang berserakan, memotong rambut peserta
didik yang tidak rapih, memotong kuku peserta didik, razia mendadak dan
lain sebagainya. Kegiatan ini diharapkan semakin membuat peserta didik
menerapkan akhlak cinta lingkungan dengan menjaga kebersihan dan
kerapihan baik di sekolah, keluarga dan di masyarakat.
3. Kegiatan terprogram.
Kegiatan ini dilaksanakan secara bertahap disesuaikan dengan
jadwal yang telah ditetapkan. Contoh: kegiatan class meeting (lomba
kebersihan kelas), peringatan hari-hari besar bertemakan lingkungan
seperti ketika hari bumi, hari bebas kendaraan dan lain sebagainya. Salah
satu peringatan hari-hari besar bertemakan lingkungan yaitu dalam bentuk
sosialisasi, seperti sosialisasi Global Warming. Ada program di awal tahun
yaitu perawatan tanaman yang dilakukan secara periodik. Ada juga
program gerakan meyiram tanaman pada saat musim kemarau. Tujuannya
yaitu agar peserta didik semakin cinta terhadap lingkungan.
170
Wawancara dengan Ibu Rini Widhiastuti, S.Si. selaku Wakil Kepala SMP
Negeri 1 Karangewas, pada Hari Kamis Tanggal 14 Februari 2019.
105
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Proses menginternalisasi pembinaan akhlak cinta lingkungan bagi
peserta didik di SMP Negeri 1 Karanglewas Kabupaten Banyumas Tahun
Pelajaran 2018/2019 dilakukan melalui berbagai kegiatan yaitu kegiatan
rutin, kegiatan spontan, dan kegiatan terprogram. Kegiatan rutin yang
dilakukan seperti program “adiwiyata krida”, piket kelas, pemeriksaan
kebersihan dan kerapihan setiap hari, membawa bekal makanan, melepas
sepatu atau sandal, perawatan Green House, Ecko Brick, poster, notif dan
stiker, dan insert mata pelajaran. Kegiatan spontan seperti membuang
sampah bekas jajan pada tempatnya, memungut sampah yang berserakan,
memotong rambut peserta didik yang tidak rapih, memotong kuku peserta
didik, razia mendadak dan lain sebagainya. Kegiatan terprogram seperti
kegiatan class meeting (lomba kebersihan kelas), peringatan hari-hari
besar bertemakan lingkungan seperti ketika hari bumi, hari bebas
kendaraan, program perawatan tanaman serta program gerakan menyiram
tanaman.
106
B. Saran
1. Bagi Kepala Sekolah
Program pembinaan akhlak cinta lingkungan akan mendukung
peningkatan kualitas dan mutu pendidikan khususnya bagi sekolah
adiwiyata. Sehingga, faktor-faktor penghambat dalam prosesnya harus
diatasi dalam menunjang keberhasilannya.
2. Bagi Guru
Bagi guru harus mampu memahami perbedaan karakter peserta didik,
baik dalam proses belajar mengajar maupun diluar proses belajar
mengajar. Sehingga, dalam mengatasi peserta didik yang belum
sepenuhnya memiliki akhlak cinta lingkungan dievaluasi dengan melihat
faktor-faktor penyebabnya.
3. Bagi Orang Tua
Bagi para orang tua diharapkan agar senantiasa membekali anaknya
dengan pembinaan agama khususnya pembinaan akhlak sejak dini serta
mencontohkannya, sebab pendidikan agama khususnya pembinaan
akhlak mempunyai peranan yang sangat penting dalam membentuk
kepribadian anak maupun dalam mewujudkan Tujuan Pendidikan
Nasional.
4. Bagi Peserta Didik
Bagi peserta didik diharapkan agar senantiasa menaati peraturan sekolah,
selalu berperan aktif mengikuti program atau kegiatan pembinaan akhlak
cinta lingkungan berupa program keadiwiyaataan atau yang lainnya, serta
konsisten dalam menerapkan akhlak cinta lingkungan bukan hanya di
sekolah tetapi juga di rumah maupun di masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, M., Yatimin. 2006. Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur’an. Jakarta:
Amzah.
Ahmadi, Wahid. 2004. Risalah Akhlak, Panduan Perilaku Muslim Modern. Solo:
Era Intermedia.
Aisha, Mendy. “Pengertian Lingkungan Dan Macam Macam Jenisnya”.
https://jagad.id/pengertian-lingkungan-dan-macam-macam-jenisnya/,
diakses pada 16 Maret 2019 pukul 20.50.
Al-Buraey, Muhammad A. 1986. Islam: Landasan Alternatif Administrasi
Pembangunan. Jakarta: Rajawali.
Al-hafidz, Ahsin W. 2007. Fikih Kesehatan. Jakarta: Amzah.
Al-Hasyimi, Abdul, Mun’in. 2009. Akhlak Rasul Menurut Bukhari & Muslim.
Jakarta: Gema Insani.
Alim, Akhmad. 2014. Sains dan Teknologi Islami. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Al-Qaradhawi, Yusuf. 2002. Islam Agama Ramah Lingkungan. Jakarta Timur:
Pustaka Al-Kautsar.
Aminah, Nina. 2014. Studi Agama Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Arifin, M. 2008. Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama. Jakarta:
Bulan Bintang.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Asy’arie, Musa. 1993. Al-Qur’an & Pembinaan Budaya Dialog dan
Transformasi. Yogyakarta: Lesfi.
Bahagia. 2013. Hak Alam Dan Hukum Lingkungan Dalam Islam. Yogyakarta:
Suka-Press.
Dawam, Ainurrofiq. 2003. Emoh Sekolah Menolak Komersialisasi Pendidikan
dan Kanibalisme Intelektual Menuju Pendidikan Multikultural. Jogjakarta:
Inspeal Ahimsakarya Press.
Depdikbud. 1997. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Djatnika, Rachmat. 1992. Sisthematika Islami (Akhlak Mulia). Jakarta: Pustaka
Panjimas.
Fachruddin, M, Mangunjaya. 2005. Konservasi Alam Dalam Islam. Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia.
Fatimah, Enung. 2008. Psikologi Perkembangan: Perkembangan Peserta Didik.
Bandung: Pustaka Setia.
Firda, Unesatul. 2017. "Pembinaan Akhlak Hidup Bersih dan Sehat Pada Siswa
SMP Negeri 1 Karanglewas Kabupaten Banyumas", Skripsi. Purwokerto:
IAIN Purwokerto.
Hamidi. 2004. Metode Penelitian Kualitatif: Aplikasi Praktis Pembuatan
Proposal dan Laporan Penelitian. Malang: UMM Press.
Handayaningrat, Soewarno. 1996. Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan
Manajemen. Jakarta: Gunung Agung.
Harahap, Adnan dkk. 1997. Islam dan Lingkungan Hidup. Jakarta Pusat: Swarna
Bhumy.
Hardjana, A., Maqun. 1989. Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta: Kanisius.
Hasan, M. Iqbal. 2002. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan
Aplikasinya. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Hd, Khaelany. 1996. Islam Kependudukan & Lingkungan Hidup. Jakarta: Rineka
Cipta.
Helmi, Masdar. 1973. Dakwah dalam Alam Pembangunan. Semarang: Toha
Putra.
Herdiansyah, Haris. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-Ilmu
Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.
HS, Nasrul. 2015. Akhlak Tasawuf. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.
Huda, Nuril. 2017. Memahami Islam Lewat Perguruan Tinggi. Jakarta: Amzah.
Hufad, Achmad & Sauri, Sofyan. 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung:
FIP UPI.
Hurlock, Psikologi Perkembangan: Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya.
Yogyakarta: UGM Press.
Ilyas, Yunahar. 2001. Kuliah Akhlak. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.
Madjid, Nurcholish. 2000. Masyrakat Religius. Jakarta: Paramadina.
Mahfud, Rois. 2011. Al-Islam Pendidikan Agama Islam. Palangkaraya: Erlangga.
Masy’ari, Anwar. 1990. Akhlak Al-Qur’an. Surabaya: Bina Ilmu.
Meleong, J, Lexy. 2012. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Mulyana, Rohmat. 2011. Mengartikulasikan Pendidikan Nilai. Bandung:
Alfabeta.
Mursi, Abdul Hamid. 1997. SDM Yang Produktif Pendekatan Al-Qur’an & Sains.
Jakarta: Gema Insani Press.
Musanef. 2000. Manajemen Kepegawaian di Indonesia. Jakarta: Haji Masagung.
Muslihin. 2017. "Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan Pada Siswa SD IT Ath
Thoriq Gombong Kabupaten Kebumen", Skripsi. Purwokerto: IAIN
Purwokerto.
Nasution, Harun. 2002. Teologi Islam. Jakarta: UI-Press.
Nata, Abuddin. 2001. Paradigma Pendidikan Islam. Jakarta: Gramedia
Widiasarana Indonesia.
Nazir. 2014. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.
Nursalim. 2018. Ilmu Pendidikan Suatu Pendekatan Teoritis dan Praktis. Depok:
Raja Grafindo Persada.
Patmonodewo, Soemarti. 2003. Pendidikan Anak Pra Sekolah. Jakarta: Rineka
Cipta.
Pemasyarakatan, Direktorat Jenderal. “Lapas Klas IIA Wanita Semarang”,
https://lpwanitasemarang.wordpress.com/lingkuppembinaan/, diakses
pada 29 April 2019 pukul 15. 37.
Poerwadarminta. 2006. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Pro, Ulan Elha. “Belajar dan Melek Ilmu Manajemen”,
https://Melekmanajemen.Blogspot.Com/2014/12/Pembinaan-
Manajemen.Html, diakses pada 30 April pukul 12. 04.
Rahmadi, Takdir. 2014. Hukum Lingkungan di Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Samani, Muchlas. 2013. Pendidikan Karakter. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Santoso. 2005. Harianto. Disini Matahariku Terbit. Jakarta: Gramedia.
Saphiro. 2009. Mengajarkan Emosional Inteligensi Pada Anak. Bandung:
Rosdakarya.
Saputra, Erwan Dwi Maman. 2018. "Pembentukan Karakter Peduli Lingkungan
Bagi Kelompok Mahasiswa Pencinta Alam “Faktapala”IAIN Purwokerto".
Skripsi. Purwokerto: IAIN Purwokerto.
Saraswati, Ekarini. 2008. “Makna Cinta Dalam Novel Dari Lembah Ke Coolibah
Karya Titis Basino: Sebuah Telaah Semiotis”. Jurnal Artikulasi. Malang:
Universitas Muhammadiyah Malang.
Siahaan, N.H.T. 2004. Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan. Jakarta:
Erlangga.
Sirait, Alfonsus. 1991. Manajemen. Jakarta: Erlangga.
SP, Muhammad Dailamy. 2006. Pendidikan Islam Dalam Perspektif Al-Qur'an
dan Hadis (Bag. II). Purwokerto: STAIN Purwokerto Press.
SP, Muhammad Dailamy. 2006. Pendidikan Islam Dalam Perspektif Al-Qur'an
dan Hadis. Purwokerto: STAIN Purwokerto Press.
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sumantri, Arif. 2015. Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Kencana.
Sunhaji. 2008. Manajemen Madrasah. Purwokerto: STAIN Purwokerto Press.
Suprayogo, Imam. 2013. Pengembangan Pendidikan Karakter. Malang: UIN-
Maliki-Press.
Suwito, Umar, dkk. 2008. Tinjauan Berbagai Aspek Character Building:
Bagaimana Mendidik Anak Berkarakter. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Syamsuddin, Ali. 2009. Mengukir Sifat Kepribadian Muslim. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Taslimah. 2012. “Pengkajian Tentang Manajemen Pembinaan Kemampuan
Profesional Guru”. Tesis. Semarang: Universitas Diponegoro.
Thoha, Miftah. 2001. Pembinaan Organisasi. Jakarta: Mutiara Ilmu.
Tisnadi, Novesta & Nugroho, Abidin Fuadi. 2017. Pendidikan Akidah Akhlak.
Jakarta Pusat: Gramasura.
UMJ, Tim Perumus Fakultas Teknik . 1998. Al-Islam & Iptek. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Wantysoemanto & Hendyatsoetopo, 1982. Pembinaan dan Pengembangan
Kurikulum. Jakarta: Bina Aksara.
Wibowo, Agus. 2000. Pendidikan Karakter Strategi Membangun Karakter
Bangsa Berperadaban. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Wibowo, Agus. 2013. Managemen Pendidikan Karakter di Sekolah. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Widjaja. 2000. Administrasi Kepegawaian. Jakarta: Rajawali.