dasar hidup keluarga menurut amsal 3;3.pptx
TRANSCRIPT
1
Ayat bacaan: Amsal 3:3
"Janganlah kiranya kasih dan setia meninggalkan engkau! Kalungkanlah itu pada
lehermu, tuliskanlah itu pada loh hatimu, maka engkau akan mendapat kasih dan penghargaan
dalam pandangan Allah serta manusia."
Banyak renungan yang berbicara tentang tips-tips membangun keluarga yang bahagia
menurut Firman Tuhan. Setiap orang yang mahu berkahwin tentu ingin memiliki hubungan yang penuh kasih, penuh rasa bahagia dan sejahtera.
Tapi pada kenyataannya kita melihat begitu banyak hubungan yang retak dan roboh bahkan
dalam waktu singkat. Seandainya anda membangun rumah dengan dasar asal-asalan, rumah anda tentu tidak akan bertahan lama.
Mungkin anda sudah mulai menemukan retakan sebelum anda menempatinya. Seperti itu pula
halnya dengan membangun keluarga.
DASAR HIDUP KELUARGA MENURUT
AMSAL 3:3
2
Dasar yang kuat akan menentukan seberapa kokoh pernikahan dan keluarga anda dalam
menghadapi berbagai goncangan. Intinya kira-kira demikian. Jadi seperti halnya membangun rumah, dalam membangun keluarga pun kita perlu memperhatikan betul dasar seperti apa yang akan menopang keutuhan keluarga kita.
Apa yang boleh kita pakai sebagai dasarnya? Hari ini mari kita lihat sebuah dasar kuat yang anda pakai sebagai penopang paling utama
dalam membangun keluarga, yaitu dari kitab Amsal pasal 3. Pada ayat 3 dan 4 dikatakan
demikian: "Janganlah kiranya kasih dan setia meninggalkan engkau! Kalungkanlah itu pada
lehermu, tuliskanlah itu pada loh hatimu, maka engkau akan mendapat kasih dan penghargaan
dalam pandangan Allah serta manusia."
Dari ayat ini kita bisa melihat bahwa ada dua hal yang akan sangat berfungsi untuk dijadikan
dasar, yaitu KASIH dan KESETIAAN.
3
Dalam Amsal 3:3-4 ini kita boleh melihat seruan agar kasih dan setia harus kita
jaga baik-baik sehingga tidak hilang dari diri kita. Sebegitu pentingnya sehingga
dikatakan bahwa kita harus:
- mengalungkannya pada leher, dan- menuliskannya dalam loh hati
Jika ini kita lakukan, maka kita akan melihat bahwa ada penghargaan yang datang bukan saja dari manusia tetapi
juga dari Allah.
Kasih dan kesetiaan merupakan sifat dasar Tuhan yang sangat menonjol. Kalau anda membaca isi seluruh Alkitab, maka kedua
hal ini akan sangat terasa dalam hubungannya dengan kita, manusia yang
diciptakan seperti gambarNya sendiri. Atas dasar kasih Tuhan memberikan diriNYA
untuk mati bagi kita.
4
Oleh sebab itu, mari kita fokus kepada Amsal 3:3-4. Ayat ini sangat singkat dan sederhana, juga tidak sulit
dimengerti, tetapi memiliki kedalaman luar biasa dengan implikasi yang begitu luas dalam menyentuh setiap aspek kehidupan kita. Salah satu saja hilang, anda akan sulit merasakan kebahagiaan dan damai sejahtera dalam keluarga anda. Ada beberapa poin
yang ingin saya angkat secara khusus berdasarkan ayat ini. Mari kita lihat satu persatu.
1. KASIH DAN KESETIAAN PERLUKAN PROSES
Di zaman serba cepat seperti sekarang, orang ingin segala sesuatunya serba cepat. Dalam hal kasih
dan kesetiaan, banyak orang menganggap remeh dan mengira bahwa itu boleh diperoleh dalam
sekejap mata. Faktanya tidaklah demikian. Kasih dan kesetiaan bukan sesuatu yang hanya teori
semata tetapi memerlukan sebuah proses melalui praktek terus menerus untuk boleh berakar kuat
lalu berbuah dalam diri kita. Jadi kasih dan kesetiaan harus melalui proses pertumbuhan dan
pembangunan dengan usaha yang serius agar boleh berhasil.
5
Yesus berkata: "Tetapi kepada kamu, yang mendengarkan Aku, Aku berkata: Kasihilah
musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu; mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu; berdoalah bagi orang
yang mencaci kamu." (Lukas 6:27-28). Agar bisa mengasihi orang-orang seperti ini, tentu kita
butuh latihan lama dan perlu bantuan Tuhan. Itu artinya ada proses yang harus kita lalui terlebih
dahulu agar kita bisa mencapai tingkatan seperti itu.
Betapapun hebatnya anda dalam karier, anda boleh mengaku mengasihi keluarga, tapi itu
tidaklah berarti apa-apa tanpa adanya sifat setia dalam diri anda. Anda akan mudah mencari alasan untuk menyakiti istri /suami dan anak
anda. Jadi baik kesetiaan maupun kasih bukan sesuatu yang segera. Keduanya perlu proses yang harus terus menerus diperjuangkan dan
dijalankan dengan penuh ketekunan, tanggung jawab dan keseriusan.
6
2. JANGAN LUPAKAN KASIH ANDA YANG MULA-MULA
Kita harus sadar bahwa dari dulu iblis sangat suka bekerja menghancurkan keluarga bukan
dengan tampil menakut-nakuti dengan peribadi seram tetapi dengan menembakkan api kekecewaan, kebencian dan kepahitan.
Suami kecewa karena istri dianggap sering terlalu cerewet, kurang mengerti atau
menghargai usaha, istri kecewa karena suami kurang perhatian, terlalu sibuk sendiri atau malah mudah marah, anak-anak kecewa karena orang tuanya terlalu sibuk dengan
urusan masing-masing sehingga tidak memperhatikan mereka. Semua ini boleh
menjadi retakan yang jika tidak diatasi boleh meruntuhkan bangunan keluarga. Ada satu
cara yang saya rasa sangat efektif dalam hal ini iaitu: kembalilah kepada kasih mula-mula.
7
Terhadap pasangan saja kita boleh meninggalkan kasih mula-mula, begitu juga kepada Tuhan.
Manusia punya kecenderungan untuk merasa bosan dan sangat sulit menetapkan keutamaan. Ketika Tuhan menunjukkan kesetiaan yang luar biasa besar kepada manusia, bahkan berjanji
untuk menyertai kita senantiasa sampai kepada akhir zaman (Matius 28:20) dan akan selalu
berjalan menyertai kita tanpa membiarkan dan meninggalkan (Ulangan 31:6b), kita sebagai
manusia pula melupakan atau menomborduakanNya pada suatu ketika.
Oleh karena itu kita harus berpegang pada kasih mula-mula dan menjaga api kasih itu agar tetap
menyala. Dalam Wahyu 2:4 pun kita boleh melihat teguran kepada orang-orang yang mulai kehilangan kasih mula-mula. Baik kepada Tuhan maupun kepada pasangan kita, kasih mula-mula
ini haruslah kita jaga supaya jangan sampai meredup lalu padam.
8
3. TAKUT AKAN TUHAN ADALAH YANG PALING UTAMA
Kita tentu sudah tahu bahwa hikmat bermula dari takut akan Tuhan (Amsal 9:10, Mazmur
111:10). Tapi kita harus ingat bahwa kasih dan kesetiaan pun bermula dari sumber yang sama.
Itu dapat kita ketahui dari ayat berikut ini: "Dengan kasih dan kesetiaan, kesalahan diampuni, karena takut akan TUHAN orang
menjauhi kejahatan." (Amsal 16:6). Jika kita buka 1 Yohanes 4:8 maka kita akan mendapatkan ayat yang berbunyi: "Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih."
Gabungan dari kedua ayat ini sangatlah sederhana. Takut akan Tuhan akan membawa
kita menjauhi kejahatan, dan ketika kebencian, kemarahan, kekecewaan, dendam dan kepahitan yang mendominasi hati kita, maka dikatakan kita
tidak mengenal Allah.
9
Menerapkan takut akan Tuhan berarti kita menghormati Tuhan, patuh dan taat kepada
perintahNya, tunduk secara total, berpegang kepadaNya dan percaya penuh
kepadaNya. Takut akan Tuhan adalah sebuah sumber atau modal utama untuk boleh memiliki dan menjadikan kasih dan kesetiaan hidup dalam diri kita, dan itu
juga merupakan sumber untuk mendapatkan hikmat.
Karena itu tepatlah apabila Pengkotbah menyimpulkan demikian: "Akhir kata dari segala yang didengar ialah: takutlah akan
Allah dan berpeganglah pada perintah-perintah-Nya, karena ini adalah kewajiban
setiap orang." (Pengkotbah 12:13).