web viewtransportasi sebagai salah satu sarana penunjang dalam pembangunan ... untuk mencapai tujuan...

26
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan Jalan merupakan salah satu prasarana perhubungan darat yang mempunyai peranan penting bagi pertumbuhan perekonomian ,sosial budaya, pengembangan wilayah pariwisata, dan pertahanan keamanan untuk menunjang pembangunan nasional sebagaimana tercantum dalam undang - undang no. 13 tahun 1980 dan didalam peraturan pemerintah no. 26 tahun 1985. Transportasi sebagai salah satu sarana penunjang dalam pembangunan suatu negara khususnya daerah riau yang sedang berkembang dan sangat potensial dengan kekayaan sumber daya alam, industri, pertanian/perkebunan dan minyak bumi. Dalam hal ini sarana dan prasarana transportasi adalah salah satu faktor yang utama. Untuk itu diperlukan pembangunan jaringan jalan yang memadai agar mampu memberikan pelayanan yang optimal sesuai dengan kapasitas yang diperlukan. Selain perencanaan geometrik jalan, perkerasan jalan merupakan bagian dari perencanaan jalan yang harus direncanakan secara efektif dan efisien. Konstruksi perkerasan lentur adalah perkerasan yang pada umumnya menggunakan bahan camuran beraspal sebagai lapisan permukaan serta bahan berbutir sebagai lapisan dibawahnya. Konstruksi lapisan perkerasn ini akan melindungi jalan dari kerusakan akibat air dan beban lalu lintas. Perhitungan perkerasan jalan secara umum meliputi tebal dan lebar perkerasan. Perhitungan tebal lapisan perkerasan dapat

Upload: vuongtruc

Post on 30-Jan-2018

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Web viewTransportasi sebagai salah satu sarana penunjang dalam pembangunan ... Untuk mencapai tujuan dan manfaat ... yang mempunyai standar tinggisesuai dengan fungsi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Pendahuluan

Jalan merupakan salah satu prasarana perhubungan darat yang mempunyai peranan

penting bagi pertumbuhan perekonomian ,sosial budaya, pengembangan wilayah pariwisata, dan

pertahanan keamanan untuk menunjang pembangunan nasional sebagaimana tercantum dalam

undang - undang no. 13 tahun 1980 dan didalam peraturan pemerintah no. 26 tahun 1985.

Transportasi sebagai salah satu sarana penunjang dalam pembangunan suatu negara

khususnya daerah riau yang sedang berkembang dan sangat potensial dengan kekayaan sumber

daya alam, industri, pertanian/perkebunan dan minyak bumi. Dalam hal ini sarana dan prasarana

transportasi adalah salah satu faktor yang utama. Untuk itu diperlukan pembangunan jaringan

jalan yang memadai agar mampu memberikan pelayanan yang optimal sesuai dengan kapasitas

yang diperlukan.

Selain perencanaan geometrik jalan, perkerasan jalan merupakan bagian dari perencanaan

jalan yang harus direncanakan secara efektif dan efisien. Konstruksi perkerasan lentur adalah

perkerasan yang pada umumnya menggunakan bahan camuran beraspal sebagai lapisan

permukaan serta bahan berbutir sebagai lapisan dibawahnya. Konstruksi lapisan perkerasn ini

akan melindungi jalan dari kerusakan akibat air dan beban lalu lintas.

Perhitungan perkerasan jalan secara umum meliputi tebal dan lebar perkerasan.

Perhitungan tebal lapisan perkerasan dapat dibedakan menjadi perkerasan kaku (Rigid

Pavement) dan perkerasan lentur (Flexible Pavement). Tebal lapisan perkerasan tersebut dapat

dihitung dengan berbagai cara (Sukirrman. S, 1999), antara lain :

Metode Bina Marga, Indonesia

Metode AASHTO, Amerika serikat

Metode Japan Assc, Jepang

Metode NAASRA, Australia

Metode Road Note, Inggris

Oleh karena banyaknya metode yang ada, maka peneliti mencoba untuk membuat suatu

perbandingan perhitungan tebal lapisan perkerasan pada ruas jalan Duri - Dumai dengan

menggunakan dua metode, yaitu Metode Bina Marga dan Metode AASHTO-86.

1.2              Rumusan masalah

Page 2: Web viewTransportasi sebagai salah satu sarana penunjang dalam pembangunan ... Untuk mencapai tujuan dan manfaat ... yang mempunyai standar tinggisesuai dengan fungsi

1. Berapakah tebal perkerasan lentur ( Flexible Pavement ) dengan Metode Bina Marga dan Metode

AASHTO-86 pada peningkatan Jalan Duri-Dumai?

2. Bagaimanakah hasil perhitungan untuk mendapatkan tebal perkerasan yang efisien dan

ekonomis?

3. Berapakah lebar perkerasan yang dibutuhkan sesuai dengan volume lalu lintas?

1.3 Tujuan Penelitian

Ada pun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui tebal perkerasan lentur ( Flexible Pavement ) dengan metode Bina Marga dan

metode AASTHO-86 pada peningkatan jalan Duri – Dumai

2. Menentukan hasil perhitungan untuk mendapatkan tebal perkerasan yang efisien dan ekonomis?

3. Menghitung lebar perkerasan yang dibutuhkan sesuai dengan volume lalu lintas?

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah :

1.                 Dapat dijadikan bahan referensi dalam analisa perhitungan tebal perkerasan pada proyek sipil

umumnya dan proyek jalan khususnya.

2.                 Untuk mengetahui betapa pentingnya pemilihan metode yang tepat dalam penanganan pekerjaan

pekerasan jalan.

3.                 Bagi peneliti sebagai ilmu pengetahuan, pengalaman dan menambah wawasan mengenai

pengaruh pemilihan metode perkerasan jalan.

4.                 Bagi rekan–rekan mahasiswa dapat dijadikan sebagai referensi tambahan dalam menyusun tugas

akhir dan bahan kuliah yang berhubungan dengan manajemen konstruksi dan perencanaan tebal

perkerasan.

1.5 Batasan Masalah

Untuk mencapai tujuan dan manfaat penulisan ini, penulis membatasi permasalahan pada

perencanaan tebal dan lebar lapisan perkerasan lentur jalan raya yang menggunakan metode

AASHTO-93 dan Metode Bina Marga, berdasarkan data-data yang diperoleh dari bagian proyek

peningkatan jalan Sejajar Kalimalang, Kota Bekasi JAwa Barat.

1.6. Lokasi kegiatan perencanaan

Page 3: Web viewTransportasi sebagai salah satu sarana penunjang dalam pembangunan ... Untuk mencapai tujuan dan manfaat ... yang mempunyai standar tinggisesuai dengan fungsi

Dapat dilihat pada gambar berikut

BAB II

STUDI PUSTAKA

2.1 umum

Dalam perkembangan teknologi yang begitu pesat di indonesia dewasa ini banyak di

bangun proyek yang berhubungan dengan teknologi tinggi. Pada dasarnya hal in dapat dicapai

apabila pelaksanaan proyek tersebut didasari dengan perencanaan yang matang dan dapat

dipertanggungjawabkan.

Pada perencanaan jalan raya, tebal perkerasan harus ditentukan sedemikian rupa sehingga

jalan tersebut dapat memberikan pelayanan seoptimal mungkin terhadap lalu lintas sesuai dengan

umur rencananya. Tujuan akhir dari perencanaan ini adalah terwujudnya konstruksi jalan yang

mempunyai standar tinggisesuai dengan fungsi jalan dan peranannya.

Perencanaan konstruksi jalan khususnya konstruksi perkerasan memiliki beberapa aspek

yang harus diperhatikan dalam perencanaan dan pelaksanaanya, antara lain :

Faktor lalu lintas

Umur rencana jalan

Faktor lingkungan (keadaan fisik dan topografi)

Material yang tersedia dan ekonmis penggunaannya

2.2 faktor lalu lintas

Faktor lalu lintas merupakan landasan dalam perencanaan geometrik (geometric

design) dan perencanaan perkerasan (pavement design) yang meliputi volume lalu

lintas,kecepatan rencana dan komposisi lalu lintas.

Page 4: Web viewTransportasi sebagai salah satu sarana penunjang dalam pembangunan ... Untuk mencapai tujuan dan manfaat ... yang mempunyai standar tinggisesuai dengan fungsi

Untuk dapat melayani lalu lintas yang melewatinya pada tingkat pelayanan yang

memadai diperlukan suatu analisa lalu lintas, (sukirman.s,1999) berdasarkan :

a. hasil perhitunganvolume lalu lintas dan komposisi beban sumbu berdasarkan data terakhir (2

tahun) dari pos-pos resmi setempat.

b. kemungkinan pengembangan lalu lintas sesuai dengan kondisi dan potensi sosial ekonmi

daerah yang bersangkutan terhadap jalan yang direncanakan.

2.2.1. Volume lalu lintas

Juumlah lalu lintas yang memakai jalan dinyatakan dalam volume lalu lintas. Volume

lalu lintas didefinisikan sebagai jumlah kendaraan yang melewati satu titik pengamatan selama

satu satuan waktu.

Untuk perencanaan tebal perkerasan, volume lalu lintas dinyatakan dalam

kendaraan/hari/2 arah untuk jalan dua arah tidak terpisah dan kendaraan/hari/1 arah untuk jalan

satu arah atau 2 arah terpisah(sukirman S.1999).

Pada umumnya lalu lintas pada jalan raya terdiri dari campuran kendaraan cepat,

kendaraan lambat, kendaraan berat, kendaraan ringan dan kendaraan tidak bermuatan (teknik

jalan raya, 1986).pengaruh dari setiap jenis kendaraan tersebut diperhitungkan kedalam satuan

mobil penumpang (SMP). Untuk menilai setiap kendaraan kedalam satuan mobil penumpang

(SMP) bagi jalan-jalan di daerah datar digunakan faktor ekivalaen sebagai berikut :

Untuk daerah perbukitan dan pegunungan, koefisien kendaraan bermotor dapat

dinaikkan. Sedangkan kendaraan tak bermuatan tidak perlu diperhitungkan.

Volume lalu lintas yang dinyatakan dalam satuan mobil penumpang (SMP) menunjjukan

jumlah lalu lintas harian rata-rata(LHR) untuk kedua jurusan (teknik jalan raya 1986).

Menurut direktorat jenderal Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum bahwa jalan

dibagi dalam kelas-kelas yang penetapannya didasarkan pada fungsi yaang dipertimbangkan

pada besarnya volume serta sifat-sifat lalu lintas yang diharapkan menggunakan jalan tersebut.

Tabel 2.2. Klasifikas Jalan

Page 5: Web viewTransportasi sebagai salah satu sarana penunjang dalam pembangunan ... Untuk mencapai tujuan dan manfaat ... yang mempunyai standar tinggisesuai dengan fungsi

Dalam menghitung besarnya volume lalu lintas untuk keperluan penetapan kelas jalan

yang tergolong dalam kelas II c dan kelas III ,kendaraan yang tidak brmuatan tidak

diperhitungkan dan untuk jalan-jalan kelas II A dan kelas I, kendaraan lambat tidak

diperhitungkan.

2.2.2. Kecepatan rencana

Kecepatan rencana adalah kecepatan yang dipilih untuk merencanakan dan mengkorelasikan

bentuk-bentuk setiap bagian jalan raya seperti tikungan, kemiringan jalan dan jarak pandang

dimana kenyamanan dan keamanan jalan diperlukan (Teknik Jalan Raya,1986).

Menurut direktorat Jenderal Bina Marga departemen Pekerjaan Umum, bentuk suatu

kecepatan rencana pada suatu lintasan jalan raya harus mempertimbangkan hal sebagai berikut :

1.sifat kendaraan dan pengemudi

2.topografi dan sifat-sifat fisik jalan

3.cuaca atau iklim

4.nilai ekonomi

Untuk jalan-jalan luar kota kecepatan rencana jauh lebih besar dibandingkan kecepatan

dalam kota, hal ini dipengaruhi oleh jarak tempuh suatu ruas jalan.

2.2.3. Komposisi Lalu Lintas

Komposisi lalu lintas terdiri dari berbagai usaha lalu lintas yang disebut kendaraan. Jenis

kendaraan yang memakai jalan bervariasi baik ukuran, berat total,konfigurasi beban sumbu dan

sebagainnya.

Menurut Sukirman. S (1999) penggelompokan jenis kendaraan untuk perencanaan tebal

perkerasan dapat dilakukan sebagai berikut :

1.mobil penumpang, termasuk didalamnya semua kendaraan dengan berat total 2 ton

2. Bus

3. Truk 2 as

4. Truk 3 as

5. Truk 5 as

6. Semi trailer

Kendaraan dengan ukuran berat yang berbeda yang mempunyai sifat-sifat yang berbeda

pula. Hal ini disebabkan karena kendaraan yang ukuran dan beratnya lebih besar, serta

Page 6: Web viewTransportasi sebagai salah satu sarana penunjang dalam pembangunan ... Untuk mencapai tujuan dan manfaat ... yang mempunyai standar tinggisesuai dengan fungsi

kecepatannya lebih rendah akan memberikan beban lalu lintas yang lebih besar pula terhadap

suatu jalan.(Teknik Jalan Raya, 1986).

Lalu lintas merupakan beban bagi perencanaan tebal perkerasan jalan, karena semakin

berat suatu kendaraan semakin besar pula kerusakan yang terjadi terhadap konstruksi perkerasan

jalan.

2.3 Kriteria Konstruksi Perkerasan Lentur

Jalan harus memberikan rsasa aman dan nyaman kepada si pemakai jalan, untuk itu

konstruksi perkerasan jalan haruslah memenuhi syarat-syarat tertentu yang dapat dikelompokkan

menjadi dua (Sukirman. S, 1999) yaitu :

1. dari segi keamanan dan kenyamanan berlalu lintas, harus memenuhi syarat-syarat sebagai

berikut :

a. permukaan yang rata,tidak bergelombang, tidak melendut dan tidak berlubang

b. permukaan cukup kaku, sehingga tidak mudah berubah bentuk akibat beban yang

bekerja diatasnya

c. permukaan cukup kesat, memberikan gesekan yang baik antara ban dengan permukaan

jalan sehingga tidak mudah selip.

d. permukaan tidak mudah mengkilap, tidak silau jika terkena sinar matahari.

2 dari segi kemampuan memikul dan menyebarkan beban , haris memenuhi syarat-syarat :

a. ketebalanyang cukup sehingga mampu menyebarkan beban/muatan lalu lintas ketanah

dasar

b.kedap terhadap air, sehingga air tidak mudah merembes ke lapisan dibawahnya

c.permukaan mudah mengalirkan air, sehingga air hujan yang jatuh diatasnya dapat

dengan cepat dialirkan

d. kekakuan untuk memikul beban yang bekerja tanpa menimbulkan deformasi yang

berarti.

2.4 jenis dan Fungsi lapisan Perkerasan

Page 7: Web viewTransportasi sebagai salah satu sarana penunjang dalam pembangunan ... Untuk mencapai tujuan dan manfaat ... yang mempunyai standar tinggisesuai dengan fungsi

Konstruksi perkersan lentur terdiri dari lapisan-lapisan yang diletakkan ditanah dasar

yang telah dipadatkan. Lapisan-lapisan tersebut berfungsi untuk menerima beban lalu lintas dan

menyebarkan kelapisan dibawahnya (Pedoman perkerasan Lentur Jalan Raya, 1987).

Sebagai ilustrasi dapat dilihat pada gambar 2.1 bahwa beban kendaraan dilimpahkan

keperkerasan jalan melalui bidang kontak roda berupa beban terbagi rata Po. Beban tersebut

diterima oleh lapisan permukaan dan disebarkan ketanah menjadi Pi yang lebih kecil dari daya

dikung tanah dasar

Menurut standar Bina Marga (1987) konstruksi perkerasan terdiri dari :

1. Lapiasn Permukaan (Surface course)

2. lapisan pondasi atas (base course)

3. lapisan pondasi bawah (sub base course)

4. lapisan tanah dasar (subgrade)

2.4.1 Lapis permukaan (Surfacae Course)

Lapisan permukaan adalah lapisan yang terletak paling atas pada perkrasan lentur

(Pedoman Perkerasan Lentur Jalan Raya, !987) yang mempunyai fungsi sebagai berikut :

1. Lapisan yang mempunyai stbilitas yang tinggi, penahan beban roda selama masa pelayanan

2. sebagai lapisan rapat air untuk melindungi badan jalan dari kerusakan akibat cuaca

3. Sebagai Lapisan Aus (Wearing Course)

Menurut Sukirman. S (1999), lapisan permukaan terbagi dua yaitu :

1. lapisan nonstruktural / lapiasan yang tidak mempunyai nilai konstruksi tetap berfungsi

sebagai lapisan aus dan kedap air, terdiri atas :

a. Burtu(laburan aspal satu lapis), terdiri dari aspal yang taburi dengan satu lapis agregat

bergradasi seragam dengan tebal maksimum 2 cm

b. Burda (Laburan aspal dua lapis), terdiri dari lapisan aspal ditaburi agregat yang

dikerjakan dua kali secara berurutan dengan tebal padat maksimum 3,5 cm.

c. latasir (lapisan tipis aspal pasir), terdiri dari lapisan aspal dan pasir alam bergradasi

meneris dicampur, dihampar dan dipadatkan pada suhu tertentu dengan tebal padat 1-2 cm.

Page 8: Web viewTransportasi sebagai salah satu sarana penunjang dalam pembangunan ... Untuk mencapai tujuan dan manfaat ... yang mempunyai standar tinggisesuai dengan fungsi

d. buras (laburan aspal), terdiri dari lapisan aspal taburan pasir dengan ukuran butir

maksimum 3/8 inchi.

e. latasbun (lapis tipis asbuton murni), terdiri dari campuran asbuton dan bahan pelunak

dengan perbandingan tertentu yang dicampur dalam keadaan dingin dengan tebal padat

maksimum 1 cm

f. Lataston (Lapis tipis aspal beton), terdiri dari campuran agrergat bergradasi timpang,

mineral pengisi(filter) dan aspal keras dengan perbandingan tertentu yang dicampur, dihampar

dan dioadatkan dalam keadaan panas dengan tebal maksimum 2,5-3 cm.

Lapisan struktural / lapisan yang mempunyai nilai konstruksi, yang berfungsi ddansebagai

lapisan aus, lapisan kedap air dan lapisan yang menahan serta menyebarkan beban roda, yang

terdiri dari :

a. Lapen (penetrasi Macadam), terdiri dari agregat pokok dan agregat pengunci bergradasi

terbuka dan seragam yang diikat oleh aspal dengan cara disemprotkan diatasnya dan dipadatkan

lapis demi lapis yang tebal satu lapisnya antara 4-10 cm.

b. lasbutag (Lapisan asbuton agregat), terdiri dari campuran antar agregat, asbuton, dan

bahan pelunak yang dicampur,dihampar dan dipadatkan secara dingin dengan ketebalan tiap

lapisan antara 3-5 cm.

c. Laston (lapisan aspal beton), terdiri dari campuran aspal keras dengan agregat yang

mempunyai gradasi menerus, dicampur, dihampar, dan dipadatkan pada suhu tertentu.

2.4.2. lapis pondasi Atas (base Course)

Lapisan pondasi atas terletak diantara lapisan permukaan dan lapisan pondasi bawah

dengan CBR ≥50% dan plastisitas Indeks (PI) < 4% (pedoman Perencanaan Perkerasan Lentur

Jalan Raya, 1987) yang mempunyai fungsi sebagai berikut :

1. bagian perkerasan yang menahan gaya lntang dari beban roda dan menyebarkan beban

kelapisan pondasi bawah

2. Lapisan peresapan untuk laoisan pondasi bawah

3. Bantalan untuk lapisan permukaan.

Jenis lapis pondasi atas yang umum digunakan di indonesia (Sukirman..S 1999) antara

lain :

1. agregat bergradasi baik dapat dibagi atas :

Page 9: Web viewTransportasi sebagai salah satu sarana penunjang dalam pembangunan ... Untuk mencapai tujuan dan manfaat ... yang mempunyai standar tinggisesuai dengan fungsi

A, batu pecah kelas A

b. batu pecah kelas B

c batu pecah kelas C

2. pondasi macadam

3. pondasi telfrod

4. lapen

5. aspal beton pondasi (asphalt treated base)

6. stabilisasi yang terdiri dari :

a.stabilisasi agregat dengan ssemen (cement treated base)

b.stabilisasi agregat dengan kapur (lime treade base)

c.stabilisasai agregat dengan aspal (asphalt treated base)

2.4.3. lapis pondasi bawah subbase course)

Lapisan pondasi bawah terletak antara lapisan pondasi atas dan tanah dasar dengan nilai

CBR dan plastisitas indeks (PI) (Pedoman Perencanaan Perkerasan Lentur Jalan Raya,1987)

yang mempunyai fungsi , antar lain :

1. sebagai konstruksi perkerasan yang menyebarkan beban roda ketanah dasar

2. untuk mencegah tanah dasar masuk kedalam lapisan pondasi

3. mencapai efisiensi penggunnaanmaterial yang relatif murah agar lapisan di atasnya dapat

dikurangi ketebalanya.

4. sebagai lapisan pertama agar pelaksanaan dapat berjalan lancar.

jenis lapis pondasi bawah yang umum digunakan di indonesia (Sukirman. S,1999) antara

lain :

1. Agregat bergradasi baik, dibedakan atas :

a.sirtu / pitrun kelas A

b.sirtu / pitrun kelas B

c.sirtu / pitrun kelas C

2. Stabilisasi

a.stabilisasi agregat dengan semen (cement treated subbase)

b.stbilisasi agregat dengan kapur (lime treated subbase)

c. stabilisasi tanah dengan semen (soil cement stabilization)

Page 10: Web viewTransportasi sebagai salah satu sarana penunjang dalam pembangunan ... Untuk mencapai tujuan dan manfaat ... yang mempunyai standar tinggisesuai dengan fungsi

d. stabilisasi tanah dengan kapur (soil lime stabilization)

2.4.4. lapisan tanah dasar subgrade)

Lapisan tanah dasar adalah lapisan tanah setebal 5-10 cm yang diatasnya akan diletakkan

lapisan pondasi bawah yang berfungsi sebagai penyalur semua gaya yang ditimbulkan oleh

semua beban di atasnya (Sukirman.S, 1999). Lapisan tanah dasar dapat berupa tanah asli yang

dipadatkan jika tanah aslinya baik, tanah yang didatangkan dari tempat lain lalu dipadatkan dan

tanah distabilisasikan dengan kapur atau bahan lainnya.

Masalah-masalah yang sering ditemui menyangkut tanah dasar (Pedoman Perencanaan

Perkerasan Lentur Jalan Raya, 1987) adalah :

1. perubahan bentuk tetap dari jenis tanah dasar tertentu akibat beban lalu lintas

2. sifat mengembang dan menyusut dari tanah tertentu akibat perubahan air

3. daya dukung tanah dasar yang tidak merata pada daerah dengan macam tanah yang

sangat berbeda sifat dan kedudukannya

4. daya dukung yang tidak merata akibat pelaksanaan yang kurang baik

5. lendutan-lendutan balik selama dan sesudah pembebanan lalu lintas dari macamtanah tertentu

6. perbedaan penurunan(differential settlement) akibat terdapatnya lapisan-lapisan lunak

dibawah tanah dasar akan mengakibatkan terjadinya perubahan bentuk tetap.

Menurut Sukirman. S (1999) jenis dasar dilihat dari muka tanah aslinya dibedakan atas :

1. lapisan tanah dasar, tanah galian

2. lapisan tanah dasar, tanah timbunan

3. lapisan tanah dasar, tanah asli

2. Angka Ekivalen (E) Beban Sumbu Kendaraan

Angka ekivalen (E)dari suatu kendaraan adalah angka yang menyatakan

perbandingan tingkat kerusakan yang ditimbulkan oleh suatu lintasan beban sumbu tunggal

kendaraan terhadap tingkat kerusakan yang ditimbulkan oleh lintasan beban standar sumbu

tunggal sebesar 8,16 ton (Standar Bina Marga, 1987).

Dari ketentuan pembedaan pembebanan didapat angka ekivalen (E) atau Damage Faktor seperti pada tabel 2.4 berikut ini

Page 11: Web viewTransportasi sebagai salah satu sarana penunjang dalam pembangunan ... Untuk mencapai tujuan dan manfaat ... yang mempunyai standar tinggisesuai dengan fungsi

3. Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR)lalu lintas Harian rata-rata adalah jumlah rata-rata kendaraan bermotor yang dicatat

selama 24 jam sehari untuk kedua jurusan.4. prosentase Perkembangan lalu lintas (i)

Prosentase perkembangan lalu lintas menyatakan tingkat pertumbuhan lalu lintas setiap tahunnya.Rumus yang digunakan :

LHR

5. lintas Ekivalen Permulaan (LEP)Lintas ekivalen permulaan ditentukan dari jumlah lalu lintas harian rata-rata dari sumbu

tunggal pada jalur rencana yang diperkirakan terjadi pada awal umur rencana.Rumus yang digunakan :LEP = ∑ LHR * Cj * EjDimana : LEP = Lintas Ekivalem Permulaan

Cj = Koefisien Distribusi kendaraan pada jalur rencana Ej = Angka ekivalen beban sumbu untuk jenis kendaraan

6. Lintas Ekivalen Akhir (LEA)Lintas ekivalen ditentukan dari jumlah lalu lintas harian rata-rata dari sumbu tunggal

yang diperkirakan terjadi pada akhir umur rencana.Rumus yang digunakan :LEA = ∑ LHRi (1 + i)UR * Cj * Ej Dimana : LEA = Lintas Ekivalen Akhir i = Perkembangan Lalu Lintas UR = Umur Rencana Cj = Koefisien distribusi kendaraan pada jalur rencana Ej = Angka Ekivalen sumbu untuk satu jenis kendaraan 7. Lintas Ekivalen Tengah (LET) Lintas ekivalen tengah di cari dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

LET = (LEP+LEA) / 2

8. lintas ekivalen Rencana (LER)

Lintas ekivalen rencana dihitung dengan menggunakan rumus :

LER = LET * FP

Dimana : FP = Faktor Penyesuaian

Sedangkan, FP = UR / 10

9. DDT dan CBR

Menurut Sukirman, S (1999) daya dukung tanah adalah kekuatan dari tanah dasar untuk

menahan beban yang biasannya dinyatakan sebagai perbandingan dari kekuatan standar (CBR).

Daya dukung tanah dasar (DDT) ditetapkan berdasarkan nilai korelasi dengan nilai CBR

dengann menggunakan grafik korelasi.

Page 12: Web viewTransportasi sebagai salah satu sarana penunjang dalam pembangunan ... Untuk mencapai tujuan dan manfaat ... yang mempunyai standar tinggisesuai dengan fungsi

DDT bisa juga dicari dengan menggunakan rumus

DDT = 4,3*Log (CBR)+ 1,7

10. Faktor Regional (FR)

Faktor regional berguna untuk memperhatikan kondisi jalan yang berbeda. Bina Marga

memberikan angka yang bervariasi antara 0,5-4. Faktor-faktor yang di cakup adalah :

-          Keadaan medan

-          Prosentase kendaraan berat

-          Kondisi geometrik jalan (kelandaian maksimum, tikungan tajam)

-          Data curah hujan tahunan

-          Pertimbaagan teknis lainnya seperti keinggian muka air tanah, kondisi drainase yang ada dan

lainnya.

Adapun nilai/faktor regional yang diisyaratkan untuk metode analisa komponen adalah seperti

pada tabel 2.5 di bawah ini :

11. Indeks Permukaan (IP)

Indeks permukaan digunakan untuk menyatakan kerataan dan kekokohan permukaan

jalan tingkat pelayanan bagi lalu lintas yang lewat. Salah satu ciri khas dari metode perencanaan

perkerasan lentur jalan raya adalah dipergunakannya indeks permukaan atau serviceability Index

sebagai ukuran dasar dalam nmenentukan nilai perkerasan ditinjau dari kepentingan lalu lintas.

Indeks permukaan ini menyatakan nilai permukaan yang bertalian dengan tingkat pelayanan bagi

lalo lintas yang lewat (Standar Bina Marga, 1987).

Dalam menentukan Indeks Permukaan pada akhir umur rencana (Ipt), perlu

dipertimbangkan faktor-faktor klasifikasi fungsional jalan dan jumlah Lintas Ekivalen Rencana

(LER), menurut tabel 2.6 berikut ini :

Dalam menentukan Indeks Permukaan pada awal umur rencana (Ipo) perlu diperhatikan

jenis lapisan permukaan jalan (kerataan, kehalusan serta kekokohan) pada awal umur rencana

menurut tabel 2.7 berikut ini :

12. koefisien Kekuatan Relatif (a)

Page 13: Web viewTransportasi sebagai salah satu sarana penunjang dalam pembangunan ... Untuk mencapai tujuan dan manfaat ... yang mempunyai standar tinggisesuai dengan fungsi

Koefisien kekuatan relatif ditentukan secara korelasi sesuai dengan nilai marshal test

(untuk bahan dengan aspal), kuat tekan (untuk bahan yang distabilisasi) atau CBR (untuk bahan

lapis pondasi bawah).

13. Batas-batas Minimum Tebal Lapisan Perkerasan

Batas-batas minimum ini tergantung dari bahan yang dipakai pada setiap lapisan

perkerasan.

a. lapisan permukaan

tabel

b. lapis pondasi

c. Lapis Pondasi Bawah

Untuk setiap nilai ITP bila digunakan pondasi bawah, tebal minimum adalah 10 cm

2.4.2 menentukan Nilai ITP perlu dengan menggunakan Nomogram

Berdasarkan Pedoman Perencanaan Perkerasan Lentur Jalan Raya (1987)

nomogram yang ada digunakann untuk umur rencana 10 tahun. Jika penggunaan nomogram

bukan untuk umur rencana 10 tahun maka digunakan Faktor Penyesuaian (FP). Ada 9 nomogram

yang penggunaanya tergantung kepada nilai IPt dan IPo. Dari nomogram yan didapatkan,

selanjutnya disiapkan data-data DDT, LER dan FR. Dengan data-data tersebut didapatkan nilai

ITP perlu.

2.5.3. Meentukan Nilai ITP perlu dengan Menggunakan Rumus

Dengan cara coba-coba (Trial and Error), masukkan data-data IPo, IPt, FR,DDT,

dan ESA pada akhir umur rencana.

Rumus yang digunakan :

Jika nilai ITP sudah didapatkan, maka tebal tiap-tiap lapisan perkerasan dapat dihitung

dengan menggunakan rumus :

ITP =

2.6. Perencanaan Tebal Perkerasan dengan Metode AASHTO-86

Page 14: Web viewTransportasi sebagai salah satu sarana penunjang dalam pembangunan ... Untuk mencapai tujuan dan manfaat ... yang mempunyai standar tinggisesuai dengan fungsi

Metode AASHTO-86 merupakan perubahan dari metode AASHTO-72. Kedua

metode ini memiliki perbedaan-perbedaan parameter diantaranya DDT yang pada AASHTO-72

merupakan konversi dari CBR, sedangkan pada AASHTO-86 dinyatakan dalam Modulus

Resilien yang merupakan korelasi dari nilai CBR. Faktor regional tidak diperginakan lagi pada

metode AASHT-86 tetapi diganti dengan nilai simpangan reabilitas, simpangan baku

keseluruhan dan koefisien drainase.

2.6.1. Parameter-parameter yang Digunakan

Parameter-parameter yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Batasan Waktu

batasan waktu adslah masa pelayanan diperlukan perbaikan atau penambahan. Batasan

waktu mengizinkan perencana untuk memilih strategi kontruksi untuk pembangunan sekali jadi,

pembangunan bertahap dan perencanaan peningkatan.

2. Beban Lalu Lintas dan Tingkat Pertumbuhannya

Parameter ini digunakan agar lintas ekivalen kumulatif selama umur kinerja jalan dapat

terpenuhi. Prosedur perencanaan didasarkan pada jumlah kumulatif 18 KIP Eqivalent Single

Axle Load (ESAL) yang diharapkan selama periode analisa (W18).

3. Realibilitas dan Simpangan Baku

Parameter ini adalah jaminan bahwa lalu lintas yang akan memakai jalan tersebut dapat

terpenuhi. Tingkat reabilitas (Level of Reability) atau R menurut ASSHTO-86 adlah sebagai

berikut :

Simpangan baku keseluruhan akibat dari perkiran beban lalu lintas dan kondisi

perkerasan yang dianjurkan oleh ASSSHTO-86 adalah antara 0,35-0,45.

4. Kondisi lingkungan

Kondisi lingkungan sangat mempengaruhi masa pelayanan jalan seperti perubahan kadar

air, tingkat pengembangan juga dipengaruhi oleh perubahan musim, perbedaan temperatur san

kelelahan bahan.

5. Kriteria Kinerja Jalan

Kriteria Kinerja jalan dinyatan dalam Po awal umur rencana dan Pt akhir umur rencana.

Tingkat pelayanan suatu perkerasan didefinisikan sebagai kemampuan untuk melayani

kendaraan yang melewati jalan tersebut. Present Servicibility Index (PSI) yang bervariasi dari

Page 15: Web viewTransportasi sebagai salah satu sarana penunjang dalam pembangunan ... Untuk mencapai tujuan dan manfaat ... yang mempunyai standar tinggisesuai dengan fungsi

angka yang berarti jalan putus , sampai angka 5 yang berarti jalan sempurna. Pemlihan PSI izin

terendah/ tingkat pelayanan akhir (Pt) didasarkan pada indeks terendah yang dapat diterima

sebelum perbaikan, pelapisan ulang dan rekontruksi diperlukan. Menurut penelitian uji jalan

AASTHO, nilai 2,5 lebih disarankan untuk kebanyakan perencana jalan. Tingkat pelayanan awal

menjadi faktor yang harus dipertimbangkan, karena waktu dari suatu perkerasan untuk mencapai

suatu nilai tingkat pelayanan akhir tergantung dari volume kendaraan dan tingkat pelayanan

awalnya (Po). Jika nilai Po dan Pt sudah ditetapkan, maka persamaan PSI = Po-Pt, dapat

digunakan untuk menentukan perubahan total tingkat pelayanan.

6. sifat Bahan Lapisan Perkerasan

Sifat bahn yang dimaksud adalah modulus elastisitas atau resilien yang merupakan sifat

teknis utama untuk bahan perkerasa. Modulus resilien berpegangan pada sifat tegangan bahan

dibawah kondisi pembebanan normal (MR). Notasi lain untuk menyatakan modulus lapis

pondasi bawah (Esb), untuk pondasi atas (Ebs) dan untuk aspal beton (Eac). Perhitungan

modulus resilien tergantung kepada jenisnya.

Untuk Subgrade, MR =

7. Koefisien Lapisan

Untuk mengkonversikan nilai ketebalan lapisan ke angka struktur (SN), maka diperlukan

suatu nilai koefisien (a) untuk setiap jenis bahan perkerasan. Persamaan SN = menyatakan

dampak relatif koefisien lapisan (ai) dan tebal (Di). Metode tentang bagaimana bagaimana

koefisien ini dihitung (dalam perencanaan perkerasan lentur ) berdasarkan fungsi dan jenis bahan

lapisan perkerasan, antara lain :

a. Lapis Permukaan Aspal Beton

Gambar 2.6 memberikan sebuah grafik yang dapat digunakan untuk menghitung koefsien

lapisan permukaan aspal beton bergradasi rapat berdasarkan modulus elastisitas (Eas) pada

temperatur 68 F.

Jika menggunakan rumus adalah :

b. Lapis Pondasi Atas

Gambar 2.7 memberikan grafik yang dapat digunakan untuk menentukan nilai koefisien

lapisan (a2) dari salah satu hasil pengujian laboratorium pada bahan pondasi agrergat termasuk

Page 16: Web viewTransportasi sebagai salah satu sarana penunjang dalam pembangunan ... Untuk mencapai tujuan dan manfaat ... yang mempunyai standar tinggisesuai dengan fungsi

modulus resilien. Sedangkan gambar 2.8 merupakan grafik untuk lapis pondasi atas campuran

aspal.

Jika menggunakan rumus adalah :

c. Lapis Agregat Pondasi Bawah

gambar 2.9 memberikan suatu grafik yang dapat digunakan untuk menentukan nilai

koefisien lapisan (a3).

Jika menggunakan rumus adalah :

A3 = 0,007276 + 0,029559 In (CBR) atau

A3 = 0,227 (log Esb) – 0,

39

8. faktor Drainase

Sistem drainase jalan sangat berpengaruh terhadap kinerja jalan tersebut. Tingkat

kecepatan pengeringan air yang jatuh pada konstruksi jalan raya bersama-sama dengan beban

lalu lintas dan kondisi permukaan jalan sangat mempengaruhi umur pelayanan jalan. AASHTO-

86 membagi kualitas drainase ini menjadi 5 tingkatan seperti pada tabel berikut :

Tabel 2.12. Kualitas Drainase

Berdasarkan kualitas dari drainase pada lokasi jalan tersebut, maka dapat ditentukan koefisien

drainase perkerasan lentur sebagai berikut :

Tabel 2.13. Koefisien Drainase (Mi) Untuk Lapisan LPA dan LPB

Penanganan drainase untuk perkerasan lentur adalah dengan menggunakan koefisien lapisan

yang disebut nilai (mi) yang kemudian dimasukkan kedalam persamaan angka struktur (SN).

2.6.2. Menentukan Tebal Perkerasan

Rumus :

Dimana :

2.7. Perencanaan Lebar Perkerasan

Lebar perkerasan bergantung pada jumlah jalur yang direncanakan sesuai dengan tinggi

rendahnya volume lalu lintas. Untuk jalan rural (luar kota) biasanya hanya mempunyai dua jalur

karena volume lalu lintasnya yang rendah (Peraturan Perencanaan Geometrik Jalan Raya, 1983).

Page 17: Web viewTransportasi sebagai salah satu sarana penunjang dalam pembangunan ... Untuk mencapai tujuan dan manfaat ... yang mempunyai standar tinggisesuai dengan fungsi

Untuk menentukan jumlah jalur harus diketahui Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR) dalam SMP

dan klasifikasi medannya. Hal ini dapat dilihat pada tabel 2.14 berikut ini .

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1 Umum

3.2 Metode Bina Mirga

1. Pengertian metode Bina Marga

2. Metode perhitungan

3.3 Metode AASHTO

1. pengertian metode AASHTO

2. Metode perhitungan

BAB IV

JADWAL PELAKSANAAN

Tugas akhir ini direncanakan dengan jadwal sebagai berikut :

Pengumpulan data

Page 18: Web viewTransportasi sebagai salah satu sarana penunjang dalam pembangunan ... Untuk mencapai tujuan dan manfaat ... yang mempunyai standar tinggisesuai dengan fungsi

Pengumpulan data

Asistensi bab-1

Asistensi bab-2

Asistensi bab-3

Asistensi bab-4

Asistensi bab-5

Penyiapan seminar

Penyerahan Laporan