dampak psikologis perceraian anak
DESCRIPTION
skripsiTRANSCRIPT
DAMPAK PSIKOLOGIS PERCERAIAN ORANG TUA TERHADAP ANAK
SKRIPSI
Fransisca Nanik Indriani 03.40.0005
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG
2008
DAFTAR ISI
Halaman Judul ......................................................................................... i
Halaman Pengesahan................................................................................ .. ii
Halaman Persembahan.............................................................................. ..iii
Halaman Motto........................................................................................... iv
Ucapan Terima Kasih.................................................................................. v
Daftar Isi.......................................................................................................vi
Daftar Tabel.................................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah...............................................................1
B. Tujuan Penelitian ........................................................................5
C.Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis ..............................................................5
b. Manfaat Praktis.................................................................6
BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN
A. Pengertian Dampak Psikologis.................................................. 7
B. Perceraian Orang Tua
1. Pengertian Perceraian Orang Tua.......................................... 8
2. Sebab-sebab Perceraian ....................................................... 9
C. Anak
1. Pengertian Anak ................................................................. 10
2. Tugas –tugas Perkembangan Anak......................................11
3. Hubungan Orang Tua Anak.................................................13
D. Dampak Psikologis Perceraian Orang Tua Pada
Anak..........................................................................................14
E. Kerangka Dinamika Psikologis Perceraian Orang Tua Pada
Anak............................................................................................22
BAB III METODE PENELITIAN
A. Paradigma Penelitian Kualitatif.................................................... 23
B. Subjek Penelitian....................................................................... 25
C. Metode Pengumpulan Data
1. Wawancara........................................................................ 27
2. Observasi ........................................................................ 28
3.Tes Grafis........................................................................... 28 D. Kriteria Keabsahan Data.............................................................. 29
E. Metode Analisis Data .................................................................. 31
BAB IV KANCAH PENELITIAN dan HASIL PENELITIAN
A. Kancah Penelitian .................................................................. 33
B. Pelaksanaan Penelitian ........................................................... 34
C. Pengumpulan Data
Kasus Subjek 1
a. Identitas Subjek 1.......................................................... 35
b. Hasil Observasi............................................................. 35
c. Hasil Wawancara........................................................... 37
d. Dinamika Psikologis Hasil Tes Grafis............................ 42
e. Analisis Hasil Kasus Subjek 1......................................... 42
f. Intensitas Dampak Psikologis Peceraian Subjek 1........... 45
g. Bagan Dampak Psikologis Subjek 1.................................47
Kasus Subjek 2
a. Identitas Subjek 2.......................................................... 48
b. Hasil Observasi............................................................. 48
c. Hasil Wawancara........................................................... 50
d. Dinamika Psikologis Hasil Tes Grafis............................ 54
e. Analisis Hasil Kasus Subjek 2......................................... 55
f. Intensitas Dampak Psikologis Peceraian Subjek 2...........57
g.. Bagan Dampak Psikologis Subjek 1................................59
Kasus Subjek 3
a. Identitas Subjek 3.......................................................... 60
b. Hasil Observasi............................................................. 60
c. Hasil Wawancara........................................................... 62
d. Dinamika Psikologis Hasil Tes Grafis............................ 66
e. Analisis Hasil Kasus Subjek 3......................................... 67
f. Intensitas Dampak Psikologis Peceraian Subjek 3........... 68
g.. Bagan Dampak Psikologis Subjek 3................................70
Kasus Subjek 4
a. Identitas Subjek 4.......................................................... 71
b. Hasil Observasi............................................................. 71
c. Hasil Wawancara........................................................... 73
d. Dinamika Psikologis Hasil Tes Grafis............................ 76
e. Analisis Hasil Kasus Subjek 4......................................... 77
f. Intensitas Dampak Psikologis Peceraian Subjek 4.......... 79
g.. Bagan Dampak Psikologis Subjek 4................................81
BAB V PEMBAHASAN UMUM
A.Intensitas Dampak Psikologis Perceraian Orang Tua……………. 82
B. Gambar Intensitas Dampak Psikologis Perceraian Orang Tua Pada
Anak................................................................................................... 85
C. Dinamika Psikologis Perceraian Orang Tua Pada Anak ( Subjek
1,2,3,4)............................................................................................... .85
D.Pembahasan……………………………………………………….88
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................................89
B. Saran.............................................................................................89
DAFTAR PUSTAKA................................................................................91
LAMPIRAN
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Banyak perceraian terjadi diantara pasangan suami istri yang
disebabkan karena mereka sudah tidak dapat membina hubungan
perkawinan dan rumah tangga lagi. Berita tentang perceraian dan
perseteruan suami istri banyak menghiasi tayangan media elektronik seperti
televisi dan pemberitaan di media cetak. Perceraian pada dasarnya
merupakan peristiwa yang sebenarnya tidak direncanakan dan dikehendaki
oleh pasangan suami istri yang sama-sama terikat dalam perkawinan.
Perceraian merupakan kulminasi dari penyesuaian perkawinan yang buruk,
dan terjadi bila antara suami istri sudah tidak mampu lagi mencari cara
penyelesaian masalah yang dapat memuasakan kedua belah pihak (
Hurllock, 1993, h.307).
Tingkat perceraian di seluruh dunia meningkat dengan berubahnya
gaya hidup seiring dengan datangnya modernisasi. Di Indonesia pun terjadi
peningkatan jumlah kasus perceraian. Pada Tahun 1992, misalnya tercatat
sebanyak 2,27% pernikahan di Indonesia yang berahkir dengan perceraian.
Pada tahun 1997, terjadi peningkatan menjadi 4,6% (BPS,1993-1998).
Dari data yang ada yang ada di Biro Pusat Statistik (Indonesia Dalam
Angka, 2002, h.118) pada tahun 2001 tercatat ada 144.821 perceraian di
Indonesia dan kasus perceraian tertinggi ada di Jawa dengan kasus
perceraian sebanyak 117.566. Di Jawa Tengah, pada tahun 2000 terdapat
37.330 kasus perceraian, sedangkan pada tahun 2001 terdapat 37.706 kasus
perceraian dari beberapa perkawinan.
Berdasarkan data BPS kota Semarang tahun 2002 sebanyak
2.073.715 pasangan penduduk Indonesia pada tahun 2001/2002 melakukan
perkawinan yang meningkat 8,06% dibandingkan tahun 2000 dan 2001 yang
berjumlah 1.919.671 perkawinan. Tetapi peningkatan perkawinan juga
diikuti dengan meningkatnya perceraian dari 139.959 kasus perceraian
menjadi 183.805 kasus. Tahun 2003 kasus perceraian meningkat kembali
sebesar 9,3 % atau sebanyak 195.609 kasus dari 2.108.697 perkawinan data
tersebut membuktikan bahwa di Semarang kasus perceraian semakin
meningkat dari tahun ke tahun (BPS, 2004, h.169).
Data BPS di atas menunjukkan ternyata kasus perceraian nampak
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Padahal masih banyak kasus-
kasus perceraian yang lain dalam masyarakat yang masih belum terlihat.
Peningkatan walaupun sedikit tetapi dapat berbahaya.
Rumah tangga pada umumnya adalah sebagai sarana pembinaan moral
sekaligus tempat pembentukkan kepribadian anak. Manurung (1995,h.46)
mengemukakan bahwa rumah tangga adalah kelompok sosial yang
biasanya berpusat pada satu keluarga, ditambah dengan beberapa warga
lain,yang tinggal dan hidup bersama dalam satu rumah sehingga merupakan
satu-kesatuan.
Jalan kehidupan seseorang terkadang tidak sejalan dengan kenyataan,
sesuatu dapat saja berubah. Sementara itu orang dan kehidupannya secara
konstan pun mengalami perubahan. Jadi kehidupan rumah tangga akan
dengan sendirinya lebih menyertakan disharmoni daripada kehidupan
rumah tangga yang bahagia sepanjang masa. Menurut Kartono (1986,h.59)
pasangan suami istri yang bercerai, merupakan sumber untuk
memunculkan dampak negatif bagi anak.
Cerai merupakan peristiwa yang traumatis dan anak adalah merasa
yang paling terpukul. Anak akan merasa kehilangan orang tua dari
kehidupan yang dijalaninya. Hal itu akan berpengaruh besar tehadap
perkembangan pribadi anak atau perkembangan psikologis anak. Selain itu
anak akan merasa tidak nyaman di rumah dan sebagai kompensasi, anak
akan mencari tempat yang nyaman yang sekiranya dapat menerimanya dan
membuatnya nyaman
(Colle, 2004, h.2). Tidak seperti orang dewasa yang dapat berpaling pada
teman, penasehat atau kerabatnya untuk mendapat dukungan dan saran,
sedangkan anak tidak mendapat dukungan dari siapapun.
Anak–anak seringkali terjebak dalam kesulitan, mereka tidak memiliki
siapapun untuk menolong dan mendukung mereka, sepertinya tak seorang
pun memahami tekanan yang mereka rasakan. Hal ini karena anak
memerlukan dukungan dan kasih sayang dari orang tua, selain itu karena
anak lebih tergantung pada orang tua dalam hal perasaan aman dan bahagia (
Hurllock,1999,h.130).
Kerusakkan perkembangan psikologis anak seperti depresi, menarik
diri dari pergaulan sosial, kompetensi sosial yang rendah serta berbagai
persoalan gangguan perilaku anak yang erat kaitanya kesukaran emosional
yang dihadapi anak dari pasangan yang berada dalam kondisi konflik yang
ahkirnya menuju pada proses perceraian (Hetherington dan Clingempeel
dalam Sawitri, 2005, h.2).
Anak yang mengalami kekurangan hubungan dengan orang tua, tentu
akan mengalami trauma emosional, mereka merasa malu dan terluka
karena mereka merasa berbeda dari anak–anak lain. Anak juga mempunyai
keluhan mengenai faktor ketidakpastian yang berhubungan dengan
pemeliharaan anak serta keselamatan anak. Hal ini sangat merusak konsep
pribadi anak, kecuali apabila mereka tinggal dalam lingkungan yang
sebagian besar dari teman bermainnya juga berasal dari keluarga yang
bercerai ( Colle, 2004, h.3).
Orang dewasa yang pernah mengalami perceraian kedua orang
tuanya pada masa anak-anak, merasa lebih rentan terhadap situasi stress
dibandingkan dengan mereka yang tidak mengalami peristiwa perceraian
pada kedua orang tuanya. Kecuali itu mereka juga merasa tidak puas dan
tidak nyaman berada diantara keluarga dan teman-temannya serta lebih
sering menderita kecemasan yang amat sangat. Mereka juga mengalami
kesulitan untuk mengatasi stress kehidupan yang mereka hadapi dalam
kehidupan selanjutnya (Hetherington dan Clingempeel dalam Sawitri,
2005, h.2).
Penulis mengambil contoh kasus perceraian pada pasangan suami istri,
yang bertempat tinggal di kota Semarang yang telah dikaruniai 3 orang
anak. Pasangan tersebut memilih jalan perceraian, karena pasangan itu
menganggap bahwa hubungan dalam rumah tangganya sudah tidak dapat
dipertahankan lagi. Namun kenyataan menunjukkan bahwa perceraian yang
dilakukan pasangan tersebut tidak membawa dampak positif bagi anak-
anak mereka, tetapi sebaliknya perceraian itu membawa dampak negatif
bagi anak-anak mereka.
Perceraian sangat mahal harganya hal ini berarti banyak hal yang harus
dibayar karena begitu banyak konsekuensi negatif yang menjadi resiko
perceraian, terutama bagi anak-anak dari hasil perkawinan tersebut. Anak
mengalami masalah psikologis serta situasi-situasi sulit pada saat orang tua
mereka bercerai. Maka berkaitan dengan adanya masalah psikologis dan
situasi sulit yang timbul pada anak sehubungan dengan perceraian orang tua
mengundang minat peneliti untuk melakukan penelitian, karena peneliti
ingin mengetahui dampak - dampak psikologis apa saja yang terjadi pada
anak sebagai status korban perceraian orang tua. Peneliti tertarik karena di
Indonesia belum pernah ada penelitian yang serupa.
B. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah: bahwa peneliti ingin mengetahui
dampak psikologis dari adanya perceraian orang tua terhadap anak.
C. Manfaat Penelitan
a. Manfaat teoritis:
Dapat berguna untuk pengembangan psikologi dalam hal ini adalah
psikologi keluarga,psikologi perkembangan dan juga konseling perkawinan
mengenai dampak perceraian orang tua terhadap anak.
b. Manfaat praktis:
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi banyak orang tua
agar mengantisipasi dampak perceraian yang ditimbulkan pada anak
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Dampak Psikologis
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Pusat bahasa Departemen
Pendidikkan Nasional, 2002, h. 234) dampak berarti pengaruh kuat yang
mendatangkan akibat negatif maupun positif. Adapun yang dimaksud dengan
psikologis (Pusat Bahasa Departemen Pendidikkan Nasional, 2002, h. 901)
adalah sifat kejiwaan ditinjau dari segi kejiwaan. Berkaitan dengan stimulus
dan respon yang mendorong seseorang bertingkah laku, maka dampak
psikologis dapat dipandang sebagai hasil dari adanya stimulus dan respon
yang bekerja pada diri seseorang (Watson dalam Sarwono, 2003, h. 13).
Tingkah laku pada hakikatnya adalah tanggapan terhadap rangsangan, karena
rangsangan sangat mempengaruhi tingkah laku. Hal ini senada dengan
pendapat Miller (dalam Supratiknya, 1993, h. 212.) bahwa setiap stimulus
internal atau eksternal yang cukup kuat mampu membangkitkan suatu
dorongan dan memicu tindakkan.
7 Mengacu pada telaah psikologi sosial, dampak psikologis dapat dikaitkan
dengan tindakkan dan efek, seperti yang telah diungkapkan oleh Jones dan
Davis (dalam Sarwono, 2003,h.179). Tindakkan bearti keseluruhan respon (
reaksi yang mencerminkan pilihan perilaku) yang mempunyai akibat efek
terhadap lingkungannya, sementara efek diartikan sebagai perubahan–
perubahan yang nyata yang dihasilkan oleh tindakkan.
Menurut Heider (dikutip Sears dkk, 1992, h.100) perilaku manusia
dipengaruhi faktor internal yang berupa motif, emosi, sikap, kemampuan,
kesehatan, keinginan. Sedangkan faktor eksternal mencakup lingkungan
umum, orang yang diajak berinteraksi, tekanan sosial, peran yang dipaksakan
dan sebagainya.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian dampak
psikologis adalah pengaruh positif maupun negatif yang muncul sebagai hasil
dari adanya stimulis dan respon yang bekerja pada diri seseorang, dimana
pengaruh tersebut nampak dalam perilaku individu.
B.Perceraian Orang Tua
1. Pengertian Perceraian Orang Tua
Menurut Hurllock ( 1993, h.307) perceraian merupakan kulminasi
dari penyesuaian perkawinan yang buruk dan terjadi bila antara suami istri
sudah tidak mampu lagi mencari penyelesaian masalah yang dapat
memuaskan kedua belah pihak.
Lebih lanjut William (1985,h.185) berpendapat bahwa perceraian
merupakan terputusnya keluarga karena salah satu atau kedua pasangan itu
memutuskan untuk saling meninggalkan, dengan demikian berhenti
melaksanakan kewajiban perannya sebagai suami istri.
Dari beberapa pendapat para ahli,maka dapat disimpulkan bahwa
perceraian orang tua adalah kulminasi dari penyesuaian perkawinan yang
buruk dan terjadi bila antara suami istri sudah tidak mampu lagi mencari
penyelesaian masalah yang memuaskan kedua belah pihak, dan kedua belah
pihak itu memutuskan untuk saling meninggalkan dengan demikian
berhenti melaksanakan kewajiban perannya sebagai suami istri.
2. Sebab-Sebab Perceraian
Menurut Fauzi ( 2006, h. 3-10) sebab - sebab orang bercerai yaitu:
a) Ketidakharmonisan dalam rumah tangga
b) Krisis moral dan ahklak adalah keadaan suami atau istri
mengadakan hubungan seksual dengan orang lain yang bukan
pasangannya yang sah.
c) Perzinahan .
d) Pernikahan tanpa cinta
e) Pihak ketiga adalah campur tangan dari pihak seperti orang lain dari
suami atau istri dalam urusan rumah tangga dan memaksakan
perceraian.
f) Adanya masalah- masalah dalam perkawinan
Selain itu menurut Su’adah (2005,h. 232) sebab-sebab perceraian yaitu:
a. Hilangnya secara berangsur-angsur tujuan-tujuan bersama dan tujuan
pribadi menjadi lebih penting daripada tujuan keluarga.
b. Usaha kerjasama semakin menurun.
c. Tidak adanya pelayanan yang baik diantara suami-istri.
d. Hubungan – hubungan interpersonal tidak lagi terkoordinasi
e. Berubahnya hubungan antara suami istri dengan kelompok-kelompok
lainnya.
f. Terdapatnya pertentangan sikap-sikap emosional antara suami
istri.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa penyebab
perceraian suami istri disebabkan karena adanya pihak ketiga, pernikahan
tanpa cinta, ketidakharmonisan dalam rumah tangga. Selain itu sebab-sebab
perceraian juga disebabkan karena hilangnya secara berangsur-angsur tujuan-
tujuan bersama dan tujuan pribadi menjadi lebih penting daripada tujuan
keluarga, usaha kerjasama semakin menurun, tidak adanya pelayanan yang
baik diantara suami-istri, hubungan–hubungan interpersonal tidak lagi
terkoordinasi, berubahnya hubungan antara suami istri dengan kelompok-
kelompok lainnya, terdapatnya pertentangan sikap-sikap emosional antara
suami istri.
C. Anak
1. Pengertian Anak
Pada umumnya orang berpendapat bahwa masa anak-anak
merupakan masa yang terpanjang dalam rentang kehidupan sehari-hari
dimana individu relatif tidak berdaya dan bergantung pada orang lain. Bagi
kebanyakkan anak (young children) uraian selanjutnya digunakan kata
”anak-anak” yang menunjuk pada pegertian anak masih anak-anak. Masa
anak-anak seringkali dianggap tidak ada ahkirnya sewaktu mereka tidak
sabar menunggu saat yang didambakan yakni pengakuan dari masyarakat
bahwa mereka bukan anak-anak tetapi orang dewasa.
Masa anak-anak dimulai setelah melewati masa bayi yang penuh
ketergantungan yakni kira-kira usia 2 tahun sampai anak matang secara
seksual kira-kira 13 tahun untuk wanita dan 14 tahun untuk pria ( Hurllock,
1999,h.108).
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian anak adalah
masa dimana individu setelah melewati masa bayi yakni masa dimana
penuh ketergantungan pada orang lain dan masaini adalah masa yang
terpanjang dalam rentang kehidupan saat dimana individu relaktif tidak
berdaya dan penuh ketergntungan.
2.Tugas – Tugas Perkembangan Anak
Havighurst mengemukakan bahwa perjalanan hidup seseorang
ditandai oleh adanya tugas-tugas yang harus dipenuhi. Tugas ini dalam
batas tertentu bersifat khas untuk setiap masa hidup seseorang. Havighurst
menyebutnya dengan tugas perkembangan ( devalopmental task) yaitu
tugas yang harus dilakukan oleh seseorang dalam masa hidup tertentu
sesuai dengan norma masyarakat dan norma kebudayaan (
Monks,1982,h.22).
Meskipun dasar dari tugas perkembangan yang diharapkan sudah
dikuasai anak sebelum mereka masuk sekolah diletakkan selama bayi tetapi
masih banyak yang harus dipelajari dalam waktu empat tahun yaitu dalam
periode awal masa kanak-kanak yang realtif singkat.
Demikian pula halnya dengan pengertian benar dan salah. Pengetahuan
benar salah masing-masing terbatas pada situasi rumah dan harus diperluas
dengan pengertian benar salah dalam hubungannya dengan orang-orang di
luar rumah terutama lingkungan luar.
Lebih penting lagi anak-anak harus meletakkan dasar-dasar untuk
hati nurani sebagai bimbingan untuk perilaku benar salah. Hati nurani
berfungsi sebagai sumber motivasi bagi anak-anak untuk melakukan apa
yang diketahuinya sebagai hal yang salah bilamana mereka sudah terlalu
besar untuk selalu diawasi orang tua atau pengganti orang tua.
Menurut Hurllock ( 1993, h.10 ) mengatakan bahwa tugas
perkembangan anak usia 9 tahun hingga 14 tahun antara lain yaitu:
1. Belajar membedakan benar dan salah dan mulai mengembangkan
hati nurani
2. Mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok sosial
3. Mengembangkan pengertian – pengertian yang diperlukan untuk
kehidupan sehari-hari
4. Membangun sikap sehat mengenai diri sendiri sebagai mahkluk
yang sedang tumbuh
Salah satu tugas perkembangan yang terpenting pada masa anak-anak
dan ini merupakan tugas perkembangan paling sulit adalah belajar untuk
berhubungan secara emosional dengan orang tua. Hubungan emosional
yang terdapat selama bayi harus diganti dengan hubungan yang lebih
matang. Alasannya adalah karena hubungan dengan orang tua, anak
berdasarkan pada ketergantungan anak untuk memenuhi kebutuhan kasih
sayang. Anak juga harus belajar memberi dan menerima kasih sayang dari
orang tuanya ( Hurllock, 1999, h.110)
3. Hubungan Orang Tua Anak
Hurllock (1999,h.130) mengatakan bahwa perubahan-perubahan
dalam hubungan orang tua anak dimulai sejak tahun kedua masa bayi
berlangsung terus selama awal masa anak-anak dan biasanya dalam tingkat
yang lebih cepat. Perubahan – perubahan ini disebabkan oleh banyak hal
seperti perceraian. Anak lebih tergantung pada orang tua dalam hal
perasaan aman dan kebahagiaan, maka hubungan buruk dengan orang tua
akan berakibat sangat buruk.
Hubungan buruk dengan orang tua merupakan hal yang serius karena
dapat mengurangi perasaan aman, tetapi akan lebih parah apabila hubungan
itu putus karena perceraian. Anak yang mengalami hubungan buruk karena
orang tua, yang disebabkan karena perceraian akan mempengaruhi
perubahan dalam hidup mereka.
Hal itu dapat dikurangi apabila anak diangkat atau diambil oleh orang tua
angkat atau keluarga yang orang tuanya lengkap sehingga dibentuk
hubungan keluarga yang memuaskan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hubungan orang tua anak
yang tidak seimbang akan mempengaruhi perubahan hidup dalam diri anak,
karena anak pada umumnya sangat memerlukan dukungan akan kasih sayang
dari orang tua.
D. Dampak Psikologis Perceraian Orang Tua Terhadap Anak.
Setiap pernikahan membutuhkan pengharapan, terutama sebuah
pernikahan yang telah dikaruniai anak. Anak adalah anugerah sekaligus
tantangan. Memiliki seorang anak membuat orang tua lebih memahami
bahwa seorang anak sangat memerlukan dukungan dan kasih sayang karena
ketergantungan anak pada orang tua lebih besar.
Salah satu tugas perkembangan yang terpenting pada masa anak-anak
dan ini merupakan tugas perkembangan paling sulit adalah belajar untuk
berhubungan secara emosional dengan orang tua.Hubungan emosional yang
terjadi pada masa bayi harus diganti dengan hubungan yang lebih matang.
Tugas perkembangan sangat penting karena hubungan dengan orang
tua, anak berdasarkan pada ketergantungan anak untuk memenuhi
kebutuhan kasih sayang. Anak juga harus belajar memberi dan menerima
kasih sayang dari orang tuanya ( Hurllock, 1999, h.110)
Kasih sayang orang tua pada anak dapat menurun apabila pasangan
suami istri dalam membina hubungan dalam rumah tangga terjadi konflik
dan konflik tersebut berujung pada proses perceraian.
Mussen ( 1992,h.418) berpendapat bahwa dampak umum dari
perceraian adalah sebagai berikut :
a. Ibu harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup anak-anak dan
dirinya sendiri, dengan kata lain harus menjadi orang tua tunggal
b. Komentar sosial mengeluhkan bubarnya keluarga mengakibatkan
adanya konsesual bagi anak-anak generasi mendatang
c. Perceraian dianggap sebagai struktur yang keluar dari norma
sehingga dianggap menyimpang dan abnormal
d. Anak-anak tanpa ayah dapat menjadi tergantung agresif was-was
terhadap perpisahan, kurang otonom dan kurang tertarik terhadap
permainan yang bersifat maskulin.
Perceraian tentu saja akan menimbulkan dampak bagi anak. Menurut
Colle ( 2004, h. 4-6) mengatakan ada 6 dampak negatif utama yang dirasakan
oleh anak-anak akibat perceraian orang tua yaitu:
a. Penyangkalan
Penyangkalan adalah salah satu cara yang sering digunakan seorang
anak untuk mengatasi luka emosinya dan melindungi dirinya dari perasaan
dikhiananti, kemarahan dan perasaan dikhianati. Penyangkalan yang
berkepanjangan merupakan indikasi bahwa anak yakin dialah penyebab
perceraian orang tuanya.
b. Rasa malu
Rasa malu merupakan suatu emosi yang berfokus pada kekelahan atau
pelanggaran moral, membungkus kekurangan diri dan memuat kondisi
pasif atau tidak berdaya.
c. Rasa bersalah
Rasa bersalah adalah perasaan melakukan kesalahan sebagai suatu sikap
emosi umumnya menyangkut konflik emosi yang timbul dari kontroversi
atau yang dikhayalkan dari standar moral atau sosial, baik dalam tindakkan
atau pikiran (Drever,1998,h.187). Perasaan ini timbul karena adanya harapan
yang tidak terpenuhi, serta perbuatan yang melanggar norma dan moral yang
berlaku. Serta adanya perbuatan yang bertentangan dengan kata hati. Anak
biasanya lebih percaya bahwa perceraian orang tua disebabkan oleh diri
mereka sendiri, walaupun anak-anak yang lebih besar telah mengetahui
bahwa perceraian itu bukan salah mereka, tetap saja anak merasa bersalah
karena tidak menjadi anak yang lebih baik.
d. Ketakutan
Anak menderita ketakutan karena akibat dari ketidakberdayaan mereka
dan ketidakamanan yang disebabkan oleh perpisahan kedua orang tuanya.
Anak menunjukkan ketakutannya ini dengan cara menangis atau
berpegangan erat pada orang tuannya atau memiliki kebutuhan untuk
bergantung pada benda kesayangannya, seperti boneka.
e. Kesedihan
Sedih adalah reaksi yang paling mendalam bagi anak-anak ketika
orang tuanya berpisah. Anak akan menjadi sangat bingung ketika hubungan
orang tuanya tidak berjalan baik terutama jika mereka terus menerus
menyakiti, entah secara fisik maupun verbal.
f. Rasa marah atau kemarahan
Beberapa anak khususnya menunjukkan kemarahan mereka pada
orang tua yang tinggal bersama mereka, karena mereka merasa aman
melampiaskan frustasi mereka pada orang tua yang tidak meninggalkan
mereka. Anak bisa menyalahkan orang tuanya karena telah menimbulkan
ketakutan baginya yang disebabkan oleh banyakknya perubahan setelah
perceraian.
Dari uraian diatas jelas bahwa dampak negatif utama yang dialami oleh
anak karena perceraian orang tua adalah :
a. Penyangkalan
b. Rasa malu
c. Rasa bersalah
d. Ketakutan
e. Kesedihan
f. Rasa marah atau kemarahan
Setiap anak mempunyai tanggapan yang berbeda-beda mengenai
perceraian, sehingga perceraian orang tua akan menimbulkan dampak
psikologis dalam diri anak ( David Stoop, 2003, h. 22-23).
Dampak psikologis adalah pengaruh positif maupun negatif yang
muncul sebagai hasil dari adanya stimulis dan respon yang bekerja pada
diri seseorang, dimana pengaruh tersebut nampak dalam perilaku individu.
Anak adalah sebagai seorang individu yang tentunya sangat
memerlukan dukungan, perhatian, dan kasih sayang dari orang tuanya. Hal
ini sangat diperlukan anak karena ini mempengaruhi tingkat perkembangan
anak di masa mendatang. Fakta bahwa anak yang mempunyai orang tua
bercerai, hal ini membuat anak merasa terpukul karena mereka tiba-tiba
saja harus menerima keputusan yang dibuat oleh orang tua tanpa
sebelumnya punya ide atau bayangan bahwa hidup mereka akan berubah.
Anak mulai berpandangan pesimistis akan masa depan mereka sendiri,
karena perceraian yang dilakukan oleh orang tua akan mempengaruhi
perubahan dalam hidup mereka.
Pemikiran-pemikiran seperti ini memicu munculnya perasaan sedih,
kehilangan, perasaan bersalah, rasa marah ,rasa malu dan juga
penyangkalan, karena pikiran merupakan sumber dari muculnya perasaan-
perasaan terentu. Tiap peristiwa yang dialami oleh individu tidak lepas dari
pemikiran individu terhadap peristiwa tersebut. Menurut Burns (dikutip
dari Safaria, 2005, h.54) pada dasarnya peristiwa yang dialami individu
adalah netral namun setelah diolah dalam pikiran akan menimbulkan
berbagai macam penafsiran.
Seorang anak yang memiliki orang tua bercerai, mereka tentunya timbul
perasaan bersalah dalam diri mereka, karena mereka merasa bahwa
merekalah penyebab perceraian kedua orang tuanya, sehingga pada
ahkirnya mereka benar-benar tidak dapat melakukan tugasnya dengan baik.
Anak juga mengalami kecemasan sehingga daya juang yang dimiliki
anak lambat laun akan turun dan anak tidak dapat menunjukkan kemajuan
dalam hidupnya. Ketidakmatangan kognitif pun dapat mengakibatkan anak-
anak cemas ketika orang tua mereka bercerai, sehingga mereka tidak dapat
melakukan adaptasi dengan baik serta anak takut menjalin hubungan
sengan orang lain. Menurut Priest (1987,h.10) ketika seseorang berpikir ada
sesuatu yang tidak menyenangkan akan terjadi dalam dirinya akan timbul
ketakutan, bingung, hidup penuh tekanan dan ketidakpastian atau
merupakan suatu keadaan umum yang dialami individu dari waktu ke
waktu sebagai suatu tanggapan terhadap situasi yang mengancam.
Kecemasan juga menimbulkan efek negatif yang lain yaitu
penyangkalan dan rasa malu. Penyangkalan adalah salah satu cara yang
sering digunakan seorang anak untuk mengatasi luka emosinya dan
melindungi dirinya dari perasaan dikhiananti, kemarahan dan perasaan
dikhianati. Anak pada saat mengetahui bahwa orang tuanya bercerai reaksi
pertamanya bisa berupa tidak percaya, terutama jika kabar itu datang tanpa
peringatan sebelumnya Anak-anak dalam penyangkalan ini biasanya
memilih untuk mengindahkan kabar itu atau berpegang erat pada keyakinan
bahwa kondisi itu hanya sementara (Colle, 2004, h.4). Kecemasan yang
mungkin timbul dalam diri anak adalah pemikiran jika ayah atau ibu
mereka menikah lagi, kemungkinan akan mengalami hal yang sama.
Perasaan ini tanpa sadar akan memunculkan trauma dalam diri anak, karena
biasanya perceraian mewakili trauma yang sesungguhnya dalam diri anak.
Kenyataan-kenyataan tersebut menyebabkan ahkirnya anak mengalami
rasa malu. Rasa malu dapat muncul ketika anak mengalami penyangkalan
yang terus menerus, rasa malu pada anak terjadi ketika anak yang selama
ini berpegang erat pada keyakinan serta mengindahkan kabar bahwa orang
tua tidak bercerai, namun hal itu tidak sesuai dengan kenyataan, melihat
kondisi anak yang mengalami kecemasan yang terus menerus. Rasa malu
juga dapat membuat anak kehilangan kepercayaan diri dalam berinteraksi
dengan orang lain.
Perceraian pada awalnya memiliki dampak negatif pada anak-anak
tapi itu tidak berarti sudah pasti bahwa sebuah perceraian akan selamanya
menjadi sebuah dampak buruk bagi anak. Ada beberapa anak korban
perceraian yang dapat melanjutkan perkembangan hidupnya meskipun hidup
dengan salah satu orang tua dalam hal:
a. lebih mandiri
b. Memiliki perasaan dekat dengan orang tua yang sekarang ini tinggal
bersama dengan subjek
c. Tekanan batin dan konflik yang selama ini dirasakan anak dapat
berkurang
d. Anak mendapat kebebasan yang lebih besar
e. Beberapa dari anak lebih siap untuk menghadapi trauma dan stress
yang diakibatkan oleh perceraian.
f. Anak dapat menikmati hidup indah dan orang tua pun harus
menerapkan kebijakkan yang tepat dan menciptakan interaksi antara
anak dengan masing-masing pihak.
g. Anak dapat lebih dewasa.
h. Anak dapat menyesuaikan diri dengan baik terhadap perceraian
sekalipun yang dirasakan sangat pedih.
Menurut Hetheringthon dkk (dalam Suntrock, 2002, h. 269)
pengaruh perceraian orang tua yakni:
a. Anak –anak terlepas dari konflik perkawinan
b. Anak-anak dapat menjadi individu yang berkompeten.
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa dampak psikologis
negatif perceraian pada anak meliputi kecemasan, rasa bersalah, rasa malu,
rasa marah, ketakutan, serta kesedihan, walaupun ada kasus khusus yang
tidak mengalami dampak negatif secara kuat. Perceraian orang tua tidak
selalu berdampak buruk pada anak, karena dapat menjadikan anak lebih
mandiri, anak lebih dewasa, tekanan batin dan konflik berkurang.
Masalah - masalah psikologis dapat pula timbul dalam diri anak, jika
salah satu pasangan suami istri dalam menyelesaikan konflik rumah tangga
selalu mengambil jalan perceraian, karena akan menghambat
perkembangan anak. Peneliti tertarik mengambil penelitian ini karena
peneliti ingin mengetahui dampak psikologis pada anak yang menjadi
status korban perceraian orang tua.
E. Kerangka Dinamika Psikologis Perceraian Orang Tua Pada Anak
Orang tua Bercerai
Anak yang mempunyai tugas perkembangan menjalin hubungan emosional dengan orang tua
A B C D E F
Keterangan
A: Penyangkalan
B: Rasa malu
C: Rasa bersalah
D: Ketakutan
E: Kesedihan
F: Rasa Marah
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Paradigma Penelitian Kualitatif
Penelitian pada hakikatnya merupakan wahana untuk menemukan
wahana untuk menemukan kebenaran atau untuk lebih membenarkan
kebenaran. Di dalam melakukan penelitian, entah disadari atau tidak
peneliti mempunyai cara pandang terhadap suatu hal atau peristiwa yang
disebabkan oleh terbentuknya kepercayaan yang berdasarkan atas asumsi
tertentu yang disebut aksioma. Cara memandang yang demikian ini
disebut paradigma ( Moleong, 2002, h.29).
Patton mengatakan bahwa paradigma mengandung pengertian
pandangan tentang dunia, cara pandang untuk menyederhanakan
kompleksitas dunia nyata, dan karenanya dalam konteks pelaksanaan
penelitian memberi gambaran pada kita mengenai apa yang penting, apa
yang dianggap mungkin dan sah untuk dilakukan serta apa yang dapat
diterima akal sehat ( dalam Poerwandari,1998,h. 10).
23 Dalam penelitian tentang Dampak Psikologis Perceraian Orang Tua
Terhadap Anak peneliti menggunakan metode kualitatif dengan
pertimbangan bahwa jalan keluar yang dilakukan oleh pasangan suami istri
yang telah mempunyai anak yaitu perceraian mempunyai dampak tertentu
pada anak yang tidak dapat diungkap dengan angka-angka. Pemahaman
sangat diperlukan untuk menggali aspek subjektif, sehingga peneliti
mengerti dampak – dampak psikologis apa saja yang terjadi pada anak dari
suatu tindakkan orang tua yang melakukan perceraian.
Bogdan dan Taylor (dikutip Moleong, 2002.h.3) mendefenisikan
metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif, kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang
dapat diamati. Sehingga data yang dihasilkan adalah data yang berupa
data deskripsi dari orang – orang dan perilakunya.
Menurut Smith (dikutip Murtiharini, 2004, h.34) mengemukakan
bahwa dengan data kualitatif seseorang dapat mempertahankan
kronologis peristiwa, menganalisa dan mendapatkan data banyak.
Moleong (2000,h.5) menjelaskan beberapa pertimbangan digunakan
metode kualitatif, karena:
1. Menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan
dengan kenyataan ganda.
2. Metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara
peneliti dan responden
3. Metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan
banyak penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola-pola
nilai yang dihadapi
Hal ini sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai yaitu
untuk mengetahui,menggambarkan dan menganlisis dampak psikologis
perceraian orang tua terhadap anak baik secara positif maupun negatif.
B. Subjek Penelitian
Dalam penelitian kualitatif subjek tidak diambil secara acak, tetapi
dipilih mengikuti kriteria tertentu ( Poerwandari, 1998, h.60).
Ditambahkan oleh Chaplin (1981, h. 2) subjek adalah individu yang
berpartisipasi dalam suatu eksperimen psikologis dan seseorang yang
melaporkan pengamatannya.
Dalam penelitian kualitatif prosedur penentuan subjek dan sumber data
umumnya menampilkan karakteristik:
1. Diarahkan tidak pada jumlah sampel yang besar, melainkan pada
kasus-kasus tipikal yang sesuai kekhususan masalah penelitian.
2. Tidak ditentukan secara kaku sejak awal, tetapi dapat berubah baik
dalam hal jumlah maupun karakteristik sampelnya, sesuai dengan
pemahaman konseptual yang berkembang dalam penelitian
3. Tidak diarahkan pada keterwakilan ( dalam arti jumlah atau peristiwa
acak) melainkan pada kecocokan konteks ( Sarantakos dikutip oleh
Poerwandari,1998, h. 57-58).
Peneliti menggunakan prosedur pengambilan subjek kasus tipikal
yaitu bahwa kasus yang diambil adalah kasus yang dianggap mewakili
kelompok ”normal” dari fenomena yang diteliti. Pendekatan ini
menggunakan pendekatan purposive yaitu subjek tidak dipilih secara
acak tetapi dipilih mengikikuti kriteria tertentu ( Poerwandari, 1998, h.
61).
Dalam hal ini peneliti menentukan karakteristik subjek penelitian
yakni anak-anak yang orang tuanya bercerai dengan ciri-ciri:
1. Anak telah berpisah dari orang tua karena perceraian
Peneliti memilih subjek penelitian anak-anak dengan latar
belakang korban perceraian orang tua karena anak –anak dengan
latar belakang tersebut akan memiliki dampak – dampak psikologis
yang lebih dalam daripada anak yang terpisah dengan orang tua
akibat salah satu orang tua mereka meninggal.
2. Berusia antara 9-14 tahun
Menurut Hurlock (1999, h.130) anak-anak usia awal adalah usia
dimana anak-anak masih sangat memerlukan kasih sayang dari
orang tuanya untuk menghadapi perkembangan selanjutnya.
C. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian kualitatif, peneliti bertindak sebagai instrumen
penelitian utama dalam pengambilan data dari subjek. Metode
pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara semi terstruktur
sebagai metode utamanya, kemudian observasi sebagai pendukungnya
untuk lebih dapat mengungkap masalah yang muncul dan disertai tes
psikologis untuk mengetahui kepribadian subjek.
1. Wawancara
Moleong (2000,h.135), menjelaskan wawancara adalah
percakapan dengan maksud tertentu, dilakukan oleh 2 pihak yaitu
pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai
yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut.
Koenjaraningrat (dikutip Bungin, 2003,h.62) wawancara dalam
suatu penelitian bertujuan untuk mengumpulkan keterangan tentang
kehidupan manusia dalam suatu masyarakat serta pendirian-
pendiriannya.
Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah
wawancara semi tersruktur yaitu wawancara yang menngunakan
seperangkat pertanyaan yang telah baku, tetapi tidak menutup
kemungkinan pertanyaan disesuaikan kondisi maupun ciri responden.
Wawancara dilakukan dengan tujuan mengungkap beberapa hal antara
lain:
a. Kehidupan masa kecil subjek hingga orang tua subjek bercerai.
b. Pemicu terjadinya perceraian dan dampak yang muncul yang
mempengaruhi kehidupan subjek setelah orang tua bercerai.
c. Hubungan sosial subjek dengan lingkungan sosial termasuk
dengan teman sebaya
d. Kegiatan sehari-hari subjek serta kegiatan yang dilakukan
subjek diwaktu senggang
e. Bagaimana perasaan subjek tinggal di lingkungan sekarang.
f. Dampak psikologis yang muncul berkaitan dengan status
korban perceraian.
2. Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan suatu objek dengan
sistematika fenomena yang dilakukan. Observasi dapat dilakukan sesaat
ataupun mungkin dapat di ulang. Observasi hendaknya dilakukan oleh
orang yang tepat. Lewat observasi ini peneliti akan melihat sendiri
pemahaman yang terucapkan ( tacit understanding), bagaimana teori
digunakan langsung ( theory in issue) dan sudut pandang yang mungkin
tidak tercukil; lewat wawancara ( Supriadi,2003,h.155)
Pada metode pengambilan data ini teknik observasi yang
digunakan adalah observasi partisipan. Observasi partisipan adalah di
mana peneliti bersama dengan subjek yang diamati ikut dalam kegiatan
yang mereka lakukan (Sukandarumidi, 2004,h.72)
3. Tes Grafis
Tes grafis yang terdiri dari DAT (Draw A Tree ), DAP ( Draw A
Person ) dan HTP ( House Tree Person ) digunakan sebagai pelengkap
untuk mengetahui gambaran kepribadian melalui asosiasi bebas subjek.
Banyak aspek kepribadian penting yang berada pada tahap
”ketidaksaaran” sehingga tidak bisa terungkap melalui observasi dan
wawancara, karenanya tes grafis digunakan untuk mengungkapakan
segala sesuatu yang ada dalam diri subjek seperti mengungkapkan
emosi, kepercayaan diri, penyesuaian diri, kontak sosial, maupun
kemampuan kerja sama subjek (oleh seorang Psikolog yang mendalami
tes Grafis).
D. Kriteria Keabsahan Data
Untuk menentukan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan dan
pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria
tertentu yaitu derajat kepercayaan (credibillity), keterahlian
(transferability), kebergantungan (dependabillity) dan kepastian
(confirmabillity). Pada penelitian ini menggunakan keabsahan dan
kredibilitas yaitu:
a. Triangulasi.
Triangulasi menurut Moloeong ( 2002,h.178) adalah teknik
pemeriksaan keabsahan data itu untuk keperluan pengecekkan atau
sebagai pembanding terhadap data itu. Ada dua macam yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu:
1. Triangulasi dengan cara sumber
Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek
baik derajat kepercayaan informasi yang diperoleh melalui waktu dan
alat yang berbeda dalam metode kualitatif ( Patton, dalam
Moleong,2002,h. 178) dapat ditempuh dengan jalan :
a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara
b. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum
dengan apa yang dikatakan secara pribadi
c. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi
penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu
d. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan
berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa,
orang yang berpendidikkan tinggi,menengah, rendah serta orang
Pemerintah.
e. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen
yang berkaitan.
2.Triangulasi dengan metode
Teknik triangulasi dengan metode ini menurut Patton dapat
Dilakukan dengan dua strategi yaitu pengecekkan derajat
kepercayaan hasil penelitian penemuan beberapa teknik
pengumpulan data dan pengecekkan beberapa sumber data dengan
metode yang sama
Pada penelitian ini uji triangulasi yang digunakan adalah
dengan uji triangulasi dengan sumber yaitu ditempuh dengan cara
membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara,
membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai
pendapat orang, membandingkan hasil wawancara dengan isi
dokumen yang berkaitan dan uji triangulasi dengan metode yang
ditempuh dengan cara pengecekkan derjat kepercayaan hasil
penelitian penemuan beberapa beberapa teknik pengumpulan data
b. Pemeriksaan dengan teman sejawat
Teknik ini dilakukan dengan cara mengespos hasil sementara atau
hasil ahkir yang diperoleh dalam bentuk diskusi analitik dengan
teman-teman sejawat
E. Metode Analisis Data
Tidak seperti penelitian kuantitatif yang mempunyai teknik dan cara
yang jelas untuk mengukur validitas, reliabilitas, signifikansi perbedaan
penelitian kualitatif tidak mempunyai aturan atau rumusan yang
absoulut untuk mengolah atau manganalisis data. Meski demikian
bukan berarti penelitian kualitatif tidak memiliki pedoman atau saran
yang penting tentang prosedur yang harus dijalani berkaitan dengan
analisis atau interpretasi data.
Patton (dikutip Poerwandari, 2001, h. 93) mengemukan hal-hal
yang penting untuk analisa data kualitatif yaitu:
1. Mempresentasikan secara kronologis peristiwa yang diamati
2. Melaporkan peristiwa kunci berdasarkan urutan kepentingan
peristiwa tersebut.
3. Mendeskripsikan setting dan setting atau lokasi sebelum
mempresentasikan gambaran pola umum. Dalam penelitian ini
setting yang dimaksudkan adalah tempat tinggal dimana subjek
tinggal.
4. Memberikan fokus pada analisa dan presentasi pada individu atau
kelompok bila memang kelompok atau individu tersebut menjadi
unit analisis primer.
5. Mengorganisasikan data dengan menjelaskan proses yang terjadi.
6. Memfokuskan pengamatan pada isu yang diperkirakan akan
sejalan dengan upaya menjawab primer penelitian.
Langkah-langkah teknik analisis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menelaah data dari berbagai sumber
Proses awal dimulai dengan menelaah data yang tersedia dari
berbagai sumber (wawancara, observasi, tes grafis). Setelah data
terkumpul maka penulis mencoba menelaah data yang ada dan
menginterpretasikannya.
2. Mengkategorikan data yang diperlukannya
Data yang terkumpil dikategorikan berdasar pedoman wawancara
dan observasi yang telah disusun
3. Menarik kesimpulan
4. Menghubungkan landasan teori yang ada
5. Menyusun dinamika psikologis
Dalam penelitian tentang Dampak Psikologis Perceraian Orang
Tua Terhadap Anak peneliti menggunakan saran seperti yang dikemukakan
Poerwandari (2001, h. 94) bahwa analisa dilakukan kasus per kasus lalu
setelah itu peneliti beranjak untuk melakukan analisa antar kasus.
BAB IV
KANCAH PENELITIAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Kancah Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kota Semarang tepatnya di kompleks
Perumahan Genuk Indah. Lokasi perumahan tersebut berada di dekat Terboyo
yang berjarak sepuluh km dari pusat kota Simpangl ima Semarang. Perumahan
Genuk Indah ini termasuk kelurahan Gebangsari, kecamatan Genuk.
Perumahan ini merupakan perumahan untuk semua kalangan baik kalangan
atas, menengah dan bawah yang terdiri dari sebelas blok. Pada tiap blok
memiliki karakteristik rumah yang sama, namun ukuran rumah berbeda antar
blok
Rumah tempat tinggal para subjek ini dipilih memiliki ukuran yang
sederhana dan bukan rumah bertingkat, jadi rumah dengan 1 lantai dengan
pertimbangan kondisi ekonomi mereka masing-masing.
Perumahan Genuk Indah ini tidak semua orang masuk dengan mudah
karena setiap kali masuk ke salah satu blok, tamu diharuskan melapor kepada
Satpam, untuk mengatakan tujuan yang hendak mereka inginkan dan jika tidak
berkepentingan di larang masuk.
33
B. Pelaksanaan Penelitian
Pengumpulan data penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2007
sampai September 2007 dengan jumlah subjek penelitaian sebanyak 4 orang
yang memiliki usia antara 9 tahun sampai 14 tahun. Adapun data yang di
peroleh dengan menggunakan metode observasi, wawancara, dan tes grafis
yang dilakukan atas 4 subjek. Observasi dilakukan sejak bulan Juli 2007
pertengahan, sedangkan wawancara dan tes grafis dilakukan mulai bulan Juli
2007pertengahan. Wawancara dan observasi dilakukan beberapa kali sesuai
dengan kebutuhan data yang terpenuhi.
Observasi dalam penelitian ini dilakukan pada waktu pagi hari saat
subjek berada di rumah dan pada waktu berinteraksi dengan orang tua yang saat
itu sedang tinggal dengan subjek, serta di dalam rumah subjek tempat subjek
tinggal dan ketika subjek sedang bersantai. Observasi ini dilakukan dengan
tujuan agar mendapatkan pemahaman yang lebih lengkap mengenai aktivitas
subjek.
Selama melakukan wawancara peneliti menggunakan catatan untuk mencatat
hal-hal penting setiap jawaban subjek atau hasil observasi. Sebelum melakukan
penelitian, peneliti minta ijin terlebih dahulu kepada subjek untuk mencatat
hasil wawancara dengan subjek dan keempat subjek pun mengijinkan.
C. Pengumpulan Data
1. Kasus Subjek I
a. Identitas Subjek
Nama : D.A
Tempat/ Tanggal Lahir : Semarang, 4 Juni 1997
Umur : 10 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikkan : SD
Alamat : Semarang
Agama : Kristen
Anak ke : 3
b. Hasil Observasi
Kondisi dan ciri fisik
Subjek memiliki rambut lurus dan suka diikat dua. Subjek termasuk
orang yang tidak terlalu tinggi dengan berat badan 31 kg juga mempunyai
tinggi 145 cm, serta berkulit coklat. Dalam bermain subjek suka
mengenakan kaos-kaos bergambar yang ternyata menurut subjek pakaian
ini di sukai karena lucu serta enak digunakan.
Subjek terbuka dan ramah kepada peneliti yaitu subjek mau
mengungkapkan segala sesuatu yang dibutuhkan oleh peneliti dalam
melakukan penelitian ini.
Kondisi Lingkungan Rumah di mana Subjek Tinggal
Subjek saat ini tinggal bersama dengan Ayahnya di sebuah rumah
yang terletak di blok J (Perumahan Genuk Indah Semarang). Rumah tempat
tinggal subjek tidak begitu rapi, semua barang terlihat berantakkan dan meja
kursi pun di ruang tamu tidak ada.
Rumah tempat tinggal subjek memiliki 2 kamar tidur, tetapi subjek tidur
di bawah, kamar tidur terletak di bagian depan rumah yang memiliki ukuran
3x3 m yang sekarang digunakan untuk bermain, sedangkan kamar tidur
kedua yang memiliki ukuran 3x4 m sekarang digunakan untuk meletakkan
baju-baju cucian. Kamar mandi terletak dibelakang rumah, dapur di rumah
pun terlihat berantakkan dan tidak tertata rapi.
Interaksi Subjek Dengan Lingkungan Sekitar
Di lingkungan tempat tinggalnya subjek termasuk orang yang suka
bermain dengan teman-temannya. Subjek mempunyai teman-teman yang
cukup lumayan hal ini terlihat jika subjek bermain selalu bersama teman-
temannya di suatu tempat. Subjek biasa bertegur sapa di pagi hari saat
berangkat ke sekolah, waktu lain yang dapat digunakan untuk bertegur sapa
yaitu sewaktu ia pulang dari sekolah. Subjek juga termasuk anak yang
periang.
Subjek terlihat sering bermain di rumah temannya. Rumah teman tempat
subjek bermain biasanya jaraknya cukup jauh dari rumah subjek.
Interaksi Dengan Ayah Subjek
Subjek memiliki hubungan yang dekat dengan ayahnya, hal ini karena
pada dasarnya ayahnya memang juga dekat dengan subjek dan terlihat ia
sering mengikuti ayahnya ke manapun ayahnya pergi. Hal ini dapat dilihat
misalnya jika ayahnya sering duduk-duduk di dekat pos Satpam maka subjek
juga ikut duduk di sebelahnya, demikian juga jika ke tempat-tempat lain.
Subjek seringkali bercerita tentang pengalamannya kepada ayahnya
baik di sekolah atau sehabis pulang dari rumah temannya. Hal ini terlihat jika
terjadi sesuatu dengan subjek ayahnya mengetahuinya dan ayahnya selalu
membantunya seperti contoh jika ada teman subjek di sekolah yang berkata
kepada subjek yang sekiranya membuat subjek tersinggung, sepulang sekolah
ia selalu menceritakan hal ini kepada ayahnya dan ayahnya meminta kepada
subjek untuk tidak memperdulikan kata-kata temannya tersebut.
c. Hasil Wawancara
Kondisi Latar Belakang
Subjek adalah anak ke 3 dari 3 bersaudara. Subjek sekarang ini
bersekolah di SDN (Sekolah Dasar Negeri) Gebangsari dan duduk di kelas
4 SD. Subjek mempunyai prestasi yang cukup bagus di sekolahnya, dan
subjek selalu naik kelas.
Subjek memiliki 2 kakak yakni perempuan dan laki-laki. Kakak
perempuan subjek berada di Surabaya, sedangkan kakak laki-laki berada di
Bandung dan bekerja. Kakak perempuan subjek telah menikah dan sudah
bekerja juga sejak bulan Desember 2005.
Ayah subjek sekarang ini hanya seorang pengangguran saja, dan
sudah terkena PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) kurang lebih sekitar 2
tahun yang lalu. Ibu subjek adalah orang yang mempunyai watak keras dan
bila subjek bermain bersama temannya maka ibunya selalu marah dan
menghajar subjek dengan kayu. Ibu subjek hanya menyanyangi kedua
kakaknya daripada subjek, karena ibunya menganggap bahwa kakaknya
lebih dapat mencari uang dibanding subjek. Ketika subjek berusia kira-kira
6 tahun ia masih teringat dengan kejadian yang dialaminya yaitu ketika ia
masih berusia 3 tahun, dan ia merasa sedikit sedih dengan perlakuan
ibunya.
Pada waktu itu kakak dan ibu subjek pernah menginginkan subjek
untuk masuk ke sebuah sanggar tari dengan alasan agar dapat
menghasilakan uang. Namun hal itu ditentang keras oleh ayah subjek dan
keinginan tersebut gagal. Ayah subjek menentang keras dengan alasan
ayahnya tidak mempunyai biaya untuk membiayainya. Subjek saat itu
merasakan adanya sedikit perasaan bersalah karena subjek tidak dapat
mewujudkan keinginan ibunya untuk bekerja dan menghasilkan uang,
selain itu ia juga beranggapan bahwa dirinya juga menjadi sedikit
penyebab perceraian orang tuanya.
Usia subjekpun beranjak 8,5 tahun dan duduk di kelas 2 SD dan di usia
itulah orang tua subjek bercerai. Mereka bercerai dengan alasan bahwa
ayahnya sudah tidak dapat mencukupi kebutuhan keluarga lagi dan selalu
berselisih pendapat antara ayah dan ibunya. Pada saat orang tua subjek telah
bercerai ia merasakan adanya sedikit perasaan takut, yaitu merasa
kehilangan sosok dari seorang ibu, seorang ibu yang seharusnya
memberikan kasih sayang kepada anaknya.
Ketika subjek berusia 9 tahun, subjek hanya tinggal dengan ayahnya
saja dan subjek menjadi dekat dengan ayahnya. Terkadang subjek
merasakan adanya perasaan rindu kepada ibunya, namun jika subjek
mengingat kejadian yang lalu maka sedikit muncul perasaan kecewa pada
ibunya. Perasaan marah sedikit ada dalam diri subjek,yakni beranggapan
ibunya lebih memberikan kasih sayangnya hanya kepada kakaknya
daripada subjek, selain itu juga karena ibunya yang telah meninggalkan
ayahnya hanya karena ayahnya ynag sudah tidak dapat bekerja lagi untuk
menghasilkan uang.
Bagi subjek kehidupan yang sekarang ini dijalani bersama dengan
ayahnya, terasa lebih damai dan tentram, dibanding dahulu sewaktu masih
ada ibunya. Hal ini karena tekanan batin dan konflik berkurang, serta
subjek dapat menikmati kehidupan yang lebih indah.
Subjek mengatakan sekarang menjadi individu yang mandiri, misalnya
subjek mengerjakan sendiri pekerjaan rumah seperti mencuci pakaian dan
subjek lebih bertanggung jawab atas dirinya sendiri
Aktivitas Sehari-Hari
Aktivitas subjek dimulai ketika subjek bangun tidur sekitar 05.30
subjek mandi, ganti baju dan memakai sepatu. Subjek berangkat ke sekolah
kira-kira pukul 06.30, subjek pulang dari sekolah kira-kira pukul 11.30
namun jika subjek ada les tambahan subjek pulang sampai rumah sampai
pukul 14.30.
Setelah pulang subjek bermain , lalu mandi kira-kira pukul 15.30,
setelah mandi subjek belajar mempersiapkan pelajaran sekolah untuk esok
hari. Subjek selesai belajar kira-kira pukul 18.00 dan pukul 18.30 subjek
tidur-tiduran sebentar lalu pukul 19.30 subjek ke pos duduk-duduk bersama
dengan ayahnya lalu pukul 22.00 subjek dan ayahnya pulang ke rumah
untuk tidur malam.
Hubungan Dengan Keluarga dari Ayah Subjek
Subjek memiliki hubungan cukup dekat dengan paman subjek
yaitu adik dari ayah. Paman subjek menurut pengakuan subjek cukup baik,
baik terhadap dirinya maupun ayahnya. Paman subjek cukup membantu
dalam hal biaya pendidikkan serta yang lain, seperti contoh subjek ingin
mengikuti kegiatan gereja tetapi karena subjek tidak mempunyai biaya
untuk mengikuti kegiatan tersebut maka paman subjek pun membantunya.
Dengan saudara yang lain, subjek jarang bertemu dan jika bertemu ia dan
ayahnya tidak pernah diajak berbicara.
Hubungan subjek Dengan Ayah
Subjek sekarang ini memiliki hubungan sangat dekat dengan ayahnya.
Menurut pengakuan subjek ayahnya tidak seperti ibunya. Ayahnya selalu
memberi kesempatan pada subjek untuk bermain. Selain itu ayahnya selalu
memberi kasih sayang kepada anaknya , pada saat membutuhkan kasih
sayang dari orang tua.
Emosi Yang dialami
Perasaan subjek saat pertama kali ditinggal oleh ibunya adalah
perasaan senang dan lebih damai. Walaupun hanya tinggal bersama
dengan ayahnya saja dan dalam kondisi ekonomi yang kurang begitu baik,
tetapi subjek menikmati hidupnya sekarang ini.
Interaksi Subjek Dengan Lingkungan Sekitar
Subjek sebenarnya ingin memiliki hubungan baik dengan para
tetangga di lingkungan sekitar rumah. Akan tetapi para tetangga di sekitar
dekat rumah subjek termasuk orang-orang yang suka ikut campur dalam
urusan pribadi subjek, sehingga ia merasa enggan betemu dengan para
tetangga. Hal ini karena para tetangga sering berkata kepada subjek tentang
hal-hal yang sekiranya membuat subjek tersinggung, baik itu mengenai
ayahnya serta diri subjek sendiri, khususnya tetangga di depan rumahnya
yang bernama Om Hok
Subjek sedikit merasa malu dengan perkataan para tetangga dan pada
ahkirnya ia tidak selalu bermain di dekat rumahnya. Jika para tetangga
bertanya tentang keberadaan ibu subjek, ia sedikit menyangkal dan
mengatakan bahwa ibunya dalam kondisi yang baik-baik saja. Hal ini
menurut pengakuan subjek agar subjek terhindar dari gunjingan para
tetangga yang menyebutkan bahwa subjek adalah anak adopsi.
Selain malu dengan para tetangga subjek juga merasa malu dengan
teman-teman di sekolah, karena buku-buku pelajaran yang digunakan subjek
untuk belajar hanya pemberian dari guru-guru karena subjek tidak
mempunyai biaya untuk membeli buku tersebut.
d. Dinamika Psikologis dari Tes Grafis
Dalam diri subjek terdapat suatu dorongan atau keinginan untuk
mencapai sesuatu yaitu keinginan yang ingin dicapainya dalam hal
berprestasi.
Subjek mempunyai penyesuaian diri yang baik dan subjek termasuk
orang yang mudah bergerak, ekstrovert, serta mudah bergaul. Pada diri
subjek terdapat adanya tedensi hambatan dalam hubungan sosial. Oleh
karena itu dalam diri subjek terdapat perasaan tidak pasti dan tertekan
dalam berhubungan dengan lingkungan.
Fungsi ibu kabur, sehingga subjek mempunyai kecenderungan
orientasi ke masa lampau namun karena dalam diri subjek terdapat perasaan
kurang dapat menerima maka sebagai kompensasi memaksakan diri untuk
berpura-pura.
Subjek mempunyai ketergantungan kepada ibu maka dalam diri subjek
ada kebutuhan kasih sayang, perhatian karena ayah subjek yang kurang
punya otoritas,lemah dan tidak punya keberanian.
e. Analisis Hasil Kasus
Hasil wawancara awal dapat diketahui bahwa ayah subjek telah terkena
PHK ( Pemutusan Hubungan Kerja) kurang lebih sekitar 2 tahun yang lalu.
Setelah terkena PHK (Pemutusan HubunganKerja) ayah subjek menjadi
seorang pengangguran hingga sekarang, sehingga dalam menjalankan peran
ayahnya mengalami hambatan. Hal ini dapat diketahui dari hasil tes grafis
bahwa fungsi ayah lemah, serta kurang punya otoritas.
Ibu subjek adalah seorang ibu yang memepunyai watak keras, serta
ambisi yang sangat tinggi. Ibunya mempunyai keinginan, yaitu ingin
memasukkan subjek ke sebuah sanggar tari dengan alasan agar subjek dapat
menghasilkan uang. Keinginan tersebut ditentang oleh ayah subjek dengan
alasan ayahnya tidak ada biaya lagi untuk membiayainya.
Ibu subjek seringkali memukul sujek dengan kayu, jika subjek pergi
bermain ke rumah temannya. Subjek seringkali dipukul oleh ibunya ketika
subjek masih berusia 3 tahun. Subjek merasa kecewa dengan perbuatan ibunya
saat itu. Subjek seringkali mengingat kejadian tersebut dan jika teringat ia
menganggap bahwa ibunya sangat kejam. Hasil tes grafis menunjukkan bahwa
ada kecenderungan orientasi ke masa lampau serta fungsi ibu yang kabur.
Subjek sebenarnya termasuk orang yang sering bermain bersama teman-
temannya. Karena para tetangga yang selalu mengatakan kepada subjek
tentang hal-hal yang tidak sebenarnya subjek menjadi enggan jika harus
berhubungan dengan lingkungan. Hasil tes grafis menunjukkan bahwa subjek
adalah orang yang mudah bergerak, ekstrovert dan mudah bergaul, dalam
berhubungan dengan lingkungan memiliki perasaan tidak pasti dan juga ada
konflik dibidang kontak dengan orang lain.
Subjek meiliki prestasi yang bagus, hal ini ia selalu naik kelas dalam
setiap kenaikkan kelas. Hasil tes grafis menunjukkan bahwa subjek memiliki
tedensi keinginan untuk berprestasi serta intelektual yang baik.
Subjek merasakan adanya kehidupan sekarang yang lebih baik,
walaupun hanya tinggal dengan ayahnya saja karena ia juga merasakan adanya
kebebasan serta terbebas dari tekanan ibunya. Subjek sebenarnya kurang dapat
menerima keadaan ini, namun pada kenyataannya subjek harus menerima
kenyataan bahwa ayah dan ibunya harus berpisah. Hal ini dapat ditunjukkan
dari hasil tes grafis bahwa ada ketergantungan pada ibu, subjek juga
memaksakan diri berpura-puara sebagai kompensasi perasaan kurang bisa
menerima, serta kebutuhan akan kasih sayang keluarga.
Tabel I
Intensitas dampak psikologis perceraian orang tua terhadap anak subjek I Dampak Psikologis
Pada Anak Intensitas Keterangan
Penyangkalan
Rasa Malu
Rasa bersalah
Ketakutan
Kesedihan
Rasa Marah
+
+
+
+
+
+
Jika ada para tetangga yang menanyakan tentang keadaan ibu subjek, ia mengatakan bahwa ibunya dalam keadaan baik-baik saja. Ia menyangkal mengenai keadaan yang sebenarnya.
Subjek merasa malu dengan pertanyaan yang sering kali ditanyakan oleh para tetangga dan teman-teman. Mereka yang menanyakan bagaimana keadaan orang tua subjek. Subjek merasa adanya perasaan bersalah karena ia beranggapan bahwa dirinya juga menjadi penyebab perceraian orang tuanya. Perasaan takut muncul dalam diri subjek setelah orang tua bercerai karena merasakan kehilangan sosok dari seorang ibu, yang seharusnya memberikan kasih sayang Mengingat kejadian ketika subjek dipukul dengan kayu oleh ibunya ia merasa bersedih karena ibunya tidak dapat berperan sebagaimana layaknya seorang ibu. Subjek merasakan adanya rasa marah kepada ibunya karena ibunya lebih menyayangi kedua kakaknya dibanding dirinya Selain itu karena ibunya yang telah meninggalkan ayahnya hanya karena ayahnya sudah tidak bekerja lagi untuk memenuhi kebutuhan hidup
Memiliki perasaan dekat dengan orang tua yang saat ini tinggal dengan subjek Dapat menikmati kehidupan yang lebih indah Lebih Mandiri
+++
+++
+++
Setelah perceraian orang tua subjek menjadi lebih dekat dengan ayahnya dan menyayangi ayahnya Subjek walaupun tinggal dengan seorang ayah ia dapat menikmati kehidupan yang lebih indah dibanding dahulu sewaktu masih ada ibunya, selain itu tekanan batin dan konflik berkurang. Subjek selalu mengerjakan segala sesuatunya dengan sendiri, seperti pekerjaan rumah mencuci pakaian. ia lebih bertanggung jawab atas dirinya sendiri.
Keterangan
+ : intensitas yang dialami subjek lemah
++ : intensitas yang dialami subjek sedang
+++ : intensitas yang dialami subjek kuat
Dampak Psikologis Perceraian Orang Tua Pada Anak Subjek I
Orang tua Bercerai
Rasa bersalah Rasa malu Ketakutan
Penyangkalan
Merasa malu dengan pertanyaan yang seringkali ditanyakan oleh para tetangga, yang menanyakan keadaan orang tua
Anak yang membanun sikap sehat terhadap diri sendiri sebagai mahkluk yang sedang tumbuh
Merasa takut karena kehilangan sosok ibu Merasa bahwa dirinya menjadi penyebab perceraian orang tuanya
Ia mengatakan bahwa ibunya baik-baik saja dan tidak mengatakan keadaan yang sebenarnya
Kehidupan yang baik
Merasa bebas dari konflik Lebih mandiri
Merasa lebih dekat dengan ayahnya . Memiliki perasaan dekat dengan orang yang saat ini tinggal dengan subjek
Menjadi lebih dekat dengan ayah dan lebih menyayangi ayahnya. Rasa marah
Merasa marah karena ibunya lebih menyayangi kedua kakaknya dibanding dirinya. Kasus subjek 2
a. Identitas subjek 2
Nama : A.S
Tempat tanggal lahir : Semarang, 17 Maret 1993
Umur : 14 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikkan : SD
Alamat : Semarang
Agama : Islam
Anak ke : 1
a. Hasil Observasi
Kondisi dan Ciri Fisik
Subjek memiliki badan yang tinggi, berkulit coklat. Subjek termasuk
orang yang yang suka bergaul, bermain bersama temannya. Dalam bermain
subjek sering mengenakan sepeda federal, terkadang subjek juga mengenakan
sepeda motor.
Dalam penelitian ini subjek, cukup ramah terbuka kepada peneliti
yaitu subjek mau mengungkapkan segala sesuatu yang dibutuhkan oleh
peneliti dalam penelitian ini.
Kondisi Lingkungan Tempat Tinggal Subjek
Subjek saat ini tinggal bersama ibunya di sebuah rumah yang terletak di
blok K (Perumahan Genuk Indah). Rumah tempat tinggal subjek terlihat
berantakkan tapi rapi. Selain itu terdapat meja, kursi tamu yang terletak di
luar, almari dengan hiasannya yang terletak di ruang tengah dan banyak
kucing peliharaan di rumahnya.
Rumah tempat tinggal subjek memiliki 4 kamar tidur, tempat tidur
subjek terletak di tengah,di sebelah kamar tidur kakek dan nenek Dapur di
rumah terletak di bagian samping dan di dapur terdapat alamari tempat
untuk menyimpan bumbu-bumbu masakan dan sebagainya. Di rumah subjek
juga terdapat garasi mobil dan motor.
Di depan rumah terdapat taman bunga, hal ini karena ibu serta kakek
yang suka memelihara bunga, selain bunga di rumah subjek juga terdapat
kandang burung dan setiap harinya selalu dibersihkannya.. Rumah subjek
terlihat sempit, kecil sehingga suasana terlihat sesak.
Interaksi Subjek Dengan Lingkungan Sekitar
Subjek mempunyai teman yang banyak, hal ini terlihat teman subjek
yang sering ke rumah untuk mengajak subjek bermain. Di lingkungan tempat
tinggal subjek termasuk orang yang ramah dan suka menyapa orang bila
bertemu dengan tetangga atau yang lainnya
Subjek banyak di kenal di lingkungannya karena subjek senang
bermain bersama dengan teman-temannya.Jika tidak bermain di rumah
temannya, ia terlihat bermain bersama dengan adiknya di depan rumah.
Dalam bermain, subjek seringkali bermain balap sepeda bersama
dengan temannya dan jika bermain subjek tidak hanya bermain di tempat
yang dekat saja, tetapi subjek seringkali bermain di blok-blok yang lebih
jauh, seperti blok A, dan blok B.
Interaksi Subjek Dengan Ibu Subjek
Subjek memiliki interaksi yang cukup baik dengan ibunya., tetapi jika
ia berkata sedikit kasar kepada ibunya maka ibunya memarahinya dan subjek
di tampar pipinya.
Subjek seringkali terlihat pergi bersama dengan ibunya.
Ketika subjek pergi ke sekolah subjek seringkali diantar oleh ibunya dengan
menggunakan sepeda motor meskipun sekolah subjek sangat dekat dengan
rumahnya.
c. Hasil wawancara
Kondisi Latar Belakang
Subjek merupakan anak ke 1 dari 3 bersaudara. Subjek sekarang
duduk di kelas 6 SD, di SDN GebangSari yang terletak di dekat kompleks
Perumahan Genuk Indah Semarang. Prestasi subjek tidak baik, subjek
seringkali tidak naik kelas sebanyak 4 kali karena malas belajar.
Subjek mempunyai 2 adik yang sekarang ini duduk di kelas 1 SLTP
dan kelas 4 SD. Ayah subjek telah bercerai dengan ibunya sejak 2 tahun
yang lalu, dikarenakan ayah subjek yang selalu bersikap mengekang baik
kepada subjek dan juga ibunya. Selama bersama ayahnya, subjek merasa
terkekang dan tidak dapat hidup bebas ibunya juga selalu di curigai oleh
ayahnya ketika ibunya sedang pergi. Ibu subjek tidak dapat menerima sikap
mengekang dari suaminya ini. Setiap kali bertemu ayah dan ibunya selalu
bertengkar. Ahkirnya karena sering terjadi pertengkaran, ayah dan ibunya
memutuskan untuk bercerai, dan setelah bercerai ayah subjek menikah
kembali. Subjek mempunyai perasaan takut setelah orang tua subjek
bercerai, perasaan takut tersebut muncul dengan alasan jika ayah dan ibu
telah berpisah subjek berpikir mengenai pembiayaan sekolah subjek dan
adik-adiknya maka subjek berusaha untuk sering menelpon ayahnya dan
menanyakan masalah pembiayaan uang sekolah.
Subjek sampai saat ini masih sering bertemu dengan ayahnya, karena
ia ingin meminta uang yang di gunakan untuk biaya sekolah subjek dan
adik-adiknya. Ayahnya jika bertemu dengan subjek, tidak mau untuk
bertemu di rumahnya melainkan bertemu di dekat Mini Market, dengan
alasan agar ayahnya tidak bertemu dengan ibunya.
Pada saat hari raya lebaran atau ahkir tahun subjek merasa sedikit
bersedih karena tidak dapat berkumpul dengan orang tuanya yang sempurna
seperti layaknya teman-teman lain. Terkadang jika ditanya oleh teman-
teman mengenai kegiatan liburan, ia hanya mengatakan bahwa dirinya
hanya dirumah bermain game dan nonton TV. Subjek sedikit malu untuk
mengatakan keadaan yang sebenarnya. Subjek juga merasakan adanya
sedikit perasaan bersalah karena beranggapan bahwa dirinya menjadi
penyebab perceraian kedua orang tuanya.
Setelah perceraian orang tuanya subjek juga merasa marah, karena
tingkah laku ayahnya yang tidak dapat menjalankan peran sebagai seorang
ayah yang memberikan kasih sayang kepada anaknya.
Subjek sekarang ini tinggal bersama ibu, paman kakek nenek serta
kedua adiknya dalam satu rumah. Ia merasakan kondisi yang bebas dari
kedua orang tuanya yang selama ini subjek hadapi setiap harinya.
Subjek belum dapat menjadi seorang individu yang mandiri, karena
segala sesuatu yang berkaitan dengan dirinya seperti mengatur jadwal
pelajaran sekolah serta tugas-tugas masih diatur oleh ibunya.
Aktivitas Sehari- hari
Subjek bangun pagi kira-kira pukul 6 pagi lalu subjek mandi,sarapan, dan
memakai sepatu. Pukul 06.30 subjek berangkat ke sekolah. Subjek pulang
sekolah kira-kira pukul 13.30 tetapi jika ada les tambahan subjek sampai
rumah pukul 14.00
Aktivitas subjek setelah pulang sekolah yaitu tidur, pukul 15.00 sore
selanjutnya ia mengerjakan tugas rumah seperti membersihkan rumah.
Setelah pekerjaan rumah selesai subjek langsung mandi, bermain sebentar
bersama temannya dan setelah pukul 17.30 subjek pulang untuk makan
malam, belajar dan setelah pukul 21.30 subjek tidur malam.
Hubungan Subjek Dengan Kakek, Nenek Serta Paman
Subjek memiliki hubungan yang cukup baik dengan Kakek dan
Nenek. Terkadang ia sedikit menentang kepada Kakek karena Kakek
mempunyai watak sedikit keras jika subjek melakukan kesalahan sedikit
Kakek memarahinya habis-habisan.
Subjek dengan pamannya memiliki hubungan yang cukup baik, karena
pamannya yang tidak terlalu mempunyai watak keras, dan jika bersama
dengannya paman selalu memberi tahu kepada subjek tentang hal yang
baik dan buruk.
Hubungan Subjek Dengan Ibu
Subjek memiliki hubungan yang lebih dekat dengan ibu. di
banding adiknya yang kedua yang bernama Rosa Subjek selalu meminta
sesuatu kepada ibunya, setiap kali membutuhkan uang untuk membeli
buku. Ibu subjek selalu memberikan apa yang di butuhkannya dan ia juga
seringkali bercerita kepada ibunya jika mempunyai masalah dan ibunya
selalu mencarikan solusi terbaik bagi dirinya. Ibu subjek selalu mengajak
ketiga anaknya untuk berjalan-jalan ke mall jika hari libur atau malam
minggu jika tidak ada acara yang lain
Hubungan Subjek Dengan Lingkungan Sekitar
Dengan lingkungan sekitar subjek mempunyai hubungan yang cukup
baik. Ia mempunyai teman-teman bermain yang cukup banyak Dengan
teman bermainnya subjek selalu menunjukkan sikap ramah, baik walaupun
terkadang ada salah satu teman yang ingin mengajak subjek bertengkar.
Dengan para tetangga di dekat rumah. subjek tidak begitu mengenal
banyak, dan hanya sekedar mengetahuinya saja dan karena ia hanya lebih
dekat dengan teman bermainnya saja.
.
Emosi Yang Dialami
Perasaan subjek ketika mengetahui bahwa orang tuanya bercerai
yaitu adanya perasaan menjengkelkan serta rasa marah. Subjek tidak
menginginkan adanya perceraian ini, namun melihat bahwa orang tuanya
sudah tidak dapat bersatu maka subjek ahkirnya dapat menerima perceraian
orang tuanya.
d. Dinamika Psikologis Dari Tes Grafis
Subjek mempunyai sifat egosentris karena adanya keinginan untuk
mendominasi, menuntut, menguasai serta menentang kekuasaan sehingga
subjek berperilaku emosional serta tedensi agresivitas. Selain itu karena
dirinya merasa kurang beperan dalam keluarga.
Subjek memiliki adaptasi yang cukup baik maka dari itu subjek
memiliki suasana hati yang hidup, hal ini karena subjek adalah orang yang
menyenangkan dan mudah bergaul.
Pengelolaan rasio subjek cenderung kurang.sehingga subjek termasuk
orang yang kurang cerdas maka dari itu subjek sukar dapat mengerti tedensi
hambatan dalam belajar. Dalam dirinya juga terdapat jiwa yang kaku subjek
sebenarnya penurut tapi di belakangnya kepala batu.
Subjek mempunyai ketergantungan maka peran ibu dominan dan adanya
keinginan dekat dengn ibu. Subjek haus akan kasih sayang dan perlindungan
karena fugsi ayah mengalami hambatan dalam melakukan peranannya.
e. Analisis Hasil Kasus Subjek 2
Dari hasil wawancara awal dapat diketahui bahwa ayah subjek
mempunyai perilaku sangat mengekang ibu subjek dan subjek. Ibu subjek tidak
menyukai adanya sikap protective tersebut, dan jika sikap tersebut di jalankan
oleh ayah subjek maka ibu subjek seringkali bertengkar dengan
suaminya.Ahkirnya kedua orang tua subjek pun bercerai
Setelah perceraian orang tuanya, subjek merasakan perasaan marah
kepada ayahnya karena subjek menganggap bahwa ayahnya tidak dapat
berperan sebagai seorang ayah yang baik. Hasil tes grafis menunjukkan behwa
fungsi ayah mengalami hambatan dalam menjalani peran .
Selain itu subjek juga mempunyai perilaku emosional dan terkadang
subjek sedikit menentang kakeknya. Hal ini dapat di tunjukkan dari hasil tes
grafis yaitu ada keinginan untuk mendominasi, menuntut, menguasai serta
menentang kekuasaan sehingga subjek ada tedensi agresivitas.
Dalam hubungan dengan lingkungan sekitar, subjek mempunyai
hubungan yamg cukup baik, subjek memiliki banyak teman bermain. Dengan
teman bermainya subjek selalu menunjukkan sikap ramah dan baik walaupun
terkadang ada salah satu teman yang ingin mengajak bertengkar subjek..Hasil
tes grafis menunjukkan bahwa subjek mempunyai adaptasi yang cukup bagus,
menyenangkan serta mudah bergaul.
Dalam hal berprestasi subjek sangat kurang, subjek tidak pernah naik
kelas sebanyak 4 kali karena subjek malas belajar dan nilai-nilai ulangan pun
banyak yang jelek, dan hasil tes garafis menunjukkan bahwa pengelolaan rasio
subjek yuang kurang, kurang cerdas serta sukar dapat mengerti dan ahkirnya
tedensi hambatan dalam belajar.
Subjek juga mempunyai hubungan yang sangat dekat dengan ibunya,
karena itu ibu seringkali memberikan sesuatu yang diperlukannya seperti
masalah uang yang digunakan untuk biaya sekolah selain ayah yang
memberikan ibunya juga membantu subjek dalam masalah biaya. Subjek
terkadang membandel dan jika ibunya memberi nasihat kepada subjek,
seringkali ia tidak pernah mendengarkan, dan terkadang subjek marah-marah.
Tes grafis menunjukkan bahwa subjek kelihatannya penurut tetapi di
belakangnya kepala batu serta mempunyai jiwa yang kaku.
Tabel I
Intensitas dampak psikologis perceraian orang tua terhadap anak subjek II
Dampak Psikologis Pada Anak
Intensitas Keterangan
Penyangkalan
Rasa Malu
+
+
Jika ada para tetangga yang menanyakan tentang ayah subjek,ia menyangkal dan hanya mengatakan bahwa ayahnya dalam keadaan baik-baik saja. Teman-teman subjek selalu menanyakan mengenai kegiatan sewaktu liburan, ia malu untuk mengatakannya, maka ia hanya mengatakan kegiatannya adalah nonton TV dan main game.
Rasa bersalah
Ketakutan
Kesedihan
Rasa Marah
Memiliki perasaan dekat dengan orang tua yang saat ini tinggal dengan subjek Dapat menikmati kehidupan yang lebih indah Lebih Mandiri
+
+++ +
+++
+++
+++
-
Perasaan salah muncul dalam diri subjek karena ia merasa bahwa dirinya juga menjadi penyebab perceraian orang tuanya Ketakutan muncul dalam diri subjek pada saat orang tua bercerai. Ketakutan tersebut muncul dengan alasan ia berpikir mengenai masalah pembiayaan sekolah dirinya dan juga adiknya Subjek merasakan kesedihan karena pada saat hari raya atau ahkir tahun karena tidak dapat berkumpul dengan orang tuanya yang sempurna seperti layaknya teman lain Perasaan marah ada dalam diri subjek, karena ayahnya yang tidak dapat menjalankan peran sebagai seorang ayah yang memberikan kasih sayang seperti layaknya seorang ayah Subjek sekarang ini menjadi lebih dekat dengan ibunya, karena ibunya yang seringkali memberikan kasih sayang. Jika subjek mempunyai masalah ia seringkali bercerita kepada ibunya Subjek sekarang ini dapat menjalani kehidupan yang lebih baik. Ia tidak lagi melihat konflik pertengkaran orang tuanya. Dalam hal ini subjek belum dapat menjadi individu mandiri, karena segala sesuatunya seperti jadwal pelajaran sekolah serta tugas yang lain masih diatur oleh ibunya.
Keterangan + : intensitas yang dialami subjek lemah
++ : intensitas yang dialami subjek sedang
+++ : intensitas yang dialami subjek kuat
Kasus subjek 3
a. Identitas subjek 3
Nama : A.A
Tempat tanggal lahir : Semarang,23 Agustus 1994
Umur : 12 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikkan : SLTP
Alamat : Semarang
Agama : Islam
Anak ke : 2
b.Hasil Observasi
Kondisi dan Ciri fisik
Subjek memiliki badan yang tidak terlalu tinggi, memiliki gigi
berkawat, tinggi badan 145 cm dan berat badan 41 kg. Subjek termasuk
orang yang suka tertawa, bergaul, dan juga cerewet. Terhadap penelitipun
subjek juga senang bersenda gurau.
Subjek suka mengenakan kaos laki-laki pada saat bermain ke rumah
temannya. Celana yang dikenakan subjek pun juga celana laki-laki, subjek
mempunyai rambut pendek serta berkulit coklat.
Kondisi Lingkungan Tempat Tinggal Subjek
Subjek saat ini tinggal di sebuah rumah yang berlokasi blok k Perumahan
genuk Indah Semarang. Rumah tempat tinggal subjek terdiri dari 6 kamar, 5
kamar digunakan untuk kos-kosan anak laki-laki, sedangkan yang 1 kamar
digunakan untuk tempat tidur subjek dan ibunya.
Kamar masing-masing memiliki ukuran 3x3 m, di ruang tengah
digunakan sebagai tempat makan dan tersedia pula 1 meja makan. Selain itu
juga terdapat televisi berwarna 20 inchi serta kipas angin.
Kamar mandi di rumah subjek terletak dibagian depan, di samping juga
terdapat rak-rak yang berisi gelas, piring, panci dan lain sebagainya. Di depan
rumah juga terdapat bak yang berisi air PAM, serta pot-pot bunga dan selain
itu juga digunakan sebagai tempat menaruh sepeda motor anak kos.
Interaksi Subjek Dengan Lingkungan Sekitar
Dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitar subjek adalah anak
yang suka bermain. Hal ini terlihat ia selalu bermain di tetangga sebelah
rumah terkadang jika bermain ia sering bertengkar dengan temannya
tersebut.
Subjek seringkali bertegur sapa dengan orang-orang di sekitarnya Ia
adalah anak yang periang, suka tertawa, bercanda. Dalam bermain dirinya
selalu membuat orang tertawa dengan gaya-gayanya yang penuh dengan
kelucuan.
Di lingkungan sekitar rumah ia banyak dikenal orang, hal ini dapat
terlihat jika ia dan ibunya pergi ke pasar banyak orang yang menyapa dan
memanggil.
Interaksi Subjek Dengan Ibu Subjek
Subjek memilki interaksi yang cukup baik dengan ibunya. Jika
bersama dengan ibunya ia seringkali memeluk dan mencium ibunya dengan
penuh kehangatan. Ibu subjek juga terlihat memanjakan subjek.
Seringkali jika subjek meminta sesuatu misalnya baju ibunya selalu
membelikannya. Jika subjek berinteraksi dengan ibunya subjek pun selalu
mengeluarkan kata-kata yang manja.
c. Hasil Wawancara
Kondisi Latar belakang
Subjek merupakan anak ke2 dari 2 bersaudara. Subjek mempunyai
kakak perempuan yang sekarang ini bekerja di Jakarta. Kakak perempuan
subjek belum menikah.
Subjek saat ini duduk di kelas 1 SLTP (Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama) Institut Indonesia. Prestasinya cukup lumayan dan ia selalu naik
kelas dalam setiap kenaikkan kelas. Nilai raport subjek pun cukup bagus
meskipun tidak mendapat rangking di kelasnya.
Sejak kecil subjek selalu bergaya seperti anak laki–laki ( tomboi) hal ini
ditujukkan dengan seringnya ia mengenakan kaos dan celana laki-laki. Tetapi
sekarang ini subjek sudah tidak seperti dulu lagi yang selalu bergaya seperti
laki-laki. Ia sekarang ini sudah mulai mau mengenakan rok-rok seperti
seorang wanita.
Masalah biaya sekolah saat ini yang menanggung sekolah adalah ibunya,
berdasar dari uang hasil kos-kosan, selain itu kakaknya pun juga ikut
membatunya.
Subjek telah mengalami perpisahan kedua orang tuanya sejak 4 tahun
yang lalu.. Kedua orang tuanya seringkali bertengkar, selain bertengkar ayah
subjek yang sudah tidak lagi memberikan uang untuk memenuhi kebutuhan
hidup. Ayah subjek sekarang ini sudah tidak memperhatikan subjek lagi ia
menganggap bahwa ayahnya telah meninggal dan ia juga tidak peduli lagi akan
keberadaan ayahnya Subjek sedikit menyangkal jika ada seseorang atau para
tetangga yang menanyakan tentang keberadaan ayahnya
Menurut pengakuan subjek, sekarang ini ia dengan ibunya sudah
merasakan adanya kondisi bebas dari pertikaian dengan ayahnya. Disisi lain
ia juga merasakan adanya sedikit kesedihan, bahwa ia harus kehilangan figur
seorang ayah. Subjek termasuk anak yang sedikit agresif dan tingkah lakunya
terkadang membandel dan ibunya terkadang cukup sulit untuk menanganinya.
Subjek memiliki sedikit perasaan takut yang disebabkan karena perceraian
orang tuanya yaitu bahwa subjek merasa dirinya sedikit tidak nyaman dalam
menghadapi perceraian ini. Ia juga merasa marah kepada ayahnya dan
beranggapan bahwa ayahnya tidak dapat menjalankan peran sebagimana
mestinya layaknya seorang ayah, dan sudah tidak lagi memperdulikan dirinya
serta memenuhi kebutuhan keluarga lagi.
Subjek mempunyai kepercayaaan diri yang baik dalam menghadapi
segala sesuatunya dan subjek tidak akan pantang menyerah, sehingga subjek
dapat menjadi individu yang mandiri.
Aktivitas Sehari –hari
Aktivitas sehari-hari dimulai dengan subjek bangun pagi pukul 05.30
setelah itu subjek mandi, dilanjutkan sarapan pagi lalu pukul 06.00 subjek
berangkat ke sekolah.
Subjek pulang sekolah pukul 13.00 lalu setelah itu subjek makan,tidur
dan setelah mandi sore subjek duduk-duduk sambil main HP, nonton TV,
dan subjek beljar pukul 19.30. Subjek selesai belajar pukul 21.30 dan pukul
22.00 subjek tidur malam.
Hubungan Subjek Dengan Saudara Yang Lain
Subjek memiliki hubungan yang cukup dekat dengan tantenya Tantenya
sekarang berada di Jakarta, dan sering datang untuk menjenguk. Tantenya
jika datang seringkali membawakan oleh-oleh untuk subjek.
Selain tante, subjek juga cukup dekat dengan seorang wanita yang
bernama Mbak Dita. Mbak Dita adalah teman subjek dimana jika ia merasa
kesepian ia selalu di temani olehnya. Bagi dirinya Mbak Dita sudah seperti
kakak kandung sendiri atau kakak kedua. Ia sering kali dibawakan oleh-oleh
seperti bantal ikan, gantungan HP dan lain sebagainya jika Mbak Dita datang
ke rumah.
Hubungan subjek dengan saudara yang lain tidak begitu dekat bahkan
saudara-saudara lain bila bertemu, lebih sering di minta tolong untuk
mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti menyapu, mengepel serta
mengerjakan perkerjaan rumah tangga lainnya.
Hubungan Subjek dengan Ibu
Subjek memiliki hubungan yang sangat dekat dengan ibunya. Ia
seringkali ikut ibunya kemanapun ibunya pergi. Bagi dirinya ibunya yang
paling berharga bagi dirinya, jika sakit maka ia yang merawat hingga ibunya
sembuh.
Subjek mengaku sangat sayang kepada ibunya, karena kasih sayang
kepada ibunya sangat dalam. Selain itu jika dirinya mempunyai masalah ia
seringkali bercerita tentang masalahnya tersebut kepada ibunya. Ia akan
merasa sangat kehilangan ibunya jika ibu meninggalkan dirinya.
Emosi yang Di alami Subjek
Perasaan subjek ketika ayah dan ibunya bertengkar karena ayahnya
yang sudah tidak lagi memberikan uang untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Ia merasakan adanya perasaan tertekan karena dirinya berada di tengah-
tengah konflik.
Setelah ayahnya memutuskan untuk bercerai dengan ibunya dan
ibunyapun menerima, subjek merasakan adanya bebas dari konflik ini,
konflik yang selama ini menjadi beban baginya. Awalnya subjek berpikir
sangat berat harus menerima perceraian orang tuanya, namun setelah berpikir
lebih panjang bahwa lebih baik ayah dan ibunya bercerai daripada mereka
hidup bersama namun hanya penuh dengan pertengkaran. Subjek terkadang
merasakan sedikit perasaan sedih karena harus kehilangan figur dari seorang
ayah.
Pada ahkirnya subjek pun dapat menerima keputusan ini, dan sekarang
ini ia hanya tinggal bersama ibunya, namun kondisinya sekarang jauh lebih
beda dibandingkan dahulu ketika ayah dan ibu subjek bersatu.
Hubungan Subjek Dengan Lingkungan Sekitar
Subjek memiliki hubungan yang cukup baik dengan lingkungan
sekitar. Ia sebenarnya merupakan orang yang tidak terlalu senang bermain
dan jika bermain hanya dengan tetangga di sebelah rumah saja.
Subjek jarang sekali bermain ke blok-blok yang lebih jauh dari
rumahnya, karena menurut subjek lebih jauh dan malas jika harus bermain
jauh-jauh. Menurut pengakuan subjek tetangga sebelah rumah sudah
menganggapnya seperti anak kandunganya sendiri.
Subjek mengaku sangat enggan jika harus berhubungan dengan
lingkungan sekitar, karena jika bermain dilingkungannya ia seringkali
ditanya oleh para tetangga tentang ayahnya, dan sedikit menyangkal dan
hanya mengatakan bahwa ayahnya baik-baik saja. Hal ini dilakukan oleh
subjek untuk menghindari gunjingan para tetangga maka dari itu subjek tidak
selalu sering berhubungan dengan lingkungan, oleh karena itu jika subjek
bertemu dengan tetangganya subjek hanya menunjukkan dengan senyuman
saja.
d. Dinamika Psikologis Hasil Dari Tes Grafis
Subjek termasuk orang yang kurang percaya diri, karena subjek pasif,
kurang adanya seni, serta tidak terbuka selain itu dalam diri subjek terdapat
keseimbangan tetapi kurang luas.
Subjek memiliki perasaan tidak pasti dalam berhubungan dengan
lingkungan karena ada hambatan dalam kontak social. Adanya hambatan
dalam kontak sosial subjek tedensi ramah dan kesopanan.
Subjek memiliki ketergantungan serta haus kasih sayang oleh karena itu
subjek lebih dekat dengan ibu, ayah subjek walaupun jauh tetapi dominan.
Dalam diri subjek terdapat keinginan untuk berkuasa dan ingin diperhatikan
karena subjek menganggap bahwa dirinya subjek merasa lebih dalam
lingkungan keluarga.
e. Analisis Hasil Kasus Subjek 3
Dari hasil wawancara awal didapatkan bahwa kedua orang tua subjek
telah bercerai dikarenakan ayah yang tidak selalu memberikan uang untuk
memenuhi kebutuhan hidup subjek dan juga ibunya. Seringkali jika keduanya
bertemu hanya konflik yang timbul dan pertengkaran. Pertengkaran seringkali
menyelimuti rumah tangga mereka dan pada ahkirnya mereka memutuskan
untuk bercerai.
Dalam bergaul dengan lingkungan sebenarnya subjek termasuk orang
yang tidak suka bermain, subjek hanya suka bermain dengan tetangga di dekat
rumah subjek, dan hasil tes grafis menunjukkan bahwa subjek memilki perasaan
tidak pasti dalam berhubungan dengan lingkungan dan hambatan dalam kontak
sosial.
Subjek termasuk orang yang kurang percaya diri dalam menghadapi
segala sesuatunya karena sebenarnya subjek memiliki keseimbangan tetapi
kurang luas, serta subjek kurang menyukai seni. Subjek sering menceritakan
persoalan yang subjek hadapi kepada ibunya karena subjek merasa dekat
dengan ibunya. subjek sebenarnya sangat menyayangi ibunya daripada
ayahnya. Hasil tes grafis menunjukkan bahwa subjek memiliki ketergantungan
dan haus akan kasih sayang.
Tabel 3 Intensitas Dampak Psikologis Perceraian Orang tua Pada Anak
Subjek 3
Dampak Psikologis Pada Anak
Intensitas Keterangan
Penyangkalan
Rasa Malu
Rasa bersalah
Ketakutan
Kesedihan
Rasa Marah
+
+
-
+ +
+++
Terhadap pertanyaan para tetangga yang menanyakan tentang ayahnya, subjek menyangkal dan mengatakan bahwa ayahnya dalam keadaan baik-baik saja. Subjek merasa malu dengan keadaan subjek yang sebenarnya, maka dari itu ia tidak selalu bermain di dekat lingkungannya. . Subjek tidak merasakan adanya perasaan bersalah bahwa dirinya menjadi penyebab perceraian orang tuanya Subjek memiliki perasaan takut karena merasakan perasaan tidak nyaman dalam menghadapi perceraian ini Subjek merasakan adanya perasaan sedih karena ia merasakan kehilangan figur dari orang tua yaitu seorang ayah. Subjek merasakan adanya perasaan marah karena ia merasa bahwa ayahnya sudah tidak dapat mnenjalankan peran dan sudah tidak memperdulikan anaknya lagi
Memiliki perasaan dekat dengan orang tua yang saat ini tinggal dengan subjek Dapat menikmati kehidupan yang lebih indah Lebih Mandiri
+++
+++
+++
Subjek sangat dekat dengan ibunya, karena selama ini ibu yang memberikan kasih sayang yang dibutuhkannya . Ia juga sering menceritakan permasalahan yang dihadapi pada ibunya Subjek sekarang ini dapat menjalani kehidupan yang lebih baik karena subjek terbebas dari tekanan atau konflik yang selama ini dialami oleh subjek. Subjek menjadi individu yang mandiri dan tidak penuh ketergantungan terhadap orang tua dalam mengerjakan segala sesuatu dan tidak pernah menyerah misalnya belajar dalam mempersiapkan pelajaran di sekolah
Keterangan + : intensitas yang dialami subjek lemah
++ : intensitas yang dialami subjek sedang
+++ : intensitas yang dialami subjek kuat
Kasus Subjek 4
a. Identitas Subjek 4
Nama : S
Tempat Tanggal Lahir : 12 September 1994
Umur : 12 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikkan : SLTP
Alamat : Semarang
Agama : Islam
Anak ke : 1
b. Hasil Observasi
Kondisi Dan Ciri Fisik
Subjek mempunyai kulit coklat, rambut keriting, tinggi 154 dan berat
39 kg. Subjek memiliki proporsi tubuh yang sedang dan tidak terlalu tinggi.
Di dalam rumah suka mengenakan kaos-kaos bergambar kartun dan suka
mengenakan rok pendek dan suka sekali dengan kunciran rambut di
belakang.
Subjek walaupun terlihat pendiam namun subjek tetap terbuka dan
ramah kepada peneliti, artinya kepada peneliti subjek mau
mengungkapakan segala sesuatunya yang dibutuhkan oleh peneliti dalam
penelitian ini.
Kondisi Lingkungan Tempat Tinggal Subjek
Subjek saat ini tinggal di Jl Ngablak Indah RT 03, RW 01 di
Perumahan genuk Indah Semarang. Rumah tempat tinggal subjek trlihat
sangat rapi, lantai di rumah sudah berkeramik putih kotak, meja kursipun
juga ada dan ruang tamupun terlihat rapi. Dinding rumah juga dipasang
dengan berbagai macam lukisan, dan juga foto-foto subjek semasa kecil.
Rumah tempat tinggal subjek terdiri dari 3 kamar tidur, kamar masing-
masing memiliki ukuran 2,5 m. Kamar tempat tidur subjek terletak di
belakang dan di samping terdapat pula dapur tempat memasak dan juga
terdapat televisi berwarna 20 inchi serta perabotan lain seperti kulkas.
Interaksi Subjek Dengan Lingkungan Sekitar
Subjek memiliki interaksi yang baik di sekitar lingkungannya.
Subjek memiliki banyak teman bermain, hal ini terlihat banyak temannya
yang belajar bersama dengan subjek Pada saat bertemu dengan peneliti
subjek terlihat sedang belajar bersama dengan temanya.
Selain belajar bersama subjek biasanya pergi bersama dengan
temannya misalnya pergi ke mini markertuntuk membeli sesuatu. Dengan
tetangga di sekitarnya ia cukup ramah dan seringkali bertegur sapa dengan
para tetangganya pada saat berangkat ke sekolah atau pergi ke manapun.
Teman-teman subjek juga sering menjemput dirinya pada saat akan
berangkat ke sekolah, dan jika pulangpun demikian ia selalu bersama degan
teman-temannya. Jarak rumah subjek dengan rumah temannya tidak jauh,
jaraknya pun cukup dekat dengan rumah.
Interaksi Dengan Ibu
Subjek memiliki interaksi yang cukup baik dengan ibunya hal ini
terlihat dirinya seringkali membantu ibunya jika ibunya berjualan yaitu
membuka warung makan seperti warteg yang terletak di BCA LIK.
Subjek jika berangkat ke sekolah selalu berpamitan dengan ibunya,
kemudian ibunya memberikan uang jajan kepada subjek dan setelah itu
subjek lagsung berangkat ke sekolah.
c. Hasil Wawancara
Kondisi Latar Belakang
Subjek merupakan anak 1 dari 2 bersaudara. Subjek sekarang ini
bersekolah di SLTP ( Sekolah Lanjutan tingkat Pertama) Mardisiswa 2 dan
duduk di kelas 1. Dalam bersekolah ia mempunyai prestasi yang cukup
bagus dan dalam setiap kenaikkan kelas dirinya selalu naik kelas. Subjek
adalah anak yang selalu rajin belajar dan membuat PR jika pulang dari
sekolah.
Ibu subjek bekerja sebagai penjual nasi, yang setiap harinya membuka
warung usahanya di dekat BCA LIK dan pembelinya adalah karyawan
kantor. Ibu subjek sudah 10 tahun berjualan, dan warung tempat ibu subjek
berjualan cukup ramai.
Orang tua subjek telah bercerai kurang lebih selama 2 tahun yang
lalu. Orang tua subjek bercerai dengan alasan karena ayahnya yang
berselingkuh kepada wanita lain, yaitu seorang wanita yang lebih kaya
daripada istrinya.
Setiap kali ayahnya pulang, ayah dan ibu subjek selalu bertengkar,
karena mereka sering bertengkar pada ahkirnya ayahnya memutuskan untuk
tidak pulang ke rumah, dan karena sering tidak pulang ke rumah ahkirnya
ayahnya memutuskan untuk bercerai. Subjek sedikit merasakan kesedihan
pada saat melihat kedua orang tuanya bercerai, karena ayahnya yang sudah
tidak memperdulikan dirinya lagi.
Ayah subjek tidak selalu memberikan gajinya kepada istrinya , bahkan
masalah biaya sekolah ayah subjek pun tidak mau mengetahuinya. Ayahnya
lebih mementingkan wanita selingkuhannya tersebut dibanding keluarganya
sendiri. Subjek sedikit merasa malu dengan teman-temannya karena jika
berkumpul dengan teman-temannya terkadang ada teman subjek yang selalu
menanyakan ayahnya dan subjek menjawab bahwa ayahnya sedang pergi ke
luar kota. Selain perasaan malu subjek juga mempunyai perasaan marah
yaitu subjek seringkali merasa marah karena ayah subjek tidak dapat
menjalankan peran dengan baik. Selain perasaan marah subjek juga
merasakan sedikit perasaan takut,jika ibunya sekarang ini yang bekerja untuk
memenuhi kehidupan keluarga tiba-tiba tidak dapat lagi bekerja untuk
memenuhi kehidupan keluarga.
Subjek ketika ayah dan ibunya bercerai, hal yang dirasakan adalah
kehidupan sekarang ini lebih dapat dirasakan dibandingkan dahulu pada saat
ayah dan ibunya belum bercerai. Kadang-kadang ia juga merasakan adanya
perasaan sedikit rindu terhadap ayahnya. Subjek lebih dapat mandiri dan
tidak tergantung pada orang lain dalam mengurus segala sesuatunya
misalnya dalam mengurus pekerjaan rumah tangga, dan mengurus adik-
adiknya karena subjek mempunyai kepercayaan diri yang baik.
Aktivitas Sehari hari Aktivitas subjek dimulai ketika subjek bagun pagi kira-kira pukul
05.30 pagi . Subjek setelah itu langsung mandi, ganti baju dan setelah itu
subjek berangkat ke sekolah. Subjek pulang sekolah kira-kira pukul 13.30
dan setelah itu subjek makan siang, lalu tidur dan setelah bagun tidur sore
subjek mandi. Aktivitas setelah mandi sore yaitu subjek membuat PR dan
setelah itu nonton TV dan pukul 22.00 subjek tidur malam.
Hubungan Subjek Dengan ibu
Subjek memiliki hubungan yang sangat dekat dengan ibunya. Setiap
hari ibu subjek selalu memperhatikan subjek., Jika akan berangkat ke sekolah
ibunya selalu mempersiapkan sarapan pagi untuk dirinya, setelah itu ia
berangkat ke sekolah.
Subjek jika ada masalah ia selalu bercerita kepada ibunya meskipun
kadang-kadang merasa takut, untuk menceritakan masalahnya kepada
ibunya. Ibunya selalu membantu dan memberikan solusi terbaik agar ia tidak
kesulitan dalam menghadapi setiap persoalan.
Emosi Yang Dialami Subjek
Perasaan subjek ketika ayah dan ibunya bercerai yaitu adanya sedikit
perasaan sedih dalam dirinya. Perasaan ini ada dalam hati subjek, yaitu
sebenarnya ia tidak menginginkan perceraian ini, namun kenyataan
menunjukkan bahwa ayah dan ibunya tidak bisa bersatu, ahkirnya subjek
dapat menerima perceraian ini.
Setelah perceraian ini subjek yang hanya tinggal dengan ibunya saja,
merasakan adanya perasaan rindu terhadap ayah subjek, namun perasaan
kangen tersebut tidak dapat terpenuhi ahkirnya subjek hanya berdiam diri
saja.
Hubungan Subjek Dengan Keluarga Lain
Subjek memiliki hubungan cukup dekat dengan bibi, yaitu adik dari
ibu. Menurut pengakuannya bibi adalah orang yang dekat dengan dirinya
karena jika mengalami kesulitan, bibi subjek selalu membantu dalam
mengatasi persoalan.
Bibi subjek sering memperhatikan kebutuhan-kebutuhan subjek
misalnya kebutuhan-kebutuhan sekolah. Bibi subjek telah menikah dan telah
mempunyai anak 1 tetapi bibi telah menganggap dirinya seperti anak
kandungnya sendiri,oleh karena itu ia derkat dengan bibi.
Hubungan Subjek Dengan Lingkungan Sekitar
Subjek memilki hubungan yang cukup baik dengan lingkungan sekitar
rumahnya, ia memiliki teman bermain yang cukup banyak. Subjek sering
bermain ke rumah teman–temannya dan juga sebaliknya teman-teman sering
bermain ke rumah.
. Para tetangga terkadang ada yang menanyakan keadaan ayahnya dan
ia sedikit menyangkal hanya menjawab bahwa ayahnya dalam keadaan baik-
baik saja.
d. Dinamika Psikologis Hasil Dari Tes Grafis
Dalam diri subjek terdapt perasaan takut maka dari itu subjek
menyendiri dalam pergaulan, ragu-ragu dan tidak berani. Hal ini
menyebabkan tidak terbuka dan cenderung menutup diri dan subjek kurang
dapat menyesuaikan diri sehingga memiliki perasaan tidak pasti dalam
berhubungan dengan lingkungan. Subjek memiliki usaha yang kuat yaitu
usaha ingin memperbaiki hubungan sosial yang merasa kurang pasti dan
mantap.
Subjek memiliki kesopanan maka dari itu ia ramah dan fleksibel. Dalam
diri subjek sebenarnya memiliki sifat egosentris, maka subjek yang
kelihatannya penurut tapi di belakangnya kepala batu.
Dalam diri subjek ada kebutuhan terhadap perhatian dan kasih sayang
maka peran ibu dominan. Fungsi ayah mengalami hambtan dalam melakukan
peranannya maka subjek menginginkan keluar dari lingkungan keluarga.
e. Analisis Kasus Subjek 4
Dari wawancara awal didapatkan bahwa orang tua subjek telah memilih
jalan perceraian karena ayahnya yang telah berselingkuh dengan seorang
wanita yang lebih kaya daripada ibu istrinya. Ayah subjek yang sudah tidak
pernah pulang ke rumah dan ayahnya sudah tidak lagi memenuhi tanggung
jawabnya lagi sebagai kepala rumah tangga.
Subjek sebenarnya tidak menginginkan adanya perceraian ini karena
subjek sangat menyayangi kedua orang tuanya,namun kenyataan
menunjukkan bahwa kedua orang tuanya sudah tidak dapat bersatu dan harus
bercerai dan ia ahkirnya dapat menerimanya.
Subjek dalam berhubungan dengan lingkungan sekitar, memiliki
hubungan yang cukup baik, ramah. Namun jika para tetangga di dekat rumah
subjek menanyakan tentang ayah subjek, ia sedikit menyangkal bahwa ayahnya
dalam keadaan baik-baik saja. Hasil tes grafis menunjukkan bahwa subjek
cenderung menutup diri, tidak terbuka, ragu-ragu. Subjek mempunyai banyak
teman di lingkungan sekitar dan jika teman subjek ingin mengajak bertengkar
subjek maka subjek berusaha untuk mengalah.Tes grafis menunjukkan bahwa
subjek mempunyai kesopanan dan fleksibel.
Subjek saat ini hanya tinggal bersama ibunya, terkadang merasakan
adanya sedikit perasaan sedih karena merasa rindu dengan ayahnya. Hasil tes
grafis menunjukkan bahwa dalam diri subjek terdapat adanya kebutuhan akan
kasih sayang.
Ayah subjek yang sekarang ini tidak lagi memperhatikan dirinya san
ibunya. Ayahnya lebih memilih wanita selingkuhannya daripada keluarganya.
Masalah biaya sekolah ayah subjek sudah tidak lagi memberikannya dan
masalah biaya sekarang ini yang menanggung adalah ibu dari hasil penjualan
nasi warteg. Hasil tes grafis menunjukkan bahwa fungsi ayah mengalami
hambatan dalam menjalankan peran.
Tabel 4
Intensitas Dampak Psikologis Perceraian Orang Tua Pada Anak Subjek 4
Dampak Psikologis Pada Anak
Intensitas Keterangan
Penyangkalan
Rasa Malu
Rasa bersalah
Ketakutan
+
+
+
+
Setiap kali para tetangga menanyakan keadaan ayah kepada subjek ia menyangkal dan menjawab bahwa ayahnya baik-baik saja. .
Subjek merasa malu dengan teman-temannya pada saat berkumpul. Terkadang ada teman yang menanyakan ayahnya dan ia hanya mengatakan bahwa ayahnya sedang pergi ke luar kota Subjek juga merasakan adanya perasaan bersalah karena ia merasa bahwa dirinya menjadi penyebab perceraian orang tua Subjek merasa takut karena ibu yang selama ini bekerja untuk menopang kebutuhan keluarga tiba-tiba tidak dapat lagi bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup Subjek merasakan adanya perasaan sedih karena ayah subjek yang sudah tidak lagi memperdulikan subjek dan
Kesedihan
Rasa Marah
Memiliki perasaan dekat dengan orang tua yang saat ini tinggal dengan subjek Dapat menikmati kehidupan yang lebih indah
Lebih Mandiri Perasaan Rindu
+
+++
+++
+++
+++
+++
ibunya lagi Perasaan marah muncul dalam diri subjek karena ayah yang tidak dapat menjalankan peran sebagimana mestinya seorang ayah Subjek sekarang ini menjadi lebih dekat dengan ibunya, karena ibunya yang selama ini selalu memberikan dukungan dan kasih sayang kepada subjek Subjek sekarang ini dapat menikmati kehidupan yang lebih baik meskipun subjek hanya tinggal dengan ibunya saja dibanding dahulu ketika ayah dan ibunya belum berpisah Subjek dalam hal ini menjadi individu yang mandiri dan tidak selalu tergantung pada orang tua misalanya dalam mengurus pekerjaan rumah tangga serta mengurus adik-adiknya sewaktu ibu subjek bekerja membuka warung makannya Subjek merasakan perasaan rindu kepada ayahnya, dan karena perasaan tersebut tidak terpenuhi maka ia hanya berdiam diri saja
Keterangan + : intensitas yang dialmi subjek lemah
++ : intensitas yang dialami subjek sedang
+++ : intensitas yang dialami subjek kuat
BAB V
PEMBAHASAN UMUM
A. Intensitas Dampak Psikologis Perceraian Orang Tua pada Anak
Teori dampak Psikologis Perceraian Orang tua pada anak oleh Colle (
2004, h. 4-6) menyebutkan adanya dampak yang di sebabkan oleh perceraian
orang tua yaitu penyangkalan, rasa malu, rasa bersalah, ketakutan, kesedihan,
rasa marah. Selain itu anak juga lebih mandiri, memiliki perasaan dengan
orang yang saat ini tinggal dengan anak ( ayah atau ibu) serta dapat
menikmati kehidupan yang lebih indah.
Kenyataannya dampak tersebut memiliki pengaruh pada anak
sehubungan dengan perceraian orang tua, pengaruh tersebut antara lain:
1. Penyangkalan
Subjek I, II, III dan IV mempunyai perilaku menyangkal terhadap
perceraian yang dilakukan orang tua mereka. Mereka menyangkal terthadap
apa yang sebenarnya terjadi pada diri mereka dan orang tua mereka. Keempat
subjek menyangkal jika para tetangga atau orang lain menanyakan keadaan
orang tua mereka.
2. Rasa Malu
Rasa malu juga nampak pada keempat subjek. Mereka merasakan rasa
malu terhadap apa yang terjadi pada mereka karena jika keempat subjek
vberkumpul dengan teman-temannya terkadang ada salah satu temannya
yang menanyakan ayah atau ibu mereka. Mereka untuk menghindari rasa
malu subjek hanya mengatakan bahwa ayah dan ibunya baik-baik saja.
3. Rasa Bersalah
Rasa bersalah timbul dalam diri ketiga subjek, karena mereka merasa
bahwa merekalah yang menjadi penyebab percweraian orang tuanya.
Tetapi ada satu subjek yang tidak merasakan bahwa dirinya menjadi
penyebab perceraian orang tuanya.
4. Ketakutan
Perasaan takut juga timbul dalam diri keempat subjek. Subjek I
merasa ketakutan karena merasa kehilangan sosok dari seorang ibu,
sedangkan subjek II ia berpikir mengenai pembiayaan sekolah dirinya serta
adik-adiknya, subjek III ia merasa tidak nyaman dalam menghadapi
perceraian ini serta subjek IV ia takut jika ibunya sudah tidak dapat lagi
menopang kebutuhan keluarga lagi
5. Kesedihan
Kesedihan juga terjadi pada keempat subjek yaitu mereka sedih karena
perceraian orang tuanya dan harus kehilangan salah satu dari orang tua
mereka
6. Rasa Marah
Rasa marah juga nampak pada diri keempat subjek , pada subjek II dan
IV mereka merasakan rasa marah yang kuat karena ayah mereka yang tidak
dapat berperan sebagaimana layaknya seorang ayah.
7. Memiliki perasaan dekat dengan orang tua yang saat ini tinggal dengan
subjek
Perasaan ini nampak dalam kehidupan keempat subjek karena setelah
perceraian orang tuanya ia merasakan perasaan lebih dekat dengan ayah atau
ibu mereka.
8. Lebih Mandiri
Subjek I, II, III dan IV setelah perceraian orang tua mereka lebih dapat
mandiri dalam mengurus segala sesuatunya misalnya membantu orang tua
mereka serta mengurus adik-adiknya. Berbeda dengan subjek ke II ia belum
dapat menjadi individu yang mandiri karena segala sesuatunya masih diatur
oleh ibunya
9. Dapat menikmati kehidupan yang lebih indah
Anak setelah perceraian orang tua mereka terbebas dari konflik, dan
mereka dapat menikmati hidup yang lebih indah hal ini dirasakan oleh
keempat subjek
B.Gambar Intensitas Dampak Psikologis Perceraian Orang Tua Pada
Anak ( Subjek 1,2,3,4)
Dampak
Psikologis
S1 S2 S3 S4
Perasaan rindu - - - +++
Rasa bersalah + + - +
Rasa malu + + + +
Penyangkalan + + + +
Ketakutan + +++ + +
Rasa marah + +++ + +++
Memiliki perasaan dekat dengan orang yang saat ini
tinggal dengan subjek
+++ +++ +++ +++
Dapat menikmati hidup yang lebih
baik
+++ +++ +++ +++
Lebih mandiri +++ - +++ +++
C. Dinamika Psikologis Dampak Psikologis Perceraian Orang Tua Pada
Anak ( Subjek 1,2,3,4)
Subjek yang memiliki orang tua bercerai dan orang tua juga tidak
memikirkan dampak yang akan terjadi tentunya akan membawa dampak
psikologis pada anak. Hal ini akan mempengaruhi proses perkembangan
anak, anak ynag tidak menginginkan perceraian ini namun kenyataan harus
menerima bahwa orang tua mereka harus bercerai.
Pada saat lingkungan sosial banyak membicarakan mengenai masalah
yang terjadi pada anak karena orang tuanya bercerai membuat anak merasa
enggan jika harus berhubungan dengan lingkungan. Anak juga merasa malu,
takut, bersalah, bersedih, marah, menyangkal. Perasaan – perasaan tersebut
yang mempengaruhi anak ketika orang tua bercerai sehingga hal itu menjadi
dampak psikologis perceraian orang tua pada anak.
Bagan Dampak Psikologis Perceraian Orang Tua Pada Anak
Orang Tua Bercerai
Anak yang sedang membangun sikap sehat mengenai diri sendiri sebagai mahkluk yang
sedang tumbuh
J H G
F E D C B A
Keterangan
A: Penyangkalan
B: Rasa malu
C: Rasa bersalah
D: Ketakutan
E: Kasedihan
F: Rasa Marah
H: Memiliki perasaan dekat dengan orang tua yang saat ini tinggal dengan
anak
I: Dapat menikmati kehidupan sekarang yang lebih indah
J: Lebih mandiri
D. Pembahasan
Perceraian yang dilakukan oleh orang tua tidak hanya menimbulkan
dampak negatif seperti yang telah dikemukakan oleh Colle akan tetapi hal ini
ada dampak - dampak lain yang di akibatkan karena perceraian orang tua yang
belum tertuang dalam teori dalam hal ini ialah dampak positif
1. Anak dapat menikmati kehidupan yang lebih baik
Perceraian yang dilakukan oleh orang tua ternyata anak merasa bebas
dari konflik yang selama ini di hadapi oleh subjek
2. Anak lebih mandiri
Anak dalam hal ini dapat menjadi lebih mandiri khususnya dalam
membantu orang tua menyelesaikan tugas rumah
3. Anak dapat memilik perasaan dekat dengan orang yang saat ini tinggal
dengan anak ( ayah atau ibu )
Anak menjadi lebih dekat dengan salah satu orang tua ayah atau ibu
yang tinggal bersama dengan anak, dalam hal ini anak dapat sharing dengan
ayah atau ibu mereka.
BAB VI
Penutup
A. Kesimpulan Fenomena dampak perceraian orang tua terhadap anak dapat pula terjadi pada
setiap pasangan. Konflik pada setiap pasangan sering kita jumpai dan hal ini pada
ahkirnya berujung pada proses perceraian. Proses perceraian yang dilakukan oleh
pasangan tentunya hal ini akan berdampak pada anak. Orang tua yang seharusnya
memberikan kasih sayang , tempat berlindung dan merupakan orang terdekat anak.
Dampak perceraian yang berpengaruh pada anak dan anak dapat berubah seiring
dengan perceraian orang tua yaitu penyangkalan, rasa marah, rasa takut, kesedihan,
rasa malu selain dampak negatif di atas anak juga lebih mandiri, merasakan
kehidupan yang lebih indah
B. Saran
- Pada penelitian ini dapat disarankan kepada orang tua agar dapat
mengambil jalan yeng terbaik didalam menyelesaikan kemelut rumah
tangganya karena anak membutuhkan rasa aman dan untuk menciptakan
rasa aman diharapkan orang tua tidak menciptakan konflik.
- Bagi orang tua yang bercerai diharapkan tidak berkecil hati karena anak
dapat lebih mandiri, misalnya anak membantu orang tua yang bekerja
untuk memenuhi kebutuhan hidup dengan cara anak ikut membantu orang
tua dalam mengurus rumah tangga, bertanggung jawab terhadap diri
sendiri.
Pedoman Wawancara
Untuk anak yang berusia 9 – 14 tahun dengan Dampak Psikologis
Perceraian Orang Tua Pada Anak. Pedoman wawancara meliputi antara
lain:
1. Latar belakang masa kecil
2. Hubungan dengan Ayah atau Ibu
3. Hubungan dengan Saudara lain
4. Hubungan dengan Lingkungan sekitar
5. Pemicu terjadinya perceraian
6. Kegiatan sehari-hari subjek
7. Perasaan subjek tinggal di lingkungan sekarang
8. Dampak yang muncul sehubungan dengan perceraian orang tua
92