dampak impor jeroan terhadap...

19

Upload: phungmien

Post on 28-Jul-2018

236 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: DAMPAK IMPOR JEROAN TERHADAP …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2014/04/DAMPAK-IMPOR-JE… · Pangsa pasar terbesar konsumen daging sapi di Jawa Barat dan DKI adalah para
Page 2: DAMPAK IMPOR JEROAN TERHADAP …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2014/04/DAMPAK-IMPOR-JE… · Pangsa pasar terbesar konsumen daging sapi di Jawa Barat dan DKI adalah para
Page 3: DAMPAK IMPOR JEROAN TERHADAP …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2014/04/DAMPAK-IMPOR-JE… · Pangsa pasar terbesar konsumen daging sapi di Jawa Barat dan DKI adalah para

Dipublikasi pada seminar Nasional Prosiding ISBN: 979-704-485-8

Pemberdayaan Masyarakat Peternakan di Bidang Agribisnis untuk Mendukung

Ketahanan Pangan

Semarang 3 Agustus 2006

Fakultas Peternakan Universitas Dipenogoro Semarang

DAMPAK IMPOR JEROAN TERHADAP PENGEMBANGAN

PETERNAKAN SAPI POTONG RAKYAT

Rochadi Tawaf

Fakultas Peternakan Unpad

ABSTRAK

Bisnis daging sapi di Indonesia, hampir 90% dipasarkan secara tradisional.

Pangsa pasar terbesar konsumen daging sapi di Jawa Barat dan DKI adalah para

pedagang baso. Bahan baku utamanya berasal dari sekitar 2 juta ternak sapi lokal

yang dipotong. Dimana kontribusi sapi potong impor sekitar 400 ribuan ekor per

tahun dan substitusi daging impor sekitar 30.000 Ton per tahun. Kebijakan

pemerintah untuk memasukkan daging impor, sebenarnya ditujukan bagi pasar

institusi yaitu daging berkelas kepada supermarket, hotel, catering, dan industry

prosesing. Rancunya, yang dimaksud daging impor ternyata bukan saja daging

murni (boneless) tetapi termasuk edible offal (jeroan). Dalam beberapa tahun ini,

impor edible offal telah mampu mengintervensi pasar daging sapi local di dalam

negeri. Pada bulan maret tahun 2004 (kondisi larangan impor daging dari USA)

menurut USDA (2005) ternyata sebanyak 1.385 ton daging asal USA masuk secara

illegal ke Indonesia. Dari sejumlah itu tidak hanya satu kilogram pun daging murni,

artinya 100% adalah jeroan (jantung, hati, tongue root, ginjal, dsb). Komoditi ini

telah melumpuhkan bisnis perdagingan di Jawa Barat. Menurut para pengurus

APDASI, dengan maraknya impor jeroan terutama jantung dan hati ke pasaran

tradisional telah mengakibatkan menurunkan penyembelihan sapi local sampai (30-

40)%. Menurunnya angka pemotongan ini, berdampak terhadap menurunnya

kesempatan perolehan pendapatan dan kesempatan kerja para pelaku bisnis daging

dan peternak sapi local. Oleh karenanya, dampak impor jeroan yang tidak

terkendali, telah berakibat terhadap iklim usaha agribisnis peternakan sapi potong

rakyat yang tidak kondusif.

Kata kunci: Dampak impor, pengembangan peternakan

Page 4: DAMPAK IMPOR JEROAN TERHADAP …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2014/04/DAMPAK-IMPOR-JE… · Pangsa pasar terbesar konsumen daging sapi di Jawa Barat dan DKI adalah para

PENDAHULUAN

Pangsa konsumsi daging sapi menempati urutan kedua setelah unggas,

menurut Tjeppy Soedjana (2006), konsumsi daging sapi mencapai 23 persen dari

konsumsi daging ternak secara umum. Pertumbuhan konsumsi daging sapi ternyata

sangat berfluktuasi dengan kecenderungan yang semakin meningkat, hal tersebut

terutama disebabkan kondisi sadar dan mampu gizi masyarakat yang diimbangi

dengan semakin membaiknya kondisi perekonomian masyarakat. Semakin

meningkatnya permintaan akan daging sapi dengan kemampuan supply yang relatif

terbatas menyebabkan semakin meningkatkanya harga daging. Kebutuhan tersebut

selama ini di substitusi oleh daging unggas yang relatif lebih murah harganya.

Perilaku konsumen daging sapi pada umumnya mengikuti tingkat

pendapatannya, diperlihatkan oleh tingkat elastisitas pendapatan terhadap

permintaannya (Lihat Tabel 2). Berdasarkan Tabel 2, ternyata elastisitas daging

sapi bernilai positif lebih dari satu, artinya semakin tinggi pendapatan seseorang

maka akan semakin banyak mengkonsumsi daging sapi.

`Tabel 1. Pangsa Konsumsi Daging Sapi Nasional

Komoditas Pangsa (%)

Daging Unggas 56

Daging Sapi 23

Daging Babi 13

Daging Kambing/Domba 5

Lain-lain 3

Total 100

Sumber: Tjeppy D. Soedjana (2006)

Tabel 2. Elastisitas Pendapatan Komoditas Daging, Telur, dan Susu (2002)

Komoditas Perdesaan Perkotaan Rataan

Daging Sapi 1.19 1.28 1.29

Ayam Ras 1.28 1.22 1.28

Ayam Kampung 1.2 1.13 1.11

Telur Ayam Ras 1.15 0.92 1.06

Telur Ayam Kampung 0.87 0.7 0.69

Susu Sapi 1.34 1.04 1.27

Sumber: Tjeppy D. Soedjana (2006)

Tabel 3. Prediksi Neraca Kebutuhan Daging Sapi di Indonesia (2005-2010)

Page 5: DAMPAK IMPOR JEROAN TERHADAP …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2014/04/DAMPAK-IMPOR-JE… · Pangsa pasar terbesar konsumen daging sapi di Jawa Barat dan DKI adalah para

N

o

Uraian 2005 2006 2007 2008 2009 2010

1 Penduduk (juta orang) 219,7 222,9 226,3 229,7 233,2 236,7

2 Pertumbuhan penduduk

(%)

1,49 1,49 1,49 1,49 1,49 1,49

3 konsumsi daging sapi

(kg/Kap/Th)

1,72 1,79 1,86 1,94 2,01 2,09

4 Kons. Daging (000 Ton) 378,93 399,66 421,52 444,58 468,90 494,55

5 Senjang produksi (000

ton)

107,09 111,22 107,22 11,597 45,17 10,92

6 senjang produksi (%) 28,26 27,83 25,44 26,09 9,63 2,21

7 setara sapi hidup (000

ek)

864,22 897,62 865,33 935,94 364,55 88,09

8 betina prod. (000 ek) 1.389,9 1.443,6 1.391,6 1.505,2 586,3 141,7

9 pop. Ideal (000 ek) 11.910,

1

13.468,

8

14.645,

2

14.938,

3

15.593,

9

16.709,

4

10 Senjang populasi (%) 12,58 11,48 10,10 10,75 3,85 0,85

Sumber: Tjeppy D. Soedjana (2006)

Kesenjangan Suplai Demand

Permintaan daging sapi di Indonesia menunjukkan angka yang semakin

meningkat. Menurut Tjeppy D. Soedjana (2006), setiap tahun akan terjadi

peningkatan permintaan produksi yang belum mampu diimbangi oleh

ketersediaanya didalam negeri (Tabel 3). Dari Tabel 3 tampak bahwa kekurangan

daging setiap tahun terjadi peningkatan, untuk tahun 2005 harus disuplai paling

tidak setara sekitar 500 ribuan ekor sapi siap potong. Jika saja, jumlah tersebut

tidak dapat dipenuhi oleh impor dalam bentuk sapid an daging sapi, dikhawatirkan

akan terjadi pengurasan populasi sapi local, seperti yang terjadi sekarang-sekarang

ini.

Impor Sapi

Dalam memenuhi permintaan terhadap daging sapi di Indonesia tidak

kurang dari 1,7 juta ekor ternak sapi dipotong setiap tahunnya, sedangkan populasi

sapi potong di Indonesia hanya berjumlah 11 juta ekor. Jika hal tersebut tidak

diimbangi oleh impor bakalan dan daging tidak diikuti peningkatan produktivitas

ternak lokal maka dalam waktu jangka beberapa tahun saja populasi sapi potong di

Indonesia akan punah.

Page 6: DAMPAK IMPOR JEROAN TERHADAP …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2014/04/DAMPAK-IMPOR-JE… · Pangsa pasar terbesar konsumen daging sapi di Jawa Barat dan DKI adalah para

Perkembangan impor sapi bakalan dari Australia selama ini, ternyata telah

mampu memberikan dampak positif terhadap pembangunan peternakan sapi

potong. Penurunan populasi ternak sapi lokal yang cukup tajam dapat dicegah

dengan masuknya impor sapi bakalan. Sampai dengan tahun 2006 impor sapi

potong dari Australia mencapai jumlah tertinggi 430.000 ekor per tahun dan pada

tahun 2002 dan impor daging sekitar 50.000 ton per tahun atau setara dengan

sekitar 500.000 ekor sapi (asumsi jika dari satu ekor sapi diperoleh 100 kg daging

murni).

Dari sejumlah sapi yang diimpor tersebut, dapat dikatakan bahwa

pemenuhan kebutuhan akan daging sapi di dalam negeri telah di substitusi oleh

impor sapi bakalan dan daging sapi yang cukup besar jumlahnya dalam kurun

waktu yang relative singkat. Walaupun pada periode krisis ekonomi Indonesia

hanya mampu melakukan impor sapi sekitar 30 ribuan ekor, tetapi pada beberapa

tahun terakhir (pada tahun 2002) jumlah ternak yang diimpor telah mampu

melampaui jumlah sapi yang diimpor sebelum kirisis, yaitu sekitar 430 ribuan ekor

(lihat Illustrasi 1). Jika saja substitusi ini tidak dilakukan, maka akan terjadi

pengurasan populasi sapi potong didalam negeri, sebagai akibat kuatnya daya tarik

permintaan akan daging.

KONDISI USAHA TERNAK SAPI POTONG

Kondisi Peternakan Sapi Potong Rakyat

Sampai saat ini setiap Rumah Tangga Peternak (RTP) sapi potong, baru

memiliki ternak dan belum melakukan usaha ternak, kecuali bagi perusahaan besar

yang jumlahnya tidak lebih dari 20 perusahaan. Ternak yang berada di masyarakat

(RTP) pada umumnya berkualitas rendah, dan hanya sebagian kecil yang memiliki

kemampuan produksi cukup baik kualitasnya, yakni ternak yang berasal dari hasil

bersilangan (cross breed). Sebagai gambaran, ternak sapi yang berada di Indonesia

dapat digolongkan; ternak sapi asli, impor, persilangan dan campuran

(unidentified). Sapi-sapi asli Indonesia, seperti sapi bali, sapi peranakan ongole,

sapi Madura, sapi aceh, dan lain-lain, banyak mengalami penurunan performans.

Kondisi ini banyak disebabkan oleh keterbatasan dana, sehingga pola

pengembangan yang direncanakan tidak dapat terlaksana dengan sempurna.

Disisi lain, para peternak selalu ada dalam posisi tawar menawar yang

lemah dalam percaturan bisnisnya, karena pasar lebih banyak dikuasai pedagang

perantara. Kondisi ini diperparah dengan pola usahapeternak yang masih

Page 7: DAMPAK IMPOR JEROAN TERHADAP …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2014/04/DAMPAK-IMPOR-JE… · Pangsa pasar terbesar konsumen daging sapi di Jawa Barat dan DKI adalah para

tradisional, hal ini dicirikan dengan banyak dijumpai para petani memasarkan

ternaknya pada masa yang tidak sesuai dengan permintaan pasar, atau penjualannya

tidak terencana dengan baik. Kondisi ini terutama disebabkan langkanya introduksi

permodalan yang menyentuh peternak sesuai dengan kebutuhannya.

Illustrasi 1. Jumlah Sapi yang di Impor dari Australia (1998-2005) (Sumber: MLA,

2006)

Illustrasi 2. Populasi Sapi Potong di Indonesia (1989-2003)

Kondisi ini menandakan ketidak mampuan suplai lokal dalam memenuhi

kebutuhan daging dalam negeri. Seperti tampak pada Grafik diatas, ternyata tingkat

populasi ternak sapi di Indonesia hingga tahun 2003 adala 11.395.688 ekor, dan

dengan populasi ini Indonesia harus dapat memenuhi kebutuhan daging dalam

negeri yang mencapai 350.707 ton/tahun dengan kecenderungan terus meningkat

Page 8: DAMPAK IMPOR JEROAN TERHADAP …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2014/04/DAMPAK-IMPOR-JE… · Pangsa pasar terbesar konsumen daging sapi di Jawa Barat dan DKI adalah para

pada tahun-tahun berikutnya dan sekaligus mempertahankan jumlah populasi sapi

untuk menjaga ketersediaan suplai. Akan tetapi tampak pada Illustrasi 2 bahwa

pada Tahun 2001 terjadi penurunan populasi sapi potong lokal yang mencapai 1

juta, hal tersebut perlu dipertanyakan? Karena mengingat peningkatannya pada

tahun berikut sangat signifikan sekitar 1 juta ekor.

Introduksi Bibit Unggul

Untuk perbaikan sapi lokal, dalam rangka peningkatan produktivitasnya,

pemerintah telah mengimpor (bibit) beberapa bangsa sapi seperti Brahman,

Hereford, Angus, Simmental dan sapi persilangan lainnya (Soeharsono, 2000). Dari

Observasi penggemukan sapi potong rakyat, ternyata sapi Sumba Ongole

memperlihatkan performan yang tidak kalah jauh dari Brahman Cross. Demikian

pula observasi ke jagal, banyak yang menyatakan beberapa sapi lokal seperti sapi

yang berasal dari Gunung kidul ternyata sangat disukai konsumen. Akan tetapi

karena tidak diterapkannya pola breeding yang terprogram, maka hasil persilangan

sapi lokal dengan sapi impor belum bisa dinilai keberhasilannya, karena tidak

dilengkapi dengan “performance record”. Dari data populasi, kelahiran, kematian,

pertumbuhan alamiah, dan lain-lain, kualitas sapi lokal cenderung mengalami

penurunan, sementara itu jumlah pemotongan cenderung meningkat.

Lebih lanjut Soeharsono (2000), menyatakan bahwa kebijakan pemerintah

dalam rangka peningkatan populasi ternak sapi potong lokal, masih belum berhasil

memenuhi permintaan daging dalam negeri, kegagalan tersebut disebabkan antara

lain oleh:

1. Program IB dan ET kurang berhasil, karena memerlukan teknologi dan

sarana prasarana yang cukup.

2. Crash program penyebaran bibit: dalam hal ini terjadi penyimpangan tender

pengadaan sapi dari segi harga, kualitas sapid an sasaran produk penerima

program tersebut, peternak belum menguasai teknis dan budidaya serta pola

pengelolaan pakan dan program pemberian pakan.

3. Impor sapi bakalan (feedlotter), dimana tumbuhnya perusahaan feedlotter

baru sebagai pesaing; in-efisiensi pola PIR dan kurangnya kemampuan

teknis peternak plasma.

4. Impor daging, dimana impor daging berlebihan melebihi yang ditetapkan

pemerintah; kualitas impor daging “secondary cut” yang seharusnya “prime

cut” bahkan telah terjadi pula impor jeroan.

Page 9: DAMPAK IMPOR JEROAN TERHADAP …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2014/04/DAMPAK-IMPOR-JE… · Pangsa pasar terbesar konsumen daging sapi di Jawa Barat dan DKI adalah para

PERKEMBANGAN IMPOR (SAPI DAN DAGING)

Kondisi pasar internasional (dampak BSE dan PMK)

Pada tahun 2004 perdagangan sapid an daging dunia telah mengalami

goncangan yang cukup signifikan. Dengan ditemukannya penyakit BSE di USA

pada bulan Desember 2003 yang lalu, USA sebagai salah satu Negara pengekspor

daging terbesar dunia, tidak lagi mampu mensuplai pasarnya. Export dagingnya

menurun hingga 83% tahun ini (USDA, 2004). Pasar eksportnya ke Jepang, Korea,

dan Negara-negara Asia Pasifik lainnya diambil alih oleh Australia. Hal ini

disebabkan Australia sebagai Negara yang terbebas terhadap berbagai penyakit

terutama BSE dan PMK. Dampaknya bagi Indonesia dirasakan langsung. Harga

sapi melonjak di Australia, sehingga para pengusaha feedlot di Indonesia yang

biasanya per tahung tidak kurang mengimpor sekitar 400 ribuan ekor, kini dalam

rangka memenuhi kebutuhan hari raya, feedlotter hanya mampu mensuplai sekitar

50% saja. Harga yang cukup mahal sekitar 1,8 USD/kg berat hidup atau sekitar

Rp.17.000,00/Kg (landed cost) di pelabuhan Indonesia tidak akan mampu dijual

dengan harga yang bersaing dengan melemahnya daya beli masyarakat (lihat grafik

impor sapi).

Melihat perjalanan bisnis ini, peternak di Indonesia harus menyiapkan diri

untuk melakukan swasembada pengadaan bakalan sapi lokal secara sungguh-

sungguh, sesuai kebutuhan para feedlotter. Sebab, jika dihitung supplai demand

sapi di negeri ini dan pengadaan bahan baku sapi bakalan bagi industry feedlot di

Indonesia yang berasal dari berbagai Negara mungkin kita harus mulai “mawas

diri”. Indonesia sebagai salah satu Negara yang terbebas dari PMK dan BSE,

berada dalam jajaran Negara eksklusif yang dapat memilih Negara asal ternak yang

masuk ke dalam negeri. Negara yang boleh melakukan ekspor sapi ke Indonesia

antara lain Negara-negara Australia dan New zaeland, karena mereka juga terbebas

dari penyakit tersebut. Sedangkan New zaeland sangat kecil kemungkinannya untuk

melakukan ekspor sapi bakalannya ke Indonesia karena factor jarak yang cukup

jauh dan jenis sapi yang dimiliki adalah bangsa sapi sapi yang berasal dari Negara

bermusim empat, sehingga tidak cocok bagi Indonesia yang berada di daerah tropis.

Akibatnya, hanya satu Negara saja yang mungkin melakukan impor sapinya ke

Indonesia yaitu Australia. Kenyataan ini merupakan kondisi yang sulit bagi

Indonesia, bila tidak mampu mengatasi penyediaan daging bagi rakyatnya yang 200

juta lebih. Karena itu, Indonesia akan menjadi bulan-bulanan Australia dalam

memasarkan sapinya. Tentunya, hanya jika mereka mengalami kesulitan pemasaran

utamanya ke Timur tengah dan Negara-negara Asia Pasifik lainnya, baru

memperhatikan Indonesia.

Page 10: DAMPAK IMPOR JEROAN TERHADAP …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2014/04/DAMPAK-IMPOR-JE… · Pangsa pasar terbesar konsumen daging sapi di Jawa Barat dan DKI adalah para

Impor Jeroan

Selain impor sapi bakalan, alternative yang dapat dilakukan dalam

memenuhi kebutuhan daging dalam negeri adalah dengan melakukan impor daging

(prime cut) dengan target pasar hotel dan restoran. Hal ini sesuai dengan Jargon

Tiga Ung yang dicanangkan oleh pemerintah (Sapi lokal sebagai tulang

punggung, impor sapi sebagai pendukung, dan impor daging sebagai

penyambung). Kondisi pasar Indonesia yang membutuhkan suplai daging sapi

cukup besar telah membuat beberapa pengusaha importer daging melupakan

Jargon Tiga Ung dan melepas daging hasil impor ke pasar becek (Wet Market) dan

alhasil menyebabkan terdistorsinya pasar daging di Indonesia. Seperti kasus impor

dari Amerika yang tampak pada Ilustrasi dibawah ini, dari Tahun 1999 hingga

Tahun 2000 angka importasi daging dari USA mengalami peningkatan dan

mencapai puncaknya pada Tahun 2003 dengan total impor daging dan jeroan

sebanyak 13.836,9 Ton, dan pada tahun 2004 angka impor daging dari USA

mengalami penurunan hingga angka 1.385 Ton karena adanya larangan impor

daging sebagai akibat berjangkitnya kasus BSE di Bulan Desember 2003. Dari

sejumlah ini, 12.218 ton (88,7%) adalah jeroan (offal), yang terdiri dari jantung

sebanyak 8.043,3 ton (66%) dan hati sebanyak 2.295,4 ton (18,8%). Artinya jika

berat jantung sekitar 3 kg diperoleh dari seekor sapi, maka Indonesia secara tidak

langsung telah melakukan impor jantung yang berasal dari sapi yang dipotong

sebanyak 2,7 juta ekor per tahun. Apakah sapi-sapi tersebut dipotong secara halal?

Jika pemotongan tersebut halal, artinya sehari harus dipotong sebanyak 9000 ekor

sapi. Sebagai bahan perbandingan Indonesia hanya memotong sapi 1,7 juta ekor

sapi per tahun, untuk memenuhi konsumen dalam negeri.

Ket. : *)sampai bulan September 2004

Ilustrasi : Ekspor Daging dan Jeroan dari USA (USDA, 2004)

Terdistorsinya pasar daging sapi lokal di Indonesia lebih banyak disebabkan

karena daging produksi domestik yang tidak dapat bersaing dengan daging impor

yang mayoritas adalah jeroan. Seperti tampak pada Ilustrasi Importasi Daging dari

0

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

14,000

1999 2000 2001 2002 2003 2004*

746.5 600.81225.1 742.6 1567.9

1089.5

2,707

6,667 6,78 1

7,948

12,218

7,158

ton Daging

Jeroan

Page 11: DAMPAK IMPOR JEROAN TERHADAP …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2014/04/DAMPAK-IMPOR-JE… · Pangsa pasar terbesar konsumen daging sapi di Jawa Barat dan DKI adalah para

Amerika, bahwa impor daging sapi yang masuk Indonesia mayoritas adalah jeroan

yang tuna nilai, sehingga mempunyai harga jauh dibawah harga pasar. Jeroan

impor ini telah menjadi pengganti daging bagi sebagian Produsen Baso yang

notabene merupakan segmen konsumen terbesar daging sapi (tidak kurang 50%

dari total konsumen daging).

Daging Impor illegal dan dampaknya

Daging ilegal adalah daging yang masuk Indonesia tanpa melalui prosedur

impor yang benar, berasal dari negara yang dilarang karena terjangkit penyakit

PMK dan BSE, dan dagingnya tidak memenuhi kriteria ASUH. Dari hasil

pemantauan yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal BPPHP Departemen Pertanian

pada bulan Juli 2004, dibeberapa daerah telah ditemukan adanya daging ilegal

antara lain : Dumai (1,8 Ton), Batam (5,3 Ton), Tj. Priok–Jakarta (3.670 Ton),

Bandung–Jawa Barat (9,5 Ton), Tj. Perak – Surabaya (3 kontainer), Jawa Tengah

(ditemukan daging asal Amerika di Super Market), Sumatera Utara, Kalimantan

Barat, Tarakan–Nunukan. Daging impor ilegal yang ditemukan di Indonesia berasal

dari negara-negara yang dilarang untuk ekspor daging/sapi ke Indonesia, antara lain

: Argentina, Brazil, China, Hongkong, India, USA, dan terdapat beberapa daging

tersebut masih belum dapat diidentifikasi asal muasalnya. Berikut catatan impor

daging yang masuk Indonesia secara Ilegal (lihat Tabel di bawah). Selama periode

pelarangan importasi daging dari USA periode bulan Januari sampai Mei 2004,

menurut data USDA (Lihat Ilustrasi), Indonesia masih melakukan impor 3.944.5

ton jeroan dan daging sebanyak 194 ton. Jeroan tersebut terdiri atas jantung, hati,

ginjal, dan lain-lain.

Daging impor yang berasal dari Amerika Serikat yang datang ke Indonesia

baru disebut legal yaitu daging yang berangkat dari Negara asal setelah tanggal

31 Mei 2004. Hal ini didasarkan pada SE Dirjen Bina Produksi Peternakan No.

2882/PD.630/F.5/05/04 tanggal 31 Mei 2004 dan No. 66/PD.630/F.5/06.04 tanggal

18 Juni 2004 tentang Pencabutan Larangan Importasi Sebagian Komoditi dan

Produk Ruminansia dari USA. Meskipun SE tersebut bertentangan dengan SK

Menperindag No.757/MPP/Kep/12/2003 tanggal 31 Des 2003 tentang Larangan

Sementara Impor Hewan Ruminansia dan Produk Turunannya yang Berasal dari

Amerika Serikat, yang belum dicabut pada saat itu.

Dalam beberapa tahun ini, impor edibel offal telah mampu mengintervensi

pasar daging sapi lokal di dalam negeri. Sampai dengan bulan Maret tahun 2004

(kondisi dimana daging USA dilarang) menurut data dari USDA ternyata sebanyak

1.385 Ton daging asal negeri paman Sam ini masuk secara ilegal ke Indonesia. Dari

Page 12: DAMPAK IMPOR JEROAN TERHADAP …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2014/04/DAMPAK-IMPOR-JE… · Pangsa pasar terbesar konsumen daging sapi di Jawa Barat dan DKI adalah para

sejumlah itu tidak satu kilogram pun daging murni, artinya 100 % adalah Jeroan

(Jantung, hati, tongue root, ginjal, dsb). Menurut para pengurus APDASI, dengan

maraknya impor jeroan terutama jantung dan hati ke pasaran tradisional telah

mengakibatkan menurunkan penyembelihan sapi lokal sampai (30–40)%.

Menurunnya angka pemotongan ini, berdampak terhadap menurunnya kesempatan

perolehan pendapatan dan kesempatan kerja para pelaku bisnis daging dan peternak

sapi. Karena ini pula, pendapatan asli daerah yang berasal dari retribusi

pemotongan dan retribusi antar daerah (propinsi/Kabupaten/kota) pun mengalami

penurunan yang cukup signifikan. Yang paling signifikan adalah tidak diperolehnya

retribusi dari beredarnya daging ilegal ini ke kas negara. Oleh karenanya, dampak

kehadiran daging sapi ilegal ini cukup meluas yang juga akan mengganggu dunia

usaha peternakan sapi potong dan turunan produknya yang tengah dibenahi saat ini.

IImmppoorrtt DDaaggiinngg ddaann JJeerrooaann DDaarrii AAmmeerriikkaaJJaannuuaarrii ss..dd.. SSeepptteemmbbeerr 22000044

FFAASS ((FFoorreeiiggnn AAggrriiccuullttuurraall SSeerrvviiccee)) UUSSDDAA

0

200

400

600

800

1,000

1,200

1,400

Januari Maret mei juli september

0 22.3 0

52.9 118.848.4 117.6

217.6

459.8208

362

816

1,438

1,121

309

711

978

1,216

ton

Daging Jeroan

0

200

400

600

800

1000

1200

January February March April May

Ton

Hati

Jantung

Lidah

Ginjal

Lain-lain

Page 13: DAMPAK IMPOR JEROAN TERHADAP …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2014/04/DAMPAK-IMPOR-JE… · Pangsa pasar terbesar konsumen daging sapi di Jawa Barat dan DKI adalah para

Jika diperbandingkan, 1 ton daging impor setara dengan sekitar 7 ekor sapi

yang dipotong di RPH. Dimana 1 ton daging impor cukup mempekerjakan 2 orang,

sedangkan pemotongan ternak akan mempekerjakan tidak kurang dari 12 orang

yang terlibat (mulai dari pemeliharaan sampai pemasaran). Berdasar pada data

tersebut, jika impor ini diperkenankan masuk ke pasar tradisional, artinya setiap ton

daging impor, akan kehilangan 10 orang pekerja/buruh.

Selama periode pelarangan 25 Desember 2003 – 31 Mei 2004 kondisi

impor dari USA ternyata masih ada, artinya daging dan jeroan tersebut diimpor

secara ilegal dan yang paling banyak adalah jeroan dalam hal ini jantung sebanyak

2.784,1 ton. Bila dilihat di lapangan ternyata jeroan impor ini tidak dipasarkan ke

pasar tradisional melainkan masuk ke pasar industri prosesing daging (baso).

Dampak Penyakit dari Daging Ilegal

Dampak lain yang ditimbulkan akibat daging ilegal dari negara-negara yang

tidak terbebas dari PMK dan BSE sangat berbahaya dan memiliki potensi untuk

menghancurkan perekonomian bangsa ini dengan menyebarkan PMK dan BSE.

Sementara negeri kita terbebas dari kedua penyakit itu. Penyebab PMK adalah

entero virus yang tahan terhadap kondisi kelembaban tinggi diatas 70 %, bahkan

dengan terbawa angin yang terinfeksi akan mampu menyebarkan sampai radius 250

km. Seperti diketahui, seandainya daging impor ilegal yang mengandung virus

PMK tersebut, bebas dipasarkan di pasar tradisional tentunya akan memberikan

peluang besar dalam penyebaran penyakit ini.

Sejak ditemukannya PMK di Malang Jawa Timur pada tahun 1887 dan

Indonesia dinyatakan bebas penyakit PMK pada tahun 1990, artinya upaya yang

dilakukan oleh Pemerintah dan masyarakat peternakan telah lebih dari 100 tahun,

dengan biaya yang tidak sedikit. Sebagai gambaran, kita lihat kasus PMK di Inggris

pada tahun 2001 yang lalu hanya dalam waktu dua minggu saja, penyakit ini telah

menyebar ke seluruh Inggris Raya. Dinegri ini, menurut DEFRA UK, 2003

(Departemen for Invironment Food and Rural Affair UK) telah dimusnahkan

sebanyak 4,22 juta ekor ternak (582 ribu ekor sapi, 3,487 juta ekor domba, 146 ribu

ekor babi, 3 ribu kambing, 1.000 ekor kijang dan 1000 ekor ternak lainnya). Tidak

terbayangkan, seandainya penyakit ini berjangkit kembali di Indonesia, tentu akan

menyebabkan menurunnya produktivitas ternak sapi perah, sapi potong, kerbau,

kambing, domba dan ternak yang berkuku dua lainnya. Bagi ternak yang terserang

PMK, maka mulut dan kuku bahkan ambingnya akan melepuh, sehingga

mengakibatkan turun tingkat konsumsi dan produksinya. Disisi lain negeri ini kini

menghadapi persaingan bebas di pasar global, tentu akan semakin memperlemah

Page 14: DAMPAK IMPOR JEROAN TERHADAP …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2014/04/DAMPAK-IMPOR-JE… · Pangsa pasar terbesar konsumen daging sapi di Jawa Barat dan DKI adalah para

kedudukan peternakan yang sebagian besar (90 %) dikuasai tidak kurang dari 4 juta

keluarga peternak di pedesaan.

Dampak penyakit BSE yang terjadi di USA tahun 2003 telah mampu

menurunkan ekspor daging sapi USA mencapai sekitar 83% dan menurunkan

ekspor daging dunia sebesar 9%. Akibatnya pangsa pasar ekspor daging dari

Amerika Serikat diambil alih oleh Australia, hal ini yang mengakibatkan harga

daging/sapi di Australia meningkat tajam sehingga para feedlot di Indonesia tidak

mampu membeli bakalan sapi yang harganya mencapai Rp. 17.000,-/kg berat

hidup, yang semula Rp. 11.000,-/kg berat hidup. Di sisi lain daya beli masyarakat

cenderung menurun.

DAMPAK PASAR LOKAL MENJADI GLOBAL

Pada dasarnya suatu komoditas diimpor atau diekspor tergantung padaharga pasar domestik relatif terhadap harga pasar dunia. Dengan demikian, selamaharga daging sapi di dalam negeri secara relatif lebih mahal dibandingkan denganharga daging sapi di pasar dunia, maka jumlah impor daging sapi akan terusbertambah, artinya pasar daging sapi potong domestik sudah terintegrasi ke dalamstruktur pasar global. Bagaimana dampak lebih jauh dari kebijakan kebijakan ini,dapat diikuti dari kerangka penjelasan menggunakan model Hirshleifer (1985)seperti pada ilustrasi 2

D

H-0 Sdn Sdn’

Hd B Sw

C

Ddn

A

0 X1 X0 X2 X

Ilustrasi . Pengaruh Impor Sapi dan Daging terhadap Produsen Dan Konsumen diDalam Negeri (Sumber Hirslifer, 1985)

Page 15: DAMPAK IMPOR JEROAN TERHADAP …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2014/04/DAMPAK-IMPOR-JE… · Pangsa pasar terbesar konsumen daging sapi di Jawa Barat dan DKI adalah para

Masuknya impor daging disebabkan oleh tingginya harga daging di dalam

negeri. Dalam pasar bebas, karena tataniaganya tidak diatur oleh pemerintah,

maka harga daging di dalam negeri akan sama dengan harga daging di pasar dunia

(Hd). Pada tingkat harga tersebut produsen dalam negeri (peternak) hanya mampu

memenuhi kebutuhan daging sebanyak X1, sedangkan permintaan sebanyak X2.

Kekurangan daging sapi sebanyak ini akan diisi oleh daging impor sebanyak X2 –

X1. Karena suplai daging di pasar internasional lebih elastis (Sw) daripada suplai

dalam negeri (Sdn) maka dengan adanya impor, konsumen akan memperoleh

surplus sebesar (HdCBD). Ditinjau dari sisi upaya peningkatan gizi masyarakat hal

ini sangat menguntungkan, karena konsumen menikmati daging sapi dengan harga

murah.

Konsekuensi dari kebijakan penyatuan pasar lokal dengan pasar

internasional (pasar bebas) adalah besarnya kebutuhan devisa untuk membeli

daging. Disamping itu kebijakan ini secara teoritis tidak memberi rangsangan bagi

peternak di dalam negeri, karena hanya menikmati surplus ekonomi yang lebih

kecil (ACHd). Bila tidak ada perlindungan dari berbagai kebijakan pemerintah

dikhawatirkan sebagian besar peternak sapi potong rakyat akan menghentikan

usahanya.

Secara teoritis masalahnya adalah bagaimana menggeser kurva Sdn ke

sebelah kanan menjadi Sdn’. Berbagai upaya untuk menuju kearah ini dapat

dikemukanan sebagai berikut : Berbagai penelitian telah melaporkan adanya

pengaruh positif dari impul pasar terhadap perbaikan produktivitas peternakan sapi

potong rakyat. Jarmani dan Sianturi (1995) melaporkan bahwa potensi wilayah

menghasilkan pakan, keberhasilan program IB (inseminasi buatan), tersedianya

wilayah pemasaran, memberikan peluang yang baik bagi pengembangan

peternakan sapi potong. Melalui pembinaan kelompok secara teratur, introduksi

teknologi, serta perbaikan tatalaksana dapat mempersingkat pemeliharaan dan

mempercepat waktu jual, serta peningkatkan pendapatan peternak (Wahyono dan

Soepeno, 1995). Keberhasilan pengembangan sapi potong juga terjadi dalam

sistem kereman/penggemukan (Santoso, dkk., 1995; Sarwono, 1995; Sugandi, dkk.,

1995 dan Sumanto, dkk.,1995).

Berbagai kajian tersebut pada prinsipnya melaporkan keberhasilan

peningkatan produktivitas usahaternak sapi potong rakyat melalui perbaikan

teknologi reproduksi, perbaikan penyediaan pakan, serta perbaikan kelembagaan.

Implementasinya dalam proses produksi adalah adanya pergeseran fungsi produksi

ke atas, serta menggeser kurva biaya marjinal ke kanan. Karena kurva penawaran

konsumen merupakan kurva biaya marjinal, maka bila perbaikan produktifitas terus

Page 16: DAMPAK IMPOR JEROAN TERHADAP …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2014/04/DAMPAK-IMPOR-JE… · Pangsa pasar terbesar konsumen daging sapi di Jawa Barat dan DKI adalah para

terjadi, kurva penawaran sapi potong akan menggeser ke kanan, yang artinya suplai

akan bertambah diikuti dengan harga yang lebih murah.

Potensi peluang

Dari hasil analisis APFINDO (lihat lampiran), pada 1.000 ekor sapi yang

diimpor, 924 ekor dipotong di RPH dan 76 ekor dijual dalam bentuk hidup. Dari

hasil 924 ekor sapi diperoleh daging sebanyak 189.348 kg, jeroan dan ikutan lain

senilai Rp. 91.900.000,- dan kulit sebanyak 924 lembar. Sejumlah daging

dimanfaatkan oleh industri bakso sebanyak 19.836,60 kg, industri sosis 7.195,22

kg, rumah makan 73.962,84 kg, dan rumah tangga sebanyak 73.962,84 kg. Dari

hasil kegiatan tersebut, sejak pemeliharaan sampai menjual dan mengolahnya

menjadi produk olahan baik di industri pengolahan maupun di rumah makan dan

rumah tangga telah menimbulkan nilai tambah. Nilai tambah tersebut sesuai dengan

perubahan bentuk maupun penanganan lain yang dilakukan. Total nilai tambah

dapat dilihat pada tabel di Lampiran

Nilai tambah yang dihasilkan oleh industri pengolahan daging/jeroan

sebesar Rp. 350.982.210,- (24 %) dari 1.000 ekor sapi impor. Berdasarkan hasil

analisis ternyata nilai 1 USD sapi yang diimpor, secara keseluruhan akan

memperoleh nilai tambah sebesar 0,393 USD. Artinya, peluang memperoleh

manfaat tersebut sebesar 39,3 % selama 3-4 bulan terjadi pada bisnis sapi potong

impor.

Selain faktor manfaat secara langsung pada kondisi bisnis tersebut, para

feedloter secara tidak langsung telah pula membantu UKM pada proses pemasaran

sapi siap potong. Yaitu dengan cara memberikan tenggang waktu pembayaran rata-

rata selama 7 tujuh hari. Jika dihitung pasar Jabotabek sekitar 500 ekor per hari,

maka perminggu sekitar 3500 ekor dengan nilai Rp. 17,5 milyar. Dapat

dibayangkan pada kondisi krisis ekonomi saat ini, dimana perbankan sulit

mengucurkan dana/kredit, para pengusaha feedlot telah mampu memberikan kredit

senilai Rp. 17,5 milyar per minggu.

Dampak yang dirasakan lebih lanjut terhadap kehadiran sapi impor, adalah

dapat dikendalikannya pemotongan sapi lokal. Sehingga, diharapkan dalam jangka

panjang, populasi sapi lokal dapat memenuhi kebutuhan konsumsi didalam negeri.

Free and fair trade

Sebagai negara yang sudah menanda tangani perjanjian GATT (General

Agreement on Trade and Tariffs), secara konsekwen Indonesia tidak dibenarkan

lagi melakukan proteksi berlebihan terhadap industrinya. Indonesia hanya akan

mengenal satu kebijaksanaan proteksi yakni sistem tarif dalam perdagangan

Page 17: DAMPAK IMPOR JEROAN TERHADAP …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2014/04/DAMPAK-IMPOR-JE… · Pangsa pasar terbesar konsumen daging sapi di Jawa Barat dan DKI adalah para

internasional. Subsidi ekspor dan subsidi dalam bentuk apapun tidak dibenarkan

lagi. Tujuan dari WTO di bidang pertanian khususnya peternakan adalah membuka

pasar bagi barang-barang ekspor dan impor. Munurut Direktorat Jenderal

Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, (2004), ada tiga prinsip akses pasar

untuk mencapai tujuan tersebut, yaitu :

1. Most Favoured Nation, ini merupakan prinsip utama negara-negara anggota

WTO tidak boleh mendiskriminasikan negara-negara mitra dagangnya secara

sepihak dan seenaknya. Keringanan tarif masuk yang dikenakan terhadap

produk impor dari suatu negara harus diberikan pula kepada produk impor dari

negara-negara anggota lainnya yang menjadi mitra dagangnya.

2. National Treatment, negara-negara anggota diwajibkan untuk memberikan

perlakuan sama terhadap barang-barang lokal, minimal setelah barang impor

memasuki pasar domestik.

3. Transparency, negara anggota diwajibkan untuk bersikap terbuka terhadap

berbagai kebijakan perdagannya sehingga memudahkan pelaku usaha

melakukan kegiatan perdagangan.

Untuk mengimbangi kenaikan impor ini, maka pembinaan terhadap peternak perlu

ditingkatkan, khususnya pada kemampuannya bertahan akibat perubahan

lingkungan. Arahnya diubah menuju kegiatan profesionalisme dalam pemeliharaan

agar dicapai tingkat efisiensi yang mampu bersaing di pasaran dunia. Impor sapi

bakalan harus berorientasi pada pasar dan pengembangan bisnis peternak, bukan

hanya pemenuhan kebutuhan daging di tingkat konsumen. Profesionalisme dapat

ditingkatkan melalui peningkatan pemanfaatan berbagai hasil penelitian baik di

Lembaga Penelitian maupun di Perguruan Tinggi. Oleh karena itu hasil penelitian

tersebut hendaknya disebarkan merata kepada para peternak, setelah diterjemahkan

ke dalam bahasa sederhana dan mudah diserap.

Tindakan Yang Diperlukan :

1. Menegakkan aturan yang berlaku, yaitu dengan langkah-langkah yang perlu

diambil dalam kasus daging ilegal sebagai berikut :

a. Memusnahkan seluruh daging illegal yang telah disita Polisi, sesuai

peraturan.

b. Mengusut tuntas para pelaku bisnis daging ilegal melalui jalur hukum.

Page 18: DAMPAK IMPOR JEROAN TERHADAP …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2014/04/DAMPAK-IMPOR-JE… · Pangsa pasar terbesar konsumen daging sapi di Jawa Barat dan DKI adalah para

c. Pemberlakuan efektif terhadap surat edaran Dirjen Binprod Peternakan,

selama 45 hari (per tanggal 15 Juli) setelah dikeluarkannya SE, karena

perjalanan laut dari USA Ke Indonesia.

2. Penertiban tataniaga daging impor sesuai dengan Kebijakan Pemerintah bahwa

daging impor hanya ditujukan bagi Pasar Institusi (supermarket/Restaurant

dsb), sedangkan saat ini telah beredar di pasar tradisional, dampak negatifnya

dirasakan oleh peternak dan para pedagang. Solusinya segera dikeluarkan surat

Keputusan Gubernur di daerah mengenai tata niaga daging (Impor), melalui

penerapan NKV yang efektif. Membatasi masuknya daging impor terutama

Jeroan (Jantung, lidah, Pangkal Tenggorokan, Kikil dsb) karena komoditi

tersebut akan mendistorsi pasar di dalam negeri, sehingga akan mematikan

usaha peternak dan pedagang daging lokal. Kebijakan ini dapat berupa SK

Gubernur atau SK Menteri Pertanian dengan mengacu kepada rasio antara

jumlah daging yang diimpor (misal, untuk seekor diasumsikan 200 kg karkas

dengan sebuah jantung).

Teknologi

Dari segi zoo-teknis, ada beberapa kegiatan yang hendaknya harus segera

dilaksanakan dalam upaya meningkatkan produktivitas ternak, antara lain :

1. Aspek Manajemen produksi yang antara lain manajemen kandang dan

pakan. Untuk pakan pemanfaatan limbah pertanian yang bersifat non-

tradable dengan menggunakan bio-teknologi antara lain dengan introduksi

probiotik pada pakan ternak. Yang dimaksud hijauan pakan yang non-

tradable adalah, hijauan pakan yang memiliki keunggulan komparatif dan

produknya belum dimanfaatkan secara optimal, antara lain jerami padi,

kacang tanah dsb.

2. Aspek "breeding" meliputi sistem Perkawinan Buatan ("Artificial

Insemination" ) dan Transfer Embrio (T.E), diarahkan untuk menghasilkan

pejantan ("bull producers") dari pejantan yang superior secara genotif,

maupun tindakan cross breeding yang dilakukan di dalam negeri terhadap

beberapa jenis ternak. Seperti yang dilakukan oleh masyarakat peternak di

negara bagian California USA dengan melakukan crossing breed antara sapi

dengan kerbau yang disebut “Beefaloes” (National Geographic, Volume

150. No. 3 September 1976), atau introduksi kajian terhadap peluang

kelahiran kembar.

Page 19: DAMPAK IMPOR JEROAN TERHADAP …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2014/04/DAMPAK-IMPOR-JE… · Pangsa pasar terbesar konsumen daging sapi di Jawa Barat dan DKI adalah para

3. Aspek Kesamaan manajemen dalam penggunaan teknologi, antara peternak

diluar negeri (eksportir) dengan peternak di dalam negeri. Misalnya, hormon

pemacu pertumbuhan, sebagaimana telah digunakan oleh para peternak di

negara-negara eksportir ternak ke negeri ini.

PENUTUP

Indonesia sebagai suatu negara besar dengan populasi penduduk lebih dari

200 juta orang, merupakan negara yang memiliki potensi pasar yang cukup

potensial bagi pengembangan peternakan sapi potong. Lebih-lebih bila dilihat dari

rendahnya tingkat konsumsi daging masyarakat, yang masih di bawah standar

norma gizi.

Dampak yang terjadi akibat masuknya impor daging (ilegal) dan jeroan

telah mampu mendisorsi pasar sapi lokal sehingga perlunya turun tangan kebijakan

pemerintah dalam upaya melindungi kerugian yang terjadi dalam industri ini.

Upaya yang dapat dilakukan terutama memberikan kesempatan dan kesetaraan

perlakuan pengembangan peternakan sapi potong antara peternak rakyat dengan

peternak di negera pengexpor.

DAFTAR PUSTAKA

Dirjen Binprod Peternakan, (2004). Pokok-pokok Pemikiran tentang PembangunanPeternakan 2005-2009. Disiapkan oleh Direktorat Jenderal Bina ProduksiPeternakan, sebagai bahan diskusi perumusan Renstra, Renop, PenyusunanPeternakan Jangka Menengah Jakarta Juli 2004

Department of Commerce, U.S. Census Bureau (2004), Foreign Trade Statistics

Dinas peternakan Pemprov. Jawa Barat (2003). Laporan Tahunan.

Hirshleifer, Jack (1985) Teori Harga dan Penerapannya, Terjemahan oleh Kusnedi.Penerbit Erlangga Jakarta.

PPSKI (2004), Bahan Rapat Dengar Pendapat Umum dengan DPR RI.

Soehaji, (1994), membangun Peternakan Tangguh. Universitas Padjadjaran.

Soeharsono, (2002) Perencanaan Pembangunan Agribisnis Pertanian, Van KuliahUmum di Universitas Kadiri.