cr ket (mufida)

Upload: natasya-ayu-andamari

Post on 20-Jul-2015

138 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

CASE REPORT

KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU

OLEH :

MUFIDA MUZAKKIE 110.2004.157PEMBIMBING :

Dr. ZULKARNAIN HUSEIN, SpOG

OBSTETRI & GYNEKOLOGI RS. Dr. H. ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG

11 MEI - 11 JULI 2009STATUS OBSTETRITanggal masuk Pukul ANAMNESIS I. Identifikasi Nama Umur Agama Bangsa / suku Pendidikan Alamat Pekerjaan Pekerjaan suami II. Keluhan Utama Tambahan III. Riwayat haid Menarche Siklus haid Jumlah Lamanya HPHT IV. Riwayat perkawinan Pernikahan pertama dan sudah berlangsung 12 tahun. Menikah usia 22 tahun. V. Riwayat kehamilan sekarang Pasien dengan G3P2A0 hamil 5 minggu dengan keluhan perut bagian bawah nyeri sejak 7 hari SMRS, yang diikuti keesokan harinya keluar darah dari kemaluan berwarna merah gelap seperti mens yang tidak banyak. Pasien : 14 tahun : 30 hari : 2x ganti pembalut/ hari : 6 hari : 21 April 2009 : Perut bagian bawah nyeri sejak 7 hari SMRS. : Keluar darah dari kemaluan sejak 6 hari SMRS. : Ny. E : 34 tahun : Islam : Indonesia / Padang : SMA : Jl. Hayam Wuruk Bukit I, Bandar Lampung. : Ibu rumah tangga : Buruh (36 tahun) : 29 Mei 2009 : 06.45 WIB

2

mengatakan dirinya hamil selama 5 minggu dan telah memeriksakan kehamilannya ke puskesmas setempat, dilakukan test kehamilan dan hasilnya positif. Saat mulai merasakan nyeri 7 hari yang lalu, pasien berobat ke puskesmas dan diberi obat yang pasien tidak tahu nama obatnya, namun pasien tetap mengeluh nyeri. Sejak semalam, sekitar 4 jam SMRS, pasien kembali merasakan nyeri yang lebih hebat di perut bagian bawahnya. Pasien kembali ke puskesmas lalu diberikan rujukan ke RSUAM untuk mendapat penatalaksanaan lebih lanjut. Pasien mengatakan tidak ada kebiasaan merokok ataupun riwayat hamil dengan keluhan seperti ini sebelumnya.

VI.

Riwayat kehamilan persalinan terdahulu Anak 1: , usia 11 tahun, lahir spontan, ditolong oleh bidan, sehat. Anak 2: , usia 8 tahun, lahir spontan, ditolong oleh bidan, sehat. VII. Riwayat penyakit terdahulu Pasien tidak menderita penyakit darah tinggi, penyakit jantung, penyakit ginjal, asma dan kencing manis. VIII. Riwayat penyakit keluarga Keluarga tidak ada yang menderita penyakit darah tinggi, penyakit jantung, penyakit ginjal, asma, dan kencing manis. IX. Riwayat kontrasepsi Pasien mengaku tidak menggunakan KB. X. Riwayat imunisasi selama hamil Tidak pernah mendapat suntikan imunisasi selama kehamilan. PEMERIKSAAN FISIK Status Present Keadaan Umum Kesadaran Tekanan darah Nadi Pernafasan Suhu : Tampak sakit sedang : Compos mentis : 120 / 110 mmHg : 88 x/menit : 24 x/menit : 36,7C

3

Status Generalis Kulit Mata Gigi / mulut Thoraks Abdomen Extremitas Status Ginekologis Pemeriksaan Luar : Abdomen datar simetris, tegang, fundus tidak teraba, nyeri tekan (+), massa (-), ballotement (-). Inspekulo : Portio livide, OUE tertutup, fluor (-), fluxus (+), erosi (-), Douglas pungsi (+). Vaginal toucher : Portio lunak, OUE tertutup, corpus uteri teraba sesuai kehamilan 5 minggu. AP kanan dan kiri lemah, CD menonjol, nyeri goyang portio (+). PEMERIKSAAN PENUNJANG : Chloasma gravidarum (-) : Konjungtiva anemis, sclera anikterik : Karies (-) : Mammae membesar : Datar simetris : Edema (-)

1. Laboratorium (tanggal 29 Mei 2009)Hb Ht LED Leukosit Hit.jenis Trombosit BT CT GDS 2. Khusus Culdosintesis/Douglas Pungsi (+) DIAGNOSIS : 11,9 gr% : 37 : 42 : 13.900 : 0/0/0/84/13/3 : 348.000 : 3 : 11 : 143

4

G3P2A0 hamil 5 minggu dengan KET DIAGNOSIS BANDING G3P2A0 hamil 5 minggu dengan Abortus imminens PROGNOSIS Quo ad vitam Quo ad functionam Quo ad sanationam PENATALAKSANAAN Perbaiki keadaan umum Test kehamilan Culdosintesis/Douglas Pungsi USG IVFD RL gtt xx/menit R/ Laparotomi : dubia ad bonam : dubia ad bonam : dubia ad bonam

5

LAPORAN OPERASITanggal Nama Pasien Umur Operator Ass.I Ass.II : 29-05-2009 : Ny. Erniwati : 34 tahun : Dr. Taufiqurrahman, SpOG : Dr. Arif Rahman : Diva Andaluri, SKed. Instrumen Narcotizer Narcose : Zr. Jamiah : Dr.Putu Y,SpAn : Umum

Pk.10.00 WIB operasi dimulai.

-

Pasien tidur telentang di meja operasi dalam keadaan general anestesi, dilakukan tindakan asepsis dan antisepsis pada daerah lapangan operasi dan sekitarnya dengan betadine, lapangan operasi dipersempit dengan doek steril berlubang.

-

Dilakukan insisi mediana 12 cm, sayatan diperdalam secara tajam dan tumpul sampai menembus peritoneum. Setelah peritoneum parietal dibuka, abdomen dan pelvic dieksplorasi, didapatkan : - uterus dalam batas normal - ovarium dan tuba kanan dan kiri dalam batas normal - ruptur pada fimbriae kiri, ukuran 1 x 0,8 cm Kesan: Kehamilan ektopik.

-

Diputuskan untuk dilakukan salphingektomi sinistra. Setelah diyakini tidak ada perdarahan lagi dilakukan pencucian cavum abdomen dengan NaCl dan dilakukan penutupan dinding abdomen lapis demi lapis dengan cara : Peritoneum dijahit secara jelujur dengan plain catgut No.2.0 Fascia dijahit secara jelujur dengan Chromic catgut No.3.0 Subkutis dijahit secara jelujur dengan plain catgut No.2.0 Kutis dijahit secara subkutikuler dengan Chromic catgut No.2.0

-

Luka operasi dibersihkan dengan betadine, ditutup dengan kasa steril kemudian diplester.

Pk.11.05 WIB operasi selesai.

D/ Pre Op D/ Post Op

: Kehamilan ektopik terganggu : Post laparatomi + salphingektomi sinistra a/i KET

6

Jenis tindakan

: Laparatomi + Salphingektomi sinistra

Perawatan Post Operasi : 1. Observasi TTV Ibu: Tiap 15 menit post operasi selama 1 jam. Tiap 30 menit post operasi selama 4 jam. Tiap 1 jam post operasi selama 24 jam.

2. Cek Hb post operasi 3. Kateter menetap, catat input dan output. 4. Mobilisasi bertahap: 5. Diet: Puasa sampai ada bising usus. 6. Medikamentosa : 1. Infus D5% : RL = 2:1 6 jam post operasi boleh miring kiri-kanan. 12 jam post operasi boleh duduk. 24 jam post operasi boleh berdiri.

2. Inj. Ampicillin 1 gram / 12 jam3. Inj. Gentamicin 80 mg / 12 jam

4. Orasic amp. (drip)5. Alinamin-F / 8 jam 6. Kalnex 150 mg / 8 jam.

7

FOLLOW UP POST OPERASI Tanggal TTV : TD Nadi Respirasi Suhu Keluhan : Perdarahan pervaginam Konjungtiva BAK Bising usus Flatus Therapi : IVFD RL xx/mnt Ampicillin 1 gr/12jam Gentamycin 80mg/12jam Orasic amp. (drip) Alinamin F/8 jam Kalnex/8 jam Transfusi darah Hb Diagnosis akhir 120/70 mmHg 84 x/menit 24 x/menit 36,7C (-) anemis (+) (-) (-) (+) (+) (+) (+) (+) (+) 1 kolf 10,5 gr% Post Laparotomi + Salphingektomi sinistra 110/60 mmHg 84 x/menit 20 x/menit 36,6C (-) ananemis (+) (+) lemah (+) (+) (+) (+) (+) (+) (+) 110/70 mmHg 80 x/menit 20 x/menit 36,6C (-) ananemis (+) (+) (+) (+) (+) (+) (-) (-) (-) 29 Mei 2009 Pk 12.00 30 Mei 2009 31 Mei 2009

Tanggal

1 Juni 2009

2 Juni 2009

8

TTV : TD Nadi Respirasi Suhu Keluhan : Perdarahan pervaginam Konjungtiva BAK Bising usus Flatus Therapi : IVFDRL/D5% xx/mnt Ampicillin 1 gr/12jam Gentamycin 80mg/12jam Orasic amp. (drip) Ganti balutan Diagnosis akhir 120/70 mmHg 84 x/menit 20 x/menit 36,7C (-) ananemis (+) (+) (+) (+) (+) (+) (-) 110/70 mmHg 80 x/menit 20 x/menit 36,6C (-) ananemis (+) (+) (+) (+) (+) (+) (-) (+) luka kering Post Laparotomi sinistra + Salphingektomi

ANALISA KASUS

9

Seorang ibu 34 tahun, G3P2A0, hamil 5 minggu dengan perdarahan per vaginam sejak 6 hari yang lalu. Darah berwarna merah gelap seperti darah haid. Pasien juga mengeluh sakit pada perut bagian bawah sejak 7 hari yang lalu. Pasien mengaku sudah terlambat haid sejak satu bulan yang lalu. Dan pasien sudah melakukan tes kehamilan di puskesmas dengan hasil (+). Ditegakkan diagnosa awal Susp. Kehamilan ektopik terganggu, karena :

Adanya perdarahan pervaginam Adanya rasa nyeri pada perut bagian bawah Adanya amenore dengan tes kehamilan (+)

Pada pasien ini dilakukan pemeriksaan luar, dalam dan Douglas pungsi, untuk membantu menegakkan diagnosis Kehamilan Ektopik Terganggu.

Pada inspekulo ditemukan kavum Douglas menonjol. Pada pemeriksaan dalam didapatkan nyeri goyang porsio. Douglas Pungsi dengan hasil (+). Hb = 11,9 gr%

Pada pasien ini dilakukan laparotomi dikarenakan diagnosis Kehamilan Ektopik Terganggu sudah dapat dipastikan dan kemudian dilakukan Salphingektomi sinistra karena ditemukan ruptur pada fimbriae sinistra.

KEHAMILAN EKTOPIK

10

PENDAHULUAN Kehamilan ektopik ialah kehamilan yang berbahaya bagi wanita yang bersangkutan sehubungan dengan besarnya kemungkinan terjadi keadaan yang gawat. Keadaan gawat ini dapat terjadi apabila kehamilan ektopik terganggu. Karena itu, hal yang perlu diingat bahwa pada setiap wanita dalam masa reproduksi dengan gangguan atau keterlambatan haid yang disertai nyeri perut bagian bawah, perlu difikirkan kehamilan ektopik terganggu. Kehamilan ektopik merupakan penyebab utama kematian pada trimester pertama di Amerika Serikat, sekitar 9% dari semua penyebab kematian yang berkaitan dengan kehamilan. DEFINISI Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan ovum yang telah dibuahi, berimplantasi dan tumbuh tidak ditempat yang normal yakni dalam endometrium kavum uteri. Ektopik berasal dari kata ektopos (yunani), yang berarti out of place (tidak pada tempatnya), dan ini berkaitan dengan implantasi ovum yang telah dibuahi diluar cavum uterus termasuk tuba Falopii, serviks, ovarium, bagian cornu uterus dan rongga abdomen. Implantasi gestasi yang abnormal ini tumbuh dan mendapat peredaran darah dari tempat implantasi tersebut. Semakin berkembangnya hasil konsepsi tersebut, hal ini sangat memungkinkan terjadinya rupture karena hanya cavum uterus yang dapat mengikuti dan berakomodasi terhadap perkembangan fetal. Kehamilan ektopik dapat menyebabkan perdarahan masif, infertilitas atau kematian. Menurut lokasinya, kehamilan ektopik dapat dibagi : a. Tuba Falopii b. Uterus Kanalis servikalis Divertikulum Pars interstitialis Isthmus Ampulla Infundibulum Fimbriae

11

Kornu Tanduk rudimenter

c. Ovarium d. Intraligamenter e. Abdominal f. Primer Sekunder

Kombinasi kehamilan dalam dan luar uterus

A) Ampullary 80%, B) Isthmic 12%, C) Fimbrial 5%, D) Cornual/Interstitial 2%, E) Abdominal 1.4%, F) Ovarian 0.2%, G) Cervical 0.2%

Sites and frequencies of ectopic pregnancy. By. Donna M. Peretin, RN

Sebagian besar kehamilan ektopik berlokasi di dituba, khususnya diampulla dan isthmus. Sangat jarang terjadi implantasi pada ovarium, rongga perut, kanalis servikalis uteri, tanduk uterus yang rudimenter, dan divertikel pada uterus. Kebanyakan wanita yang mengalami kehamilan ektopik berumur 25-35 tahun.

ETIOLOGI Etiologi kehamilan ektopik telah banyak diselidiki, tetapi sebagian besar

penyebabnya tidak diketahui. Tiap kehamilan dimulai dengan pembuahan telur di

12

ampulla tuba, dalam perjalanan ke uterus telur mengalami hambatan sehingga pada saat nidasi masih di tuba, atau nidasinya di tuba dipermudah. Faktor-faktor yang memegang peranan dalam hal ini ialah: 1. Faktor lumen tuba : a. Endosalpingitis menyebabkan perlengketan endosalping, sehingga lumen tuba menyempit atau membentuk kantong buntu. b. Hipoplasia uteri lumen tuba sempit dan berlekuk-lekuk, hal ini sering disertai gangguan fungsi silia endosalping. c. Operasi tuba dan sterilisasi yang tidak sempurna, dapat menyebabkan lumen tuba menyempit.

2. Faktor pada dinding tuba : a. Endometriosis tuba, dapat memudahkan implantasi telur yang dibuahi dalam tuba. b. Divertikel tuba kongenital, dapat menahan telur yang dibuahi di daerah itu.

3. Faktor di luar dinding tuba : a. Perlekatan peritubal dengan distorsi atau lekukan tuba dapat menghambat perlekatan perjalanan telur. b. Tumor yang menekan dinding tua dapat menyempitkan lumen tuba.

4. Faktor lain: a. Migrasi luar ovum, yaitu perjalanan dari ovarium kanan ke tuba kiri (atau sebaliknya).

13

b. Fertilisasi in vitro

FAKTOR RESIKO 1. Pelvic inflammatory disease (PID) Wanita dengan PID 6-10 kali lebih beresiko daripada yang tidak ada riwayat PID. Penyebab infeksi yang paling sering disebabkan oleh Chlamydia trachomatis dengan gejala yang beragam, dari asimptomatik servicitis sampai salphingitis. 2. Kontrasepsi Progestin 3. Riwayat ligasi tuba / tubektomi Terjadi peningkatan resiko kehamilan ektopik, tergantung dari derajat kerusakan perubahan secara anatomi. Konsepsi setelah ligasi tuba meningkatkan resiko terjadinya kehamilan ektopik 30-50%. Kegagalan setelah kauterisasi tuba lebih besar dalam menyebabkan kehamilan ektopik dibandingkan penutupan menggunakan benang, cincin atau klip. Kegagalan tersebut karena terbentuknya fistula yang memberi jalan bagi sperma. 4. Riwayat Kehamilan ektopik 5. Usia Insidens tertinggi pada wanita usia 35-44 tahun. 6. Merokok Merokok dapat meningkatkan faktor resiko terjadinya kehamilan ektopik. Berdasarkan studi, didapatkan peningkatan resiko sebesar 1.6-3.5 kali dari bukan perokok. 7. Salpingitis isthmica nodosum Salpingitis isthmica nodosum didefinisikan adanya gambaran mikroskopis epitel tuba di myosalphinx atau dibawah lapisan serosa tuba. Membentuk seperti suatu divertikula kecil. PATOLOGI Mukosa pada tuba bukan medium yang baik untuk pertumbuhan blastokista yang berimplantasi didalamnya. Vaskularisasi kurang baik dan desidua tidak tumbuh sempurna. Sehingga ada 3 kemungkinan : 1. Ovum mati dan diresorbsi, sering adanya kehamilan tidak diketahui 2. Abortus ke dalam lumen tuba

14

Trofoblas dan villus korialis menembus lapisan pseudokapsularis, sehingga timbul perdarahan dalam lumen tuba. Dapat menyebabkan hematosalping dan dapat juga mengalir ke rongga peritoneum dan berkumpul di kavum Douglasi, membentuk hematokel retrouterina. Biasanya pada kehamilan di ampulla, sering terjadi abortus tuba. 3. Ruptur dinding tuba Trofoblas dan villus korialis menembus lapisan muskularis dan peritoneum pada dinding tuba dan menyebabkan perdarahan langsung kerongga peritoneum. Biasanya pada kehamilan di isthmus sering terjadi rupture tuba. Ruptur bisa juga terjadi pada dinding tuba yang menghadap mesosalping. Darah mengalir antara 2 lapisan mesosalping dan ke ligamentum latum, menyebabkan hematom intraligamenter.

15

GEJALA KLINIS

Rasa nyeri kiri atau kanan pada perut bagian bawah lebih sering ditemukan karena tarikan pada peritoneum dinding tuba berhubung dngan pembesaran tuba karena kehammilan ektopik.

Uterus juga membesar dan lunak seperti pada kehamilan intra uterin. Amenore diikuti oleh perdarahan. Biasanya perdarahan tidak banyak tetapi dapat berlangsung lama dan berwarna hitam.

Abortus tuba adalah gangguan yang umumnya tidak begitu mendadak dan dapat memberikan gambaran yang beraneka ragam. Timbul perdarahan dari uterus yang berwarna hitam dan rasa nyeri disamping uterus yang bertambah hebat. Pada pemeriksaan didapatkan disebelah uterus terdapat sebuah tumor dengan nyeri tekan, agak lunak dengan batas tidak rata dan jelas. Adanya nyeri yang cukup hebat bila serviks digerakan (nyeri goyang portio). Pada rupture tuba, peristiwa terjadi mendadak dan keadaan penderita umumnya lebih gawat. Adanya anemia Syok Terkadang ditemukan cairan bebas dalam rongga perut Uterus tidak dapat diraba dengan jelas karena dinding perut menegang dan uterus dikelilingi darah. Ruptur tuba DIAGNOSIS 1. Anamnesis Haid biasanya datang terlambat dan terdapat gejala subjektif seperti kehamilan muda. Nyeri perut bagian bawah, tenesmus. Perdarahan pervaginam terjadi setelah nyeri perut bagian bawah.

16

2. Pemeriksaan umum Penderita tampak kesakitan dan pucat; pada perdarahan dalam rongga perut tanda-tanda syok dapat ditemukan.

3. Pemeriksaan ginekologi Pergerakan serviks menyebabkan rasa nyeri. Bila uterus teraba, maka akan teraba sedikit membesar dan kadang-

kadang terasa tumor di samping uterus dengan batas yang sukar ditentukan. Kavum Douglas yang menonjol dan nyeri raba menunjukkan adanya hematokel retrouterina.

4. Pemeriksaan laboratorium Pemeriksaan Hb berguna bila ada tanda-tanda perdarahan dalam Tes kehamilan berguna apabila positif, namun bila negatif tidak pula

rongga perut. menyingkirkan dugaan KET, karena kematian hasil konsepsi dan degenerasi trofoblas dapat menurunkan HCG.

5. Dilatasi dan Kuretase Umumnya cara ini tidak dianjurkan. Alasannya: Kemungkinan adanya kehamilan dalam uterus bersama kehamilan Hanya 12-19 % kuretase pada KET menunjukkan reaksi desidua. Perubahan endometrium yang berupa reaksi Arias-Stella tidak khas

ektopik.

untuk KET.

17

6. Culdocentesis Kuldosentesis adalah suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah pada cavum douglas ada darah. Cara ini amat berguna dalam membantu membuat diagnosis kehamilan ektopik terganggu.

Teknik : 1. Penderita dibaringkan dalam posisi litotomi. 2. Vulva dan vagina dibersihkan dengan antiseptik. 3.Spekulum dipasang dan bibir belakang porsio dijepit dengan cunam serviks dengan traksi ke depan sehingga forniks posterior tampak. 4.Jarum spinal no.18 ditusukkan ke dalam kavum Douglas dan dengan semprit 10 ml dilakukan persiapan. 5. Bila pada pengisapan ditemukan darah, maka isinya disemprotkan pada kain kasa dan diperhatikan apakah darah yang dikeluarkan merupakan : darah segar berwarna merah dalam beberapa menit akan membeku; darah ini berasal dari arteri atau vena yang tertusuk; darah tua berwarna coklat sampai hitam yang tidak membeku, atau yang berupa bekuan kecil-kecil; darah ini menunjukkan adanya hematokel retrouterina.

Culdocentesis is a procedure which checks for abnormal fluid in the space that is just behind the vagina, the posterior cul-de-sac. This procedure is done when pain occurs in the lower abdomen and pelvic regions, and other

18

tests suggest that fluid may be present in the cul-de-sac. The test may also be done when a ruptured ectopic pregnancy or ovarian cyst is suspected.

7. Ultrasonografi USG berguna dalam diagnostik kehamilan ektopik. Diagnosis pasti ialah apabila ditemukan kantong gestasi di luar uterus yang didalamnya tampak denyut jantung janin. Hal ini biasanya terdapat pada 5% kasus kehamilan ektopik. Walaupun demikian, hasil ini masih harus diyakini lagi bahwa ini bukan berasal dari kehamilan intrauterin pada kasus uterus bikornis.

Same image. Uterus outlined in red, uterine lining in green, ectopic pregnancy yellow. Fluid in uterus at blue Ultrasound showing uterus and tubal pregnancy circle - sometimes called a "pseudosac".

Same image. Tubal pregnancy circled in red, 4.5 mm Same case as above. Detailed view of ectopic. fetal pole (between cursors) in green, pregnancy yolk sac blue.

19

8. Laparoskopi Laparoskopi hanya digunakan sebagai alat bantu diagnostik terakhir untuk kehamilan ektopik, apabila hasil penilaian prosedur diagnostik yang lain meragukan. Melalui prosedur laparoskopik, alat kandungan bagian dalam dapat dinilai. Secara sistematis dinilai keadaan uterus, ovarium, tuba, cavum Douglas dan ligamentum latum. Adanya darah dalam rongga pelvis mungkin mempersulit visualisasi alat kandungan, tetapi hal ini menjadi indikasi untuk dilakukannya laparotomi.

A right tubal ectopic pregnancy as seen at laparoscopy The swollen right tube containing the ectopic pregnancy is on the right at E The stump of the left tube is seen at L - this woman had a previous tubal ligation

DIFFERENSIAL DIAGNOSIS Infeksi pelvis Abortus imminens atau incomplete Tumor ovarium

PENANGANAN Penanganan kehamilan ektopik pada umumnya adalah laparotomi. Dalam tindakan demikian, beberapa hal harus diperhatikan dan dipertimbangkan yaitu: kondisi penderita pada saat itu keinginan penderita akan fungsi reproduksinya

20

lokasi kehamilan ektopik kondisi anatomik organ pelvis kemampuan tekhnik bedah mikro dokter operator kemampuan teknologi fertilisasi invitro setempat

Hasil pertimbangan ini menentukan apakah perlu dilakukan salpingektomi pada kehamilan tuba, atau dapat dilakukan pembedahan konservatif dalam arti hanya dilakukan salpingektomi atau reanastomosis tuba. Apabila kondisi penderita buruk, misalnya dalam keadaan syok, lebih baik dilakukan salpingektomi. Pada kasus kehamilan ektopik pars ampullaris tuba yang belum pecah dicoba ditangani dengan menggunakan kemoterapi untuk menghindari tindakan pembedahan. Kriteria kasus yang diobati dengan cara ini ialah: Kehamilan di pars ampullaris tuba belum pecah Diameter kantong gestasi 4 cm Perdarahan dalam rongga perut < 100 ml TTV baik dan stabil Obat yang digunakan adalah methotrexate 1 mg/kg IV dan citrovorum factor 0,1 mg/kg IM selama 8 hari. KOMPLIKASI

Rupture, dengan perdarahan yang mengarah terjadinya syok. Infertilitas pada 10 -15% wanita dengan riwayat kehamilan ektopik.

PROGNOSIS 85% wanita dengan kehamilan ektopik bisa mendapatkan kehamilan normal. Kehamilan ektopik berulang terjadi pada 10-20% kasus. Beberapa wanita tidak bisa hamil lagi, sedangkan ada yang bisa hamil dan terjadi abortus spontan pada trimester pertama.

21

DAFTAR PUSTAKASarwono Prawirohardjo, Prof, dr, DSOG & Hanifa Wiknjosastro, Prof, dr, DSOG; Ilmu Kandungan, YBP-SP, Edisi ke dua, cetakan ke tiga, FKUI, Jakarta; 1999, Hal 250-260 www.all.about.health/ectopic.pregnancy/11thJuly2008. www.advancedfertility.com www.emedicine.com www.health.discovery.com/diseasesandcond/encyclopedia/2012.html www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000895.htm www.obgyn.net/pb/cotm/9902/9902.htm

22

www.usdoctor.com

23