cva lp
TRANSCRIPT
BAB I
TINJAUAN TEORI
1.1 Tinjauan Medis
1.1.1 Pengertian
CVA atau stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan obstruksi
aliran darah otak.(Elisabeth J.Corwin,1991;981)
CVA atau stroke adalah salah satu manifestasi neurologi yang umum
timbul secara mendadak sebagai akibat adanya gangguan suplai darah ke
otak.(Depkes RI,1996)
Cedera serebrovaskuler atau stroke merupakan penyakit serebrovaskuler
yang menunjukkan adanya beberapa kelainan otak baik secara fungsional
maupun struktural yang disebabkan oleh keadaan pathologis dan
pembuluh darah serebral atau dari seluruh sistem pembuluh darah otak.
(Marylin E.Doengoes,2000;290)
1.1.2 Etiologi
Penyebab CVA dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu :
1) Stroke Non Haemoragis
(1) Iskemia serebri
Disebabkan oleh dinding pembuluh darah yang berubah karena terjadi
endapan atau plaque, pengendapan dapat terjadi karena kelainan
dinding atau kelainan darah seperti darah lebih kental atau lebih encer.
(2) Trombosis serebri
Dapat terjadi karena adanya hipotensi dengan akibat iskemi atau
kelinan pada ateroma dapat pula sumbatan pembuluh darah karena
emboli.
(3) Emboli serebri
Dapat berasal dari berbagai tempat yakni kelainan jantung atau
ateroma yang terlepas
1
2) Stroke Hemoragik
(1) Apopleksia sanguinea serebri
Adalah terhentinya fungsi suatu organ pada suatu waktu
Sebelum serangan terdapat hipertensi lebih dari 200mmHg, pusing,
sakit kepala, marah-marah.
(2) Perdarahan subarachnoid
Perdarahan dapat terjadi karena pecahnya aneurisme yang disebabkan
oleh trauma atau kerja keras.
(3) Infark yang berdarah
Pada daerah yang infark adalah merembes keluar perdipesis.
1.1.3 Fisiologi
Darah dari jantung (ventrikel kiri)
Arteri karotis komunis
Arteri karotis interna
Arteri serebri media
Arteri penetrans
Mengalirkan nutrisi/O2
Masuk ke dalam otak
Menyediakan darah/nutrisi pada kapsula interna, ganglia basalis
(Sylvia A.Price,1995;962)
2
Pola nafas tak efektif
Darah bersih dari ventrikel kiri jantung akan dialirkan ke otak, mula-mula
oleh arteri karotis komunis.
Secara umum, arteri serebri berupa arteri penghantar atau arteri penetrans.
Arteri karotis serebri media dan cabang-cabangnya membentuk jalinan yang luas
meliputi permukaan otak. Arteri penetrans merupakan pembuluh darah yang
mengalirkan nutrisi yang berasal dari arteri penghantar (kondusif)
Pembuluh-pembuluh nutrisi ini masuk ke dalam otak dengan sudut tegak
lurus dan menyediakan darah bagi struktur-struktur yang terdapat di bawah
korteks (kapsula interna, ganglia basalis).
1.1.4 Patofisiologi
Hipertensi aneurisme
Pecah pembuluh darah otak pecah pembuluh darah
Darah masuk dalam jaringan otak ke ruang subarachnoid
Massa atau hematom vasospasme pembuluh darah
Odema sekitar otak Disfungsi otak
Perubahan perfusi jaringan
Global Lokal
Nyeri penurunan kesadaran hemiplegi afasia
Lidah jatuh ke belakang kerusakan mobilitas fisik kerusakan komunikasi
Jalan udara obstruksi parsial/total
3
CVA Bleeding disebabkan oleh dua hal yaitu hipertensi yang dapat
membuat pecahnya pembuluh darah otak sehingga darah masuk dalam jaringan
otak membentuk massa atau hematom yang menekan jaringan otak dan
menimbulkan oedema disekitar otak disebut perdarahan intra serebral, sedangkan
yang disebabkan aneurisme membuat pecahnya pembuluh darah, aneurisme
paling sering didapat pada percabangan pembuluh darah besar. Pecahnya arteri
dan keluarnya darah ke ruang subarachnoid dan terjadi perdarahan subarachnoid.
Perdarahan subarachnoid dapat mengakibatkan vasospasme pembuluh
darah serebral, vasospasme timbul diduga karena interaksi antara bahan-bahan
yang berasal dari darah dan dilepaskan ke dalam cairan serebrospinalis dengan
pembuluh arteri di ruang subarachnoid. Vasospasme ini dapat mengakibatkan
disfungsi otak global (nyeri kepala, penurunan kesadaran) maupun lokal
(hemiparese, gangguan hemisensorik, afasia dan lain-lain) yang pada akhirnya
menimbulkan masalah-masalah keperawatan seperti nyeri, pola nafas tak efektif,
kerusakan mobilitas fisik dan kerusakan komunikasi verbal.
1.1.5 Klasifikasi Manifestasi Klinis
1) Menurut pathologi dan gejala kliniknya
(1) Stroke Hemoragik
Adalah stroke yang disebabkan oleh perdarahan intraserebral dan
mungkin perdarahan subarachnoid
(2) Stroke Non Hemotagik
Dapat berupa iskemia, emboli dan trombosis serebral
2) Menurut perjalanan penyakit atau stadiumnya
(1) TIA (Trans Iskemik Attack)
Gangguan neurologi setempat yang terjadi selama beberapa menit
sampai beberapa jam saja
(2) Stroke Involusi
Stroke yang terjadi masih terus berkembang dimana gangguan terlihat
semakin berat dan bertambah buruk
(3) Stroke Komplit
Gangguan neurologi timbul sudah menetap dan permanen
4
1.1.6 Manifestasi Klinis
1) Pengaruh terhadap status mental
(1) Tidak sadar : 30% - 40%
(2) Konfus : 45% dari pasien sadar
(3) Lupa akan tubuh sebelah
2) Pengaruh secara fisik
(1) Paralisis : 30% - 80 %
(2) Kesulitan menelan : 30%
(3) Gangguan sentuhan dan sensori : 25%
(4) Gangguan penglihatan : 7%
3) Pengaruh terhadap komunikasi
(1) Bicara tidak jelas : 35% - 50%
(2) Kehilangan bahasa : 30%
(3) Mulut kaku
(4) Lidah kaku
4) Jika dilihat dari bagian hemisfer yang terkena
Stroke pada hemisfer kanan
(1) Hemifarese sebelah kiri tubuh
(2) Penilaian buruk
(3) Mempunyai kerentanan terhadap sisi kontralateral
Stroke pada hemisfer kiri
(1) Hemiparese kanan
(2) Perilaku lambat dan sangat berhati-hati
(3) Kelainan bidang pandang sebelah kanan
(4) Disfagia global
(5) Afasia
(6) Mudah frustasi
5
1.1.7 Pemeriksaan Penunjang
1) Angiografi serebral
2) Scan CT
3) Pungsi lumbal
4) MRI
5) Ultrasonografi dopler
6) EEG
7) Sinar X tengkorak
1.1.8 Penataklaksanaan
1) Penatalaksanaan Umum
Stroke akut tidak boleh diberi infus yang mengandung glukosa
Menghindari terjadinya overhidrasi dan tidak boleh diberikan
kortikosteroid
2) Penatalaksanaan Khusus
- Stroke Trombolitik
(1) CPD Sholine dengan dosis yang dianjurkan tiap 8 jam 250 mg IV
(2) Nicergoline dipakai setelah fase akut lewat, dengan dosis 60 mg/hari
(3) Codergocrine mesylate pada stroke trombolitik akut, kurang dari 6 jam
setelah serangan diberikan perinfus ampul/ 500 cc
- Stroke Hemoragik
Hingga sekarang masih belum ada kesempatan mengenai pengobatan
singkat atau nonsurgical
6
1.2 Tinjauan Asuhan Keperawatan
1.2.1 Pengkajian
1.2.1.1 Anamnese
- Trauma yang baru terjadi yang dapat mempengaruhi sistem
persarafan
- Sakit kepala dan masalah-masalah dengan konsentrasi dan
ingatan yang baru terjadi
- Perasaan pusing, kehilangan keseimbangan
- Kecanggungan atau kelemahan ekstermitas dan kesulitan
berjalan
- Penyimpangan sensori atau kehilangan sensori pada wajah.
Badan dan ekstermitas
- Kesulitan dalam melakukan kegiatan sehari-hari
- Efek masalah pada pola hidup yang biasa, kinerja pekerjaan
dan interaksi sosial
- Penggunaan tembakau, alkohol dan obat-obat tertentu
- Penggunaan obat-obat yang digunakan baik yang diresepkan
maupun obat yang dibeli sendiri
1.2.1.2 Pemeriksaan Fisik
1) Aktivitas/Istirahat
Gangguan tonus otot (flaksid, spastis), paralitik (hemiplegi) dan terjadi
kelemahan umum gangguan penglihatan, gangguan tingkat kesadaran
2) Sirkulasi
Hipertensi arterial sehubungan dengan adanya embolisme
Nadi : frekuensi dapat bervariasi, disritmia, desiran pada karotis, femoralis
dan arteri iliaka/aorta yang abnormal
3) Integritas ego
Kesulitan mengekspresikan diri dan ketidaksiapan untuk marah
4) Eliminasi
Perubahan pola berkemih, distensia abdomen, bising usus negatif
5) Makanan/Cairan
Kesulitan menelan (gangguan pada reflek palatum dan faringeal)
7
6) Neurosensori
Biasanya terjadi koma pada tahap awal hemoragis, gangguan fungsi
kognitif, kelemahan/ paralisis pada ekstermitas, genggaman tidak sama,
reflek tendon melemah secara kontralateral.
Terjadi afasia, kehilangan kemampuan menggunakan motorik saat pasien
ingin menggerakkannya, ukuran atau reaksi pupil tidak sama kekakuan;
kejang
7) Nyeri/Kenyamanan
Tingkah laku yang tak stabil, gelisah, ketegangan pada otot atau fasia
8) Pernafasan
Ketidakmampuan menelan atau batuk atau hambatan jalan nafas
Pernafasan sulit atau tidak teratur, suara nafas terdengar ronkhi
9) Keamanan
Penglihatan bermasalah, perubahan persepsi terhadap orientasi tempat
tubuh, kesulitan untuk melihat obyek dari sisi kiri, hilang kewaspadaan
terhadap bagian tubuh yang sakit, tidak mampu mengenali objek, warna,
kata dan wajah yang pernah dikenalnya
Gangguan dalam memutuskan, perhatian sedikit terhadap keamanan, tak
sabar atau kurang kesadaran diri
10) Interaksi sosial
Masalah bicara, ketidakmampuan untuk berkomunikasi
1.2.2 Rencana Asuhan Keperawatan
1.2.2.1 Kerusakan Mobilitas Fisik
Dapat dihubungkan dengan : keterlibatan neuromuskuler; kelemahan;
parestesia; flaksid/ paralisis hipotonik dan hemiplegi
Kerusakan perseptual/ kognitif
Batasan karakteristik :
Mayor (80% - 100%)
Mampu untuk bergerak dengan maksud tertentu dalam lingkungannya
seperti mobilisasi di tempat tidur, ambulasi, keterbatasan menggerakkan
sendi-sendi (rentang gerak sendi)
8
Minor (50% - 80%)
Adanya keterbatasan aktivitas, malas untuk bergerak
Tujuan : mempertahankan posisi optimal dari fungsi yang dibuktikan oleh
tak adanya kontraktur, footdrop
Kriteria hasil :
Individu akan :
Mempertahankan/ meningkatkan kekuatan dan fungsi bagian tubuh yang
terkena atau kompensasi
Mendemonstrasikan teknik/ perilaku yang memungkinkan melakukan
aktivitas
Mempertahankan integritas kulit
Intervensi :
1) Kaji kemampuan secara fungsional/ luasnya kerusakan awal dan
dengan cara yang teratur
Rasional : mengidentifikasikan kekuatan/ kelemahan dan dapat
memberikan informasi mengenai pemulihan
2) Ubah posisi minimal setiap 2 jam (telentang, miring)
Rasional : menurunkan resiko terjadinya trauma/ iskemi jaringan
3) Letakkan pada posisi telungkup satu kali atau dua kali sehari jika
pasien dapat mentoleransinya
Rasional : membantu mempertahankan ekstensi pinggul fungsional
tetapi kemungkinan akan meningkatkan ansietas
4) Mulailah melakukan latihan rentang gerak aktif dan pasif pada semua
ekstermitas saat masuk
Rasional : meminimalkan atrofi otot, meningkatkan sirkulasi,
membantu mencegah kontraktur
5) Gunakan penyangga lengan ketika pasien berada dalam posisi tegak,
sesuai indikasi
Rasional :selama paralisis flaksid, penggunaan penyangga dapat
menurunkan resiko terjadinya subluksasio lengan
9
6) Tinggikan tangan dan kepala
Rasional : meningkatkan aliran balik vena dan membantu mencegah
terjadinya udema
7) Observasi daerah yang terkena termasuk warna, udema atau tanda lain
dari gangguan sirkulasi
Rasional : jaringan yang mengalami edema lebih mudah mengalami
trauma dan penyembuhannya lambat
8) Konsultasikan dengan ahli fisioterapi secara aktif, latihan resisif dan
ambulasi pasien
Rasional : program yang khusus dapat dikembangkan untuk kebutuhan
yang berarti
9) Bantulah dengan stimulasi elektrik, seperti Tens sesuai indikasi
Rasional : membantu memulihkan kekuatan otot dan meningkatkan
kontrol otot volunter
10) Kolaborasi dalam pemberian obat relaksan otot
Rasional : mungkin diperlukan untuk menghilangkan spastisitas pada
ekstermitas yang terganggu
1.2.2.2 Kerusakan komunikasi verbal
Dapat dihubungkan dengan : kerusakan sirkulasi serebral; kerusakan
neuromuskuler; kehilangan tonus/ kontrol otot fasial/ oral; kelelahan
umum
Batasan karakteristik :
Mayor :
Ketidakmampuan mengucapkan kata-kata tetapi dapat memahami individu
lain
Defisit artikulasi atau perencanaan motorik
Minor :
Nafas pendek
Tujuan : memperlihatkan peningkatan untuk mengekspresikan diri
Kriteria hasil :
Individu akan :
Mengidentifikasi pemahaman tentang masalah komunikasi
10
Membuat metode komunikasi dimana kebutuhan dapat diekspresikan
Menggunakan sumber-sumber dengan dapat
Intervensi :
1) Kaji tipe/ derajat disfungsi
Rasional : membantu menentukan daerah dan derajat kerusakan
serebral yang terjadi dan kesulitan pasien dalam beberapa atau seluruh
tahap proses komunikasi
2) Bedakan antara afasia dan disartria
Rasional : intervensi yang dipilih tergantung pada tipe kerusakan
3) Mintalah pasien untuk mengikuti perintah sederhana, ulangi dengan
kalimat/ kata yang sederhana
Rasional : melakukan penilaian terhadap adanya kerusakan sensorik
4) Mintalah pasien mengucapkan kata sederhana seperti “sh” atau “pus”
Rasional : mengidentifikasikan adanya disartria sesuai komponen
motorik dari bicara
5) Berikan metode komunikasi alternatif
Rasional : memberikan komunikasi tentang kebutuhan berdasarkan
keadaan/ defisit yang mendasarinya
6) Antisipasi dan penuhi kebutuhan pasien
Rasional : bermanfaat dalam menurunkan frustasi bila tergantung
dengan orang lain dan tidak dapat berkomunikasi secara berarti
7) Katakan secara langsung dengan pasien bicara pelan dengan tenang
Rasional : menurunkan kebingungan/ ansietas selama proses
komunikasi
8) Konsultasikan dengan/ rujuk kepada ahli terapi wicara
Rasional : pengkajian secara individual kemampuan bicara dan sensori,
motorik dan kognitif berfungsi untuk mengidentifikasi kekurangan
atau kebutuha terapi
11
1.2.2.3 Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar), mengenai kondisi dan
pengobatan
Dapat dihubungkan dengan :
Kurang pemajanan, keterbatasan kognitif, kesalahan interpretasi informasi,
kurang mengingat, tidak mengenal sumber-sumber informasi
Batasan karakteristik :
Mayor :
Menyatakan kurangnya pengetahuan atau ketrampilan/ meminta informasi
Mengekspresikan persepsi yang tidak akurat terhadap kondisi
kesehatannya
Menampilkan secara tidak tepat perilaku sehat yang diinginkan atau yang
sudah ditentukan
Minor :
Kurang integrasi rencana tindakan ke dalam kegiatan sehari-hari
Menunjukkan/ mengekspresikan gangguan psikologi
Tujuan :
Peningkatan pemahaman tentang kondisi/ prognosis dan aturan terapeutik
secara optimal
Kriteria hasil :
Individu akan :
Berpartisipasi dalam proses balajar
Memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan
Intervensi :
1) Evaluasi tipe/ derajat dari gangguan persepsi sensori
Rasional : defisit mempengaruhi pilihanmetode pengajaran dan isi/
kompleksitas instruksi
2) Diskusikan keadaan pathologisyang khusus dan kekuatan pada
individu
Rasional : membantu membangun harapan yang realistis dan
meningkatkan pemahanterhadap keadaan dan kebutuhan saat ini
3) Tinjau ulang keterbatasan saat ini dan diskusikan rencana/
kemungkinan melakukan kembali aktivitas
12
Rasional : meningkatkan pemahaman, memberikan harapan pada masa
akan datang dan menimbulkan harapan dan keterbatasan hidup secara
normal
4) Tinjau ulang pengobatan yang diberikan
Rasional : aktivitas yang dianjurkan, pembatasan dan kebutuhan obat/
terapi dibuat pada dasar pendekatan interdisiplin terkoordinasi
5) Diskusikan rencana untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri
Rasional : berbagai tingakt bantuan mungkin diperlukan berdasarkan
kebutuhan secara individual
6) Sarankan pasien untuk membatasi stimulasi lingkungan terutama
selama kegiatan berfikir
Rasional : stimulasi yang beragam dapat memperbesar gangguan
proses berpikir
7) Identifikasi fakto-faktor resiko secara individual (seperti merokok,
hipertensi)
Rasional : meningkatkan kesehatan secara umum dan mungkin
menurunkan resiko kambuh
8) Identifikasi tanda dan gejala yang memerlukan kontrol secara medis
Rasional : evaluasi dan intervensi secara cepat menurunkan resiko
terjadinya komplikasi
9) Rujuk pada perencanaan pemulihan dirumah
Rasional : lingkungan rumah memerlukan evaluasi dan modifikasi
untuk memenuhi kebutuhan individu
1.2.2.4 Perubahan perfusi jaringan serebral
Dapat dihubungkan dengan : interupsi aliran darah; gangguan oklusif,
hemoragi, vasospasme serebral, edema serebral
Kemungkinan dibuktikan oleh : perubahan tingkat kesadaran; kehilangan
memori, perubahan dalam respon motorik/ sensorik; gelisah, defisit
sensori, bahasa, intelektual dan emosi, perubahan tanda-tanda vital
13
Batasan karakteristik :
Mayor :
Adanya salah satu dari tipe berikut ;
Klaudikasi (arterial)
Nyeri istirahat (arterial)
Nyeri sakit (arterial atau vena)
Penurunan/ tal adanya nadi arterial
Perubahan warna kulit ;
Pucat (arterial)
Sianosis (vena)
Hiperemia reaktif (arterial)
Perubahan suhu kulit ;
Lebih dingin (arterial)
Lebih hangat (vena)
Penurunan tekanan darah
Pengisian kapiler lebih lama dari 3 detik (arterial)
Minor :
Edema (vena)
Perubahan fungsi sensori (arterial)
Perubahan fungsi motorik (arterial)
Perubahan jaringan trofik (arteriol) ;
Kuku keras, tebal
Kehilangan rambut
Luka tidak sembuh
Tujuan : tingkat kesadaran, fungsi kognitif dan fungsi motorik/ sensorik
dapat dipertahankan secara adekuat
Kriteria hasil :
Individu akan :
Mengidentifikasi faktor-faktor yang memperbaiki sirkulasi perifer
Mengidentifikasi aturan medis, diet, obat-obatan, aktivitas yang
meningkatkan vasodilatasi
14
Menunjukkan tanda-tanda vital stabil dan tak adanya tanda-tanda
peningkatan TIK
Intervensi :
1) Tentukan faktor-faktor yang berhubungan dengan keadaan/ penyebab
khusus selama koma/ penurunan perfusi serebral
Rasional : mempengaruhi penetapan intervensi
2) Pantau/ catat status neurologis sesering mungkin dan bandingkan
dengan keadaan normalnya/ standar
Rasional : mengetahui tingkat kesadaran dan potensial peningkatan
TIK dan mengetahui lokasi, luas dan resolusi kerusakan ssp
3) Observasi tanda-tanda vital
Rasional : variasi mungkin terjadi karena tekanan/ trauma serebral
pada daerah vasomotor otak
4) Catat perubahan dalam penglihatan, seperti adanya kebutaan,
gangguan lapang pandang
Rasional : gangguan penglihatan yang spesifik mencerminkan daerah
otak yang terkena dan mempengaruhi intervensi yang akan dilakukan
5) Kaji fungsi-fungsi yang lebih tinggi, seperti fungsi bicara
Rasional : perubahan dalam isi kognitif dan bicara merupakan
indikator dari lokasi/ derajat gangguan serebral dan mengidentifikasi
peningkatan/ penurunan TIK
6) Pertahankan keadaan tirah baring
Rasional : aktivitas/ stimulasi yang kontinu dapat meningkatkan TIK
7) Cegah terjadinya mengejan saat defikasi
Rasional : manuver valsava dapat meningkatkan TIK dan
memperbesar terjadinya resiko perdarahan
8) Kolaborasi dalam pemberian O2
Rasional : menurunkan hipoksia yang dapat menyebabkan vasodilatasi
serebral dan tekanan meningkat
9) Berikan obat sesuai indikasi
Rasional : pemberian obat yang sesuai dapat meningkatkan proses
penyembuhan dan mempertahankan kestabilan kondisi
15
10) Pantau pemeriksaan laboratorium, endarterektomi, bypass,
mikrovaskuler
Rasional : mungkin bermanfaat untuk mengatasi situasi
1.2.2.5 Gangguan harga diri
Dapat dihubungkan dengan; perubahan biofisik, psikososial, perseptual
kognitif
Batasan karakteristik :
Tampak atau tersembunyi
Menyatakan kekurangan dirinya
Tampak atau tersembunyi
Mengekspresikan rasa malu atau bersalah
Menilai dirinya sebagai individu yang tak mempunyai kesempatan
Menepiskan hal-hal yang positif
Tidak memiliki kemampuan untuk meraih cita-cita
Kurang mampu memecahkan masalah
Menunjukkan tanda-tanda depresi
Mencari pembuktian secara berlebihan
Tubuh tidak normal
Perilaku penyiksaan diri
Ragu-ragu untuk mencoba sesuatu
Mengingkari masalah yang nyata pada orang lain
Melemparkan kesalahan/ tanggungjawab terhadap masalah
Merasa sensitif terhadap kritikan
Intervensi :
1) Kaji luasnya gangguan persepsi dan hubungkan dengan derajat
ketidakmampuannya
Rasional :penentuan faktor-faktor secara individu membantu dalam
mengembangkan perencanaan asuhan
2) Identifikasi arti dari kehilangan/ disfungsi/ perubahan pada pasien
Rasional : kadang-kadang pasien menerima dan mengatasi gangguan
fungsi secara efektif dengan sedikit penanganan
16
3) Anjurkan pasien untuk mengekspresikan perasaannya
Rasional : mendemostrasikan penerimaan/ membantu pasien untuk
mengenal dan mulai memahami perasaannya
4) Catat apakah pasien menunjukkan daerah yang sakit atau mengingkari
daerah tersebut
Rasional : menunjukkan penolakan terhadap bagian tubuh
tertentu/perasaan negatif terhadap citra tubuh dan kemampuan
5) Tekankan keberhasilan yang kecil sekalipun
Rasional : mengkonsolidasi keberhasilan membantu menurunkan
perasaan marah dan ketidakberdayaan dan menimbulkan perasaan
adanya perkembangan
6) Bantu dan dorong kebiasaan berpakaian dan berdandan yang baik
Rasional : membantu meningkatkan rasa harga diri dan kontrol atas
salah satu bagian kehidupan
7) Dorong orang terdekat agar memberi kesempatan melakukan sebanyak
mungkin untuk dirinya sendiri
Rasional : membangun kembali rasa kemandirian dan menerima
kebanggaan diri dan meningkatkan proses rehabilitasi
8) Berikan dukungan terhadap perilaku/ usahanya
Rasional : mengisyaratkan kemungkinan adaptasi untuk mengubahkan
dan memahami tentang peran diri sendiri dalam kehidupan selanjutnya
9) Rujuk pada evaluasi neuropsikologi dan atau konseling sesuai
kebutuhan
Rasional : dapat memudahkan adaptasi terhadap perubahan peran yang
perlu untuk perasaan menjadi orang yang produktif
1.2.3 Evaluasi
Hasil yang diharapkan :
1) Fungsi serebral membaik/ meningkat, penurunan fungsi neurologis
dapat diminimalkan/ dapat distabilkan
2) Komplikasi dapat dicegah atau diminimalkan
(1) Tidak terjadi kontraktur sendi
17
(2) Tidak terjadi atrofi otot
(3) Tidak terjadi ulkus dekubitus
(4) Tidak terjadi pneumoni dan komplikasi lain
3) Kebutuhan pasien sehari-hari dapat dipenuhi oleh pasien sendiri atau
dengan bantuan minimal dari orang lain
4) Mampu melakukan koping dengan cara yang positif, perencanaan
untuk masa depan
5) Proses dan prognosis penyakit dan pengobatannya dapat dipahami
18
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall (2000). Diagnosa Keperawatan Edisi 6. EGC. Jakarta
Corwin, Elisabeth.J (1991). Ilmu Penyakit Saraf. EGC. Jakarta
DEPKES RI (1996). Pedoman Penyakit Persarafan. DEPKES RI. Jakarta
Doengoes, Marilynn (2000). Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. EGC. Jakarta
Price, Sylvia.A (1995). Pathofisiologi Konsep Klinik Proses-proses Penyakit. EGC. Jakarta
19