dakwah antar budaya di era cyber - stail

22
An-Nida‟ : Jurnal Prodi Komunikasi Penyiaran Islam Dakwah Antar Budaya di Era Cyber 95 Volume VIII Nomor 2 Maret Agustus 2019 P-ISSN :2354-6328 E-ISSN : 2598-4012 DAKWAH ANTAR BUDAYA DI ERA CYBER Alim Puspianto, M.Kom.I STAI Luqman al Hakim Surabaya Abstrak Islam adalah agama“Rahmatan lil amamin” yang memberikan kedamaian dan ketenangan bagi seluruh alam. Sehingga kegiatan dakwah yang dilakukan oleh para pekalu dakwah tidak menggunakan kekerasa akan tetapi kegiatan dakwah tersebut selalu dilakukan dengan damai, bijak dan menggunakan pendekatan pendekatan budaya yang dianut oleh calon mad’unya. Perkembangan Islam dari masa ke masa sampai di era modern seperti sekarang ini tidak lepas dari semnagt dakwah para da’i da’i nya.Sejarah telah mencatat bahwa Agama Islam yang tadinya hanya di jazirah Arab saja sekarang sudah bisa masuk dan diterima oleh masyarakat dunia.Kalau kita perhatiakan secara seksama kesusksesan dakwah Islam tersebut tidak lepas dari pendekatan pendekatan budaya sesuai dengan kearifan lokal dimana mad’u berada.Dunia dakwah Islam khususnya dakwah antar budaya menemukan babak barunya ketika masyarakat dunia berbondong bondong masuk ke dunia baru yang bernama cyberspacy. Pada tulisan ini penulis akan membahas tentangdakwah antar budaya di era cyber. Dimana kegiatan dakwah antar budaya diera cyber ini merupakan sebuah keniscayaan.Karena mau tidak mau dunia dakwah akan dipaksa masuk kedalam dunia baru yang bernama cyberspacy. Yaitu sebuah dunia maya yang terbebas dari ruang dan waktu sehinggamampumenghubungkan seluruh masyarakat dunia dengan segala keanekaragaman budayanya. Dari kajian yang disajikan penulis menyimpulkan bahwadi era modern seperti sekarang ini dakwah antar budaya harus masuk dan ikut mewarnai kehidupan di cyberspacy.Untuk masuk dan ikut mewarnai kehidupan di dunia maya tersebut diperlukan tenaga tenaga da’i dengan keahlian khusus.Sehingga dengan kreatifitas dan inovasinya, konten dakwah khususnya materi dakwah antarbudaya.Dimana konten dakwah antarbudaya ini juga harusdisesuaikan dengan “permintaan pasar’ dan media yang dijadikan sebagai tujuan.Tentunya dengan memperhatikan budaya budaya yang dianut oleh masyarakat cyberspacy.Adapun media media yang dimaksud adalah media media yang berdomisili di “alam maya” baik berupa WEB, facebook, instagram, WA, youtube, twitter dan media media sejenisnya. Key word: Dakwah antar budaya, era cyber

Upload: others

Post on 20-Oct-2021

15 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Dakwah Antar Budaya di Era Cyber - STAIL

An-Nida‟ : Jurnal Prodi Komunikasi Penyiaran Islam Dakwah Antar Budaya di Era Cyber

95

Volume VIII Nomor 2 Maret – Agustus 2019

P-ISSN :2354-6328

E-ISSN : 2598-4012

DAKWAH ANTAR BUDAYA DI ERA CYBER

Alim Puspianto, M.Kom.I STAI Luqman al Hakim Surabaya

Abstrak

Islam adalah agama“Rahmatan lil amamin” yang memberikan kedamaian dan ketenangan bagi seluruh alam. Sehingga kegiatan dakwah yang dilakukan oleh para pekalu dakwah tidak menggunakan kekerasa akan tetapi kegiatan dakwah tersebut selalu dilakukan dengan damai, bijak dan menggunakan pendekatan pendekatan budaya yang dianut oleh calon mad’unya. Perkembangan Islam dari masa ke masa sampai di era modern seperti sekarang ini tidak lepas dari semnagt dakwah para da’i da’i nya.Sejarah telah mencatat bahwa Agama Islam yang tadinya hanya di jazirah Arab saja sekarang sudah bisa masuk dan diterima oleh masyarakat dunia.Kalau kita perhatiakan secara seksama kesusksesan dakwah Islam tersebut tidak lepas dari pendekatan pendekatan budaya sesuai dengan kearifan lokal dimana mad’u berada.Dunia dakwah Islam khususnya dakwah antar budaya menemukan babak barunya ketika masyarakat dunia berbondong bondong masuk ke dunia baru yang bernama cyberspacy.

Pada tulisan ini penulis akan membahas tentangdakwah antar budaya di era cyber. Dimana kegiatan dakwah antar budaya diera cyber ini merupakan sebuah keniscayaan.Karena mau tidak mau dunia dakwah akan dipaksa masuk kedalam dunia baru yang bernama cyberspacy. Yaitu sebuah dunia maya yang terbebas dari ruang dan waktu sehinggamampumenghubungkan seluruh masyarakat dunia dengan segala keanekaragaman budayanya.

Dari kajian yang disajikan penulis menyimpulkan bahwadi era modern seperti sekarang ini dakwah antar budaya harus masuk dan ikut mewarnai kehidupan di cyberspacy.Untuk masuk dan ikut mewarnai kehidupan di dunia maya tersebut diperlukan tenaga tenaga da’i dengan keahlian khusus.Sehingga dengan kreatifitas dan inovasinya, konten dakwah khususnya materi dakwah antarbudaya.Dimana konten dakwah antarbudaya ini juga harusdisesuaikan dengan “permintaan pasar’ dan media yang dijadikan sebagai tujuan.Tentunya dengan memperhatikan budaya budaya yang dianut oleh masyarakat cyberspacy.Adapun media media yang dimaksud adalah media media yang berdomisili di “alam maya” baik berupa WEB, facebook, instagram, WA, youtube, twitter dan media media sejenisnya.

Key word: Dakwah antar budaya, era cyber

Page 2: Dakwah Antar Budaya di Era Cyber - STAIL

An-Nida‟ : Jurnal Prodi Komunikasi Penyiaran Islam Dakwah Antar Budaya di Era Cyber

96

Volume VIII Nomor 2 Maret – Agustus 2019

P-ISSN :2354-6328

E-ISSN : 2598-4012

A. Pendahuluan

Islam adalah agama dakwah sehingga tidak heran jika penyebaran agama Islam dari

jazirah Arab sampi ke seluruh penjuru dunia terjadi begitu cepatnya.Karena memang

konsekwensi seseorang setelah memeluk agama Islam adalah melakukan dakwah sesuai dengan

kemampuan dan potensinya masing masing.Selain itu keagungan dan kemuliaan ajaran Islam

sungguh sangat benar adanya.Sebagaimana kita melihat sejarah bahwa Islam memang tersebar

keseluruh dunia itu adalah fakta.Tapi yang patut kita cermati dan itu menjadi kebanggaan adalah

bahwa tersebarnya agama Islam keseluruh dunia tersebut dilakukan dengan damai, tanpa paksaan

dan tanpa peperangan.Tidak berlebihan memang jika Islam disebut sebagai agama yang

“Rahmatan lil amamin” yaitu mampu memberikan rahmad dan kedamaian kepada seluruh mahluk

di dunia ini. Melihat realita tersebut kita bisa menyimpulkan bahwa agama Islam disebarkan ke

seluruh penjuru dunia pasti kegiatan dakwah tersebut dilakukan dengan memperhatikan aspek

sosiokultural atau menggunakan pendekatan budaya yang ada di daerah yang menajdi target

dakwahnya.Artinya adalah dakwah penyebaran agama Islam tersebut dilakukan dengan konsep

dakwah antarbudaya. Sebagaimana Nabi Muhammad SAW menyampaikan ajaran Islam kepda

bangsa Arab dengan pendekatan bahasa dan budaya Arab pada saat itu. Sesuai FirmanNya, ”Kami

tidak mengutus seorang rasulpun melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya ia bisa memberi penjelasan

dengan baik kepada mereka” (QS: Ibrahim:4).

Perbedan dan kekhasan dalam tatanan kehidupan social masyarakat adalah sebuah

kewajaran. Mulai dari perbedaan warna kulit, bahasa, tradisi, pakaian, suku, bangsa dan lain

sebagainya. Realitas keanekaragaman tersebut menuntut dan mengharuskan semua manusia

untuk saling mengenal, berinteraksi dan saling sinergi antara satu dengan yang lainnya. Bukan

tanpa alasan, akan tetapi itu semata dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan dan demi menjaga

kelangsungan hidup dan kehidupan di alam dunia. Konteks “saling mengenal” ini juga

merupakan fitrah manusia sebagai mahluk social yang tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain.

Bagaimana tidak ? mulai dari kita dilahirkan kemudian memasuki masa anak anak, remaja, dewasa

Page 3: Dakwah Antar Budaya di Era Cyber - STAIL

An-Nida‟ : Jurnal Prodi Komunikasi Penyiaran Islam Dakwah Antar Budaya di Era Cyber

97

Volume VIII Nomor 2 Maret – Agustus 2019

P-ISSN :2354-6328

E-ISSN : 2598-4012

sampai menginjak masa tua bahkan sampai kita meninggalpun semuanya tidak lepas dari bantuan

dan peran dari orang orang disekitar kita.Telah jelas Firman Allah tentang keberagaman

kehidupan manusia yaitu:

ياأيهاالىاسإواخلقىاكممىذكزوأوثىىجعلىاكمشعىباوقبائللتعارفىا

ب زم و كز معى الله قاك واللهعل مم

“hai manusia sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki laki dan seorang perempuan dan

menjadikan kamu berbangsa bangsa dan bersuku suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang

yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa diantara kamu. Sesungguhnya

Allah maha mengetahui lagi maha mengenal”. QS.49 ayat :13

Hikmah ynag bisa kita ambil dari ayat diatas yaitu bahwa keberagaman, perbedaan suku, budaya

dan tradisi adalah sebuah realitas yang dianugrahkan oleh Allah SWT kepada seluruh umat

manusia. Keberagaman adalah sebuah kekayaan dan karuniabesar yang diberikan oleh Allh SWT

kepada kita semua. Akan tetapi manakala manusia tidak bisa memaknai keberagaman itu secara

bijak maka peperangan dan kehancuranlah yang akan kita dapatkan.

Dilihat dari kacamata dakwah perbedaan perbedaan yang ada itu menjadi sesuatu yang

sangat penting untuk dikaji. Perbedaan tradisi dan kebudayaan menjadi tantangan tersendiri bagi

keberlangsungan kegiatan dakwah Islam. Sehingga sudah menjadi kebutuhan bahwa dakwah

Islam harus mampu menembus sekat sekat dan berbedaan kebudayaan yang ada di seluruh

masyarakat dunia. Kajian dan pembahasan dakwan antarbudaya menjadi suatu kebutuhan sebagai

bekal dalam mendakwahkan Islam secara damai. Sesuai dengan konsep Islam yang rahmatan lil

alamin yaitu mampu memberikan kedamaian, ketenangan dan ketentraman kepada seluruh alam.

Makanya tidak heran jika pembahasan tentang pendekatan dakwah antarbudaya sangat

berkembang pesat di era cyber seperti sekarangini. Kenapa bisa demikian, setidaknya karena

dengan konsep dakwah antarbudaya tersebut mejadikan kegiatan dakwah yang dilakukan lebih

ramah dan bisa menyesuaikan dengan budaya dan adat istiadat dimana kegiatan dakwah itu

dilaksanakan.Sehingga harapannya dakwah bisa diterima dan ajaran Islam bisa diterapkan di

daerah tersebut.

Page 4: Dakwah Antar Budaya di Era Cyber - STAIL

An-Nida‟ : Jurnal Prodi Komunikasi Penyiaran Islam Dakwah Antar Budaya di Era Cyber

98

Volume VIII Nomor 2 Maret – Agustus 2019

P-ISSN :2354-6328

E-ISSN : 2598-4012

Dalam kontek era modern seperti sekarang ini, kemajuan teknologiberjalan begitu cepat

dan canggih.Sehingga kemajuan dan kecanggihan terseut mampu melahirkan dunia baru yang

sering disebut sebagai cyberspacy.Yaitu sebuah dunia maya yang mampu mempermudah dan

memenuhi hampir seluruh kebutuhan masyarakat dunia.Dengan cyberspacy tersebut menjadikan

bumi yang luas ini seakan-akan menjadi kecil layaknya sebuah desa, dimana peristiwa yang terjadi

diseluruh penjuru dunia akanmudah diketahui dengan cepat oleh seluruh masyarakat.Kondisi

demikian sudah pasti berdampak ke seluruh aspek kehidupan manusia tidak terkecuali adalah

dunia dakwah.Karena memang tidak bisa dipungkiri bahwa kegiatan dakwa juga memerlukan

media atau wasilah.Masalah wasilah atau media ini begitu urgen bagi kelangsungan dunia dakwah

khususnya dakwah antar budaya.Dari sudut pandang kemajuan teknologi cyberspacyini, dakwah

dihadapkan dengan persoalan tentang bagaimana caranya menyampaikan pesan pesan Islam

dalam kontek masyarakat modern yang semakin maju. Disinilah dakwah antarbudaya harus

mampu mengambil perannya.Dakwah antarbudaya harus mampu masuk dan diterima di dunia

baru yang bernama cyberspacydengan segala pernak pernik aynag ada didalamnya.

Setelah melihat realita kemajuan zaman sedemikian hebat dan cepat. Maka tentunya mau

tidak mau dunia dakwah khususnya para da‟i nya harus memberikan respon dan dipaksa terlibat

secara aktif menghadapi fenomenaa fenomena yang terjadi di belahan dunia.1 dengan

menggunakan kemajuan teknologi (media massa) harapannya dakwah bisa dinikmati tidak hanya

pada satu tempat atau oleh satu kelompok saja namun bisa dinikmati oleh seluruh masyarakat di

dunia ini. Apalagi dengan kehadiran internet yang mampu membuat seolah olah dunia berada

digenggaman tangan. Sehingga pesan pesan dakwah yang disampaikan oleh para da‟i akan lebih

maksimal dalam penyebarannya. Karena kita tahu bahwa bagi masyarakat modern , media sudah

menjadi sebuah kebutuhan hidup dan gaya hidup. Segala sesuatu bisa diperoleh lewat media,

mulai dari informasi, ilmu pengetahuan, hiburan, jual beli barang semuannya ada. Tinggal klik

saja dilayar handphone, monitor PC, atau televisi, semua ada dan tersaji lengkap disitu.

Pada tulisan ini, akan dipaparkan tentang dakwah antarbudaya cyberspacy atau dunia maya.

Harapanya para aktivis dakwah bisa mempersiapkan diri serta membekali kemampuan terkait

dunia dakwah khususnya dakwah lewat media media zaman now.Sehingga dunia dakwah mampu

eksis dan diterima oleh seluruh masyarakat dunia modern seperti sekarang ini.

1 Ilyas Ismail, Prio Hutman, Fisafat dakwah (rekayasa membangun agama dan perdaban Islam)(Jakarta:

Kencana, 2011), 259

Page 5: Dakwah Antar Budaya di Era Cyber - STAIL

An-Nida‟ : Jurnal Prodi Komunikasi Penyiaran Islam Dakwah Antar Budaya di Era Cyber

99

Volume VIII Nomor 2 Maret – Agustus 2019

P-ISSN :2354-6328

E-ISSN : 2598-4012

B. Dakwah Antar Budaya

Ditinjau dari segi etimologis, dakwah berasal dari bahasa arab “dakwah” dari kata da’a (دعا)

yad’u (يدعو)da’watan(دعوة) yang berarti panggilan, ajakan, seruan2 Dakwah dengan pengertian ini

dapat dijumpai dalam ayat-ayat Al Qur‟an, yaitu :

“Allah menyeru (manusia) ke darussalam (surga), dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan

yang Lurus (Islam)”. (Yunus : 25)3

Sedangkan secara terminologis, Syaikh Ali Mahfudz dalam kitabnya Hidayat Al- Mursyidin

mendefinisikan dakwah sebagai motifasi manusia untuk berbuat kebajikan, mengikuti petunjuk,

memerintahkan kebaikan dan mencegah kemungkaran, agar mereka memperoleh kebahagiaan di

dunia dan akhirat.4 Sedangkan menurut Toha Yahya Oemar, beliau mengatakan bahwa dakwah

adalah mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah

tuhan untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat.5

Dengan kata lain dakwah juga bisa kita artikan sebagai suatu aktifitas yang dilakukan

dalam rangka menyampaikan pesan-pesan ajaran agama Islam kepada orang lain dengan cara

bijaksana agar mereka mau menerima dan menjalankan ajaran Islam dengan baik, dalam

kehidupan individu maupun bermasyarakat dalam rangka untuk mencapai kebahagiaan hidup di

dunia dan di akhirat.Dakwah juga bisa diartikan sebagai proses penyampaian ajaran Islam kepada

umat manusia. Sebagai suatu proses tentunya dakwah disini tidak hanya merupakan usaha

penyampaian saja, tetapi merupakan usaha untuk mengubah way of thinking, way of feeling, dan way

of life manusia sebagai sasaran dakwah ke arah kualitas kehidupan yang lebih baik.6

2Muhammad Ali Aziz, Ilmu Dakwah (Surabaya: IAIN Sunan Ampel, 1993), hal. 1

3 Departemen Agama RI, Al-Qur’anTajwid dan Terjemahan (Bandung: PT Syaamil Cipta Media, 2002), hal.

211 4Syamsul Munir Amin, Rekontruksi Pemikiran Dakwah Islam (Jakarta : Amzah, 2008), 5

5Moh.Ali Aziz, Ilmu Dakwah (, Jakarta: Prenada Media, 2004), 5

6Syamsul Munir Amin, Rekontruksi Pemikiran Dakwah Islam (Jakarta: Amzah, 2008), 8

Page 6: Dakwah Antar Budaya di Era Cyber - STAIL

An-Nida‟ : Jurnal Prodi Komunikasi Penyiaran Islam Dakwah Antar Budaya di Era Cyber

100

Volume VIII Nomor 2 Maret – Agustus 2019

P-ISSN :2354-6328

E-ISSN : 2598-4012

Adapun budaya pada dasarnya merupakan nilai nilai yang muncul dari proses interaksi

antar individu. Nilai nilai ini diakui, baik secara langsung maupun tidak, seiring dengan waktu

yang dilalui tersebut. Bahkan kadang sebuah nilai tersebut berlangsung dibawah alam bawah

sadar individu dan diwariskan kepada generasi berikutnya.7 Dengan demikian budaya bisa

diartikan sebagai sebuah nilai atau praktik sosial yang berlaku dan dipertukarkan dalam hubungan

antar manusia baik sebagai individu maupun anggota masyarakat. Menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia, Budaya adalah suatu Cara hidup yang berkembang, dan dimiliki bersama oleh sebuah

kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya ini biasanya memiliki

keragaman antara daerah yang satu dengan daerah lainnya. Sehingga itu menjadi keunikan

tersendiri dan menjadi ciri khas bagi masing masing daerah. Bentuk penerapan budaya

dikehidupan masyarakat biasanya berupa norma norma tidak tertulis atau adat istiadat yang itu

dipegang teguh oleh suatu perkumpulan masyarakat tertentu. Walupun budaya sangat terjaga dan

diwariskan dari genersi ke generasi di sebuah wilayah atau kelompok akan tetapi budaya juga bisa

berubah ketika orang orang berhubungan antara satu dengan lainnya.8Apalagi ditambah dengan

kemajuan teknologi sebagai media bertemunya budaya budaya seluruh dunia.Perubahan dan

akulturasi budaya menjadi suatu hal yang tidak bisa dihindari.

Setelah kita mengetahui tentang penjelasan dakwah dan budaya maka setidaknya bisa kita

simpulkan bahwa dakwah antarbudaya merupakan seruan pesan-pesan Islam yang disampaikan

oleh seorang da‟i kepada seseorang atau kelompok masyarakat tertentu yang berbeda latar

belakang tradisi dan budayanya. Dengan demikian keberhasilan dakwah antarbudaya sangat

dipengaruhi oleh seberapa besar kemampuan seorang da‟i dalam melakukan pendekatan

pendekatan budaya dimana kegiatan dakwah itu dilakukan. Karena fakta membuktikan bahwa

salah satu strategi dakwah yang sedang berkembang dan dianggap lebih ramah adalah strategi

dakwah antarbudaya.9 Dimana dakwah damai dengan mengedepankan pendekatan pendekatan

budaya senantiasa menjadi pegangan setiap da‟i. Sehingga kegiatan dakwah yang dilakukan tidak

menimbulkan gesekan dan pertentangan dari masyarakat yang menjadi mad‟unya.

7Rulli Nasrullah, Komunikasi Antar Budaya, (Jakarta: Kencana, 2012), hal, 15

8Dr. Ahmad Sihabudin,M.Si, Komunikasi Antar Budaya (Jakarta: Bumi Aksara, 2011) hal, 20

9Dr. Acep Aripudin, Dakwah AntarBudaya, Remaja Rosda Karya (Bandung, 2012, hal 133)

Page 7: Dakwah Antar Budaya di Era Cyber - STAIL

An-Nida‟ : Jurnal Prodi Komunikasi Penyiaran Islam Dakwah Antar Budaya di Era Cyber

101

Volume VIII Nomor 2 Maret – Agustus 2019

P-ISSN :2354-6328

E-ISSN : 2598-4012

C. Prinsip Prinsip Dakwah Antar Budaya

Dakwah merupakan suatu perintah yang telah diwajibkan oleh Allah SWT kepada umat

Islam di seluruh dunia. Perintah tersebut telah jelas tertuang dalam kitab suci Al Qur‟an. Seperti

firmannya:

Al-Qur‟an surat An-Nahl ayat 125:

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan

bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui

tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang

mendapat petunjuk.10

ىالذيبعث اا ىزسىو ىهم تلىول هم يا هىي ك همىيعلمه

ال تابىال م و و اوىا ىقبلل ي لمب ه

“Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang

membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan

Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang

nyata”. QS. Al Jumu‟ah, ayat 2

Dari dua ayat tersebut telah jelas dan gamblang bahwa Allah SWT menyuruh untuk

berdakwah.Selain itu diayat yang pertama juga dijelaskan tentang bagaimana kaidah dan prinsip

prinsip mejalankan perintah berdakwah secara baik dan benar. Sehingga kaidah dan prinsip

tersebut bisa dijadikan sebagai acuan oleh umat muslim dalam melakukan kegiatan dakwah.

Adapun prinsip prinsip dakwah yang didalamnya juga termasuk prinsip dakwah antarbudaya

adalah sebagai berikut.

1. Prinsip Tauhid

10

Departemen Agama Islam RI, Al Qur’an dan Terjemahannya (Bandung: Syamil Cipta Media, 2005), 281

Page 8: Dakwah Antar Budaya di Era Cyber - STAIL

An-Nida‟ : Jurnal Prodi Komunikasi Penyiaran Islam Dakwah Antar Budaya di Era Cyber

102

Volume VIII Nomor 2 Maret – Agustus 2019

P-ISSN :2354-6328

E-ISSN : 2598-4012

Tauhid ini merupakan prinsip dan pesan inti dari kegiatan dakwah. Pesan tauhid

ini pada intinya mengajak umat manusia untuk hanya menyembah kepada Allah SWT,

tuhan semesta alam. Wujud konkritnya adalah mengajak umat manusia untuk menapaki

jalan Tuhan yaitu “ila sabili robbi” yaitu memeluk agama Islam dengan mengucap dua

kalimat syahadat. Kalimatnya mungkin ringan dan mudah akan tetapi kalimat syahadat ini

mempunyai konsekwensi yang sangat luar biasa. Kalimat syahadat inilah yang menjadi

pembeda antara orang yang beriman dan orang kafir atau ingkar. Dengan kalimat ini pula

mampu menyelamatkan kehidupan anak manusia dari alam dunia sampai ke alam akhirat.

“la ila ha illallah muhammadar rasulullah” itulah kalimat agung yang lebih berat

timbangannya dari dunia dan seisinya. Maka sudah semestinya prinsip tauhid ini menjadi

prinsip utama dalam melakukan kegiatan dakwah.

2. Prinsip Bil Hikmah

Prinsip dakwah bi al hikmahini maksudnya adalah penyeruan atau pengajakan

dengan cara bijak, filosofis, argumentatif, dilakukan dengan adil, penuh kesabaran dan

ketabahan, sesuai dengan risalah al-nubuwah dan ajaran Al- Qur‟an atau wahyu Illahi.11

Sehingga didalam aplikasinya seorang da‟i harus memperhatikan suasana, situasi, dan

kondisi mad‟unya. Dakwah bil hikmah berarti dakwah yang disesuaian dengan kadar akal,

bahasa, dan lingkungan dimana kegiatan dakwah dilaksanakan. Itu artinya kegiatan

dakwah harus menyesuaikan dengan kebudayaan dan sosio kultural masyarakat atau

mad‟unya. Hikmah juga diartikan sebagai hasil renungan yang teraktualisasikan pada cara

cara tertentu untuk mempengaruhi orang lain atas dasar pertimbangan psiko- sosio-

kultural mad‟u secara rasional. Hikmah adalah suatau syarat mutlak suskesnya pencapaian

tujuan dakwah.12Menurut Syaid Qutub dakwah dengan metode hikmah ini harus

memperhatikan tiga faktor. Pertama, keadaan dan situasi orang yang didakwahi. Kedua,

kadar atau materi dakwah yang disampaikan agar mereka tidak merasa keberatan dengan

11

Enjang AS, Aliyudin, Dasar- Dasar Ilmu Dakwah (Bandung: Widya Padjadjaran, 2009), 88 12

Dr. Acep Aripudin, Dakwah Antar Budaya, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung: 2012, Hal 47

Page 9: Dakwah Antar Budaya di Era Cyber - STAIL

An-Nida‟ : Jurnal Prodi Komunikasi Penyiaran Islam Dakwah Antar Budaya di Era Cyber

103

Volume VIII Nomor 2 Maret – Agustus 2019

P-ISSN :2354-6328

E-ISSN : 2598-4012

materi dakwah tersebut. Ketiga, metode penyampaian materi dakwah dengan membuat

variasi sedemikian rupa yang sesuai dengan kondisi pada saat itu. Keberagaman budaya

menjadi tantangan tersendiri bagi para da‟i dalam mengemban amanah dakwah. Sehingga

perlu kerja keras dan kerja cerdas dalam menyikapinya. Penggunaaan media dakwah juga

bisa mempengaruhi sukses dan tidaknya kegiatan dakwah. Contohnya bila kegiatan

dakwah ditujukan kepada kalangan eksekutif elit, cerdik pandai maka sebaiknya kegiatan

dakwah dialkukan di tempat khusus seperti hotel atau gedung gedung yang represetatif.

Media atau peralatannyapun harus menyesuaikan. Bisa menggunakan proyektor, LCD

maupun media online melaluai jaringan internet. Bila mad‟unya termasuk dari kalangan

menegah kebawah maka media dan caranyapun harus menyesuaikan dengan kadar

kemampuan mereka.

Berdasarkan itu semua maka prinsip dakwah bil hikmah selain harus mengajak

manusia menuju ke jalan Allah dengan lemah lembut, sabar, lapang dada, juga dalam

penyampaiannya harus tidak melebihi ukurannya dan menyesuaikan dengan kondisi

mad‟unya.

3. Prinsip Bil Mau‟idzah Hasanah

Prinsip Al-MauidzahHasanah diartikan sebagai metode dakwah dengan

memberikan pelajaran, nasihat yang baik dan memberikan arahan untuk kemaslahatan

umat. Hal tersebut dilakukan oleh seorang da‟i dengan penuh tanggung jawab, akrab,

komunikatif, mudah dicerna, dan berkesan di hati sanubari mad’u. Atau bisa dikatakan Al-

Mauidzah Hasanah adalah memberikan nasihat kepada orang lain dengan cara yang baik,

dapat diterima, berkenan dihati, menyentuh perasaan, lurus dipikiran, menghindari sikap

kasar, dan tidak mencari menyebut kesalahan audiens sehingga pihak objek dakwah

dengan rela hati dan atas kesadarannya dapat mengikuti ajaran yang disampaikan oleh

pihak subyek dakwah.13

4. Prinsip wajadilhum billati hiya ahsan

13

Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah (Jakarta: Amzah, 2009), 100

Page 10: Dakwah Antar Budaya di Era Cyber - STAIL

An-Nida‟ : Jurnal Prodi Komunikasi Penyiaran Islam Dakwah Antar Budaya di Era Cyber

104

Volume VIII Nomor 2 Maret – Agustus 2019

P-ISSN :2354-6328

E-ISSN : 2598-4012

Al-Mujadalah Al-Ahsan merupakan upaya dakwah melalui bantahan, diskusi,

atau berdebat dengan cara yang baik, sopan, santun, saling menghargai, dan tidak

arogan. Prinsip Al-Mujadalah Al-Ahsanlebih tepat digunakan kepadakaum cerdik

pandai atau cendekia. Dimana taraf berpikir mereka cukup maju, dan kritis akan

tetapi mereka menolak kebenaran Islam.

Diperlukan da‟i da‟i khusus untuk bisa bermain di wilayah dakwah AL

Mujadalah Al Ahsan ini. Karena keimanan dan ketaqwaan saja belum cukup bisa

untuk menyadarkan orang orang yang punya kecerdasan tinggi. Diperlukan da‟i yang

betul betu paham, cerdas dan lihai berdebat. Sehingga mampu memberikan

penjelasan dengan jelas,logis dan bijak serta menyadarkan mad‟unya untukkembali

kepada jalan yang lurus “fii sabilillah”.

5. Prinsip Universal

Prinsip unversalitas inilah yang kemudian menjadikan Islam tidak hanya mampu

memberikan manfaat kepada umatnya saja. Akan tetapi Islam mampu memberikan

rahmad kepada seluruh alam. Yaitu meliputi manusia itu sendiri, tumbuhan, binatang,

bumi beserta seluruh isinya. Sebagaimana firmanNya,

“dan kami tidak mengutus engkau (Muhammad) kecuali menjadi rahmad

(penyebar kasih sayang dan penjaga keharmonisan) bagi semesta alam”.

Prinsip universal yang merupakan bagian dari keagungan ajaran Islam ini harus

senantiasa dimengerti dan dipahami oleh seorang da‟i dalam berdakwah. Karena

memahamkan prinsip keuniversalan Islam kepada masyarakat secara otomatis akan

membuat masyarakat menjadi tenang dan tentram. Mereka akan merasa bahwa Islam itu

tidak egois, yang memikirkan dirinya sendiri. Akan tetapi Islam itu sangat peduli terhadap

sesama dan bahkan manfaat dan rahmad Islam akan mampu memberikan kepada eluruh

alam.

Page 11: Dakwah Antar Budaya di Era Cyber - STAIL

An-Nida‟ : Jurnal Prodi Komunikasi Penyiaran Islam Dakwah Antar Budaya di Era Cyber

105

Volume VIII Nomor 2 Maret – Agustus 2019

P-ISSN :2354-6328

E-ISSN : 2598-4012

6. Prinsip Liberation

Prinsip liberation atau pembebasan ini merupakan suatu prinsip yang menjelaskan

dan mempertegas bahwa kegiatan dakwah ini benar benar tidak memaksakan kehendak.

Artinya bahwa kegiatan dakwah ini hanya bersifat seruan dan ajakan semata. Jauh dari

kata intimidasi atau tindakan teror lainnya. Adapun keputusan akhir tetap ditangan mad‟u

atau masyarakat yang merupakan objek dakwah itu sendiri. Tujuan dakwah tidak lain

adalah ajakan untuk mengesakan dan menyembah Allah SWT, tuhan semesta alam.

Prinsip liberation ini telah jelas difirmankan Allah dalam kitabNya.

يهاٱل زون ﴿ ب ووماأوب ﴿٢﴾ وأوب ا عب ون ﴿١قل اوب ﴿٣﴾ ووأوتمع ﴾ ٤﴾ ووأواواب م

ب ووماأوب ﴿ ٦﴾ ل م يى مىلى يه ﴿٥ووأوتمع

“Katakanlah: Hai orang-orang kafir. Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku”.

Di Indonesia prinsip liberation ini lebih dipertegas lagi yaitu dengan larangan

menyebarkan agama atau keyakinan kepada orang yang sudah beragama. Jadi tidak hanya

sekedar melarang untuk memaksakan keyakinan saja akan tetapi di negara kita ini tidak

boleh menyebarkan agama kepada oarng yang sudah mempunyai keyakinan atau

beragama. Hal ini diataur dalam keputusanbersama mentri agama dan mentri dalam

negeri nomor 1 tahun 1979 tentang tata cara pelaksanaan penyiaran agama dan bantuan

luar negeri kepada lembaga keagamaan di Indonesia. Lebih jelas bahkan terdapat dalam

Pasal 4 yang melarang menyiarkan agama kepada orang yang sudah menganut agama lain,

apalagi menggunakan iming-iming dan bujuk-rayu.

Di bawah ini bunyi Pasal 4. “Pelaksanaan penyiaran agama tidak dibenarkan

untuk ditujukan terhadap orang atau kelompok orang yang telah memeluk/menganut

agama lain dengan cara:

a. Menggunakan bujukan dengan atau tanpa pemberian barang, uang, pakaian,

makanan dan atau minuman, pengobatan, obat-obatan dan bentu-bentuk pemberian

Page 12: Dakwah Antar Budaya di Era Cyber - STAIL

An-Nida‟ : Jurnal Prodi Komunikasi Penyiaran Islam Dakwah Antar Budaya di Era Cyber

106

Volume VIII Nomor 2 Maret – Agustus 2019

P-ISSN :2354-6328

E-ISSN : 2598-4012

apapun lainnya agar orang atau kelompok orang yang telah memeluk/menganut agama

yang lain berpindah dan memeluk/menganut agama yang disiarkan tersebut.

b. Menyebarkan pamflet, majalah, bulletin, buku-buku, dan bentuk-bentuk barang

penerbitan cetakan lainnya kepada orang atau kelompok orang yang telah

memeluk/menganut agama yang lain.

c. Melakukan kunjungan dan rumah ke rumah umat yang telah

memeluk/menganut agama yang lain.14

7. Prinsip Rasionalitas

Prinsip rasionalisme ini menekankan kepada seorang da‟i untuk mengedepankan aspek

rasional dalam menyampaikan pesan pesan dakwahnya. Hal ini dikarenakan kebanyakan

manusia akan menggunakan akal logikanya dalam menangkap dan menyaring informasi

yang diterimanya. Apalagi untuk konteks dakwah antar budaya yang adat kebiasaannya

dan karakternya berbeda. Seorang da‟i harus lebih melakukan pendekatan pendekatan

akal pikiran yang rasional bukan pendekatan pendekatan dogmatik yang kolot.

Pendekatan rasional yang lebih mengedepankan aspek akal pikiran ini sangat tepat sekali

untuk konteks masyarakat kekinian. Dimana taraf pendidikan dan pengetahuan

masyarakat sudah maju dan canggih. Masyarakat sekarang kadang lebih percaya kepada

sesuatu yang rasional dan bisa di jelaskan berdasarkan akal pikiran.

8. Prinsip Wa Yuzkihim wa Yu‟alimhum al kitab wa al Hikmah

Prinsip pencucian jiwa ini termasuk aspek utama dan penting, yang perlu

diperhatikan oleh setiap da‟i dalam menjalankan kegiatan dakwah. aspek ini bahkan

merupakan salah satu tujuan utama diutusnya Nabi kita Muhammmad shallallahu „alaihi

wa sallam. Sebagaimana Allah Ta‟ala menjelaskan hal ini dalam banyak ayat Al Qur-an, di

antaranya adalah

كماأرسلىاف مزسىو ى م تلىول م يا ىاوي ك مىيعلم مال تابىال م ويعلم ممالمت ىوىا علمىن

14

https://www.hidayatullah.com/berita/nasional/read/2014/11/11/33053/heboh-video-kristenisasi-inilah-sk-larangan-penyiaran-agama-pada-penganut-agama-lain.html

Page 13: Dakwah Antar Budaya di Era Cyber - STAIL

An-Nida‟ : Jurnal Prodi Komunikasi Penyiaran Islam Dakwah Antar Budaya di Era Cyber

107

Volume VIII Nomor 2 Maret – Agustus 2019

P-ISSN :2354-6328

E-ISSN : 2598-4012

“Sebagaimana Kami telah mengutus kepadamu seorang Rasul di antara kamu yang

membacakan ayat-ayat Kami kepadamu, dan menyucikan(diri)mu, dan mengajarkan

kepadamu Al kitab (Al Qur-an) dan Al Hikmah (As Sunnah), serta mengajarkan

kepadamu apa yang belum kamu ketahui.” (Qs Al Baqarah: 151)

9. Prinsip menegakkan etika atas dasar kearifan lokal

Prinsip ini pada dasarnya merupakan suatu panduan atau aturan tak tertulis yang

senantiasa melekat dalam setiap kegiatan dakwah. faktor ini biasanya menjadi salah satu

penentu diterima atau tidaknya seruan seorang da‟i dimata mad‟unya. Dengan

mengedepankan prinsip ini pula Islam yang disebarkan oleh walisongo bisa diterima di

pulau jawa. Bahkan kehadiran walisongo mampu merubah secara dratis sistem

kepercayaan dan sosio kulturan kehidupan masyarakat jawa pada umumnya. Untuk

memahami kenapa prinsip ini begitu ampuh dan sukses mengantarkan Islam ke pulau

jawa sebetulnya mudah saja. Karena memang pada dasarnya pendekatan pendekatan yang

bersifat kultural sesuai dengan kearifan lokal inilah yang mudah diterima oleh masyarakat

pada umumnya. Masyarakat tidak canggung atau ragu lagi kepada da‟i yang menyeru

kepada sesuatu yang baru mana kala cara dan metodenya tidak bertentangan dengan

budaya budaya lokal yang sudah ada. Dalam waktu singkat masyarakat atau mad‟u akan

menganggap seorang da‟i tersebut bagian dari mereka. Seorang da‟i tidak akan dianggap

sebagai orang asing dimata mereka. Sehingga secara otomatis pesan pesan dakwahnya

mudah diterima.

D. Internet dan Budaya cyber

Ditinjau dari aspek budaya sebenarnya internet juga bisa dikatakan sebagai suatu

budaya (Culture).Walaupun pada awalnya internet hanya merupakan model komunikasi

yang sederhana bila dibandingkan dengan model komunikasi secara langsung atau face to

face.15Namun pada perkembangan teknologi internet begitu luar biasa.Hampir hampir

15

Rully Nasrullah, Komunikasi Antarbudaya di Era Cyber (Jakarta: Kencana, 2014), 51

Page 14: Dakwah Antar Budaya di Era Cyber - STAIL

An-Nida‟ : Jurnal Prodi Komunikasi Penyiaran Islam Dakwah Antar Budaya di Era Cyber

108

Volume VIII Nomor 2 Maret – Agustus 2019

P-ISSN :2354-6328

E-ISSN : 2598-4012

setiap orang yang hidup dizaman sekarang ini menjadikan internet sebuah kebutuhan.

Bahkan lambat laun diprediksikan masyarakat akan beralih semua ke media internet

dalam mencukupi kebutuhannya. Mulai dari kebutuhan yang sifatnya umum sampai

kepada yang sifatnya khusus. Termasuk didalamnya kebutuhan manusia akan ilmu

pengetahuan khususnya tentang agamannya. Karena dengan kemudahan dan

kelengkapannya internet mampu mencukupi kebutuhan setiap orang yang

memerlukannya. Tidak salah kalau kemudian di era cyberspacy ini muncul istilah “Mbah

Google”. Seolah olah Google sudah menggeser kedudukan para kaum kyai dan ulama

dalam hal pemenuhan akan ilmu keagamaan. Jalur pertukaran informasipun sudah lewat

cyberspacyini. Apalagi ditambah dengan munculnya media media sosial seperti facebook,

line, IG, twiter, WA, youtube dan lain sebagainya. Hal itu menambah kokoh kedudukan

jatingan internet dalam pertukaran informasi di era cyberini.Kondisi demikian menambah

bukti bahwa cyberspacy menawarkan masyarakat dunia kepada alam maya yang dulunya

hanya sekedar hiburan dan pelengkap saja namun seiring berjalannya waktu kemajuan

teknologi mampu merubahnya menjadi benar benar ada dan nyata.

Kemajuan teknologi di era cyber telah menbuat anak kecil besar sebelum

waktunya. Dimana tidak, karena berbagai tayangan asusila yang tidak pantas ditonton

oleh anak kecil, sekarang dengan begitu mudah dapat diakses. Masih sangat membekas di

ingatan kita efek yang ditimbulkan dari beredarnya video ariel peterpen, tidak hanya

kalangan dewasa yang terusak tetapi lebih kepada generasi muda. Mereka diarahkan untuk

hidup foya foya dan menikmati kenikmatan yang sifatnya sementara.

Ditambah lagi dengan maraknya game online, yang dampaknya sudah sangat terasa sekali

dikehidupan kita. Fenomena lain dari dampak budaya cyber ini adalah melejitnya Atta

Page 15: Dakwah Antar Budaya di Era Cyber - STAIL

An-Nida‟ : Jurnal Prodi Komunikasi Penyiaran Islam Dakwah Antar Budaya di Era Cyber

109

Volume VIII Nomor 2 Maret – Agustus 2019

P-ISSN :2354-6328

E-ISSN : 2598-4012

Halilintar. Seorang youtuber sukses dan terkenalkarena unggahan video videonya di

media youtube. Semua orang mumujinya dan mengagungkannya. Yang masih hangat lagi

adalah gaya glamour pernikahan syahrini dan gaya nyentriknya Hotman Paris dengan

pesawat pribadinya dan juga dengan status status artis artis nasinaol kita. Seolah olah

mampu mengatakan inilah pola kehidupan yang benar. Anehnya lagi banyak para remaja

Indonesia mengidolakan dan mengikutinya tanpa kritikan sedikitpun.

Indikator lain dari kuatnya budaya cyber ini juga bisa kita lihat betapa informasi

tersebar dengan begitu cepatnya. Orang orang yang tidak bisa mengikuti perkembangan

maka akan akan dikucilkan dan terasing dan dicap tidak gaul atau kolot. Masih jelas

diingatan kita betapa anak anak muda Indonesia “menggandrungi” atau cinta buta kepada

artis artis korea. Segala pernak pernik, tingkah laku, fashion bahkan sampai pada

potongan rambut dan menu makan mereka ikuti tanpa kurang sedikitpun.

Gambaran diatas menunjukan bahwa hampir setiap harinya individu yang hidup

di cyber era yang selalu bersentuhan dengan internet dan pernak pernik didalamnya.

Lebih jauh lagi bahwa di dalam berinteraksi dan berkomunikasi dengan sesama,

masyarakat modern sudah tidak hanya mengandalkan kehidupan nyata semata. Akan

tetapi mereka juga sudah ada ketergantungan dengan dengan dunia maya atau

cyberspacy.Hal itu terbukti dengan semakin lengkapnya fasilitas dan layanan yang

disediakan dan bisa dimanfaatkan dari cyberspacy untuk pemenuhan kebutuhan seluruh

masyarakat dunia.Mulai dari kebutuhan informasi itu sendiri, kebutuhan fashion,

kebutuhan transportasi, bahkan kebutuhan masalah hal hal yang sifatnya sangat privasi

saja bisa dengan mudah kita dapatkan lewat media internet.

E. Dakwah Antarbudaya di Era Cyber

Page 16: Dakwah Antar Budaya di Era Cyber - STAIL

An-Nida‟ : Jurnal Prodi Komunikasi Penyiaran Islam Dakwah Antar Budaya di Era Cyber

110

Volume VIII Nomor 2 Maret – Agustus 2019

P-ISSN :2354-6328

E-ISSN : 2598-4012

Sebelum kita lebih jauh menjelaskan tentang dakwah antar budaya di era cyber kita

pahami dulu apa itu cyber era.Cyber era adalah sebuah masa dimana perkembangan

hubungan antar manusia sudah tidak lagi terhalang oleh jarak dan waktu.Pada cyber era ini

hubungan antar manusia sudah mengandalkan cyberspace atau dunia maya dengan

mengandalkan kecanggihan teknologi jaringan yang tidak kasat mata.

Pengaruh dari perkembangan teknologi moderndalam hal ini adalah media massa

dan media online sangat terasa disemua aspek kehidupan. Mulai dari dunia politik, dunia

hiburan, dunia bisnis dan tidak terkecuali adalah dunia dakwah, khususnya adalah dakwah

antarbudaya.Munculnya arus baru media massa melalui online ini mampu merubah

masyarakat dunia.Dimana“kearifan lokal” yang ada sudah bermetamorfosis menjadi

“kearifan global”. Dunia saat ini seakan seperti “tanpa penghalang” atau dengan kata lain

dunia bisa di katakan sebuah “Global Village.” Arus informasi begitu derasnya menyerbu

seluruh anak manusia dimanpun ia berada. Proses kemajuan teknologi hampir tidak

memberikan kesempatan kepada negara negara di dunia ini untuk menolaknya. Sekat dan

batas wilayah negara hanya menjadi catatan catatan formal administrasi belaka. Hampir

tidak ada lagi tempat atau wilayah di belahan dunia ini yang tidak terjangkau oleh kemajuan

teknologi tersebut. Sehingga global village atau desa global menjadi suatu keniscayaan

kemunculannya.16

Di abad modern seperti sekarang ini, komunikasi telah mencapai suatu tingkat di

mana orang mampu berbicara dengan jutaan manusia secara serentak dan serempak.17

Kehadiran media massa khususnyanya internet dan semua pernak pernik yang ada

didalamnya telah menjadikan bertambahnya kebutuhan primer sebagian besar masyarakat

dunia. Kebutuhan akan informasi melalui media massa menjadi sebuah keharusan yang tidak

boleh terlupakan. Hampir hampir seluruh kebutuhan masyarakat modern telah tersedia di

internet dan media massa lainnya. Mulai kebutuhan pokok, hiburan, keilmuan bahkan

dengan kehadirana aplikasi belanja, transportasi dan komunikasi yang serba online

menjadikan masyarakat begitu ternina bobokan. Internet dan media massalainnya telah

menjadi faktor penentu dalam percaturan kehidupan masyarakat modern.

16

Nurudin, Pengantar Komunikasi Massa (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2011), XII 17

Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), 184

Page 17: Dakwah Antar Budaya di Era Cyber - STAIL

An-Nida‟ : Jurnal Prodi Komunikasi Penyiaran Islam Dakwah Antar Budaya di Era Cyber

111

Volume VIII Nomor 2 Maret – Agustus 2019

P-ISSN :2354-6328

E-ISSN : 2598-4012

Realita diatas menunjukan bahwa cyber era dengan kecanggihan yang ada didalamnya

mempunyai pengaruh begitu kuat dalam kehidupan masyarakat. Pantaslah kalau perang

opini di media massa dan online jauh lebih dahsyat dari pada perang fisik. Dalam perang

opini ini juga bisa disebut sebagai Ghazwul Fikri.18 Dimana perang opini ini mampu menjajah

suatu kaum (masyarakat) tanpa merasa dijajah atau bisa disebut sebagai hegemoni. Disadari

atau tidak kehadiran cyberspacy telah mempengaruhi pola kehidupan masyarakat. Baik dari

cara berpakaian, cara bicara, cara bergaul, cara berjalan dan lain sebagainya. Bisa dipastikan

bahwa hampir semua aktifitas masyarakat modern mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi

telah mengikuti apa yang dilihatnya di media melalui gadgetnya. Secara tidak langsung bisa

dikatakan bahwa seluruh kehidupan dan tatanan yang ada didalamnya telah dikendalikan

oleh media yang bernaung dibawah payungcyber era. Sehingga tanpa disadari komunitas

manusia telah hidup dalam dua dunia kehidupan, yaitu kehidupan masyarakat nyata dan

kehidupan masyarakat maya (cybercommunity).19Kehebohan cyber era mencapai puncaknya

ketika munculnya kekutan arus baru yang bernama sosial media.

Kemajuan teknologi cyber ini harus disikapi secara bijak oleh para praktisi dakwah,

khususnya dakwah antar budaya.Pertanyaanya kenapa dakwah antar budaya ?tidak yang yang

lain. Untuk menjawab pertanyaan tersebut cukup kita mengamati bahwa berdasarkan

pemaparan diatas, dunia cyber adalah sebuah kekuatan media baru yang sangat

menentukan.Hampir setiap orang di era ini bisa berkomunikasi dan mengakses segala

keutuhannya hanya dengan melalui smartphone tanpa harus ribet. Bahkan media baru di era

cyber ini tidak hanya menjadi kebutuhan masyarakat semata tetapi sudah menjadi gaya hidup

(life stayl). Cyber era ini juga memunculkan satu bentuk dunia baru “global village”. Dimana

seluruh kebudayaan dan tradisi yang ada diseluruh penjeuru dunia akan bersatu padu

membaur dalam sebuah wadah yang diberinama cyberspacyatau dunia maya. Sehingga konsep

dakwah antarbudaya perlu mendapatkan keseriusan perhatian dalam mensikapi relaita

kemajuan zaman tersebut.Oleh karena itu menjadi keharusan kegiatan dakwah antar budaya

harus menyesuaikan atauberadaptasi dengan perkembangan jaman di era cyber yang

notabene aktivitas masyarakat sangat tergantung dengan dunia maya.Kenapa dakwah antar

18

Adian Husaeni, Penyesatan Opini (Jakarta: Gema Insani, 2002), V 19

Burhan Mungin, Sosiologi Komunikasi (Jakarta: Kencana, 2008),160

Page 18: Dakwah Antar Budaya di Era Cyber - STAIL

An-Nida‟ : Jurnal Prodi Komunikasi Penyiaran Islam Dakwah Antar Budaya di Era Cyber

112

Volume VIII Nomor 2 Maret – Agustus 2019

P-ISSN :2354-6328

E-ISSN : 2598-4012

budaya bisa menerima efek atau imbas dari kemajuan dunia cyber ini.Seperti yang telah

dijelaskan diawal bahwa dunia cyber adalah dunia dimana semua orang dari berbagai negri

dengan suku bangsa dan keanekaragaman yang ada berbaur menjadi satu tanpa ada sekat

sedikitpun.Sehingga konsekwensinya adalah dakwah antarbudaya harus mampu masuk dan

menyentuh ruang ruang maya yang sudah hampir hampir berubah menjadi kesatuan

budaya.Seperti dunia yang luas dan beranekaragam erta penuh dengan keunikan hanya

diibaratkan dengan “Global Village” semata.

Dari uraian tersebut bisa disimpulkan bahwa kegiatan dakwah harus masuk dan

mewarnai kehidupan cyberspacy atau dunia maya.Artinya bahwa dunia dakwah harus masuk ke

dunia cyber melalui media media yang ada. Karena media media yang ada baik massa

maupun online memiliki peran yang sangat besar dalam mempengaruhi sikap dan perilaku

orang/public. McDevitt (1996: 270) mengatakan, "Media cukup efektif dalam membangun

kesadaran warga mengenai suatu masalah (isu)." Lindsey (1994: 163) berpendapat, "Media

memiliki peran sentral dalam menyaring informasi dan membentuk opini masyarakata."

Sedangkan para pemikir sosial seperti Louis Wirth dan Talcott Parsons menekankan

pentingnya media massa sebagai alat kontrol sosial. Peran media yang sangat kuat yaitu

sebagai pembentuk frame atau pembentukan opini public. Melalui opini public tersebut

sebuah media massa baik offline maupun online mampu merubah persepsi masyarakat

terhadap suatu hal. Selain itu adalah karena cyberspacy atau dunia maya mampu menembus

batas ruang dan waktu dengan begitu cepatnya dan tanpa harus mengeluarkan biaya yang

mahal.Sehingga membuat pesan pesan dakwah dapat menjangkau segmen ke seluruh

masyarakat dunia.Kemudian realita dilapangan menunujukan bahwa pengguna cyberspacy

(internet) tiap tahunnya meningkat sangat dratis. Artinya bahwa bila dakwah dilakukan di

cyberspacy maka akan semakin banyak pula jumlah masyarakat yang akan mendapatkan

manfaat dakwah tersebut. Selanjutnya para aktivis dakwah cyberspacy akan lebih fokus dan

dan sigab dalam merespon setiap perkembangan dunia dakwah lewat cyberspacy ini.

Selain dari penjabaran diatas kita juga bisa melihat bahwa dalam konteks kekinian

dakwah antarbudaya wajib masuk dan mewarnai media media yang ada. Dimana dalam

proses pelaksanaan dakwah, media media yang bermukim di cyberspacy memiliki posisi dan

peran “mediasi” yaitu penyampai (trasnsmiter) berbagai pesan dakwah (al khayr, amr maruf,

Page 19: Dakwah Antar Budaya di Era Cyber - STAIL

An-Nida‟ : Jurnal Prodi Komunikasi Penyiaran Islam Dakwah Antar Budaya di Era Cyber

113

Volume VIII Nomor 2 Maret – Agustus 2019

P-ISSN :2354-6328

E-ISSN : 2598-4012

dan nahy munkar) dari pihak pihak diluar dirinya, sekaligus sebagai pengirim (sender) pesan

dakwah yang dibuat (constructed) oleh para wartawannya kepada khalayak

(audience).20Kalau aktivis dakwah masih menggunakan cara cara konvensional dalam

menjalankan dakwahnya maka sudah barang tentu akan sulit diterima oleh masyarakat

modern. Berdakwah di era cyberadalah sebuah keniscayaan. Hal ini dikarenakan begitu

besarnya efek yang dihasilkan cyberspacy tersebut. Sudah saatnya kaum muslimin atau para da‟i

ikut mengambil bagian dalam dakwah dicyber era ini.

Pada wilayah prakteknya kegiatan dakwah antar budaya harus tersaji dengan

elegan dan menarik serta bisa menyesuaikan dengan kondisi kultur budaya cyberspacy.

Sehingga dakwah antarbudaya bisa diterima dan kemudian mampu memberikan warna

tersendiri bagi masyarakat dunia. Kemasan dakwah antarbudaya yang dimaksud adalah

konten konten yang dibingkai khusus sesuai dengan target akan diarahkan ke media apa

kegiatan dakwah antabudaya ini disalurkan. Konten dakwah jelas akan sangat berbeda antar

konten yang ditujukan ke media A denagn konten dakwah yang ditujukan ke media B.

sebagai contohnya, bila kegiatan dakwah antar budaya tersebut disampaikan lewat WEB

maka sudah pasti kemasannya lebih banyak berupa tulisan tulisan. Bila konten dakwah

ditujukan ke media youtube maka seorang da‟i harus sekreatif mungkin membuat video

video dakwah antarbudaya yang sudah disesuaikan dengan segmentasinya.Dan bila konten

dakwah tersebut ditujukan ke Instagrm, twitter, facebook dan WA maka konten dakwah

tersebut lebih berupa foto, meme, status, dan video pendek yang menarik. Begitu juga bila

pesan dakwah akan ditujukan ke media media lainya sudah pasti perlu persiapan dan

penyesuai sedemikian rupa sehingga dakwah antarbudaya yang dimaksudkan bisa berjalan

dengan baik dan sukses.Menjadi catatan penting juga bahwa di cyber era ini kebudayaan dan

adat istiadat tradisional sudah sangat sulit kita untuk menjumpainya.Paling paling adat, tradisi

budaya terlestarikan hanya untuk momen momen tertentu saja.Untuk kehidupan

masyarakatcyberspacy di dunia hampir mirip mirip saja tidak ada jurang pembeda yang begitu

tajam.

20

Anwar Arifin,Dakwah Kontemporer sebuah Study Komunikasi (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), 90

Page 20: Dakwah Antar Budaya di Era Cyber - STAIL

An-Nida‟ : Jurnal Prodi Komunikasi Penyiaran Islam Dakwah Antar Budaya di Era Cyber

114

Volume VIII Nomor 2 Maret – Agustus 2019

P-ISSN :2354-6328

E-ISSN : 2598-4012

F. Kesimpulan

Dari pembahasan yang telah diuraikan diatas, yaitu tentang “Dakwah Antarbudaya di era

cyber” kita dapat mengambil beberapa poin penting diantaranya adalah realita kemajuan

zaman yang dibarengi dengan semakin canggihnya perkembangan teknologi informasi dan

komunikasi memaksa aktivis dakwah khususnya dakwah antarbudaya untuk berperan aktif

dalam dakwah di cyberspacy ini. Mengingat efek atau dampak yang ditimbulkan oleh

kemajuan teknologi cyber sangat besar pengaruhnya di masyarakat modern.Dimana tidak

sedikit kehidupan masyarakat yang sangat bergantung pada cyberspacy.Sampai sampai

semua yang disajikan di media, mereka “telan mentah mentah” tanpa cros cek terlebih

dahulu kebenarannya.Terkait dakwah antarbudaya di era cyber ini tentunya tidak semudah

membalikan telapak tangan.Perlu perjuangan keras dan kreatifitas tinggi dari para aktivis

dakwah untuk memproduk dan mengemas dakwah antarbudaya di era cyber. Baik itu

kemasan dakwah antarbudaya lewat media web, youtube, instagram, facebook, dan seluruh

media media yang berdomisili dicyberspacy. Untuk kontennya sendiri bisa bervariasi

disesuaikan dengan media yang menjadi sasaran. Untuk media youtube bisa berupa video,

untuk IG, FB, twitter dan WA bisa berupa foto, meme, video pendek atau status yang

berisikan pesan pesan dakwah. Dimana semua konten itu tersaji dengan elegan dan

menarik menyesuaikan dengan kemauan dan ketertarikan “pasar”.Dimana untuk

masyarakat cyberspacy tentunya memilki budaya tersendiri.Sebagaimana dunia sekarang ini

sudah diibaratkan layaknya sebuah “Global Village”.Sehingga dengan demikian harapannya

dakwah antarbudaya bisa diterima dan mewarnai sendi sendi kehidupan masyarakat global.

Page 21: Dakwah Antar Budaya di Era Cyber - STAIL

An-Nida‟ : Jurnal Prodi Komunikasi Penyiaran Islam Dakwah Antar Budaya di Era Cyber

115

Volume VIII Nomor 2 Maret – Agustus 2019

P-ISSN :2354-6328

E-ISSN : 2598-4012

Daftar Pustaka

Aliyudin, Enjang AS, Dasar- Dasar Ilmu Dakwah. Bandung: Widya Padjadjaran, 2009

Amin,Samsul Munir,Rekontruksi Pemikiran Dakwah Islam. Jakarta: 2008, Amzah

Aripudin,Acep, Dakwah AntarBudaya. Bandung: 2012, Remaja Rosda Karya

Arifin, Anwar,Dakwah Kontemporer sebuah Study Komunikasi. Yogyakarta: 2011,Graha Ilmu

Aziz, Muhammad Ali,Ilmu Dakwah. Jakarta: Prenada Media, 2004

Aziz, Muhammad Ali, Ilmu Dakwah. Surabaya: IAIN Sunan Ampel, 1993

Departemen Agama RI, Al-Qur’anTajwid dan Terjemahan. Bandung: PT Syaamil Cipta

Media, 2002

Husaeni, Adian, Penyesatan Opini. Jakarta: Gema Insani, 2002

Ibrahim, Idi Subandy, Sirnarnya Komunikasi Empatik (krisis budaya komunikasi dalam

masyarakat kontemporer ). Bandung: Pustaka Bani Qurais, 2004

Jalaludin Rahmad, Deddy Mulyana, Komunikasi Antarbudaya. (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2010)

Koyo, Khotib Pahlawan, Manajemen Dakwah. Jakarta: AMZAH, 2007

Liliweri,Alo, Dasar Dasar Komunikasi Antarbudaya, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013

Mulyana,Deddy, Komunikasi Massa.Bandung: Widya Padjadjaran, 2008

Mungin ,Burhan, Sosiologi Komunikasi. Jakarta: Kencana, 2008

Nasrullah,Rulli, Komunikasi AntarBudaya (Di Era Budaya Cyber), Jakarta: Kencana, 2014

Nurudin, Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2011

Sihabudin, Ahmad, Komunikasi Antarbudaya. Jakarta: Bumi Aksara, 2011

Prio Hutman,Ilyas Ismail, Fisafat dakwah (rekayasa membangun agama dan perdaban Islam).

Jakarta: Kencana, 2011

Rakhmat, Jalaluddin,Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011

Ridwan, Aang, Komunikasi AntarBudaya. Bandung: Pustaka Setia, 2016

Sihabudin,Ahmad, Komunikasi Antarbudaya, Jakarta: Bumi Aksara, 2011

Syukriadi Sambas, Acep Aripudin., Dakwah Damai. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007

Wahyu Ilaihi, M. Munir,Manajemen dakwah, Jakarta: Kencana , 2006

Page 22: Dakwah Antar Budaya di Era Cyber - STAIL

An-Nida‟ : Jurnal Prodi Komunikasi Penyiaran Islam Dakwah Antar Budaya di Era Cyber

116

Volume VIII Nomor 2 Maret – Agustus 2019

P-ISSN :2354-6328

E-ISSN : 2598-4012

Wahyu Ilaihi, M. Munir,Komunikasi Dakwahh, Bandung: Rosdakarya, 2013

Yaqub, Ali Mustofa, Sejarah dan Metode Dakwah Nabi. Jakarta: Pustaka Firdaus, 2008