dakwah antar budaya di era cyber - stail
TRANSCRIPT
An-Nida‟ : Jurnal Prodi Komunikasi Penyiaran Islam Dakwah Antar Budaya di Era Cyber
95
Volume VIII Nomor 2 Maret – Agustus 2019
P-ISSN :2354-6328
E-ISSN : 2598-4012
DAKWAH ANTAR BUDAYA DI ERA CYBER
Alim Puspianto, M.Kom.I STAI Luqman al Hakim Surabaya
Abstrak
Islam adalah agama“Rahmatan lil amamin” yang memberikan kedamaian dan ketenangan bagi seluruh alam. Sehingga kegiatan dakwah yang dilakukan oleh para pekalu dakwah tidak menggunakan kekerasa akan tetapi kegiatan dakwah tersebut selalu dilakukan dengan damai, bijak dan menggunakan pendekatan pendekatan budaya yang dianut oleh calon mad’unya. Perkembangan Islam dari masa ke masa sampai di era modern seperti sekarang ini tidak lepas dari semnagt dakwah para da’i da’i nya.Sejarah telah mencatat bahwa Agama Islam yang tadinya hanya di jazirah Arab saja sekarang sudah bisa masuk dan diterima oleh masyarakat dunia.Kalau kita perhatiakan secara seksama kesusksesan dakwah Islam tersebut tidak lepas dari pendekatan pendekatan budaya sesuai dengan kearifan lokal dimana mad’u berada.Dunia dakwah Islam khususnya dakwah antar budaya menemukan babak barunya ketika masyarakat dunia berbondong bondong masuk ke dunia baru yang bernama cyberspacy.
Pada tulisan ini penulis akan membahas tentangdakwah antar budaya di era cyber. Dimana kegiatan dakwah antar budaya diera cyber ini merupakan sebuah keniscayaan.Karena mau tidak mau dunia dakwah akan dipaksa masuk kedalam dunia baru yang bernama cyberspacy. Yaitu sebuah dunia maya yang terbebas dari ruang dan waktu sehinggamampumenghubungkan seluruh masyarakat dunia dengan segala keanekaragaman budayanya.
Dari kajian yang disajikan penulis menyimpulkan bahwadi era modern seperti sekarang ini dakwah antar budaya harus masuk dan ikut mewarnai kehidupan di cyberspacy.Untuk masuk dan ikut mewarnai kehidupan di dunia maya tersebut diperlukan tenaga tenaga da’i dengan keahlian khusus.Sehingga dengan kreatifitas dan inovasinya, konten dakwah khususnya materi dakwah antarbudaya.Dimana konten dakwah antarbudaya ini juga harusdisesuaikan dengan “permintaan pasar’ dan media yang dijadikan sebagai tujuan.Tentunya dengan memperhatikan budaya budaya yang dianut oleh masyarakat cyberspacy.Adapun media media yang dimaksud adalah media media yang berdomisili di “alam maya” baik berupa WEB, facebook, instagram, WA, youtube, twitter dan media media sejenisnya.
Key word: Dakwah antar budaya, era cyber
An-Nida‟ : Jurnal Prodi Komunikasi Penyiaran Islam Dakwah Antar Budaya di Era Cyber
96
Volume VIII Nomor 2 Maret – Agustus 2019
P-ISSN :2354-6328
E-ISSN : 2598-4012
A. Pendahuluan
Islam adalah agama dakwah sehingga tidak heran jika penyebaran agama Islam dari
jazirah Arab sampi ke seluruh penjuru dunia terjadi begitu cepatnya.Karena memang
konsekwensi seseorang setelah memeluk agama Islam adalah melakukan dakwah sesuai dengan
kemampuan dan potensinya masing masing.Selain itu keagungan dan kemuliaan ajaran Islam
sungguh sangat benar adanya.Sebagaimana kita melihat sejarah bahwa Islam memang tersebar
keseluruh dunia itu adalah fakta.Tapi yang patut kita cermati dan itu menjadi kebanggaan adalah
bahwa tersebarnya agama Islam keseluruh dunia tersebut dilakukan dengan damai, tanpa paksaan
dan tanpa peperangan.Tidak berlebihan memang jika Islam disebut sebagai agama yang
“Rahmatan lil amamin” yaitu mampu memberikan rahmad dan kedamaian kepada seluruh mahluk
di dunia ini. Melihat realita tersebut kita bisa menyimpulkan bahwa agama Islam disebarkan ke
seluruh penjuru dunia pasti kegiatan dakwah tersebut dilakukan dengan memperhatikan aspek
sosiokultural atau menggunakan pendekatan budaya yang ada di daerah yang menajdi target
dakwahnya.Artinya adalah dakwah penyebaran agama Islam tersebut dilakukan dengan konsep
dakwah antarbudaya. Sebagaimana Nabi Muhammad SAW menyampaikan ajaran Islam kepda
bangsa Arab dengan pendekatan bahasa dan budaya Arab pada saat itu. Sesuai FirmanNya, ”Kami
tidak mengutus seorang rasulpun melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya ia bisa memberi penjelasan
dengan baik kepada mereka” (QS: Ibrahim:4).
Perbedan dan kekhasan dalam tatanan kehidupan social masyarakat adalah sebuah
kewajaran. Mulai dari perbedaan warna kulit, bahasa, tradisi, pakaian, suku, bangsa dan lain
sebagainya. Realitas keanekaragaman tersebut menuntut dan mengharuskan semua manusia
untuk saling mengenal, berinteraksi dan saling sinergi antara satu dengan yang lainnya. Bukan
tanpa alasan, akan tetapi itu semata dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan dan demi menjaga
kelangsungan hidup dan kehidupan di alam dunia. Konteks “saling mengenal” ini juga
merupakan fitrah manusia sebagai mahluk social yang tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain.
Bagaimana tidak ? mulai dari kita dilahirkan kemudian memasuki masa anak anak, remaja, dewasa
An-Nida‟ : Jurnal Prodi Komunikasi Penyiaran Islam Dakwah Antar Budaya di Era Cyber
97
Volume VIII Nomor 2 Maret – Agustus 2019
P-ISSN :2354-6328
E-ISSN : 2598-4012
sampai menginjak masa tua bahkan sampai kita meninggalpun semuanya tidak lepas dari bantuan
dan peran dari orang orang disekitar kita.Telah jelas Firman Allah tentang keberagaman
kehidupan manusia yaitu:
ياأيهاالىاسإواخلقىاكممىذكزوأوثىىجعلىاكمشعىباوقبائللتعارفىا
ب زم و كز معى الله قاك واللهعل مم
“hai manusia sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki laki dan seorang perempuan dan
menjadikan kamu berbangsa bangsa dan bersuku suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang
yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa diantara kamu. Sesungguhnya
Allah maha mengetahui lagi maha mengenal”. QS.49 ayat :13
Hikmah ynag bisa kita ambil dari ayat diatas yaitu bahwa keberagaman, perbedaan suku, budaya
dan tradisi adalah sebuah realitas yang dianugrahkan oleh Allah SWT kepada seluruh umat
manusia. Keberagaman adalah sebuah kekayaan dan karuniabesar yang diberikan oleh Allh SWT
kepada kita semua. Akan tetapi manakala manusia tidak bisa memaknai keberagaman itu secara
bijak maka peperangan dan kehancuranlah yang akan kita dapatkan.
Dilihat dari kacamata dakwah perbedaan perbedaan yang ada itu menjadi sesuatu yang
sangat penting untuk dikaji. Perbedaan tradisi dan kebudayaan menjadi tantangan tersendiri bagi
keberlangsungan kegiatan dakwah Islam. Sehingga sudah menjadi kebutuhan bahwa dakwah
Islam harus mampu menembus sekat sekat dan berbedaan kebudayaan yang ada di seluruh
masyarakat dunia. Kajian dan pembahasan dakwan antarbudaya menjadi suatu kebutuhan sebagai
bekal dalam mendakwahkan Islam secara damai. Sesuai dengan konsep Islam yang rahmatan lil
alamin yaitu mampu memberikan kedamaian, ketenangan dan ketentraman kepada seluruh alam.
Makanya tidak heran jika pembahasan tentang pendekatan dakwah antarbudaya sangat
berkembang pesat di era cyber seperti sekarangini. Kenapa bisa demikian, setidaknya karena
dengan konsep dakwah antarbudaya tersebut mejadikan kegiatan dakwah yang dilakukan lebih
ramah dan bisa menyesuaikan dengan budaya dan adat istiadat dimana kegiatan dakwah itu
dilaksanakan.Sehingga harapannya dakwah bisa diterima dan ajaran Islam bisa diterapkan di
daerah tersebut.
An-Nida‟ : Jurnal Prodi Komunikasi Penyiaran Islam Dakwah Antar Budaya di Era Cyber
98
Volume VIII Nomor 2 Maret – Agustus 2019
P-ISSN :2354-6328
E-ISSN : 2598-4012
Dalam kontek era modern seperti sekarang ini, kemajuan teknologiberjalan begitu cepat
dan canggih.Sehingga kemajuan dan kecanggihan terseut mampu melahirkan dunia baru yang
sering disebut sebagai cyberspacy.Yaitu sebuah dunia maya yang mampu mempermudah dan
memenuhi hampir seluruh kebutuhan masyarakat dunia.Dengan cyberspacy tersebut menjadikan
bumi yang luas ini seakan-akan menjadi kecil layaknya sebuah desa, dimana peristiwa yang terjadi
diseluruh penjuru dunia akanmudah diketahui dengan cepat oleh seluruh masyarakat.Kondisi
demikian sudah pasti berdampak ke seluruh aspek kehidupan manusia tidak terkecuali adalah
dunia dakwah.Karena memang tidak bisa dipungkiri bahwa kegiatan dakwa juga memerlukan
media atau wasilah.Masalah wasilah atau media ini begitu urgen bagi kelangsungan dunia dakwah
khususnya dakwah antar budaya.Dari sudut pandang kemajuan teknologi cyberspacyini, dakwah
dihadapkan dengan persoalan tentang bagaimana caranya menyampaikan pesan pesan Islam
dalam kontek masyarakat modern yang semakin maju. Disinilah dakwah antarbudaya harus
mampu mengambil perannya.Dakwah antarbudaya harus mampu masuk dan diterima di dunia
baru yang bernama cyberspacydengan segala pernak pernik aynag ada didalamnya.
Setelah melihat realita kemajuan zaman sedemikian hebat dan cepat. Maka tentunya mau
tidak mau dunia dakwah khususnya para da‟i nya harus memberikan respon dan dipaksa terlibat
secara aktif menghadapi fenomenaa fenomena yang terjadi di belahan dunia.1 dengan
menggunakan kemajuan teknologi (media massa) harapannya dakwah bisa dinikmati tidak hanya
pada satu tempat atau oleh satu kelompok saja namun bisa dinikmati oleh seluruh masyarakat di
dunia ini. Apalagi dengan kehadiran internet yang mampu membuat seolah olah dunia berada
digenggaman tangan. Sehingga pesan pesan dakwah yang disampaikan oleh para da‟i akan lebih
maksimal dalam penyebarannya. Karena kita tahu bahwa bagi masyarakat modern , media sudah
menjadi sebuah kebutuhan hidup dan gaya hidup. Segala sesuatu bisa diperoleh lewat media,
mulai dari informasi, ilmu pengetahuan, hiburan, jual beli barang semuannya ada. Tinggal klik
saja dilayar handphone, monitor PC, atau televisi, semua ada dan tersaji lengkap disitu.
Pada tulisan ini, akan dipaparkan tentang dakwah antarbudaya cyberspacy atau dunia maya.
Harapanya para aktivis dakwah bisa mempersiapkan diri serta membekali kemampuan terkait
dunia dakwah khususnya dakwah lewat media media zaman now.Sehingga dunia dakwah mampu
eksis dan diterima oleh seluruh masyarakat dunia modern seperti sekarang ini.
1 Ilyas Ismail, Prio Hutman, Fisafat dakwah (rekayasa membangun agama dan perdaban Islam)(Jakarta:
Kencana, 2011), 259
An-Nida‟ : Jurnal Prodi Komunikasi Penyiaran Islam Dakwah Antar Budaya di Era Cyber
99
Volume VIII Nomor 2 Maret – Agustus 2019
P-ISSN :2354-6328
E-ISSN : 2598-4012
B. Dakwah Antar Budaya
Ditinjau dari segi etimologis, dakwah berasal dari bahasa arab “dakwah” dari kata da’a (دعا)
yad’u (يدعو)da’watan(دعوة) yang berarti panggilan, ajakan, seruan2 Dakwah dengan pengertian ini
dapat dijumpai dalam ayat-ayat Al Qur‟an, yaitu :
“Allah menyeru (manusia) ke darussalam (surga), dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan
yang Lurus (Islam)”. (Yunus : 25)3
Sedangkan secara terminologis, Syaikh Ali Mahfudz dalam kitabnya Hidayat Al- Mursyidin
mendefinisikan dakwah sebagai motifasi manusia untuk berbuat kebajikan, mengikuti petunjuk,
memerintahkan kebaikan dan mencegah kemungkaran, agar mereka memperoleh kebahagiaan di
dunia dan akhirat.4 Sedangkan menurut Toha Yahya Oemar, beliau mengatakan bahwa dakwah
adalah mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah
tuhan untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat.5
Dengan kata lain dakwah juga bisa kita artikan sebagai suatu aktifitas yang dilakukan
dalam rangka menyampaikan pesan-pesan ajaran agama Islam kepada orang lain dengan cara
bijaksana agar mereka mau menerima dan menjalankan ajaran Islam dengan baik, dalam
kehidupan individu maupun bermasyarakat dalam rangka untuk mencapai kebahagiaan hidup di
dunia dan di akhirat.Dakwah juga bisa diartikan sebagai proses penyampaian ajaran Islam kepada
umat manusia. Sebagai suatu proses tentunya dakwah disini tidak hanya merupakan usaha
penyampaian saja, tetapi merupakan usaha untuk mengubah way of thinking, way of feeling, dan way
of life manusia sebagai sasaran dakwah ke arah kualitas kehidupan yang lebih baik.6
2Muhammad Ali Aziz, Ilmu Dakwah (Surabaya: IAIN Sunan Ampel, 1993), hal. 1
3 Departemen Agama RI, Al-Qur’anTajwid dan Terjemahan (Bandung: PT Syaamil Cipta Media, 2002), hal.
211 4Syamsul Munir Amin, Rekontruksi Pemikiran Dakwah Islam (Jakarta : Amzah, 2008), 5
5Moh.Ali Aziz, Ilmu Dakwah (, Jakarta: Prenada Media, 2004), 5
6Syamsul Munir Amin, Rekontruksi Pemikiran Dakwah Islam (Jakarta: Amzah, 2008), 8
An-Nida‟ : Jurnal Prodi Komunikasi Penyiaran Islam Dakwah Antar Budaya di Era Cyber
100
Volume VIII Nomor 2 Maret – Agustus 2019
P-ISSN :2354-6328
E-ISSN : 2598-4012
Adapun budaya pada dasarnya merupakan nilai nilai yang muncul dari proses interaksi
antar individu. Nilai nilai ini diakui, baik secara langsung maupun tidak, seiring dengan waktu
yang dilalui tersebut. Bahkan kadang sebuah nilai tersebut berlangsung dibawah alam bawah
sadar individu dan diwariskan kepada generasi berikutnya.7 Dengan demikian budaya bisa
diartikan sebagai sebuah nilai atau praktik sosial yang berlaku dan dipertukarkan dalam hubungan
antar manusia baik sebagai individu maupun anggota masyarakat. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Budaya adalah suatu Cara hidup yang berkembang, dan dimiliki bersama oleh sebuah
kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya ini biasanya memiliki
keragaman antara daerah yang satu dengan daerah lainnya. Sehingga itu menjadi keunikan
tersendiri dan menjadi ciri khas bagi masing masing daerah. Bentuk penerapan budaya
dikehidupan masyarakat biasanya berupa norma norma tidak tertulis atau adat istiadat yang itu
dipegang teguh oleh suatu perkumpulan masyarakat tertentu. Walupun budaya sangat terjaga dan
diwariskan dari genersi ke generasi di sebuah wilayah atau kelompok akan tetapi budaya juga bisa
berubah ketika orang orang berhubungan antara satu dengan lainnya.8Apalagi ditambah dengan
kemajuan teknologi sebagai media bertemunya budaya budaya seluruh dunia.Perubahan dan
akulturasi budaya menjadi suatu hal yang tidak bisa dihindari.
Setelah kita mengetahui tentang penjelasan dakwah dan budaya maka setidaknya bisa kita
simpulkan bahwa dakwah antarbudaya merupakan seruan pesan-pesan Islam yang disampaikan
oleh seorang da‟i kepada seseorang atau kelompok masyarakat tertentu yang berbeda latar
belakang tradisi dan budayanya. Dengan demikian keberhasilan dakwah antarbudaya sangat
dipengaruhi oleh seberapa besar kemampuan seorang da‟i dalam melakukan pendekatan
pendekatan budaya dimana kegiatan dakwah itu dilakukan. Karena fakta membuktikan bahwa
salah satu strategi dakwah yang sedang berkembang dan dianggap lebih ramah adalah strategi
dakwah antarbudaya.9 Dimana dakwah damai dengan mengedepankan pendekatan pendekatan
budaya senantiasa menjadi pegangan setiap da‟i. Sehingga kegiatan dakwah yang dilakukan tidak
menimbulkan gesekan dan pertentangan dari masyarakat yang menjadi mad‟unya.
7Rulli Nasrullah, Komunikasi Antar Budaya, (Jakarta: Kencana, 2012), hal, 15
8Dr. Ahmad Sihabudin,M.Si, Komunikasi Antar Budaya (Jakarta: Bumi Aksara, 2011) hal, 20
9Dr. Acep Aripudin, Dakwah AntarBudaya, Remaja Rosda Karya (Bandung, 2012, hal 133)
An-Nida‟ : Jurnal Prodi Komunikasi Penyiaran Islam Dakwah Antar Budaya di Era Cyber
101
Volume VIII Nomor 2 Maret – Agustus 2019
P-ISSN :2354-6328
E-ISSN : 2598-4012
C. Prinsip Prinsip Dakwah Antar Budaya
Dakwah merupakan suatu perintah yang telah diwajibkan oleh Allah SWT kepada umat
Islam di seluruh dunia. Perintah tersebut telah jelas tertuang dalam kitab suci Al Qur‟an. Seperti
firmannya:
Al-Qur‟an surat An-Nahl ayat 125:
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan
bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui
tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk.10
ىالذيبعث اا ىزسىو ىهم تلىول هم يا هىي ك همىيعلمه
ال تابىال م و و اوىا ىقبلل ي لمب ه
“Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang
membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan
Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang
nyata”. QS. Al Jumu‟ah, ayat 2
Dari dua ayat tersebut telah jelas dan gamblang bahwa Allah SWT menyuruh untuk
berdakwah.Selain itu diayat yang pertama juga dijelaskan tentang bagaimana kaidah dan prinsip
prinsip mejalankan perintah berdakwah secara baik dan benar. Sehingga kaidah dan prinsip
tersebut bisa dijadikan sebagai acuan oleh umat muslim dalam melakukan kegiatan dakwah.
Adapun prinsip prinsip dakwah yang didalamnya juga termasuk prinsip dakwah antarbudaya
adalah sebagai berikut.
1. Prinsip Tauhid
10
Departemen Agama Islam RI, Al Qur’an dan Terjemahannya (Bandung: Syamil Cipta Media, 2005), 281
An-Nida‟ : Jurnal Prodi Komunikasi Penyiaran Islam Dakwah Antar Budaya di Era Cyber
102
Volume VIII Nomor 2 Maret – Agustus 2019
P-ISSN :2354-6328
E-ISSN : 2598-4012
Tauhid ini merupakan prinsip dan pesan inti dari kegiatan dakwah. Pesan tauhid
ini pada intinya mengajak umat manusia untuk hanya menyembah kepada Allah SWT,
tuhan semesta alam. Wujud konkritnya adalah mengajak umat manusia untuk menapaki
jalan Tuhan yaitu “ila sabili robbi” yaitu memeluk agama Islam dengan mengucap dua
kalimat syahadat. Kalimatnya mungkin ringan dan mudah akan tetapi kalimat syahadat ini
mempunyai konsekwensi yang sangat luar biasa. Kalimat syahadat inilah yang menjadi
pembeda antara orang yang beriman dan orang kafir atau ingkar. Dengan kalimat ini pula
mampu menyelamatkan kehidupan anak manusia dari alam dunia sampai ke alam akhirat.
“la ila ha illallah muhammadar rasulullah” itulah kalimat agung yang lebih berat
timbangannya dari dunia dan seisinya. Maka sudah semestinya prinsip tauhid ini menjadi
prinsip utama dalam melakukan kegiatan dakwah.
2. Prinsip Bil Hikmah
Prinsip dakwah bi al hikmahini maksudnya adalah penyeruan atau pengajakan
dengan cara bijak, filosofis, argumentatif, dilakukan dengan adil, penuh kesabaran dan
ketabahan, sesuai dengan risalah al-nubuwah dan ajaran Al- Qur‟an atau wahyu Illahi.11
Sehingga didalam aplikasinya seorang da‟i harus memperhatikan suasana, situasi, dan
kondisi mad‟unya. Dakwah bil hikmah berarti dakwah yang disesuaian dengan kadar akal,
bahasa, dan lingkungan dimana kegiatan dakwah dilaksanakan. Itu artinya kegiatan
dakwah harus menyesuaikan dengan kebudayaan dan sosio kultural masyarakat atau
mad‟unya. Hikmah juga diartikan sebagai hasil renungan yang teraktualisasikan pada cara
cara tertentu untuk mempengaruhi orang lain atas dasar pertimbangan psiko- sosio-
kultural mad‟u secara rasional. Hikmah adalah suatau syarat mutlak suskesnya pencapaian
tujuan dakwah.12Menurut Syaid Qutub dakwah dengan metode hikmah ini harus
memperhatikan tiga faktor. Pertama, keadaan dan situasi orang yang didakwahi. Kedua,
kadar atau materi dakwah yang disampaikan agar mereka tidak merasa keberatan dengan
11
Enjang AS, Aliyudin, Dasar- Dasar Ilmu Dakwah (Bandung: Widya Padjadjaran, 2009), 88 12
Dr. Acep Aripudin, Dakwah Antar Budaya, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung: 2012, Hal 47
An-Nida‟ : Jurnal Prodi Komunikasi Penyiaran Islam Dakwah Antar Budaya di Era Cyber
103
Volume VIII Nomor 2 Maret – Agustus 2019
P-ISSN :2354-6328
E-ISSN : 2598-4012
materi dakwah tersebut. Ketiga, metode penyampaian materi dakwah dengan membuat
variasi sedemikian rupa yang sesuai dengan kondisi pada saat itu. Keberagaman budaya
menjadi tantangan tersendiri bagi para da‟i dalam mengemban amanah dakwah. Sehingga
perlu kerja keras dan kerja cerdas dalam menyikapinya. Penggunaaan media dakwah juga
bisa mempengaruhi sukses dan tidaknya kegiatan dakwah. Contohnya bila kegiatan
dakwah ditujukan kepada kalangan eksekutif elit, cerdik pandai maka sebaiknya kegiatan
dakwah dialkukan di tempat khusus seperti hotel atau gedung gedung yang represetatif.
Media atau peralatannyapun harus menyesuaikan. Bisa menggunakan proyektor, LCD
maupun media online melaluai jaringan internet. Bila mad‟unya termasuk dari kalangan
menegah kebawah maka media dan caranyapun harus menyesuaikan dengan kadar
kemampuan mereka.
Berdasarkan itu semua maka prinsip dakwah bil hikmah selain harus mengajak
manusia menuju ke jalan Allah dengan lemah lembut, sabar, lapang dada, juga dalam
penyampaiannya harus tidak melebihi ukurannya dan menyesuaikan dengan kondisi
mad‟unya.
3. Prinsip Bil Mau‟idzah Hasanah
Prinsip Al-MauidzahHasanah diartikan sebagai metode dakwah dengan
memberikan pelajaran, nasihat yang baik dan memberikan arahan untuk kemaslahatan
umat. Hal tersebut dilakukan oleh seorang da‟i dengan penuh tanggung jawab, akrab,
komunikatif, mudah dicerna, dan berkesan di hati sanubari mad’u. Atau bisa dikatakan Al-
Mauidzah Hasanah adalah memberikan nasihat kepada orang lain dengan cara yang baik,
dapat diterima, berkenan dihati, menyentuh perasaan, lurus dipikiran, menghindari sikap
kasar, dan tidak mencari menyebut kesalahan audiens sehingga pihak objek dakwah
dengan rela hati dan atas kesadarannya dapat mengikuti ajaran yang disampaikan oleh
pihak subyek dakwah.13
4. Prinsip wajadilhum billati hiya ahsan
13
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah (Jakarta: Amzah, 2009), 100
An-Nida‟ : Jurnal Prodi Komunikasi Penyiaran Islam Dakwah Antar Budaya di Era Cyber
104
Volume VIII Nomor 2 Maret – Agustus 2019
P-ISSN :2354-6328
E-ISSN : 2598-4012
Al-Mujadalah Al-Ahsan merupakan upaya dakwah melalui bantahan, diskusi,
atau berdebat dengan cara yang baik, sopan, santun, saling menghargai, dan tidak
arogan. Prinsip Al-Mujadalah Al-Ahsanlebih tepat digunakan kepadakaum cerdik
pandai atau cendekia. Dimana taraf berpikir mereka cukup maju, dan kritis akan
tetapi mereka menolak kebenaran Islam.
Diperlukan da‟i da‟i khusus untuk bisa bermain di wilayah dakwah AL
Mujadalah Al Ahsan ini. Karena keimanan dan ketaqwaan saja belum cukup bisa
untuk menyadarkan orang orang yang punya kecerdasan tinggi. Diperlukan da‟i yang
betul betu paham, cerdas dan lihai berdebat. Sehingga mampu memberikan
penjelasan dengan jelas,logis dan bijak serta menyadarkan mad‟unya untukkembali
kepada jalan yang lurus “fii sabilillah”.
5. Prinsip Universal
Prinsip unversalitas inilah yang kemudian menjadikan Islam tidak hanya mampu
memberikan manfaat kepada umatnya saja. Akan tetapi Islam mampu memberikan
rahmad kepada seluruh alam. Yaitu meliputi manusia itu sendiri, tumbuhan, binatang,
bumi beserta seluruh isinya. Sebagaimana firmanNya,
“dan kami tidak mengutus engkau (Muhammad) kecuali menjadi rahmad
(penyebar kasih sayang dan penjaga keharmonisan) bagi semesta alam”.
Prinsip universal yang merupakan bagian dari keagungan ajaran Islam ini harus
senantiasa dimengerti dan dipahami oleh seorang da‟i dalam berdakwah. Karena
memahamkan prinsip keuniversalan Islam kepada masyarakat secara otomatis akan
membuat masyarakat menjadi tenang dan tentram. Mereka akan merasa bahwa Islam itu
tidak egois, yang memikirkan dirinya sendiri. Akan tetapi Islam itu sangat peduli terhadap
sesama dan bahkan manfaat dan rahmad Islam akan mampu memberikan kepada eluruh
alam.
An-Nida‟ : Jurnal Prodi Komunikasi Penyiaran Islam Dakwah Antar Budaya di Era Cyber
105
Volume VIII Nomor 2 Maret – Agustus 2019
P-ISSN :2354-6328
E-ISSN : 2598-4012
6. Prinsip Liberation
Prinsip liberation atau pembebasan ini merupakan suatu prinsip yang menjelaskan
dan mempertegas bahwa kegiatan dakwah ini benar benar tidak memaksakan kehendak.
Artinya bahwa kegiatan dakwah ini hanya bersifat seruan dan ajakan semata. Jauh dari
kata intimidasi atau tindakan teror lainnya. Adapun keputusan akhir tetap ditangan mad‟u
atau masyarakat yang merupakan objek dakwah itu sendiri. Tujuan dakwah tidak lain
adalah ajakan untuk mengesakan dan menyembah Allah SWT, tuhan semesta alam.
Prinsip liberation ini telah jelas difirmankan Allah dalam kitabNya.
يهاٱل زون ﴿ ب ووماأوب ﴿٢﴾ وأوب ا عب ون ﴿١قل اوب ﴿٣﴾ ووأوتمع ﴾ ٤﴾ ووأواواب م
ب ووماأوب ﴿ ٦﴾ ل م يى مىلى يه ﴿٥ووأوتمع
“Katakanlah: Hai orang-orang kafir. Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku”.
Di Indonesia prinsip liberation ini lebih dipertegas lagi yaitu dengan larangan
menyebarkan agama atau keyakinan kepada orang yang sudah beragama. Jadi tidak hanya
sekedar melarang untuk memaksakan keyakinan saja akan tetapi di negara kita ini tidak
boleh menyebarkan agama kepada oarng yang sudah mempunyai keyakinan atau
beragama. Hal ini diataur dalam keputusanbersama mentri agama dan mentri dalam
negeri nomor 1 tahun 1979 tentang tata cara pelaksanaan penyiaran agama dan bantuan
luar negeri kepada lembaga keagamaan di Indonesia. Lebih jelas bahkan terdapat dalam
Pasal 4 yang melarang menyiarkan agama kepada orang yang sudah menganut agama lain,
apalagi menggunakan iming-iming dan bujuk-rayu.
Di bawah ini bunyi Pasal 4. “Pelaksanaan penyiaran agama tidak dibenarkan
untuk ditujukan terhadap orang atau kelompok orang yang telah memeluk/menganut
agama lain dengan cara:
a. Menggunakan bujukan dengan atau tanpa pemberian barang, uang, pakaian,
makanan dan atau minuman, pengobatan, obat-obatan dan bentu-bentuk pemberian
An-Nida‟ : Jurnal Prodi Komunikasi Penyiaran Islam Dakwah Antar Budaya di Era Cyber
106
Volume VIII Nomor 2 Maret – Agustus 2019
P-ISSN :2354-6328
E-ISSN : 2598-4012
apapun lainnya agar orang atau kelompok orang yang telah memeluk/menganut agama
yang lain berpindah dan memeluk/menganut agama yang disiarkan tersebut.
b. Menyebarkan pamflet, majalah, bulletin, buku-buku, dan bentuk-bentuk barang
penerbitan cetakan lainnya kepada orang atau kelompok orang yang telah
memeluk/menganut agama yang lain.
c. Melakukan kunjungan dan rumah ke rumah umat yang telah
memeluk/menganut agama yang lain.14
7. Prinsip Rasionalitas
Prinsip rasionalisme ini menekankan kepada seorang da‟i untuk mengedepankan aspek
rasional dalam menyampaikan pesan pesan dakwahnya. Hal ini dikarenakan kebanyakan
manusia akan menggunakan akal logikanya dalam menangkap dan menyaring informasi
yang diterimanya. Apalagi untuk konteks dakwah antar budaya yang adat kebiasaannya
dan karakternya berbeda. Seorang da‟i harus lebih melakukan pendekatan pendekatan
akal pikiran yang rasional bukan pendekatan pendekatan dogmatik yang kolot.
Pendekatan rasional yang lebih mengedepankan aspek akal pikiran ini sangat tepat sekali
untuk konteks masyarakat kekinian. Dimana taraf pendidikan dan pengetahuan
masyarakat sudah maju dan canggih. Masyarakat sekarang kadang lebih percaya kepada
sesuatu yang rasional dan bisa di jelaskan berdasarkan akal pikiran.
8. Prinsip Wa Yuzkihim wa Yu‟alimhum al kitab wa al Hikmah
Prinsip pencucian jiwa ini termasuk aspek utama dan penting, yang perlu
diperhatikan oleh setiap da‟i dalam menjalankan kegiatan dakwah. aspek ini bahkan
merupakan salah satu tujuan utama diutusnya Nabi kita Muhammmad shallallahu „alaihi
wa sallam. Sebagaimana Allah Ta‟ala menjelaskan hal ini dalam banyak ayat Al Qur-an, di
antaranya adalah
كماأرسلىاف مزسىو ى م تلىول م يا ىاوي ك مىيعلم مال تابىال م ويعلم ممالمت ىوىا علمىن
14
https://www.hidayatullah.com/berita/nasional/read/2014/11/11/33053/heboh-video-kristenisasi-inilah-sk-larangan-penyiaran-agama-pada-penganut-agama-lain.html
An-Nida‟ : Jurnal Prodi Komunikasi Penyiaran Islam Dakwah Antar Budaya di Era Cyber
107
Volume VIII Nomor 2 Maret – Agustus 2019
P-ISSN :2354-6328
E-ISSN : 2598-4012
“Sebagaimana Kami telah mengutus kepadamu seorang Rasul di antara kamu yang
membacakan ayat-ayat Kami kepadamu, dan menyucikan(diri)mu, dan mengajarkan
kepadamu Al kitab (Al Qur-an) dan Al Hikmah (As Sunnah), serta mengajarkan
kepadamu apa yang belum kamu ketahui.” (Qs Al Baqarah: 151)
9. Prinsip menegakkan etika atas dasar kearifan lokal
Prinsip ini pada dasarnya merupakan suatu panduan atau aturan tak tertulis yang
senantiasa melekat dalam setiap kegiatan dakwah. faktor ini biasanya menjadi salah satu
penentu diterima atau tidaknya seruan seorang da‟i dimata mad‟unya. Dengan
mengedepankan prinsip ini pula Islam yang disebarkan oleh walisongo bisa diterima di
pulau jawa. Bahkan kehadiran walisongo mampu merubah secara dratis sistem
kepercayaan dan sosio kulturan kehidupan masyarakat jawa pada umumnya. Untuk
memahami kenapa prinsip ini begitu ampuh dan sukses mengantarkan Islam ke pulau
jawa sebetulnya mudah saja. Karena memang pada dasarnya pendekatan pendekatan yang
bersifat kultural sesuai dengan kearifan lokal inilah yang mudah diterima oleh masyarakat
pada umumnya. Masyarakat tidak canggung atau ragu lagi kepada da‟i yang menyeru
kepada sesuatu yang baru mana kala cara dan metodenya tidak bertentangan dengan
budaya budaya lokal yang sudah ada. Dalam waktu singkat masyarakat atau mad‟u akan
menganggap seorang da‟i tersebut bagian dari mereka. Seorang da‟i tidak akan dianggap
sebagai orang asing dimata mereka. Sehingga secara otomatis pesan pesan dakwahnya
mudah diterima.
D. Internet dan Budaya cyber
Ditinjau dari aspek budaya sebenarnya internet juga bisa dikatakan sebagai suatu
budaya (Culture).Walaupun pada awalnya internet hanya merupakan model komunikasi
yang sederhana bila dibandingkan dengan model komunikasi secara langsung atau face to
face.15Namun pada perkembangan teknologi internet begitu luar biasa.Hampir hampir
15
Rully Nasrullah, Komunikasi Antarbudaya di Era Cyber (Jakarta: Kencana, 2014), 51
An-Nida‟ : Jurnal Prodi Komunikasi Penyiaran Islam Dakwah Antar Budaya di Era Cyber
108
Volume VIII Nomor 2 Maret – Agustus 2019
P-ISSN :2354-6328
E-ISSN : 2598-4012
setiap orang yang hidup dizaman sekarang ini menjadikan internet sebuah kebutuhan.
Bahkan lambat laun diprediksikan masyarakat akan beralih semua ke media internet
dalam mencukupi kebutuhannya. Mulai dari kebutuhan yang sifatnya umum sampai
kepada yang sifatnya khusus. Termasuk didalamnya kebutuhan manusia akan ilmu
pengetahuan khususnya tentang agamannya. Karena dengan kemudahan dan
kelengkapannya internet mampu mencukupi kebutuhan setiap orang yang
memerlukannya. Tidak salah kalau kemudian di era cyberspacy ini muncul istilah “Mbah
Google”. Seolah olah Google sudah menggeser kedudukan para kaum kyai dan ulama
dalam hal pemenuhan akan ilmu keagamaan. Jalur pertukaran informasipun sudah lewat
cyberspacyini. Apalagi ditambah dengan munculnya media media sosial seperti facebook,
line, IG, twiter, WA, youtube dan lain sebagainya. Hal itu menambah kokoh kedudukan
jatingan internet dalam pertukaran informasi di era cyberini.Kondisi demikian menambah
bukti bahwa cyberspacy menawarkan masyarakat dunia kepada alam maya yang dulunya
hanya sekedar hiburan dan pelengkap saja namun seiring berjalannya waktu kemajuan
teknologi mampu merubahnya menjadi benar benar ada dan nyata.
Kemajuan teknologi di era cyber telah menbuat anak kecil besar sebelum
waktunya. Dimana tidak, karena berbagai tayangan asusila yang tidak pantas ditonton
oleh anak kecil, sekarang dengan begitu mudah dapat diakses. Masih sangat membekas di
ingatan kita efek yang ditimbulkan dari beredarnya video ariel peterpen, tidak hanya
kalangan dewasa yang terusak tetapi lebih kepada generasi muda. Mereka diarahkan untuk
hidup foya foya dan menikmati kenikmatan yang sifatnya sementara.
Ditambah lagi dengan maraknya game online, yang dampaknya sudah sangat terasa sekali
dikehidupan kita. Fenomena lain dari dampak budaya cyber ini adalah melejitnya Atta
An-Nida‟ : Jurnal Prodi Komunikasi Penyiaran Islam Dakwah Antar Budaya di Era Cyber
109
Volume VIII Nomor 2 Maret – Agustus 2019
P-ISSN :2354-6328
E-ISSN : 2598-4012
Halilintar. Seorang youtuber sukses dan terkenalkarena unggahan video videonya di
media youtube. Semua orang mumujinya dan mengagungkannya. Yang masih hangat lagi
adalah gaya glamour pernikahan syahrini dan gaya nyentriknya Hotman Paris dengan
pesawat pribadinya dan juga dengan status status artis artis nasinaol kita. Seolah olah
mampu mengatakan inilah pola kehidupan yang benar. Anehnya lagi banyak para remaja
Indonesia mengidolakan dan mengikutinya tanpa kritikan sedikitpun.
Indikator lain dari kuatnya budaya cyber ini juga bisa kita lihat betapa informasi
tersebar dengan begitu cepatnya. Orang orang yang tidak bisa mengikuti perkembangan
maka akan akan dikucilkan dan terasing dan dicap tidak gaul atau kolot. Masih jelas
diingatan kita betapa anak anak muda Indonesia “menggandrungi” atau cinta buta kepada
artis artis korea. Segala pernak pernik, tingkah laku, fashion bahkan sampai pada
potongan rambut dan menu makan mereka ikuti tanpa kurang sedikitpun.
Gambaran diatas menunjukan bahwa hampir setiap harinya individu yang hidup
di cyber era yang selalu bersentuhan dengan internet dan pernak pernik didalamnya.
Lebih jauh lagi bahwa di dalam berinteraksi dan berkomunikasi dengan sesama,
masyarakat modern sudah tidak hanya mengandalkan kehidupan nyata semata. Akan
tetapi mereka juga sudah ada ketergantungan dengan dengan dunia maya atau
cyberspacy.Hal itu terbukti dengan semakin lengkapnya fasilitas dan layanan yang
disediakan dan bisa dimanfaatkan dari cyberspacy untuk pemenuhan kebutuhan seluruh
masyarakat dunia.Mulai dari kebutuhan informasi itu sendiri, kebutuhan fashion,
kebutuhan transportasi, bahkan kebutuhan masalah hal hal yang sifatnya sangat privasi
saja bisa dengan mudah kita dapatkan lewat media internet.
E. Dakwah Antarbudaya di Era Cyber
An-Nida‟ : Jurnal Prodi Komunikasi Penyiaran Islam Dakwah Antar Budaya di Era Cyber
110
Volume VIII Nomor 2 Maret – Agustus 2019
P-ISSN :2354-6328
E-ISSN : 2598-4012
Sebelum kita lebih jauh menjelaskan tentang dakwah antar budaya di era cyber kita
pahami dulu apa itu cyber era.Cyber era adalah sebuah masa dimana perkembangan
hubungan antar manusia sudah tidak lagi terhalang oleh jarak dan waktu.Pada cyber era ini
hubungan antar manusia sudah mengandalkan cyberspace atau dunia maya dengan
mengandalkan kecanggihan teknologi jaringan yang tidak kasat mata.
Pengaruh dari perkembangan teknologi moderndalam hal ini adalah media massa
dan media online sangat terasa disemua aspek kehidupan. Mulai dari dunia politik, dunia
hiburan, dunia bisnis dan tidak terkecuali adalah dunia dakwah, khususnya adalah dakwah
antarbudaya.Munculnya arus baru media massa melalui online ini mampu merubah
masyarakat dunia.Dimana“kearifan lokal” yang ada sudah bermetamorfosis menjadi
“kearifan global”. Dunia saat ini seakan seperti “tanpa penghalang” atau dengan kata lain
dunia bisa di katakan sebuah “Global Village.” Arus informasi begitu derasnya menyerbu
seluruh anak manusia dimanpun ia berada. Proses kemajuan teknologi hampir tidak
memberikan kesempatan kepada negara negara di dunia ini untuk menolaknya. Sekat dan
batas wilayah negara hanya menjadi catatan catatan formal administrasi belaka. Hampir
tidak ada lagi tempat atau wilayah di belahan dunia ini yang tidak terjangkau oleh kemajuan
teknologi tersebut. Sehingga global village atau desa global menjadi suatu keniscayaan
kemunculannya.16
Di abad modern seperti sekarang ini, komunikasi telah mencapai suatu tingkat di
mana orang mampu berbicara dengan jutaan manusia secara serentak dan serempak.17
Kehadiran media massa khususnyanya internet dan semua pernak pernik yang ada
didalamnya telah menjadikan bertambahnya kebutuhan primer sebagian besar masyarakat
dunia. Kebutuhan akan informasi melalui media massa menjadi sebuah keharusan yang tidak
boleh terlupakan. Hampir hampir seluruh kebutuhan masyarakat modern telah tersedia di
internet dan media massa lainnya. Mulai kebutuhan pokok, hiburan, keilmuan bahkan
dengan kehadirana aplikasi belanja, transportasi dan komunikasi yang serba online
menjadikan masyarakat begitu ternina bobokan. Internet dan media massalainnya telah
menjadi faktor penentu dalam percaturan kehidupan masyarakat modern.
16
Nurudin, Pengantar Komunikasi Massa (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2011), XII 17
Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), 184
An-Nida‟ : Jurnal Prodi Komunikasi Penyiaran Islam Dakwah Antar Budaya di Era Cyber
111
Volume VIII Nomor 2 Maret – Agustus 2019
P-ISSN :2354-6328
E-ISSN : 2598-4012
Realita diatas menunjukan bahwa cyber era dengan kecanggihan yang ada didalamnya
mempunyai pengaruh begitu kuat dalam kehidupan masyarakat. Pantaslah kalau perang
opini di media massa dan online jauh lebih dahsyat dari pada perang fisik. Dalam perang
opini ini juga bisa disebut sebagai Ghazwul Fikri.18 Dimana perang opini ini mampu menjajah
suatu kaum (masyarakat) tanpa merasa dijajah atau bisa disebut sebagai hegemoni. Disadari
atau tidak kehadiran cyberspacy telah mempengaruhi pola kehidupan masyarakat. Baik dari
cara berpakaian, cara bicara, cara bergaul, cara berjalan dan lain sebagainya. Bisa dipastikan
bahwa hampir semua aktifitas masyarakat modern mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi
telah mengikuti apa yang dilihatnya di media melalui gadgetnya. Secara tidak langsung bisa
dikatakan bahwa seluruh kehidupan dan tatanan yang ada didalamnya telah dikendalikan
oleh media yang bernaung dibawah payungcyber era. Sehingga tanpa disadari komunitas
manusia telah hidup dalam dua dunia kehidupan, yaitu kehidupan masyarakat nyata dan
kehidupan masyarakat maya (cybercommunity).19Kehebohan cyber era mencapai puncaknya
ketika munculnya kekutan arus baru yang bernama sosial media.
Kemajuan teknologi cyber ini harus disikapi secara bijak oleh para praktisi dakwah,
khususnya dakwah antar budaya.Pertanyaanya kenapa dakwah antar budaya ?tidak yang yang
lain. Untuk menjawab pertanyaan tersebut cukup kita mengamati bahwa berdasarkan
pemaparan diatas, dunia cyber adalah sebuah kekuatan media baru yang sangat
menentukan.Hampir setiap orang di era ini bisa berkomunikasi dan mengakses segala
keutuhannya hanya dengan melalui smartphone tanpa harus ribet. Bahkan media baru di era
cyber ini tidak hanya menjadi kebutuhan masyarakat semata tetapi sudah menjadi gaya hidup
(life stayl). Cyber era ini juga memunculkan satu bentuk dunia baru “global village”. Dimana
seluruh kebudayaan dan tradisi yang ada diseluruh penjeuru dunia akan bersatu padu
membaur dalam sebuah wadah yang diberinama cyberspacyatau dunia maya. Sehingga konsep
dakwah antarbudaya perlu mendapatkan keseriusan perhatian dalam mensikapi relaita
kemajuan zaman tersebut.Oleh karena itu menjadi keharusan kegiatan dakwah antar budaya
harus menyesuaikan atauberadaptasi dengan perkembangan jaman di era cyber yang
notabene aktivitas masyarakat sangat tergantung dengan dunia maya.Kenapa dakwah antar
18
Adian Husaeni, Penyesatan Opini (Jakarta: Gema Insani, 2002), V 19
Burhan Mungin, Sosiologi Komunikasi (Jakarta: Kencana, 2008),160
An-Nida‟ : Jurnal Prodi Komunikasi Penyiaran Islam Dakwah Antar Budaya di Era Cyber
112
Volume VIII Nomor 2 Maret – Agustus 2019
P-ISSN :2354-6328
E-ISSN : 2598-4012
budaya bisa menerima efek atau imbas dari kemajuan dunia cyber ini.Seperti yang telah
dijelaskan diawal bahwa dunia cyber adalah dunia dimana semua orang dari berbagai negri
dengan suku bangsa dan keanekaragaman yang ada berbaur menjadi satu tanpa ada sekat
sedikitpun.Sehingga konsekwensinya adalah dakwah antarbudaya harus mampu masuk dan
menyentuh ruang ruang maya yang sudah hampir hampir berubah menjadi kesatuan
budaya.Seperti dunia yang luas dan beranekaragam erta penuh dengan keunikan hanya
diibaratkan dengan “Global Village” semata.
Dari uraian tersebut bisa disimpulkan bahwa kegiatan dakwah harus masuk dan
mewarnai kehidupan cyberspacy atau dunia maya.Artinya bahwa dunia dakwah harus masuk ke
dunia cyber melalui media media yang ada. Karena media media yang ada baik massa
maupun online memiliki peran yang sangat besar dalam mempengaruhi sikap dan perilaku
orang/public. McDevitt (1996: 270) mengatakan, "Media cukup efektif dalam membangun
kesadaran warga mengenai suatu masalah (isu)." Lindsey (1994: 163) berpendapat, "Media
memiliki peran sentral dalam menyaring informasi dan membentuk opini masyarakata."
Sedangkan para pemikir sosial seperti Louis Wirth dan Talcott Parsons menekankan
pentingnya media massa sebagai alat kontrol sosial. Peran media yang sangat kuat yaitu
sebagai pembentuk frame atau pembentukan opini public. Melalui opini public tersebut
sebuah media massa baik offline maupun online mampu merubah persepsi masyarakat
terhadap suatu hal. Selain itu adalah karena cyberspacy atau dunia maya mampu menembus
batas ruang dan waktu dengan begitu cepatnya dan tanpa harus mengeluarkan biaya yang
mahal.Sehingga membuat pesan pesan dakwah dapat menjangkau segmen ke seluruh
masyarakat dunia.Kemudian realita dilapangan menunujukan bahwa pengguna cyberspacy
(internet) tiap tahunnya meningkat sangat dratis. Artinya bahwa bila dakwah dilakukan di
cyberspacy maka akan semakin banyak pula jumlah masyarakat yang akan mendapatkan
manfaat dakwah tersebut. Selanjutnya para aktivis dakwah cyberspacy akan lebih fokus dan
dan sigab dalam merespon setiap perkembangan dunia dakwah lewat cyberspacy ini.
Selain dari penjabaran diatas kita juga bisa melihat bahwa dalam konteks kekinian
dakwah antarbudaya wajib masuk dan mewarnai media media yang ada. Dimana dalam
proses pelaksanaan dakwah, media media yang bermukim di cyberspacy memiliki posisi dan
peran “mediasi” yaitu penyampai (trasnsmiter) berbagai pesan dakwah (al khayr, amr maruf,
An-Nida‟ : Jurnal Prodi Komunikasi Penyiaran Islam Dakwah Antar Budaya di Era Cyber
113
Volume VIII Nomor 2 Maret – Agustus 2019
P-ISSN :2354-6328
E-ISSN : 2598-4012
dan nahy munkar) dari pihak pihak diluar dirinya, sekaligus sebagai pengirim (sender) pesan
dakwah yang dibuat (constructed) oleh para wartawannya kepada khalayak
(audience).20Kalau aktivis dakwah masih menggunakan cara cara konvensional dalam
menjalankan dakwahnya maka sudah barang tentu akan sulit diterima oleh masyarakat
modern. Berdakwah di era cyberadalah sebuah keniscayaan. Hal ini dikarenakan begitu
besarnya efek yang dihasilkan cyberspacy tersebut. Sudah saatnya kaum muslimin atau para da‟i
ikut mengambil bagian dalam dakwah dicyber era ini.
Pada wilayah prakteknya kegiatan dakwah antar budaya harus tersaji dengan
elegan dan menarik serta bisa menyesuaikan dengan kondisi kultur budaya cyberspacy.
Sehingga dakwah antarbudaya bisa diterima dan kemudian mampu memberikan warna
tersendiri bagi masyarakat dunia. Kemasan dakwah antarbudaya yang dimaksud adalah
konten konten yang dibingkai khusus sesuai dengan target akan diarahkan ke media apa
kegiatan dakwah antabudaya ini disalurkan. Konten dakwah jelas akan sangat berbeda antar
konten yang ditujukan ke media A denagn konten dakwah yang ditujukan ke media B.
sebagai contohnya, bila kegiatan dakwah antar budaya tersebut disampaikan lewat WEB
maka sudah pasti kemasannya lebih banyak berupa tulisan tulisan. Bila konten dakwah
ditujukan ke media youtube maka seorang da‟i harus sekreatif mungkin membuat video
video dakwah antarbudaya yang sudah disesuaikan dengan segmentasinya.Dan bila konten
dakwah tersebut ditujukan ke Instagrm, twitter, facebook dan WA maka konten dakwah
tersebut lebih berupa foto, meme, status, dan video pendek yang menarik. Begitu juga bila
pesan dakwah akan ditujukan ke media media lainya sudah pasti perlu persiapan dan
penyesuai sedemikian rupa sehingga dakwah antarbudaya yang dimaksudkan bisa berjalan
dengan baik dan sukses.Menjadi catatan penting juga bahwa di cyber era ini kebudayaan dan
adat istiadat tradisional sudah sangat sulit kita untuk menjumpainya.Paling paling adat, tradisi
budaya terlestarikan hanya untuk momen momen tertentu saja.Untuk kehidupan
masyarakatcyberspacy di dunia hampir mirip mirip saja tidak ada jurang pembeda yang begitu
tajam.
20
Anwar Arifin,Dakwah Kontemporer sebuah Study Komunikasi (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), 90
An-Nida‟ : Jurnal Prodi Komunikasi Penyiaran Islam Dakwah Antar Budaya di Era Cyber
114
Volume VIII Nomor 2 Maret – Agustus 2019
P-ISSN :2354-6328
E-ISSN : 2598-4012
F. Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah diuraikan diatas, yaitu tentang “Dakwah Antarbudaya di era
cyber” kita dapat mengambil beberapa poin penting diantaranya adalah realita kemajuan
zaman yang dibarengi dengan semakin canggihnya perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi memaksa aktivis dakwah khususnya dakwah antarbudaya untuk berperan aktif
dalam dakwah di cyberspacy ini. Mengingat efek atau dampak yang ditimbulkan oleh
kemajuan teknologi cyber sangat besar pengaruhnya di masyarakat modern.Dimana tidak
sedikit kehidupan masyarakat yang sangat bergantung pada cyberspacy.Sampai sampai
semua yang disajikan di media, mereka “telan mentah mentah” tanpa cros cek terlebih
dahulu kebenarannya.Terkait dakwah antarbudaya di era cyber ini tentunya tidak semudah
membalikan telapak tangan.Perlu perjuangan keras dan kreatifitas tinggi dari para aktivis
dakwah untuk memproduk dan mengemas dakwah antarbudaya di era cyber. Baik itu
kemasan dakwah antarbudaya lewat media web, youtube, instagram, facebook, dan seluruh
media media yang berdomisili dicyberspacy. Untuk kontennya sendiri bisa bervariasi
disesuaikan dengan media yang menjadi sasaran. Untuk media youtube bisa berupa video,
untuk IG, FB, twitter dan WA bisa berupa foto, meme, video pendek atau status yang
berisikan pesan pesan dakwah. Dimana semua konten itu tersaji dengan elegan dan
menarik menyesuaikan dengan kemauan dan ketertarikan “pasar”.Dimana untuk
masyarakat cyberspacy tentunya memilki budaya tersendiri.Sebagaimana dunia sekarang ini
sudah diibaratkan layaknya sebuah “Global Village”.Sehingga dengan demikian harapannya
dakwah antarbudaya bisa diterima dan mewarnai sendi sendi kehidupan masyarakat global.
An-Nida‟ : Jurnal Prodi Komunikasi Penyiaran Islam Dakwah Antar Budaya di Era Cyber
115
Volume VIII Nomor 2 Maret – Agustus 2019
P-ISSN :2354-6328
E-ISSN : 2598-4012
Daftar Pustaka
Aliyudin, Enjang AS, Dasar- Dasar Ilmu Dakwah. Bandung: Widya Padjadjaran, 2009
Amin,Samsul Munir,Rekontruksi Pemikiran Dakwah Islam. Jakarta: 2008, Amzah
Aripudin,Acep, Dakwah AntarBudaya. Bandung: 2012, Remaja Rosda Karya
Arifin, Anwar,Dakwah Kontemporer sebuah Study Komunikasi. Yogyakarta: 2011,Graha Ilmu
Aziz, Muhammad Ali,Ilmu Dakwah. Jakarta: Prenada Media, 2004
Aziz, Muhammad Ali, Ilmu Dakwah. Surabaya: IAIN Sunan Ampel, 1993
Departemen Agama RI, Al-Qur’anTajwid dan Terjemahan. Bandung: PT Syaamil Cipta
Media, 2002
Husaeni, Adian, Penyesatan Opini. Jakarta: Gema Insani, 2002
Ibrahim, Idi Subandy, Sirnarnya Komunikasi Empatik (krisis budaya komunikasi dalam
masyarakat kontemporer ). Bandung: Pustaka Bani Qurais, 2004
Jalaludin Rahmad, Deddy Mulyana, Komunikasi Antarbudaya. (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2010)
Koyo, Khotib Pahlawan, Manajemen Dakwah. Jakarta: AMZAH, 2007
Liliweri,Alo, Dasar Dasar Komunikasi Antarbudaya, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013
Mulyana,Deddy, Komunikasi Massa.Bandung: Widya Padjadjaran, 2008
Mungin ,Burhan, Sosiologi Komunikasi. Jakarta: Kencana, 2008
Nasrullah,Rulli, Komunikasi AntarBudaya (Di Era Budaya Cyber), Jakarta: Kencana, 2014
Nurudin, Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2011
Sihabudin, Ahmad, Komunikasi Antarbudaya. Jakarta: Bumi Aksara, 2011
Prio Hutman,Ilyas Ismail, Fisafat dakwah (rekayasa membangun agama dan perdaban Islam).
Jakarta: Kencana, 2011
Rakhmat, Jalaluddin,Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011
Ridwan, Aang, Komunikasi AntarBudaya. Bandung: Pustaka Setia, 2016
Sihabudin,Ahmad, Komunikasi Antarbudaya, Jakarta: Bumi Aksara, 2011
Syukriadi Sambas, Acep Aripudin., Dakwah Damai. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007
Wahyu Ilaihi, M. Munir,Manajemen dakwah, Jakarta: Kencana , 2006
An-Nida‟ : Jurnal Prodi Komunikasi Penyiaran Islam Dakwah Antar Budaya di Era Cyber
116
Volume VIII Nomor 2 Maret – Agustus 2019
P-ISSN :2354-6328
E-ISSN : 2598-4012
Wahyu Ilaihi, M. Munir,Komunikasi Dakwahh, Bandung: Rosdakarya, 2013
Yaqub, Ali Mustofa, Sejarah dan Metode Dakwah Nabi. Jakarta: Pustaka Firdaus, 2008