cpr jcca solo

46
CPR 2010 resuscitation need for speed dedi atila

Upload: yamtotl

Post on 13-Jan-2016

13 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

sdddsd

TRANSCRIPT

Page 1: Cpr Jcca Solo

CPR 2010 resuscitation need for speed

dedi atila

Page 2: Cpr Jcca Solo

Sejarah RJP/CPR

1530

Pompa perapian

digunakan utk memompa

udara ke paru

1732

W. Tossach, mllkn bantuan

pernafasan outh to outh

1874

M.Schiff mlkkn kompresi

jantung terbuka pd binatang

1892

F. Mass melkkan

kompresi jantung

tertutup pd manusia

1947

C. Beck, defibrilasi

jantung terbuka

1955

P. Zonn, defibrilasi

jantung tertutup

1958

W. Kouwehoven

Kompresi jantung tertutup

1960

P. Safar, pengendalian jalan

nafas & pnafas buatan

1974

AHA,

Cardiopulmonary

Resuscitatin (CPR)

1992

International Liaison

Committee on Resuscitation

(ILCOR)

Page 3: Cpr Jcca Solo
Page 4: Cpr Jcca Solo
Page 5: Cpr Jcca Solo

ILCOR = International Liaison Comittee on

Resuscitation

1. American Heart Association AHA

2. European Resuscitation Council ERC

3. Heart and Stroke Foundation of Canada HSFC

4. Resuscitation Councils of Southern Africa RCSA

5. Australian Resuscitation Council ARC

6. Resuscitation Councils of Latin America CLAR

7. New Zealand Resuscitation Council NZRC

Page 6: Cpr Jcca Solo

Circulation 102, 2000 Resuscitation 46, 2000

International Guidelines 2000 Conference on

Cardio-pulmonary Resuscitation and Emergency

Cardiovascular Care

Page 7: Cpr Jcca Solo
Page 8: Cpr Jcca Solo
Page 9: Cpr Jcca Solo

Latar belakang

Data2 tentang angka survival sewaktu keluar RS terhadap korban2 henti jantung karena VF di luar RS yg disaksikan sangat rendah yaitu hanya 6% seluruh dunia. Dengan catatan hanya sedikit perbaikan setelah guideline thn 2000 di keluarkan. Data2 ini dibuat hanya beberapa waktu sebelum dimulainya konferensi CPR ILCOR2005.

Ada 2 penelitian yg dipublikasi sebelum konferensi 2005 menunjukkan buruknya kualitas CPR yg dilakukan baik itu di luar RS atau di dalam RS.

Page 10: Cpr Jcca Solo

Perubahan2 utama pada CPR 2005

Page 11: Cpr Jcca Solo

Periksa dan nilai -

hands-off time =

Waktu tanpa kompresi

jantung survival 100 per menit

Ratio 15:2

Page 12: Cpr Jcca Solo

Periksa nafas dan

nilai sirkulasi

dihilangkan

RATIO 30:2

(ventilasi dikurangi)

AED

Page 13: Cpr Jcca Solo

• Pada henti jantung dgn VF, ventilasi tidak sepenting kompresi

• Tekanan intrathorak meningkat – Venous return menurun

• Pengisian tidak adekuat – CARDIAC OUTPUT menurun

• Insuflasi gaster

Mengapa 30:2 atau ventilasi

dikurangi ?

Hyperventilation is bad….

Page 14: Cpr Jcca Solo

AED? Henti jantung Disaksikan vs Tak disaksikan

• Kolaps/Henti Jantung disaksikan

– AED

• Henti jantung tak disaksikan

– CPR pertama (2 menit atau 5 siklus),

kemudian AED

Page 15: Cpr Jcca Solo

Etiologi Henti Jantung

Nolan J. ERC Guidelines for Resuscitation 2005-introduction. Resuscitation. 2005; 67 (suppl 1):S3-S6

• Etiologi

– Kardiak(primer)

• Heart attack (MCI)

• Kelainan jantung lain

– Non-Kardiak(sekunder)

• Internal

– Pneumonia berat, syok, dll

• Eksternal

– Trauma, keracunana dll

Page 16: Cpr Jcca Solo

Etiologi henti jantung mendadak

Nolan J. ERC Guidelines for Resuscitation 2005-introduction. Resuscitation. 2005; 67 (suppl 1):S3-S6

• Etiologi

Page 17: Cpr Jcca Solo

Fase elektrik

• 0-4 menit

• Terapi pilihan, defibrilasi

Fase Sirkulasi

• 4-10 menit

• RJP lebih baik dari defibrilasi

Fase Metabolik

• > 10 menit dr iskemia

• Terapi langsung thd modulasi oksidan, mediator sistem imun, cedera mikrovaskuler, apoptosis, hilangnya substrat energi

3 fase berdasarkan waktu terjadinya henti jantung (Weisfeldt & Becker)

Page 18: Cpr Jcca Solo

Fase Elektrik AED pertama

• VF defibrilasi dini (class I)

• Setiap menit keterlambatan menurunkan

angka keselamatan 8-10%

Circulation 1997

Page 19: Cpr Jcca Solo

Chicago Airport • AED dapat dijangkau dalam 1 menit di seluruh

bandara airport

• Survival mencapai 50% (10/18) pada pasien VF

Page 20: Cpr Jcca Solo

Bandara di Indonesia

Page 21: Cpr Jcca Solo

Outcome of Rapid Defibrillation by Security

Officer After Cardiac Arrest in Casinos

• Prospective study for sudden cardiac arrest in casinos n=105

• Survival to discharge 53%

• 90 patients (86%) witnessed

– Collapse to AED 3.5+2.9

– Collapse to defibrillation 4.4 + 2.9 min

• Collapse to defibrillatio 3 i

– Survival to discharge 74%

• Collapse to defibrillatio 3 i

– Survival to discharge 49%

NEJM 2000

Page 22: Cpr Jcca Solo

Circulatory phase CPR first

• Dilakukan pemberian oksigen dahulu (dgn

kompresi jantung/ventilasi) diikuti

defibrilasi Immediate vs. delayed counter shock

Survival 24%

22% 4%

30%

JAMA 1999;281

JAMA 2002;289

Page 23: Cpr Jcca Solo
Page 24: Cpr Jcca Solo

Latar belakang

• Terdapat kesenjangan yg mencolok trhdp angka

keselamatan pd henti jantung pd bbrp sistem pertolongan,

ada satu sistem dg angka keselamatan 5 kali lebih tinggi

dibanding yg lain.

• Meskipun teknologi, spt AED, telah berkontribusi dalam

meningkatkan survival krn henti jantung , tanpa intervensi

awal pada korban henti jantung, kecuali bystanders /

penolong siap, mau, dan mampu utk bertindak.

• Lebih jauh, agar berhasil, tindakan bystander/penolong

dan layanan penolong yg lain harus dalam satu sistem yg e

terkoordinasi dan terintegrasi pd setiap aspek layanann

secara komprehensif, dgn fokus pd keselamatan sampai

keluar RS.

Page 25: Cpr Jcca Solo

Mengapa CPR diubah?

• Data yg baru membuktikan RJP yg adekuat mendapatkan hasil yg lebih baik.

• Catatan sejak 2005, menunjukkan penolong pertama yg melakukan RJP hanya kompresi jantung, dan mereka mendapatkan hasil yg sama dgn RJP dengan bantuan penafasan.

• Interval yg minimal antara kompresi dada dan defibrilasi, memperbaiki angka keselamatan pasien.

Page 26: Cpr Jcca Solo

Kesimpulan: Bystander/penolong yg mllkkn hanya kompresi

dan RJP konvensional sama efektif pd henti jantung dewasa

di luar rumah sakit.

Page 27: Cpr Jcca Solo
Page 28: Cpr Jcca Solo

Meta-analysis

Conclusion: Available evidence strongly support the superiority of bystander

compression-only CPR. Reasons for the best efficacy of chest compression-only CPR

include a better willingness to start CPR by bystanders, the low quality of mouth-to-

mouth ventilation and a detrimental effect of too long interruptions of chest

compressions during ventilation. Based on our findings, compression-only CPR

should be recommended as the preferred CPR technique performed by untrained

bystander.

Page 29: Cpr Jcca Solo

Conclusion: Among patients with out-of-hospital cardiac arrest, layperson

compression-only CPR was associated with increased survival compared with

conventional CPR and no bystander CPR in this setting with public endorsement of

chest compression–only CPR.

Page 30: Cpr Jcca Solo

AED

AUTOMATED EXTERNAL DEFIBRILATOR

Buka jalan nafas

dan bantuan nafas

dihilangkan

perlu waktu

The old (2005) algorithm

Page 31: Cpr Jcca Solo

Universal Algorithm CPR 2010

Page 32: Cpr Jcca Solo

Chain of Survival

Page 33: Cpr Jcca Solo

Early Access

Early CPR

Early Defibrillation

Early Advanced

Care

Call for help Chest

Compression

Defibrillation Advanced Life

Support

Post-Cardiac arrest

Care

Page 34: Cpr Jcca Solo

New Sequence for 2010

• Chest compressions, Airway, Breathing (CAB) is

the new order of operations from American Heart

Association.

• This applies for adults, pediatrics and infants,

excluding newborns. Newborn arrest are most

likely respiratory and should use the ABC

sequence.

• Adult Chain of Survival.

Call for help

Chest Compression

Defibrillation Advanced

Life Support Post-Cardiac arrest Care

Page 35: Cpr Jcca Solo

Perubahan rasional 2010

• Banyak henti jantung disaksikan yg mengalami

fibrilasi ventrikel, atau takikardi ventrikuler

tanpa denyut. Kompresi dan defibrilasi dini

are merupakan komponen keselamatan

pasien.

• Metode CAB memungkinkan penolong

menghemat waktu, dan memperbaiki aliran

darah ke otot jantung secara cepat.

Page 36: Cpr Jcca Solo

BLS Adult Algorithm

Page 37: Cpr Jcca Solo

Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency

Cardiovascular Care

• Any unnecessary interruptions in chest compressions, decreases the effectiveness of the CPR. CPR should be continued until return of spontaneous circulation (ROSC) or termination of resuscitative efforts.

• Healthcare providers should take no longer than a 10 second pulse check to determine if pulses are present.

• Chest compression and rescue breathing at a rate of 30:2.

Page 38: Cpr Jcca Solo

Role of the Lay Person Rescuer

• Initial recognition of the victim is imperative to quick treatment. A patient having a cardiac arrest may have gasping respirations or even have seizure like activity. The rescuer should learn through training these are atypical presentations of a cardiac arrest and alert responders to these findings.

• Lay persons should call EMS when finding unconscious victim and should not attempt to check for a pulse. The lay person should assume that the victim is in a cardiac arrest; 1. suddenly collapses, 2. person is unresponsive, and 3. not breathing normally or not at all.

Page 39: Cpr Jcca Solo

Kemahiran Penolong

Page 40: Cpr Jcca Solo

Resusitasi di Rumah Sakit

Henti jantung yg terjadi di RS:

• Henti kardiorespiratori harus dikenali sedini

mungkin.

• Pemanggilan bantuan menggunakan nomer

telepon standar yg mudah diingat (contoh 2222)

• Resusitasi jantung paru (CPR) dimulai segera dgn

menggunakan alat bantu, spt sungkup muka,

dan jika indikasi, defibrilasi dilalukan sesegera

mungkin dan selesai dalam 3 menit.

Page 41: Cpr Jcca Solo

Protokol lokal

(MET, kode biru)

Airway, Breathing,

Circulation,

Disability, Exposue

TD, EKG,

Oksimetri Tatalaksana jalan nafas

Penilaian cepat < 10det

Pernafasan agonal

mrupakn tanda henti

jantung

Page 42: Cpr Jcca Solo

Henti jantung dg monitor dan

disaksikan

• Pastikan henti jantung dan panggil bantuan.

• Jika gambaran VF/VT, berikan tiga kejutan seara

cepat jika dperlukan. Lakukan kmopresi dada

segera pemberian kejutan ketiga. Dan lanjutkan

RJP selama 2menit.

• Strategi tiga-kejutan dapat dipertimbangkan pd

pasien sadar yg mengalami henti jantung VF/VT

dan sudah dimonitor dan menggunakan elektroda

defibrillator yg melekat dengan defibrilator

manual.

Page 43: Cpr Jcca Solo

Henti jantung dg monitor dan

disaksikan

• Hentakan prekordial pd keadaan ini jarang dilakukan dan

berhasil jika dilakukan dalam hitungan detik pd irama yg

shockable.

• Tindakan hentakan prekordial tidak boleh memperlambat

utk meminta bantuan atau mendatangkan defibrillator.

• Hentakan prekordial merupakan tindakan yg sesuai jika

disaksikan, henti jantung termonitor, dan jika defibrillator

jauh dari jangkauan.

• Pada praktiknya hal ini hanya dapat dilakukan di lingkungan

critical care spt di IGD atau ICU, atau ruang kateter jantung.

Page 44: Cpr Jcca Solo

Faktor yang mempengaruhi hasil dari kejadian henti jantung di rumah sakit:

• lokasi (area klinik atau non-klinik area; pasien menggunakan monitor atau tidak;

• Kemampuan staf rumah sakit;

• Jumlah penolong;

• Jangkauan perlengkapan resusuitasi;

• sistem respon rumah sakit thdp kejadian henti jantung dan darurat medik ( spt MET, tim henti jantung, kode biru).

Page 45: Cpr Jcca Solo

Kesimpulan

• RJP berkembang sesuai zaman dan teknologi yg ada untuk mendapatkan hasil yg lebih baik pd pasien yg mengalami henti jantung.

• Waktu merupakan hal paling penting dalam pertolongan pertama pasien yg mengalami henti jantung.

• Kompresi jantung merupakan urutan pertama yg dilakukan pd henti jantung di luar rumah sakit . (CAB)

• Pertolongan henti jantung di rumah sakit dilakukan sesuai bantuan hidup dasar (ABC)

Page 46: Cpr Jcca Solo