cr bedah ucha
TRANSCRIPT
-
8/6/2019 CR bedah ucha
1/21
RASCAL321
STATUS PENDERITA
Masuk RSAY : 17 Juli 2011
Pukul : 23.05 wib
ANAMNESIS
Autoanamnesis dari pasien, tanggal 18 Juli 2011
Pukul 08.30 wib
Identitas
- Nama penderita : Nn. A
- Jenis kelamin : Perempuan
- Umur : 18 tahun
- Pekerjaan : Tidak bekerja
- Pendidikan : SMA
- Agama : Islam
- Suku : Jawa
- Alamat : Labuhan Maringgai
- No. MR : 157694
Riwayat Penyakit
Keluhan utama : Nyeri perut hebat pada seluruh bagian perut terutama
kanan bawah sejak satu hari yang lalu.
Keluhan tambahan : Tidak bisa buang angin, tidak bisa buang air besar,
demam, nyeri jika buang air kecil, mual, muntah, perut
tegang
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan nyeri perut hebat pada seluruh bagian perut. Nyeri
dirasakan seperti diremas-diremas dan menyebar, pasien tidak bisa menunjukkan
dengan tepat lokasi nyeri perut yang diterimanya. Nyeri perut dirasakan sejak satu
hari yang lalu. Pada awalnya pasien merasakan nyeri pada perut bagian sebelah
Untuk orang yang aku cintai SHT
-
8/6/2019 CR bedah ucha
2/21
RASCAL321
kanan bawah seperti diiris-iris. Oleh Ibu pasien, kemudian perut pasien dikerok
hingga akhirnya nyeri perut yang dirasakan terasa menyebar ke seluruh perut
bahkan akan menghebat jika pasien bergerak atau jika perutnya dipegang.
Pasien kemudian juga tiba-tiba mengalami demam tinggi. Pasien juga
mengeluhkan selama sakit, perut menjadi tegang dan kembung serta pasien juga
tidak dapat buang air besar bahkan buang angin serta nyeri saat buang air kecil.
Pasien pun merasa mual- dan muntah. Pasien muntah sebanyak dua kali berwarna
kuning kehijauan kira-kira sebanyak gelas setiap muntah. Karena sakitnya
pasien pun dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah Metro.
Pasien mempunyai riwayat sering makan makanan pedas, dan makan tidak
teratur. Pasien tidak ada riwayat kecelakaan atau terpukul benda tumpul pada
perut. Pasien juga tidak mengalami demam naik turun > 7 hari sebelum nyeri
perut terjadi.
Pasien juga tidak mengeluh ada keluhan menstruasi terlambat
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien sering merasa nyeri pada perut kanan yang hilang timbul pada bagian
kanan bawah perut kurang lebih 6 bulan terakhir.
Riwayat Penyakit Keluarga
Dalam keluarga dekat pasien tidak ada yang menderita sakit seperti ini.
PEMERIKSAAN FISIK
Status Present
- Keadaan umum : Tampak sakit sedang
- Kesadaran : Compos Mentis
- TD : 110/ 70 mmHg
- Nadi : 90 x/menit, reguler
- Respirasi : 24 x/menit
- Suhu : 38,5 C
- Status gizi : Cukup
Untuk orang yang aku cintai SHT
-
8/6/2019 CR bedah ucha
3/21
RASCAL321
Status Generalis
Kelainan mukosa kulit/subkutan yang menyeluruh
- Pucat : (-)
- Sianosis : (-)
- Ikterus : (-)
- Perdarahan : (-)
- Oedem umum : (-)
- Turgor : Cukup
- Lemak bawah kulit : Cukup
-Pembesaran KGB generalisata : (-)
KEPALA
- Bentuk : Bulat, simetris
- Rambut : hitam, ikal, tidak mudah dicabut
- Kulit : Tidak ada kelainan
- Mata : Konjungtiva ananemis, sklera anikterik, kornea jernih,
- Telinga : Bentuk normal, simetris, liang lapang
- Hidung : Bentuk normal, septum deviasi (-), sekret (-)
- Mulut : Bibir kering, sianosis (-), lidah tidak kotor, faring
tidak hiperemis, tonsil T1-T1 tenang.
LEHER
- Bentuk : Simetris
- Trakhea : Di tengah
- KGB : Tidak membesar
THORAKS
- Bentuk : simetris
- Retraksi suprasternal : (-)
- Retraksi substernal : (-)
- Retraksi intercostal : (-)
Untuk orang yang aku cintai SHT
-
8/6/2019 CR bedah ucha
4/21
RASCAL321
JANTUNG
- Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
- Palpasi : Iktus kordis teraba
- Perkusi : Batas atas ICS II midclavicula sinistra
Batas jantung kanan ICS IV garis parasternal dextra
Batas jantung ICS VI garis midklavikula sinistra
- Auskultasi : Bunyi jantung I-II murni, reguler, murmur (-) gallop (-)
PARU
ANTERIOR POSTERIOR
KIRI KANAN KIRI KANAN
Inspeksi Pergerakan
pernafasan
simetris
Pergerakan
pernafasan
simetris
Pergerakan
pernafasan
simetris
Pergerakan
pernafasan
simetris
Palpasi Fremitus taktil =
kanan
Fremitus taktil =
kiri
Fremitus taktil =
kanan
Fremitus taktil =
kiri
Perkusi Sonor Sonor Sonor Sonor
Auskultasi Vesikuler (+)Ronki (-)
Wheezing (-)
Vesikuler (+)Ronki (-)
Wheezing (-)
Vesikuler (+)Ronki (-)
Wheezing (-)
Vesikuler (+)Ronki (-)
Wheezing (-)
ABDOMEN (STATUS LOKALIS)
- Inspeksi : Perut tegang, kembung, simetris
- Palpasi : Nyeri tekan Mc burney (+), nyeri tekan difuss (+) hepar dan lien
defense muscular (+)
- Perkusi : hipertimpani, nyeri ketok (+)- Auskultasi : Bising usus (-)
GENITALIA EXTERNA
Wanita
EKSTREMITAS
- Superior : oedem ( - ), sianosis ( - ), luka ( -)
Untuk orang yang aku cintai SHT
-
8/6/2019 CR bedah ucha
5/21
RASCAL321
- Inferior : oedem ( - ), sianosis ( - ), luka (- )
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah Lengkap
- Hb :12.9 g/dl Limfosit : 9.3%
- Leukosit : 19.700 ul Monosit : 4.9%
- Trombosit : 333.000 Granulosit :65.4%
Kimia Darah
Protein : 6.65 g/dl Bil Total : 3.26 mg/dlAlbumin : 3,35 g/dl Bil Direk :1.13 mg/dl
Globulin : 2,1 g/dl Bil Indirek : 2.13 mg/dl
SGOT : 12 Ureum : 24 mg/dl
SGPT : 12 Kreatinin : 1.12 mg/dl
GDS : 69 CT/BT : 2/12
PPT tes : -
Urinalisis
pH : 6.5 Berat Jenis : 1.020
Glukosa : - Keton : +
Bilirubin : - Urobilinogen : -
Darah samar : - Leukosit : -
Nitrit : -
USG
Pada regio iliaca dekstra tampak pelebaran dinding appendix 21 mm
membentuk gambaran target, noncompressible, peristaltik (-), lesi
hiperechoic distal
Untuk orang yang aku cintai SHT
-
8/6/2019 CR bedah ucha
6/21
RASCAL321
Kesan : Sesuai dengan gambaran appendisitis akut appendicolith
III. RESUME
Riwayat Penyakit
Nn. A, 18 tahun, datang dengan keluhan nyeri perut hebat pada seluruh bagian
perut terutama kanan bawah sejak satu hari yang lalu. Keluhan disertai dengan
tidak bisa buang angin, tidak bisa buang air besar, demam, nyeri jika buang air
kecil, mual, muntah, perut tegang. Riwayat dikerok (+), riwayat sering makan
makanan pedas dan tidak teratur. Riwayat nyeri perut kanan berulang semenja 6
bulan terakhir. Pasien tidak ada riwayat kecelakaan atau terpukul benda tumpul
pada perut. Pasien juga tidak mengalami demam naik turun > 7 hari sebelum nyeriperut terjadi. Riwayat menstruasi terlambat disangkal
Status Present
- Keadaan umum : Tampak sakit sedang
- Kesadaran : Compos Mentis
- TD : 110/ 70 mmHg
- Nadi : 90 x/menit, regular, cukup
- Respirasi : 24 x/menit
- Suhu : 38,5 C
Abdomen (Status Lokalis)
- Inspeksi : Perut tegang, kembung, simetris
- Palpasi : Nyeri tekan Mc burney (+), nyeri tekan difuss (+) hepar dan lien
sulit dinilai Psoas sign (+), Obturator sign (+), defense muscular
(+)
- Perkusi : hipertimpani, nyeri ketok (+)
- Auskultasi : Bising usus (-)
Pemeriksaan Penunjang
- Leukosit : 19.700 ul
- USG :Kesan : Sesuai dengan gambaran appendisitis
akut appendicolith
Untuk orang yang aku cintai SHT
-
8/6/2019 CR bedah ucha
7/21
RASCAL321
DIAGNOSIS KERJA AWAL
Peritonitis e.c Suspect Apendisitis Gangrenosa
DIAGNOSIS BANDING
Peritonitis e.c Suspect Perforasi Usus
Peritonitis e.c Kehamilan Ektopik Terganggu
PEMERIKSAAN ANJURAN
- BNO 3 posisi
TERAPI
Pro Laparotomi Cyto
Perbaikan KU
Dekompresi Lambung
o Pemasangan Dower Catheteter
o NGT
IVFD RL : D5% XX gtt/menit
Taxegram 1 gram/12 jam
Fumazol IV 500 mg/12 jam
Ranitidin amp 2 dd 1
Untuk orang yang aku cintai SHT
-
8/6/2019 CR bedah ucha
8/21
RASCAL321
FOLLOW UP
18 Juli 2011 19 Juli 2011 20 Juli 2011
Subjective Nyeri perut (+)
Buang angin (-)BAB (-)
Demam (+)
Mual (+)
Muntah (-)
Perut tegang (+)
Nyeri perut pada
bekas jahitan (+)Buang angin (-)
BAB (-)
Demam (-)
Mual (-)
Muntah (-)
Perut tegang (-)
Nyeri perut pada bekas
jahitan (+)Buang angin (-)
BAB (-)
Demam (-)
Mual (-)
Muntah (-)
Perut tegang (-)
Objective
TD
Nadi
Pernafasan
Suhu
120/80
90 x/menit
24 x/menit
38,9 C
Nyeri tekan diffus (+)
Nyeri ketok diffuse (+)
Defans Muskuler (+)
BU (-)
110/70
88 x/menit
22 x/menit
37,1 C
Nyeri tekan diffus (-)
Nyeri ketok diffus (-)
Defans Muskuler (-)
BU (+) lemah
Luka baik
110/70
78 x/menit
22 x/menit
36,8 C
Nyeri tekan diffus (-)
Nyeri ketok diffus (-)
Defans Muskuler (-)
BU (+) lemah
Luka baik
Assesment Peritonitis e.c susp
appendicitis
gangrenosa
Post laparomotomi
hari I a.i Peritonitis e.c
appendicitisgangrenosa
Post laparomotomi
hari II a.i Peritonitis
e.c appendicitisgangrenosa
Planning Laparotomi dengan
Spinal Anasthesi :
Appendektomi +
reseksi Omentum
Th/ post operative
Puasa hingga bu (+)
IVFD RL:D5% gtt
20/menit (mikro)
Taxegram 1 gram/12
jam
Sagestam 80 mg/12
jam
Metronidazol 500/8
jam
Pronalgess supp (k/p)
Perawatan luka
Bed rest
IVFD RL:D5% gtt
20/menit (mikro)
Taxegram 1 gram/12
jam
Sagestam 80 mg/12
jam
Metronidazol 500/8
jam
Pronalgess supp (k/p)
Perawatan luka
Bed rest
IVFD RL:D5% gtt
20/menit (mikro)
Taxegram 1 gram/12
jam
Sagestam 80 mg/12
jam
Metronidazol 500/8
jam
Pronalgess supp (k/p)
Perawatan luka
II. TINJAUAN PUSTAKA
Untuk orang yang aku cintai SHT
-
8/6/2019 CR bedah ucha
9/21
RASCAL321
II.1 DEFINISI
Peritonitis adalah peradangan yang biasanya disebabkan oleh infeksi pada
selaput rongga perut (peritoneum)lapisan membran serosa rongga abdomen
dan dinding perut sebelah dalam. Peradangan ini merupakan komplikasi
berbahaya yang sering terjadi akibat penyebaran infeksi dari organ-organ
abdomen (misalnya, apendisitis, salpingitis), rupture saluran cerna atau dari
luka tembus abdomen.Dalam istilah peritonitis meliputi kumpulan tanda dan
gejala, di antaranya nyeri tekan dan nyeri lepas pada palpasi, defans muskular,
dan tanda-tanda umum inflamasi. Pasien dengan peritonitis dapat mengalami
gejala akut, penyakit ringan dan terbatas, atau penyakit berat dan sistemik
dengan syok sepsis. Peritoneum bereaksi terhadap stimulus patologik dengan
respon inflamasi bervariasi, tergantung penyakit yang mendasarinya.
II.2ETIOLOGI
Bila ditinjau dari penyebabnya, infeksi peritonitis terbagi atas penyebab
primer (peritonitis spontan), sekunder (berkaitan dengan proses patologis pada
organ viseral), atau penyebab tersier (infeksi rekuren atau persisten sesudah
terapi awal yang adekuat). Secara umum, infeksi pada abdomen
dikelompokkan menjadi peritonitis infektif (umum) dan abses abdomen
(lokal).
Infeksi peritonitis relatif sulit ditegakkan dan sangat bergantung dari penyakit
yang mendasarinya. Penyebab utama peritonitis ialah spontaneous bacterial
peritonitis (SBP) akibat penyakit hati yang kronik. SBP terjadi bukan karena
Untuk orang yang aku cintai SHT
-
8/6/2019 CR bedah ucha
10/21
RASCAL321
infeksi intraabdomen, namun biasanya terjadi pada pasien dengan asites akibat
penyakit hati kronik. Akibat asites akan terjadi kontaminasi hingga ke rongga
peritoneal sehingga menjadi translokasi bakteri menuju dinding perut atau
pembuluh limfe mesenterium, kadang-kadang terjadi pula penyebaran
hematogen jika telah terjadi bakteremia. Sekitar 10-30% pasien dengan sirosis
dan asites akan mengalami komplikasi seperti ini. Semakin rendah kadar
protein cairan asites, semakin tinggi risiko terjadinya peritonitis dan abses.
Hal tersebut terjadi karena ikatan opsonisasi yang rendah antarmolekul
komponen asites.
Sembilan puluh persen kasus SBP terjadi akibat infeksi monomikroba.
Patogen yang paling sering menyebabkan infeksi ialah bakteri gram negatif,
yakni 40% Eschericia coli, 7% Klebsiella pneumoniae, spesies Pseudomonas,
Proteus, dan gram negatif lainnya sebesar 20%. Sementara bakteri gram
positif, yakni Streptococcus pneumoniae 15%, jenis Streptococcus lain 15%,
dan golongan Staphylococcus sebesar 3%. Pada kurang dari 5% kasus juga
ditemukan mikroorganisme anaerob dan dari semua kasus, 10% mengandung
infeksi campur beberapa mikroorganisme.
Penyebab lain yang menyebabkan peritonitis sekunder ialah perforasi
apendisitis, perforasi ulkus peptikum dan duodenum, perforasi kolon akibat
divertikulitis, volvulus, atau kanker, dan strangulasi kolon asendens.
Tabel 1. Penyebab peritonitis berdasarkan area
AREA SUMBER Esofagus Keganasan
Trauma
Iatrogenik
Sindrom Boerhaave
Lambung Perforasi ulkus peptikum
Untuk orang yang aku cintai SHT
-
8/6/2019 CR bedah ucha
11/21
RASCAL321
Keganasan (mis. Adenokarsinoma,
limfoma, tumor stroma
gastrointestinal)
Trauma
IatrogenikDuodenum Perforasi ulkus peptikum
Trauma (tumpul dan penetrasi)
Iatrogenik
Traktus bilier Kolesistitis
Perforasi batu dari kandung empedu
Keganasan
Kista duktus koledokus
Trauma
Iatrogenik
Pankreas Pankreatitis (mis. Alkohol, obat-
obatan, batu empedu)
Trauma
Iatrogenik
Kolon Ascendens Iskemia kolon
Hernia inkarserata
Obstruksi loop
Penyakit Crohn
Keganasan
Divertikulum Meckel
Trauma
Kolon desendens dan apendiks Iskemia kolon
Divertikulitis
Keganasan
Kolitis ulseratif dan penyakit Crohn
Apendisitis
Volvulus kolon
Trauma
Iatrogenik
Salping uterus dan ovarium Pelvic inflammatory disease
Keganasan
Trauma
Peritonitis sekunder, bentuk peritonitis yang paling sering terjadi, disebabkan
oleh perforasi atau nekrosis (infeksi transmural) organ-organ dalam dengan
inokulasi bakteri rongga peritoneal. Spektrum patogen infeksius tergantung
penyebab asalnya. Berbeda dengan SBP, peritonitis sekunder lebih banyak
disebabkan bakteri gram positif yang berasal dari saluran cerna bagian atas.
Untuk orang yang aku cintai SHT
-
8/6/2019 CR bedah ucha
12/21
RASCAL321
Pada pasien dengan supresi asam lambung dalam waktu panjang, dapat pula
terjadi infeksi gram negatif. Kontaminasi kolon, terutama dari bagian distal,
dapat melepaskan ratusan bakteri dan jamur. Umumnya peritonitis akan
mengandung polimikroba, mengandung gabungan bakteri aerob dan anaerob
yang didominasi organisme gram negatif.
Sebanyak 15% pasien sirosis dengan asites yang sudah mengalami SBP akan
mengalami peritonitis sekunder. Tanda dan gejala pasien ini tidak cukup
sensitif dan spesifik untuk membedakan dua jenis peritonitis. Anamnesis yang
lengkap, penilaian cairan peritoneal, dan pemeriksaan diagnostik tambahan
diperlukan untuk menegakkan diagnosis dan tata laksana yang tepat untuk
pasien seperti ini.
Adapun penyebab spesifik dari peritonitis adalah:
1. Penyebaran infeksi dari organ perut yang terinfeksi. Yang sering
menyebabkan peritonitis adalah perforasi lambung, usus, kandung empedu
atau usus buntu. Sebenarnya peritoneum sangat kebal terhadap infeksi.
Jika pemaparan tidak berlangsung terus menerus, tidak akan terjadi
peritonitis, dan peritoneum cenderung mengalami penyembuhan bila
diobati.
2. Penyakit radang panggul pada wanita yang masih aktif melakukan
kegiatan seksual
3. Infeksi dari rahim dan saluran telur, yang mungkin disebabkan oleh
beberapa jenis kuman (termasuk yang menyebabkan gonore dan infeksi
chlamidia)
Untuk orang yang aku cintai SHT
-
8/6/2019 CR bedah ucha
13/21
RASCAL321
4. Kelainan hati atau gagal jantung, dimana cairan bisa berkumpul di perut
(asites) dan mengalami infeksi
5. Peritonitis dapat terjadi setelah suatu pembedahan. Cedera pada kandung
empedu, ureter, kandung kemih atau usus selama pembedahan dapat
memindahkan bakteri ke dalam perut. Kebocoran juga dapat terjadi selama
pembedahan untuk menyambungkan bagian usus.
6. Dialisa peritoneal (pengobatan gagal ginjal) sering mengakibatkan
peritonitis.
Penyebabnya biasanya adalah infeksi pada pipa saluran yang ditempatkan
di dalam perut.
7. Iritasi tanpa infeksi; Misalnya peradangan pankreas (pankreatitis akut)
atau bubuk bedak pada sarung tangan dokter bedah juga dapat
menyebabkan peritonitis tanpa infeksi.
Peritonitis tersier dapat terjadi karena infeksi peritoneal berulang setelah
mendapatkan terapi SBP atau peritonitis sekunder yang adekuat, sering bukan
berasal dari kelainan organ. Pasien dengan peritonitis tersier biasanya timbul
abses atau flegmon, dengan atau tanpa fistula. Peritonitis tersier timbul lebih
sering ada pasien dengan kondisi komorbid sebelumnya dan pada pasien yang
imunokompromais. Meskipun jarang ditemui bentuk infeksi peritoneal tanpa
komplikasi, insiden terjadi peritonitis tersier yang membutuhkan IVU akibat
infeksi abdomen berat tergolong tinggi di USA, yakni 50-74%. Lebih dari
95% pasien peritonitis didahului dengan asites, dan lebih dari setengah pasien
mengalami gejala klinis yang sangat mirip asites. Kebanyakan pasien
Untuk orang yang aku cintai SHT
-
8/6/2019 CR bedah ucha
14/21
RASCAL321
memiliki riwayat sirosis, dan biasanya tidak diduga akan mengalami
peritonitis tersier. Selain peritonitis tersier, peritonitis TB juga merupakan
bentuk yang sering terjadi, sebagai salah satu komplikasi penyakit TB.
Selain tiga bentuk di atas, terdapat pula bentuk peritonitis lain, yakni
peritonitis steril atau kimiawi. Peritonitis ini dapat terjadi karena iritasi bahan-
bahan kimia, misalnya cairan empedu, barium, dan substansi kimia lain atau
proses inflamasi transmural dari organ-organ dalam (mis. Penyakit Crohn)
tanpa adanya inokulasi bakteri di rongga abdomen. Tanda dan gejala klinis
serta metode diagnostik dan pendekatan ke pasien peritonitis steril tidak
berbeda dengan peritonitis infektif lainnya.
II.3PATOFISIOLOGI
Reaksi awal peritoneum terhadap invasi oleh bakteri adalah keluarnya eksudat
fibrinosa, yang menempel menjadi satu dengan permukaan sekitarnya
sehingga membatasi infeksi. Bila bahan-bahan infeksi tersebar luas pada
pemukaan peritoneum atau bila infeksi menyebar, dapat timbul peritonitis
umum, aktivitas peristaltik berkurang sampai timbul ileus paralitik; usus
kemudian menjadi atoni dan meregang. Cairan dan elektrolit hilang ke dalam
lumen usus, mengakibatkan dehidrasi, syok, gangguan sirkulasi, dan oliguri.
Peritonitis menyebabkan penurunan aktivitas fibrinolitik intraabdomen
(meningkatkan aktivitas inhibitor aktivator plasminogen) dan sekuestrasi
fibrin dengan adanya pembentukan jejaring pengikat. Produksi eksudat fibrin
merupakan mekanisme terpenting dari sistem pertahanan tubuh, dengan cara
Untuk orang yang aku cintai SHT
-
8/6/2019 CR bedah ucha
15/21
RASCAL321
ini akan terikat bakteri dalam jumlah yang sangat banyak di antara matriks
fibrin.
Pembentukan abses pada peritonitis pada prinsipnya merupakan mekanisme
tubuh yang melibatkan substansi pembentuk abses dan kuman-kuman itu
sendiri untuk menciptakan kondisi abdomen yang steril. Pada keadaan jumlah
kuman yang sangat banyak, tubuh sudah tidak mampu mengeliminasi kuman
dan berusaha mengendalikan penyebaran kuman dengan membentuk
kompartemen-kompartemen yang kita kenal sebagai abses. Masuknya bakteri
dalam jumlah besar ini bisa berasal dari berbagai sumber. Yang paling sering
ialah kontaminasi bakteri transien akibat penyakit viseral atau intervensi
bedah yang merusak keadaan abdomen.
Selain jumlah bakteri transien yang terlalu banyak di dalam rongga abdomen,
peritonitis terjadi juga memang karena virulensi kuman yang tinggi hingga
mengganggu proses fagositosis dan pembunuhan bakteri dengan neutrofil.
Keadaan makin buruk jika infeksinya dibarengi dengan pertumbuhan bakteri
lain atau jamur, misalnya pada peritonitis akibat koinfeksi Bacteroides fragilis
dan bakteri gram negatif, terutama E. coli. Isolasi peritoneum pada pasien
peritonitis menunjukkan jumlah Candida albicans yang relatif tinggi, sehingga
dengan menggunakan skor APACHE II (acute physiology and cronic health
evaluation) diperoleh mortalitas tinggi, 52%, akibat kandidosis tersebut. Saat
ini peritonitis juga diteliti lebih lanjut karena melibatkan mediasi respon imun
tubuh hingga mengaktifkan systemic inflammatory response syndrome (SIRS)
dan multiple organ failure (MOF).
Untuk orang yang aku cintai SHT
-
8/6/2019 CR bedah ucha
16/21
RASCAL321
II.4MANIFESTASI KLINIK
Gejala peritonitis tergantung pada jenis dan penyebaran infeksinya. Biasanya
penderita muntah, demam tinggi dan merasakan nyeri tumpul di perutnya.
Bisa terbentuk satu atau beberapa abses. Infeksi dapat meninggalkan jaringan
parut dalam bentuk pita jaringan (perlengketan, adhesi) yang akhirnya bisa
menyumbat usus. Bila peritonitis tidak diobati dengan seksama, komplikasi
bisa berkembang dengan cepat.
Gerakan peristaltik usus akan menghilang dan cairan tertahan di usus halus
dan usus besar. Cairan juga akan merembes dari peredaran darah ke dalam
rongga peritoneum. Terjadi dehidrasi berat dan darah kehilangan elektrolit.
Selanjutnya bisa terjadi komplikasi utama, seperti kegagalan paru-paru, ginjal
atau hati dan bekuan darah yang menyebar.
II.5DIAGNOSA MEDIK
Diagnosis peritonitis biasanya ditegakkan secara klinis dengan adanya nyeri
abdomen (akut abdomen) dengan nyeri yang tumpul dan tidak terlalu jelas
lokasinya (peritoneum viseral) kemudian lama kelamaan menjadi jelas
lokasinya (peritoneum parietal). Pada keadaan peritonitis akibat penyakit
tertentu, misalnya perforasi lambung, duodenum, pankreatitis akut yang berat,
atau iskemia usus, nyeri abdomennya berlangsung luas di berbagai lokasii.
Tanda-tanda peritonitis relatif sama dengan infeksi berat lainnya, yakni
demam tinggi, atau pasien yang sepsis bisa menjadi hipotermia, takikardi,
dehidrasi, hingga menjadi hipotensi. Nyeri abdomen yang hebat biasanya
memiliki punctum maximum di tempat tertentu sebagai sumber infeksi.
Untuk orang yang aku cintai SHT
-
8/6/2019 CR bedah ucha
17/21
RASCAL321
Dinding perut akan terasa tegang, biasanya karena mekanisme antisipasi
penderita secara tidak sadar untuk menghindari palpasi yang menyakitkan,
atau bisa juga memang tegang karena iritasi peritoneum. Nyeri ini kadang
samar dengan nyeri akibat apendisitis yang biasanya di bagian kanan perut,
atau kadang samar juga dengan nyeri akibat abses yang terlokalisasi dengan
baik. Pada penderita wanita diperlukan pemeriksaan vagina bimanual untuk
membedakan nyeri akibat pelvic inflammatory disease, namun pemeriksaan
ini jarang dilakukan pada keadaan peritonitis yang akut.
Pemeriksaan-pemeriksaan klinis ini bisa saja jadi positif palsu pada penderita
dalam keadaan imunosupresi, (misalnya diabetes berat, penggunaan steroid,
pascatransplantasi, atau HIV), penderita dengan penurunan kesadaran
(misalnya trauma kranial, ensefalopati toksik, syok sepsis, atau penggunaan
analgesik), penderita dengan paraplegia, dan penderita geriatri. Penderita
tersebut sering merasakan nyeri yang hebat di perut meskipun tidak terdapat
infeksi di perutnya.
Foto rontgen diambil dalam posisi berbaring dan berdiri. Gas bebas yang
terdapat dalam perut dapat terlihat pada foto rontgen dan merupakan petunjuk
adanya perforasi. Kadang-kadang sebuah jarum digunakan untuk
mengeluarkan cairan dari rongga perut, yang akan diperiksa di laboratorium,
untuk mengidentifikasi kuman penyebab infeksi dan memeriksa kepekaannya
terhadap berbagai antibiotika. Pembedahan eksplorasi merupakan teknik
diagnostik yang paling dapat dipercaya.
II.6PENATALAKSANAAN
Untuk orang yang aku cintai SHT
-
8/6/2019 CR bedah ucha
18/21
RASCAL321
Penggantian cairan, koloid dan elektrolit adalah fokus utama dari
penatalaksanaan medis. Beberapa liter larutan isotonik diberikan. Hipovolemi
terjadi karena sejumlah besar cairan dan elektrolit bergerak dari lumen usus ke
dalam rongga peritoneal dan menurunkan caran ke dalam ruang vaskuler.
Analgesik diberikan untuk mengatasi nyeri. Antiemetik dapat diberikan
sebagai terapi untuk mual dan muntah. Intubasi usus dan pengisapan
membantu dalam menghilangkan distensi abdomen dan meningkatkan fungsi
usus. Cairan dalam rongga abdomen dapat menyebabkan tekanan yang
membatasi ekspansi paru dan menyebabkan distress pernapasan. Terapi
oksigen dengan kanula nasal atau masker akan meningkatkan oksigenasi
secara adekuat, tetapi kadang-kadang intubasi jalan napas dan bantuan
ventilasi diperlukan.
Tindakan bedah mencakup mengangkat materi terinfeksi dan memperbaiki
penyebab. Tindakan pembedahan diarahkan kepada eksisi terutama bila
terdapat apendisitis, reseksi dengan atau tanpa anastomosis (usus),
memperbaiki pada ulkus peptikum yang mengalami perforasi atau
divertikulitis dan drainase pada abses. Pada peradangan pankreas (pankreatitis
akut) atau penyakit radang panggul pada wanita, pembedahan darurat biasanya
tidak dilakukan. Diberikan antibiotik yang tepat, bila perlu beberapa macam
antibiotik diberikan bersamaan.
Akhir-akhir ini drainase dengan panduan CT-scan dan USG merupakan
pilihan tindakan nonoperatif yang mulai gencar dilakukan karena tidak terlalu
invasif, namun terapi ini lebih bersifat komplementer, bukan kompetitif
dibanding laparoskopi, karena seringkali letak luka atau abses tidak terlalu
Untuk orang yang aku cintai SHT
-
8/6/2019 CR bedah ucha
19/21
RASCAL321
jelas sehingga hasilnya tidak optimal. Sebaliknya, pembedahan
memungkinkan lokalisasi peradangan yang jelas, kemudian dilakukan
eliminasi kuman dan inokulum peradangan tersebut, hingga rongga perut
benar-benar bersih dari kuman.
II.7KOMPLIKASI
Dua komplikasi pasca operasi paling umum adalah eviserasi luka dan
pembentukan abses. Komplikasi pembedahan dengan laparotomi eksplorasi
memang tidak sedikit. Secara bedah dapat terjadi trauma di peritoneum, fistula
enterokutan, kematian di meja operasi, atau peritonitis berulang jika
pembersihan kuman tidak adekuat. Namun secara medis, penderita yang
mengalami pembedahan laparotomi eksplorasi membutuhkan narkose dan
perawatan intensif yang lebih lama. Perawatan inilah yang sering
menimbulkan komplikasi, bisa berupa pneumonia akibat pemasangan
ventilator, sepsis, hingga kegagalan reanimasi dari status narkose penderita
pascaoperasi.
II.8PROGNOSIS
Baik pada bentuk peritonitis local dan ringan dan mematikan pada peritonitis
umum akibat organisme virulen.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2009.Peritonitis (radang selaput rongga perut).
http://medicastore.com/penyakit/497
Untuk orang yang aku cintai SHT
http://medicastore.com/penyakit/497%20/Peritonitis_radang_selaput_rongga_perut.htmlhttp://medicastore.com/penyakit/497%20/Peritonitis_radang_selaput_rongga_perut.html -
8/6/2019 CR bedah ucha
20/21
-
8/6/2019 CR bedah ucha
21/21
RASCAL321
Oleh :
Noorcahya Amalia
0518011057
Perseptor :
Dr. Harizon Sp. B
FINAL SEMESTER
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AKHMAD YANI METRO
2011
Untuk orang yang aku cintai SHT