daftar isi - sinta.unud.ac.id · berbeda-beda pada setiap kelompok wajib pajak. hal ini disebabkan...
TRANSCRIPT
DAFTAR ISI
SAMPUL DEPAN ................................................................................................ i
SAMPUL DALAM ............................................................................................... ii
PRASYARAT GELAR SARJANA HUKUM ..................................................... iii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................................... iv
LEMBAR PENETAPAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI .................................... v
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN................................................................. x
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi
ABSTRAK ....................................................................................................... ...xiv
ABSTRACT ....................................................................................................... ...xv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 5
1.3 Ruang Lingkup Masalah ................................................................. 6
1.4 Orisinalitas Penelitian ..................................................................... 6
1.5 Tujuan Penelitian ............................................................................ 8
1.5.1 Tujuan Umum ....................................................................... 8
1.5.2 Tujuan Khusus ...................................................................... 9
1.6 Manfaat Penelitian .......................................................................... 9
1.6.1 Manfaat Teoritis ................................................................... 9
1.6.2 Manfaat Praktis ..................................................................... 10
1.7 Landasan Teoritis ........................................................................... 10
1.8 Metode Penelitian ........................................................................... 15
1.8.1 Jenis Penelitian ..................................................................... 15
1.8.2 Sifat Penelitian...................................................................... 16
1.8.3 Sumber Data ......................................................................... 16
1.8.4 Teknik Pengumpulan Data ................................................... 18
1.8.5 Teknik Pengolahan dan Analisis Data .................................. 18
BAB II TINJAUAN UMUM PAJAK DAERAH ATAS SUMBER
DAYA AIR ............................................................................................ 19
2.1 Pengertian Pajak Daerah................................................................ 19
2.2 Jenis-Jenis Pajak Daerah ............................................................... 21
2.3 Pajak Air Tanah ............................................................................. 25
2.4 Sumber Daya Air sebagai Obyek Pajak Daerah ............................ 28
BAB III DASAR PEMUNGUTAN PAJAK ATAS AIR TANAH
OLEH PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GIANYAR .......... 31
3.1 Landasan Hukum Pemungutan Pajak Atas Air Tanah .................. 31
3.2 Obyek, Subyek, dan Wajib Pajak Air Tanah ................................. 36
3.3 Jenis dan Besaran Tarif Pajak Atas Air Tanah .............................. 40
BAB IV KETERKAITAN TINDAKAN PEMUNGUTAN PAJAK AIR
TANAH DENGAN UPAYA MENGENDALIKAN
KETERSEDIAAN AIR TANAH DI KABUPATEN GIANYAR ....... 45
4.1 Pengembangan Instrumen Pajak dalam Mengendalikan
Ketersediaan Air Tanah di Kabupaten Gianyar ............................. 45
4.2 Kendala-Kendala yang Dihadapi dalam Mengendalikan
Ketersediaan Air Tanah melalui Pajak Daerah di Kabupaten
Gianyar .......................................................................................... 54
BAB V PENUTUP............................................................................................. 59
5.1 Kesimpulan ..................................................................................... 59
5.2 Saran ............................................................................................... 60
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 61
DAFTAR INFORMAN
LAMPIRAN
1. Surat Ijin Penelitian Skripsi Dari Fakultas Hukum Universitas Udayana.
2. Surat Rekomendasi Penelitian Skripsi Dari Badan Penanaman Modal Dan
Perizinan Provinsi Bali.
3. Surat Ijin Mengadakan Penelitian Skripsi Dari Badan Kesbang Pol dan
Linmas Kabupaten Gianyar.
4. Peraturan Bupati Gianyar Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Besarnya Nilai
Perolehan Air Tanah (NPAT) Dalam Pengenaan Pajak Air Tanah.
RINGKASAN SKRIPSI
ABSTRAK
Pemerintah Pusat telah memberikan sejumlah kewenangan kepada
Pemerintah Daerah untuk mengatur urusan dan rumah tangganya sendiri sesuai
dengan keadaan dan kebutuhan daerahnya. Pemerintah Daerah harus mengenali
sumber-sumber pemasukan bagi daerah baik dalam bentuk pajak maupun bentuk
lainnya. Salah satu sumber pemasukan bagi kas daerah adalah berasal dari pajak
daerah, diantaranya adalah pajak air tanah. Dalam tulisan ini membahas tentang
dasar pemungutan pajak air tanah terhadap wajib pajak air tanah yang melakukan
pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah di kabupaten Gianyar, selain itu juga
membahas keterkaitan tindakan pemungutan pajak air tanah dengan upaya
mengendalikan ketersediaan air tanah di kabupaten Gianyar, serta kendala-
kendala yang dihadapi dalam mengendalikan ketersediaan air tanah di kabupaten
Gianyar melalui instrumen perpajakan.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian hukum empiris dan dapat pula
disebut penelitian lapangan (Field Research). Pendekatan yang digunakan adalah
pendekatan Perundang-undangan serta pendekatan melalui wawancara dengan
instansi maupun responden terkait dengan permasalahan yang dibahas.
Hasil dari penelitian ini adalah dengan adanya Peraturan Daerah kabupaten
Gianyar tentang Pajak Air Tanah memberikan pengaruh terhadap pengendalian air
tanah yang dimanfaatkan oleh masyarakat. Semakin tinggi pemakaian maka pajak
terutangnya akan semakin besar, sebagai akibat dari nilai perolehan air tanah yang
berbeda-beda pada setiap kelompok wajib pajak. Hal ini disebabkan karena
pemakaian pada setiap wajib pajak berbeda-beda, tergantung dari usaha wajib
pajak tersebut, sehingga jika disamakan pengendalian air tanah tidak akan optimal
atau sesuai tujuan.
Kata Kunci : Pengendalian, Air Tanah, Instrumen Perpajakan.
ABSTRACT
Controlling the Availability of Ground Water in Gianyar Regency Through the
Instrument Of Taxation
In order to perform the functions of authority of the local government, the
central government has given a number of authority to the local government to
manage its own problems and household based on its local situation and need.
Local government must recognize source of incomes for the local in the form of
tax or others. One of income source for local cash is from local tax, one of them is
ground water tax. This research discusses about basic of collecting ground water
tax to the ground water taxpayer who take and or use ground water in Gianyar
regency. and also about connection action of collecting ground water tax with the
effort to controll ground water supply in Gianyar regency and problems faced in
controlling ground water supply in Gianyar regency through tax instrument.
This research is a an empiric law research and can be called field
research. The approach used in this research is the approach of law and
interviewing relevant institute and respondent with the problem being discussed.
Result of this research is with the local law of ground water tax in
Gianyar regency influences the controlling of ground water used by the
community. The higher the water used the higher the tax oligation, as a result of
the different ground water acquisition value in each group of taxprayers. It is
because the consumption of every taxprayer is different, based on taxprayer
exertion, so if it is equated the ground water controlling will not optimal or in
accordance with the purpose.
Keywords: Controlling, Ground Water, Tax Instruments.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam rangka untuk menjalankan fungsi dan kewenangan Pemerintah
Daerah, Pemerintah Pusat telah memberikan sejumlah kewenangan kepada
Pemerintah Daerah untuk mengatur urusan dan rumah tangganya sendiri atas
inisiatif atau kebijaksanaan sendiri sesuai dengan keadaan dan kebutuhan
daerahnya.1 Pemerintah Daerah harus mengenali sumber-sumber yang dimiliki
serta mempunyai kemampuan untuk menyerap penghasilan daerah baik dalam
bentuk pajak maupun dalam bentuk lainnya dari sumber yang ada2. Salah satu
sumber pemasukan bagi kas daerah adalah berasal dari pajak daerah, diantaranya
pajak air tanah yang merupakan salah satu bentuk peran serta masyarakat dalam
penyelenggaraan otonomi daerah. Pajak Daerah merupakan instrumen keuangan
konvensional yang sering digunakan di banyak negara3.
Dalam Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia
Tahun 1945 (selanjutnya ditulis UUD NKRI Tahun 1945), Pasal 18 ayat (1)
menyebutkan bahwa : “Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-
daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-
tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang
diatur dengan undang-undang”.
1Sarundajang, 1999, Arus Balik Kekuasaan Pusat ke Daerah, Pustaka Sinar Harapan,
Jakarta, hal.27 2Wahyu Tumaka, 2005, “Upaya Daerah Meningkatkan Pajak, Retribusi dan Dampaknya,
Majalah Indonesia Tax Review, Nomor 3 Tahun ke II, hal. 29 3Adrian Sutedi, 2008, Hukum Pajak dan Retribusi Daerah, Ghalia Indonesia, Bogor,
hal.5
Dalam ayat (2) lebih lanjut ditegaskan bahwa : “Pemerintahan daerah
provinsi, daerah kabupaten, dan kota mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan”. Berdasarkan Pasal 1
angka 7 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
menyebutkan bahwa : “Asas Otonomi adalah prinsip dasar penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah berdasarkan Otonomi Daerah.”
Pungutan Daerah berupa Pajak dan Retribusi diatur dalam Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5049). Berdasarkan Undang-Undang No. 28 Tahun
2009 Pasal 1 angka 10 menyatakan bahwa “Pajak Daerah, yang selanjutnya
disebut pajak adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan
tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.
Berdasarkan Pasal 1 angka 33 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009
menyatakan, “Pajak Air Tanah adalah pajak atas pengambilan dan/atau
pemanfaatan air tanah. Lebih lanjut ditegaskan dalam Pasal 1 angka 34 bahwa
“Air Tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah
permukaan tanah. Dalam Pasal 67 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009
disebutkan bahwa Objek Pajak Air Tanah adalah pengambilan dan/atau
pemanfaatan Air Tanah. Dikecualikan dari objek Pajak Air Tanah adalah :
“Pengambilan dan/atau pemanfaatan Air Tanah untuk keperluan dasar rumah
tangga, pengairan pertanian dan perikanan rakyat, serta peribadatan; dan
Pengambilan dan/atau pemanfaatan Air Tanah lainnya yang diatur dengan
Peraturan Daerah”.
Dalam rangka pengelolaan Air Tanah oleh Pemerintah Daerah sebagai
daerah otonom, harus mengacu pada peraturan yang berlaku serta beberapa hal, di
antaranya berkeadilan, karena semua masyarakat berhak mendapatkan air (air
tanah). Pemeliharaan dan perlindungan Air Tanah mendukung Pembangunan,
yaitu pengembangan investasi atau dunia usaha. Berkembangnya dunia usaha dan
teknologi membawa konsekwensi terhadap tingkat kebutuhan air yang meningkat
pesat. Pengawasan dan pengendalian dalam pemanfaatan Air Bawah Tanah oleh
pemerintah harus dilaksanakan dengan bijaksana, karena menyangkut tanggung
jawab banyak instansi pusat dan daerah maka penyelenggaraannya harus
dikoordinasikan. Dalam pengelolaan sumber daya Air Bawah Tanah,
kebijaksanaan pemerintah pusat lebih menekankan bahwa sumber air bawah tanah
merupakan kekayaan alam yang harus dilestarikan guna kepentingan seluruh
masyarakat. Sedangkan pemerintah daerah lebih menekankan kepada kekayaan
daerah yang perlu digali guna meningkatkan pendapatan asli daerah dengan
dilakukannya pemungutan pajak air tanah. Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka
14 Peraturan Daerah Kabupaten Gianyar Nomor 18 Tahun 2010 (Lembaran
Daerah Kabupaten Gianyar Tahun 2010 Nomor 18, Tambahan Lembaran Daerah
Kabupaten Gianyar Nomor 18) pemungutan pajak adalah “suatu rangkaian
kegiatan mulai dari penghimpunan data objek dan subjek pajak, penentuan
besarnya pajak yang terutang sampai kegiatan penagihan pajak kepada wajib
pajak serta pengawasan penyetorannya”.
Secara Geologi Wilayah Kabupaten Gianyar yang berada di lereng Selatan
Gunung Batur dan Gunung Agung termasuk dalam wilayah dengan cadangan air
tanah yang berlimpah, serta berada dalam satu cekungan dengan Kabupaten
Tabanan, Badung, Klungkung, Bangli dan Kota Denpasar. Cekungan air tanah
adalah suatu wilayah yang dibatasi oleh batas hidrogeologis. Batas hidrogeologis
dapat berupa batas antara batuan lulus dan tidak lulus air, batas pemisah air tanah,
dan batas yang terbentuk oleh struktur geologi yang meliputi kemiringan lapisan
batuan, patahan dan lipatan, tempat semua kejadian hidrogeologis seperti proses
pengimbuhan, pengaliran, dan pelepasan air tanah berlangsung. Adapun tingkat
pengambilan juga dikualifikasikan terbesar pada kawasan ini.
Pemberlakuan pajak daerah sebagai sumber penerimaan atau pendapatan
daerah pada dasarnya tidak hanya menjadi urusan pemerintah daerah sebagai
pihak yang menetapkan dan memungut pajak tetapi juga berkaitan dengan
masyarakat pada umumnya. Hal ini disebabkan karena air bawah tanah dan air
permukaan merupakan air yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat untuk
berbagai keperluan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain proses
pemungutan pajak daerah pada hakekatnya merupakan beban kepada masyarakat.
Oleh karena itu masyarakat perlu memahami ketentuan pajak daerah secara jelas
sehingga mau memenuhi kewajibannya dengan penuh rasa tanggung jawab
termasuk pembayaran terhadap Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah
Tanah.
Air bawah tanah pada hakikatnya memiliki sifat terbaharukan melalui
siklus alamiah dari air itu sendiri. Namun demikian, pada tingkat konsumsi air
yang melebihi kecepatan proses siklus alamiahnya akan juga dapat menimbulkan
kelangkaan air tersebut. Oleh karena itu, air bawah tanah bukan lagi barang bebas
melainkan cenderung menjadi barang langka dan ekonomis. Dengan kata lain,
ketersediaan dan penggunaan yang tidak sebanding perlu adanya pengendalian
dalam pemakaiannya. Dalam Pasal 3 ayat (1) Peraturan Bupati Gianyar Nomor 21
Tahun 2011 tentang Besarnya Nilai Perolehan Air Tanah (NPAT) dalam
Pengenaan Pajak Air Tanah menyebutkan bahwa “Pengambilan dan Pemanfaatan
air tanah, dilakukan seefisien mungkin untuk menghindari terjadinya kerusakan
lingkungan”. Dalam ayat (2) lebih lanjut ditegaskan bahwa “Untuk mengetahui
volume pengambilan dan pemanfaatan air tanah, setiap wajib pajak harus
memasang water meter. Dari latar belakang tersebut, menjadi aktual dan menarik
untuk dikaji penelitian dengan judul “PENGENDALIAN PEMANFAATAN
KETERSEDIAAN AIR TANAH MELALUI INSTRUMEN PERPAJAKAN
DI KABUPATEN GIANYAR”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut diatas dan dalam kaitannya
dengan judul skripsi ini maka akan dikemukakan beberapa permasalahan sebagai
berikut :
1. Apakah yang menjadi dasar pemungutan pajak air tanah terhadap wajib pajak
air tanah yang melakukan pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah di
kabupaten Gianyar?
2. Bagaimanakah keterkaitan tindakan pemungutan pajak air tanah dengan
upaya mengendalikan ketersediaan air tanah di kabupaten Gianyar?
3. Kendala-kendala apakah yang dihadapi dalam mengendalikan ketersediaan
air tanah di kabupaten Gianyar melalui instrumen pajak?
1.3 Ruang Lingkup Masalah
Untuk memudahkan memahami isinya, penulisan skripsi ini hanya dibatasi
mengenai “Pengendalian Pemanfaatan Ketersediaan Air Tanah Melalui Instrumen
Perpajakan Di Kabupaten Gianyar”. Pembahasan mengenai dasar pemungutan
pajak air tanah dibatasi mulai dari penghimpunan data objek dan subjek pajak
serta penentuan besarnya pajak yang terutang, keterkaitan tindakan pemungutan
pajak air tanah dengan upaya dalam mengendalikan pajak air tanah, dan kendala
yang dihadapi dalam mengendalikan ketersediaan air tanah.
1.4 Orisinalitas Penelitian
Pengendalian Pemanfaatan Ketersediaan Air Tanah Melalui Instrumen
Perpajakan Di Kabupaten Gianyar merupakan kewajiban dari Pemerintah
Kabupaten Gianyar dan masyarakat untuk ikut menjaga ketersediaan air tanah.
Penelitian sejenis yang terkait dengan mengendalikan ketersediaan air tanah telah
dilakukan penelusuran diantaranya sebagai berikut :
- Pertama, menemukan skripsi di Universitas Sumatra Utara, Medan, pada tahun
2012, atas nama Ronald Erwansyah berjudul “Analisa Hukum Pengenaan
Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan di
Provinsi Riau” dengan rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana kewenangan pemungutan pajak pengambilan dan pemanfaatan
air bawah tanah dan air permukaan setelah Undang-Undang No. 28 Tahun
2009 di Provinsi Riau?
2. Bagaimana kontribusi pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah
dan air permukaan terhadap Pendapatan Asli Daerah Provinsi Riau?
3. Bagaimana kendala dan upaya mengatasi kendala yang ada terkait dengan
pemungutan pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah dan air
permukaan pada Pemerintah Propinsi Riau?
- Kedua, skripsi di Universitas Gunadarma, Jakarta, pada tahun 2013, atas nama
May Puspita Sari berjudul “Mekanisme Pemungutan Pajak Pengambilan dan
Pemanfaatan Air Permukaan pada Cabang Pelayanan Dispenda Kota Depok I”,
dengan rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana mekanisme pemungutan pajak pengambilan dan pemanfaatan
Air Permukaan pada Cabang Pelayanan DISPENDA Kota Depok I Masa
Pajak Oktober 2012?
2. Bagaimana Teknis Pemungutan Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air
Permukaan pada Cabang Pelayanan DISPENDA Kota Depok I Masa Pajak
Oktober 2012?
3. Apakah dalam Mekanisme Pemungutan Pajak Pengambilan dan
Pemanfaatan Air Permukaan telah sesuai dengan Pergub No 17 Tahun
2001 tentang Tupoksi Unit dan UPPD di lingkungan DISPENDA yang
berkaitan dengan SOP tersebut?
Penulisan skripsi ini menekankan pada pengendalian pemanfaatan
ketersediaan air tanah melalui instrumen perpajakan di Kabupaten Gianyar dan
dalam penulisan skripsi ini berisi pula materi tentang keterkaitan tindakan
pemungutan pajak dengan upaya mengendalikan ketersediaan air tanah di
Kabupaten Gianyar. Dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan, tampak
perbedaan-perbedaan yang spesifik. Penekanan pada penelitian ini dititikberatkan
pada pengendalian pemanfaatan ketersediaan air tanah di Kabupaten Gianyar.
Pada penelitian ini pembahasan mengenai pengendalian air tanah, sedangkan
dalam penelitian terdahulu lebih menekankan pada pengenaan pajak pengambilan
air bawah tanah dan mekanisme pemungutan pajak, oleh karena itu penelitian
yang dilakukan dapat dikemukakan masih bersifat orisinal dan layak dijadikan
obyek penelitian dalam skripsi ini.
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian meliputi tujuan umum dan tujuan khusus. Berikut tujuan
umum dan tujuan khusus dalam penelitian ini, yaitu :
1.5.1 Tujuan Umum
Secara umum yang menjadi tujuan penelitian dari skripsi ini adalah
memahami dan menganalisis dalam pengendalian pemanfaatan ketersediaan Air
Tanah di Kabupaten Gianyar. Adapun instrumen yang digunakan dalam
pengendalian air tanah adalah melalui Instrumen Perpajakan.
1.5.2 Tujuan Khusus
Sementara itu secara khusus sesuai permasalahan yang dibahas, adapun
tujuan khusus yang ingin dicapai adalah :
a. Untuk mengetahui dan menganalisis dasar pemungutan pajak air tanah
terhadap wajib pajak air tanah di Kabupaten Gianyar.
b. Untuk menganalisis dan memahami keterkaitan tindakan pemungutan
pajak air tanah dengan upaya mengendalikan ketersediaan air tanah di
Kabupaten Gianyar.
c. Untuk mengetahui dan menganalisis kendala yang dihadapi dalam
mengendalikan ketersediaan air tanah di Kabupaten Gianyar melalui
instrumen pajak.
1.6 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini ada dua ranah, yaitu manfaat teoritis dan manfaat
praktis, yaitu sebagai berikut :
1.6.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk pengembangan
ilmu pengetahuan, khususnya Hukum Administrasi, Hukum Lingkungan, Hukum
Pemerintahan Daerah, dan Hukum Pajak. Disamping itu, hasil penelitian ini
diharapkan dapat memperdalam pengetahuan mengenai upaya pengendalian
pemanfaatan ketersediaan air tanah di Kabupaten Gianyar berdasarkan Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah jo
Peraturan Daerah Kabupaten Gianyar Nomor 18 Tahun 2010 Tentang Pajak Air
Tanah, dan Peraturan Bupati Gianyar Nomor 21 Tahun 2011 tentang Besarnya
Nilai Perolehan Air Tanah (NPAT) dalam Pengenaan Pajak Air Tanah.
1.6.2 Manfaat Praktis
Selanjutnya secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat
bermanfaat berupa :
1. Hasil penelitian ini secara praktis diharapkan dapat menyumbangkan
pemikiran kepada semua pihak yang terkait dalam pengendalian
pemanfaatan ketersediaan air tanah di Kabupaten Gianyar.
2. Hasil penelitian ini diharapkan memberi informasi kepada masyarakat
dan juga lembaga yang berwenang untuk melakukan pengawasan dalam
mengendalikan ketersediaan air tanah.
1.7 Landasan Teoritis
1.7.1 Teori Negara Hukum
Negara hukum adalah negara ataupun pemerintah yang didasarkan atas
hukum. Negara menempatkan hukum sebagai dasar dari sebuah kekusaan negara
dan penyelenggaraan kekuasaan pemerintahan dilakukan di bawah kekuasaan
hukum. Kekuasaan tumbuh pada hukum dan semua orang sama dihadapan
hukum4. Aristoteles dengan karya bukunya Politica, mengemukakan gagasannya,
bahwa suatu negara yang baik adalah negara yang diperintah atau dikelola atas
dasar suatu konstitusi sehingga di dalam negara tersebut hukumlah yang
berdaulat5.
Konsep negara hukum muncul tidak terlepas dari adanya beberapa bentuk
sistem hukum di dunia. Satjipto Raharjo, menyatakan bahwa “di dunia ini tidak
dijumpai satu sistem hukum saja, akan tetapi terdapat lebih dari satu bentuk
sistem hukum”. Adapun yang dimaksud dengan sistem hukum adalah suatu sistem
hukum yang minimal memiliki substansi, struktur, dan kultur hukum didalam
sistemnya. Adanya perbedaan dalam unsur-unsur tersebut mengakibatkan pula
munculnya perbedaan dalam pemakaian sistem hukum yang dipakai setiap negara.
Di Indonesia negara hukum diatur dalam Pasal 1 ayat (3) UUD NKRI
Tahun 1945 yang menyatakan bahwa “Negara Indonesia adalah negara hukum”.
Dengan demikian menurut Ridwan HR menyebutkan “konsekuensi sebagai
negara hukum, Indonesia harus memenuhi dua persyaratan yaitu supremacy
before the law yang artinya adalah hukum diberikan kedudukan yang tinggi,
berkuasa penuh dalam suatu negara dan rakyat. Persyaratan kedua adalah equality
before the law yang artinya bahwa semua pejabat pemerintahan maupun
masyarakat biasa adalah sama kedudukannya dimata hukum”6. Konsep negara
hukum adalah berlandaskan Pancasila sebagai filosofi dan ideologi bangsa dan
4 Agus Salim Andi Gadjong, 2007, Pemerintah Daerah Kajian Politik Dan Hukum,
Ghalia Indonesia, Bogor, hal. 33 5 Ibid, hal. 30 6 C.S.T. Kansil, 2000, Hukum Tata Negara Republik Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta,
hal. 88
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia sebagai landasan konstitusi
Indonesia.
Teori negara hukum haruslah menggambarkan bahwa suatu negara
haruslah mematuhi aturan hukum maupun perundang-undangan yang berlaku di
Indonesia baik itu dari aparat pemerintahan maupun warga masyarakat biasa,
sehingga adanya kepastian, keadilan, dan kemanfaatan terhadap peraturan
perundang-undangan yang berlaku serta mewujudkan suatu keadaan yang tertib
hukum, aman, dan harmonis. Menurut Frans Magnis Susena mengemukakan
bahwa ciri-ciri dari negara hukum tersebut ialah sebagai berikut :
(1) Asas Legalitas
(2) Kebebasan / Kemandirian Kekuasaan Hakim
(3) Perlindungan Hak Asasi Manusia
(4) Sistem Konstitusi/Hak Dasar7.
1.7.2 Teori Kewenangan
Setiap penyelenggaraan kenegaraan maupun pemerintahan harus memiliki
legitimasi berupa kewenangan yang diberikan oleh peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Kewenangan merupakan bagian penting dari Hukum Pemerintahan
dikarenakan pemerintah baru mampu menjalankan fungsinya sebagai
penyelenggara negara atas dasar wewenang yang diperolehnya berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Menurut S. Prajudi Atmosudirjo,
7 Frans Magnis Suseno, 1978, Dasar-Dasar Ilmu Politik, PT. Bumi Aksara, Jakarta, hal.
43
wewenang adalah kekuasaan untuk melakukan suatu tindakan hukum publik.8
Sedangkan menurut S. F. Marbun, wewenang adalah kemampuan bertindak yang
diberikan oleh undang-undang yang berlaku untuk melakukan hubungan dan
perbuatan hukum.9
Menurut pendapat Donner, ada dua fungsi yang berkaitan dengan
kewenangan, yakni fungsi pembuatan kebijakan (policy marking) yaitu kekuasaan
yang menentukan tugas (taakstelling) dari alat pemerintahan atau kekuasaan yang
menentukan politik negara dan fungsi pelaksanaan kebijakan (policy exsecuting)
yaitu kekuasaan yang bertugas untuk merealisasikan politik negara yang telah
ditentukan (verwezeblikking van de taak).10 Menurut H.D Van Wijk dan Willem
Konijnebelt, atribusi (Atributie bevoegdheid) pemberian wewenang pemerintah
oleh pembuat undang-undang kepada organ pemerintah.11 Kemudian Delegasi
adalah pelimpahan wewenang pemerintah dari suatu organ pemerintah kepada
organ pemerintah lainnya. Karakteristik dari delegasi tersebut adalah pelimpahan
kewenangan yang berakar dari kewenangan atribusi. Selanjutnya, wewenang
mandat (mandaat bevoegdheid) adalah pelimpahan wewenang yang pada
umumnya rutin antara bawahan dengan atasan, kecuali secara tegas diatur oleh
peraturan perundang-undangan yang berlaku.12
8 S. Prajudi Atmosudirjo, 1995, Hukum Administrasi Negara, Ghalia Indonesia, Jakarta,
hal. 78 9 S.F. Marbun, 1997, Peradilan Administrasi Negara dan Upaya Administrasi di
Indonesia, Liberty, Yogyakarta, hal. 154 10 Victor Situmorang, 1989, Dasar-Dasar Hukum Administrasi Negara, Bima Aksara,
Jakarta, hal. 30 11 Sadjijno, 2008, Memahami Beberapa Pokok Hukum Administrasi, Laksbang Press
Indo, Yogyakarta, hal. 50 12 Ibid, hal. 60
1.7.3 Penegakan Hukum
Secara konsepsional, maka inti dan arti penegakan hukum terletak pada
kegiatan menyerasikan hubungan nilai-nilai yang terjabarkan di dalam kaidah-
kaidah yang mantap dan mengejawantah dan sikap tindak sebagai rangkaian
penjabaran nilai tahap akhir, untuk menciptakan, memelihara, dan
mempertahankan kedamaian pergaulan hidup.13 Menurut Jimly Asshiddiqie dalam
jurnal yang berjudul Penegakan Hukum “Ditinjau dari subjeknya, penegakan
hukum itu dapat dilakukan oleh subjek yang luas dan dapat pula diartikan sebagai
upaya penegakan hukum oleh subjek dalam arti yang terbatas atau sempit”14.
Dalam arti luas proses penegakan hukum itu melibatkan semua subjek hukum
dalam setiap hubungan hukum, sedangkan dalam arti sempit, dari segi subjeknya,
penegakan hukum itu hanya diartikan sebagai upaya aparatur penegakan hukum
tertentu untuk menjamin dan memastikan bahwa suatu aturan hukum berjalan
sebagaimana seharusnya. Dalam memastikan tegaknya hukum itu, apabila
diperlukan, aparatur penegak hukum itu diperkenankan untuk menggunakan daya
paksa.15
Dalam penegakan hukum terdapat faktor yang mempengaruhi penegakan
hukum. Faktor-faktor tersebut mempunyai arti yang netral, sehingga dampak
positif atau negatifnya terletak pada isi faktor-faktor tersebut. Menurut Lawrance
Friedman keberhasilan dalam penegakan hukum ditentukan oleh substansi hukum,
struktur hukum, dan kultur maupun budaya hukum. Sedangkan menurut Soerjono
13 Soerjono Soekanto, 2013, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum,
Rajawali Pers, Jakarta, hal. 5 14 Jimly Asshiddiqie, 2006, “Penegakan Hukum”, Journal Hukum Konstitusi, Jakarta,
hal.1 15 Ibid
Soekanto faktor-faktor yang mempengaruhi penegakan hukum diantaranya
adalah:
(1) Faktor hukumnya sendiri, yang di dalam tulisan ini akan dibatasi pada
undang-undang saja.
(2) Faktor penegak hukum, yakni pihak-pihak yang membentuk maupun
menerapkan hukum.
(3) Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum.
(4) Faktor masyarakat, yakni lingkungan dimana hukum tersebut berlaku
atau diterapkan.
(5) Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta, dan rasa yang
didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup.
Kelima faktor tersebut saling berkaitan dengan eratnya, oleh karena merupakan
esensi dari penegakan hukum, juga merupakan tolak ukur daripada efektivitas
penegakan hukum.16
1.8 Metode Penelitian
1.8.1 Jenis Penelitian
Sebagai suatu karya ilmiah dan untuk mendapatkan hasil yang ilmiah
sehingga dapat dipertahankan secara ilmiah pula. Dalam penelitian skripsi ini,
penulis menggunakan jenis penelitian yuridis empiris. Penelitian secara yuridis
dijadikan acuan didalam meneliti permasalahan berkaitan dengan landasan hukum
pada peraturan perundang-undangan yang ada. Penelitian yuridis empiris
16 Soerjono Soekanto, op.cit, hal. 8
mengembangkan pendekatan dengan aspek hukum terhadap hasil penelitian
lapangan karena data-data yang dikumpulkan melalui wawancara17.
1.8.2 Sifat Penelitian
Berdasarkan jenis penelitian diatas, maka penelitian yuridis empiris yang
digunakan adalah penelitian yang bersifat deskriptif, yang berupaya untuk
menggambarkan secara lengkap mengenai hal-hal yang berkaitan dengan masalah
yang diteliti. Penelitian deskriptif ini bertujuan untuk memberikan gambaran atau
pemaparan atas subjek dan objek penelitian sebagaimana hasil penelitian yang
dilakukan.18
1.8.3 Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam menunjang pembahasan, diperoleh
melalui dua (2) sumber, yaitu :
1. Data Primer
Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber pertama
dilapangan baik berupa responden maupun informan. Data diperoleh dari hasil
data lapangan (field research) melalui wawancara dengan instansi maupun
responden terkait dengan permasalahan yang dibahas19. Dimana dengan cara ini
17 Ronny Hanitijo Soemitro, 1983, Metode Penulisan Hukum,cet I, Ghalian Indonesia,
Jakarta, hal.24 18 Mukti Fajar, 2010, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta, hal.183 19Bambang Waluyo, 1996, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Sinar Grafika, Jakarta,
hal.6
akan diperoleh data primer untuk dijadikan bahan pembanding dari data sekunder
yang telah diperoleh melalui penelitian kepustakaan.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung dari
narasumber yaitu bisa berasal dari dokumen, bahan pustaka, hasil-hasil penelitian
dan sebagainya terutama yang berkaitan dengan penelitian. Sumber data dalam
data sekunder diperoleh dari hasil penelitian kepustakaan (library research) yang
bersumber pada bahan hukum berupa peraturan Perundang-Undangan, pendapat
pakar hukum, buku hukum, jurnal-jurnal hukum20, dan yang mendukung sumber
data primer yang berkaitan dengan Pengendalian Pemanfaatan Ketersediaan Air
Tanah melalui Instrumen Perpajakan di Kabupaten Gianyar. Data sekunder yang
digunakan dalam penelitian ini yang berasal dari bahan hukum primer adalah :
a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
b. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah.
c. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
d. Peraturan Daerah Kabupaten Gianyar Nomor 18 Tahun 2010 Tentang
Pajak Air Tanah.
e. Peraturan Bupati Gianyar Nomor 21 Tahun 2011 tentang Besarnya
Nilai Perolehan Air Tanah (NPAT) dalam Pengenaan Pajak Air Tanah.
20Peter Mahmud Marzuki, 2009, Penelitian Hukum, Kencana Predia Media Group,
Jakarta, hal.93
1.8.4 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penyusunan skripsi ini, teknik yang dipakai dalam pengumpulan
data, yaitu :
a. Teknik Wawancara
Teknik wawancara dilakukan dengan mengajukan beberapa pertanyaan
untuk memperoleh jawaban yang relevan dengan permasalahan penelitian
kepada informan. Informan adalah orang yang memberikan informasi
kepada peneliti.
b. Teknik Studi Dokumen
Studi dokumen merupakan teknik awal yang digunakan dalam setiap
penelitian ilmu hukum. Studi dokumen dilakukan atas data-data hukum
dan bahan kepustakaan yang relevan dengan permasalahan penulisan.
1.8.5 Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Dalam penelitian ini, setelah data terkumpul melalui studi kepustakaan dan
wawancara selanjutnya data yang diperoleh kemudian dipilih dan diolah dengan
menganalisis secara kualitatif yaitu dengan menghubungkan antara data yang ada,
yang berkaitan dengan pembahasan dan selanjutnya disajikan secara deskriptif.21
Data yang telah rampung dipaparkan dengan disertai analisis sesuai dengan teori
yang terdapat pada buku-buku, literatur, dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku, guna mendapatkan kesimpulan sebagai akhir dari penulisan skripsi ini.
21Kartini Kartono, 1986, Pengantar Metodologi Riset Sosial, Alumni Bandung, Bandung,
hal.171