cva trombo print
DESCRIPTION
cva trombo , stroke tromboTRANSCRIPT
LAPORAN PENDAHULUAN
CEREBRO VASCULAR ACCIDENT (CVA) TROMBOSIS
A. Definisi
Stroke (CVA) atau penyakit serebrovaskular mengacu kepada setiap gangguan
neurologi mendadak yang terjadi akibat pembatasan atau terhentinya aliran darah melalui
sistem suplai arteri otak sehingga terjadi gangguan peredaran darah otak yang
menyebabkan terjadinya kematian otak sehingga mengakibatkan seseorang menderita
kelumpuhan atau kematian (Fransisca, 2008; Price & Wilson, 2006). Stroke trombotik
yaitu stroke yang disebabkan karena adanya penyumbatan lumen pembuluh darah otak
karena trombus yang makin lama makin menebal, sehingga aliran darah menjadi tidak
lancar. Penurunan aliran darah ini menyebabkan iskemik.
Stroke thrombosis dapat mengenai pembuluh darah besar termasuk sistem arteri
carotis atau pembuluh darah kecil termasuk percabangan sirkulus wilis dan sirkulasi
posterior. Tempat yang umum terjadi thrombosis adalah titik percabangan arteri serebral
khususnya distribusi arteri carotis interna.
B. Klasifikasi CVA secara umum
Stroke dapat digolongkan sesuai dengan etiologi atau dasar perjalanan penyakit.
Sesuai dengan perjalanan penyakit ,stroke dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :
1. Serangan iskemik sepintas (TIA : Transient Ischemic Attact) : merupakan
gangguan neurologis fokal yang timbul mendadak dan menghilang dalam
beberapa menit sampai beberapa jam.
2. Progresif/inevolution (stroke yang sedang berkembang) : perjalanan stroke
berlangsung perlahan meskipun akut. Stroke dimana defisit neurologisnya terus
bertambah berat.
1
3. Stroke lengkap/completed : gangguan neurologis maksimal sejak awal
serangan dengan sedikit perbaikan. Stroke dimana defisit neurologisnya pada
saat onset lebih berat, bias kemudian membaik/menetap
Klasifikasi berdasarkan patologi:
1. Stroke hemoragi : stroke yang terjadi karena pembuluh darah di otak pecah
sehingga timbul iskhemik dan hipoksia di hilir. Penyebab stroke hemoragi
antara lain: hipertensi, pecahnya aneurisma, malformasi arteri venosa.
2. Stroke non hemoragi : stroke yang disebabkan embolus dan thrombus.
C. Etiologi
Thrombosis biasanya terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau bangun tidur.
Hal ini dapat terjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan penurunan tekanan darah
yang dapat menyebabkan iskemi serebral.Tanda dan gejala neurologis seringkali
memburuk pada 48 jam setetah thrombosis.Beberapa keadaan yang menyebabkan
trombosis otak:
1. Atherosklerosis
Atherosklerosis adalah mengerasnya pembuluh darah serta berkurangnya kelenturan
atau elastisitas dinding pembuluh darah. Manifestasi klinis atherosklerosis bermacam-
macam. Kerusakan dapat terjadi melalui mekanisme berikut :
Lumen arteri menyempit dan mengakibatkan berkurangnya aliran darah.
Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadi thrombosis.
Merupakan tempat terbentuknya thrombus, kemudian melepaskan kepingan
thrombus (embolus)
Dinding arteri menjadi lemah dan terjadi aneurisma kemudian robek dan terjadi
perdarahan.
2. Hypercoagulasi pada polysitemia
Darah bertambah kental , peningkatan viskositas /hematokrit meningkat dapat
melambatkan aliran darah serebral.
3. Arteritis( radang pada arteri )
D. Faktor Resiko
Stroke dapat dicegah dengan memanipulasi faktor-faktor risikonya. Faktor risiko
stroke ada yang tidak dapat diubah, tetapi ada yang dapat dimodifikasi dengan perubahan
gaya hidup atau secara medic. Menurut Sacco 1997, Goldstein 2001, faktor-faktor risiko
pada stroke adalah :
1. Hipertensi
Hipertensi merupakan faktor resiko mayor yang dapat diobati. Insidensi stroke
bertambah dengan meningkatnya tekanan darah dan berkurang bila tekanan darah
2
dapat dipertahankan di bawah 140/90 mmHg, baik pada stroke iskemik, perdarahan
intrakranial maupun perdarahan subarachnoid.
2. Penyakit jantung
Meliputi penyakit jantung koroner, kongestif, hipertrofi ventrikel kiri, aritmia jantung
dan atrium fibrilasi merupakan faktor risiko stroke.
3. Diabetes mellitus
Diabetes mellitus adalah faktor risiko stroke iskemik. Resiko pada wanita lebih besar
daripada pria. Bila disertai hipertensi, risiko menjadi lebih besar.
4. Viskositas darah
Meningkatnya viskositas darah baik karena meningkatnya hematokrit maupun
fibrinogen akan meningkatkan risiko stroke.
5. Pernah stroke sebelumnya atau TIA (Trancient Ischemic Attack)
50% stroke terjadi pada penderita yang sebelumnya pernah stroke atau TIA.
Beberapa laporan menyatakan bahwa 1/3 penderita TIA kemungkinan akan
mengalami TIA ulang, 1/3 tanpa gejala lanjutan dan 1/3 akan mengalami stroke.
6. Peningkatan kadar lemak darah
Ada hubungan positif antara meningkatnya kadar lipid plasma dan lipoprotein dengan
aterosklerosis serebrovaskular; ada hubungan positif antara kadar kolesterol total dan
trigliserida dengan risiko stroke; dan ada hubungan negatif antara menigkatnya HDL
dengan risiko stroke.
7. Merokok
Risiko stroke meningkat sebanding dengan banyaknya jumlah rokok yang dihisap per
hari.
8. Obesitas
Sering berhubungan dengan hipertensi dan gangguan toleransi glukosa. Obesitas
tanpa hipertensi dan DM bukan merupakan faktor risiko stroke yang bermakna.
9. Kurangnya aktivitas fisik/olahraga
Aktivitas fisik yang kurang memudahkan terjadinya penimbunan lemak. Timbunan
lemak yang berlebihan akan menyebabkan resistensi insulin sehingga akan menjadi
diabetes dan disfungsi endote.
10. Usia tua
Usia berpengaruh pada elastisitas pembuluh darah. Makin tua usia, pembuluh darah
makin tidak elastis. Apabila pembuluh darah kehilangan elastisitasnya, akan lebih
mudah mengalami aterosklerosis.
11. Jenis kelamin (pria > wanita)
12. Ras (kulit hitam > kulit putih)
E. Patofisiologi
3
Trombosis diawali dengan adanya kerusakan endotel, sehingga tampak jaringan
kolagen di bawahnya. Proses trombosis terjadi akibat adanya interaksi antara trombosit
dan dinding pembuluh darah, adanya kerusakan endotel pembuluh darah. Endotel
pembuluh darah yang normal bersifat antitrombosis karena adanya glikoprotein dan
proteoglikan yang melapisi sel endotel dan adanya prostasiklin (PGI2) pada endotel yang
bersifat vasodilator dan inhibisi platelet agregasi. Pada endotel yang mengalami
kerusakan, darah akan berhubungan dengan serat-serat kolagen pembuluh darah,
kemudian merangsang trombosit dan agregasi trombosit dan merangsang trombosit
mengeluarkan zat-zat yang terdapat di dalam granula-granula di dalam trombosit dan zat-
zat yang berasal dari makrofag yang mengandung lemak. Akibat adanya reseptor pada
trombosit menyebabkan perlekatan trombosit dengan jaringan kolagen pembuluh darah
Infark serbral adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di otak. Luasnya
infark bergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan besarnya pembuluh darah dan
adekuatnya sirkulasi kolateral terhadap area yang disuplai oleh pembuluh darah yang
tersumbat. Suplai darah ke otak dapat berubah (makin lambat atau cepat) pada gangguan
lokal (thrombus, emboli, perdarahan dan spasme vaskuler) atau oleh karena gangguan
umum (hipoksia karena gangguan paru dan jantung). Atherosklerotik sering/cenderung
sebagai faktor penting terhadap otak, thrombus dapat berasal dari flak arterosklerotik ,
atau darah dapat beku pada area yang stenosis, dimana aliran darah akan lambat atau
terjadi turbulensi. Thrombus dapat pecah dari dinding pembuluh darah terbawa sebagai
emboli dalam aliran darah.
Thrombus mengakibatkan ;
1. Iskemia jaringan otak yang disuplai oleh pembuluh darah yang bersangkutan.
2. Edema dan kongesti disekitar area
Area edema ini menyebabkan disfungsi yang lebih besar daripada area infark itu
sendiri. Edema dapat berkurang dalam beberapa jam atau kadang-kadang sesudah
beberapa hari. Dengan berkurangnya edema pasien mulai menunjukan
perbaikan,CVA. Karena thrombosis biasanya tidak fatal, jika tidak terjadi perdarahan
masif. Oklusi pada pembuluh darah serebral oleh embolus menyebabkan edema dan
nekrosis diikuti thrombosis. Jika terjadi septik infeksi akan meluas pada dinding
pembukluh darah maka akan terjadi abses atau ensefalitis , atau jika sisa infeksi
berada pada pembuluh darah yang tersumbat menyebabkan dilatasi aneurisma
pembuluh darah. Hal iniakan me yebabkan perdarahan cerebral, jika aneurisma
pecah atau ruptur. Perdarahan pada otak lebih disebabkan oleh ruptur arteriosklerotik
dan hipertensi pembuluh darah.. Perdarahanintraserebral yang sangat luas akan
menyebabkan kematian dibandingkan dari keseluruhan penyakit cerebro vaskuler.
Jika sirkulasi serebral terhambat, dapat berkembang anoksia cerebral. Perubahan
disebabkan oleh anoksia serebral dapat reversibel untuk jangka waktu 4-6 menit.
4
Perubahan irreversibel bila anoksia lebih dari 10 menit. Anoksia serebral dapat terjadi
oleh karena gangguan yang bervariasi salah satunya cardiac arrest.
5
F. Manifestasi Klinis
Stroke iskemik merupakan penyakit yang progresif dengan berbagai macam
tampilan klinis, dari yang ringan hingga yang berat. Gambaran klinis stroke iskemik dapat
berupa kelemahan anggota tubuh (jarang pada kedua sisi), hiperrefleksia anggota tubuh,
kelemahan otot-otot wajah, dysarthria, dysfagia, peningkatan reflex muntah, diplopia,
nystagmus, kelemahan otot mata, dan penurunan kesadaran.
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan radiologis
a) CT-Scan
Pada kasus stroke, CT-Scan dapat menentukan dan memisahkan antara jaringan
otak yang infark dan daerah penumbra. Selain itu, alat ini bagus juga untuk menilai
kalsifikasi jaringan. Berdasarkan beberapa studi terakhir, CT-Scan dapat
mendeteksi lebih dari 90% kasus stroke iskemik, dan menjadi baku emas dalam
diagnosis stroke.
b) Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Secara umum lebih sensitif dibandingkan CT-Scan. MRI juga dapat digunakan
pada kompresi spinal. Kelemahan alat ini adalah tidak dapat mendeteksi adanya
emboli paru, udara bebas dalam peritoneum dan fraktur. Kelemahan lainnya
adalah prosedur pemeriksaan yang lebih rumit dan lebih lama, hanya sedikit sekali
rumah sakit yang mempunyai, harga pemeriksaan yang sangat mahal serta tidak
dapat dipakai pada pasien yang memakai alat pacemaker jantung dan alat bantu
pendengaran.
2. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada stroke akut meliputi beberapa
parameter yaitu hematologi lengkap, kadar gula darah, elektrolit, ureum, kreatinin, profil
lipid, enzim jantung, analisis gas darah, protrombin time (PT) dan activated
thromboplastin time (aPTT), kadar fibrinogen serta D-dimer. Polisitemia vera dan
trombositemia esensial merupakan kelainan darah yang dapat menyebabkan stroke.
Polisitemia, nilai hematokrit yang tinggi menyebabkan hiperviskositas dan
mempengaruhi darah otak. Trombositemia meningkatkan kemungkinan terjadinya
agregasi dan terbentuknya trombus. Kadar glukosa darah untuk mendeteksi adanya
hipoglikemia dan hiperglikemia dimana dapat dijumpai gejala neurologis. Pemeriksaan
elektrolit bertujuan mendeteksi gangguan natrium, kalium, kalsium, fosfat dan
magnesium yang semuanya dapat menyebabkan depresi susunan saraf pusat. Analisis
gas darah perlu dilakukan untuk mendeteksi penyebab metabolik, hipoksia dan
hiperkapnia. Profil lipid dan enzim jantung untuk menilai faktor resiko stroke. PT dan
aPTT untuk menilai aktivitas koagulasi serta monitoring terapi. Sedangkan D-dimer
diperiksa untuk mengetahui aktivitas fibrinolisis.
6
H. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
Untuk mengobati keadaan akut perlu diperhatikan faktor-faktor kritis sebagai berikut:
a. Berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan:
Mempertahankan saluran napas yang paten, yaitu sering lakukan
penghisapan lendir, oksigenasi, kalau perlu lakukan trakeostomi, membantu
pernapasan.
Mengontrol tekanan darah berdasarkan kondisi klien, termasuk usaha
memperbaiki hipertensi dan hipotensi.
b. Berusaha menemukan dan memperbaiki aritmia jantung
c. Merawat kandung kemih, serta sedapat mungkin jangan memakai kateter
d. Menempatkan klien pada posisi yang tepat, harus dilakukan secepat mungkin.
Posisi klien harus diubah setiap 2 jam dan dilakukan latihan-latihan gerak pasif.
2. Pengobatan Konservatif
a. Vasodilator meningkatkan aliran darah serebri (ADS) secara percobaan, tetapi
maknanya pada tubuh manusia belum dapat dibuktikan
b. Dapat diberikan histamine, aminophilin, asetazolamid, papaverin intraarterial
c. Medikasi antitrombosit dapat diresepkan karena trombosit memainkan peran
sangat penting dalam pembentukan thrombus dan embolisasi.
d. Antikoagulan dapat diresepkan untuk mencegah terjadinya atau memberatnya
thrombosis atau embolisasi dari tempat lain dalam sistem kardiovaskular.
3. Pengobatan Pembedahan
a. Endosterektomi karotis membentuk kembali arteri karotis yaitu dengan membuka
arteri karotis di leher.
b. Revaskularisasi terutama merupakan tindakan pembedahan dan manfaatnya
paling dirasakan oleh pasien TIA.
c. Evaluasi bekuan darah dilakukan pada stroke akut.
d. Ligasi arteri karotis komunis di leher khusunya pada aneurisma.
I. Komplikasi
Setelah mengalami stroke klien mungkin akan mengalami komplikasi, komplikasi ini dapat
dikelompokkan berdasarkan:
1. Dalam hal immobilisasi: infeksi pernapasan, nyeri tekan, konstipasi, dan tromboflebitis
2. Dalam hal paralisis: nyeri pada daerah punggung, dislokasi sendi, deformitas, dan
terjatuh
3. Dalam hal kerusakan otak: epilepsy dan sakit kepala
4. Hidrosefalus
7
J. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan perfusi ventilasi dan perubahan
membran alveolar-kapiler
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral b.d peningkatan TIK
3. Gangguan mobilitas fisik b.d gangguan neurovascular
4. Gangguan komunikasi verbal b.d gangguan sirkulasi serebral
5. Defisit perawatan diri b.d paralisis, hemiparesis, quadriplegia
6. Resiko penurunan curah jantung b.d kerusakan pada jaringan otak
7. Kurangnya pengetahuan tentang perawatan stroke b.d kurangnya informasi mengenai
pencegahan, perawatan, dan pengobatan stroke di rumah
8. Resiko cedera b.d paralisis
9. Resiko aspirasi b.d kehilangan kemampuan untuk menelan
Ditandai dengan:
10. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d ketidakmampuann menelan
sekunder dari paralisis.
Ditandai dengan:
11. Gangguan proses pikir b.d gangguan aliran darah serebral, gangguan sensasi, dan
kegagalan interpretasi terhadap rangsangan lingkungan.
8
K. Intervensi Keperawatan
No Dx Tgl/ jamTujuan
Kriteria hasilIntervensi Rasional
1 Setelah dilakukan intervensi
selama 1x24 jam, gangguan
pertukaran gas teratasi dengan
kriteria:
1 Klien akan merasa nyaman
2 Klien mengatakan sesak
berkurang dan dapat
membandingkan dengan
keadaan sesak pada saat
serangan pada waktu yang
berbeda
3 TD dalam batas normal
18-44 tahun: 140/90 mmHg
45-64 tahun: 150/95 mmHg
≥65 tahun : 160/95 mmHg
1.1 Istirahatkan klien dalam posisi
semifowler
1.1 Pertahankan oksigenasi NRM 8-10 lpm
3.1 Observasi TTV tiap jam untuk
melindungi respon klien
Posisi semilowler membantu dalam ekspansi otot-otot
pernapasan dengan pengaruh gravitasi
Oksigen sangat penting untuk reaksi yang memelihara
suplai ATP. Kekurangan oksigen pada jaringan akan
menyebabkan lintasan metabolism yang normal dengan
akibat terbntuknya asam laktat (asidosis metabolic) ini
akan bersama dengan asidosis respirtorik akan
menghentikan metabolisme. Regenerasi ATP akan
berhenti sehingga tidak ada lagi sumber energy yang
terisi dan terjadi kematian.
Normalnya tekanan darah akan sama pada berbagai
posisi. Nadi menandakan tekanan dinding arteri. Nadi >
50x/menit menunjukkan penurunan elastisitas arteri,
yang akan menyebabkan berkurangnya aliran darah
arteri dan transport oksigen. Tekanan nadi <30x/menit
9
Nadi dalam batas normal
Remaja: 50-110x/menit
Dewasa: 70-82x/menit
4 AGD dalam batas normal
pH: 7,35-7,45
CO2: 20-26mEq (bayi), 26-28
mEq (dewasa)
PO2 (PaO2) 80-110 mmHg
PCO2 (PaCO2) 35-45 mmHg
Sa O2: 95-97%
4.1 Kolaborasi pemeriksaan AGD
menandakan insufisiensi sirkulasi volume darah, yang
mengakibatkan kekurangan oksigen ringan. Suhu aksila
normalnya 36,70C
Suhu tubuh abnormal disebabkan oleh mekanisme
pertahanan tubuh yang menandakan tubuh kehilangan
daya tahan atau mekanisme pengaturan suhu tubuh
yang buruk
Sesak nafas merupakan suatu bukti bahwa tubuh
melakukan mekanisme kompensasi guna mencoba
membawa oksigen lebih banyak ke jaringan. Sesak
napas pada penyakit paru dan jantung mengkhawatirkan
karena dapat timbul hipoksia
2. Setelah dilakukan intervensi
keperawatan, klien tidak
menunjukkan peningkaatan TIK,
dengan kriteria:
1. Klien akan mengatakan tidak
sakit kepala dan merasa
nyaman
1.1 Ubah posisi klien secara bertahap
Klien dengan paraplegia berisiko mengalami luka tekan
(dekubitus). Perubahan posisi setiap 2 jam dan
melindungi respon klien dapat mencegah teterjadinya
10
2. Mencegah cedera
4.1 Atur posisi klien bedrest
4.2 Jaga susasana tenang
4.3 Kurangi cahaya ruangan
4.4 Tinggikan kepala
luka tekan akibat tekanan yang lama karena jaringan
tersebut akan kekurangan nutrisi dan oksigen yang
dibawa oleg darah
Bedrest bertujuan mengurangi kerja fisik, beban kerja
jantung, mengatasi keadaan high output yang
disebabkan oleh tiroksin, anemia, beri-beri, dll,
mengatasi keadaan yang dapat menyebabkan demam,
takikardi, memperbaiki shunt arterioventrikular, fistula
AV, paten duktus arterioles, dan yang merupakan beban
kerja jantung.
Suasana terang akan memberikan rasa nyaman pada
klien dan mencegah ketegangan
Cahaya merupakan salah satu rangsangan yang
beresiko terhadap TIK
Membantu drainase vena untuk mengurangi kongesti
serebrovaskuler
Rangsangan oral resiko terjadi peningkatan TIK
11
4.5 Hindarkan rangsangan oral
4.6 Angkat kepala dengan hati-hati
4.7 Awasi kecepatan tetesan cairan infus
4.8 Berikan makanan menggunakan sonde
sesuai jadwal
4.9 Pasang pagar tempat tidur
4.10 Hindari prosedur non-esensial yang
berulang
4.11 Pantau tanda dan gejala peningkatan
TIK dengan cara
* kaji respon membuka mata
4= spontan
3= dengan perintah
2= dengan nyeri
Tindakan yang beresiko terhadap peningkatan TIK
Mencegah resiko ketidakseimbangan cairan
Mencegah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh dan mempercepat proses
penyembuhan
Mencegah resiko cedera cedera jatuh dari tempat tidur
akibat tidak sadar
Meminimalkan peningkatan TIK
Fungsi kortikal dapat dikaji dengan mengevaluasi
pembukaan mata dan respon motorik. Tidak ada respon
menunjukkan kerusakan mesenfalon.
12
3. Pupil membaik
4. TTV normal, GCS normal
1= tidak berespon
* kaji respon verbal
5= bicara normal
4= kalimat tidak mengandung arti
3= hanya kata-kata saja
2= hanya bersuara saja
1= tidak ada suara
* kaji respon motorik
6= dapat melakukan semua perintah
5= melokalisasi nyeri
4= menghindari nyeri
3= fleksi
2= ekstensi
1= tidak berespon
3.1 Kaji respon pupil: pergerakan mata
konjugasi diatur oleh saraf bagian
korteks dan batang otak
3.2 Periksa pipil dengan penlight
Perubahan pupil menunjukkan tekanan pada saraf
okulomotorius atau optikus
Saraf cranial VI atau saraf berhubungan dengan
abdusen, mengatur dan berhubungan dengan abduksi
mata. Saraf cranial V atau saraf trigeminus juga
mengatur pergerakan mata
Perubahan tanda vital menandakan peningkatan TIK.
Perubahan nadi dapat menunjukkan tekanan batang
otak, pada awalnya melambat kemudian meningkat
untuk mengkompensasi hipoksia. Pola pernapasan
13
4.1 Kaji perubahan TTV
4.2 Catat muntah, sakit kepala (konstan,
letargi), gelisah, pernapasan yang kuat,
gerakan yang tidak bertujuan, dan
perubahan fungsi
beragam melindungi gangguan pada berbagai lokasi.
Pernapasan chyne-stoke (meningkat bertahap,
peningkatan periode apnea) menunjukkan kerusakan
kedua henisfer serebri, mesenfalon, dan pons atas.
Pernapasan ataksia (tidak teratur dengan pernapasan
dalam dan dangkal) menandakan disfungsi pada
medular. Ketidakteraturan pernapasan: frekuensi
melambat, dengan pemanjangan periode apnea
meningkatnya TD, dan pelebaran tekanan nadi
merupakan tanda awal yang menunjukkan hipoksia.
Muntah akibat dari tekanan pada medulla. Perubahan
yang jelas (contoh letargi, gelisah, pernapasan yang
kuat, gerakan yang tak bertujuan dan perubahan fungsi
mental). Kompensasi pergerakan saraf, peningkatan
TIK, dan nyeri. Perubahan ini merupakan indikasi awal
perubahan TIK merangsang pusat muntah di otak dan
mengejan, yang dapat menyebabkan maneuver valsava.
14
L. Daftar Pustaka
Adib, M. 2009. Cara Mudah Memahami & Menghindari Hipertensi, Jantung, dan Stroke.
Dianloka Pustaka: Yogyakarta
Batticaca, Fransisca B. 2008. Asuhan Keperawatab pada Klien dengan Gangguan Sistem
Persyarafan. Salemba Medika: Jakarta
Corwin, Elisabeth J. 2001. Buku Saku Patofisiologi. EGC: Jakarta
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem
Persyarafan. Salemba Medika: Jakarta
Price & Wilson. 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. EGC: Jakarta
Potter & Perry. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik
Edisi 4. EGC: Jakarta
Smeltzer & Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC: Jakarta
Latihan ROM Range of motionPengertian Tingkat kesempurnaan kemampuan menggerakkan persendian secara normal dan lengkap,meliputi kegiatan sendi secara rutin dan efektif.Tujuan1. Mencegah kontraktur
2. Meningkatkan tonus, massa, dan kekuatan otot
3. Melancarkan sirkulasi perifer
Prosedur1. Latihan Pasif Anggota Gerak Atasa. Gerakan menekuk dan meluruskan sendi bahu :o Tangan satu penolong memegang siku, tangan lainnya memengang lengan.o Luruskan siku naikan dan turunkan legan dengan siku tetap lurusb. Gerakan menekuk dan meluruskan siku :
Pegang lengan atas dengan tangan satu, tangan lainnya menekuk dan meluruskan siku
c. Gerakan memutar pergelangan tangan :o Pegang lengan bawah dengan tangan satu, tangan yang lainnya menggenggam
telapak tangan pasieno Putar pergelangan tangan pasien ke arah luar (terlentang) dan ke arah dalam
(telungkup)d. Gerakan menekuk dan meluruskan pergelangan tangan:o Pegang lengan bawah dengan tangan satu, tangan lainnya memegang pergelangan
tangan pasieno Tekuk pergelangan tangan ke atas dan ke bawahe. Gerakan memutar ibu jari:
Pengang telapak tangan dan keempat jari dengan tangan satu, tangan lainnya memutar ibu jari tangan
f. Gerakan menekuk dan meluruskan jari-jari tanganPegang pergelangan tangan dengan tangan satu, tangan yang lainnya menekuk dan meluruskan jari-jari tangan
2. Latihan pasif anggota gerak bawah
15
o Gerakan menekuk dan meluruskan pangkal pahao Pegang lutut dengan tangan satu, tangan lainnya memegang tungkaio Naikkan dan turunkan kaki dengan lutut yang lurus3. Latihan aktif anggota gerak atas dan bawaha. Latihan Io Angkat tangan yang kontraktur menggunakan tangan yang sehat ke ataso Letakan kedua tangan diatas kepalao Kembalikan tangan ke posisi semulab. Latihan IIo Angkat tangan yang kontraktur melewati dada ke arah tangan yang sehato Kembalikan ke posisi semulac. Latihan IIIo Angkat tangan yang lemah menggunakan tangan yang sehat ke ataso Kembalikan ke posisi semulad. Latihan IVo Tekuk siku yang kontraktur mengunakan tangan yang sehato Luruskan siku kemudian angkat ketaso Letakan kembali tangan yang kontraktur ditempat tidur.e. Latihan Vo Pegang pergelangan tangan yang kontraktur mengunakan tangan yang sehat
angkat keatas dadao Putar pengelangan tangan ke arah dalam dan ke arah luarf. Latihan VIo Tekuk jari-jari yang kontraktur dengan tangan yang sehat kemudian luruskano Putar ibu jari yang lemah mengunakan tangan yang sehatg. Latihan VIIo Letakan kaki yang seht dibawah yang kontrakturo Turunkan kaki yang sehat sehingga punggung kaki yang sehat dibawah
pergelangan kaki yang kontrakturo Angkat kedua kaki ke atas dengan bantuan kaki yang sehat, kemudian turunkan
pelan-pelan.h. Latihan VIIIo Angkat kaki yang kontraktur mengunakan kaki yang sehat ke atas sekitar 3 cmo Ayunkan kedua kaki sejauh mungkin kearah satu sisi kemudian ke sisi yang satunya
lagio Kembali ke posisi semula dan ulang sekali lagii. Latihan IXo Anjurkan pasien untuk menekuk lututnya, bantu pegang pada lutut yang kontraktur
dengan tangan Satuo Dengan tangan lainnya penolong memegang pingang pasieno Anjurkan pasien untuk memegang bokongnyao Kembali keposisi semula dan ulangi sekali lagi
PATOFISIOLOGI
1. Trombosis (penyakit trombo - oklusif) merupakan penyebab stroke yang paling
sering. Arteriosclerosis selebral dan perlambatan sirkulasi selebral adalah
penyebab utama trombosis selebral, yang adalah penyebab umum dari stroke.
Tanda-tanda trombosis selebral bervariasi. Sakit kepala adalah awitan yang tidak
umum. Beberapa pasien mengalami pusing, perubahan kognitif atau kejang dan
beberapa awitan umum lainnya. Secara umum trombosis selebral tidak terjadi
secara tiba-tiba, dan kehilangan bicara sementara, hemiplegia atau parestesia
16
pada setengah tubuh dapat mendahului awitan paralysis berat pada beberapa jam
atau hari.
2. Trombosis terjadi biasanya ada kaitannya dengan kerusakan local dinding
pembuluh darah akibat atrosklerosis. Proses aterosklerosis ditandai oleh plak
berlemak pada pada lapisan intima arteria besar. Bagian intima arteria sereberi
menjadi tipis dan berserabut , sedangkan sel – sel ototnya menghilang. Lamina
elastika interna robek dan berjumbai, sehingga lumen pembuluh sebagian terisi
oleh materi sklerotik tersebut. Plak cenderung terbentuk pada percabangan atau
tempat – tempat yang melengkung. Trombi juga dikaitkan dengan tempat – tempat
khusus tersebut. Pembuluh – pembuluh darah yang mempunyai resiko dalam
urutan yang makin jarang adalah sebagai berikut : arteria karotis interna, vertebralis
bagian atas dan basilaris bawah. Hilangnya intima akan membuat jaringan ikat
terpapar. Trombosit menempel pada permukaan yang terbuka sehingga permukaan
dinding pembuluh darah menjadi kasar. Trombosit akan melepasakan enzim,
adenosin difosfat yang mengawali mekanisme koagulasi. Sumbat fibrinotrombosit
dapat terlepas dan membentuk emboli, atau dapat tetap tinggal di tempat dan
akhirnya seluruh arteria itu akan tersumbat dengan sempurna.
3. Embolisme : embolisme sereberi termasuk urutan kedua dari berbagai penyebab
utama stroke. Penderita embolisme biasanya lebih muda dibanding dengan
penderita trombosis. Kebanyakan emboli sereberi berasal dari suatu trombus dalam
jantung, sehingga masalah yang dihadapi sebenarnya adalah perwujudan dari
penyakit jantung. Meskipun lebih jarang terjadi, embolus juga mungkin berasal dari
plak ateromatosa sinus karotikus atau arteria karotis interna. Setiap bagian otak
dapat mengalami embolisme, tetapi embolus biasanya embolus akan menyumbat
bagian – bagian yang sempit.. tempat yang paling sering terserang embolus
sereberi adalah arteria sereberi media, terutama bagian atas.
4. Perdarahan serebri : perdarahan serebri termasuk urutan ketiga dari semua
penyebab utama kasus GPDO (Gangguan Pembuluh Darah Otak) dan merupakan
sepersepuluh dari semua kasus penyakit ini. Perdarahan intrakranial biasanya
disebabkan oleh ruptura arteri serebri. Ekstravasasi darah terjadi di daerah otak
dan /atau subaraknoid, sehingga jaringan yang terletak di dekatnya akan tergeser
dan tertekan. Darah ini sangat mengiritasi jaringan otak, sehingga mengakibatkan
vasospasme pada arteria di sekitar perdarahan. Spasme ini dapat menyebar ke
seluruh hemisper otak dan sirkulus wilisi. Bekuan darah yang semula lunak
menyerupai selai merah akhirnya akan larut dan mengecil. Dipandang dari sudut
histologis otak yang terletak di sekitar tempat bekuan dapat membengkak dan
mengalami nekrosis. Karena kerja enzim – enzim akan terjadi proses pencairan,
sehingga terbentuk suatu rongga. Sesudah beberapa bulan semua jaringan
nekrotik akan terganti oleh astrosit dan kapiler – kapiler baru sehingga terbentuk
17
jalinan di sekitar rongga tadi. Akhirnya rongga terisi oleh serabut – serabut astroglia
yang mengalami proliferasi. Perdarahan subaraknoid sering dikaitkan dengan
pecahnya suatu aneurisme. Kebanyakan aneurisme mengenai sirkulus wilisi.
Hipertensi atau gangguan perdarahan mempermudah kemungkinan ruptur. Sering
terdapat lebih dari satu aneurisme.
18