darwin 1*), syahrul2), hairul basri

15
Rona Teknik Pertanian, 14 (1) April 2021 58 Analisis Karakteristik Hidrologi DAS Krueng Aceh, Provinsi Aceh (Studi Kasus Sub DAS Krueng Jreu dan Sub DAS Krueng Khea) Darwin 1*) , Syahrul 2) , Hairul Basri 3) 1 Program Pascasarjana, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, Indonesia 2 Program Studi Teknik, Pertanian Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, Indonesia 3 Program Studi Ilmu Tanah, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, Indonesia *E-mail: [email protected] *Nomor Handphone corresponding_author: 082362309495 Abstrak Perilaku air (hidrologi) sungai dalam suatu DAS dipengaruhi oleh penggunaan lahan sebagai akibat adanya aktivitas manusia. DAS Krueng Aceh merupakan salah satu DAS yang terdapat di Provinsi Aceh menjadi sumber air utama bagi penduduk Kota Banda Aceh dan Kabupaten Aceh Besar di Provinsi Aceh. Luasan tutupan lahan berupa hutan primer saat ini semakin berkurang luasannya. Penelitian ini bertujuan menganalisis karakteristik hidrologi Sub DAS Krueng Jreu dan Krueng Khea di DAS Krueng Aceh dan pengaruhnya dengan perubahan tutupan lahan. Hasil pengolahan data diperoleh bahwa limpasan permukaan tertinggi pada Sub DAS Krueng Jreu terjadi sebesar 2.178,3 mm/bulan yaitu pada bulan Januari tahun 2015 dan limpasan terendah terjadi pada bulan Maret tahun 2014 yaitu sebesar 1 mm/bulan. Sedangkan pada Sub DAS Krueng Khea limpasan permukaan terbesar yaitu 204 mm/bulan yang terjadi pada bulan Juli tahun 2015 sedangkan limpasan terkecil sebesar 4,9 mm/bulan yang terjadi pada bulan Agustus tahun 2018. Tidak terjadi perubahan penutupan lahan yang signifikan pada kedua Sub DAS dari tahun 2014 sampai dengan 2018. Kata Kunci : karakteristik hidrologi, perubahan penutupan lahan, limpasan permukaan, perilaku air. Analysis of Hydrological Characteristics of the Krueng Aceh Watershed, Aceh Province (Case Study of the Krueng Jreu and Krueng Khea sub-watersheds) Darwin 1*) , Syahrul 2) , Hairul Basri 3) 1 Postgraduate Program of Universitas Syiah Kuala 2 Department of Agricultural Engineering, Universitas Syiah Kuala 3 Department of Soil Science, Faculty of Agriculture, Universitas Syiah Kuala

Upload: others

Post on 22-Nov-2021

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Darwin 1*), Syahrul2), Hairul Basri

Rona Teknik Pertanian, 14 (1)

April 2021

58

Analisis Karakteristik Hidrologi DAS Krueng Aceh, Provinsi Aceh

(Studi Kasus Sub DAS Krueng Jreu dan Sub DAS Krueng Khea)

Darwin 1*)

, Syahrul2)

, Hairul Basri3)

1Program Pascasarjana, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, Indonesia

2 Program Studi Teknik, Pertanian Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, Indonesia

3 Program Studi Ilmu Tanah, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, Indonesia

*E-mail: [email protected]

*Nomor Handphone corresponding_author: 082362309495

Abstrak Perilaku air (hidrologi) sungai dalam suatu DAS dipengaruhi oleh penggunaan lahan sebagai

akibat adanya aktivitas manusia. DAS Krueng Aceh merupakan salah satu DAS yang terdapat

di Provinsi Aceh menjadi sumber air utama bagi penduduk Kota Banda Aceh dan Kabupaten

Aceh Besar di Provinsi Aceh. Luasan tutupan lahan berupa hutan primer saat ini semakin

berkurang luasannya. Penelitian ini bertujuan menganalisis karakteristik hidrologi Sub DAS

Krueng Jreu dan Krueng Khea di DAS Krueng Aceh dan pengaruhnya dengan perubahan

tutupan lahan. Hasil pengolahan data diperoleh bahwa limpasan permukaan tertinggi pada Sub

DAS Krueng Jreu terjadi sebesar 2.178,3 mm/bulan yaitu pada bulan Januari tahun 2015 dan

limpasan terendah terjadi pada bulan Maret tahun 2014 yaitu sebesar 1 mm/bulan. Sedangkan

pada Sub DAS Krueng Khea limpasan permukaan terbesar yaitu 204 mm/bulan yang terjadi

pada bulan Juli tahun 2015 sedangkan limpasan terkecil sebesar 4,9 mm/bulan yang terjadi pada

bulan Agustus tahun 2018. Tidak terjadi perubahan penutupan lahan yang signifikan pada

kedua Sub DAS dari tahun 2014 sampai dengan 2018.

Kata Kunci : karakteristik hidrologi, perubahan penutupan lahan, limpasan

permukaan, perilaku air.

Analysis of Hydrological Characteristics of the Krueng Aceh Watershed, Aceh

Province (Case Study of the Krueng Jreu and Krueng Khea sub-watersheds)

Darwin 1*)

, Syahrul2)

, Hairul Basri3)

1 Postgraduate Program of Universitas Syiah Kuala

2 Department of Agricultural Engineering, Universitas Syiah Kuala

3Department of Soil Science, Faculty of Agriculture, Universitas Syiah Kuala

Page 2: Darwin 1*), Syahrul2), Hairul Basri

Rona Teknik Pertanian, 14 (1)

April 2021

59

Abstract

The behavior of river water (hydrology) in a watershed is not only influenced by land

use as a result of human activities. Krueng Aceh watershed is one of the watersheds in

Aceh Province. The watershed is the main water source for residents of Banda Aceh

City and Aceh Besar District in Aceh Province. The condition of land cover in the form

of primary forest is currently decreasing in area. This study aims to analyze the

hydrological characteristics of the Krueng Jreu and Krueng Khea watersheds in the

Krueng Aceh watershed and their effect on land cover changes. From the results of data

processing, it was found that the highest surface runoff in the Krueng Jreu watershed

occurred at 2,178.3 mm/month in January 2015 and the lowest runoff occurred in March

2014 at 1 mm/month. While in the Krueng Khea Sub-watershed the largest surface

runoff was 204 mm/month which occurred in July 2015 while the smallest runoff was

4.9 mm/month which occurred in August 2018. There was no significant change in land

cover in the two sub-watersheds from 2014 to 2018.

Keywords : hydrological characteristics, land cover change, surface runoff, hidrology

PENDAHULUAN

Kebutuhan terhadap lahan mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya

jumlah dan aktivitas manusia dari waktu ke waktu. Hal ini menjadi alasan manusia

memanfaatkan lahan kearah penggunaan yang lebih tinggi daya gunanya maupun

meningkatkan potensi lahannya. Usaha peningkatan daya guna tersebut menyebabkan

terjadinya perubahan penggunaan lahan yang berpengaruh terhadap fungsi tata air suatu

Daerah Aliran Sungai atau DAS (Pratama dan Yuwono, 2016). Perilaku air (hidrologi)

sungai dalam suatu Daerah Aliran Sungai (DAS) selain dipengaruhi penggunaan lahan

sebagai akibat adanya aktivitas manusia, juga sangat tergantung dari sifat alami DAS.

Karakteristik dasar alami suatu DAS disebut morfometri DAS. Morfometri merupakan

sifat atau karakteristik yang dipengaruhi faktor-faktor alamiah dari suatu DAS yang

tidak dapat diubah manusia (Murtiono, 2001).

Tutupan lahan adalah kenampakan material fisik permukaan bumi yang dapat

menggambarkan keterkaitan antara proses alami dan proses sosial. Tutupan lahan dapat

menyediakan informasi yang sangat penting untuk keperluan pemodelan serta untuk

memahami fenomena alam yang terjadi di permukaan bumi (Liang, 2008). Data tutupan

lahan juga digunakan dalam mempelajari perubahan iklim dan memahami keterkaitan

antara aktivitas manusia dan perubahan global (Running, 2008). Informasi tutupan

lahan yang akurat merupakan salah satu faktor penentu dalam meningkatkan kinerja

dari model-model ekosistem, hidrologi, dan atmosfer (Bounoua et al., 2002).

DAS Krueng Aceh merupakan salah satu DAS yang terdapat di Provinsi Aceh.

DAS tersebut menjadi sumber air utama bagi penduduk Kota Banda Aceh dan

Kabupaten Aceh Besar di Provinsi Aceh. Kondisi tutupan lahan berupa hutan primer

saat ini semakin berkurang luasannya, hasil penelitian Nasrullah dan Kartiwa (2010)

menyebutkan bahwa tahun 1994 lahan hutan primer di DAS Krueng Aceh terdapat

seluas 112.776 ha (57%). Husnan (2010) menambahkan bahwa tahun 2002 menjadi

seluas 94.178 ha (47.6%) dan tahun 2005 hutan primer tersisa seluas 79.141 ha atau

sebesar 40%. Hasil penelitian terakhir yang dilakukan Yayasan Leuser Internasional

(YLI, 2013) menyatakan bahwa luas hutan primer pada tahun 2010 tersisa seluas 31.812

ha atau 16,07% dari luas DAS Krueng Aceh. Sub DAS Krueng Khea merupakan dua

Sub DAS yang berada di bahagian tengah DAS Krueng Aceh, Sub Das Krueng Khea

Page 3: Darwin 1*), Syahrul2), Hairul Basri

Rona Teknik Pertanian, 14 (1)

April 2021

60

mempunyai luas 9.615,55 atau 5,50 % dari total luasan DAS Krueng Aceh dan

merupakan Sub DAS terkecil yang berada di DAS Krueng Aceh.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perlu dilakukan penelitian mengenai

analisis karakteristik hidrologi DAS Krueng Aceh. Dengan demikian diharapkan adanya

upaya pengembangan sumberdaya alam dan pengelolaan DAS secara

berkelanjutan.Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis karakteristik hidrologi Sub

DAS Krueng Jreu dan Sub DAS Krueng Khea di DAS Krueng Aceh dan pengaruhnya

dengan perubahan tutupan lahan.

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian Pelaksanaan penelitian dilaksanakan pada sub DAS Krueng Aceh yaitu Sub DAS

Krueng Jreu dan Krueng Khee. Sub DAS Krueng Jreu terletak di Kecamatan Indrapuri

Kabupaten Aceh Besar. Sedangkan sub DAS Krueng Khee terletak di Kecamatan

Seulimeum Kabupaten Aceh Besar. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai

dengan September 2020.

Alat dan Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Citra Lansat dari tahun 2014

s/d 2018, peta rupa bumi, peta kemiringan lahan, peta jenis tanah, data iklim, data debit

alran (Q) harian. Sedangkan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah software

Arc GIS 10.2.2, Gogle Earth Pro 6.0.2074, Ms Office Excel, Ms Office Words,

Computer, Global Positioning System (GPS), kamera digital, alat tulis menulis, dan

alat pendukung lainnya.

Metode Pengumpulan dan Analisis Data

Penelitian ini bersifat deskriptif, menggunakan data primer dan sekunder. Jenis data

primer yang dibutuhkan dalam penelitian ini berupa data spasial, sedangkan data

sekunder diperoleh dari instansi pemerintah seperti data debit aliran dan data iklim

berupa curah hujan. Data spasial meliputi data batas Sub DAS, jenis tanah, kelerengan,

RBI, jaringan sungai dan penggunaan lahan di wilayah Sub DAS Krueng Jreu dan

Krueng Khea dari tahun 2014 sampai tahun 2018. Data debit meliputi data debit harian

Sub DAS Krueng Jreu dan Sub DAS Krueng Khea, data debit bulanan, data limpasan,

data debit maksimum, data debit minimum dan data debit rata-rata bulanan. Data iklim

merupakan data curah hujan bulanan rata-rata dari Tahun 2014 sampai dengan Tahun

2018 dari Stasiun Klimatologi kelas IV Indrapuri Aceh Besar.

Morfometri merupakan ukuran dan analisa matematis konfigurasi permukaan bumi

baik bentuk, dimensi maupun bentuk lahannya (Thornbury,1969) metode yang

digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis morfometri DAS menggunakan Sistim

Informasi Geografis (SIG) yang berfungsi sebagai alat penginput dan penyimpanan

(manajemen data), analisis data serta manipulasi model simulasi data sehingga

menghasilkan data informasi dalam format vector (spasial). Adapun parameter yang

digunakan adalah : luas dan panjang DAS, bentuk DAS, jaringan sungai dan kerapatan

aliran.

Untuk memperoleh informasi perubahan penggunaan lahan selama lima tahun

terakhir yaitu Tahun 2014 sampai dengan Tahun 2018 pada Sub DAS Krueng Jreu dan

Sub DAS Krueng Khea menggunakan data format data fektor (data shp) yang

dikeluarkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan setiap tahunnya.

Koefisien limpasan (C) Koefisien adalah bilangan Koefisien limpasan dan

perubahannya sangat dipengaruhi oleh parameter biofisik yang ada dalam wilayah

Page 4: Darwin 1*), Syahrul2), Hairul Basri

Rona Teknik Pertanian, 14 (1)

April 2021

61

tersebut, terutama terhadap parameter yang memiliki dinamika perubahan seiring

berjalannya waktu. Nilai koefisien limpasan C dikonversi berdasarkan kelompok

penggunaan lahan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Nilai koefisien limpasan berdasarkan penggunaan lahan.

Penggunaan Lahan Nilai C

Hutan lahan kering sekunder 0,03

Semak belukar 0,07

Hutan tanaman industry 0,05

Hutan rawa sekunder 0,15

Perkebunan 0,40

Pertanian lahan kering lading 0,10

pertanian lahan kering campuran 0,10

Pemukiman 0,60

Sawah 0,15

Tambak 0,05

Lahan terbuka 0,20

Perairan 0,05

Sumber : Subarkah, 1980 dalam Adnyana (2006); Hassing, 1961 dalam Suripin (2002);

Kodoatie dan Syarif (2005).

Estimasi besarnya limpasan permukaan yang dinyatakan dalam bentuk koefisien

limpasan permukaan dapat dilakukan dengan mendasarkan pada parameter-parameter

morfometri dan morfologi yang menjadi karakteristik DAS yang diperoleh melalui

interpretasi citra penginderaan jauh (satelit dan foto udara) dan analisis peta-peta

tematik. Limpasan permukaan bergerak pada atau di atas permukaan lahan pada setiap

jengkal lahan (space of land), maka wilayah DAS ataupun Sub DAS harus dibagi-bagi

lagi menjadi satuan-satuan (unit) lahan terkecil untuk menilai besarnya nilai atau angka

koefisien setiap satuan-satuan lahan tersebut. Penjumlahan nilai ataupun angka

koefisien limpasan permukaan dari setiap satuan-satuan lahan dalam suatu DAS

ataupun Sub DAS dapat digunakan untuk menyatakan besarnya nilai atau angka

koefisien limpasan permukaan DAS ataupun Sub DAS yang bersangkutan (Ningkeula,

2016). Untuk menghitung besarnya limpasan permukaan pada suatu Outlet adalah

dengan pembagian jumlah air yang keluar melalui suatu outlet dengan luasan daerah

tangkapan air (DTA).

Debit maksimum (Qmax) suatu outlet adalah debit terbesar yang keluar dari suatu

outlet pengamatan selama waktu pengamatan. Debit minimum (Qmin) suatu outlet

adalah debit terkecil yang keluar dari suatu outlet pengamatan selama jangka waktu

pengamatan. Debit rata-rata adalah rataan dari debit selama jangka waktu pengamatan

baik rata-rata bulanan maupun rata-rata tahunan. Parameter karakteristik Hidrologi DAS

yang diperoleh dari perbandingan antara debit maksimum (Qmaks) dan debit minimum

(Qmin). Apabila nilai besaran perbandingan antara Qmaks/Qmin besar (>50) berarti

lebih banyak kejadian banjir maksimum yang terjadi, dan sebaliknya kejadian debit

minimum dapat sangat-sangat kecil hanya tidak pernah nol (0). Parameter karakteristik

hidrologi DAS yang diperoleh dari perbandingan antara debit minimum (Qmin) dan

debit rata-rata (Qav) atau sering disingkat dengan parameter Qmin/Qav.

Page 5: Darwin 1*), Syahrul2), Hairul Basri

Rona Teknik Pertanian, 14 (1)

April 2021

62

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Wilayah

DAS Krueng Aceh secara geografis berada pada posisi 95°11’41” – 95°49’46”

Bujur Timur dan 5°3’41” – 5°38’10” Lintang Utara, secara administratif DAS Krueng

Aceh terletak dalam wilayah Kota Banda Aceh, Kabupaten Aceh Besar, Kabupaten

Pidie dan Kabupaten Aceh Jaya. Peta Sub DAS Krueng Jreu dan Sub DAS Krueng

Khea dapat diihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Peta Sub DAS Krueng Jreu dan Sub DAS Krueng Khea

DAS Krueng Aceh memiliki arti penting dalam memenuhi kebutuhan air bagi

penduduk Kota Banda Aceh dan Aceh Besar, mulai air baku sampai dengan kebutuhan

air untuk irigasi. PDAM Tirta Montala dan PDAM Tirta Daroy adalah dua perusahaan

yang memanfaatkan Krueng Aceh sebagai tempat untuk mengambil air baku untuk

kemudian diolah dan di suplay ke para pelanggan berupa air bersih. Luas DAS Krueng

Aceh sekitar 174.770,41 ha yang merupakan gabungan dari tujuh sub DAS yaitu: Sub

DAS Krueng Seulimuem, Sub DAS Krueng Keumireu, Sub DAS Krueng Jreue, Sub

DAS Krueng Inong, Sub DAS Krueng Khea, Sub DAS Krueng Aneuk, dan Sub DAS

Krueng Aceh Hilir. Sub DAS terluas adalah Krueng Inong 41.052,86 ha atau 23,49%

dan Sub DAS terkecil adalah Krueng Khea 9.615,55 ha atau 5,50%, luas setiap Sub

DAS dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Luas DAS Krueng Aceh

No Sub DAS Total Luas (Ha) %

1. Krueng Inong 41.052,86 23,49

2. Krueng Seulimeum 26.528,38 15,18

3. Krueng Keumireu 30.137,12 17,24

4. Krueng Jreu 23.266,56 13,31

5. Krueng Khea 9.615,55 5,50

6. Krueng Aneuk 9.686,90 5,54

7. Krueng Aceh Hilir 34.483,05 19,73

Total Luas 174.770,41 100

Sumber : Hasil analisis spasial (2020)

Page 6: Darwin 1*), Syahrul2), Hairul Basri

Rona Teknik Pertanian, 14 (1)

April 2021

63

Karakteristik Morfometri

Karakteristik suatu DAS merupakan nilai kuantitatif dari beberapa parameter

morfometri pada suatau daerah aliran sungai (DAS). Oleh karena itu, parameter

morfometri merupakan salah satu daya pendukung pengelolaan sumberdaya alam

terutama dalam pengelolaan DAS secara terpadu, diantaranya adalah batas dan luas

DAS, panjang sungai utama, orde sungai, dan tingkat kerapatan drainase. Identifikasi

Morfometri DAS diperlukan dalam rangka memperoleh informasi mengenai potensi dan

kecenderungan (trend) proses dan kondisi hidrologi yang terjadi di DAS yang

bersangkutan. Potensi dan kecenderungan proses dan kondisi hidrologi merupakan

gambaran tanggapan DAS terhadap input berupa curah hujan. Misalnya pada DAS

yang bentuknya membulat, kepadatan drainase yang besar dan slope sungai yang besar,

mempunyai kecenderungan lebih mudah terjadi penggenangan (banjir) daripada DAS

yang bentuknya memanjang, kepadatan drainase kecil serta slope sungainya kecil.

Sub DAS Krueng Jreu mempunyai luas 231,74 km2 atau 13,31 % dari total luas

DAS Krueng Aceh, sedangkan Sub DAS Krung Khea memiliki luas 96,32 km2 atau

5,50 % dari luas total Krueng Aceh dan merupakan sub DAS terkecil yang berada di

DAS Krueng Aceh. Hasil analisis spasial Sub DAS Kreung Jreu dan Sub DAS Krueng

Khea dapat ditampilkan dalam Table 3.

Tabel 3. Luas Sub DAS Kreung Jreu dan Sub DAS Krueng Khea

No DAS/Sub DAS Keliling

(km)

Luas

(km2)

Panjang

Sungai Utama

(km)

1. Kr. Jreu 87,97 231,74 34,49

2. Kr. Khea 52,70 96,32 16,5

Total 140,67 328,06 51,04

Sumber: Hasil analisis 2020

Bentuk Sub DAS

Bentuk DAS dari Sub-sub DAS Krueng Aceh dapat ditentukan dengan menghitung

nilai perbandingan persamaan circularity ratio sebagai berikut (Miller,1953) :

Rc = 4 µA/p2

dimana : Rc = circularity ratio

A = luas DAS (Km2)

P = perimeter (keliling DAS)

Apabila nilai perhitungan Rc adalah 1, maka bentuk DAS tersebut adalah

lingkaran. Bentuk Sub DAS Kreung Jreu dan Sub DAS Kreung Khea pada DAS Kreung

Aceh dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Bentuk Sub DAS Krueng Jreu dan Sub DAS Krueng Khea No Sub DAS Rc Bentuk

1. Kr. Jreu 0,38 memanjang

2.

Kr. Khea

0,44 memanjang

Sumber: Hasil analisis, 2020

Sub DAS Krueng Jreu dan Sub DAS Krueng Khea mempunyai bentuk sama yaitu

berbentuk memanjang, semakin besar nilai Rc maka bentuk suatu DAS semakin

Page 7: Darwin 1*), Syahrul2), Hairul Basri

Rona Teknik Pertanian, 14 (1)

April 2021

64

membulat semakin kecil nilai Rc yang diperoleh pada suatu DAS maka bentuk DAS

tersebut semakin memanjang. Nisbah kebulatan (circularity ratio) pada Sub DAS

Krueng Jreu dan Krueng Khea mempunyai nilai dibawah 0,5 yang artinya bahwa bentuk

daerah aliran sungainya memanjang dan debit puncaknya cepat dan penurunannya juga

cepat (Soewarno, 1991). Bila dilihat secara spasial Sub DAS Krueng Jreu berbentuk

Dentritic yaitu berbentuk seperti percabangan pohon, percabangan tidak teratur dengan

arah dan sudut yang beragam. Sedangkan sub DAS Krueng Khea berbentuk parallel

yaitu anak sungai saling sejajar atau hampir sejajar, bermuara pada sungai utama

dengan sudut lancip atau langsung bermuara kelaut. Bentuk dari suatu DAS memiliki

arti penting dalam hubungannya dengan aliran sungai yang berpengaruh terhadap

kecepatan terpusat aliran. Menhut (2013); Yamamoto dan Orr (1972) dan Seyhan

(1977) menyatakan bentik DAS dengan nilai lemniscate ratio sama dengan 1, memiliki

arti DAS tersebut berbentuk buah pir.

Hasil analisis spasial berdasarkan metode Strahler (1978), sungai pertama (orde 1)

merupakan anak-anak sungai yang letaknya paling ujung dan dianggap sebagai sumber

mata air pertama dari anak sungai tersebut. Segmen sungai sebagai hasil pertemuan dari

orde yang setingkat merupakan percabangan kedua (orde 2), dan segmen sungai sebagai

hasil pertemuan dari dua orde sungai yang tidak setingkat adalah orde sungai yang lebih

tinggi. Untuk perhitungan nisbah pecabangan (Rb) sungai secara keseluruhan

berdasarkan orde sungai dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Perhitungan Nisbah Percabangan (Rb) Sungai Sub DAS Krueng Jreu dan Sub

DAS Kreung Khea berdasarkan orde sungai menurut metode Strahler

No Sub DAS Orde 1 Orde 2 Orde 3 Orde 4 Orde5

1 Kr. Jreu 59,95 22,25 7,07 9,09 34,49

2 Kr. Khea 41,45 15,03 15,09 3,03 16,55

No Sub DAS Rb 1/2 Rb2/3 Rb3/4 Rb 4/5 Wrb

1 Kr.Jreu 2,6 2,8 0,7 0,3 6,3

2 Kr. Khea 2,6 0,9 3,7 0,2 7,4

Keterangan : Rb : Ratio Bifurcation ,Wrb : Wight bifurcation ratio

Besarnya kerapatan aliran dalam DAS juga sangat mempengaruhi respons DAS

terhadap curah hujan yang jatuh diatasnya. Gambaran mengenai kerapatan aliran di Sub

DAS Krung Jreu dan Sub DAS Krung Khea dikaji dengan cara menghitung total

panjang jaringan sungai pada suatu DAS, dibagi dengan luas DAS yang bersangkutan.

Menurut Maryanto (2012) kerapatan aliran menggambarkan depression storage yaitu

simpanan air permukaan yang ada pada cekungan-cekungan seperti danau atau rawa dan

badan sungai yang mengalir di DAS tersebut. Semakin tinggi tingkat kerapatan sungai,

semakin tinggi depression storage, berarti ketika hujan turun akan semakin banyak air

yang tertampung di badan-badan sungai. Namun hal ini memberikan konsekuensi

semakin tingginya tingkat aliran pada DAS tersebut. Informasi jaringan sungai dan

kerapatan aliran dapat dilihat pada Tabel 6.

Page 8: Darwin 1*), Syahrul2), Hairul Basri

Rona Teknik Pertanian, 14 (1)

April 2021

65

Tabel 6. Kerapatan aliran Sub DAS Krueng Jreu dan Sub DAS Krueng Khea

No Sub DAS Luas DAS

(km)

Panjang

Sungai (km)

Kerapatan

Aliran (km) Pola Aliran

1.

Krueng Jreu

231,74

132,86

0,57

Dentritic

2.

Krueng Khea

96,32

91,14

0,95 Paralel

Total 328,06 224,00

Sumber: Hasil analisis, 2020

Hasil analisis pada Tabel 6 menggambarkan klasifikasi indek kerapatan aliran

sungai (Soewarno,1991) pada Sub DAS Kreung Jreu dan Sub DAS Krueng Khea berada

dalam kategori sedang, dimana memiliki nilai kerapatan aliran sebesar 0,57 dan 0,96

yang berarti kondisi alur sungai di kedua Sub DAS tersebut melewati batuan dengan

resistensi yang lebih lunak sehingga angkutan sedimen yang terakut akan lebih besar.

Sedangkan dalam peraturan Dirjen Bina Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan

Perhutanan Sosial nomor: P.3/V-SET/2013 mengacu pada Lynsly (1975) pada Sub DAS

Krueng Jreu akan sering mengalami penggenangan sedangkan pada Sub DAS Krung

khea akan sering mengalami kekeringan. Hal ini berkaitan dengan kondisi drainase

sungai yang ada pada kedua Sub DAS yang mengalami sedikit pendangkalan atau

sedimentasi sebagaimana yang dikemukan oleh Horton (1949), menyebutkan bahwa

kerapatan sungai berhubungan dengan sifat drainase DAS. Sungai dengan kerapatan

kurang dari 0,73 umumnya berdrainase jelek atau sering mengalami penggenangan,

sedangkan sungai dengan kerapatan antara 0,73 ‐ 2,74 umumnya memiliki kondisi

drainase yang baik atau jarang mengalami penggenangan. Pola jaringan sungai dapat

dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Peta jaringan sungai Sub DAS Krueng Jreu dan Sub DAS Krueng Khea

Penutupan Lahan

Hasil analisis spasial pada Sub DAS Krung Jreu memperlihatkan penutupan lahan

pada Tahun 2014 didominasi oleh Hutan Lahan Kering Skunder yaitu seluas 11.212,51

Ha atau sebesar 48,19 % dari total luasan penutupan lahan di Sub DAS Krueng Jreu,

Savana seluas 5.215,50 Ha atau 22,42 % dari luas Sub DAS, semak belukar seluas

Page 9: Darwin 1*), Syahrul2), Hairul Basri

Rona Teknik Pertanian, 14 (1)

April 2021

66

3.690,56 Ha atau 15.86 %, Hutan Primer seluas 1.588,30 Ha atau 6,83 %, Pertanian

Lahan Kering seluas 607,23 Ha atau 2,61%, Pertanian Lahan Kering Campuran seluas

464,12 atau 2 %, Sawah seluas 382,98 atau 1,65 % serta Tubuh Air, Tanah Terbuka dan

pemukiman masing masing dibawah 1 % dari total luasan lahan. Hasil analisis data

tutupan lahan dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2018 dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Perubahan Penutupan Lahan Sub DAS Krueng Jreu Tahun 2014 s/d 2018 Kelas Penutupan Lahan 2014 2015 2016 2017 2018

(ha) (ha) (ha) (ha) (ha)

Hutan Primer

Hutan Lahan Kering Skunder

Semak/Belukar

Pemukiman

Tanah Terbuka

Savana

Tubuh Air

Pertanian Lahan Kering

Pertanian Lahan Kering Cam.

Sawah

1.558,30

11.212,51

3.690,56

30,87

33,73

5.215,50

40,76

607,23

464,12

382,98

1.558,30

10.935,23

3.954,57

30,87

35,46

5.227,04

40,76

607,23

464,12

382,98

13.369,51

1.479,29

1.533,02

210,10

747,61

4.400,31

40,76

538,72

570,80

376,45

12.473,44

174,48

3.723,77

210,10

757,77

4.400,31

40,76

538,72

570,80

376,45

11.204,77

1.443,15

3.730,30

210,10

673,60

4.477,91

40,76

538,72

570,80

376,45

Total 23.266,56 23.266,56 23.266,56 23.266,56 23.266,56

Sumber : Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Hasil Analisis 2020

Hasil analisis spasial pada Sub DAS Krueng Khea memperlihatkan penutupan

lahan pada Tahun 2014 didominasi oleh Semak Belukar dengan luasan 4.830,54 Ha

atau sebesar 50,44 % dari total luasan penutupan lahan di Sub DAS Krueng Khea,

sampai tahun 2018 ada sedikit perubahan pada luasan semak belukar menjadi 4.740,83

Ha atau 49,30 % dari luasan Sub DAS. Selanjutnya Savana seluas 2.458,84 Ha atau

25,57 % dari luas Sub DAS, terjadi perubahan luasan yang cukup besar pada Savana

sehingga pada tahun 2018 diperoleh 1.345,48 Ha atau 13,99 % dari luas Sub DAS.

Tabel 8. Perubahan Penutupan Lahan Sub DAS Krueng Khea Tahun 2014 s/d Tahun

2018 Kelas Penutupan Lahan 2014 2015 2016 2017 2018

(ha) (ha) (ha) (ha) (ha)

Hutan Lahan Kering Skunder

Hutan Tanaman

Semak/Belukar

Pemukiman

Tanah Terbuka

Savana

Tubuh Air

Pertanian Lahan Kering

Pertanian Lahan Kering Cam.

Sawah

1,51

59,54

4.850,34

64,53

-

2.458,84

68,08

628,31

459,29

1.025,12

1,51

59,54

4.850,34

64,53

-

2.458,84

68,08

628,31

459,29

1.025,12

859,54

110,47

3.843,55

232,01

77,05

1.345,48

71,91

554,45

1.450,51

1.070,18

13,59

59,54

4.740,83

232,01

77,05

1.345,48

71,91

554,45

1.450,51

1.070,18

13,59

59,54

4.740,83

232,01

77,05

1.345,48

71,91

554,45

1.450,51

1.070,18

Total 9.615,55 9.615,55 9.615,55 9.615,55 9.615,55

Sumber : Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Hasil Analisis 2020

Page 10: Darwin 1*), Syahrul2), Hairul Basri

Rona Teknik Pertanian, 14 (1)

April 2021

67

Gambar 3. Peta perubahan tutupan lahan Sub DAS Krueng Jreu dan Sub DAS Krueng Khea tahun 2014

sampai 2018

Page 11: Darwin 1*), Syahrul2), Hairul Basri

Rona Teknik Pertanian, 14 (1)

April 2021

68

Penutupan lahan berupa sawah mempunyai luasan sebesar 1.025,12 Ha atau 10,66 %

dari luas Sub DAS dan pada pada tahun 2016 terjadi penambahan luasan sebesar 45,06

Ha sehingga menjadi 1.070,18 Ha atau 11,13 % dari total luasan. Hasil analisis data

tutupan lahan dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2018 pada Sub DAS Krueng Khea

dapat dilihat pada Tabel 8. Perubahan Penutupan lahan pada kedua Sub DAS tersebut

tentu akan berpengaruh terhadap perubahan niai koefisien limpasan ( C ) sehingga

terjadi perubahan respon suatu DAS terhadap besarnya curah hujan. Nilai Koefisien

Limpasan Sub DAS Krueng Jreu dan Sub DAS Krueng Khea dapat dilihat pada Tabel 9

dan perubahan penggunaan lahan pada kedua Sub DAS dari tahun 2014 sampai tahun

2018 dapat dilihat pada Gambar 3.

Tabel 9. Nilai koefisien limpasan pada Sub DAS Krueng Jreu dan Sub DAS Krueng

Khea Tahun 2014 s/d 2018

Sub DAS

C tertimbang

Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018

Krueng Jreu

0,05

0,05

0,06

0,06

0,06

Krueng Khea

0,09 0,09 0,10 0,10 0,10

Sumber : Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Hasil Analisis 2020

Karakteristik Hidrologi

Berdasarkan data yang diperoleh Sub DAS Krueng Jreu diperoleh hasil bahwa

terjadi limpasan permukaan terbesar selama lima tahun yaitu sebesar 2.178,3 mm pada

Tahun 2015 sedangkan limpasan terendah terjadi pada Tahun 2014 yaitu sebesar 1 mm.

Sedangkan Sub DAS Krueng Khea diperoleh hasil bahwa terjadi limpasan permukaan

terbesar selama lima tahun yaitu sebesar 204 mm yang terjadi pada Tahun 2015

sedangkan limpasan terendah terjadi pada Tahun 2018 yaitu sebesar 4,9 mm. Limpasan

permukaan merupakan curah hujan hujanyang mengalir diatas permukaan tanah yang

mengangkut zat-zat partikel tanah hal ini diakibatkan dari besarnya curah hujan yang

jatuh melebihi kapasitas infiltrasi, saat laju infiltrasi terpenuhi maka maka air akan

mengisi cekungan yang terdapat pada permukaan tanah. Setelah cekungan-cekungan

tersebut terisi air dan penuhmaka air akan mengalir (melimpas) diatas permukaan tanah

(surface runoff). Limpasan permukaan yang terjadi di Sub DAS Krueng Jreu dan Sub

DAS Krueng Khea dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Limpasan permukaan Sub DAS Krueng Jreu dan Sub DAS Krueng Khea

Tahun 2014 sampai Tahun 2018

Page 12: Darwin 1*), Syahrul2), Hairul Basri

Rona Teknik Pertanian, 14 (1)

April 2021

69

Dari hasil pengolahan data rata – rata bulanan diperoleh debit maksimum (Qp Max)

yang terjadi pada Sub DAS Krueng Jreu sebesar 2,95 m3/dtk yang terjadi pada bulan

Januari dengan debit rata-rata 0,92 m3/dt sedangkan debit minimum sebesar 0,08 m3/dt

yang terjadi pada bulan Agustus dengan debit rata-rata (Qp rerata) dibulan yang sama

yaitu 0,13 m3/dt. Menurut Pratama dan Yuwono (2016) besarnya debit maksimum yang

terjadi dalam suatu wilayah DAS salah satunya disebabkan oleh tingginya curah hujan

yang terjadi pada bulan tersebut. Hasil analisis data debit permukaan Sub DAS Krueng

Jreu dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Analisis debit permukaan Sub DAS Krueng Jreu

Sedangkan hasil pengolahan data rata – rata bulanan diperoleh debit maksimum

yang terjadi pada Sub DAS Krueng Khea adalah sebesar 7,36 m3/dtk yang terjadi pada

bulan Januari dengan debit rata-rata 1,09 m3/dt pada bulan yang sama, sedangkan debit

minimum 0,14 m3/dt yang terjadi pada bulan Oktober dengan debit rata-rata dibulan

yang sama yaitu 0,39 m3/dt. Hasil analisis data debit permukaan Sub DAS Krueng

Khea dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Analisis debit permukaan Sub DAS Krueng Khea

Hasil analisis KRS rata-rata bulanan pada Sub DAS Krueng Jreu diperoleh bahwa

tertinggi berada di bulan April sebesar 5.239 sedangkan KRS terendah sebesar 53 yang

terjadi di bulan September, sedangkan pada Sub DAS Krueng Khea KRS tertinggi

terjadi di bulan Januari sebesar 97 dan KRS terendah pada bulan Maret sebesar 15.

Page 13: Darwin 1*), Syahrul2), Hairul Basri

Rona Teknik Pertanian, 14 (1)

April 2021

70

Tingginya nilai KRS diakibatkan besarnya nilai fluktuasi debit. Semakin kecil nilai

fluktuasi debit, maka semakin baik kondisi tata guna lahan suatu DAS dan semakin

besar nilai fluktuasi debit tersebut, maka semakin buruk keadaan penggunaan lahan di

DAS tersebut (Arsyad, 2010). Gambar Analisis Koefisien Rezim Sungai dapat dilihat

pada Gambar 7.

Hasil analisis koefisien penyimpanan rata-rata bulanan pada Sub DAS Krueng Jreu

tertinggi terdapat pada bulan Maret dengan koefisien 0,317, sedangkan sedangkan nilai

terendah terdapat pada bulan April yaitu sebesar 0,003. Pada Sub Das Krueng Khea

Koefisien Penyimpanan tertinggi berada pada bulan Februari yaitu sebesar 0,517 dan

koefisien penyimpanan terendah pada bulan Januari. Hasil Analisis koefisien

penyimpanan dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 7. Analisis Koefisien Rezim Sungai Sub DAS Krueng Jreu dan Krueng Khea

Gambar 8. Analisis Koefisien Penyimpanan Sub DAS Krueng Jreu dan Krueng Khea

KESIMPULAN

Tidak terjadi perubahan penutupan lahan yang signifikan pada kedua Sub DAS.

Pada tahun 2014 nilai C tertimbang pada Sub DAS Krueng Jreu sebesar 0,05 menjadi

0,06 pada tahun 2016 dan sampai tahun 2018 nilai ini tidak mengalami perubahan. Pada

Sub DAS Krueng Khea juga terjadi kenaikan sebesar 0,01 dari angka 0,09 pada tahun

2014 menjadi 0,10 pada tahun 2016 dan angka ini tetap sampai tahun 2018 sehingga

karakteristik hidrologi yang terjadi pada Sub DAS Krueng Jreu dan Sub DAS Krueng

Khea tidak dipengaruhi oleh perubahan penggunaan lahan pada kedua Sub DAS.

Page 14: Darwin 1*), Syahrul2), Hairul Basri

Rona Teknik Pertanian, 14 (1)

April 2021

71

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih yang sebesar besarnya disampaikan kepada Balai Pengelolaan Daerah

Aliran Sungai dan Hutan Lindung Krueng Aceh, Stasiun klimatologi kelas IV Indrapuri

Aceh Besar, serta masyarakat Kecamatan Indrapuri dan Selimuem serta seluruh pihak

yang telah membantu sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan tulisan ini.

DAFTAR PUSTAKA

Arham, M., M. Arsyad, dan P. Palloan. 2015. Analisis Karakteristik Curah Hujan Dan

Tinggi Muka Air Daerah Aliran Sungai (DAS) Pute Rammang-Rammang

Kawasan Karst Maros. Jurnal Sains Dan Pendidikan Fisika (JSPF) Jilid 11.

Arsyad, S. 2006. Konservasi Tanah dan Air. Bogor: IPB Press.

Asdak, C. 2007. Hidrologi dan Pengololaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta: Gadjah

Mada University Press.

Asdak, C. 2010. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta: UGM

Press.

Emilda, A. 2010. Identifikasi karakteristik DAS Cisadane Hulu. Tesis. Program

Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Fadli, R. 2017, Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Debit Puncak dan

Debit Andalan di DAS Krueng Meuredu Provinsi Aceh.

Husnan, H. 2010. Model Produksi Air DAS. Bahan Seminar Program Pascasarjana IPB.

Bogor.

Kahirun, 2017, Karakteristik Morfometeri Menentukan Kondisi Hidrologi DAS Roraya.

Ecogreen Vol 3. No 2. Halaman 105 – 115. ISSN 2407 – 9049.

KEMENHUT, 2011. PP No. 38 Tahun 2011 Tentang Sungai.

KEMENHUT, 2013. Peraturan Direktur jenderal Bina Pengelolaan daerah Aliran

Sungai dan Perhutanan Sosial Tentang Pedoman Identifikasi Karakteristik

Daerah Aliran Sungai.

Kiswayadi, T.D. 2017, Analisis Morfometeri dan Debit Puncak Menggunakan Sistem

Informasi Geografis untuk PenentuanSub DAS Prioritas pada DAS Krueng

Meuredu Provinsi Aceh.

Linsley, 1996. Hidrologi Untuk Insinyur. Erlangga. Jakarta.

Muis, B. A. 2017. Model Perencanaan Penggunaan Lahan untuk Konservasi

Sumberdaya Air Di DAS Krueng Aceh. Disertasi. Sekolah Pascasarjana Institut

Pertanian Bogor. Bogor.

Muiz, A. 2009. Analisis Perubahan Penggunaan Lahan di Kabupaten Sukabumi. Tesis.

Magister Sains pada Program Ilmu Perencanaan Wilayah. Sekolah Pascasarjana

Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Nasrullah dan Kartiwa, B. 2010. Analisis Alih Fungsi Lahan dan Keterkaitannya

dengan Karakteristik Hidrologi DAS Krueng Aceh. Jurnal Tanah Dan Iklim No.

31/2010. Peneliti pada Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi, Bogor.

Ningkeula, E. S. 2016. Analisis Karakteristik Morfometri dan Hidrologi Sebagai Ciri

Karakteristik Biogeofisik DAS Wai Samal Kecamatan Seram Utara Timur Kobi

Kabupaten Maluku Tengah. Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan

UMMU-Ternate). Vol. 9 Edisi 2 (Oktober 2016).

Pramono IB, Wahyuningrum N, Wuryanta A. 2009. Penerapan Metode Rasional untuk

Estimasi Debit Puncak pada Beberapa Luas Sub DAS. Jurnal Penelitian Hutan

dan konservasi Alam Vol. VII No.2: 161-176, 2010.

Page 15: Darwin 1*), Syahrul2), Hairul Basri

Rona Teknik Pertanian, 14 (1)

April 2021

72

Pratama, W dan Yuwono, S.B. 2016. Analisis perubahan penggunaan lahan terhadap

karakterisik hidrologi di DAS Bulok. Jurnal Sylva Lestari Vol.4 No.3 Juli 2016

(II-20)

Putra, U. R. 2012. Morfometri DAS di Jawa Bagian Barat. Skripsi. Universitas

Indonesia.

RJ. Kodoatie dan Roestam S. 2010. Tata Ruang Air. Penerbit Andi. Yogyakarta.

Running SW. 2008. Climate change: ecosystem disturbance, carbon, and climate.

Science. 321: 652-653.

Seyhan, E. 1977. Foundamental of Hydrology. Translate by S, Subagyo. 1993. Dasar-

Dasar Hidrology. Second edition. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Steanly R.R. Pattiselanno, Agus K. Soetrisno 2017. Mitigasi Karakter Muka Air Banjir

dari Morfometri DAS Wai Loning – Negeri laha, Berbasis Geografic Information

System (GIS). Jurnal Simentrik Vol. 7, No.2, Desember 2017.

Supatno dan A. Sumarah. 2016. Analisis Karakteristik Hidrologi Sungai Gajahwong

Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal Angkasa. Volume VII, NO. 1, MEI 2016.

Suripin. 2002. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Andi Offset. Yogyakarta.

Verrina, G. P., D. D. Anugrah, dan Sarino. 2013. Analis.a Runoff pada Sub DAS

Lematang Hulu. Jurnal Teknik Sipil dan Lingkungan Vol. 1, No. 1, Desember

2013. Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya.Clark D. 2017.

Alibaba : Kerajaan yang Dibangun oleh Jack Ma. terjemahan oleh Suryo

Waskito. Jakarta (31): PT. Elex Media Komputindo.