dakwah bil-hal (upaya menumbuhkan kesadaran dan kemampuan

11
DAKWAHBIL-HAL (Suatu Upaya Menumbuhkan Kesadaran dan Mengembangkan Kemampuan Jamaah) Suisyanto Fakultas Dakivah IAIN Sunan Kalijaga Abstract This specific writing is going to explore dakwah bil Hal (proselytizing by practice) that has never been emphasized in common religious proselytizing. Proselytizing has so far been dominated by dakwah bil lisan (proselytizing by speech) that emphasizes much more on formality, discontinuity, and inexpensiveness. Although practiced by Rasulullah since the early Islam, dakwah bil hal does not get proper attention from public. Dakwah bil hal's basic concept is to teach Islamic tenets starting by noticing significant problems in ummah's life. From this point, proselytizer and the ummah will then try to understand and develop common consciousness in order to overcome the problems by developing strategic plan, doing real practices, and evaluating the whole activities to create another continous program by reflection and action. I. Pendahuluan Dakwah merupakan kewajiban umat Islam, lebih-lebih mereka yang telah memiliki pengetahuan agama Islam, menurut batas kemampuan masing-masing. Dakwah adalah upaya menyampaikan ajaran agama Islam oleh seseorang/kelompok orang kepada seseorang atau sekelompok orang agar mereka meyakini/memahami dan mengamalkan ajaran Islam dengan benar. Jadi dalam dakwah yang menjadi tujuan adalah perubahan keyakin- an, pengetahuan dan perilaku sasaran dakwah yang sesuai dengan ajaran Islam. 182 Aplikasia, Jurnal Aplikasi llmu-ilmu Agama. Vol. Ill, No. 2 Desember 2002:182-192

Upload: nguyenmien

Post on 18-Jan-2017

234 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Dakwah Bil-Hal (upaya menumbuhkan kesadaran dan kemampuan

DAKWAHBIL-HAL(Suatu Upaya Menumbuhkan Kesadaran dan

Mengembangkan Kemampuan Jamaah)

SuisyantoFakultas Dakivah IAIN Sunan Kalijaga

Abstract

This specific writing is going to explore dakwah bil Hal(proselytizing by practice) that has never been emphasized incommon religious proselytizing. Proselytizing has so far beendominated by dakwah bil lisan (proselytizing by speech) thatemphasizes much more on formality, discontinuity, andinexpensiveness.Although practiced by Rasulullah since the early Islam, dakwahbil hal does not get proper attention from public. Dakwah bil hal'sbasic concept is to teach Islamic tenets starting by noticingsignificant problems in ummah's life. From this point,proselytizer and the ummah will then try to understand anddevelop common consciousness in order to overcome theproblems by developing strategic plan, doing real practices, andevaluating the whole activities to create another continousprogram by reflection and action.

I. Pendahuluan

Dakwah merupakan kewajiban umat Islam, lebih-lebih mereka yangtelah memiliki pengetahuan agama Islam, menurut batas kemampuanmasing-masing. Dakwah adalah upaya menyampaikan ajaran agama Islamoleh seseorang/kelompok orang kepada seseorang atau sekelompok orangagar mereka meyakini/memahami dan mengamalkan ajaran Islam denganbenar. Jadi dalam dakwah yang menjadi tujuan adalah perubahan keyakin-an, pengetahuan dan perilaku sasaran dakwah yang sesuai dengan ajaranIslam.

182 Aplikasia, Jurnal Aplikasi llmu-ilmu Agama. Vol. Ill, No. 2 Desember 2002:182-192

Page 2: Dakwah Bil-Hal (upaya menumbuhkan kesadaran dan kemampuan

Merujuk kepada apa yang dilakukan Rasulullah, upaya penyampaianajaran Islam (dakwah) dapat dilakukan dengan 3 .(tiga) pendekatan, yaitulisan, tulisan dan perbuatan. Bahkan perUaku beliau pun merupakandakwah. Pendekatan Lisan (bil-Lisan) adalah upaya dakwah yang meng-utamakan pada kemampuan lisan. Pendekatan Tulisan (Ul-risalah) adalahdakwah yang dilakukan dengan melalui tulisan baik berupa buku, brosur,maupun media elektronik. Sedang pendekatan perbuatan (dakwah bil-hal)yakni kegiatan dakwah yang mengutamakan kemampuan kreativitas peri-laku da'i secara luas atau yang dikenal dengan action approach atau perbuatannyata. Misal menyantuni fakir-miskin, menciptakan lapangan pekerjaan,memberikan ketrampilan dan sebagainya.

Selama ini dakwah lebih banyak dilakukan dengan pendekatan lisanyang lebih banyak menyentuh aspek kognisi. Dakwah lisan yang banyakdilakukan lebih mementingkan tampilan lahir yang berkesan murah meriahdan tidak pernah dipikirkan apa tindak lanjutnya. Untuk era reformasiseperti sekarang ini perlu dipikirkan format dakwah yang berkesinam-bungan dan terukur

Dakwah bil-hal dalam hal ini sama sekali bukan tandingan dakwah bil-lisan. Tetapi justeru antara satu dengan yang lain saling melengkapi, karenatidak ada satu aktivitas atau amal senyata apapun yang tidak membutuhkancampur tangan lisan dan bahkan banyak masalah dakwah yang pe-mecahannya membutuhkan dua pendekatan tersebut.

Sejalan dengan perubahan sosial di era reformasi yang sedang ber-langsung, di mana terkadang ucapan lisan tidak lebih sekedar lipstick hiasanbibir yang tidak ada bukti nyatanya, maka dalam rangka mengiringi prosesreformasi dakwah harus dilakukan dengan contoh teladan yang baik. Halini perlu agar dakwah memiliki peran yang berarti supaya tidak hanyamelalui lisan yang lebih menyentuh aspek kognitif dan kurang mendalam,tetapi diikuti juga dengan amal nyata yang menekankan pada sikap perilakuafektif. Artinya agar seruan-seruan dakwah melalui lisan juga diimbangidengan amal nyata yang dapat dilihat secara empiris yang mampu meng-gerakkan kesadaran sasaran dakwah. Untuk itu perlu dipikirkan bagaimanaformat dakwah bil-hal yang dapat menjawab persoalan tersebut.

II. Dakwah Bil-Hal dalam Tuntunan Syariat

Dakwah bil-hal sebenarnya bukanlah merupakan istilah baru dalamdunia dakwah, karena sumber peristilahan tersebut bennula dari al-Qur'an

Dakwah Bil-Hal... (Suisyanto) 183

Page 3: Dakwah Bil-Hal (upaya menumbuhkan kesadaran dan kemampuan

maupun hadits dan juga sirah Nabi. Dari sumber-sumber tersebut kemudianmuncul penterjemahan baik dalam dataran normatif maupun empirik.

Ada beberapa pengertian tentang dakwah bil-hal. Secara harfiah dakwahbil-hal berarti menyampaikan ajaran Islam dengan amaliah nyata1 danbukan tandingan dakwah bil-lisan tetapi saling melengkapi antara keduanya.

Dalam pengertian lebih luas dakwah bil-hal, dimaksudkan sebagai ke-seluruhan upaya mengajak orang secara sendiri-sendiri maupun ber-kelompok untuk mengembangkan diri dan masyarakat dalam rangka me-wujudkan tatanan sosial ekonomi dan kebutuhan yang lebih baik menuruttuntunan Islam, yang berarti banyak menekankan pada masalah ke-masyarakatan seperti kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan denganwujud amal nyata terhadap sasaran dakwah2

Sementara itu ada juga yang menyebut dakwah bil-hal dengan istilahdakwah bil-Qudwah yang berarti dakwah praktis dengan cara menampilkanakhlaq karimah3. Sejalan dengan ini seperti apa yang dikatakan oleh BuyaHamka bahwa akhlaq sebagai alat dakwah, yakni budi pekerti yang dapatdilihat orang, bukan pada ucapan lisan yang manis serta tulisan yang me-mikat tetapi dengan budi pekerti yang luhur*.

Berpijak dari pengertian di atas dapat dikatakan bahwa dakwah bil-halmempunyai peran dan kedudukan penting dalam dakwah bil-lisan. Dakwahbil-hal bukan bermaksud mengganti maupun menjadi perpanjangan daridakwah bil-lisan, keduanya mempunyai peran penting dalam proses pe-nyampaian ajaran Islam, hanya saja tetap dijaga isi dakwah yang disampai-kan secara lisan itu harus seimbang dengan perbuatan nyata da'i.5

Dalam hal ini peran da'i akan menjadi sangat penting, sebab da'i yangmenyampaikan pesan dakwah kepada umat (jama'ah) akan disorot olehumat sebagai panutan. Apa yang ia katakan dan ia lakukan akan ditiruoleh jama'ahnya. Itulah sebabnya apa yang ia katakan harus sesuai denganapa yang ia perbuat, jika tidak maka da'i akan menjadi cemoohan umat

1 Lihat Masdar F. Mas'udi, "Mukaddimah : Dakwah, Membela Kepentingan Siapa ?",dalam Majalah Pesantren, No. 4 Vol. IV Qakarta : P3M, 1987), p. 2

1 Harun Al-Rasyid dkk, Pedcman Pemtrinaan Dakwah Bil-Hal, flakarta: Depag RI, 1989), p.10

3 Anwar Masy'ari, Butir-butir Problematika Dakwah Islamiyah,(SuTabaya : Bina llnuj,1993), p. 205

4 Hamka, Prinsip dan Kebijakan Dakwah Islam, 0akarta: Pustaka Panjimas, 1981), p. 159.5 Soetjipto Wirosardjono, "Dakwah: Potensi dalam Kesenjangan" dalam Majalah Pesantren,

No. 4 Vol. IV (Jakarta: P3M, 1987), p. 5

184 Aplikasia, Jurnal Aplikasi llmu-ilmu Agama, Vol. Ill, No. 2 Desember 2002:182-192

Page 4: Dakwah Bil-Hal (upaya menumbuhkan kesadaran dan kemampuan

dan lebih dari itu ia berdosa besar dan pada gilirannya dia akan ditinggalkanoleh jamaahnya.

Kaitannya dengan pembangunan dan perubahan masyarakat makadalam hal ini da'i menjadi agen perubahan (agent of change)1' arena action(perbuatan nyata/perilaku) atau akhlaq da'i akan ditiru oleh umat (jamaah)

Masih banyak istilah-istilah untuk menyebut dakwah bil-hal. Ada yangmenyatakan bahwa dakwah bil-hal adalah kegiatan dakwah yang dilakukandengan member! bantuan materi. Sementara yang lain menyebut dakwahmelalui tulisan danjaeau'vitas tangan yang lain juga merupakan salah satubentuk atau wujud dakwah bil-hal.

Menurut hemat penulis dakivah bil-hal merupakan upaya yang bersifatmenumbuhkan dan mengembangkan kesadaran dan kemampuan jamaahdalam mengatasi masalah mereka dan lebih dari itu setiap kegiatan dakwahyang dilakukan harus ada tindak-lanjutnya secara berkesinambungan.

Dakivah bil-hal merupakan upaya dakwah dengan melakukan per-buatan nyata, tentunya wujudnya beraneka ragam, dapat berupa bantuanyang diberikan pada orang lain baik bantuan moril maupun materiil se-bagaimana firman Allah, "Mengapa kamu tidak mau berperang di jalanAllah dan membela orang-orang yang lemah baik laki-laki, wanita dananak-anak..."7

Dalam ayat ini terdapat dorongan yang kuat agar kaum musliminmembela (rnembantu) saudara-saudaranya yang lemah (mempunyai bebanmasalah) dengan cara mengetuk pintu hati setiap orang yang memiliki pe-rasaan dan berkeinginan baik.8 Menurut Jamaludin Al-Qasimi9 kalimatmembantu yang lemah adalah membantu membebaskan orang muslim yanglemah dan sedang menghadapi masalah (kesulitan dan kesusahan) sertamenjaganya dari ancaman musuh. Masalah yang dihadapi berhubungandengan kesusahan hidup baik bersifat materi maupun non materi. Per-nyataan ini diperkuat dengan pemyataan Rasulullah dalam sebuah hadits:

"Orang Islam itu bersaudara, maka janganlah seorang Islam menganiayasaudaranya dan jangan membiarkannya tersiksa. Barang siapa memenuhi hajatsaudaranya, maka Allah akan memenuhi hajatnya. Barang siapa yang membantu

"AmrulIahAhmad (Ed.), Dakwah Islam dan Perubahan Sosial, (Yogyakarta: LP2M, 1985),p. 17

7 Q. S. An Nisaa': 75, Depag. RI, Al-Qur'an..., p. 718 Lihat, Al-Qur'an dan Tafoirnya, (Vogyakarta: Univereitas Islam Indonesia, 1991), p. 229»Muhammad Jamaludin Al Qosimi, TafsirAl-Qpsimi, (tkt: Dar al-Ihya' Kutub al-Arabiyah,

1957).

Dakwah Bil-Hal... (Suisyanto) 185

Page 5: Dakwah Bil-Hal (upaya menumbuhkan kesadaran dan kemampuan

mengatasi kesulitan orang lain maka Allah akan melepaskan kesulitan-kesulitandi hari kiamat dan siapa menutu pi a ib seorang muslim niscaya Allah menutupinyadiharikiamat"10

Dalam hadits ini jelas sekali bahwa membiarkan sesama muslim ter-aniaya adalah berdosa dan membantu mereka keluar dari persoalan adalahibadah yang bernilai dakwah, Termasuk membantu saudara kita dalammengatasi kesulitan juga mempunyai nilai ibadah yang berkonotasidakwah. Dalam surat al-Isra' ayat 84 Allah berfirman :"Katakanlah Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-masing maka Tuhanmulebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya"11

Dalam firman tersebut ada kata Syakilatih yang berarti keadaannyamasing-masing. Oleh Hamka kata "Syakilatih" diartikanbakat atau bawaan.12

Jika dipahami secara mendalam dan dikaitkan dengan kondisi sekarang,bakat bawaan seseorang yang didukung dengan situasi lingkungan dandikembangkan maka akan berubah menjadi kemampuan profesional. Jikadihubungkan dengan dakwah bil-hal maka masing-masing muslim hendak-nya berdakwah menurut kemampuan dan prof esi mereka. Seperti dikatakanMuhammad Abu Zahroh, sebagai contoh, seorang dokter berdakwahdengan keahliannya13 dalam masalah pengobatan medis.

Dalam ayat lain masih banyak yang memberi kontribusi pelaksanaanaakwah bil-hal. Di samping ayat al-Qur'an dalam hadits Rasulullah banyakyang memberikan dasar bagi dakwah bil-hal seperti hadits di bawah ini :

"Dari Anas ra. Berkata : Tidak pemah Rasulullah saw. dimmtai sesuatu me-lainkan pasti ia membeiikannya. Sungguh telah da tang seorang peminta kepada-nya, maka diberinya kambing yang berada di antara dua bukit, maka ia kembalikepada kaumnya dan mengajak mereka "Hai kaumku, segeralah kamu masukIslam, karena Muhammad memberi kepada seseorang yang sama sekali tidakkhawatir habis atau menjadi miskin". Sesungguhnya dahulu orang masuk Islamkarena ingin dunia tetapi Udak lama kemudian tumbuh kecintaannya Islam me-lebihi semua kekayaan dunia.14

Dari hadits di atas terlihat betapa gerakan dakwah Rasul mengem-bangkan isu antara kelas masyarakat kuat dan masyarakat lemah, antara

10MuhaminadAbdulAzizAl-Khuli,Al-Aiiii)unNfll7inoy,(Libanon: Daral-Fikr, tt.),p.53" Q. S.. Al-Isra': 84, Depag. RI, Al Qur'an ..., p. 23212 Hamka, To/sir Al-Azhar, Juz XV, (Surabaya : Pustaka Islam, 1984), p. 116." Muhammad Abu Zahroh, Al Dakwah Hal Islam, (Libanon: Dar al-Fikr, tt), p. 129" Husen Madhal, Hadits II, (Yogyakarta: Fakullas Dakwah IAIN Sunan Kalijaga, 1995),

p. 216.

186 Aplikasia, Jurnal Aplikasi llmu-ilmu Agarna, Vol. Ill, No. 2 Desember 2002:182-192

Page 6: Dakwah Bil-Hal (upaya menumbuhkan kesadaran dan kemampuan

kaya dan miskin (yang kaya membantu yang miskin).15 Itulah sebabnyamengapa pertanyaan evaluatif pada sebuah ayat al-Qur'an tentang orangyang mendustakan agama simbol yang diurai justru orang yang tidak mem-punyai kepedulian sosial - orang yang mengabaikan anak yatim dan orangmiskin,16 sebagai satu contoh persoalan kehidupan sosial yang ada.

Karena itu pula Rasulullah selalu memberikan bantuan yang dibutuh-kan oleh seseorang sesuai dengan masalah yang dihadapi oleh umatnyasekalipun masalah materi, dalam hal ini banyak hadits memberikan pe-tunjuk untuk melakukan dakwah bil-hal. Misalnya sebuah hadits yang me-nyatakan, "Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah"

Maksud hadits di atas adalah orang yang memberi bantuan kepadaorang lebih baik dari pada menerima bantuan, ini dapat dipahami pemberiandapat berupa materiil (bantuan materi maupun non materi yang berupagagasan/ pemikiran)

III. Dakwah Bil-hal dalam Tuntutan Sosial.

A. Ruang Lingkup Dakwah Bil-HalRuang lingkup dakwah bil-hal sebagaimana disebutkan dalam buku

Pedoman Dakwah Bil-Hal17 adalah meliputi semua persoalan yang ber-hubungan dengan kebutuhan pokok (basic needs) manusia, terutama yangberkaitan dengan kebutuhan fisik material ekonomis, maka kegiatan dakwahbil-hal lebih menekankan pada pengembangan kehidupan dan penghidupanmasyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup yang lebih baik sesuaidengan tuntunan ajaran Islam. Bentuk-bentuk pengembangan kegiatandakwah bil-hal dapat dilakukan melalui bentuk pengembangan kehidupandan penghidupan manusia antara lain berupa:1. Penyelenggaraan pendidikan pada masyarakat2. Kegiatan Koperasi3. Pengembangan kegiatan transmigrasi4. Penyelenggaraan usaha kesehatan masyarakat seperti mendirikan

Rumah Sakit, Polildinik, BKIA, Balai Pengobatan, dan sebagainya5. Peningkatan gizi masyarakat

15 Mansour Fakih, "Dakwah: Siapa yang diuntungkan ?, dalam Majalah Pesantren, No.4 Vol. IV (Jakarta: P3M, 1987), p. 10

" Baca Q. S. Al Ma'un,: 1 - 3, Depag. Rl. Al Qur'an ..., p. 483.17 Harun Al-Rasyid dkk, Pedoman Pembinaan Dakwah Bil-Hal, p. 10-14

Dakwah Bil-Hal... (Suisyanto) 187

Page 7: Dakwah Bil-Hal (upaya menumbuhkan kesadaran dan kemampuan

6. Penyelenggaraan panti asuhan7. Penciptaan lapangan kerja8. Peningkatan penggunaan media cetak, media informasi dan komunikasi

serta seni budaya.Menurut hemat penulis dakwah bil-hal tidak hanya berkaitan dengan

masalah usaha peningkatan kesejahteraan materiil saja tetapi juga termasukusaha pemenuhan dan peningkatan kebutuhan dan kesejahteraan nonmateriil, usaha seperti meningkatkan kualitas pengamalan ibadah, akhlaq,yang lebih dikenal dengan pengembangan sumber daya manusia.

Dengan melihat luasnya ruang lingkup dakwah bil-hal maka dalam pe-laksanaannya diperlukan keterpaduan program, perencanaan pelaksanaandan evaluasi dakwah bil-hal dengan berbagai instansi terkait, berbagai tenagaahli dan disiplin ilmu. Ini artinya bahwa dakwah bil-hal harus dilaksanakansecara totalitas dan berangkat dari akar permasalahan yang terjadi dalammasyarakat yang lebih dikenal dengan empowering atau pemberdayaanjamaah.

6. Dakwah Bil-Hal : Suatu Upaya Menumbuhkan Kesadaran danMengembangkan Potensi JamaahDilihat dari posisi ini penulis mencoba untuk menawarkan suatu

konsep bahwa dakwah bil-hal adalah merupakan usaha menyampaikanajaran Islam kepada umat baik perorangan maupun kelompok dengan caramembantu mengatasi masalah yang dihadapi (dialami) umat. Masalah ter-sebut merupakan masalah hidup dan kehidupan umat, usaha pemecahanmasalah ini berangkat dari akar masalah, yang pada akhirnya umat itusendiri yang mengatasi masalah mereka dengan dasar kesadaran, sumber-sumber daya yang mereka miliki digali, dimobilisir, diorganisasi oleh merekauntuk memenuhi kebutuhan. Ini artinya bahwa dakwah merupakan usaharnembangun manusia seutuhnya (rohani dan jasmani). Rohani menumbuh-kan kesadaran membangun dan jasmaninya memunculkan tindakan-tindakan yang nyata dalam pembangunan. Dalam hal ini lebih merupakanfasilitator (agen) dalam pelaksanaan pembangunan tersebut, artinya darisebagai pembuka pintu pembangunan yang akan memunculkan perubahan-perubahan yang dilakukan oleh jamaah (umat), mengapa demikian, karenadakwah memiliki sifat taghyir (perubahan) yang muncul dari, oleh, danuntuk jamaah.18 Sebagaimana Rasulullah bersabda bahwa makanan ter-

11 Lihat Q. S. Ar-Ra'd: 11, Depag. RI. Al Qur'an..., p. 199

188 Aplikasia, Jurnal Aplikasi llmu-ilmu Agama, Vol. Ill, No. 2 Desember 2002:182-192

Page 8: Dakwah Bil-Hal (upaya menumbuhkan kesadaran dan kemampuan

baik untuk dimakan oleh seseorang adalah hasil jerih payah usahanyasendiri. Ini artinya bahwa pemecahan masalah seseorang atau suatukelompok orang akan sangat arif dan bermanfaat bagi mereka jika merekasendiri yang mencari pemecahannya, orang lain (da'i) hanya membantubukan pelaku utama.

Untuk menggali kesadaran jamaah dan meningkatkan pengembanganpotensi jamaah, dapat kiranya dipergunakan formula pengembanganswadaya masyarakat yang dapat dilakukan melalui tahapan sebagai berikut. 19

1. Mengajak Jamaah untuk Mengenali dan Memahami Masalah MerekaSendiri.Masalah yang dialami oleh umat /masyarakat sering tidak dipahami

oleh anggota-anggotanya. Hal ini terjadi karena ada beberapa sebab, per-tama, ketidaktahuan. Faktor ini terjadi pada tingkat pemikiran anggota-anggota masyarakat yang rendah tingkat pengetahuan dan pendidikanmereka. Misalnya orang-orang yang hidup di daerah kumuh belum tentumerasakan sebagai masalah bagi dirinya, walaupun orang lain memandangsebagai suatu masalah. Kedun,_sifat pasif dan apatis. Sifat ini terjadi karenadalam diri masyarakat sudah melekat keadaan, kejadian-kejadian bahkankepincangan sosial yang tidak dianggap sebagai suatu masalah yang padagilirartnya mengkondisikan mereka untuk pasrah dan menyerah pada nasib.

Dari sebab-sebab di atas ada dua hal mendasar yang harus mendapatperhatian seorang da'i, yaitu tingkat kepekaan terhadap lingkungan yangrendah dan ketidakberdayaan menghadapi lingkungan.

Pada tingkat ketidaktahuan, langkah yang ditempuh seorang da'iadalah mengajak umat atau masyarakat untuk memahami dan menyadariakan masalah yang dihadapi; dalam hal ini bimbingan dan penyuluhanmerupakan kegiatan yang penting sebagai langkah awal. Untuk langkahlanjut bagaimana membangun partisipasi masyarakat tidak hanya padatingkat pemahaman tetapi pada bagaimana mengorganisasikan masalahtersebut sebagai langkah awal dari pemecahan masalah.

Pada sikap apatis dan pasrah akibat ketidakberdayaan — di manamereka telah memahami masalahnya tetapi menganggap bahwa itu tidakmungkin diperbaiki lagi - da'i perlu melakukan remotivasi, reorganisasi

19 Bandingkan dengan Surname Nugroho, Sistem Intcrvensi Kesejahteraan Sosial,(Yogyakarta : Hanindila, 1984), p. 71-72

Dakwah Bil-Hal... (Suisyanto)

Page 9: Dakwah Bil-Hal (upaya menumbuhkan kesadaran dan kemampuan

dan reedukasi dalam rangka menyadarkan mereka agar ikut berperan aktifkembali di dalam kehidupan, utamanya dalam melihat dan memahamimasalah mereka secara proporsional.

2. Menumbuhkan Keinginan Jamaah untuk Berperan Aktif MencariAlternatif Pemecahan Masalah (Sebuah Perencanaan awal)Setelah terbentuk pemahaman masalah, maka selanjutnya mencari

alternatif pemecahan masalah. Dalam pencarian alternatif ini umumnyaumat atau jamaah membutuhkan bantuan dari da'i. Dalam hal ini yangperlu dikedepankan adalah kemauan anggota jamaah untuk ikut andildalam kegiatan pemecahan masalah yang dapat ditempuh dengan metodepartisipatoris. Dengan demikian akan dirasakan bahwa persoalan yangdihadapi jamaah menjadi milik mereka serta menjadi bagian hidup merekadan tanggung jawab mereka untuk mencari jalan keluarnya.

Dalam situasi seperti ini da'i bertindak sebagai fasilitator dan pen-damping jamaah. Segala usul kritik dan saran jamaah sebagai subyek -dan bukan obyek— disalurkan melalui forum yang disepakati.

3. Persiapan Jamaah dalam Pelaksanaan Pemecahan Masalah(Perencanaan Matang)Setelah jamaah mendapatkan alternatif pemecahan masalah yang

dihadapi kemudian bagaimana da'i membantu dalam mentransformasikanalternatif dimaksud ke dalam langkah pelaksanaan. Dalam hal ini jamaahdilibatkan secara keseluruhan dalam rencana; memulai, melaksanakan danmengevaluasi program kegiatan. Dengan keterlibatan jamaah ini merekamelakukan sesuatu bukan karena perintah tetapi atas dasar kesadaran,kebutuhan dan kewajiban yang pada perkembangan selanjutnnya merekadiharapkan dapat mengambil keputusan sendiri untuk memenuhi ke-butuhan mereka.

4. Penyebarluasan Metode-metode Swadaya JamaahDalam hal ini seorang da'i seharusnya tidak mendidik jamaah menjadi

kelompok konsumtif yang pasif tetapi lebih mengarahkan kepada merekasebagai pekerja aktif. Disinilah perlunya pengembangan berbagai metode.Sebagai contoh, jika jamaah membutuhkan ikan janganlah mereka diberiikan tetapi berilah kail, jala atau jaring, ajarilah mereka bagaimana caramencari ikan dengan alat tersebut. Dan bersama-sama antara da'i danjamaah menelusuri tempat yang banyak ikan.

190 Aplikasia, Jumal Aplikasi llmu-ilmu Agama, Vol. Ill, No. 2 Desember 2002:182-192

Page 10: Dakwah Bil-Hal (upaya menumbuhkan kesadaran dan kemampuan

5. Evaluasi dan Tindak Lanjut.Setiap akhir kegiatan yang telah direncanakan kemudian dievaluasi

secara bersama-sama antara da'i sebagai fasilitator (pendamping) denganjamaah sebagai subyek utama. Evaluasi dimaksudkan sebagai upaya me-lihat kelemahan dan kelebihan program tersebut untuk kemudian memikir-kan rencana berikutnya yang lebih tertata dan bagus. Dengan kata lainselalu dilakukan refleksi dan aksi untuk mendapatkan suatu kerja dakwahyang maksimal.

IV. Simpulan

Tutsan ini merupakan gagasan awal yang masih perlu ditindak lanjutiuntuk mendapatkan rumusan dakwah bil-hal yang memadai. Dari paparandi atas dapat disimpulkan :1. Dakwah bil-hal bukan istilah baru dalam kehidupan umat Islam/ tetapi

telah dirintis sejak Islam lahir dengan contoh-contoh nyata yang dilaku-kan oleh Rasulullah dan para sahabat.

2. Akar normatif konsep dakwah bil-hal cukup kuat tergambar dalam al-Qur'an dan Hadits yang harus diinterpretasikan dalam pemikiran-pe-mikiran yang dapat dipahami secara akademis keilmuan dan praktisempiris.

3. Dalam implementasi praktis empiris dakwah bil-hal membutuhkan ber-bagai kemampuan dan keahlian praktis dari berbagai kalangan yangdipadu dalam menejemen yang utuh (Total Quality Management).

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur'an dan Tafsimya, 1991, Yogyakarta : Universitas Islam IndonesiaAmrullah Ahmad, 1983, Dakwah Islam dan Peruhahan Sosial, Yogyakarta :

LP2MAnwar Masy'ari, 1993, Butir-hutir Problematika Dakwah Islam, Surabaya :

Bina flmuDepartemen Agama RI, 1977, Al Qur'an dan Terjentahnya, Jakarta : CV. Toha

PutraHAMKA, 1984, To/sir Al-Azhar ]uz XV, Surabaya : Pustaka Islam

, 1984, Prinsip dan Kebijaksanaan Dakwah Islam, Jakarta : PustakaPanjimas

Dakwah Bil-Hal...{Suisyanto) 191

Page 11: Dakwah Bil-Hal (upaya menumbuhkan kesadaran dan kemampuan

Harun Al-Rasyid, dkk, 1989, Pedoman Pembinaan Dakwah Bil-Hal, Jakarta :Departemen Agama RI

Husen Madhal, Hadits II, 1995, Yogyakarta : Fakultas Dakwah IAIN SunanKalijaga

Khuli, Muhammad Abdul Azis al-, t.t. Al-Adabun Nabawy, Libanon : Dar al-Fikr

Mansour Fakih, 1987, "Dakwah: Siapa yang diuntungkan ?, dalam MajalahPesantren, No. 4 Vol. IV, Jakarta : P3M

Masdar F. Mas'udi, 1987, "Mukaddimah : Dakwah, Membela KepentinganSiapa ?", dalam Majalah Pesantren, No. 4 Vol. IV, Jakarta : P3M

Qosimi, Muhammad Jamaluddin al-, 1957, To/sir Al-Qosimi, tkt : Dar al-Ihyai Kutub al- Arabiyah

Sumarno Nugroho, 1984, Sistem Intervensi Kesejahteraan Sosial, Yogyakarta:Hanindita

Soetjipto Wirosardjono, 1987, "Dakwah : Potensi dalam Kesenjangan"dalam Majalah Pesantren, No. 4 Vol. IV, Jakarta : P3M

Zahroh, Muhammad Abu, t.t. Ad-Dakwah llal Islam, Libanon : Dar al-Fikr

192 Aplikasia, Jurnal Aplikasi llmu-ilmu Agama, Vol. Ill, No. 2 Desember2002:182-192