current strategies in icu sedation
TRANSCRIPT
1
Current Strategies in ICU Sedation: The role of Dexmedetomidine
in Today’s Practice
Tujuan sedasi di ICU
1. Hayashi Y. Br J Anaesth 1993;71:108-118 2. Dyck JB et al. Anesth 1993;78:813-820.
3. Hall JE. et al. Anesth Analg 2000;90:699-705. 4. Herr DL et al. J Cardiothorac Vasc Anesth 2003;17:576-584.
5. Davies MF et al. Anesth Analg 2003; 96:195-200. 6. Riker RR et al. Anesthesiology 2001; 95: A383
7. Nelson LE et al. Anesthesiology 2003; 98: 428-436
Monitoring pasien : anxietas,agitasi dan
pain
Memberikan kenyamanan bagi
pasien
Memfasilitasi perawatan terhadap
pasien
Memfasilitasi ventilator mekanik
Menghindari stress post-traumatik
Pola tidur normal “NATURAL SLEEP”
2
Zat sedatif IDEAL untuk penggunaan di ICU
“cooperative sedation”
Mudah untuk diadministrasikan
Onset relatif cepat,mudah dititrasi efek terprediksi
Mengatasi nyeri dan anxietas
Fungsi respirasi stabil
Hemodinamik stabil
Tidak tergantung pada fungsi
hepatik / ginjal “arousability”
Recovery cepat Sedikit / tidak ada interaksi dengan
obat lain
Karakteristik klinis : New sedative agent
α2 agonist adrenoreceptor - Dexmedetomidine Sedasi
Analgesia
Anxiolysis
“cooperative sedation” Stabilitas fungsi respirasi
dan hemodinamik
Natural Sleep
Menurunkan delirium
Respon cardiovascular yang terprediksi
(penuruan HR dan BP sebesar 10-20%
Proteksi Organ (neural, renal, cardiac)
Tanpa hyperalgesia, tidak menyebabkan hang over effect pasca penggunaan
jangka panjang
3
Perbandingan efek klinis antara Dexmedetomidine dengan sedatif lain
Benzo-
diazepines Propofol Opioids Dexmedetomidine Haloperidol
Sedasi X X X X X
Anxiolysis1,2 X X
Efek Analgesic 1-4 X X
Arousability selama
sedasi2-4 X
Memfasilitasi
ventilator selama
weaning2-4
X
Tanpa depresi
nafas1-4 X X
Kontrol thd
delirium1-4 X X
1Blanchard AR. Postgrad Med. 2002;111:59-74. 2Kamibayashi T, et al Anesthesiology. 2000;95:1345-1349.
3Maze M. et al. Anesthetic Pharmacology: Physiologic Principals and Clinical Practice. Churchill Livingstone; 2004. 4Maze M, et al. Crit Care Clin. 2001;4:881.
Perbandingan Efek samping Benzo-
diazepine Propofol Opioids Dexmedetomidine Haloperidol
Prolonged
weaning1 X X X*
Respiratory
depression1 X X X
Hypotension1-3 X X X X X
Constipation1 X
Deliriogenic X X X
Tachycardia1 Morphine
Bradycardia1 Fentanyl X X
1Harvey MA. Am J Crit Care. 1996;5:7-16. 2Aantaa R, et al. Drugs of the Future. 1993;18:49-56.
3Maze M. Crit Care Clin. 2001;4:881;
4
Apakah Dexmedetomidine ?
Alpha-2 agonis adrenoreseptor
selektif (Gol Klonidin) ratio
Alpha-2 : Alpha-1 = 1620 : 1
FDA Approval 1999 (Sedasi
ICU)
Sedasi
• Intubasi
•Pasien dengan ventilasi mekanis selama prosedur operasi / sedasi ICU
Sedasi dan Anxiiolitik
•Pasien tanpa intubasi,sebelum atau selama prosedur operasi
•Monitored Anesthesia Care
Mekanisme Kerja
•Pelepasan norepinefrin
•Aktivitas noradrenergik
•Aktivitas simpatis
Menghambat
•Melalui Locus Ceruleus
•Obat Sedative lain : Reseptor GABA (Benzodiazepines : Midazolam,Propofol)
Menghasilkan “SEDASI” •Untuk meningkatkan
kemudahan penyembuhan
•Fungsi Imun
•Mengurangi Delirium
Memberikan ‘NATURAL SLEEP”
5
Efek pada Susunan Saraf Pusat
•Dosis bolus : ↓ Level Nyeri (VAS) 30-50%
•Efek neuroprotektif
•0.3 μg/kg : ↓ isoflurane 30 %
•0.6 μg/kg : ↓ isoflurane 50 %
•Puncak Sedasi : 10 menit setelah dosis bolus
•Dosis maintenanc 0,25 μg/kg : sedasi berlangsung selama 2 jam
Efek Sedasi Menurunkan kebutuhan sedasi lain
Efek Analgesik
Tidak efek pada
Tekanan Intracranial
(ICP)
Farmakologi Dexmedetomidine
CH3
CH3
N
N
CH3 H
S-enatiomer medetomidine
Short acting
• Distribution half-life = 6 min
• Terminal half-life = 2 jam
High Protein Binding ~ 94%
Metabolisme di hati menjadi metabolik inaktif
• Ekskresi di urine (95%) dan Fases (5%)
• Tidak ada akumulasi setelah diinfus selama 24 jam
6
Dosis Loading Dose (Bolus) : 1 µg/kg selama 10 min
Maintenance Dose (infus) : 0.2-0.7 µg/kg/jam
Dosis tergantung pada kebutuhan dan kondisi pasien
200 µg/2 ml vial
Larutkan dalam 48 ml saline – 4 µg/ml
Jangan dilakukan penginfusan secara bersamaan dengan transfusi darah atau plasma
Inkompatibel terhadap amfotericin B dan diazepam
Penyesuaian Dosis • Hepatic Failure (Gagal hati)
o Perlu dipertimbangkan pengurangan dosis o Klirens menurun seiring dengan peningkatan keparahan hepatic
failure o Klirens pada penderita gangguan hati ringan, menengah dan
berat sebesar 74%, 64% and 53% dari normal
• Renal Failure (Gagal ginjal) o Tidak perlu ada penyesuaian dosis karena setelah
dimetabolisme dihati akan berubah menjadi metabolit inaktif
7
Interaksi Obat • Peningkatan efek
o Sedatives, Anaesthetics, Hypnotics, Opioids Pemberian bersama-sama dapat meningkatkan efek obat2
diatas. Tidak ada interaksi farmakokinetik antara Dexmedetomidine dengan isoflurance, propofol, alfentanil dan midazolam. Memungkinkan untuk pengurangan dosis obat2 diatas.
• Tanpa efek o Neuromuscular blockers (muscle relaxant) seperti
atracurium, rocuronium, dsb.
Kompatibilitas
• PRECEDEX dapat diberikan dgn larutan infus sbb :
RL, D-5, Normal saline, 20% manitol, Thiopental sodium, Etomidate, Vecuronium bromide, Pancuronium bromide, Succinyl choline, Atracurium besilate, Mivacurium Chloride, Glycopyrrolate, Fenilefrin, Atrofin sulfat, Midazolam, Morfin sulfat, Fentanyl dan pengganti plasma.
8
Efek Samping
• Hipotensi (penurunan sebesar +/- 10% dari kondisi awal)
• Bradikardi (penurunan sebesar +/- 10% dari kondisi awal)
• Dry mouth (mulut kering)
• Nausea (mual)
Precedex dan efek analgesia
• Mekanisme kerja Precedex pada Spinal Cord menghasilkan daya analgesia yang cukup unik dibandingkan dengan sedative yang lain. • Penelitian menunjukan bahwa pada grup Precedex membutuhkan lebih sedikit penambahan Morfin (57% pasien) dibandingkan dengan Placebo (83% pasien)
9
Dexmedetomine Untuk Sedasi di ICU
Target sedasi di ICU
• Old model (Dulu)
o Menjaga agar pasien sedikit bergerak
o Mengurangi memory pasien
• New model (Sekarang)
o Sedasi berat akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas pasien oleh karena itu trend Regional anestesia dan “awake” sedation
o Perlunya menjaga kenyamanan pasien, orientatif, interaktif dan dapat mengikuti instruksi
10
• Delirium adalah faktor resiko pada pasien di ICU1
• Angka kejadian antara 20 – 50%
• Tingkat morbiditas dan mortalitas tinggi serta LOS yang lebih panjang
• Faktor pemicunya adalah : usia, kelainan neurokognitif, CPB dan penggunaan anestesia
Gangguan Neurocognitive
Delirium Hemiperesis Hemiplegia
Stroke Kematian
Angka kejadian Keparahan
1. Tobias JD et al. Pediatr Crit Care Med 2007; 8:115-13 2. Ibacache ME et al. Anesth Analg 2004;98:60-63 3. Hanafy MA et al. Eg J Anaesth 2004; 20:135-40 4. Tobias JD et al. J Opiod Manage 2006; 2: 201-206 5. Tanaka K et al. Anesth Analg 2005; 100: 687-696
Dexmedetomidine dan Target Sedasi
• Dex mengurangi terjadinya delirium dan koma pada pasien ICU
o Berbeda dengan propofol and midazolam
o Hal ini karena mekanisme kerjanya pada locus ceruleus bukan pada reseptor GABA
• Minimal efek terhadap respirasi
o Tidap perlu dihentikan saat ekstubasi
• analgesia dan anxiolysis
11
Clinical trials menunjukkan bahwa sedasi post operative dengan dexmedetomidine tingkat delirium yg lebih rendah dan Lama tinggal di ICU lebih singkat
Maldonado JR et al. Dexmedetomidine and the reduction of Postoperative Delirium after Cardiac Surgery. Psychosomatics 2009; 50: 206-17.
Penelitian ini menunjukkan bahwa dexmedetomidine mengurangi lamanya delirium post cardiac surgery.
Shehabi Y. et al. Prevalence of Delirium with Dexmedetomidine Compared with Morphine Based Therapy after Cardiac Surgery. Anesthesiology 2009; 111: 1074-83.
12
SEDCOM Trial
• Safety and Efficacy of Dexmedetomidine COmpared with Midazolam for Prolonged ICU Sedation
• Large prospective multi-centre trial
JAMA 2009
Prevalensi Delirium
54% DEX vs 76.6% MDZ, p<0.001
13
Waktu ekstubasi ICU Length Of
Stay
Precedex mempersingkat waktu ekstubasi dan lama tinggal di ICU
Penggunaan Fentanyl
DEX (N=244)
MDZ (N=122)
P value
Jumlah pasien dengan penambahan Fentanyl
(62%) (80%) 0.25
Dosis Fentanyl (µg/kg) median (IQR)
6.4 9.6 0.27
14
Hasil Dibandingkan dengan Midazolam, pada level sedasi yang
sama, Dexmedetomidine menunjukkan :
o Target waktu sedasi yang sama
o Menurunkan angka kejadian dan durasi delirium
o Waktu ekstubasi yang lebih singkat
o LOS ICU yang lebih singkat
o Lebih sedikit penambahan analgesia
o Tingkat infeksi dan takikardia yg lebih rendah
o Pasien lebih kooperatif dan komunikatif
Pharmaco-ecomomic study
• Judul penelitian :
Addition of Dex to standard sedation regimens after cardiac surgery : an outcome analysis
• Multicenter trial, retrospective study
15
Rata2 di ICU/CCU Tingkat Mortalitas Rata-rata lamanya tinggal
Hasil
1Dasta JF, et al. Pharmacotherapy. 2006;26:798-805.
P<.0001 P=.0142 P<.0001
5.3
1.4
0
1
2
3
4
5
6
M+P D+M+P
Mean D
ays
3.0%
1.0%
0
1
2
3
4
M+P D+M+P
Mort
alit
y R
ate
, %
M+P, n = 9996 D+M+P, n = 356
9.48.8
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
M+P D+M+P
Mean D
ays
M : Midazolam P : Propofol D : Dexmedetomidine
Biaya Perawatan
Penurunan signifikan biaya di ICU dan OK
p<0.05
1Dasta JF, et al. Pharmacotherapy. 2006;26:798-805.
$17.7K
$2.8K
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
M+P D+M+P
Ch
arg
es, $
Th
ou
sa
nd
s P<.0001
ICU/CCU
$17.3K
$12.8K
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
M+P D+M+P
Ch
arg
es, $
Th
ou
sa
nd
s P<.0001
Kamar Operasi
$2.5K
$3.4K
0
1
2
3
4
M+P D+M+P
Ch
arg
es, $
Th
ou
sa
nd
s
P<.0001
Anesthesia
M+P, n = 9996 D+M+P, n = 356
16
• Cardiac Protection Mengurangi resiko Miocardial Ischemia
Biccard BM, et al. Dexmedetomidine and cardiac protection for non cardiac surgery; a meta analysis of randomised trials. Anaesthesia 2008; 63: 4-14.
• Renal Protection Pengeluaran urine yg lebih baik, level serum kreatinine yang
lebih baik dan kreatinin level yang lebih baik
Dexmedetomidine infusion is associated with enhanced renal function after thoracic surgery.
Frumento RJ et al. J Clin Anesth 2006; 18(6): 422-426
• Stabilitas fungsi respirasi dan hemodinamik selama operasi
• Mengurangi penggunaan anestesia dan opioid
• Mempersingkat waktu ekstubasi
• Tidak menyebabkan shivering setelah ekstubasi
• Memiliki cost effectiveness yang baik, sehingga menurunkan total biaya perawatan
Precedex sebagai pilihan utama pada Sedasi di ICU karena :
17
Terima Kasih