dasar-dasar filosofis metode pembelajaran bahasa prancis

9
168 DASAR-DASAR FILOSOFIS METODE PEMBELAJARAN BAHASA PRANCIS SEBAGAI BAHASA ASING DI INDONESIA Siti Perdi Rahayu Universitas Negeri Yogyakarta email: [email protected] Abstract (Title: The Philosophical Foundations of the Learning Method of French as a Foreign Language in Indonesia). The aim of the current study is to describe the philosophical foundations used in learning French as a foreign language in Indonesia, specifically the language learning which refers to the CECR (Cadre Européen Commun de Rérence) or uniformity in learning, teaching and evaluation.This study adapts the qualitative descriptive method. The data are in the form of features and characteristics of actionnelle approach, pragmatism and analytical linguistic philosophy foundations. Data are taken from sources such as documents including books on actionnelle approach, Echo 1 and Echo 2 books. Data analysis is done by making a comparative description of the characteristics of the actionnelle approach with the implementation of the philosophy of pragmatism education and the philosophy of analytical linguistic education.The findings of this study indicate that: 1) pragmatism philosophy implies that education at every level must have criteria to be utilized and applied in social life because students are indeed social actors, 2) analytical linguistic philosophy has the principle that word meanings are in sentences, meaning of sentences in language , and the meaning of language exists in various life contexts, and 3) actionnelle approach is characterized by action, assimilating students as language users and as social actors who have tasks to do. The existence of the mentioned similarities can lead us to conclude that the actionnelle approach gained influence from the philosophy of pragmatism and analytical linguistics. Keywords: actionnelle approach; pragmatism philosophy; analytical linguistic philosophy. PENDAHULUAN Pada dasarnya filsafat dan pendidikan mempunyai hubungan yang sangat erat. Sebab, pada hakekatnya pendidikan merupakan suatu proses pewarisan nilai-nilai filsafat. Nilai- nilai inilah yang harus selalu dikembangkan agar dapat memenuhi kebutuhan hidup dan kehidupan yang lebih baik dari kondisi sebe- lumnya. Dalam pendidikan selalu dibutuhkan filsafat pendidikan agar arah pendidikan dapat diterima secara rasional. Filsafat pendidikan adalah ilmu yang mempelajari dan berusaha mengadakan penyelesaian terhadap masalah- masalah pendidikan yang bersifat filosofis. Masalah-masalah tersebut diantaranya adalah tujuan pendidikan yang bersumber dari tujuan hidup manusia dan nilai sebagai pandangan hidup manusia (Sadulloh, 2014 : 8). Salah satu bentuk pendidikan adalah pembelajaran bahasa Asing. Dalam pembela- jaran bahasa terdapat proses belajar mengajar (PBM), yang memiliki berbagai unsur yang wajib ada. Unsur-unsur tersebut diantaranya adalah guru/pengajar, siswa/pembelajar, renca- na pembelajaran, pendekatan/metode penga- jaran, media pengajaran dan evaluasi pembela- jaran. Dalam pembelajaran bahasa asing, uta- manya bahasa Prancis, tentunya juga harus ada unsur-unsur tersebut. Salah satu unsur yang dibutuhkan adalah sebuah pendekatan atau metode pengajaran, yaitu bagaimana menga- jarkan bahasa asing kepada pembelajar, agar tujuan pengajaran itu dapat tercapai dengan hasil yang baik. Berdasarkan perkembangan- nya, pendekatan dalam pembelajaran bahasa asing mengalami beberapa perkembangan atau kemajuan. Secara terus menerus, para ahli melakukan inovasi-inovasi di bidang pembe- lajaran kelas, khususnya kelas bahasa asing, lebih khusus lagi kelas bahasa Prancis. Pembe-

Upload: others

Post on 05-Oct-2021

19 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: DASAR-DASAR FILOSOFIS METODE PEMBELAJARAN BAHASA PRANCIS

168

DASAR-DASAR FILOSOFIS METODE PEMBELAJARAN BAHASA PRANCIS SEBAGAI BAHASA ASING DI INDONESIA

Siti Perdi RahayuUniversitasNegeriYogyakarta

email: [email protected]

Abstract(Title: The Philosophical Foundations of the Learning Method of French

as a Foreign Language in Indonesia). The aim of the current study is to describe the philosophical foundationsused in learningFrenchasa foreign language in Indonesia,specificallythelanguagelearningwhichreferstotheCECR(Cadre Européen Commun de Rérence) or uniformity in learning, teaching and evaluation.This study adapts thequalitativedescriptivemethod.Thedataareintheformoffeaturesandcharacteristicsofactionnelleapproach,pragmatismandanalyticallinguisticphilosophyfoundations.Dataare taken from sources such as documents including books on actionnelleapproach,Echo 1 and Echo2books.Dataanalysisisdonebymakingacomparativedescriptionofthecharacteristics of the actionnelle approach with the implementation of the philosophy of pragmatismeducationandthephilosophyofanalyticallinguisticeducation.Thefindingsofthisstudyindicatethat:1)pragmatismphilosophyimpliesthateducationateverylevelmusthavecriteria tobeutilizedandappliedinsocial lifebecausestudentsare indeedsocialactors,2)analyticallinguisticphilosophyhastheprinciplethatwordmeaningsareinsentences,meaningofsentencesinlanguage,andthemeaningoflanguageexistsinvariouslifecontexts,and3)actionnelleapproachischaracterizedbyaction,assimilatingstudentsaslanguageusersandassocialactorswhohavetaskstodo.Theexistenceofthe mentioned similarities can lead us to conclude that the actionnelle approach gained influencefromthephilosophyofpragmatismandanalyticallinguistics.

Keywords: actionnelle approach; pragmatism philosophy; analytical linguistic philosophy.

PENDAHULUANPadadasarnyafilsafatdanpendidikan

mempunyaihubunganyangsangaterat.Sebab,pada hakekatnya pendidikan merupakan suatu proses pewarisan nilai-nilai filsafat. Nilai-nilai inilah yang harus selalu dikembangkan agar dapat memenuhi kebutuhan hidup dan kehidupan yang lebih baik dari kondisi sebe-lumnya. Dalam pendidikan selalu dibutuhkan filsafatpendidikanagararahpendidikandapatditerima secara rasional. Filsafat pendidikan adalah ilmu yang mempelajari dan berusaha mengadakan penyelesaian terhadap masalah-masalah pendidikan yang bersifat filosofis.Masalah-masalah tersebut diantaranya adalah tujuan pendidikan yang bersumber dari tujuan hidup manusia dan nilai sebagai pandangan hidupmanusia(Sadulloh,2014:8).

Salah satu bentuk pendidikan adalah pembelajaran bahasa Asing. Dalam pembela-

jaran bahasa terdapat proses belajar mengajar (PBM), yang memiliki berbagai unsur yangwajib ada. Unsur-unsur tersebut diantaranyaadalahguru/pengajar,siswa/pembelajar,renca-na pembelajaran, pendekatan/metode penga-jaran,mediapengajarandanevaluasipembela-jaran.Dalampembelajaranbahasaasing,uta-manyabahasaPrancis,tentunyajugaharusadaunsur-unsur tersebut. Salah satu unsur yang dibutuhkan adalah sebuah pendekatan atau metode pengajaran, yaitu bagaimana menga-jarkan bahasa asing kepada pembelajar, agartujuan pengajaran itu dapat tercapai dengan hasil yang baik. Berdasarkan perkembangan-nya, pendekatan dalam pembelajaran bahasaasing mengalami beberapa perkembangan ataukemajuan.Secaraterusmenerus,paraahlimelakukaninovasi-inovasi dibidangpembe-lajaran kelas, khususnya kelas bahasa asing,lebih khusus lagi kelas bahasa Prancis. Pembe-

Page 2: DASAR-DASAR FILOSOFIS METODE PEMBELAJARAN BAHASA PRANCIS

169

lajaran bahasa Prancis sebagai bahasa asing di Indonesia sudah dilakukan sejak tahun 1952,beberapa tahun setelah Indonesia merdeka (Dwidjosusastro,1995:155)

Bahasa Prancis sudah diajarkan mulai dari tingkat SMA/SMK/MA maupun di tingkat perguruan tinggi, baik di sekolah/perguruantinggi negeri maupun swasta. Bahkan pada bulanFebruari2008,telahdisepakatibersamaoleh10UniversitasdiIndonesiayangmenye-lenggarakan pembelajaran bahasa Prancis,seperti:UNY,UNJ,UPI,UGM,UI,UNIMED,UNHAS, UNNES, dan UNPAD, terhadapstandar kompetensi yang dituntut untuk lu-lusan S1 PendidikanBahasa PrancismaupunSastra Prancis seluruh Indonesia. Kesepakatan itu adalah keterampilan berbahasa untuk lu-lusan S1 harus setingkat B2. Jadi, seseorangyang memiliki kemampuan berbahasa Prancis tingkatB2,diaakanmemilikitingkatkemandi-rian yang memadai. Dengan kompetensi ini seseorang tidak akan mendapatkan kesulitan jika melanjutkan studi di Prancis atau negara-negara berbahasa Prancis (Francophone). Hal inijugayangdipersyaratkanbagiuniversitas-universitasdiPrancisuntukmenerimamaha-siswa asing. Dalam masa sejak awal pembela-jaran sampai sekarang, beberapa pendekatandan metode pernah diterapkan dalam pembe-lajaran bahasa Prancis sebagai bahasa asing diIndonesia,sepertimetodetatabahasa-terje-mahan,metodeaudio-oral,metode langsung,danpendekatankomunikatif(EnricaPiccardo,2014:9).Buku-bukuajaryangdigunakanpunjuga mengalami penyesuaian dengan metode pembelajarantersebut,seperti:bukuDe Vive-Voix, La France Direct, dan Intercode cende-rung meggunakan metode audio-oral dan me-tode langsung, sedangkan buku, Tempo, dan Campus cenderung menggunakan pendekatan komunikatif.

CECR adalah sebuah dokumen resmi Dewan Uni Eropa (conseild’Europe) yang diterbitkan oleh Divisi Politik Bahasa (Divi-sion des Politiques Linguistique) yang ber-kantordiStrasbourg,Prancis.Dokumenyangdibuatpadatahun1991danmulaidipublikasi-kanpadatahun2001inimerupakankerangkaacuan untuk belajar (apprendre),mengajarkan(enseigner),danmelakukanevaluasi(évaluer)

dalam pengajaran / pendidikan bahasa-bahasa di lingkungan / Negara-negara Uni Eropa.Dan tentu saja penyusunan kerangka acuan ini disesuaikan dengan kebutuhan politik bahasa di Negara-negara tersebut (Enrica Piccardo,2014:6).Salahsatubukuajaryangdigunakanuntuk pembelajaran bahasa Prancis di Indone-sia adalah Echo 1, 2, dan 3.

Pembelajaran bahasa Prancis di Indo-nesia pun harus mengacu kepada konsep yang telah ditentukan dalam CECR, yaitu adanyapenyeragamandalampembelajaran,pengajar-andanevaluasi(bahasanegara-negaraEropa).DiIndonesia,untukbidangstudibahasaPran-cis, konsep atau kerangka CECR ini dikenalmelalui ujian DELF dan DALF. Salah satu hal yang sering didengungkan oleh konsep ini ada-lah kesadaran akan pentingnya menjembatani perbedaan budaya ketika sebuah komunikasi terjadi. Pendekatan yang ditawarkan oleh CECR dalam pembelajaran bahasa Prancis adalah pendekatan actionnelle (approche ac-tionnelle),yaitupendekatankomunikatifyangberbasis tindakan. Pendekatan komunikatif da-lam hal ini menekankan pada komunikasi dan menempatkan pembelajar sebagai pusat proses pembelajaran,membuatnyaaktif,mandiridanbertanggungjawabpadakemajuannya,sedang-kan pendekatan actionnelle mengambil semua konsep pendekatan komunikatif dan menam-bahkan strategi yang berupa tâche “tugas” de-ngan konteks yang beragam (hal-hal yang akan dihadapi pembelajar dalam kehidupan sosial). Pendekatan ini menempatkan pembelajar se-bagai aktor sosial yang mampu menggunakan serangkaian kemampuan termasuk unsur strat-egis,kognitif,verbalmaupunnonverbaluntukmencapaikeberhasilankomunikasi(Tagliante,2002:36).Padaprosespembelajaran,pembela-jartidakdiberilatihan-latihan,tetapipembela-jar diberi tugas ‘tâche’,misalnyatugaskreatif,tugasyangberkaitandenganketrampilan,tugaspemecahanmasalah,tugasmelakukanpresen-tasi, dan tugas-tugas lain yang dapat ditemuidalam kehidupan sehari-hari. Para pembelajar tidak lagi dituntut mereproduksi dan mem-produksipolakalimat–polakalimatyangkaku,tetapi harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi(EnricaPiccardo,2014:13).

Dasar-dasarFilosofisMetodePembelajaranBahasaPrancis... (Siti Perdi Rahayu)

Page 3: DASAR-DASAR FILOSOFIS METODE PEMBELAJARAN BAHASA PRANCIS

170

diksi Volume 27, Nomor 2, September 2019

Penggunaan pendekatan actionnelle initentumemilikilandasanfilosofis,sehinggadapat ditetapkan sebagai pendekatan yang ha-rus dipakai dalam pembelajaran bahasa Pran-cissebagaibahasaasing, terutamadi Indone-sia.Darisudutpandangfilosofis,Pembelajaranbahasa Prancis saat ini membuat pembelajar beralih dari manusia yang berkomunikasi ke manusia yang bertindak. Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, inilah yang menjadiciri khas pendekatan actionnellle, yaitu pembe-lajaran bahasa yang bertujuan mempersiapkan pembelajar tidak hanya mampu berkomunikasi melainkan juga berpartisipasi atau bertindak dalam kehidupan sosial. Untuk mendukungpembelajaran dengan pendekatan actionnelle tentu juga dibutuhkan materi atau bahan ajar yangsesuai,salahsatucontohbahanajarataumateri yang menawarkan pembelajaran bahasa dengan pendekatan actionnelle adalah buku ajar (bhs Prancis : méthode) “Echo”,yangter-diriatas Echo 1, Echo 2, dan Echo 3.

ÉCHO adalah semacam buku ajar un-tuk pembelajaran bahasa Prancis sebagai ba-hasa asing dengan menggunakan pendekatan actionnelle. Hal ini sesuai dengan yang dijelas-kanolehpengarangbuku itu, J.Pécheuret J.Girardot

“Echo est une méthode français langue étrangère qui s’adresse à de grands adolescents et à des adultes débutants ou faux débutants. Elle est conçue àpartir de supports variés qui reflètentles intérêts et les préoccupations de ce public. Elle s’appuie le plus possible surdesactivitésnaturellesplusprochesde la conversation entre adultes quede l’exercice scolaire. Elle chercheaussi à concilier le dosage obligé des difficultésavec lebesoindepossédertrèsvitelesclésdelacommunicationetdes’habitueràdesenvironnementslinguistiques riches (Girardet, J et J.Pécheur.2008:2)Secara garis besar buku ECHO adalah

buku atau metode pembelajaran bahasa Pran-cis yang ditujukan kepada pembelajar bahasa Prancis usia remaja dewasa atau pemula. Buku ini dirancang dan disesuaikan dengan keingin-an pembelajar, berisi tentang materi-materi

yang berupa kegiatan-kagiatan yang bersifat alamiah (natural) yang cenderung terjadi pada remaja dewasa. Buku ini juga berusaha mem-berikan kemudahan-kemudahan untuk dapat berkomunikasi dengan cepat dan membiasakan diri menyesuaikan dengan lingkungan yang sarat dengan konteks kebahasaan.

Filsafat pendidikan selalu mempu-nyai andil besar dalam penentuan arah sebuah pendidikan, termasuk di dalamnya pembela-jaran bahasa Prancis. Ada berbagai macam aliran filsafat pendidikan antara lain: filsafatpendidikan Pragmatisme, filsafat pendidikanIdealisme, filsafat pendidikan Progresivisme,filsafatpendidikanRealisme,filsafatpendidik-an Eksistensialisme, filsafat pendidikan Pe-renialisme, filsafat pendidikan esensialisme,filsafat pendidikan rekonstruksionisme, danfilsafat pendidikan analitik. Dalam penelitianini, tidak semua aliran filsafat tersebut diba-has. Sebenarnya tidak ada suatu pendidikan yang hanya berlandaskan pada salah satu fil-safatsaja,karenamasing-masingaliranmem-punyai kelebihan dan kekurangan, sehinggakadang-kadang dibutuhkan landasan filosofisyang bersifat eklektik, yaitu landasan filsafatyangbersifatcampuran,memilihajaran-ajaranyang baik-baik saja dan yang cocok dengan tu-juanpendidikanyangdipilih.Olehkarenaitu,dalam penelitian ini hanya akan diuraikan ten-tangfilsafatpendidikanpragmatisdanfilsafatpendidikananalitik,yangdidugamenjadidasarfilosofismetodepembelajaranbahasaPrancis-sebagai bahasa asing di Indonesia.

Sesuai dengan penjelasan tentang aliranfilsafatpendidikanpragmatisdananali-tik tersebut, benarkah pendekatanactionnelle sebagai pendekatan dalam pembelajaran ba-hasa Prancis sebagai bahasa asing mendapatpengaruh dari ajaran-ajaran yang ada dalam filsafat pendidikan pragmatisme dan analitiklinguistik tersebut. Buku ajar atau méthode yang menjadi sampel penelitian adalah buku Écho, yang terdiri dariEcho 1 dan 2. Buku-buku ini sudah menerapkan pendekatan ac-tionnnelle. Alasan pemilihan buku ini dipakai sebagaisubjekpenelitian,karenapengalamanpeneliti sebagai pengajar bahasa Prancis juga telah menerapkan pendekatan actionnelle den-gan menggunakan buku-buku tersebut.

Page 4: DASAR-DASAR FILOSOFIS METODE PEMBELAJARAN BAHASA PRANCIS

171

PEMBAHASANUntuk menemukan dasar-dasar filo-

sofis yang digunakan dalam pendekatan ac-tionnelle yang diterapkan dalam pembelajaran bahasaPrancissebagaibahasaasing,diuraikanterlebihdahulualiran-aliranfilsafatyangmem-pengaruhi pendekatan actionnelle tersebut.

Aliran Filsafat Pendidikan PragmatisIstilah pragmatisme berasal dari kata

‘pragma’ yang berarti praktik atau berbuat atau bertindak. Maksudnya adalah bahwa makna segala sesuatu tergantung pada hubungannya dengan apa yang dilakukan. Pragamatisme memberikan sumbangan yang sangat besar terhadap teori pendidikan. John Dewey meru-pakan tokoh pragmatisme yang secara eksplisit membahas pendidikan dan secara sistematis menyusun teori pendidikan yang didasarkan atasfilsafatpragmatisme(Sadulloh,2014:124).Selanjutnya,Deweymenjelaskantentangkon-seppendidikan,yaituadanyaduateoripendi-dikan yang saling bertentangan antara yang satu dengan yang lainnya. Kedua teori pendi-dikan tersebut dikenal dengan istilah paham konservatif dan Unfolding theory (teori pe-merkahan). Paham konservatif menyatakanbahwa pendidikan adalah sebagai suatu pem-bentukan terhadap pribadi anak tanpa mem-perhatikan kekuatan-kekuatan atau potensi-po-tensi yang ada dalam diri anak. Jadi pendidikan akanmenentukan segalanya, artinya pendidi-kan merupakan suatu proses pembentukan jiwa dari luar. Mata pelajaran ditentukan menurut kemauanpendidik,sehinggasiswatinggalme-nerima saja. Sedangkan Unfolding theory (teori pemerkahan) adalah bahwa anak akan berkem-bangdengansendirinya,karenaiatelahmemi-likikekuatan-kekuatanlaten(tersembunyi),di-mana perkembangan sianak telah mempunyai tujuan yang lengkap dan pasti. Namun bukan duateoriiniyangdimaksudolehDewey,tetapidia menjelaskan bahwa pendidikan menurut prgmatisme adalah suatu proses reorganisasi dan rekonstruksi dari pengalaman-pengalaman individu,baikanakmaupunorangdewasase-lalu belajar dari pengalamnnya. Akhirnya John Dewey menyimpulkan akan pentingnya pen-didikan karena didasarkan pada tiga pokok pe-mikiran:(1)pendidikanmerupakankebutuhan

untukhidup,(2)pendidikansebagaipertumbu-han,dan (3)pendidikansebagai fungsi sosial(Sadulloh,2014:124-125).

Dalam pelaksanaannya, filsafat pen-didikan pragmatisme mengarahkan agar subjek didik atau pembelajar saat belajar di sekolah tak berbeda ketika ia berada di luar sekolah. Oleh karenanya, kehidupan di sekolah selaludisadarisebagaibagiandaripengalamanhidup,bukan bagian dari persiapan untuk menjalani hidup. Di sini pengalaman belajar di sekolah tidak berbeda dengan pengalaman saat ia be-lajar di luar sekolah. Pembelajar menghadapi problem yang menyebabkan lahirnya tindakan penuh dari pemikirannya. Di sini kecerdasan disadari akan melahirkan pertumbuhan, danpertumbuhan akan membawa mereka di dalam beradaptasi dengan dunia yang berubah. Ide gagasan yang berkembang menjadi sarana ke-berhasilan.

Implikasi filsafat pendidikan pragma-tisme terhadap pelaksanaan pendidikan dapat diuraikan sebagai berikut sebagaimana yang di-jelaskanolehPower(1982)(melaluiSadulloh,2014: 133), sebagai berikut. Pertama, tujuanpendidikan adalah memberi pengalaman un-tuk penemuan hal-hal baru dalam hidup sosial danpribadi.Kedua,kedudukanSiswa:Siswaadalah suatu organisme yang mempunyai ke-mampuan yang luar biasa dan kompleks untuk tumbuh.Ketiga,kurikulumberisipengalamanyang teruji dan yang dapat diubah. Minat dan kebutuhan siswa yang dibawa ke sekolah dapat menentukan kurikulum. Menghilangkan per-bedaan antara pendidikan liberal dengan pen-didikan praktis atau pendidikan jabatan. Ke-empat,metode:Metodeaktif,yaitulearning by doing (belajar sambil bekerja atau bertindak). Kelima,peranguru.Gurumemilikiperanun-tuk mengawasi dan membimbing pengalaman belajar siswa, tanpa mengganggu minat dankebutuhannya.

Aliran Filsafat Pendidikan AnalitikMenurutLorensBagus(1996:249)fil-

safat analitik merupakan suatu ungkapan yang menghimpun semua karya filsafati abad XXyang bersandar kuat pada analisis linguistik dan analisis logis. Dalam pandangan penu-lis filsafat (Wicoyo, 1997:4) dan Mustansyir

Dasar-dasarFilosofisMetodePembelajaranBahasaPrancis... (Siti Perdi Rahayu)

Page 5: DASAR-DASAR FILOSOFIS METODE PEMBELAJARAN BAHASA PRANCIS

172

diksi Volume 27, Nomor 2, September 2019

(2007: 44-124), filsafat analitik terbagi da-lamtigaaliranpemikiranfilsafatbahasayaituatomisme logik (logical atomisme),positivismelogik (logical positivism), dan filsafat bahasabiasa (the ordinary language philosophy).

Bagianketigadarifilsafatanalitikada-lahfilsafatbahasabiasa(the ordinary language philosophy),memilikitigatokohutama.Keti-ga tokoh tersebut adalah Ludwig Wittgeinstein II(1889-1951),GilbertRyle(1900-1976)danJohn Langshaw Austin (1911-1960). Modelanalitikiniterbagiduagolongan,yaituanalitiklinguistikdananalitikpositivistiklogis.Modelanalitiklinguistikmengandungartibahwafil-safat sebagai analisis logis tentang bahasa dan penjelasanmaknaistilah.Parafilosofmemakaimetode analitik linguistik untuk menjelaskan arti suatu istilah dan pemakaian bahasa.

Pendekatan analitik linguistik me-musatkan perhatiannya pada analisis bahasa,kata-kata, istilah-istilah, dan pengertian-pengertian dalam bahasa. Dengan pendekatan analitik linguistik, akan diuji suatu ide ataugagasan, seperti : istilah/ ide kebebasan aka-demik,hakasasimanusia,demokrasi,potensianak dan sebagainya. Pendekatan ini lebih ber-tujuan mengklarifikasi bahasa dan pemikiranyang ada daripada membuat pendapat-penda-pat yang baru tentang hakikat kenyataan. Pendekatan analitik linguistik akan menjelas-kan pernyataan-pernyataan spekulatif dan preskriptif. Misalnya kita memperkenalkan konsep cara belajar siswa aktif . Dengan meng-gunakan tata bahasa dan logika kita kaji konsep tersebut dengan cara menganalisis dari sudut pandang kehidupan nyata. Pendekatan Analitik Linguistik menguji secara logis konsep-konsep pendidikan,sepertimanusia seutuhnya sebagai tujuan pendidikan,pendidikan seumur hidup,pendidikan akademik,kewibawaan,danseba-gainya. Filsafat analitik linguistik bukan meru-pakansuatubangunanpengetahuan,melainkanmerupakansuatuaktivitasyangbertujuanmen-jernihkan istilah-istilah yang dipergunakan da-lam kehidupan nyata. Bahasa dalam kehidupan sehari-hari digunakan dengan berbagai cara untuk mengungkap banyak hal.

Inti pemikiran Wittgenstein II adalah tata permainan bahasa (Language-Games). Hakikat bahasa adalah penggunaannya dalam

berbagai macam konteks kehidupan manusia. Setiap konteks kehidupan manusia mengguna-kan satu bahasa tertentu yang memiliki aturan penggunaan tertentu yang berbeda dengan kon-teks penggunaan lainnya. Singkatnya setiapkonteks kehidupan memiliki aturan penggu-naan bahasa yang berbeda-beda. Wittgensein pada pemikiran ini menyimpulkan bahwa mak-na sebuah kata adalah penggunaannya dalam kalimat, makna sebuah kalimat adalah peng-gunaannya dalam bahasa, dan makna bahasaadalah penggunaannya dalam berbagai kon-teks kehidupan manusia (Mustansyir, 2007:101-106)

Buku Echo dan Dasar FiosofinyaAda tiga perspektif pembelajaran da-

lam buku Echo yang menggunakan pendekat-an actionnelle,yaitu:(1)Pembelajaranbahasaakan diadaptasikan pada konteks situasional yang disesuaikan dengan bidang yang menarik bagisiswa,(2)Siswaakanmenjadiaktorsosialdi kelas. Kelas akan menjadi ruang sosial yang secara alami siswa dapat menjalani banyak tu-gas dan melakukan simulasi tugas-tugas yang harus dilakukan ketika siswa berada di negara PrancisataudinegaraberbahasaPerancis,dan(3) Untuk memperoleh keterampilan, siswaakan menjadi pemain dalam pembelajarannya sendiri bersama-sama dengan kelompok kelas.

Buku metode ini mengatur pembela-jaran sesuai dengan konteks situasional yang harus diadaptasi oleh siswa. Konteks inilah yang menentukan tugas yang harusdiselesaikan siswa. Setiap konteks dalam buku tersebut se-suaidengansatuunitmetode,unitinimewakiliantara30hingga40jampengajaran.Dalamse-tiap unit (konteks situasional) tugas-tugas dia-turdalamduacara:1)Secaraintegratifartinyasemua siswa dan pengajar harus mengetahui konteks situasi tertentu.Misalnya, untukber-integrasi ke dalam lingkungan professional,seseorang harus belajar mencari pekerjaan,mengelolahubungandengankolega,hierarki,serikatpekerjadanmasyarakat,berbicaraten-tang suatu produk, menggambarkan dan me-ngevaluasiproyekpembangunanekonomi,dan2)Narasirencanapembelajarandalambentukskenario aksi. Misalnya untuk mencari peker-jaan siswa harus mencari tawaran pekerjaan,

Page 6: DASAR-DASAR FILOSOFIS METODE PEMBELAJARAN BAHASA PRANCIS

173

mengirimCVdansuratlamaran,berpartisipasidalamwawancara,dll.

UrutanpembelajarandalambukuEcho tersebut jelasmengikuti level-level (niveaux) yang dianjurkan oleh CECR. Buku Echo men-cakupempatlevel(A1,A2,B1,danB2).Da-lamperspektiftindakan,CECRmengasimilasisiswa sebagai pengguna bahasa. Keduanya adalah aktor sosial yang memiliki tugas untuk dilakukan. Di kelas bahasa akan ada tiga jenis tugas: (1) tugas-tugas yang dapat digambar-kan sebagai alami karena mereka secara alami dibangkitkan oleh kelompok sosial kelas, (2)tugasyangdisimulasikan,dan(3)tugasteknisatau tugas belajar.

Namun demikian beberapa latihan da-pat menjadi tugas jika memenuhi kondisi beri-kut. Pertama, latihan-latihan tersebut sesuaidengan minat yang berasal dari siswa. Sebagai contoh, dua siswa menginginkan menghafaldan mengotomatisasikan konjugasi kala kini (présent) beberapa verba. Dibuatlah teknikkreatif dengan membuat dialog kecil. Dengan cara ini siswa kemudian menyadari apa yang dia lakukan dan mengapa dia melakukannya. Kedua,Latihaninididukungolehteks-tekske-cil atau dialog yang memiliki arti yang sama dengan dokumen lain yang ada di dalam buku Echo. Latihan-latihan tersebut menarik me-munculkan reaksi (action). Kedua,tatabahasaatau kosa kata dipelajari sesuai dengan peda-gogi penemuan yang membuat siswa aktif. Aturantidakdiberikankepadasiswa,terserahkepada siswa untuk menyimpulkannya dari kegiatankonkret,identifikasidanklasifikasi.

Dari awal pertemuan dalam kelas bahasa Prancis, menurut bukuEcho, pembe-lajar sudah menjadi aktor sosial. Kelas men-jadi ruang sosial yang di dalamnya pembelajar akanmendapatinformasi,dansalingbertukarpengalaman dan pendapat. Dari interaksi ini akan muncul keinginan untuk menguasai kosa kata, tata bahasa dan pengucapan, kebutuhanuntuk memperoleh strategi pemahaman dan produksi,dankeinginanuntuklebihmemaha-mibudayaFrancophone.Padasaatyangsama,kegiatan simulasi akan memungkinkan peserta didik (pebelajar) untuk mengantisipasi situasi yang harus mereka jalani di lingkungan Fran-cophone. Pada akhir setiap unit dalam buku

Echo, pembelajar melanjutkan dengan guruuntuk meninjau kembali pengetahuan dan ket-erampilannya.Ada lembarevaluasiyangme-mungkinkan untuk mengontrol pemerolehan diri di akhir setiap pelajaran. Dalam lembaran itu,pembelajarakanmencatatberbagaikegia-tan pembelajarannya serta kemajuannya dalam hal pengetahuan dan keterampilan.

Dengan menghadirkan beberapa con-toh prosedur kerja berbasis tugas ini, baiksecara garis besar maupun rinci, buku Echo yang didalamnya terdapat aplikasi pendekatan actionnelle dapat ditemukan poin-poin yang samadenganciri-cirialiranfilsafatpendidikanpragmatisme. Hal tersebut dapat dilihat pada prosespendidikansesuaikonsepaliranfilsafatpendidikan pragmatisme. Proses pendidikan menurut pragmatisme adalah jika pelajaran yang diberikan kepada siswa didasarkan pada fakta-faktayangsudahdiobservasi,dipahami,serta dibicarakan sebelumnya. Bahan pela-jaran harus mengandung ide-ide yang dapat mengembangkan situasi untuk mencapai tu-juan dan harus ada hubungannya dengan materi pelajaran. Pendidikan dalam setiap tingkatan harus memiliki kriteria untuk memanfaatkan kehidupansosial,karenasiswamemangaktorsosial.

Bahan pelajaran terdiri atas seperang-kat tindakan untuk memberi isi kepada kehi-dupan sosial yang ada pada waktu itu. Siswa harus mempelajari dunia dimana dia hidup. Jadi sekolah merupakan cara khusus untuk mengatur lingkungan,direncanakandandior-ganisasi. Di sekolah siswa belajar apa yang ada dalamkehidupan,sekolahjugaharusmenjaditempat dimana kehidupan berlangsung. Dengan sekolah pengajar dapat menolong siswa dalam menciptakankehidupanyangbaik,dansekolahtidak dipisahkan dari kehidupan. Pendidikan adalah kehidupan itu sendiri bukan persiapan untuk suatu kehidupan. Materi pelajaran harus berhubungan langsung dengan masalah yang dihadapianak.Dengandemikian,dapatdisim-pulkan bahwa pendekatan actionnelle yang ada dalam buku Echo sangat cocok dengan konsep pendidikan yang dipaparkan oleh aliran pen-didikan pragmatisme.

Selanjutnya,di sampingfilsafatprag-matisme,pendekatanactionnelle juga menda-

Dasar-dasarFilosofisMetodePembelajaranBahasaPrancis... (Siti Perdi Rahayu)

Page 7: DASAR-DASAR FILOSOFIS METODE PEMBELAJARAN BAHASA PRANCIS

174

diksi Volume 27, Nomor 2, September 2019

pat pengaruh dari filsafat analitik, khususnyaanalitik linguistik. Pendekatan analitik linguis-tik menguji secara logis konsep-konsep pen-didikan seperti konsep tentang manusia seu-tuhnya, tujuan pedidikan, pendidikan seumur hidup, kedewasaan, dan lain sebagainya. Se-carasingkatfilsafatanalitiklinguistikmenya-takan bahwa guru-guru seharusnya memberi-kan pengalaman kehidupan nyata pada siswa atau kurikulum seharusnya didasarkan pada situasi kehidupan yang sebenarnya. Pertama,pernyataan–pernyataan ini seharusnya dike-nal sebagai preskriptif. Kedua, istilah-istilahdeskriptif tentang pengalaman kehidupan nyata dan seperti kehidupan yang sebenarnya harus diuji untuk menetukan artinya. Istilah kehidup-an merupakan suatu deskripsi dari seluruh ak-tivitasumatmanusia.Salahsatuaktivitasumatmanusia yang sekarang adalah mentasrifkan/mengkonjugasikan verba (katakerja).Namundemikian ketika pernyataan ini seringkali digu-nakan,maka istilahmentasrifkan verba (katakerja)bukanlahhalyangsepertidimaksudkan,untuk latihan-latihan tata bahasa bukanlah di-anggap seperti kehidupan sebenarnya, tetapitata bahasa merupakan bagian dari kehidupan

Dari sudut filsafat analitik linguis-tik, pendekatan actionnelle pada buku Echo merupakan aplikasi dari konsep pendidikan yang menyatakan bahwa “guru-guru seharus-nya memberikan pengalaman kehidupan nyata pada siswa’. Dalam pendekatan actionnelle,proses belajar mengajar jelas memberikan pe-

ngalamantentangkehidupannyata,karenada-lam pembelajaran dengan pendekatan action-nelle siswa berperan sebagai aktor sosial atau pemeran sosial. Filsafat analitik linguistik juga menyebutkanbahwasalahsatuaktivitasumatmanusia yang sekarang adalah mentasrifkan verba(katakerja).Verba(katakerja)yangdi-maksud di sini adalah melakukan sebuah tin-dakan, tindakan yangmerupakan bagian darikehidupan.

Dengan demikian, cocok denganpendekatan actionnelle yang menekankan pada aspek tindakan. Jika digambarkan dalam sebuah bagan, hubungan antara filsafat pragmatismedan analitik linguistik terhadap pendekatan ac-tionnelle dalam pembelajaran bahasa Prancis sebagaimanatersajipadaBagan1.

Selanjutnya,hal-halyangmenjadike-samaanantarapragmatisme,analitiklinguistikdan pendekatan actionnelle dapat dilihat pada Tabel1.

SIMPULANBerdasarkan pembahasan tentang

pendekatan actionnelle, aliran filsafat pen-didikan pragmatisme dan juga aliran filsafatpendidikan analitik, dapat ditemukan hasil-hasil sebagai berikut. Pendekatan actionnelle yang diaplikasikan dalam buku Echo adalah pendekatan dalam pembelajaran bahasa Pran-cis yang merupakan perpaduan pendekatan komunikatif dengan ditambahkan sebuah tin-dakandalamkehidupannyata.Sementara itu,

Bagan1.PengaruhfilsafatpragmatismedananalitikbahasaterhadapPembelajaran Bahasa Prancis sebagai bahasa asing

Page 8: DASAR-DASAR FILOSOFIS METODE PEMBELAJARAN BAHASA PRANCIS

175

aliranfilsafatpragmatifjugamenekankanbah-wa pendidikan dalam setiap tingkatan harus memiliki kriteria untuk memanfaatkan kehidu-pansosial,karenasiswamemangaktorsosial.Filsafat analitik, khususnya analitik linguis-tik ini lebihbertujuanmengklarifikasibahasadan pemikiran yang ada daripada membuat pendapat-pendapat yang baru tentang hakikat kenyataan. Pendekatan analitik linguistik akan menjelaskan pernyataan-pernyataan spekulatif danpreskriptif,bahwasetiapbahasaatauistilahharusdijelaskanpreskriptifmaupundeskriptif,sesuai dengan tindakan-tindakan yang ada da-lam kehidupan nyata.

Simpulan yang dapat ditarik dari hasil-hasil sebagai berikut. Pertama, pembelajaranbahasa Prancis di Indonesia harus mengacu kepada konsep yang telah ditentukan dalam CECR.Kedua,pembelajaranbahasaPrancisdiIndonesia menerapkan pendekatan actionnelle dalam proses belajar mengajarnya. Ketiga,pendekatan actionnelle mendapat pengaruh yangcukupbesardari aliranfilasafat pragma-tisme dan aliran filsafat analitik, khususnyaanalitik linguistic. Keempat, filsafat pendidi-kan pragmatisme dan analitik linguistik menja-didasarfilosofismetodePembelajaranBahasaPrancis sebagai bahasa Asing di Indonesia.

Tabel1. Poin-poinyangmenunjukkanadanyapengaruhfilsafatpragmatismedanfilsafatanalitikbahasa terhadap pendekatan actionnelle

Pendekatan Actionnelle Filsafat Pragmatisme Filsafat Analitik Bahasapengajaran bahasa tidak cukup hanyapadatataranlinguistik,tetapi mutlak perlu memasukkan aspekpragmatik,sosiolinguistikdan sosiokultural di dalamnya

pengalaman langsung dianggap lebihmemotivasikarenamemilikinilaiinstrinsik,dan lebih bermakna karena melibatkan subjek didik dalam pengalaman langsung. Mis : seseorang akan lebih banyak belajar tentang pembuatan susu dansapi,perandenganpergikeperusahaan pembuatan susu dan memerahsusu,membaunya,mendengarsuarasapi,dansebagainya

mendasarkan kepada bahasa - sehari-hari,yaitubahasayangdipakai dalam kehidupan sehari-hari (ordinary language)Kondisi praktis tindak - komunikasi menjadi pijakan utama

menempatkanpembelajar,subjek pengguna bahasa sebagai “aktorsosial” yang harus melakukan berbagai tindakan dengan tuturan dalam berbagai situasisosial

Model pembelajaran adalah anak belajar di dalam kelas dengan cara berkelompok

pembelajaran bahasa tidak didasarkan pada struktur melainkan didasarkan pada pemakaian bahasa sesuai konteksnya dalam komunikasi sehari.

Dalam pengajaran tata bahasa tidak lagi diajarkan dalam mata kuliah khusus tersendiri dengan latihan-latihan sistematisasi struktur,tapidihadirkandalam konteks situasi-situasi interaksi sosial dan tindak-tutur kontekstual nyata dalam keseharian masyarakat yang menggunakan bahasatersebut.

Guru menyesuaikan bahan - ajar sesuai dengan minat dan kebutuhananaktersebut,Ruang kelas (yang dilihat - tidak hanya sebagai sebuah setting‘sekolah’,melainkanjuga tempat dimana segala pengalaman belajar dapat diselenggarakan)

guru hanya bertindak sebagai fasilitatordanmotivator

guru hanya bertindak sebagai fasilitatordanmotivator

Dasar-dasarFilosofisMetodePembelajaranBahasaPrancis... (Siti Perdi Rahayu)

Page 9: DASAR-DASAR FILOSOFIS METODE PEMBELAJARAN BAHASA PRANCIS

176

diksi Volume 27, Nomor 2, September 2019

DAFTAR PUSTAKABagus, L. (1996). Kamus Filsafat. Jakarta:

Gramedia.Dwidjosusastro,S.etal.(1995). 50 Tahun Pen-

didikan di Indonesia. Jakarta: Humas Depdikbud.

Girardet, J. (2011). EnseignerLe Fle Selon Une Approche Actionnelle: Quelques Propositions Méthodologiques. Actes DuXiièmeColloquePédagogiqueDeL’alliance Française De São Paulo.

Girardet, J et J. Pécheur. (2008). Echo 1: Method de Français. Paris: CLE Internationale

Girardet, J et J. Pécheur. (2008). Echo 2: Method de Français. Paris: CLE Internationale

Girardet, J et J. Pécheur. (2008). Echo 3: Method de Français. Paris: CLE Internationale

Jazeri, M. (2010). Filsafat Analitik Bahasa:Pengertian,Perkembangan,danTeori-teori Arti. Makalah Program Studi Pendidikan Bahasa Arab (PBA) Pasca-sarjana Institut Agama Islam Negeri Tulungagung.

Mustansyir, R. (2007). Filsafat Analitik: Se-jarah, Perkembangan, dan Peranan Para Tokohnya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Nurlaila. (2012). Filsafat Ordinary Languagedan Pembelajaran Bahasa.From http:/ /ecampus.iainbatusangkar.ac.id/ojs/index.php/takdib/article/viewFile/258/255

Piccardo, E. (2014). Du CommunicativeaL’actionnel: Un Cheminement DeRecherche from http://www.edugains.ca/resourcesFSL/PDF/Communicativ-eToActionApproach/Communicativ-eToActionOriented_AResearchPath-way_French.pdf.

Tagliante,C.(2002).L’évaluation et le Cadre Européen Commun. Paris: CLE International

Sadulloh,U. (2014).Pengantar Filsafat Pen-didikan. Bandung: Penerbit Alfabeta

Wicoyo,A. J. (1997).Filsafat Bahasa Biasa dan Tokohnya. Yogyakarta: Penerbit Liberty.