cr bedah ucha

Upload: noorcahya-amalia-yusuf

Post on 07-Apr-2018

232 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/6/2019 CR bedah ucha

    1/21

    RASCAL321

    STATUS PENDERITA

    Masuk RSAY : 17 Juli 2011

    Pukul : 23.05 wib

    ANAMNESIS

    Autoanamnesis dari pasien, tanggal 18 Juli 2011

    Pukul 08.30 wib

    Identitas

    - Nama penderita : Nn. A

    - Jenis kelamin : Perempuan

    - Umur : 18 tahun

    - Pekerjaan : Tidak bekerja

    - Pendidikan : SMA

    - Agama : Islam

    - Suku : Jawa

    - Alamat : Labuhan Maringgai

    - No. MR : 157694

    Riwayat Penyakit

    Keluhan utama : Nyeri perut hebat pada seluruh bagian perut terutama

    kanan bawah sejak satu hari yang lalu.

    Keluhan tambahan : Tidak bisa buang angin, tidak bisa buang air besar,

    demam, nyeri jika buang air kecil, mual, muntah, perut

    tegang

    Riwayat Penyakit Sekarang

    Pasien datang dengan keluhan nyeri perut hebat pada seluruh bagian perut. Nyeri

    dirasakan seperti diremas-diremas dan menyebar, pasien tidak bisa menunjukkan

    dengan tepat lokasi nyeri perut yang diterimanya. Nyeri perut dirasakan sejak satu

    hari yang lalu. Pada awalnya pasien merasakan nyeri pada perut bagian sebelah

    Untuk orang yang aku cintai SHT

  • 8/6/2019 CR bedah ucha

    2/21

    RASCAL321

    kanan bawah seperti diiris-iris. Oleh Ibu pasien, kemudian perut pasien dikerok

    hingga akhirnya nyeri perut yang dirasakan terasa menyebar ke seluruh perut

    bahkan akan menghebat jika pasien bergerak atau jika perutnya dipegang.

    Pasien kemudian juga tiba-tiba mengalami demam tinggi. Pasien juga

    mengeluhkan selama sakit, perut menjadi tegang dan kembung serta pasien juga

    tidak dapat buang air besar bahkan buang angin serta nyeri saat buang air kecil.

    Pasien pun merasa mual- dan muntah. Pasien muntah sebanyak dua kali berwarna

    kuning kehijauan kira-kira sebanyak gelas setiap muntah. Karena sakitnya

    pasien pun dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah Metro.

    Pasien mempunyai riwayat sering makan makanan pedas, dan makan tidak

    teratur. Pasien tidak ada riwayat kecelakaan atau terpukul benda tumpul pada

    perut. Pasien juga tidak mengalami demam naik turun > 7 hari sebelum nyeri

    perut terjadi.

    Pasien juga tidak mengeluh ada keluhan menstruasi terlambat

    Riwayat Penyakit Dahulu

    Pasien sering merasa nyeri pada perut kanan yang hilang timbul pada bagian

    kanan bawah perut kurang lebih 6 bulan terakhir.

    Riwayat Penyakit Keluarga

    Dalam keluarga dekat pasien tidak ada yang menderita sakit seperti ini.

    PEMERIKSAAN FISIK

    Status Present

    - Keadaan umum : Tampak sakit sedang

    - Kesadaran : Compos Mentis

    - TD : 110/ 70 mmHg

    - Nadi : 90 x/menit, reguler

    - Respirasi : 24 x/menit

    - Suhu : 38,5 C

    - Status gizi : Cukup

    Untuk orang yang aku cintai SHT

  • 8/6/2019 CR bedah ucha

    3/21

    RASCAL321

    Status Generalis

    Kelainan mukosa kulit/subkutan yang menyeluruh

    - Pucat : (-)

    - Sianosis : (-)

    - Ikterus : (-)

    - Perdarahan : (-)

    - Oedem umum : (-)

    - Turgor : Cukup

    - Lemak bawah kulit : Cukup

    -Pembesaran KGB generalisata : (-)

    KEPALA

    - Bentuk : Bulat, simetris

    - Rambut : hitam, ikal, tidak mudah dicabut

    - Kulit : Tidak ada kelainan

    - Mata : Konjungtiva ananemis, sklera anikterik, kornea jernih,

    - Telinga : Bentuk normal, simetris, liang lapang

    - Hidung : Bentuk normal, septum deviasi (-), sekret (-)

    - Mulut : Bibir kering, sianosis (-), lidah tidak kotor, faring

    tidak hiperemis, tonsil T1-T1 tenang.

    LEHER

    - Bentuk : Simetris

    - Trakhea : Di tengah

    - KGB : Tidak membesar

    THORAKS

    - Bentuk : simetris

    - Retraksi suprasternal : (-)

    - Retraksi substernal : (-)

    - Retraksi intercostal : (-)

    Untuk orang yang aku cintai SHT

  • 8/6/2019 CR bedah ucha

    4/21

    RASCAL321

    JANTUNG

    - Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat

    - Palpasi : Iktus kordis teraba

    - Perkusi : Batas atas ICS II midclavicula sinistra

    Batas jantung kanan ICS IV garis parasternal dextra

    Batas jantung ICS VI garis midklavikula sinistra

    - Auskultasi : Bunyi jantung I-II murni, reguler, murmur (-) gallop (-)

    PARU

    ANTERIOR POSTERIOR

    KIRI KANAN KIRI KANAN

    Inspeksi Pergerakan

    pernafasan

    simetris

    Pergerakan

    pernafasan

    simetris

    Pergerakan

    pernafasan

    simetris

    Pergerakan

    pernafasan

    simetris

    Palpasi Fremitus taktil =

    kanan

    Fremitus taktil =

    kiri

    Fremitus taktil =

    kanan

    Fremitus taktil =

    kiri

    Perkusi Sonor Sonor Sonor Sonor

    Auskultasi Vesikuler (+)Ronki (-)

    Wheezing (-)

    Vesikuler (+)Ronki (-)

    Wheezing (-)

    Vesikuler (+)Ronki (-)

    Wheezing (-)

    Vesikuler (+)Ronki (-)

    Wheezing (-)

    ABDOMEN (STATUS LOKALIS)

    - Inspeksi : Perut tegang, kembung, simetris

    - Palpasi : Nyeri tekan Mc burney (+), nyeri tekan difuss (+) hepar dan lien

    defense muscular (+)

    - Perkusi : hipertimpani, nyeri ketok (+)- Auskultasi : Bising usus (-)

    GENITALIA EXTERNA

    Wanita

    EKSTREMITAS

    - Superior : oedem ( - ), sianosis ( - ), luka ( -)

    Untuk orang yang aku cintai SHT

  • 8/6/2019 CR bedah ucha

    5/21

    RASCAL321

    - Inferior : oedem ( - ), sianosis ( - ), luka (- )

    I. PEMERIKSAAN PENUNJANG

    Darah Lengkap

    - Hb :12.9 g/dl Limfosit : 9.3%

    - Leukosit : 19.700 ul Monosit : 4.9%

    - Trombosit : 333.000 Granulosit :65.4%

    Kimia Darah

    Protein : 6.65 g/dl Bil Total : 3.26 mg/dlAlbumin : 3,35 g/dl Bil Direk :1.13 mg/dl

    Globulin : 2,1 g/dl Bil Indirek : 2.13 mg/dl

    SGOT : 12 Ureum : 24 mg/dl

    SGPT : 12 Kreatinin : 1.12 mg/dl

    GDS : 69 CT/BT : 2/12

    PPT tes : -

    Urinalisis

    pH : 6.5 Berat Jenis : 1.020

    Glukosa : - Keton : +

    Bilirubin : - Urobilinogen : -

    Darah samar : - Leukosit : -

    Nitrit : -

    USG

    Pada regio iliaca dekstra tampak pelebaran dinding appendix 21 mm

    membentuk gambaran target, noncompressible, peristaltik (-), lesi

    hiperechoic distal

    Untuk orang yang aku cintai SHT

  • 8/6/2019 CR bedah ucha

    6/21

    RASCAL321

    Kesan : Sesuai dengan gambaran appendisitis akut appendicolith

    III. RESUME

    Riwayat Penyakit

    Nn. A, 18 tahun, datang dengan keluhan nyeri perut hebat pada seluruh bagian

    perut terutama kanan bawah sejak satu hari yang lalu. Keluhan disertai dengan

    tidak bisa buang angin, tidak bisa buang air besar, demam, nyeri jika buang air

    kecil, mual, muntah, perut tegang. Riwayat dikerok (+), riwayat sering makan

    makanan pedas dan tidak teratur. Riwayat nyeri perut kanan berulang semenja 6

    bulan terakhir. Pasien tidak ada riwayat kecelakaan atau terpukul benda tumpul

    pada perut. Pasien juga tidak mengalami demam naik turun > 7 hari sebelum nyeriperut terjadi. Riwayat menstruasi terlambat disangkal

    Status Present

    - Keadaan umum : Tampak sakit sedang

    - Kesadaran : Compos Mentis

    - TD : 110/ 70 mmHg

    - Nadi : 90 x/menit, regular, cukup

    - Respirasi : 24 x/menit

    - Suhu : 38,5 C

    Abdomen (Status Lokalis)

    - Inspeksi : Perut tegang, kembung, simetris

    - Palpasi : Nyeri tekan Mc burney (+), nyeri tekan difuss (+) hepar dan lien

    sulit dinilai Psoas sign (+), Obturator sign (+), defense muscular

    (+)

    - Perkusi : hipertimpani, nyeri ketok (+)

    - Auskultasi : Bising usus (-)

    Pemeriksaan Penunjang

    - Leukosit : 19.700 ul

    - USG :Kesan : Sesuai dengan gambaran appendisitis

    akut appendicolith

    Untuk orang yang aku cintai SHT

  • 8/6/2019 CR bedah ucha

    7/21

    RASCAL321

    DIAGNOSIS KERJA AWAL

    Peritonitis e.c Suspect Apendisitis Gangrenosa

    DIAGNOSIS BANDING

    Peritonitis e.c Suspect Perforasi Usus

    Peritonitis e.c Kehamilan Ektopik Terganggu

    PEMERIKSAAN ANJURAN

    - BNO 3 posisi

    TERAPI

    Pro Laparotomi Cyto

    Perbaikan KU

    Dekompresi Lambung

    o Pemasangan Dower Catheteter

    o NGT

    IVFD RL : D5% XX gtt/menit

    Taxegram 1 gram/12 jam

    Fumazol IV 500 mg/12 jam

    Ranitidin amp 2 dd 1

    Untuk orang yang aku cintai SHT

  • 8/6/2019 CR bedah ucha

    8/21

    RASCAL321

    FOLLOW UP

    18 Juli 2011 19 Juli 2011 20 Juli 2011

    Subjective Nyeri perut (+)

    Buang angin (-)BAB (-)

    Demam (+)

    Mual (+)

    Muntah (-)

    Perut tegang (+)

    Nyeri perut pada

    bekas jahitan (+)Buang angin (-)

    BAB (-)

    Demam (-)

    Mual (-)

    Muntah (-)

    Perut tegang (-)

    Nyeri perut pada bekas

    jahitan (+)Buang angin (-)

    BAB (-)

    Demam (-)

    Mual (-)

    Muntah (-)

    Perut tegang (-)

    Objective

    TD

    Nadi

    Pernafasan

    Suhu

    120/80

    90 x/menit

    24 x/menit

    38,9 C

    Nyeri tekan diffus (+)

    Nyeri ketok diffuse (+)

    Defans Muskuler (+)

    BU (-)

    110/70

    88 x/menit

    22 x/menit

    37,1 C

    Nyeri tekan diffus (-)

    Nyeri ketok diffus (-)

    Defans Muskuler (-)

    BU (+) lemah

    Luka baik

    110/70

    78 x/menit

    22 x/menit

    36,8 C

    Nyeri tekan diffus (-)

    Nyeri ketok diffus (-)

    Defans Muskuler (-)

    BU (+) lemah

    Luka baik

    Assesment Peritonitis e.c susp

    appendicitis

    gangrenosa

    Post laparomotomi

    hari I a.i Peritonitis e.c

    appendicitisgangrenosa

    Post laparomotomi

    hari II a.i Peritonitis

    e.c appendicitisgangrenosa

    Planning Laparotomi dengan

    Spinal Anasthesi :

    Appendektomi +

    reseksi Omentum

    Th/ post operative

    Puasa hingga bu (+)

    IVFD RL:D5% gtt

    20/menit (mikro)

    Taxegram 1 gram/12

    jam

    Sagestam 80 mg/12

    jam

    Metronidazol 500/8

    jam

    Pronalgess supp (k/p)

    Perawatan luka

    Bed rest

    IVFD RL:D5% gtt

    20/menit (mikro)

    Taxegram 1 gram/12

    jam

    Sagestam 80 mg/12

    jam

    Metronidazol 500/8

    jam

    Pronalgess supp (k/p)

    Perawatan luka

    Bed rest

    IVFD RL:D5% gtt

    20/menit (mikro)

    Taxegram 1 gram/12

    jam

    Sagestam 80 mg/12

    jam

    Metronidazol 500/8

    jam

    Pronalgess supp (k/p)

    Perawatan luka

    II. TINJAUAN PUSTAKA

    Untuk orang yang aku cintai SHT

  • 8/6/2019 CR bedah ucha

    9/21

    RASCAL321

    II.1 DEFINISI

    Peritonitis adalah peradangan yang biasanya disebabkan oleh infeksi pada

    selaput rongga perut (peritoneum)lapisan membran serosa rongga abdomen

    dan dinding perut sebelah dalam. Peradangan ini merupakan komplikasi

    berbahaya yang sering terjadi akibat penyebaran infeksi dari organ-organ

    abdomen (misalnya, apendisitis, salpingitis), rupture saluran cerna atau dari

    luka tembus abdomen.Dalam istilah peritonitis meliputi kumpulan tanda dan

    gejala, di antaranya nyeri tekan dan nyeri lepas pada palpasi, defans muskular,

    dan tanda-tanda umum inflamasi. Pasien dengan peritonitis dapat mengalami

    gejala akut, penyakit ringan dan terbatas, atau penyakit berat dan sistemik

    dengan syok sepsis. Peritoneum bereaksi terhadap stimulus patologik dengan

    respon inflamasi bervariasi, tergantung penyakit yang mendasarinya.

    II.2ETIOLOGI

    Bila ditinjau dari penyebabnya, infeksi peritonitis terbagi atas penyebab

    primer (peritonitis spontan), sekunder (berkaitan dengan proses patologis pada

    organ viseral), atau penyebab tersier (infeksi rekuren atau persisten sesudah

    terapi awal yang adekuat). Secara umum, infeksi pada abdomen

    dikelompokkan menjadi peritonitis infektif (umum) dan abses abdomen

    (lokal).

    Infeksi peritonitis relatif sulit ditegakkan dan sangat bergantung dari penyakit

    yang mendasarinya. Penyebab utama peritonitis ialah spontaneous bacterial

    peritonitis (SBP) akibat penyakit hati yang kronik. SBP terjadi bukan karena

    Untuk orang yang aku cintai SHT

  • 8/6/2019 CR bedah ucha

    10/21

    RASCAL321

    infeksi intraabdomen, namun biasanya terjadi pada pasien dengan asites akibat

    penyakit hati kronik. Akibat asites akan terjadi kontaminasi hingga ke rongga

    peritoneal sehingga menjadi translokasi bakteri menuju dinding perut atau

    pembuluh limfe mesenterium, kadang-kadang terjadi pula penyebaran

    hematogen jika telah terjadi bakteremia. Sekitar 10-30% pasien dengan sirosis

    dan asites akan mengalami komplikasi seperti ini. Semakin rendah kadar

    protein cairan asites, semakin tinggi risiko terjadinya peritonitis dan abses.

    Hal tersebut terjadi karena ikatan opsonisasi yang rendah antarmolekul

    komponen asites.

    Sembilan puluh persen kasus SBP terjadi akibat infeksi monomikroba.

    Patogen yang paling sering menyebabkan infeksi ialah bakteri gram negatif,

    yakni 40% Eschericia coli, 7% Klebsiella pneumoniae, spesies Pseudomonas,

    Proteus, dan gram negatif lainnya sebesar 20%. Sementara bakteri gram

    positif, yakni Streptococcus pneumoniae 15%, jenis Streptococcus lain 15%,

    dan golongan Staphylococcus sebesar 3%. Pada kurang dari 5% kasus juga

    ditemukan mikroorganisme anaerob dan dari semua kasus, 10% mengandung

    infeksi campur beberapa mikroorganisme.

    Penyebab lain yang menyebabkan peritonitis sekunder ialah perforasi

    apendisitis, perforasi ulkus peptikum dan duodenum, perforasi kolon akibat

    divertikulitis, volvulus, atau kanker, dan strangulasi kolon asendens.

    Tabel 1. Penyebab peritonitis berdasarkan area

    AREA SUMBER Esofagus Keganasan

    Trauma

    Iatrogenik

    Sindrom Boerhaave

    Lambung Perforasi ulkus peptikum

    Untuk orang yang aku cintai SHT

  • 8/6/2019 CR bedah ucha

    11/21

    RASCAL321

    Keganasan (mis. Adenokarsinoma,

    limfoma, tumor stroma

    gastrointestinal)

    Trauma

    IatrogenikDuodenum Perforasi ulkus peptikum

    Trauma (tumpul dan penetrasi)

    Iatrogenik

    Traktus bilier Kolesistitis

    Perforasi batu dari kandung empedu

    Keganasan

    Kista duktus koledokus

    Trauma

    Iatrogenik

    Pankreas Pankreatitis (mis. Alkohol, obat-

    obatan, batu empedu)

    Trauma

    Iatrogenik

    Kolon Ascendens Iskemia kolon

    Hernia inkarserata

    Obstruksi loop

    Penyakit Crohn

    Keganasan

    Divertikulum Meckel

    Trauma

    Kolon desendens dan apendiks Iskemia kolon

    Divertikulitis

    Keganasan

    Kolitis ulseratif dan penyakit Crohn

    Apendisitis

    Volvulus kolon

    Trauma

    Iatrogenik

    Salping uterus dan ovarium Pelvic inflammatory disease

    Keganasan

    Trauma

    Peritonitis sekunder, bentuk peritonitis yang paling sering terjadi, disebabkan

    oleh perforasi atau nekrosis (infeksi transmural) organ-organ dalam dengan

    inokulasi bakteri rongga peritoneal. Spektrum patogen infeksius tergantung

    penyebab asalnya. Berbeda dengan SBP, peritonitis sekunder lebih banyak

    disebabkan bakteri gram positif yang berasal dari saluran cerna bagian atas.

    Untuk orang yang aku cintai SHT

  • 8/6/2019 CR bedah ucha

    12/21

    RASCAL321

    Pada pasien dengan supresi asam lambung dalam waktu panjang, dapat pula

    terjadi infeksi gram negatif. Kontaminasi kolon, terutama dari bagian distal,

    dapat melepaskan ratusan bakteri dan jamur. Umumnya peritonitis akan

    mengandung polimikroba, mengandung gabungan bakteri aerob dan anaerob

    yang didominasi organisme gram negatif.

    Sebanyak 15% pasien sirosis dengan asites yang sudah mengalami SBP akan

    mengalami peritonitis sekunder. Tanda dan gejala pasien ini tidak cukup

    sensitif dan spesifik untuk membedakan dua jenis peritonitis. Anamnesis yang

    lengkap, penilaian cairan peritoneal, dan pemeriksaan diagnostik tambahan

    diperlukan untuk menegakkan diagnosis dan tata laksana yang tepat untuk

    pasien seperti ini.

    Adapun penyebab spesifik dari peritonitis adalah:

    1. Penyebaran infeksi dari organ perut yang terinfeksi. Yang sering

    menyebabkan peritonitis adalah perforasi lambung, usus, kandung empedu

    atau usus buntu. Sebenarnya peritoneum sangat kebal terhadap infeksi.

    Jika pemaparan tidak berlangsung terus menerus, tidak akan terjadi

    peritonitis, dan peritoneum cenderung mengalami penyembuhan bila

    diobati.

    2. Penyakit radang panggul pada wanita yang masih aktif melakukan

    kegiatan seksual

    3. Infeksi dari rahim dan saluran telur, yang mungkin disebabkan oleh

    beberapa jenis kuman (termasuk yang menyebabkan gonore dan infeksi

    chlamidia)

    Untuk orang yang aku cintai SHT

  • 8/6/2019 CR bedah ucha

    13/21

    RASCAL321

    4. Kelainan hati atau gagal jantung, dimana cairan bisa berkumpul di perut

    (asites) dan mengalami infeksi

    5. Peritonitis dapat terjadi setelah suatu pembedahan. Cedera pada kandung

    empedu, ureter, kandung kemih atau usus selama pembedahan dapat

    memindahkan bakteri ke dalam perut. Kebocoran juga dapat terjadi selama

    pembedahan untuk menyambungkan bagian usus.

    6. Dialisa peritoneal (pengobatan gagal ginjal) sering mengakibatkan

    peritonitis.

    Penyebabnya biasanya adalah infeksi pada pipa saluran yang ditempatkan

    di dalam perut.

    7. Iritasi tanpa infeksi; Misalnya peradangan pankreas (pankreatitis akut)

    atau bubuk bedak pada sarung tangan dokter bedah juga dapat

    menyebabkan peritonitis tanpa infeksi.

    Peritonitis tersier dapat terjadi karena infeksi peritoneal berulang setelah

    mendapatkan terapi SBP atau peritonitis sekunder yang adekuat, sering bukan

    berasal dari kelainan organ. Pasien dengan peritonitis tersier biasanya timbul

    abses atau flegmon, dengan atau tanpa fistula. Peritonitis tersier timbul lebih

    sering ada pasien dengan kondisi komorbid sebelumnya dan pada pasien yang

    imunokompromais. Meskipun jarang ditemui bentuk infeksi peritoneal tanpa

    komplikasi, insiden terjadi peritonitis tersier yang membutuhkan IVU akibat

    infeksi abdomen berat tergolong tinggi di USA, yakni 50-74%. Lebih dari

    95% pasien peritonitis didahului dengan asites, dan lebih dari setengah pasien

    mengalami gejala klinis yang sangat mirip asites. Kebanyakan pasien

    Untuk orang yang aku cintai SHT

  • 8/6/2019 CR bedah ucha

    14/21

    RASCAL321

    memiliki riwayat sirosis, dan biasanya tidak diduga akan mengalami

    peritonitis tersier. Selain peritonitis tersier, peritonitis TB juga merupakan

    bentuk yang sering terjadi, sebagai salah satu komplikasi penyakit TB.

    Selain tiga bentuk di atas, terdapat pula bentuk peritonitis lain, yakni

    peritonitis steril atau kimiawi. Peritonitis ini dapat terjadi karena iritasi bahan-

    bahan kimia, misalnya cairan empedu, barium, dan substansi kimia lain atau

    proses inflamasi transmural dari organ-organ dalam (mis. Penyakit Crohn)

    tanpa adanya inokulasi bakteri di rongga abdomen. Tanda dan gejala klinis

    serta metode diagnostik dan pendekatan ke pasien peritonitis steril tidak

    berbeda dengan peritonitis infektif lainnya.

    II.3PATOFISIOLOGI

    Reaksi awal peritoneum terhadap invasi oleh bakteri adalah keluarnya eksudat

    fibrinosa, yang menempel menjadi satu dengan permukaan sekitarnya

    sehingga membatasi infeksi. Bila bahan-bahan infeksi tersebar luas pada

    pemukaan peritoneum atau bila infeksi menyebar, dapat timbul peritonitis

    umum, aktivitas peristaltik berkurang sampai timbul ileus paralitik; usus

    kemudian menjadi atoni dan meregang. Cairan dan elektrolit hilang ke dalam

    lumen usus, mengakibatkan dehidrasi, syok, gangguan sirkulasi, dan oliguri.

    Peritonitis menyebabkan penurunan aktivitas fibrinolitik intraabdomen

    (meningkatkan aktivitas inhibitor aktivator plasminogen) dan sekuestrasi

    fibrin dengan adanya pembentukan jejaring pengikat. Produksi eksudat fibrin

    merupakan mekanisme terpenting dari sistem pertahanan tubuh, dengan cara

    Untuk orang yang aku cintai SHT

  • 8/6/2019 CR bedah ucha

    15/21

    RASCAL321

    ini akan terikat bakteri dalam jumlah yang sangat banyak di antara matriks

    fibrin.

    Pembentukan abses pada peritonitis pada prinsipnya merupakan mekanisme

    tubuh yang melibatkan substansi pembentuk abses dan kuman-kuman itu

    sendiri untuk menciptakan kondisi abdomen yang steril. Pada keadaan jumlah

    kuman yang sangat banyak, tubuh sudah tidak mampu mengeliminasi kuman

    dan berusaha mengendalikan penyebaran kuman dengan membentuk

    kompartemen-kompartemen yang kita kenal sebagai abses. Masuknya bakteri

    dalam jumlah besar ini bisa berasal dari berbagai sumber. Yang paling sering

    ialah kontaminasi bakteri transien akibat penyakit viseral atau intervensi

    bedah yang merusak keadaan abdomen.

    Selain jumlah bakteri transien yang terlalu banyak di dalam rongga abdomen,

    peritonitis terjadi juga memang karena virulensi kuman yang tinggi hingga

    mengganggu proses fagositosis dan pembunuhan bakteri dengan neutrofil.

    Keadaan makin buruk jika infeksinya dibarengi dengan pertumbuhan bakteri

    lain atau jamur, misalnya pada peritonitis akibat koinfeksi Bacteroides fragilis

    dan bakteri gram negatif, terutama E. coli. Isolasi peritoneum pada pasien

    peritonitis menunjukkan jumlah Candida albicans yang relatif tinggi, sehingga

    dengan menggunakan skor APACHE II (acute physiology and cronic health

    evaluation) diperoleh mortalitas tinggi, 52%, akibat kandidosis tersebut. Saat

    ini peritonitis juga diteliti lebih lanjut karena melibatkan mediasi respon imun

    tubuh hingga mengaktifkan systemic inflammatory response syndrome (SIRS)

    dan multiple organ failure (MOF).

    Untuk orang yang aku cintai SHT

  • 8/6/2019 CR bedah ucha

    16/21

    RASCAL321

    II.4MANIFESTASI KLINIK

    Gejala peritonitis tergantung pada jenis dan penyebaran infeksinya. Biasanya

    penderita muntah, demam tinggi dan merasakan nyeri tumpul di perutnya.

    Bisa terbentuk satu atau beberapa abses. Infeksi dapat meninggalkan jaringan

    parut dalam bentuk pita jaringan (perlengketan, adhesi) yang akhirnya bisa

    menyumbat usus. Bila peritonitis tidak diobati dengan seksama, komplikasi

    bisa berkembang dengan cepat.

    Gerakan peristaltik usus akan menghilang dan cairan tertahan di usus halus

    dan usus besar. Cairan juga akan merembes dari peredaran darah ke dalam

    rongga peritoneum. Terjadi dehidrasi berat dan darah kehilangan elektrolit.

    Selanjutnya bisa terjadi komplikasi utama, seperti kegagalan paru-paru, ginjal

    atau hati dan bekuan darah yang menyebar.

    II.5DIAGNOSA MEDIK

    Diagnosis peritonitis biasanya ditegakkan secara klinis dengan adanya nyeri

    abdomen (akut abdomen) dengan nyeri yang tumpul dan tidak terlalu jelas

    lokasinya (peritoneum viseral) kemudian lama kelamaan menjadi jelas

    lokasinya (peritoneum parietal). Pada keadaan peritonitis akibat penyakit

    tertentu, misalnya perforasi lambung, duodenum, pankreatitis akut yang berat,

    atau iskemia usus, nyeri abdomennya berlangsung luas di berbagai lokasii.

    Tanda-tanda peritonitis relatif sama dengan infeksi berat lainnya, yakni

    demam tinggi, atau pasien yang sepsis bisa menjadi hipotermia, takikardi,

    dehidrasi, hingga menjadi hipotensi. Nyeri abdomen yang hebat biasanya

    memiliki punctum maximum di tempat tertentu sebagai sumber infeksi.

    Untuk orang yang aku cintai SHT

  • 8/6/2019 CR bedah ucha

    17/21

    RASCAL321

    Dinding perut akan terasa tegang, biasanya karena mekanisme antisipasi

    penderita secara tidak sadar untuk menghindari palpasi yang menyakitkan,

    atau bisa juga memang tegang karena iritasi peritoneum. Nyeri ini kadang

    samar dengan nyeri akibat apendisitis yang biasanya di bagian kanan perut,

    atau kadang samar juga dengan nyeri akibat abses yang terlokalisasi dengan

    baik. Pada penderita wanita diperlukan pemeriksaan vagina bimanual untuk

    membedakan nyeri akibat pelvic inflammatory disease, namun pemeriksaan

    ini jarang dilakukan pada keadaan peritonitis yang akut.

    Pemeriksaan-pemeriksaan klinis ini bisa saja jadi positif palsu pada penderita

    dalam keadaan imunosupresi, (misalnya diabetes berat, penggunaan steroid,

    pascatransplantasi, atau HIV), penderita dengan penurunan kesadaran

    (misalnya trauma kranial, ensefalopati toksik, syok sepsis, atau penggunaan

    analgesik), penderita dengan paraplegia, dan penderita geriatri. Penderita

    tersebut sering merasakan nyeri yang hebat di perut meskipun tidak terdapat

    infeksi di perutnya.

    Foto rontgen diambil dalam posisi berbaring dan berdiri. Gas bebas yang

    terdapat dalam perut dapat terlihat pada foto rontgen dan merupakan petunjuk

    adanya perforasi. Kadang-kadang sebuah jarum digunakan untuk

    mengeluarkan cairan dari rongga perut, yang akan diperiksa di laboratorium,

    untuk mengidentifikasi kuman penyebab infeksi dan memeriksa kepekaannya

    terhadap berbagai antibiotika. Pembedahan eksplorasi merupakan teknik

    diagnostik yang paling dapat dipercaya.

    II.6PENATALAKSANAAN

    Untuk orang yang aku cintai SHT

  • 8/6/2019 CR bedah ucha

    18/21

    RASCAL321

    Penggantian cairan, koloid dan elektrolit adalah fokus utama dari

    penatalaksanaan medis. Beberapa liter larutan isotonik diberikan. Hipovolemi

    terjadi karena sejumlah besar cairan dan elektrolit bergerak dari lumen usus ke

    dalam rongga peritoneal dan menurunkan caran ke dalam ruang vaskuler.

    Analgesik diberikan untuk mengatasi nyeri. Antiemetik dapat diberikan

    sebagai terapi untuk mual dan muntah. Intubasi usus dan pengisapan

    membantu dalam menghilangkan distensi abdomen dan meningkatkan fungsi

    usus. Cairan dalam rongga abdomen dapat menyebabkan tekanan yang

    membatasi ekspansi paru dan menyebabkan distress pernapasan. Terapi

    oksigen dengan kanula nasal atau masker akan meningkatkan oksigenasi

    secara adekuat, tetapi kadang-kadang intubasi jalan napas dan bantuan

    ventilasi diperlukan.

    Tindakan bedah mencakup mengangkat materi terinfeksi dan memperbaiki

    penyebab. Tindakan pembedahan diarahkan kepada eksisi terutama bila

    terdapat apendisitis, reseksi dengan atau tanpa anastomosis (usus),

    memperbaiki pada ulkus peptikum yang mengalami perforasi atau

    divertikulitis dan drainase pada abses. Pada peradangan pankreas (pankreatitis

    akut) atau penyakit radang panggul pada wanita, pembedahan darurat biasanya

    tidak dilakukan. Diberikan antibiotik yang tepat, bila perlu beberapa macam

    antibiotik diberikan bersamaan.

    Akhir-akhir ini drainase dengan panduan CT-scan dan USG merupakan

    pilihan tindakan nonoperatif yang mulai gencar dilakukan karena tidak terlalu

    invasif, namun terapi ini lebih bersifat komplementer, bukan kompetitif

    dibanding laparoskopi, karena seringkali letak luka atau abses tidak terlalu

    Untuk orang yang aku cintai SHT

  • 8/6/2019 CR bedah ucha

    19/21

    RASCAL321

    jelas sehingga hasilnya tidak optimal. Sebaliknya, pembedahan

    memungkinkan lokalisasi peradangan yang jelas, kemudian dilakukan

    eliminasi kuman dan inokulum peradangan tersebut, hingga rongga perut

    benar-benar bersih dari kuman.

    II.7KOMPLIKASI

    Dua komplikasi pasca operasi paling umum adalah eviserasi luka dan

    pembentukan abses. Komplikasi pembedahan dengan laparotomi eksplorasi

    memang tidak sedikit. Secara bedah dapat terjadi trauma di peritoneum, fistula

    enterokutan, kematian di meja operasi, atau peritonitis berulang jika

    pembersihan kuman tidak adekuat. Namun secara medis, penderita yang

    mengalami pembedahan laparotomi eksplorasi membutuhkan narkose dan

    perawatan intensif yang lebih lama. Perawatan inilah yang sering

    menimbulkan komplikasi, bisa berupa pneumonia akibat pemasangan

    ventilator, sepsis, hingga kegagalan reanimasi dari status narkose penderita

    pascaoperasi.

    II.8PROGNOSIS

    Baik pada bentuk peritonitis local dan ringan dan mematikan pada peritonitis

    umum akibat organisme virulen.

    DAFTAR PUSTAKA

    Anonim.2009.Peritonitis (radang selaput rongga perut).

    http://medicastore.com/penyakit/497

    Untuk orang yang aku cintai SHT

    http://medicastore.com/penyakit/497%20/Peritonitis_radang_selaput_rongga_perut.htmlhttp://medicastore.com/penyakit/497%20/Peritonitis_radang_selaput_rongga_perut.html
  • 8/6/2019 CR bedah ucha

    20/21

  • 8/6/2019 CR bedah ucha

    21/21

    RASCAL321

    Oleh :

    Noorcahya Amalia

    0518011057

    Perseptor :

    Dr. Harizon Sp. B

    FINAL SEMESTER

    RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AKHMAD YANI METRO

    2011

    Untuk orang yang aku cintai SHT