d0213066.docx · web viewpada umumnya masyarakat jawa sangat menjunjung tinggi nilai-nilai dan...

25
JURNAL MITOS DAN KOMUNIKASI (Studi Tentang Mitos Pernikahan dan Proses Penyampaian Pesan Pada Masyarakat Desa Matesih, Kecamatan Matesih, Kabupaten Karanganyar) Oleh: NINDYA MAHARDIKAWATI D0213066 PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI 1

Upload: nguyendan

Post on 28-Apr-2018

225 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: D0213066.docx · Web viewPada umumnya masyarakat Jawa sangat menjunjung tinggi nilai-nilai dan norma-norma dalam kehidupan bermasyarakat untuk mencari keseimbangan dalam tatanan kehidupan

JURNAL

MITOS DAN KOMUNIKASI

(Studi Tentang Mitos Pernikahan dan Proses Penyampaian Pesan Pada

Masyarakat Desa Matesih, Kecamatan Matesih,

Kabupaten Karanganyar)

Oleh:

NINDYA MAHARDIKAWATI

D0213066

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2017

1

Page 2: D0213066.docx · Web viewPada umumnya masyarakat Jawa sangat menjunjung tinggi nilai-nilai dan norma-norma dalam kehidupan bermasyarakat untuk mencari keseimbangan dalam tatanan kehidupan

MITOS DAN KOMUNIKASI

(Studi Tentang Mitos Pernikahan dan Proses Penyampaian Pesan Pada

Masyarakat Desa Matesih, Kecamatan Matesih,

Kabupaten Karanganyar)

Nindya MahardikawatiPawito

Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu PolitikUniversitas Sebelas Maret Surakarta

Abstract

This research aimed: (1) to find out the types of wedding myth existing among Matesih villagers of Karanganyar Regency, and (2) to describe the communication process of delivering message in wedding myth among Matesih villagers of Karanganyar Regency.

The method employed was qualitative research with case study; the data was collected through in-depth interview with 14 informants coming from diverse backgrounds including cultural observer, local government and community.

The results of research were as follows. (1) The wedding myths existing in Matesih village were langkah wuwung satu, nyebrang kali samin, melewati gunung malang atau ratan buntu, barat jalan dengan timur jalan. (2) The communication process of delivering message in wedding myth among Matesih villagers of Karanganyar Regency was as follows: (a) Communicator serving as the one delivering the message of wedding myth was cultural observer or the elders in Matesih village, (b) the content of wedding mythic message included information and advice for descendant, (c) language serving as the medium of delivering wedding mythical message was primary medium in verbal communication; (d) communication as the receiver of wedding mythical message included adult and adolescents, and (c) the effect of wedding mythical message delivery was that some people believed and implemented the myth but some others declined it, thereby breaking the wedding myth.

Keywords: Wedding Myth, Message, Communication Process

2

Page 3: D0213066.docx · Web viewPada umumnya masyarakat Jawa sangat menjunjung tinggi nilai-nilai dan norma-norma dalam kehidupan bermasyarakat untuk mencari keseimbangan dalam tatanan kehidupan

Pendahuluan

Manusia pada hakekatnya adalah makhluk yang hidup dalam masyarakat

dengan nilai-nilai kebudayaan tertentu yang dimiliki. Segala bentuk kegiatan

manusia selalu terbingkai oleh nilai-nilai budaya yang ada. Setiap masyarakat dan

kebudayaan dalam hal ini bukan hanya sebagai sebuah sistem tetapi juga proses di

dalam mana manusia menjalani kehidupan bersama dengan orang lain dalam

masyarakat. Salah satu aspek dari kebudayaan adalah sistem-sistem kepercayaan

termasuk mitos.

Coleman (dalam Irmawati, 2007: 42) menjelaskan bahwa mitos dapat

berarti suatu kata, cerita, pembicaraan dan sebagainya. Biasanya cerita yang

dimaksud bergulir secara lisan dari satu orang ke orang lain, dari generasi ke

generasi, berkisah mengenai pahlawan, tentang dewa-dewa atau pun berkaitan

dengan ide penciptaan. Beberapa dari mitos terekam dalam catatan tertulis

sehingga dapat diketahui hingga saat ini.

Menurut Barthes (2006: 87) mitos merupakan sistem komunikasi, bahwa

mitos adalah sebuah pesan. Oleh sebab itu, mitos tidak bisa dibatasi hanya wicara

lisan saja. Pesan dapat terdiri dari berbagai bentuk tulisan atau representasi. Bukan

hanya dalam bentuk wacana tertulis, berbentuk fotografi, sinema, reportase,

olahraga, pertunjukkan, publikasi, yang semuanya dapat berfungsi sebagai

pendukung wicara mistis. Dijelaskan oleh Mulyana (2014: 49) menjelaskan

bahwa pesan adalah apa yang harus sampai dari sumber ke penerima bila sumber

bermaksud mempengaruhi penerima. Di dalam proses komunikasi, pesan dapat

diartikan sebagai informasi atau sesuatu yang disampaikan pengirim (sumber atau

komunikator) kepada penerima (komunikan).

Halik (2013: 9) menjelaskan bahwa pesan dalam tindakan komunikasi

merupakan tanda-tanda yang mengandung makna. Dalam tanda-tanda tersebut

terbungkus ide, gagasan, perasaan, atau maksud-maksud tertentu dari partisipan

komunikasinya. Pesan dalam bentuk tanda-tanda tersebut dikategorikan dalam

indeks, ikon, dan simbol. Bahasa merupakan salah satu jenis tanda yang termasuk

dalam golongan simbol. Bahasa sebagai lambang pesan paling banyak digunakan

dalam komunikasi antarmanusia. Bahasa sebagai lambang verbal dapat berupa

1

Page 4: D0213066.docx · Web viewPada umumnya masyarakat Jawa sangat menjunjung tinggi nilai-nilai dan norma-norma dalam kehidupan bermasyarakat untuk mencari keseimbangan dalam tatanan kehidupan

tulisan atau ungkapan (ucapan). Dalam sistem komunikasi massa, bahasa juga

menjadi lambang utama dalam mengemas pesan-pesan yang disebarkan kepada

khalayak. Pesan-pesan komunikasi massa bersifat umum dan terbuka. Setiap

orang memiliki kesempatan dan akses untuk mengonsumsi pesan-pesan media

massa.

Pesan-pesan komunikasi massa mengalir dari sumber ke penerima. Dalam

sistem komunikasi massa, proses pengiriman pesan bersifat satu arah. Meskipun

dapat dilakukan umpan balik oleh khalayak, namun porsi dan kesempatan yang

diberikan sangatlah sedikit jika dibandingkan dengan umpan balik pada sistem

komunikasi lainnya, seperti komunikasi antarpribadi. komunikasi massa sebagai

proses komunikasi yang ditandai oleh penggunaan media bagi komunikatornya

untuk menyebarkan pesan-pesan secara luas, dan terus-menerus diciptakan

makna-makna yang diharapkan dapat mempengaruhi khalayak yang besar dan

berbeda-beda melalui berbagai cara.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka peneliti

merumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mitos pernikahan apa sajakah yang ada di kalangan warga masyarakat Desa

Matesih Kabupaten Karanganyar?

2. Bagaimanakah proses komunikasi penyampaian pesan dalam mitos pernikahan

di kalangan warga masyarakat Desa Matesih Kabupaten Karanganyar?

Tujuan Penelitian

Merujuk pada rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui mitos pernikahan yang ada di kalangan warga masyarakat

Desa Matesih Kabupaten Karanganyar.

2. Untuk mendeskripsikan proses komunikasi penyampaian pesan dalam mitos

pernikahan di kalangan warga masyarakat Desa Matesih Kabupaten

Karanganyar

2

Page 5: D0213066.docx · Web viewPada umumnya masyarakat Jawa sangat menjunjung tinggi nilai-nilai dan norma-norma dalam kehidupan bermasyarakat untuk mencari keseimbangan dalam tatanan kehidupan

Telaah Pustaka

1. Komunikasi

Komunikasi merupakan suatu kebutuhan dasar manusia, sejak lahir dan

selama proses kehidupannya manusia akan selalu terlibat dalam tindakan

komunikasi. Tindakan komunikasi dapat terjadi dalam berbagai konteks

kehidupan manusia, mulai dari kegiatan yang bersifat individual, diantara dua

orang atau lebih, kelompok, keluarga, organisasi, atau melalui media. Melalui

komunikasi seseorang dapat mengurangi atau menghilangkan perasaan tegang

karena berbagai permasalahan di hidupnya, melalui komunikasi seseorang dapat

menambah pengetahuan dan mengubah sikap serta perilaku kebiasaannya.

Beberapa pakar atau para ahli mendefinisikan komunikasi menurut sudut

pandang mereka masing-masing. Sebagaimana yang dikatakan oleh Richard West

dan Lynn H. Turner bahwa komunikasi adalah proses sosial di mana individu-

individu menggunakan simbol-simbol untuk menciptakan dan

menginterpretasikan makna dalam lingkungan mereka (West & Turner, 2008: 5).

Pernyataan mereka menunjukan komunikasi sebagai sebuah proses yang tidak

memiliki awal dan akhir secara jelas. Komunikasi akan terus terjadi dan

berkesinambungan dari waktu ke waktu selama manusia itu hidup.

Astrid Susanto merumuskan komunikasi sebagai suatu kegiatan

pengoperan lambang-lambang yang mengandung arti atau makna yang perlu

dipahami bersama oleh pihak-pihak yang terkait dalam suatu kegiatan (Susanto,

1996:31). Kemudiaan definisi komunikasi dari Baran (2012: 8) yang menyatakan

bahwa komunikasi merupakan sebuah proses penyampaian informasi, gagasan,

emosi, dan keahlian melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata, gambar, dan

angka.

2. Pesan

Liliweri (2008: 55) mengatakan bahwa pesan adalah apa yang harus sampai

dari sumber ke penerima bila sumber bermaksud mempengaruhi penerima. Pesan

yang disampaikan harus tepat, ibarat membidik dan menembak yang keluar

haruslah cocok dengan sasaran.

3

Page 6: D0213066.docx · Web viewPada umumnya masyarakat Jawa sangat menjunjung tinggi nilai-nilai dan norma-norma dalam kehidupan bermasyarakat untuk mencari keseimbangan dalam tatanan kehidupan

Sobur (2006: 161) menjelaskan bahwa pesan (message) dalam proses

komunikasi dapat dibedakan atas dua macam, yaitu: pesan verbal (bahasa) dan

nonverbal (isyarat). Pesan verbal (bahasa) yaitu pesan yang disampaikan dengan

menggunakan kata-kata. Suatu sistem yang ada pada kode verbal adalah bahasa.

Diantara semua simbol yang ada, bahasa merupakan simbol yang paling rumit,

halus dan berkembang. Namun walaupun demikian, bahasa merupakan faktor

yang sangat penting dalam berkomunikasi. Tanpa adanya bahasa, maka proses

komunikasi pun tidak akan berjalan efektif.

3. Komunikasi Massa

Effendy (2004:20) menjelaskan bahwa komunikasi massa selalu

menggunakan media, hal ini dikarenakan dalam komunikasi massa khalayak

mempunyai ruang lingkup yang cukup luas, sehingga memudahkan untuk

menjangkau khalayaknya diperlukan sebuah media. Komunikasi massa juga

berlangsung satu arah, artinya didalam penyampaian pesannya tidak terjadi arus

balik antara komunikator dengan komunikan. Media massa sebagai saluran

komunikasi massa merupakan lembaga, yakni suatu institusi atau organisasi.

Pesan dari komunikasi yang disampaikan bersifat untuk khalayak luas dan bukan

pada perseorangan ataupun kelompok tertentu.

4. Komunikasi Budaya

Komunikasi dan kebudayaan tidak hanya sekedar dua kata tetapi dua konsep

yang tidak bisa dipisahkan. Bahkan untuk merumuskan budaya saja. Sementara

komunikasi itu sendiri begitu beragam dan kontroversi dalam pendefenisiannya,

atau dengan kata lain di antara para ahli komunikasi belum ada keseragaman.

Menurut Hart (dalam Liliweri, 2008:8) menyatakan bahwa studi komunikasi antar

budaya dapat diartikan sebagai studi yang menekankan pada efek kebudayaan

terhadap komunikasi.

Komunikasi budaya adalah komunikasi antara orang-orang dalam

lingkungan yang sama dan memiliki budaya (baik dalam arti ras, etnik, atau

perbedaan-perbedaan sosioekonomi) (Mulyana, 2014: 26). Sedangkan menurut

Morales (2013: 45) komunikasi budaya adalah proses pengalihan pesan yang

4

Page 7: D0213066.docx · Web viewPada umumnya masyarakat Jawa sangat menjunjung tinggi nilai-nilai dan norma-norma dalam kehidupan bermasyarakat untuk mencari keseimbangan dalam tatanan kehidupan

dilakukan seseorang melalui saluran tertentu kepada orang lain yang keduanya

berasal dari latar belakang budaya yang berbeda dan menghasilkan efek tertentu.

Komunikasi budaya merupakan komunikasi yang melibatkan peserta komunikasi

yang mewakili pribadi, antarpribadi, dan kelompok, dengan tekanan pada

perbedaan latar belakang kebudayaan yang mempengaruhi perilaku komunikasi

para peserta.

5. Komunikasi Massa dan Budaya

Menurut Halik (2013) dapat dipahami dari beberapa aspek komunikasi

massa dan budaya di antaranya. Pertama, Ideologi budaya, melalui pendekatan

budaya penganut paham cultural studies sepakat bahwa budaya adalah kumpulan

makna-makna. Kedua, Hegemoni Kebudayaan, istilah hegemoni berasal dari

bahasa Yunani, hegeisthai (to lead?). Konsep hegemoni banyak digunakan oleh

sosiolog untuk menjelaskan fenomena terjadinya usaha untuk mempertahankan

kekuasaan oleh pihak penguasa. Ketiga, Struktur kekuasaan, teori cultural studies

ini memandang manusia merupakan bagian dari kekuasaan. Setiap orang

merupakan bagian kekuasaan pada tingkat yang berbeda. Keempat, Decoding,

ketika pesan dikirimkan kepada masyarakat, maka ia akan menerima dan

membandingkan pesan-pesan tersebut dengan makna yang sebelumnya yang telah

disimpan dalam ingatannya.

6. Mitos Bagian dari Budaya

Fiske (2016: 17) dalam buku yang berjudul “Mitos dalam Kajian Sastra

Lisan” menjelaskan bahwa mitos merupakan cerita yang digunakan suatu

kebudayaan untuk menjelaskan atau memahami beberapa aspek dari realitas atau

alam (Pusposari, 2014:11).

Definisi lain dari mitos dikemukan oleh Wellek dan Warren (dalam

Hasanah, 2013: 158), yang mengartikan mitos sebagai cerita-cerita yang bersifat

anonim. Dalam mitos berisi cerita mengenai asal mula alam semesta dan nasib.

Mitos diturunkan dari generasi ke generasi selanjutnya melalui penjelasan-

penjelasan yang diberikan oleh masyarakat kepada generasi yang lebih muda.

5

Page 8: D0213066.docx · Web viewPada umumnya masyarakat Jawa sangat menjunjung tinggi nilai-nilai dan norma-norma dalam kehidupan bermasyarakat untuk mencari keseimbangan dalam tatanan kehidupan

7. Masyarakat Jawa

Masyarakat adalah sekelompok manusia yang hidup dan bekerjasama secara

bersama dengan waktu yang cukup lama, sehingga mereka dapat mengatur diri

mereka dan menganggap diri mereka sesuai dengan batas-batas yang telah

dirumuskan dengan jelas. Morissan (2010:128) menjelaskan bahwa masyarakat

terdiri atas perilaku yang saling bekerja sama di antara para anggotanya. Syarat

untuk dapat terjadinya kerjasama adalah adanya pengertian terhadap keinginan

atau maksud orang lain, tidak saja pada saat ini tetapi juga pada masa yang akan

datang.

Pada umumnya masyarakat Jawa sangat menjunjung tinggi nilai-nilai dan

norma-norma dalam kehidupan bermasyarakat untuk mencari keseimbangan

dalam tatanan kehidupan yang pada akhirnya menajdi adat istiadat yang

diwujudkan dalam bentuk tata ucapara dan masyarakat diharapkan untuk

mentaatinya. Masyarakat Jawa atau orang Jawa terkenal sebagai suku bangsa yang

sopan dan halus. Tetapi mereka juga terkenal sebagai suku bangsa yang tertutup

dan tidak mau terus terang. Sifat ini konon berdasarkan watak orang Jawa yang

ingin menjaga harmoni atau keserasian dan menghindari konflik, karena itulah

mereka cenderung untuk diam dan tidak membantah apabila terjadi perbedaan

pendapat.

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif,

metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilakan data deskriptif

berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat

diamati (Moleong, 2007:4). Dengan metodologi penelitian kualitatif, maka

pendekatan yang digunakan adalah studi kasus.

Informan dalam penelitian ini berjumlah 14 informan dengan kategori

Pemerintahan Desa Matesih berjumlah 5 informan, Budayawan yang berjumlah 5

informan, dan masyarakat berjumlah 4 informan yang tinggal di Desa Matesih

Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.

6

Page 9: D0213066.docx · Web viewPada umumnya masyarakat Jawa sangat menjunjung tinggi nilai-nilai dan norma-norma dalam kehidupan bermasyarakat untuk mencari keseimbangan dalam tatanan kehidupan

Dalam penelitian ini menggunakan tiga teknik pengumpulan data dengan

cara sebagai berikut: wawancara mendalam (Indepth Interview), dokumentasi, dan

studi kepustakaaan

Uji keabsahan data dalam penelitian sering hanya ditekankan pada uji

validitas dan realibitas. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah analisis interaktif Miles dan Huberman. Teknik analisis ini pada dasarnya

terdiri dari tiga komponen diantaranya : (1) reduksi data (data reduction) (2)

penyajian data (data display), dan (3) penarikan serta pengujian kesimpulan

(drawing and verifying conclusions) (Pawito, 2007:104).

Pembahasan

Manusia memerlukan komunikasi dalam kehidupan dalam mengungkapkan

perasaan, maksud dan pikiran baik itu komunikasi verbal maupun nonverbal

dalam memperjuangkan kedaulatan daerahnya maupun menyampaikan pesan-

pesan komunikasi kepada orang lain, karena manusia adalah mahkluk sosial.

Proses komunikasi dapat dilakukan secara verbal dan non verbal.

Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan kata-kata, entah

lisan maupun tulisan atau bentuk komunikasi yang menggunakan kata-kata, baik

dalam bentuk percakapan maupun tulisan. Komunikasi ini paling banyak dipakai

dalam hubungan antar manusia. Melalui kata-kata, seseorang mengungkapkan

perasaan, emosi, pemikiran, gagasan, atau maksud seseorang, menyampaikan

fakta, data, dan informasi serta menjelaskannya, saling bertukar perasaan dan

pemikiran, saling berdebat, dan bertengkar. Dalam komunikasi verbal itu bahasa

memegang peranan penting. Komunikasi verbal mengandung makna denotative.

Media yang sering dipakai yaitu bahasa. Karena, bahasa mampu menerjemahkan

pikiran seseorang kepada orang lain.

Komunikasi verbal dibedakan atas komunikasi lisan dan tulis. Komunikasi

lisan ini terjadi berasal dari pengucapan kata-kata secara lisan dan berlangsung ke

individu lain atau kelompok sebagai lawan bicara. Komunikasi lisan ini bisa

dilakukan dari individu ke individu, individu ke kelompok, kelompok ke individu,

kelompok ke kelompok.

7

Page 10: D0213066.docx · Web viewPada umumnya masyarakat Jawa sangat menjunjung tinggi nilai-nilai dan norma-norma dalam kehidupan bermasyarakat untuk mencari keseimbangan dalam tatanan kehidupan

Komunikasi secara interpersonal dalam penyampaian mitos yang dianggap

paling efektif dalam upaya-upaya mengubah sikap dan perilaku kesehatan

individu karena arus balik informasi bersifat langsung (Head & Bute, 2017).

Sebagaimana menurut Sudaryono bahasa adalah hal yang efektif untuk

menerjemahkan sesuatu namun bahasa juga kadang tidak sempurna di kalangan

masyarakat. Suatu ketika bahasa bisa menjadi faktor sebuah kesalah pahaman

dalam berkomunikasi. Oleh karena itu bahasa harus dipahami dengan jelas.

Bahasa yang sempurna adalah bahasa yang baik dan benar. Untuk dapat mengerti

apa itu bahasa yang baik dan benar, berikut saya akan jelaskan definisi dari bahasa

indonesia yang baik dan benar.

Dalam prakteknya, komunikasi yang baik antara para sesepuh atau

budayawan di Desa Matesih dapat diterima oleh masyarakat. Keberhasilan

komunikasi tersebut, meliputi beberapa elemen yakni komunikasi secara verbal

dan nonverbal, penyampaian informasi yang efisien, informasi yang jelas, yang

nantinya akan mempengaruhi pengambilan sikap dan perilaku individu sebagai

anggota masyarakat.

Lasswell menyatakan bahwa cara terbaik untuk menerangkan proses

komunikasi adalah menjawab pertanyaan : Who says what in what channel to

whom with what effect (Siapa mengatakan apa melalui saluran apa kepada siapa

dengan efek apa). Jawaban bagi pertanyaan paradigmatik Lasswell tersebut

merupakan unsur-unsur proses komunikasi yaitu unsur who (sumber atau

komunikator), unsur says what (pesan), unsur in which channel (saluran atau

media), unsur to whom (penerima; khalayak; audien).

Unsur pertama dalam proses komunikasi antarbudaya adalah komunikator.

Komunikator dalam komunikasi antarbudaya merupakan pihak yang mengawali

proses pengiriman pesan terhadap komunikan. Baik komunikator maupun

komunikan ditentukan oleh faktor-faktor makro seperti penggunaan bahasa

minoritas dan pengelolaan etnis, pandangan tentang pentingnya sebuah

percakapan dalam konteks budaya, orientasi terhadap konsep individualitas dan

kolektivitas dari suatu masyarakat, orientasi terhadap ruang dan waktu. Sedangkan

faktor mikronya adalah komunikasi dalam konteks yang segera, masalah

8

Page 11: D0213066.docx · Web viewPada umumnya masyarakat Jawa sangat menjunjung tinggi nilai-nilai dan norma-norma dalam kehidupan bermasyarakat untuk mencari keseimbangan dalam tatanan kehidupan

subjektivitas dan objektivitas dalam komunikasi antarbudaya, kebiasaan

percakapan dalam bentuk dialek dan aksen, dan nilai serta sikap yang menjadi

identitas sebuah etnik (Liliweri, 2008: 25-26).

Unsur yang kedua adalah pesan atau simbol. Pesan berisi pikiran, ide atau

gagasan, dan perasaan yang berbentuk simbol. Simbol merupakan sesuatu yang

digunakan untuk mewakili maksud tertentu seperti kata-kata verbal dan simbol

nonverbal. Pesan memiliki dua aspek utama, yaitu content (isi) dan treatment

(perlakuan). Pilihan terhadap isi dan perlakuan terhadap pesan tergantung dari

keterampilan komunikasi, sikap, tingkat pengetahuan, posisi dalam sistem sosial

dan kebudayaan (Liliweri, 2008: 27-28). Unsur pesan juga dapat diartikan sebagai

ide, gagasan, informasi dan opini yang dilontarkan seorang komunikator kepada

komunikan, yang bertujuan untuk mempengaruhi komunikan kearah sikap yang

diinginkan oleh komunikator. Secara keseluruhan pesan yang disampaikan oleh

komunikator. Pesan seharusnya mempunyai inti pesan (tema) sebagai pengarah

didalam usaha mengubah sikap dan tingkah laku komunikan. Pesan dapat

disampaikan secara panjang lebar, namun yang perlu diperhatikan isi pesan yang

diarahkan kepada tujuan dari komunikasi.

Unsur ketiga yaitu media. Dalam proses komunikasi antarbudaya, media

merupakan saluran yang dilalui oleh pesan atau simbol. Terdapat dua tipe saluran

yang disepakati para ilmuwan sosial, yaitu sory channel, yakni saluran yang

memindahkan pesan sehingga akan ditangkap oleh lima indera manusia. Lima

saluran dalam channel ini yaitu cahaya, bunyi, tangan, hidung dan lidah. Saluran

kedua yaitu institutionalized channel yaitu saluran yang sudah sangat dikenal

manusia seperti percakapan tatap muka, material percetakan dan media elektronik.

Para ilmuwan sosial menyimpulkan bahwa komunikan akan lebih menyukai pesan

yang disampaikan melalui kombinasi dua atau lebuh saluran sensoris (Liliweri,

2008:28-29).

Unsur proses komunikasi antarbudaya yang keempat adalah efek atau

umpan balik. Tujuan manusia berkomunikasi adalah agar tujuan dan fungsi

komunikasi dapat tercapai. Tujuan dan fungsi komunikasi antarbudaya, antara lain

memberikan informasi, menerangkan tentang sesuatu, memberikan hiburan dan

9

Page 12: D0213066.docx · Web viewPada umumnya masyarakat Jawa sangat menjunjung tinggi nilai-nilai dan norma-norma dalam kehidupan bermasyarakat untuk mencari keseimbangan dalam tatanan kehidupan

mengubah sikap atau perilaku komunikan. Didalam proses tersebut, diharapkan

adanya reaksi atau tanggapan dari komunikan dan hal inilah yang disebut umpan

balik. Tanpa adanya umpan balik terhadap pesan-pesan dalam proses komunikasi

antarbudaya, maka komunikator dan komunikan sulit untuk memahami pikiran

dan ide atau gagasan yang terkandung didalam pesan yang disampaikan. Unsur

keenam dalam proses komunikasi antarbudaya adalah suasana. Suasana

merupakan salah satu dari 3 faktor penting (waktu, tempat dan suasana) didalam

komunikasi antarbudaya (Liliweri, 2008:29-30).

Adapun dampak dalam komunikasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Dampak kognitif adalah dampak yang timbul pada komunikan yang

menyebabkan dia menjadi mengerti atau meningkat intelektualnya. Di sini

pesan yang disampaikan komunikator ditujukan kepada pikiran si komunikan.

Dengan kata lain, tujuan komunikator hanyalah berkisar pada upaya mengubah

pikiran diri komunikan.

2. Dampak afektif lebih tinggi kadarnya dari pada dampak kognitif. Disini tujuan

komunikator bukan hanya sekedar memberitahukan kepada

3. komunikan, tetapi bertujuan agar komunikan bergerak hatinya, menimbulkan

perasaan tertentu, misalnya perasaan iba, terharu, sedih, gembira, marah, dan

sebagainya.

4. Dampak behavioral adalah dampak yang paling tinggi kadarnya, misalnya

dampak ini timbul pada komunikan dalam bentuk perilaku, tindakan, atau

kegiatan (Effendi, 2004: 7-33).

Mitos-mitos yang ada di Desa Matesih ini selalu menjadi wejangan atau

welingan diartikan sebagai pesan nasehat kepada anak cucunya menggunakan

komunikasi lisan. Sebagian besar warga masyarakat Desa Matesih menjadikan

mitos ini sebagai sarana dalam mewanti-wanti anak cucunya, agar tidak

melakukan hal-hal yang memang telah menjadi larangan di Desa Matesih. Dalam

hal ini para sesepuh atau orang tua sebagai komunikan dan anak cucunya sebagai

komunikator. Pesan yang disampaikan tidak lain adalah mitos larangan yang

mana tidak boleh dilanggar, karena apabila mitos tersebut dilanggar akan

mendapatkan suatu musibah yang tak terduga. Jadi dapat dikatakan bahwa secara

10

Page 13: D0213066.docx · Web viewPada umumnya masyarakat Jawa sangat menjunjung tinggi nilai-nilai dan norma-norma dalam kehidupan bermasyarakat untuk mencari keseimbangan dalam tatanan kehidupan

turun temurun mitos ini akan terus di kembangkan dan dilestarikan oleh para

orang tua zaman dahulu melalui komunikasi lisan.

Selanjutnya, dalam berbagai perkumpulan di Desa Matesih seringkali terjadi

perbincangan mengenai mitos yang ada, perbincangan ini tidak sekedar

membicarakan mitos namun juga memberikan contoh nyata atau bukti nyata pada

warga yang telah melanggar mitos yang ada di Desa Matesih. Karena banyak

warga masyarakat apabila melanggar mitos mendapatkan musibah yang tak

terduga. Terdapat satu forum budaya yang mana dalam forum itu dibuat guna

untuk melestarikan budaya jawa termasuk di dalamnya yaitu mitos.

Masuknya budaya modern dan kemajuan tehknologi dalam bidang media

massa serta tingginya tingkat pemahaman agama ini semakin membuat setiap

warga masyarakat Desa Matesih tak lagi mempercayai adanya kekuatan pada

mitos, seseorang berfikir bahwa hal-hal semacam itu sudah tidak ada lagi

kekuatannya. Meskipun telah sedikit memudar akan tingkat kepercayaan terhadap

mitos, namun pada kenyataannya warga masyarakat Desa Matesih tetap

mengetahui mitos-mitos yang ada di Desa Matesih khususnya mitos pernikahan.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini tentang mengenai Mitos dan Komunikasi

(Studi Tentang Mitos Pernikahan dan Proses Penyampaian Pesan Pada

Masyarakat Desa Matesih, Kecamatan Matesih, Kabupaten Karanganyar) dapat

diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Mitos Pernikahan di masyarakat Desa Matesih, Kecamatan Matesih,

Kabupaten Karanganyar : a) Langkah Wuwung Satu, yaitu mitos yang

dipercayai apabila rumah pertama menikah dengan rumah ketiga itu tidak

diperbolehkan. b) Nyebrang Kali Samin, yaitu mitos yang tidak diperbolehkan

apabila menikah dengan orang yang rumahnya melewati atau harus

menyebrangi sungai samin. c) Melewati Gunung Malang dan Ratan Buntu,

yaitu apabila melalui gunung malang maka pernikahannya akan malang

nasibnya dan apabila melewati ratan buntu maka rumah tangganya akan

mendapat masalah sehingga memicu terjadinya perpisahan. d) Barat Jalan

11

Page 14: D0213066.docx · Web viewPada umumnya masyarakat Jawa sangat menjunjung tinggi nilai-nilai dan norma-norma dalam kehidupan bermasyarakat untuk mencari keseimbangan dalam tatanan kehidupan

dengan Timur Jalan, yaitu tidak diperbolehkannya menikah yang menyebrang

jalan besar dalam artian apabila rumahnya barat jalan makan tidak

diperbolehkan menikah dengan timur jalan, begitupun sebaliknya.

2. Proses komunikasi penyampaian pesan sesaui teori Lasswell terdiri dari lima

indikator yaitu komunikator, pesan, media, komunikan, dan efek. Adapun

proses penyampaian pesan, sebagai berikut: a) Komunikator sebagai orang

yang menyampaikan pesan mitos pernikahan adalah para budayawan dan

orang-orang yang dituakan di desa Matesih. b) Isi pesan mitos pernikahan

berupa informasi dan nasehat kepada anak cucunya. c) Bahasa sebagai media

dalam penyampaian pesan mitos pernikahan yaitu menggunakan media primer

berupa bahasa dalam komunikasi verbal. d) Komunikasi sebagai penerima

pesan mitos pernikahan adalah orang dewasa dan remaja. e) Efek dari

penyampaian pesan mitos pernikahan ada yang mempercayai dan melakukan

mitos tersebut dan ada yang menolak, sehingga melanggar mitos pernikahan..

Saran

Saran yang diajukan peneliti berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh

adalah sebagai berikut :

Bagi masyarakat disarankan untuk dapat berpikir kritis dalam merespon

mitos di daerahnya tanpa meninggalkan ajaran agama, sehingga masyarakat dapat

melakukan nasehat-masehat yang termuat dalam mitos dan tidak melanggar aturan

agama. Cara yang dapat dilakukan, seperti memahami larangan mitos dan

memahami ajaran agama. Larang dalam mitos sesuai apa tidak dengan ajaran

agama.

Bagi subjek penelitian diharapkan dapat melestarikan mitos pernikahan

sebagai budaya Jawa tanpa melanggar aturan-aturan lain atau ajaran agama,

sehingga mitos pernikahan dapat bertahan untuk masa ke depan. Cara yang dapat

dilakukan yaitu melakukan sosialisasi pada masyarakat mengenai nasehat-nasehat

yang ada pada mitos.

Disarankan bagi aparat pemerintah untuk ikut melesatarikan mitos yang ada

di wilayahnya. Cara yang dapat dilakukan oleh aparat pemerintah yaitu ikut

12

Page 15: D0213066.docx · Web viewPada umumnya masyarakat Jawa sangat menjunjung tinggi nilai-nilai dan norma-norma dalam kehidupan bermasyarakat untuk mencari keseimbangan dalam tatanan kehidupan

membantu dengan memudahkan ijin bagi budayawan yang melakukan melakukan

sosialisasi dengan masyarakatBagi

Disarankan bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian tentang mitos-

mitos lain yang mana tidak hanya pada mitos pernikahan saja melainkan dari

berbagai jenis mitos yang ada dan dari berbagai daerah

Daftar Pustaka

Baran, Stanley J. (2012). Pengantar Komunikasi Massa Melek Media dan Budaya. Jakarta: Erlangga.

Bungin, B. (2006). Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Efendy, Onong Uchjana. (2004). Ilmu Komunikasi Teori dan praktek. Bandung: Rosdakarya.

Fiske, J. (2016). Mitos dalam Kajian Sastra Lisan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Halik, Abdul. (2013). Komunikasi Massa. Makasar: Alauddin University Press.

Hasanah, M. (2013). Mitos Ikan Lele: Studi Deskriptif Masyarakat Desa Medang, Kecamatan Glagah, Kabupaten Lamongan. BioKultur , II, 157-166.

Irmawati. (2017). Mitos Masyarakat Papua dalam Novel Isinga Karya Dorothae Rosa Herliany. Jurnal Bastra Volume 1 Nomor 4. Hal. 1-12.

Liliweri, Alo. (2008). Komunikasi Budaya. Jakarta: Salemba Humanika.

Moleong, L. J. (2007). Metodelogi Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi). Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Morissan. (2010). Teori Komunikasi Massa : Media, Budaya, dan Masyarakat. Bogor: Ghalia Indonesia.

Morales, S. S. (2013). Myth and The Construction of Meaning in Mediated Culture. KOME - An International Journal of Pure Communication Inquiry , 1 (2), 33-43.

Mulyana, D. (2014). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

13

Page 16: D0213066.docx · Web viewPada umumnya masyarakat Jawa sangat menjunjung tinggi nilai-nilai dan norma-norma dalam kehidupan bermasyarakat untuk mencari keseimbangan dalam tatanan kehidupan

Pawito. (2007). Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: LKis Pelangi Aksara.

Pusposari, D. (2014). Mitos dalam Kajian Budaya. Malang: Pustaka Kaiswaran.

Sobur, Alex. (2006). Semiotik Komunikasi. Jakarta: Salemba.

Susanto, A. (1996). Komunikasi dalam Teori dan Praktek Jilid 1. Bandung: Bina Cipta.

West, R., & Turner, L. H. (2008). Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Humanika.

14