dasar teori

3
DASAR TEORI Pemeriksaan serologi adalah pemeriksaan yang menggunakan serum seperti pemeriksaan pada dugaan demam dengue. Demam dengue dapat merupakan infeksi pertama kali yang disebut infeksi primer dan dikenal sebagai demam dengue, serta infeksi kedua kali yang disebut infeksi sekunder yang dapat menimbulkan penyakit demam berdarah yang dikenal sebagai dengue haemorragic fever (DHF) yang dapat mengalami renjatan dan berakhir dengan kematian. Pada demam dengue, pemeriksaan serologi yang tersedia adalah pemeriksaan antigen NS-1, IgA-anti dengue, antibodi dengue IgG dan IgM. Pemeriksaan antigen NS-1 dengue dapat dilakukan pada hari pertama sampai hari kesembilan dari demam baik pada infeksi primer maupun infeksi sekunder, sehingga antigen NS-1 ini merupakan pemeriksaan dini untuk mengetahui adanya infeksi dengan virus dengue. Pada infeksi primer didapatkan kadar antibodi IgM setelah hari ke 4 – 5 demam dan antibodi IgG akan timbul setelah hari ke 14 demam dan bertahan dalam jangka waktu yang lama. Pada infeksi sekunder, antibodi IgG akan timbul lebih dahulu yaitu 1 – 2 hari setelah gejala demam timbul dan antibodi IgM akan timbul pada setelah hari ke 5 – 10 demam. Selain itu dikenal juga pemeriksaan antibodi dengue IgA yang merupakan pertanda serologi infeksi yang aktif. Kadar antibodi dengue IgA lebih tinggi pada infeksi akut yang akan mengalami renjatan dibanding dengan penderita infeksi primer/sekunder

Upload: anna-marthea-v

Post on 11-Dec-2015

7 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

dasar teori

TRANSCRIPT

Page 1: Dasar Teori

DASAR TEORI

Pemeriksaan serologi adalah pemeriksaan yang menggunakan serum seperti pemeriksaan

pada dugaan demam dengue. Demam dengue dapat merupakan infeksi pertama kali yang disebut

infeksi primer dan dikenal sebagai demam dengue, serta infeksi kedua kali yang disebut infeksi

sekunder yang dapat menimbulkan penyakit demam berdarah yang dikenal sebagai dengue

haemorragic fever (DHF) yang dapat mengalami renjatan dan berakhir dengan kematian. Pada

demam dengue, pemeriksaan serologi yang tersedia adalah pemeriksaan antigen NS-1, IgA-anti

dengue, antibodi dengue IgG dan IgM.

Pemeriksaan antigen NS-1 dengue dapat dilakukan pada hari pertama sampai hari

kesembilan dari demam baik pada infeksi primer maupun infeksi sekunder, sehingga antigen NS-

1 ini merupakan pemeriksaan dini untuk mengetahui adanya infeksi dengan virus dengue.

Pada infeksi primer didapatkan kadar antibodi IgM setelah hari ke 4 – 5 demam dan antibodi

IgG akan timbul setelah hari ke 14 demam dan bertahan dalam jangka waktu yang lama. Pada

infeksi sekunder, antibodi IgG akan timbul lebih dahulu yaitu 1 – 2 hari setelah gejala demam

timbul dan antibodi IgM akan timbul pada setelah hari ke 5 – 10 demam.

Selain itu dikenal juga pemeriksaan antibodi dengue IgA yang merupakan pertanda serologi

infeksi yang aktif. Kadar antibodi dengue IgA lebih tinggi pada infeksi akut yang akan

mengalami renjatan dibanding dengan penderita infeksi primer/sekunder sehingga dapat

dikatakan kadar IgA berkorelasi dengan beratnya penyakit.

Pemeriksaan serologi tersebut di atas mempunyai hasil yang sangat bervariasi tergantung

pada respon imun penderita.

Pemeriksaan Widal adalah pemeriksaan yang bertujuan mengetahui adanya demam tifoid

yang disebabkan oleh infeksi kuman Salmonella typhi atau Salmonella paratyphi A,B,C.

Pemeriksaan Widal sering menunjukkan reaksi silang dengan kuman usus sehingga pemeriksaan

ini tidak bersifat spesifik. Untuk mendeteksi infeksi dengan Salmonella typhi yang spesifik dapat

diperiksa Salmonella typhi IgM.

Dalam percobaan ini akan dilakukan uji sensitifitas, yang merupakan suatu teknik untuk

menetapkan sensitifitas suatu antimikroba dengan mengukur efek senyawa tersebut pada

pertumbuhan suatu mikroorganisme, yaitu seberapa besar hambatan pertumbuhan yang dapat

dilakukan oleh antimikroba dan untuk mengetahui apakah suatu antimikroba dapat membunuh

jenis mikroba berspektrum luas atau hanya dapat membunuh satu jenis mikroba yang disebut

Page 2: Dasar Teori

spektrum sempit, karena hanya beberapa penyakit yang tidak cocok dengan antimikroba dan

terhadap penyakit yang fatal, serta berhubungan dengan waktu inkubasi untuk melihat

antimikroba mana yang kerjanya lebih cepat menghambat atau membunuh mikroba lain. Alasan

penggunaan beberapa macam antimikroba yaitu untuk melihat antimikroba mana yang kerjanya

lebih cepat menghambat atau membunuh mikroba.

PCR (Polymerase Chain Reaction), metode ini mulai banyak dipergunakan. Pada cara ini

dilakukan perbanyakan DNA kuman yang kemudian diindentifikasi dengan DNA probe yang

spesifik. Kelebihan uji ini dapat mendeteksi kuman yang terdapat dalam jumlah sedikit

(sensitifitas tinggi) serta kekhasan (spesifitas) yang tinggi pula. Spesimen yang digunakan dapat

berupa darah, urin, cairan tubuh lainnya serta jaringan biopsi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Irianto, K. Mikrobiologi Menguak Dunia Mikroorganisme Jilid I. Bandung: Yrama Widya,

2010.

2. Fakultas Kedokteran Universitas Palangka Raya. Buku Penuntun Praktikum (BPP) Modul

Infeksi dan Imunologi Semester VI. Palangka Raya: Universitas Palangka Raya, 2014.

3. Mandal BK., Wilkins EGL., Dunbar EM., Mayon-White RT. Lecture Notes: Penyakit Infeksi.

Edisi 6. Jakarta: Erlangga, 2008.

PESAN BUAT SITI SAUDAH YG CANTIK IMUT DAN BAIK HATI:Sit, kalau ada dapus lagi tambahin lah oke sip maacih si cantik dari gank gincu :*:*:*:*